Al-Qur`an Di Hati Seorang
         Muslim




                   Disusun Oleh : Feri Chandra
                   NIM          : 201111004
                   Prodi        : Budidaya Perkebunan
                   Tahun Ajaran : 2011/2012
Ada beberapa pertanyaan yang selalu menggelayuti hati ketika melihat
kondisi kaum muslimin. Pertanyaan itu sebagai berikut:

   Bukankan Allah itu Maha Penyayang dan sangat menyayangi umat beriman ?.

   Bukankan Allah itu Maha berkuasa dan mampu menjayakan kaum muslimin ?.

   Bukankan Al Qur’an yang kita baca dalam shalat kita adalah sumber kebahagiaan,
   kejayaan, kemakmuran bagi yang mengamalkannya ?.

   Bukankah kaum muslimin itu umat terbaik yang diutus untuk memimpin, bukan
   dipimpin umat lain, mendidik bukan dididik umat lain ?.

   Bukankah umat Islam dijadikan Allah sebagai umat yang satu ?.

   Terus kalau kita ingin memproyeksikan hakekat di atas dengan kondisi
kaum muslimin pada masa kini, maka hasilnya akan menuntut kita untuk
lebih merenung, dimana kejayaan kaum muslimin ?, dimana harga diri
kaum muslimin?, bahkan dimana harga darah seorang muslim di mata
kaum muslimin sendiri ?, dimana kepemimpinan, kejayaan kaum muslimin
diatas kaum yang lainnya ?, dimana solidaritas sesama kaum muslimin ?
dalam skala nasional maupun internasional .

   Kemudian saya membaca ayat ini :




         "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk
hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada
mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang yang fasik" ( QS. Al-Hadiid: 16).
Dan merenungi rintihan Rasulullah kepada Robbnya dengan mengatakan :




"Berkatalah Rasul: wahai Robbku sungguh kaumku telah menjadikan Alquran ini
sesuatu yang ditinggalkan”. QS. Al-Furqaan: 30


   Ditinggalkan    karena   mereka     tak   membacanya,    atau   tidak   mau
merenungi maknanya atau tidak mau mengamalkan isinya.

   Yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan diatas adalah kita
bersama merenungi sambutan Rasulullah dan para             sahabat   terhadap
Al Qur’an dan bagaimana kedudukan Al Qur’an dihati mereka.




   Bagaimana Al Qur’an dihati Rasulallah dan para sahabat ?

   Pertama : para sahabat memandang kebesaran Al Quran dari kebesaran
yang      menurunkannya,    kesempurnaannya      dari   kesempurnaan       yang
menurunkannya, mereka memandang bahwa Al Qur’an turun dari Raja,
Pemelihara, Sesembahan yang Maha Perkasa, Maha Mengetaui, Maha Kasih
Sayang, sebagaimana ditekankan oleh Allah dalam berbagai permulaan
surat :
Dari pandangan ini mereka menerima Al Qur’an dengan perasaan
bahagia campur perasaan hormat, siap melaksanakan perintah dan
perasaan cemas dan harapan, serta perasaan kerinduan yang amat dalam,
bagaimana tidak ?, karena orang yang membaca Al Qur’an berarti seakan
mendapat kehormatan bermunajat dengan Allah, sekaligus seperti seorang
prajurit yang menerima perintah dari atasan dan seorang yang mencari
pembimbing mendapat pengarahan dari Dzat yang maha mengetahui. Dan
perasaan inilah yang digambarkan oleh Allah dalam Firmannya :




   "Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para
nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh,
dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri
petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha
Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis" (QS. Maryam: 58)
-
          "Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila
Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil
bersujud dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan
kami pasti dipenuhi"(108) Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil
menangis dan mereka bertambah khusyu' " ( QS. Al-Israa: 107-109)




      Perasaan diatas menyebabkan Umu Aiman menangis ketika teringat
akan wafatnya Rasulullah. Suatu saat Abu Bakar dan Umar berkunjung
kepada ibu asuh Rasulallah, Ummu Aiman dan ketika mereka duduk,
menagislah Ummu Aiman karena teringat wafatnya Rasulallah, maka
berkatalah Abu Bakar       dan    Umar, “Kenapa anda menangis sementara
Rasulullah mendapatkan tempat yang mulia” ? Ummu Aiman menjawab,
"Saya menangis bukan karena meninggalnya beliau melainkan karena
terputusnya wahyu Allah yang datang kepada beliau pada pagi dan petang
hari", maka saat itu pula meledaklah tangisan mereka bertiga .

       Dari perasaan diatas para sahabat membaca dan menerima Al
Qur’an untuk dilaksanakan secara spontan tanpa menunggu-nunggu dan
tanpa protes sedikitpun, walau-pun hal itu bertentangan dengan kebiasaan
mereka,    tapi   mereka   bisa   menundukkan      perasaan   mereka   dengan
kecintaan kepada Allah.

       Ketika turun perintah untuk memakai jilbab pada surat Al Ahzab :
59, malam hari Rasulallah menyampaikan ayat itu kepada para sahabat,
pagi harinya para istri sahabat sudah memakai jilbab semua, bahkan
`Aisyah mengatakan, "Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshor, mereka
diperintah untuk memakai hijab pada malam hari sementara pada paginya
mereka sudah memakainya, bahkan ada yang merobek kelambu mereka
untuk dijadikan jilbab".

      Ketika diharamkannya khomer dan ayat itu sampai kepada mereka,
saat itu juga langsung mereka membuang simpanan khomernya dan
menuang apa yang masih berada pada tangannya.

      Salah satu rahasia keajaiban para sahabat dalam berinteraksi dengan
Al Qur’an adalah keimanan mereka kepada Allah, surga dan neraka-Nya,
juga kepada janji-Nya, sehingga mereka melakukan sesuatu yang apabila
dilihat oleh orang yang tak/tidak memahami latar belakang ini akan sulit
menafsirkannya.

      Seperti ketika mereka membaca tentang janji Allah buat orang-orang
yang berjihad karena cinta kepada Allah, seorang sahabat yang bernama
Umair bin Hamam sedang makan korma bertanya: wahai Rasulullah,
“Dimana saya kalau saya mati dalam perang ini ? Rasululloh menjawab "Di
sorga", berkatalah Umair : "Sungguh menunggu waktu masuk surga sampai
menghabiskan makan kurma tujuh biji ini adalah sangat lama”, dan
akhirnya dibuanglah sisa kurma yang belum dimakan dan langsung
memasuki pertempuran sampai menemui syahidnya.



       Kondisi keimanan yang tinggi ini menjadi episode kehidupan mereka
untuk menjadi bagian dari yang diceritakan oleh Allah dalam Al Qur’an, Hal
itu seperti perhatian orang-orang Anshor terhadap orang-orang muhajirin
atau perhatian mereka terhadap orang-orang yang lemah, seperti yang Allah
ceritakan dalam surat Al Hasyr dimana Rasulullah kedatangan tamu dan
beliau tidak memiliki sesuatu untuk menjamunya, akhirnya beliau
tawarkan hal itu kepada sahabatnya, siapa yang bersedia membawa tamu
beliau, dengan sepontan salah satu sahabat bersedia, tetapi ketika sampai
rumah ternyata istrinya bilang bahwa tidak ada persediaan makanan
kecuali makan malam anaknya, maka sahabat tadi memerintahkan istrinya
agar mengeluarkan makanan tadi untuk tamunya dan mengeluarkan dua
piring kemudian segera mematikan lampu ketika tamunya sedang makan,
tamunya makan dan tuan rumah menampakkan seakan-akan ikut makan
bersama, agar dia bisa makan dengan enak,         ketika sampai pagi hari
sahabat tadi bertemu dengan rasul dan beliau bilang kalau Allah heran
dengan apa dia lakukan, maka turunlah firman Allah ayat kesembilan dari
surat al Hasyr.


       Kedua : Rasulullah dan para sahabat memandang Al Qur’an sebagai
obat bagi segala penyakit hati dan ketika mereka membaca Al Quran yang
berbicara tentang segala kelemahan hati, penyakit hati, mereka tidaklah
merasa tersinggung bahkan mereka berusaha mengoreksi hati mereka dan
membersihkan segala sifat yang dicela oleh Al Qur’an serta berusaha untuk
bertaubat dari apa yang dikatakan buruk oleh Al Qur’an .
      Maka sudah pantaslah ketika Al Qur’an banyak menceritakan sifat-
sifat munafiqin mulai dari malas shalat, sedikit berdzikir, pengecut,
mengambil orang kafir sebagai pemimpin dan lain-lainnya, para sahabat
segera mengkoreksi hati mereka dan mencari obatnya, walaupun mereka
tidak dihinggapi penyakit itu, berkatalah Abdullah ibnu Mulaikah :




   “Aku mendapatkan tujuh puluh dari sahabat nabi, mereka semua takut kalau
terkena penyakit nifaq”.


   Ketika sahabat Handholah merasa adanya fluktuasi keimanan, maka
segeralah ia datang kepada Rasulallah dengan mengatakan “Ya Rasulallah
nifaqlah Handholah”, berkatalah Rasul Allah : "Kenapa ?" Handlolah
menjawab:      “Wahai Rasul Allah kalau saya sedang berada disamping
engkau dan engkau ingatkan kami dengan sorga dan neraka, jadilah sorga
dan neraka seakan-akan jelas dimata kami, tapi jika kami pulang dan
bergaul dengan anak istri serta sibuk dengan harta kami, kami banyak lupa,
bersabdalah Rasulallah, “Wahai Handholah kalau kalian berada dalam
kondisi seperti itu (seakan melihat sorga dan neraka) terus menerus pastilah
para malaikat menyalami kalian dijalan-jalan kalian”.


         Dari sensitifitas perasaan Handholah dalam berinteraksi dengan
Al Qur’an, ia bisa mengalahkan perasaan ingin dekat dengan istrinya pada
malam pertama dan ditinggalkannya untuk berjihad sampai syahid,
padahal ia belum sempat mandi junub, sehingga Rasulullah bersabda
bahwa ia dimandikan oleh para malaikat .


   Ketiga : Para sahabat memandang bahwa Al Qur’an adalah nasehat dari
Dzat yang amat sayang dengan mereka yang sangat perlu didengar, yang
berarti bahwa mereka sangat menyadari kalau mereka bisa salah, tapi akan
segera kembali kepada kebenaran manakala ada teguran dari Al Qur’an.
         Ma’qil bin Yasar pernah menikahkan adik perempuannya dengan
salah seorang sahabat, tapi kemudian di cerainya sampai habis masa
iddahnya, kemudian bekas suami tadi melamar lagi dan karena Ma’qil
sedang marah beliau tolak        lamarannya dan bertekad untuk tidak
menikahkan kembali keduanya, padahal adiknya juga masih cinta dengan
bekas suaminya serta ingin kembali kepadanya. Dengan kejadian ini Allah
menurunkan ayat :




   "Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, maka
janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal
suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara
yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan
lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" QS. Al-
Baqarah: 232
      Setelah turun ayat ini Ma’qil langsung menikahkan adiknya lagi
dengan sahabat mantan suamiya .


      Sahabat    hidup   dengan   misi,   “Risalah menyelamat-kan seluruh
manusia dari perbudakan manusia untuk manusia menuju penghambaan
Allah yang Esa dan mengeluarkan mereka dari kedhaliman sistim manusia
menuju keadilan Islam dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan
akherat”, dan pastilah kaum yang membawa misi demikian ada pendukung
dan musuhnya, maka mereka menjadikan Al Qur’an sebagai pembimbing
untuk mengetahui musuh-musuh Allah, dan musuh mereka, siapa wali-
wali mereka dan wali-wali Allah dan mereka memperlakukan manusia
sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Allah, mereka cinta terhadap ayah,
anak, istri, serta kerabat mereka. Tetapi jika yang dicintai itu memusuhi
Allah dan Rasul-Nya serta membenci Islam, maka mereka segera merubah
sikapnya dengan hanya memihak Allah dan mencabut perasaan cintanya
kepada selain Allah, Allah berfirman :




." Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara
ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan
keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang
datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap
mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka
itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah
golongan yang beruntung" QS. Al-Mujaadilah: 2

   Ayat ini turun berkenaan ketika Abu Ubidah bin Jaroh membunuh
ayahnya di perang Badar, karena ayahnya bersama pasukan kuffar
quraisy.

           Keempat : Para sahabat memandang bahwa seluruh alam
semesta dan diri mereka adalah ciptaan Allah dan tidak mungkin
membudidayakan alam semesta serta mengatur mereka kecuali Dzat yang
menciptakannya, sehingga mereka meyakini bahwa keimannya menuntut
untuk menjadikan Al Qur’an sebagai satu kesatuan yang utuh yang tidak
bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya, mereka menjadikan Al Quran
sebagai way Of live –pedoman hidup- mereka dan sangat sensitif terhadap
usaha-usaha yang akan memisahkan satu bagian sistim Islam dengan
bagian yang lainnya.
           Pantaslah kalau Kholifah Abu Bakar berpidato ketika banyak
orang yang murtad dan tidak mau membayar zakat, dengan mengatakan :




  “Apakah agama ini akan dikurangi padahal saya masih hidup, demi Allah
kalau mereka menghalangi tali yang mereka serahkan kepada Rasulallah
pastilah aku perangi mereka atas keengganannya”.
Mereka menyadari betul adanya perbedaan antara orang yang belum
mampu melaksanakan, dengan orang yang sengaja memilih-milih apa yang
mau dilakukan dan apa yang ditolak.

   Yang pertama masih dalam ruang lingkup iman seperti Raja Habsyi yang
dishalati ghoib oleh Rasulallah, padahal ia belum melaksanakan hukum
Islam, karena belum mampu. Adapun yang sengaja pilih-pilih seperti
memilih beras, mereka mencap orang tersebut          sudah keluar dari Islam
atau munafiqin, sebagaimana yang Allah firmankan :




   “Apakah kalian beriman dengan sebagian kitab dan kafir terhadap sebagian
yang lain? Tidaklah balasan orang yang melakukan demikian kecuali kehinaan
didunia dan dihari qiamat mereka dikembalikan ke adzab yang sangat keras. Allah
tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” QS. Al-Baqarah: 85




   Keuniversalan dan keintegralan Al Qur’an ini digambarkan oleh sahabat Ali
bin Abi Tholib dalam ucapannya :
“Dia adalah Kitabullah yang di dalamnya ada berita orang sebelum kalian,
kabar apa yang terjadi setelah kalian, hukum diantara kalian, dia adalah
keputusan yang serius bukan main-main, barang siapa meninggalkannya dengan
kesombongan pasti dihancurkan oleh Allah , barang siapa mencari petunjuk dari
selainnya akan disesatkan oleh Allah, dialah tali Allah yang kokoh, dialah
peringatan yang bijaksana, dialah jalan yang lurus, dialah yang dengannya hawa
nafsu tidak menyeleweng, dan tidak akan rancu dengannya lisan, dan tidak
kenyang-kenyangnya dari (membacanya, mempelajarinya) para ulama, tak akan
usang karena diulang-ulang, dan tak habis-habis keajaibannya, dan dialah yang jin
tak henti-hentinya dari mendengarnya sehingga dia mengatakan; “Sungguh kami
mendengar Al- Qur’an yang penuh keajaiban, menunjukkan ke jalan lurus, maka
kami beriman dengannya", barang siapa yang berkata dengannya pasti benar,
barang siapa beramal dengannya pasti diberi pahala, barang siapa menghukumi
dengannya pastilah adil, barang siapa mengajak kepadanya pasti di tunjuki kejalan
yang lurus.




       Kelima : Para sahabat memandang bahwa Al Qur`an adalah kasih
sayang dari Allah, mereka melihat bahwa seluruh isi Al Quran, baik itu
aqidah, hukum, perintah, larangan serta berita–beritanya hanyalah untuk
kebaikan manusia, maka mereka menerimanya dengan senang hati,
adapun yang menolak hukum Islam pada dasarnya adalah lebih memihak
kepada para pemeras orang lemah dari pada memihak orang yang diperas,
lebih sayang dengan para pembunuh dari pada yang dibunuh atau lebih
memihak para penggarong dan pemerkosa dari pada yang di garong dan
diperkosa, lebih memihak musuh Allah dari pada memihak Allah, dan
secara implisit menuduh Allah keras dan dholim, orang yang semacam ini
perlu intropeksi akan hakekat keimanannya.
Sedangkan para sahabat memahami hal tersebut di atas sebagaimana
memahami wajibnya puasa dari firman Allah :




"Telah diwajibkan bagi kalian untuk berpuasa" QS. Al-Baqarah

   Mereka    juga   memahami      wajibnya     jihad,    menegakkan     qishos,
mengamalkan wasiyat dengan firman Allah :




"Telah diwajibkan bagi kalian hukum qishash" "Diwajibkan atas kamu, apabila
seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut" "Diwajibkan bagi kalian
untuk berperang" QS. Al-Baqarah

      Para sahabat menjadikan Al Qur’an sebagai penerang hakekat hidup,
dari Al Qur’an mereka mengetahui bahwa dunia ini hanya seperti tanaman
di ladang yang hijau kemudian menguning dan hancur, maka mereka
sangat zuhud dengan dunia, mereka mengetahui dari Al Qur’an bahwa
rizqi, umur sudah ditentukan oleh Allah dan tidak akan berkurang karena
perjuangan, maka mereka terus berjuang dan berjihad tanpa takut mati
dan tidak pula takut kehilangan harta, mereka mengetahui bahwa mereka
diciptakan dalam kondisi bertingkat-tingkat dalam hal ekonomi, kecerdasan
dan kekuatan fisik untuk menguji mereka akan tugas yang mereka pikul,
maka ketika mereka menjadi para gubernur dan kholifah mereka melihat
itu semua sebagai tugas bukan suatu kehormatan, apalagi ketika mereka
mendengar Rasulallah bersabda seperti yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhori-Muslim :
“Tidaklah ada seorang hamba yang dijadikan Allah memimpin rakyat kemudian
tidak serius dalam memikirkan kemaslahatannya kecuali tidak akan mencium
baunya sorga” HR. Muttafaq 'alaih.




   “Tidaklah ada seorang wali (pemimpin) rakyat dari kaum muslimin kemudian
mati dalam kondisi curang terhadap mereka kecuali Allah haramkan atas dia sorga”
HR. Muttafaq 'alaihi.

   Para sahabat ketika mendengar hadits ini mereka langsung bersungguh-
sungguh dalam memikirkan nasib rakyatnya, sangat berhati hati dalam
mengelola    harta      rakyat   sampai   Kholifah   Umar   mengatakan,    “Saya
menempatkan diri saya dengan baitul mal ini seperti wali yatim dengan
harta anak yatim, kalau kaya tidak makan sama sekali darinya dan kalau
miskin makan secukupnya”, dan pantaslah Umar dalam musim kelaparan
ikut   merasakan        dan   ikut   terdengar   keroncongan   perutnya,   beliau
mengatakan kepada perutnya :




          “Silahkan perutku engkau keroncongan atau tidak keroncongan, engkau
        tak akan kenyang kecuali kalau seluruh kaum muslimin sudah kenyang”.
Dan itu semua dikarenakan para sahabat diberi keimanan sebelum
menerima Al Quran sehingga mereka selalu membacanya siang dan malam
dan memiliki waktu mingguan dan bulanan dalam menghatamkan bacaan
Al-Qur’an, mereka tidak pernah merasa kenyang dari membaca Al Qur’an
dan mentadaburinya sebagaimana Allah ceritakan kondisi mereka :




   “Orang-orang yang Kami berikan kitab, mereka membacanya dengan sebenar-
benar bacaan mereka itulah orang yang benar–benar beriman dengannya”.




   Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran" (QS. Az-
Zumar: 9).

       Mereka tidak hanya mencukupkan diri dengan membaca, akan tetapi
tapi   mereka   mentadabburinya     sehingga   diantara   mereka    ada   yang
mengulang-ulang satu ayat dalam shalatnya sampai fajar.

       Terakhir, mereka melihat Al Quran sebagai sesuatu yang mengorbit
kepada tauhid yang isinya berkisar :
-


   A : Tauhid: Mengetahui Allah bahwa Dia adalah yang Maha Esa, Agung, Mulia,
Pemberi Rahmat dan dekat dengan hamba-Nya.


                                                                           -
   B : Bukti-bukti ketauhid-an dan kekuasan Allah .

                                                                               -




   C : Hak tauhid yaitu perintah untuk dijalankan, larangan untuk
   ditinggalkan, ibadah untuk ditunaikan, ikhlas dalam beribadah dan
   menjadikan hukum ditegakkan hanya untuk Allah, karena Allah telah
   menegaskan bahwa hukum hanya milik Allah dan kalau menyembah
   Allah haruslah menjadikan hukumnya sebagai aturan kehidupan dan
   itu sarat agar agama seseorang menjadi agama yang lurus :




   “Hukum itu milik Allah dan tidaklah kalian diperintah kecuali untuk menyembah
kepada-Nya, dan itulah agama yang lurus”.




                                                                               -
D : Balasan yang didapat dari bertauhid yang berupa pahala buat
ahli tauhid dari ketinggian didunia, stabilitas kedudukan, keberkahan
hidup, keamanan, kejayaan, masuk sorga, dan kemenangan terhadap
musuh.      juga   hukuman   terhadap   orang   musyrikin,   kafirin       dan
munafiqin dari kehinaan didunia, kesempitan dalam kehidupan dan
adzab yang kekal di akherat.


                                                                       -




  E : Kriteria muwahhidin      (ahli tauhid) seperti tawadhu’ terhadap
kebenaran, akhlaq yang baik, kesiapan untuk berkorban, setia dengan
janji, amar ma’ruf dan nahi mungkar, serta mengajak manusia kepada
kebaikan.




  F : Pemahaman-pemahaman yang membantu ahli tauhid untuk bisa
istiqamah dalam iman seperti keterangan akan hakekat dunia dan
bahwasanya dia itu kesenangan yang menipu, dan bahwa umur
manusia itu sangat terbatas dan menghadapi sakaratul maut adalah
sebuah kesulitan yang akan dihadapi oleh setiap manusia.




  Terakhir sebagai penutup, itulah sifat dan interaksi para sahabat
terhadap Al Qur’an dan semoga kita bisa mencontoh mereka, mereka
telah bersusah payah untuk kebahagiaan kita, rasa lelah sudah hilang,
mereka telah bahagia untuk selama-lamanya dan didunia sejak zaman
mereka sampai hari kiamat selalu dikenang dan didoakan oleh orang
yang datang setelah mereka, alangkah bahagianya mereka.




                                                             -

More Related Content

PPT
Perasa rukun & sifat pembimbing
PDF
Emagazine keluarga mawaddah 12
PDF
Paham yang harus_diluruskan
DOCX
Tafsir al hujurot
DOCX
Menangis Karena Takut dan Rindu Kepada allah
DOC
Kompilasi khutbah-jumat-1
DOCX
Surah ad dhuha
PDF
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
Perasa rukun & sifat pembimbing
Emagazine keluarga mawaddah 12
Paham yang harus_diluruskan
Tafsir al hujurot
Menangis Karena Takut dan Rindu Kepada allah
Kompilasi khutbah-jumat-1
Surah ad dhuha
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH

What's hot (19)

PDF
Aisyah binti abu bakar
PDF
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
DOCX
Seorang Perempuan pun Bisa Memberi Nasehat
DOC
Cerita mtq nabi muhammad digua hira'
PDF
Sifat sifat ahlus_sunnah
PDF
169102081 prilaku-jujur
DOCX
2. teks israk mikraj
PDF
Asbabun nuzul imam al wahidi
PDF
Id cara pengobatan_dengan_quran
DOCX
Ayat alquran tentang hidup manusia
PDF
Id the protective_fortress
PDF
Jilid 3 (Revisi 2013) - 10 Dosa Besar - Tausiyah Ustad Yusuf Mansur
DOCX
Tugas uas agama islam 2021
DOCX
Kitab kebajikan, silaturahmi dan adab sopan santun
PDF
Jilid 2 (Revisi 2013) - 10 Dosa Besar - Tausiyah Ustad Yusuf Mansur
PDF
Orang yang-dikabulkan-doanya-2-2
DOCX
2. teks hijrah rasulullah
PDF
Meniti kesempurnaan iman - Habib Munzir Al-Musawa
Aisyah binti abu bakar
Asbabun nuzul imam as suyuti.indd
Seorang Perempuan pun Bisa Memberi Nasehat
Cerita mtq nabi muhammad digua hira'
Sifat sifat ahlus_sunnah
169102081 prilaku-jujur
2. teks israk mikraj
Asbabun nuzul imam al wahidi
Id cara pengobatan_dengan_quran
Ayat alquran tentang hidup manusia
Id the protective_fortress
Jilid 3 (Revisi 2013) - 10 Dosa Besar - Tausiyah Ustad Yusuf Mansur
Tugas uas agama islam 2021
Kitab kebajikan, silaturahmi dan adab sopan santun
Jilid 2 (Revisi 2013) - 10 Dosa Besar - Tausiyah Ustad Yusuf Mansur
Orang yang-dikabulkan-doanya-2-2
2. teks hijrah rasulullah
Meniti kesempurnaan iman - Habib Munzir Al-Musawa
Ad

Similar to Al qur`an di hati seorang muslim (20)

PPTX
Asas Adab-Adab Al-Quran.pptx
PDF
Kunci tadabbur al qur'an
DOC
Adab al-quran
PPTX
Hafiz alquran
PPT
keutamaan-membaca-al-qur_an.ppt
DOCX
Pentingnya menghafal dan memahami al quran
PDF
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
PPT
Al quran dan ‘ulumul qur’an kosasih
PDF
Menghapal al quran
PDF
Menghapal al quran
PPTX
DOCX
Keutammaan membaca quran
PPTX
Perintah membaca al qur’an
PPTX
Bacalah al quran
PDF
Fadhilah membaca-al-quran-by-alfanbainofi
DOC
Beberapa nasehat-untuk-keluarga-muslim
PPTX
Kajian Fiqh Janaiz by WIFI
PPT
S lide kunci tadabbur qur'an
PDF
Agar Al-Quran Menjadi Teman
PPTX
Presentasi program program quran SMP.pptx
Asas Adab-Adab Al-Quran.pptx
Kunci tadabbur al qur'an
Adab al-quran
Hafiz alquran
keutamaan-membaca-al-qur_an.ppt
Pentingnya menghafal dan memahami al quran
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Al quran dan ‘ulumul qur’an kosasih
Menghapal al quran
Menghapal al quran
Keutammaan membaca quran
Perintah membaca al qur’an
Bacalah al quran
Fadhilah membaca-al-quran-by-alfanbainofi
Beberapa nasehat-untuk-keluarga-muslim
Kajian Fiqh Janaiz by WIFI
S lide kunci tadabbur qur'an
Agar Al-Quran Menjadi Teman
Presentasi program program quran SMP.pptx
Ad

More from Feri Chandra (12)

DOCX
Two way anava
DOCX
MAKALAH STATISTIKA ONE WAY ANAVA
DOC
Makalah Analisa Korelasi Pearson (ppm)
DOC
Makalah Analisa Regresi
DOCX
Analisa korelasi parsial
DOCX
Analisa korelasi ganda
DOCX
Analisa dengan uji t dua variabel bebas
PPTX
Analisa regresi
PPT
Konservasi Tanah Berpasir
DOCX
Makalah kesuburan tanah “kompos”
PPTX
Jurnalistik
PDF
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
Two way anava
MAKALAH STATISTIKA ONE WAY ANAVA
Makalah Analisa Korelasi Pearson (ppm)
Makalah Analisa Regresi
Analisa korelasi parsial
Analisa korelasi ganda
Analisa dengan uji t dua variabel bebas
Analisa regresi
Konservasi Tanah Berpasir
Makalah kesuburan tanah “kompos”
Jurnalistik
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...

Recently uploaded (11)

PPTX
Pelajaran Sekolah Sabat ke-9 Triwulan III 2025.pptx
PDF
TUNTUNAN DOA YANG BENAR- Ust. Tauhid -FOODIS.pdf
PPTX
Khotbah Gereja Advent - Rahasia Kerajaan Surga.pptx
PDF
PPT Agama Kelompok Septi, Ribka, Nazwa.pdf
PPTX
Struktur Organisasi Dalam Muhammadiyah.pptx
PPTX
Dasar-dasar Etika dan Etika Kristen untuk AMGPM
PPTX
Sekolah Sabat - Triwulan 3 2025 - Pelajaran 10
PDF
Agar Tetap Istiqomah di Tengah Ragam Fitnah.pdf
PPTX
Pembelajaran Diferensiasi PPT okokokok.pptx
PDF
Pentingnya Menuntut Ilmu Agama Fardhu ain
PPTX
3. PERAN DAN KETELADANAN TOKOH ULAMA INDONESIA.pptx.pptx
Pelajaran Sekolah Sabat ke-9 Triwulan III 2025.pptx
TUNTUNAN DOA YANG BENAR- Ust. Tauhid -FOODIS.pdf
Khotbah Gereja Advent - Rahasia Kerajaan Surga.pptx
PPT Agama Kelompok Septi, Ribka, Nazwa.pdf
Struktur Organisasi Dalam Muhammadiyah.pptx
Dasar-dasar Etika dan Etika Kristen untuk AMGPM
Sekolah Sabat - Triwulan 3 2025 - Pelajaran 10
Agar Tetap Istiqomah di Tengah Ragam Fitnah.pdf
Pembelajaran Diferensiasi PPT okokokok.pptx
Pentingnya Menuntut Ilmu Agama Fardhu ain
3. PERAN DAN KETELADANAN TOKOH ULAMA INDONESIA.pptx.pptx

Al qur`an di hati seorang muslim

  • 1. Al-Qur`an Di Hati Seorang Muslim Disusun Oleh : Feri Chandra NIM : 201111004 Prodi : Budidaya Perkebunan Tahun Ajaran : 2011/2012
  • 2. Ada beberapa pertanyaan yang selalu menggelayuti hati ketika melihat kondisi kaum muslimin. Pertanyaan itu sebagai berikut: Bukankan Allah itu Maha Penyayang dan sangat menyayangi umat beriman ?. Bukankan Allah itu Maha berkuasa dan mampu menjayakan kaum muslimin ?. Bukankan Al Qur’an yang kita baca dalam shalat kita adalah sumber kebahagiaan, kejayaan, kemakmuran bagi yang mengamalkannya ?. Bukankah kaum muslimin itu umat terbaik yang diutus untuk memimpin, bukan dipimpin umat lain, mendidik bukan dididik umat lain ?. Bukankah umat Islam dijadikan Allah sebagai umat yang satu ?. Terus kalau kita ingin memproyeksikan hakekat di atas dengan kondisi kaum muslimin pada masa kini, maka hasilnya akan menuntut kita untuk lebih merenung, dimana kejayaan kaum muslimin ?, dimana harga diri kaum muslimin?, bahkan dimana harga darah seorang muslim di mata kaum muslimin sendiri ?, dimana kepemimpinan, kejayaan kaum muslimin diatas kaum yang lainnya ?, dimana solidaritas sesama kaum muslimin ? dalam skala nasional maupun internasional . Kemudian saya membaca ayat ini : "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik" ( QS. Al-Hadiid: 16).
  • 3. Dan merenungi rintihan Rasulullah kepada Robbnya dengan mengatakan : "Berkatalah Rasul: wahai Robbku sungguh kaumku telah menjadikan Alquran ini sesuatu yang ditinggalkan”. QS. Al-Furqaan: 30 Ditinggalkan karena mereka tak membacanya, atau tidak mau merenungi maknanya atau tidak mau mengamalkan isinya. Yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan diatas adalah kita bersama merenungi sambutan Rasulullah dan para sahabat terhadap Al Qur’an dan bagaimana kedudukan Al Qur’an dihati mereka. Bagaimana Al Qur’an dihati Rasulallah dan para sahabat ? Pertama : para sahabat memandang kebesaran Al Quran dari kebesaran yang menurunkannya, kesempurnaannya dari kesempurnaan yang menurunkannya, mereka memandang bahwa Al Qur’an turun dari Raja, Pemelihara, Sesembahan yang Maha Perkasa, Maha Mengetaui, Maha Kasih Sayang, sebagaimana ditekankan oleh Allah dalam berbagai permulaan surat :
  • 4. Dari pandangan ini mereka menerima Al Qur’an dengan perasaan bahagia campur perasaan hormat, siap melaksanakan perintah dan perasaan cemas dan harapan, serta perasaan kerinduan yang amat dalam, bagaimana tidak ?, karena orang yang membaca Al Qur’an berarti seakan mendapat kehormatan bermunajat dengan Allah, sekaligus seperti seorang prajurit yang menerima perintah dari atasan dan seorang yang mencari pembimbing mendapat pengarahan dari Dzat yang maha mengetahui. Dan perasaan inilah yang digambarkan oleh Allah dalam Firmannya : "Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis" (QS. Maryam: 58)
  • 5. - "Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi"(108) Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu' " ( QS. Al-Israa: 107-109) Perasaan diatas menyebabkan Umu Aiman menangis ketika teringat akan wafatnya Rasulullah. Suatu saat Abu Bakar dan Umar berkunjung kepada ibu asuh Rasulallah, Ummu Aiman dan ketika mereka duduk, menagislah Ummu Aiman karena teringat wafatnya Rasulallah, maka berkatalah Abu Bakar dan Umar, “Kenapa anda menangis sementara Rasulullah mendapatkan tempat yang mulia” ? Ummu Aiman menjawab, "Saya menangis bukan karena meninggalnya beliau melainkan karena terputusnya wahyu Allah yang datang kepada beliau pada pagi dan petang hari", maka saat itu pula meledaklah tangisan mereka bertiga . Dari perasaan diatas para sahabat membaca dan menerima Al Qur’an untuk dilaksanakan secara spontan tanpa menunggu-nunggu dan tanpa protes sedikitpun, walau-pun hal itu bertentangan dengan kebiasaan mereka, tapi mereka bisa menundukkan perasaan mereka dengan kecintaan kepada Allah. Ketika turun perintah untuk memakai jilbab pada surat Al Ahzab : 59, malam hari Rasulallah menyampaikan ayat itu kepada para sahabat, pagi harinya para istri sahabat sudah memakai jilbab semua, bahkan `Aisyah mengatakan, "Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshor, mereka
  • 6. diperintah untuk memakai hijab pada malam hari sementara pada paginya mereka sudah memakainya, bahkan ada yang merobek kelambu mereka untuk dijadikan jilbab". Ketika diharamkannya khomer dan ayat itu sampai kepada mereka, saat itu juga langsung mereka membuang simpanan khomernya dan menuang apa yang masih berada pada tangannya. Salah satu rahasia keajaiban para sahabat dalam berinteraksi dengan Al Qur’an adalah keimanan mereka kepada Allah, surga dan neraka-Nya, juga kepada janji-Nya, sehingga mereka melakukan sesuatu yang apabila dilihat oleh orang yang tak/tidak memahami latar belakang ini akan sulit menafsirkannya. Seperti ketika mereka membaca tentang janji Allah buat orang-orang yang berjihad karena cinta kepada Allah, seorang sahabat yang bernama Umair bin Hamam sedang makan korma bertanya: wahai Rasulullah, “Dimana saya kalau saya mati dalam perang ini ? Rasululloh menjawab "Di sorga", berkatalah Umair : "Sungguh menunggu waktu masuk surga sampai menghabiskan makan kurma tujuh biji ini adalah sangat lama”, dan akhirnya dibuanglah sisa kurma yang belum dimakan dan langsung memasuki pertempuran sampai menemui syahidnya. Kondisi keimanan yang tinggi ini menjadi episode kehidupan mereka untuk menjadi bagian dari yang diceritakan oleh Allah dalam Al Qur’an, Hal itu seperti perhatian orang-orang Anshor terhadap orang-orang muhajirin atau perhatian mereka terhadap orang-orang yang lemah, seperti yang Allah ceritakan dalam surat Al Hasyr dimana Rasulullah kedatangan tamu dan beliau tidak memiliki sesuatu untuk menjamunya, akhirnya beliau tawarkan hal itu kepada sahabatnya, siapa yang bersedia membawa tamu beliau, dengan sepontan salah satu sahabat bersedia, tetapi ketika sampai rumah ternyata istrinya bilang bahwa tidak ada persediaan makanan kecuali makan malam anaknya, maka sahabat tadi memerintahkan istrinya agar mengeluarkan makanan tadi untuk tamunya dan mengeluarkan dua
  • 7. piring kemudian segera mematikan lampu ketika tamunya sedang makan, tamunya makan dan tuan rumah menampakkan seakan-akan ikut makan bersama, agar dia bisa makan dengan enak, ketika sampai pagi hari sahabat tadi bertemu dengan rasul dan beliau bilang kalau Allah heran dengan apa dia lakukan, maka turunlah firman Allah ayat kesembilan dari surat al Hasyr. Kedua : Rasulullah dan para sahabat memandang Al Qur’an sebagai obat bagi segala penyakit hati dan ketika mereka membaca Al Quran yang berbicara tentang segala kelemahan hati, penyakit hati, mereka tidaklah merasa tersinggung bahkan mereka berusaha mengoreksi hati mereka dan membersihkan segala sifat yang dicela oleh Al Qur’an serta berusaha untuk bertaubat dari apa yang dikatakan buruk oleh Al Qur’an . Maka sudah pantaslah ketika Al Qur’an banyak menceritakan sifat- sifat munafiqin mulai dari malas shalat, sedikit berdzikir, pengecut, mengambil orang kafir sebagai pemimpin dan lain-lainnya, para sahabat segera mengkoreksi hati mereka dan mencari obatnya, walaupun mereka tidak dihinggapi penyakit itu, berkatalah Abdullah ibnu Mulaikah : “Aku mendapatkan tujuh puluh dari sahabat nabi, mereka semua takut kalau terkena penyakit nifaq”. Ketika sahabat Handholah merasa adanya fluktuasi keimanan, maka segeralah ia datang kepada Rasulallah dengan mengatakan “Ya Rasulallah nifaqlah Handholah”, berkatalah Rasul Allah : "Kenapa ?" Handlolah menjawab: “Wahai Rasul Allah kalau saya sedang berada disamping engkau dan engkau ingatkan kami dengan sorga dan neraka, jadilah sorga dan neraka seakan-akan jelas dimata kami, tapi jika kami pulang dan bergaul dengan anak istri serta sibuk dengan harta kami, kami banyak lupa, bersabdalah Rasulallah, “Wahai Handholah kalau kalian berada dalam
  • 8. kondisi seperti itu (seakan melihat sorga dan neraka) terus menerus pastilah para malaikat menyalami kalian dijalan-jalan kalian”. Dari sensitifitas perasaan Handholah dalam berinteraksi dengan Al Qur’an, ia bisa mengalahkan perasaan ingin dekat dengan istrinya pada malam pertama dan ditinggalkannya untuk berjihad sampai syahid, padahal ia belum sempat mandi junub, sehingga Rasulullah bersabda bahwa ia dimandikan oleh para malaikat . Ketiga : Para sahabat memandang bahwa Al Qur’an adalah nasehat dari Dzat yang amat sayang dengan mereka yang sangat perlu didengar, yang berarti bahwa mereka sangat menyadari kalau mereka bisa salah, tapi akan segera kembali kepada kebenaran manakala ada teguran dari Al Qur’an. Ma’qil bin Yasar pernah menikahkan adik perempuannya dengan salah seorang sahabat, tapi kemudian di cerainya sampai habis masa iddahnya, kemudian bekas suami tadi melamar lagi dan karena Ma’qil sedang marah beliau tolak lamarannya dan bertekad untuk tidak menikahkan kembali keduanya, padahal adiknya juga masih cinta dengan bekas suaminya serta ingin kembali kepadanya. Dengan kejadian ini Allah menurunkan ayat : "Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal
  • 9. suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" QS. Al- Baqarah: 232 Setelah turun ayat ini Ma’qil langsung menikahkan adiknya lagi dengan sahabat mantan suamiya . Sahabat hidup dengan misi, “Risalah menyelamat-kan seluruh manusia dari perbudakan manusia untuk manusia menuju penghambaan Allah yang Esa dan mengeluarkan mereka dari kedhaliman sistim manusia menuju keadilan Islam dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akherat”, dan pastilah kaum yang membawa misi demikian ada pendukung dan musuhnya, maka mereka menjadikan Al Qur’an sebagai pembimbing untuk mengetahui musuh-musuh Allah, dan musuh mereka, siapa wali- wali mereka dan wali-wali Allah dan mereka memperlakukan manusia sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Allah, mereka cinta terhadap ayah, anak, istri, serta kerabat mereka. Tetapi jika yang dicintai itu memusuhi Allah dan Rasul-Nya serta membenci Islam, maka mereka segera merubah sikapnya dengan hanya memihak Allah dan mencabut perasaan cintanya kepada selain Allah, Allah berfirman : ." Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat,
  • 10. saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung" QS. Al-Mujaadilah: 2 Ayat ini turun berkenaan ketika Abu Ubidah bin Jaroh membunuh ayahnya di perang Badar, karena ayahnya bersama pasukan kuffar quraisy. Keempat : Para sahabat memandang bahwa seluruh alam semesta dan diri mereka adalah ciptaan Allah dan tidak mungkin membudidayakan alam semesta serta mengatur mereka kecuali Dzat yang menciptakannya, sehingga mereka meyakini bahwa keimannya menuntut untuk menjadikan Al Qur’an sebagai satu kesatuan yang utuh yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya, mereka menjadikan Al Quran sebagai way Of live –pedoman hidup- mereka dan sangat sensitif terhadap usaha-usaha yang akan memisahkan satu bagian sistim Islam dengan bagian yang lainnya. Pantaslah kalau Kholifah Abu Bakar berpidato ketika banyak orang yang murtad dan tidak mau membayar zakat, dengan mengatakan : “Apakah agama ini akan dikurangi padahal saya masih hidup, demi Allah kalau mereka menghalangi tali yang mereka serahkan kepada Rasulallah pastilah aku perangi mereka atas keengganannya”.
  • 11. Mereka menyadari betul adanya perbedaan antara orang yang belum mampu melaksanakan, dengan orang yang sengaja memilih-milih apa yang mau dilakukan dan apa yang ditolak. Yang pertama masih dalam ruang lingkup iman seperti Raja Habsyi yang dishalati ghoib oleh Rasulallah, padahal ia belum melaksanakan hukum Islam, karena belum mampu. Adapun yang sengaja pilih-pilih seperti memilih beras, mereka mencap orang tersebut sudah keluar dari Islam atau munafiqin, sebagaimana yang Allah firmankan : “Apakah kalian beriman dengan sebagian kitab dan kafir terhadap sebagian yang lain? Tidaklah balasan orang yang melakukan demikian kecuali kehinaan didunia dan dihari qiamat mereka dikembalikan ke adzab yang sangat keras. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” QS. Al-Baqarah: 85 Keuniversalan dan keintegralan Al Qur’an ini digambarkan oleh sahabat Ali bin Abi Tholib dalam ucapannya :
  • 12. “Dia adalah Kitabullah yang di dalamnya ada berita orang sebelum kalian, kabar apa yang terjadi setelah kalian, hukum diantara kalian, dia adalah keputusan yang serius bukan main-main, barang siapa meninggalkannya dengan kesombongan pasti dihancurkan oleh Allah , barang siapa mencari petunjuk dari selainnya akan disesatkan oleh Allah, dialah tali Allah yang kokoh, dialah peringatan yang bijaksana, dialah jalan yang lurus, dialah yang dengannya hawa nafsu tidak menyeleweng, dan tidak akan rancu dengannya lisan, dan tidak kenyang-kenyangnya dari (membacanya, mempelajarinya) para ulama, tak akan usang karena diulang-ulang, dan tak habis-habis keajaibannya, dan dialah yang jin tak henti-hentinya dari mendengarnya sehingga dia mengatakan; “Sungguh kami mendengar Al- Qur’an yang penuh keajaiban, menunjukkan ke jalan lurus, maka kami beriman dengannya", barang siapa yang berkata dengannya pasti benar, barang siapa beramal dengannya pasti diberi pahala, barang siapa menghukumi dengannya pastilah adil, barang siapa mengajak kepadanya pasti di tunjuki kejalan yang lurus. Kelima : Para sahabat memandang bahwa Al Qur`an adalah kasih sayang dari Allah, mereka melihat bahwa seluruh isi Al Quran, baik itu aqidah, hukum, perintah, larangan serta berita–beritanya hanyalah untuk kebaikan manusia, maka mereka menerimanya dengan senang hati, adapun yang menolak hukum Islam pada dasarnya adalah lebih memihak kepada para pemeras orang lemah dari pada memihak orang yang diperas, lebih sayang dengan para pembunuh dari pada yang dibunuh atau lebih memihak para penggarong dan pemerkosa dari pada yang di garong dan diperkosa, lebih memihak musuh Allah dari pada memihak Allah, dan secara implisit menuduh Allah keras dan dholim, orang yang semacam ini perlu intropeksi akan hakekat keimanannya.
  • 13. Sedangkan para sahabat memahami hal tersebut di atas sebagaimana memahami wajibnya puasa dari firman Allah : "Telah diwajibkan bagi kalian untuk berpuasa" QS. Al-Baqarah Mereka juga memahami wajibnya jihad, menegakkan qishos, mengamalkan wasiyat dengan firman Allah : "Telah diwajibkan bagi kalian hukum qishash" "Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut" "Diwajibkan bagi kalian untuk berperang" QS. Al-Baqarah Para sahabat menjadikan Al Qur’an sebagai penerang hakekat hidup, dari Al Qur’an mereka mengetahui bahwa dunia ini hanya seperti tanaman di ladang yang hijau kemudian menguning dan hancur, maka mereka sangat zuhud dengan dunia, mereka mengetahui dari Al Qur’an bahwa rizqi, umur sudah ditentukan oleh Allah dan tidak akan berkurang karena perjuangan, maka mereka terus berjuang dan berjihad tanpa takut mati dan tidak pula takut kehilangan harta, mereka mengetahui bahwa mereka diciptakan dalam kondisi bertingkat-tingkat dalam hal ekonomi, kecerdasan dan kekuatan fisik untuk menguji mereka akan tugas yang mereka pikul, maka ketika mereka menjadi para gubernur dan kholifah mereka melihat itu semua sebagai tugas bukan suatu kehormatan, apalagi ketika mereka mendengar Rasulallah bersabda seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori-Muslim :
  • 14. “Tidaklah ada seorang hamba yang dijadikan Allah memimpin rakyat kemudian tidak serius dalam memikirkan kemaslahatannya kecuali tidak akan mencium baunya sorga” HR. Muttafaq 'alaih. “Tidaklah ada seorang wali (pemimpin) rakyat dari kaum muslimin kemudian mati dalam kondisi curang terhadap mereka kecuali Allah haramkan atas dia sorga” HR. Muttafaq 'alaihi. Para sahabat ketika mendengar hadits ini mereka langsung bersungguh- sungguh dalam memikirkan nasib rakyatnya, sangat berhati hati dalam mengelola harta rakyat sampai Kholifah Umar mengatakan, “Saya menempatkan diri saya dengan baitul mal ini seperti wali yatim dengan harta anak yatim, kalau kaya tidak makan sama sekali darinya dan kalau miskin makan secukupnya”, dan pantaslah Umar dalam musim kelaparan ikut merasakan dan ikut terdengar keroncongan perutnya, beliau mengatakan kepada perutnya : “Silahkan perutku engkau keroncongan atau tidak keroncongan, engkau tak akan kenyang kecuali kalau seluruh kaum muslimin sudah kenyang”.
  • 15. Dan itu semua dikarenakan para sahabat diberi keimanan sebelum menerima Al Quran sehingga mereka selalu membacanya siang dan malam dan memiliki waktu mingguan dan bulanan dalam menghatamkan bacaan Al-Qur’an, mereka tidak pernah merasa kenyang dari membaca Al Qur’an dan mentadaburinya sebagaimana Allah ceritakan kondisi mereka : “Orang-orang yang Kami berikan kitab, mereka membacanya dengan sebenar- benar bacaan mereka itulah orang yang benar–benar beriman dengannya”. Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran" (QS. Az- Zumar: 9). Mereka tidak hanya mencukupkan diri dengan membaca, akan tetapi tapi mereka mentadabburinya sehingga diantara mereka ada yang mengulang-ulang satu ayat dalam shalatnya sampai fajar. Terakhir, mereka melihat Al Quran sebagai sesuatu yang mengorbit kepada tauhid yang isinya berkisar :
  • 16. - A : Tauhid: Mengetahui Allah bahwa Dia adalah yang Maha Esa, Agung, Mulia, Pemberi Rahmat dan dekat dengan hamba-Nya. - B : Bukti-bukti ketauhid-an dan kekuasan Allah . - C : Hak tauhid yaitu perintah untuk dijalankan, larangan untuk ditinggalkan, ibadah untuk ditunaikan, ikhlas dalam beribadah dan menjadikan hukum ditegakkan hanya untuk Allah, karena Allah telah menegaskan bahwa hukum hanya milik Allah dan kalau menyembah Allah haruslah menjadikan hukumnya sebagai aturan kehidupan dan itu sarat agar agama seseorang menjadi agama yang lurus : “Hukum itu milik Allah dan tidaklah kalian diperintah kecuali untuk menyembah kepada-Nya, dan itulah agama yang lurus”. -
  • 17. D : Balasan yang didapat dari bertauhid yang berupa pahala buat ahli tauhid dari ketinggian didunia, stabilitas kedudukan, keberkahan hidup, keamanan, kejayaan, masuk sorga, dan kemenangan terhadap musuh. juga hukuman terhadap orang musyrikin, kafirin dan munafiqin dari kehinaan didunia, kesempitan dalam kehidupan dan adzab yang kekal di akherat. - E : Kriteria muwahhidin (ahli tauhid) seperti tawadhu’ terhadap kebenaran, akhlaq yang baik, kesiapan untuk berkorban, setia dengan janji, amar ma’ruf dan nahi mungkar, serta mengajak manusia kepada kebaikan. F : Pemahaman-pemahaman yang membantu ahli tauhid untuk bisa istiqamah dalam iman seperti keterangan akan hakekat dunia dan bahwasanya dia itu kesenangan yang menipu, dan bahwa umur manusia itu sangat terbatas dan menghadapi sakaratul maut adalah sebuah kesulitan yang akan dihadapi oleh setiap manusia. Terakhir sebagai penutup, itulah sifat dan interaksi para sahabat terhadap Al Qur’an dan semoga kita bisa mencontoh mereka, mereka telah bersusah payah untuk kebahagiaan kita, rasa lelah sudah hilang, mereka telah bahagia untuk selama-lamanya dan didunia sejak zaman
  • 18. mereka sampai hari kiamat selalu dikenang dan didoakan oleh orang yang datang setelah mereka, alangkah bahagianya mereka. -