2. LATAR BELAKANG
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun
2020-2024 :
Angka Kematian Ibu (AKI) 305 per
100.000kelahiran hidup (SUPAS, 2015)
Angka Kematian Neonatal (AKN) 15 per 1000
kelahiran hidup (SDKI, 2017)
Target RPJMN 2024 yaitu AKI 183 per 100.000
kelahiran hidup dan AKN 10 per 1000 kelahiran
hidup
3. LATAR BELAKANG
satu rekomendasi dari WHO adalah pada ibu
hamil normal ANC minimal dilakukan 8x, setelah
dilakukan adaptasi dengan profesi dan program
terkait, disepakati di Indonesia, ANC dilakukan
minimal 6 kali dengan minimal kontak dengan
dokter 2 kali untuk skrining faktor
risiko/komplikasi kehamilan di trimester 1 dan
skrining faktor risiko persalinan 1x di trimester 3.
4. DEFINISI PELAYANAN ANTENATAL TERPADU
DEFINISI PELAYANAN ANTENATAL TERPADU
Pelayanan antenatal setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak
terjadinya masa konsepsi hingga sebelum
mulainya proses persalinan yang komprehensif dan
berkualitas dan diberikan kepada seluruh ibu hamil.
5. TUJUAN
Tujuan umum:
Semua ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal
yang komprehensif dan berkualitas sehingga ibu
hamil dapat menjalani kehamilan dan persalinan
dengan pengalaman yang bersifat positif serta
melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.
Pengalaman yang bersifat positif adalah pengalaman
yang menyenangkan dan memberikan nilai tambah
yang bermanfaat bagi ibu hamil dalam menjalankan
perannya sebagai perempuan, istri dan ibu.
6. TUJUAN
Tujuan khusus:
1. Terlaksananya pelayanan antenatal terpadu, termasuk konseling, dan gizi
ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI.
2. Terlaksananya dukungan emosi dan psikososial sesuai dengan keadaan
ibu hamil pada setiap kontak dengan tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi klinis/kebidanan dan interpersonal yang baik.
3. Setiap ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal
terpaduminimal 6 kali selama masa kehamilan.
4. Terlaksananya pemantauan tumbuh kembang janin.
5. Deteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.
6. Dilaksanakannya tatalaksana terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada
ibu hamil sedini mungkin atau rujukan kasus ke fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada
7. INDIKATOR
Kunjungan pertama (K1)
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi klinis/kebidanan dan
interpersonal yang baik, untuk mendapatkan pelayanan
terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak
pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester
pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8
Kontak pertama dapat dibagi menjadi K1 murni dan K1 akses.
8. INDIKATOR
K1 murni adalah kontak pertama ibu hamil dengan
tenaga kesehatan pada kurun waktu trimester 1
kehamilan. Sedangkan K1 akses adalah kontak
pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan
pada usia kehamilan berapapun. Ibu hamil
seharusnya melakukan K1 murni, sehingga apabila
terdapat komplikasi atau faktor risiko dapat
ditemukan dan ditangani sedini mungkin.
9. INDIKATOR
Kunjungan ke-4 (K4)
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi klinis/kebidanan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif sesuai
standar selama kehamilannya minimal 4 kali dengan
distribusi waktu: 1 kali pada trimester pertama (0-12
minggu), 1 kali pada trimester kedua (>12minggu -24
minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (>24 minggu
sampai dengan kelahiran). Kunjungan antenatal bisa
lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan (jika ada keluhan,
penyakit atau gangguan kehamilan).
10. INDIKATOR
Kunjungan ke-6 (K6)
K6 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis/kebidanan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif sesuai standar selama kehamilannya minimal
6 kali selama kehamilannya dengan distribusi waktu: 2 kali pada trimester kesatu (0-12 minggu),
1 kali pada trimester kedua (>12minggu - 24 minggu), dan 3 kali pada trimester ketiga (>24 minggu sampai
dengan kelahiran), dimana minimal 2 kali ibu hamil harus kontak dengan dokter (1 kali di trimester 1 dan 1
kali di trimester 3). Kunjungan antenatal bisa lebih dari 6 (enam) kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan,
penyakit atau gangguan kehamilan. Jika kehamilan sudah mencapai 40 minggu, maka harus dirujuk untuk
diputuskan terminasi kehamilannya. Pemeriksaan dokter pada ibu hamil dilakukan saat :
- Kunjungan 1 di trimester 1 (satu) dengan usia kehamilan kurang dari 12 minggu atau dari kontak pertama
Dokter melakukan skrining kemungkinan adanya faktor risiko kehamilan atau penyakit penyerta pada ibu
hamil termasuk didalamnya pemeriksaan Ultrasonografi (USG). Apabila saat K1 ibu hamil datang ke bidan,
maka bidan tetap melakukan ANC sesuai standar, kemudian merujuk ke dokter.
- Kunjungan 5 di trimester 3
Dokter melakukan perencanaan persalinan, skrining faktor risiko persalinan termasuk pemeriksaan
Ultrasonografi (USG) dan rujukan terencana bila diperlukan.
11. MASALAH YANG MUNGKIN TERJADI PADA
IBU HAMIL
1. Masalah gizi: anemia, KEK, obesitas, kenaikan berat badan tidak sesuai standar
Faktor risiko: usia ibu ≤16 tahun, usia ibu ≥35 tahun, anak terkecil ≤2 tahun,
2. hamil pertama ≥4 tahun, interval kehamilan >10 tahun, persalinan ≥4 kali,
gemeli/kehamilan ganda, kelainan letak dan posisi janin, kelainan besar janin,
riwayat obstetrik jelek (keguguran/gagal kehamilan), komplikasi pada
persalinan yang lalu (riwayat vakum/forsep, perdarahan pasca persalinan dan atau
transfusi), riwayat bedah sesar, hipertensi, kehamilan lebih dari 40 minggu.
3. Komplikasi kebidanan: ketuban pecah dini, perdarahan pervaginam, hipertensi dalam
kehamilan/pre eklampsia/eklampsia, ancaman persalinan prematur, distosia,
plasenta previa, dll.
4. Penyakit tidak menular: hipertensi, diabetes mellitus, kelainan jantung, ginjal, asma,
kanker, epilepsi, dll.
5. Penyakit menular: HIV, sifilis, hepatitis B, tetanus maternal, malaria, TB, demam
berdarah, tifus abdominalis, dll.
6. Masalah kesehatan jiwa: depresi, gangguan kecemasan, psikosis, skizofrenia.
12. Pelayanan antenatal terpadu adalah diberikan kepada semua ibu
hamil dengan cara:
1. Menyediakan kesempatan pengalaman positif bagi setiap ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal
terpadu.
2. Melakukan pemeriksaan antenatal pada setiap kontak.
3. Memberikan konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, termasuk konseling KB
dan pemberian ASI.
4. Memberikan dukungan emosi dan psikososial sesuai dengan kebutuhan/keadaan ibu hamil serta
membantu ibu hamil agar tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman selama masa
kehamilan dan menyusui.
5. Melakukan pemantauan tumbuh kembang janin.
6. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.
7. Melakukan tatalaksana terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil sedini mungkin atau
melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan.
8. Mempersiapkan persalinan yang bersih dan aman.
9. Melakukan rencana antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi pada
proses persalinan.
10. Melakukan tatalaksana kasus serta rujukan tepat waktu pada kasus kegawatdaruratan maternal neonatal.
11. Melibatkan ibu hamil, suami dan keluarga dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, mempersiapkan
persalinan dan kesiagaan apabila terjadi komplikasi.
13. Standar pelayanan antenatal terpadu minimal adalah
sebagai berikut (10T):
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)
4. Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus difteri
(Td) bila diperlukan
7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama masa
kehamilan
14. Standar pelayanan antenatal terpadu minimal adalah
sebagai berikut (10T) :
8. Tes laboratorium: tes kehamilan, kadar hemoglobin darah, golongan darah, tes
triple eliminasi (HIV, Sifilis dan Hepatitis B) dan malaria pada daerah
endemis. Tes lainnya dapat dilakukan sesuai indikasi seperti: gluko-protein
urin, gula darah sewaktu, sputum Basil Tahan Asam (BTA), kusta, malaria
daerah non endemis, pemeriksaan feses untuk kecacingan, pemeriksaan
darah lengkap untuk deteksi dini thalasemia dan pemeriksaan lainnya.
9. Tata laksana/penanganan kasus sesuai kewenangan
10.Temu wicara (konseling)
Informasi yang disampaikan saat konseling minimal meliputi
hasil pemeriksaan, perawatan sesuai usia kehamilan dan usia ibu, gizi ibu
hamil, kesiapan mental, mengenali tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan
nifas, persiapan persalinan, kontrasepsi pascapersalinan, perawatan bayi baru
lahir, inisiasi menyusu dini, ASI eksklusif.
15. LANGKAH TEKNIS PELAYANAN ANTENATAL
TERPADU
1. Menyediakan kesempatan pengalaman positif bagi setiap ibu
hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu pada saat
dibutuhkan.
Pelayanan antenatal terpadu diberikan pada saat petugas kesehatan
kontak dengan ibu hamil. Kontak dalam hal ini didefinisikan
sebagai saat petugas kesehatan ibu hamil di fasilitas pelayanan
kesehatan maupun saat di dalam sebuah komunitas/lingkungan.
Kontak sebaiknya dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga
ibu hamil mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan
komprehensif.
16. Layanan ANC oleh dokter umum
Ibu hamil minimal 2x diperiksa oleh dokter, 1x pada trimester1 dan 1x pada
trimester 3 (kunjungan antenatal ke 5).
• Kunjungan pada trimester 1
Pemeriksaan dokter pada kontak pertama ibu hamil di trimester 1 bertujuan untuk skrining
adanya faktor risiko atau komplikasi. Apabila kondisi ibu hamil normal, kunjungan
antenatal dapat dilanjutkan oleh bidan. Namun bilamana ada faktor risiko atau
komplikasi maka pemeriksaan kehamilan selanjutnya harus ke dokter atau dokter
spesialis sesuai dengan kompetensi dan wewenangnya.
• Kunjungan pada trimester 3
Pada kehamilan trimester 3, ibu hamil harus diperiksa dokter minimal sekali
(kunjungan antenatal ke-5 dan usia kehamilan 32-36 minggu). Tujuan pemeriksaan ini
adalah untuk mendeteksi adanya faktor risiko pada persalinan dan perencanaan
persalinan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter tetap mengikuti pola anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan tindak lanjut:
17. Layanan ANC oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi klinis/kebidanan selain dokter
Apabila saat kunjungan antenatal dengan dokter
tidak ditemukan faktor risiko maupun komplikasi,
kunjungan antenatal selanjutnya dapat dilakukan ke
tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi
klinis/kebidanan selain dokter. Kunjungan antenatal
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter
adalah kunjungan ke-2 di trimester 1, kunjungan ke-
3 di trimester 2 dan kunjungan ke-4 dan 6 di
trimester 3. Tenaga kesehatan melakukan
pemeriksaan antenatal, konseling dan memberikan
dukungan sosial pada saat kontak dengan ibu hamil.
18. KETERPADUAN PROGRAM DALAM LAYANAN
ANC
GISI
Asupan zat gizi untuk bayi di dalam kandungan berasal dari persediaan zat gizi di
dalam tubuh ibunya. Oleh karena itu sangat penting bagi calon ibu hamil
untuk mempunyai status gizi yang baik sebelum memasuki kehamilannya,
misalnya tidak kurus dan tidak anemia untuk memastikan cadangan zat
gizi ibu hamil mencukupi untuk kebutuhan janinnya
Saat hamil, salah satu indikator apakah janin mendapatkan asupan makanan
yang cukup adalah melalui pemantauan adekuat tidaknya
pertambahan berat badan (BB) ibu selama kehamilannya (PBBH).
PBBH yang optimal berbeda-beda sesuai dengan status gizi Ibu yang diukur
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil atau pada saat
memasuki trimester pertama seperti dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Semakin kurus seorang Ibu, semakin besar target PBBH-nya untuk
menjamin ketercukupan kebutuhan gizi janin.
20. CARA MENGHITUNG IMT
Membagi besaran Berat Badan (BB) dalam kg dengan
Tinggi Badan (TB) dalam “Meter” kuadrat sesuai
formula berikut
IMT = BERAT BADAN (KG)
TB(m) x TB (m)
Contoh : 55kg
1,50 x 1,50 = 2,25
= 55
2,25
= 24,4 (normal)
21. KENAIKAN BB SELAMA KEHAMILAN YANG
DIREKOMENDASIKAN SESUAI IMT
IMT pra hamil (kg/m2) Kenaikan BB total selama
kehaamilan
Laju kenaikan BB selama
TM 3 (rentang rerata
kg/minggu
Gisi kurang/KEK (< 18,5) 12,71- 18,16 0,45 – 0,59
Normal (18,5 – 24,9) 11,35 – 15,89 0,36 – 0,45
Kelebihan BB (25 – 29,9) 6,81 – 11,35 0,25 – 0,32
Obesitas (> 30) 4,99 – 9,08 0,18 – 0,27
22. Yang perlu diperhatikan
Gisi seimbang;
Tablet tambah darah
Pemberian kalsium
Pada daerah dengan intake kalsium yang rendah direkomendasikan pemberian
suplementasi tablet kalsium pada ibu hamil sebesar 1.500 -2.000 mg secara
oral dibagi dalam 3x pemberian per hari. Interaksi dapat terjadi antara
suplemen besi dan kalsium. Oleh karena harus ada jarak pemberian selama
beberapa jam. Pemberian tablet kalsium untuk mengurangi risiko preeklamsi.
penanggulangan KEK selama hamil
Penyediaan makan pada ibu hamil KEK diawali dengan perhitungan kebutuhan,
pemberian diet (termasuk komposisi zat gizi, bentuk makanan, dan frekuensi
pemberian dalam sehari). Ibu hamil KEK perlu penambahan energi sebesar 500 kkal
yang dapat berupa pemberian makanan tambahan (PMT) berbasis pangan lokal, PMT
pabrikan atau minuman padat gizi.
23. HIV, SIFILIS/IMS LAIN DAN HEPATITIS B
Upaya kesehatan masyarakat untuk mencegah
penularan ini dimulai dengan skrining pada ibu
hamil terhadap HIV,Sifilis dan Hepatitis B pada saat
pemeriksan antenatal pertama pada trimester
pertama
24. MALARIA
Strategi pelayanan terpadu pengendalian malaria dalam
antenatal adalah pemeriksaan (skrining) malaria pada
kunjungan pertama antenatal dan pemberian kelambu
berinsektisida terhadap semua ibu hamil yang tinggal di
kabupaten/ kota endemis tinggi malaria. Sedangkan
untuk ibu hamil yang tinggal di kabupaten/kota
endemis rendah dilakukan selektif pada ibu hamil yang
memiliki gejala dan:
a) tinggal di desa endemis tinggi malaria (desa merah),
b) ada riwayat berkunjung/tinggal di daerah endemis
malaria 1 (satu) bulan terakhir,
c) pernah sakit malaria dalam 2 tahun terakhir.
25. TUBERCOLOSIS
Manifestasi klinis TB pada kehamilan umumnya sama dengan wanita yang tidak
hamil yaitu manifestasi umum dari TB paru. Semua wanita hamil harus
diskrining untuk diagnosis TB. Tes HIV juga penting dilakukan pada wanita hamil
terduga TB. Ibu hamil yang sakit TB, harus segera diberi pengobatan OAT untuk
mencegah penularan dan kematian. Amikasin, Streptomisin, Etionamid/Protionamid
TIDAK DIREKOMENDASIKAN untuk pengobatan tuberkulosis pada ibu hamil.
Skrinning gejala dan tanda TBC:
1. Apakah ada batuk lama (2 minggu atau lebih)?
2. Apakah ada batuk berdarah?
3. Apakah ada demam dan lemas?
4. Apakah ada berkeringat malam tanpa aktivitas?
5. Apakah terjadi penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas?
6. Apakah ada gejala TB Ekstra Paru (kelenjar, tulang, kulit, dll)?
7. Apakah ada kontak serumah atau kontak erat dengan pasien TB?
Apabila hasil skrining menunjukkan gejala TB, maka ibu hamil dirujuk ke Poli TB
untuk tatalaksana lebih lanjut.
26. PTM
Antenatal dengan riwayat hipertensi
Srining pre eklampsia dilakukan pada usia kehamilan <
20 minggu ( buku KIA)
Antenatal dengan riwayat diabetes
Antenataldengan riwayat talasemia
27. KESEHATAN JIWA
Masalah atau gangguan kesehatan jiwa yang
dialami oleh ibu hamil tidak saja berpengaruh
terhadap ibu hamil tersebut, tetapi mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janinnya saat
didalam kandungan, setelah melahirkan, bayinya,
masa kanak-kanak dan masa remaja.
Beberapa masalah dan gangguan kesehatan jiwa
pada ibu hamil yang dapat terjadi antara lain:
28. IMUNISASI
sebelum pemberian imunisasi Td pada WUS termasuk ibu hamil
harus dilakukan skrining status TT terlebih dahulu. Pemberian
imunisasi Td dilakukan apabila belum mencapai status T5
Skrining dilakukan berdasarkan riwayat imunisasi yang tercatat
maupun ingatan.
a. Apabila data imunisasi tercatat pada buku imunisasi atau
buku KIA maka riwayat imunisasi T dapat diperhitungkan
b.Bila hanya berdasarkan ingatan, skrining dapat dimulai
dengan pertanyaan imunisasi saat di sekolah (BIAS) untuk ibu
yang lahir pada dan setelah tahun 1977. Untuk ibu yang lahir
sebelum tahun 1977 langsung dimulai dengan pertanyaan
imunisasi saat catin dan hamil.
29. KECACINGAN
Program Penanggulangan Cacingan pada Ibu Hamil:
1. Ibu hamil dengan pemberian Fe masih tetap anemia dilakukan
pemeriksaan tinja.
Jika hasil positif diberikan obat cacing secara selektif.
2. Skrining (pemeriksaan tinja) bagi ibu hamil yang mengalami
gejala Cacingan atau anemi pada saat kunjungan Antenatal
dan hasil pemeriksaan tinjanya positif Cacingan diberikan
obat cacing secara selektif.
3. Ibu hamil yang mempunyai hasil positif (+) pada
pemeriksaan tinja maka pemberian obat cacing dapat
dilakukan mulai trimester ke 2 dan ke 3 dibawah pengawasan
30. PENCATATAN
Pencatatan pelayanan antenatal terpadu menggunakaN
formulir yang sudah ada, yaitu:
1. Kartu Ibu atau rekam medis lainnya dengan nomor
KTP/NIK yang disimpan di fasilitas kesehatan
2. Kohort ibu: merupakan kumpulan data-data dari kartu ibu
3. Buku KIA (Lembar ibu)
4. Pencatatan dari program yang sudah ada (catatan
imunisasi, malaria, gizi, KB, TB, triple eliminasi dan lain-
lain)
31. PELAPORAN
Pelaporan pelayanan antenatal terpadu menggunakan
formulir pelaporan yang sudah ada, yaitu:
1. Laporan Bulanan Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak
2. Laporan Bulanan Pengendalian Penyakit Menular
3. Laporan PWS KIA
4. Laporan PWS Imunisasi
5. Untuk lintas program terkait, pelaporan mengikuti formulir yang
ada pada program tersebut (ePPGBM, SIHA, SITT, SISMAL).