SlideShare a Scribd company logo
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
LANSIA DENGAN OSTEOPOROSIS
OLEH : Ns. Nur Indah Sari Zeen, S.Kep
Pendahuluan
Masalah kesehatan pada usia lanjut yang sering di temui dan perlu mendapat perhatian adalah
penyakit osteoporosis. Osteoporosis atau pengoroposan tulang rawan menyerang orang - orang
berusia di atas 40 tahun, terutama pada kaum perempuan. Dari hasil penelitian di amerika serikat
pd orang berusia di atas 50 tahun, 1 dari 4 perempuan dan 1 dari 8 laki – laki terkena osteoporosis.
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit
osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pd pria juga dipengaruhi estrogen.
Bedanya, laki-laki tdk mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat.
Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun
waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000
diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Beberapa
fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan
ancaman osteoporosis di Indonesia adalah Prevalensi osteoporosis untuk umur
kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%,
untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50%
keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia
pada 2050.
Cont’
Askep osteoporosis pd lansia
 Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh
penurunan densitas masa tulang dan perburukan makroarsitektur tulang
hingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. (Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III, 2650)
 Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh
compromised bone strength sehingga tulang mudah patah. (national
Institute Of health (NIH) 2001)
 Osteoporis adalah penurunan masa total tulang yang diakibatkan oleh
perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi
tulang lebih besar dari pada kecepatan pembentukan tulang. (KMB)
Definisi
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan
resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang,
pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif
menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur
dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.
Cont’
Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada
usia lanjut:
Determinan Massa Tulang
 Faktor genetik
 Faktor mekanis
 Faktor makanan dan hormon
Determinan Penurunan Massa Tulang
 Faktor genetik
 Faktor mekanis
 Kalsium
 Protein
 Estrogen
 Rokok, kopi dan Alkohol
Patofisiologi
Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara
seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling).
Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih
besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang
Askep Osteoporosis
o Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk
tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula
Cont’
o Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami
penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian
rabekula pada usia lebih muda.
o Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang
berkisar 20-30 % dan pd wanita 40-50 %
o Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti
metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra
o Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian
proksimal dan radius bagian distal
Jenis Osteoporosis
Bila disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu osteoporosis primer dan sekunder.
1.Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan proses
penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama karena lebih banyak
ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses ketuaan pada wanita menopause dan usia
lanjut merupakan contoh dari osteoporosis primer.
2.Osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat hal hal tertentu. Yang
berhubungan dengan kelainan patologis tertentu termasuk kelainan endokrin, epek samping obat obatan,
immobilisasi, Pada osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk
menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid,
kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme,
hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-lain.
Manif klinis
Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat
fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 )
adalah:
o Nyeri timbul mendadak
o Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
o Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur
o Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh
karena melakukan aktivitas
o Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badan
Tulang Normal Vs Tulang Kropos
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Pemeriksaan non-invasif
 Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total
dan massa tulang.
 Pemeriksaan absorpsiometri
 Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
 Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi
mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi
tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka
 Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya
dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada
pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).
Pengobatan
Prinsip Pengobatan
o Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat
meningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid
anabolik
o Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat
mengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen
dan difosfonat
Pencegahan
Sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini
bertujuan:
 Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi yang optimal
 Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap
bugar
seperti:
1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
2. Latihan teratur setiap hari
3. Hindari :
- Makanan tinggi protein - Merokok
- Minum alkohol - Minum kopi
- Minum antasida yang mengandung aluminium
Askep osteoporosis pd lansia
Proses Keperawatan
Pengkajian
Promosi kesehatan, identifikasi individu dengan risiko mengalami
osteoporosis dan penemuann masalah yang berhubungan dengan
osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan.
Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam
keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan,
awitan menopause dan penggunaan kortikoseteoroid selain asupan alkohol,
rokok dan kafein. Setiap sengaja yang dialami pasien, seperti nyeri pingang,
konstipasi atau ganggua citra diri harus digali.
Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang kifosis vertebrata
torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernapasan
dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat
terjadi akibat inaktivitas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
2. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
3. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus)
4. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang
osteoporotik
INTERVENSI KEPERAWATAN
Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan.
1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
oeteoporosis.
2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.
3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti
Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu
mempertahankan massa tulang.
4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk
menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap
terjadinya oestoeporosis.
5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D,
sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek
osteoporosis.
6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat.
Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping
yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya
meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi
terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai
dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.
Cont’
Meredakan Nyeri
1. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat
tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa
hari.
2. Kasur harus padat dan tidak lentur.
3. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
4. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki
relaksasi otot.
Cont’
5. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari
gerakan memuntir.
6. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien
dibantu turun dari tempat tidur,
7. pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun
alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan
lansia.
8. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur
perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan
mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah.
9. opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan
nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat
mengurangi nyeri.
Memperbaiki Pengosongan Usus
Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas,
pengobatan dan lansia.
1. Berikan diet tinggi serat.
2. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan
dapat membantu atau meminimalkan konstipasi.
3. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila
terjadi kolaps vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami
ileus.
Mencegah Cedera
1. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk
memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang
progresif.
2. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot
batang tubuh.
3. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik.
4. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban
lama.
5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di
bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan
tubuh menghasilkan vitamin D.
Pertimbangan Gerontologik
1. Lansia sering jatuh sebagai akibat dari bahaya lingkungan, gangguan neuromuskular,
penurunan sensor dan respons kardiovaskuler dan respons terhadap pengobatan. Bahaya
harus diidentifikasi dan dihilangkan. Supervisi dan bantuan harus selalu tersedia.
2. Pasien dan keluarganya perlu dilibatkan dalam perencanaan asuhan berkeseimbangan
dan program penanganan pencegahan.
3. Lingkungan rumah harus dikaji mengenai adanya potensial bahaya (mis. Permadani yang
terlipat, ruangan yang berantakan, mainan di lantai, binatang piaraan dibawah kaki) dan
diciptakan lingkungan yang aman (mis. Anak tangga dengan penerangan yang memadai
dengan pegangan yang kokoh, pegangan di kamar mandi, alas kaki dengan ukuran pas).
Evaluasi
1. Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan program
penanganannya.
o Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang
o Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi
o Meningkatkan tingkat latihan
o Gunakan terapi hormon yang diresepkan
o Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran
2. Mendapatkan peredaan nyeri
o Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
o Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan
sehari-hari
o Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur
Cont’
3.Menunjukkan pengosongan usus yang normal
o Bising usus aktif
o Gerakan usus teratur
4. Tidak mengalami fraktur baru
o Mempertahankan postur yang bagus
o Mempegunakan mekanika tubuh yang baik
o Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D
o Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap hari)
o Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari
o Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah
o Menciptakan lingkungan rumah yang aman
o Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan.
Thank you

More Related Content

PPTX
Kebutuhan oksigenasi
PPTX
Teori Nola. J.Pender
PPTX
Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
PPT
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
PPT
Sistem Perkemihan
PPTX
Konsep keperawatan medikal bedah
PDF
Cairan dan elektrolit
PPTX
Pengkajian Keperawatan
Kebutuhan oksigenasi
Teori Nola. J.Pender
Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem Perkemihan
Konsep keperawatan medikal bedah
Cairan dan elektrolit
Pengkajian Keperawatan

What's hot (20)

PDF
Konsep dan-perspektif-kmb
DOCX
Makalah konsep perilaku kesehatan
PPT
Konsep profesi keperawatan
PPTX
Posisi pasien kdtk 1
PPTX
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
PPTX
Kode Etik Keperawatan Indonesia (ETIKA II)
PPTX
(2). konsep keperawatan komunitas
PPT
Kebutuhan seksualitas
PPT
Primary health care
PPTX
Kebijakan dan Regulasi K3 dalam Keperawatan
PPT
Konsep Dasar Primary Health Care
PPTX
1. KONSEP DAN PERSPEKTIF KEP. MEDIKAL BEDAH.pptx
PPT
Power Point Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)
PPT
5. program lansia (1)
PPT
KPSP & DDST
PPTX
MENETAPKAN DIAGNOSA KEHAMILAN DENGAN TEPAT
PPTX
Peran, Fungsi dan tugas Perawat,
PPTX
keseimbangan energi
DOCX
Makalah teori sistem pelayanan kesehatan
PDF
Prosedur Melepaskan Infus
Konsep dan-perspektif-kmb
Makalah konsep perilaku kesehatan
Konsep profesi keperawatan
Posisi pasien kdtk 1
Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Fekal
Kode Etik Keperawatan Indonesia (ETIKA II)
(2). konsep keperawatan komunitas
Kebutuhan seksualitas
Primary health care
Kebijakan dan Regulasi K3 dalam Keperawatan
Konsep Dasar Primary Health Care
1. KONSEP DAN PERSPEKTIF KEP. MEDIKAL BEDAH.pptx
Power Point Anatomi & Fisiologi (Sistem Saraf)
5. program lansia (1)
KPSP & DDST
MENETAPKAN DIAGNOSA KEHAMILAN DENGAN TEPAT
Peran, Fungsi dan tugas Perawat,
keseimbangan energi
Makalah teori sistem pelayanan kesehatan
Prosedur Melepaskan Infus
Ad

Similar to Askep osteoporosis pd lansia (20)

DOC
3 askep-osteoporosis-42-524
DOCX
Osteoporosis
DOCX
Still askep
PPTX
Osteoporosis shb
DOCX
Osteoporosis (Sejenis Makalah/Karya Tulis Ilmiah)
DOCX
Makalah osteoporosis
DOCX
Makalah osteoporosis
DOCX
Makalah osteoporosis
DOCX
Makalah osteoporosis
PPT
Askep Osteoporosis.ppt jdjsjnwjwnwjwbwjwjw
PPT
Askep Osteoporosis.ppt gjkabjbwnjsbsnbbsh
PPT
Gaya_Hidup_Sehat_Cegah_Osteoporosis_Melalui_Aktivitas_Fisik_dan_Nutrisi_Untuk...
DOCX
Terapi hormon osteoporosis
DOCX
Osteoporosis
DOCX
DOCX
DOCX
Osteoporosis terhadap-pola-jalan
DOCX
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
DOCX
Osteoporosis
3 askep-osteoporosis-42-524
Osteoporosis
Still askep
Osteoporosis shb
Osteoporosis (Sejenis Makalah/Karya Tulis Ilmiah)
Makalah osteoporosis
Makalah osteoporosis
Makalah osteoporosis
Makalah osteoporosis
Askep Osteoporosis.ppt jdjsjnwjwnwjwbwjwjw
Askep Osteoporosis.ppt gjkabjbwnjsbsnbbsh
Gaya_Hidup_Sehat_Cegah_Osteoporosis_Melalui_Aktivitas_Fisik_dan_Nutrisi_Untuk...
Terapi hormon osteoporosis
Osteoporosis
Osteoporosis terhadap-pola-jalan
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Osteoporosis
Ad

More from STIKES GRAHA MEDIKA (10)

PPTX
Askep low back pain indah zen
PPTX
Anfis sistem sensori
PPTX
Rencana penyuluhan kesehatan
PPTX
Ruang lingkup keperawatan
PPTX
Ilmu keperawatan dasar iii
PPTX
Prinsip dan tehnik pemberian obat
PPTX
Anfis muskuloskeletal
PPTX
Asuhan keperawatan diare pada anak
PPTX
Anatomi fisiologi sistem saraf
PPTX
Askep Trombositopenia
Askep low back pain indah zen
Anfis sistem sensori
Rencana penyuluhan kesehatan
Ruang lingkup keperawatan
Ilmu keperawatan dasar iii
Prinsip dan tehnik pemberian obat
Anfis muskuloskeletal
Asuhan keperawatan diare pada anak
Anatomi fisiologi sistem saraf
Askep Trombositopenia

Recently uploaded (20)

DOCX
LK - Pengalaman Belajar Pembelajaran Mendalam.docx
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PAI & BP Kelas 11 SMA Terbaru 2025
PPTX
PELAKSANAAN (di Htl_GFeruci, 28 Jul'25) + Link2 MATERI Training_LEADERSHIP & ...
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 10 SMA Terbaru 2025
PPTX
Slide PPT Metode Ilmiah Kelas 7 SMP.pptx
PDF
Timbal Balik yang Timbang: Perdagangan Tak Setara AS–Indonesia
PPTX
Konsep & Strategi Penyusunan HPS (Perpres No. 16/2018 jo. No.12/2021 & No. 4...
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Bahasa Inggris Kelas X Terbaru 2025
PPTX
lansia berdaya (SIDAYA) di indonesia.pptx
PPT
pengantar algoritma dan pemrograman dasar
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Senbud Seni Musik Kelas 12 SMA Terbaru 2025
PPTX
Informatika_dan_Keterampilan_Generik.pptx
PPTX
Materi Ipas kelas 6 sistem pencernaan manusia
PPTX
PENGIMBASAN PEMBELAJARAN MENDALAM (DEEP LEARNING)
PDF
Lembar Kerja Mahasiswa Konsep Sistem Operasi
PPTX
PPT-Makhluk-Hidup-dan-Lingkungannya-PROJEK-IPAS-SMK-Kelas-10.pptx
DOCX
LK Modul 3 - Menentukan Pengalaman Belajar.docx
PPTX
Analisis-Kasus-PNS-Telat-Pelayanan-Publik-Terhambat Fiks.pptx
PDF
Materi Seminar AITalks: AI dan Konseling GPT
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Senbud Seni Teater Kelas 12 SMA Terbaru 2025
LK - Pengalaman Belajar Pembelajaran Mendalam.docx
Modul Ajar Deep Learning PAI & BP Kelas 11 SMA Terbaru 2025
PELAKSANAAN (di Htl_GFeruci, 28 Jul'25) + Link2 MATERI Training_LEADERSHIP & ...
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 10 SMA Terbaru 2025
Slide PPT Metode Ilmiah Kelas 7 SMP.pptx
Timbal Balik yang Timbang: Perdagangan Tak Setara AS–Indonesia
Konsep & Strategi Penyusunan HPS (Perpres No. 16/2018 jo. No.12/2021 & No. 4...
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Bahasa Inggris Kelas X Terbaru 2025
lansia berdaya (SIDAYA) di indonesia.pptx
pengantar algoritma dan pemrograman dasar
Modul Ajar Deep Learning Senbud Seni Musik Kelas 12 SMA Terbaru 2025
Informatika_dan_Keterampilan_Generik.pptx
Materi Ipas kelas 6 sistem pencernaan manusia
PENGIMBASAN PEMBELAJARAN MENDALAM (DEEP LEARNING)
Lembar Kerja Mahasiswa Konsep Sistem Operasi
PPT-Makhluk-Hidup-dan-Lingkungannya-PROJEK-IPAS-SMK-Kelas-10.pptx
LK Modul 3 - Menentukan Pengalaman Belajar.docx
Analisis-Kasus-PNS-Telat-Pelayanan-Publik-Terhambat Fiks.pptx
Materi Seminar AITalks: AI dan Konseling GPT
Modul Ajar Deep Learning Senbud Seni Teater Kelas 12 SMA Terbaru 2025

Askep osteoporosis pd lansia

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LANSIA DENGAN OSTEOPOROSIS OLEH : Ns. Nur Indah Sari Zeen, S.Kep
  • 2. Pendahuluan Masalah kesehatan pada usia lanjut yang sering di temui dan perlu mendapat perhatian adalah penyakit osteoporosis. Osteoporosis atau pengoroposan tulang rawan menyerang orang - orang berusia di atas 40 tahun, terutama pada kaum perempuan. Dari hasil penelitian di amerika serikat pd orang berusia di atas 50 tahun, 1 dari 4 perempuan dan 1 dari 8 laki – laki terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pd pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tdk mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat.
  • 3. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis di Indonesia adalah Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. Cont’
  • 5.  Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas masa tulang dan perburukan makroarsitektur tulang hingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. (Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, 2650)  Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah. (national Institute Of health (NIH) 2001)  Osteoporis adalah penurunan masa total tulang yang diakibatkan oleh perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari pada kecepatan pembentukan tulang. (KMB) Definisi
  • 6. Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal. Cont’
  • 7. Etiologi Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
  • 8. Determinan Massa Tulang  Faktor genetik  Faktor mekanis  Faktor makanan dan hormon
  • 9. Determinan Penurunan Massa Tulang  Faktor genetik  Faktor mekanis  Kalsium  Protein  Estrogen  Rokok, kopi dan Alkohol
  • 10. Patofisiologi Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang Askep Osteoporosis o Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula
  • 11. Cont’ o Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian rabekula pada usia lebih muda. o Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pd wanita 40-50 % o Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra o Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal
  • 12. Jenis Osteoporosis Bila disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu osteoporosis primer dan sekunder. 1.Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan proses penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis sekunder. Proses ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan contoh dari osteoporosis primer. 2.Osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat hal hal tertentu. Yang berhubungan dengan kelainan patologis tertentu termasuk kelainan endokrin, epek samping obat obatan, immobilisasi, Pada osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-lain.
  • 13. Manif klinis Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah: o Nyeri timbul mendadak o Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang o Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur o Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan aktivitas o Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badan
  • 14. Tulang Normal Vs Tulang Kropos
  • 15. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK  Pemeriksaan non-invasif  Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang.  Pemeriksaan absorpsiometri  Pemeriksaan komputer tomografi (CT)  Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka  Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).
  • 16. Pengobatan Prinsip Pengobatan o Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolik o Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat
  • 17. Pencegahan Sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:  Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi yang optimal  Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti: 1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari) 2. Latihan teratur setiap hari 3. Hindari : - Makanan tinggi protein - Merokok - Minum alkohol - Minum kopi - Minum antasida yang mengandung aluminium
  • 19. Proses Keperawatan Pengkajian Promosi kesehatan, identifikasi individu dengan risiko mengalami osteoporosis dan penemuann masalah yang berhubungan dengan osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan. Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause dan penggunaan kortikoseteoroid selain asupan alkohol, rokok dan kafein. Setiap sengaja yang dialami pasien, seperti nyeri pingang, konstipasi atau ganggua citra diri harus digali. Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang kifosis vertebrata torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernapasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktivitas.
  • 20. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi 2. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot 3. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus) 4. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik
  • 21. INTERVENSI KEPERAWATAN Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan. 1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis. 2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai. 3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang. 4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
  • 22. 5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek osteoporosis. 6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal. Cont’
  • 23. Meredakan Nyeri 1. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari. 2. Kasur harus padat dan tidak lentur. 3. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot. 4. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.
  • 24. Cont’ 5. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir. 6. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu turun dari tempat tidur, 7. pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia. 8. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah. 9. opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri.
  • 25. Memperbaiki Pengosongan Usus Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia. 1. Berikan diet tinggi serat. 2. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu atau meminimalkan konstipasi. 3. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.
  • 26. Mencegah Cedera 1. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif. 2. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh. 3. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik. 4. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama. 5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.
  • 27. Pertimbangan Gerontologik 1. Lansia sering jatuh sebagai akibat dari bahaya lingkungan, gangguan neuromuskular, penurunan sensor dan respons kardiovaskuler dan respons terhadap pengobatan. Bahaya harus diidentifikasi dan dihilangkan. Supervisi dan bantuan harus selalu tersedia. 2. Pasien dan keluarganya perlu dilibatkan dalam perencanaan asuhan berkeseimbangan dan program penanganan pencegahan. 3. Lingkungan rumah harus dikaji mengenai adanya potensial bahaya (mis. Permadani yang terlipat, ruangan yang berantakan, mainan di lantai, binatang piaraan dibawah kaki) dan diciptakan lingkungan yang aman (mis. Anak tangga dengan penerangan yang memadai dengan pegangan yang kokoh, pegangan di kamar mandi, alas kaki dengan ukuran pas).
  • 28. Evaluasi 1. Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan program penanganannya. o Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang o Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi o Meningkatkan tingkat latihan o Gunakan terapi hormon yang diresepkan o Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran 2. Mendapatkan peredaan nyeri o Mengalami redanya nyeri saat beristirahat o Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-hari o Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur
  • 29. Cont’ 3.Menunjukkan pengosongan usus yang normal o Bising usus aktif o Gerakan usus teratur 4. Tidak mengalami fraktur baru o Mempertahankan postur yang bagus o Mempegunakan mekanika tubuh yang baik o Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D o Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap hari) o Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari o Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah o Menciptakan lingkungan rumah yang aman o Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan.

Editor's Notes

  • #9: Genetik : Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis. mekanis : Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Mknn & hormon : Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya. Makanan & hormon : ada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.
  • #10: Faktor genetik : berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Mekanis : Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi  hormonal. Pada umumnya aktivitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya   usia. Kalsium : Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Protein : Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.  Estrogen : Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal. Rkok, kopi & alkohol : Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.