SlideShare a Scribd company logo
5
Most read
7
Most read
8
Most read
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 65
PERSAMAAN DIFFERENSIAL
BIASA
A. PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang persamaan diferensial biasa. Setelah menyelesaikan
pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan akan mampu menyelesaikan
persamaan diferensial biasa dengan MATLAB. Secara khusus mahasiswa
diharapkan akan mampu menyusun permasalahan fisis dan kimia dalam Teknik
Kimia dalam bentuk persamaan diferensial biasa, menyelesaiakan persamaan
diferensial biasa dengan fungsi ode45 dalam MATLAB. Persamaan diferensial
biasa banyak ditemukan pada pemodelan-pemodelan teknik reaktor, kinetika
reaksi kimia, peristiwa-peristiwa perpindahan dan lain-lain.
B. PENYAJIAN MATERI
Persamaan diferensial muncul dari kajian proses fisis dan kimia dinamis yang
memiliki satu variable bebas. Variabel tersebut dapat berupa variable jarak, x atau
variabel waktu, t yang bergantung pada geometri sistem dan kondisi batasnya.
Sebagai contoh suatu reaksi kimia dengan bentuk:
A + B C + D E (7.1)
Berlangsung dalam suatu reaktor, neraca massa dapat diterapkan
Input + generation = Output + Aacumulation (7.2)
Untuk reaktor batch, aliran masuk dan keluar adalah nol, sehinga neraca massa
disederhanakan menjadi
Laju akumulasi = pembangkitan (7.3)
BAB 7
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 66
Asumsi bahwa reaksi (7.1) berlangsung dalam fasa cair dengan perubahan volum
diabaikan, Jika persamaan (7.3) ditulis untuk setiap komponen yang bereaksi
maka akan memiliki bentuk
DCBA
A
CCkCCk
dt
dC
21 
DCBA
B
CCkCCk
dt
dC
21 
n
D
m
CDCBA
C
CCkCCkCCk
dt
dC
321  (7.4)
n
D
m
CDCBA
D
CCkCCkCCk
dt
dC
321 
n
D
m
C
E
CCk
dt
dC
3
dimana CA, CB, CC, CD, and CE, menyatakan konsentrasi lima komponen pada
reaksi kimia. Reaksi ini merupakan satu set persamaan diferensial non-linier
order satu simultan, yang menggambarkan prilaku dinamis reaksi kimia. Dengan
metode yang disusun pada bab ini, persamaan ini dengan satu set kondisi awal,
dapat diintegrasikan untuk memperoleh profil waktu semua konsentrasi.
Kasus lain, anggap pertumbuhan mikroorgnisme, katakan ragi, dalam
fermentor kontinyu dengan tipe yang ditunjukkan Gambar di bawah.
Gambar 7.1 Fermentor kontinyu
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 67
Volume cairan dalam fermentor adalah V, laju alir nutrien ke dalam fermentor
adalah Fin, dan laju air produk keluar fermentor adalah Fo. Neraca massa sel X
adalah:
Input + Pembangkitan = Output + Akumulasi
dt
VXd
XFVrXF outoutxinin
)(

Neraca massa untuk subtrat S diberikan dengan persamaan :
dt
VSd
SFVrSF outoutSinin
)(

Neraca volume total adalah
dt
dV
FF outin 
Jika kita buat asumsi bahwa fermentor tercampur sempurna, yaitu konsentrasi
di setiap titik dalam fermentor sama, maka :
outXX 
outSS 
Dan persamaan disederhanakan menjadi
  VrXFXF
dt
VXd
xoutinin 
)(
  VrSFSF
dt
VSd
Soutinin 
)(
outin FF
dt
dV

Asumsi berikutnya dibuat bahwa laju alir masuk dan keluar fermentor adalah
sama, dan laju pembentukan sel dan penggunaan subtrat diberikan oleh :
SK
SX
rx

 max
dan
7.5
7.6
7.7
7.8
7.9
7.10
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 68
SK
SX
Y
rS

 max1 
Set persamaan menjadi:
 
SK
SX
XX
V
F
dt
dX
in
out







 max
 
SK
SX
Y
SS
V
F
dt
dS
in
out







 max1 
Ini adalah satu set persamaan diferensial biasa simultan, yang menggambarkan
dinamik fermentasi kultur kontinyu.
Berdasarkan ordenya persamaan diferensial biasa terdiri atas tiga jenis (paling
umum ditemukan dalam permasalahan teknik kimia).
Orde 1 dy
y kx
dx
 
Orde 2
2
2
d y dy
y kx
dx dx
 
Orde 3
23 2
3 2
d y d y dy
a b kx
dx dx dx
 
   
 
Berdasarkan ordenya persamaan diferensial biasa terdiri atas dua jenis.
1. Linier
Persamaan umum persamaan diferensial biasa linier dirumuskan sbb:
         
1
1 11
...
n n
o n nn n
d y d y dy
b x b x b x b x y R x
dx dx dx


    
2. Taklinier
Persamaan diferensial biasa yang tidak memenuhi persamaan umum persamaan
diferensial biasa linier di muka dikelompokan ke dalam persamaan diferensial
biasa tak linier.
Salah satu kegunaan MATLAB dalam teknik adalah aplikasinya untuk
menyelesaikan persamaan secara numeris persamaan diferensial biasa. MATLAB
7.11
7.12
7.13
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 69
memiliki penyelesaian ode yang berbeda yang memungkinkan ode
menyelesaikan secara akurat dan efisien tergantung pada tingkat kesulitan
(stiffness) ode. Stiffness adalah perubahan relative pada penyelesaian satu
persamaan diferensial.
Terdapat cara berbeda untuk menyusun dan mengeksekusi penyelesaian ode,
namun untuk kali ini suatu sistem yang menggunkanan m-files banyak untuk
setiap penyelesaian ode akan diberikan. Dua m-files utama yang diperlukan
adalah file eksekusi (run) dan file fungsi. Untuk penyelesaian sutu ode dlam
MATLAB semua ode harus didefinisikan dalam suatu fungsi m-file. Ketika
memasukkan kedalam file fungsi, persamaan diferensial harus memiliki order
satu berbentuk dy/dx = f(y,x). File fungsi harus berisi:
1. Definisi fungsi seperti function dmdt = nama_file(t,m), dimana t adalah variable
bebas dan m adalah variable tak bebas order satu.
2. Jika variabel global digunakan, perintah global harus disisipkan setelah
definisi fungsi
3. Persamaan diferensial harus dalam bentuk deskripsi di atas, misal: dmdt =
f(m,t)
Nama file, variable (m dan t), dan dmdt dapat berubah-ubah.
Contoh 7.1 Aliran Fluida
Suatu fluida dengan densitas tetap mengalir ke dalam tangki besar yang kosong
dan tak tentu pada 8 L/s. Sebuah kran dipasang untuk mengatur aliran keluar
pada laju tetap 4 L/s. Turunkan dan selesaikan persamaan diferensial yang
menggambarkan proses ini, di atas interval 100 detik.
Penyelesaian :
Neraca massa:
Laju Akumulasi = input – Output


)48(
)(

dt
Vd
Karena densitas konstan, sehingga
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 70
)48(
)(

dt
Vd
dalam liter per detik.
Kondisi awal pada waktu t = 0, volume dalam tangki = 0. Berikut penyelesaan
persamaan di atas.
File fluida run digunakan untuk mengeksekusi penyelesaian. List penulisan
program adalah
Grafik yang dihasilkan seperti Gambar 7.1.
Gambar 7.2 Plot waktu terhadap volum
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Time (s)
volintank(L)
fluida
function dvdt=fluida(t,v)
dvdt=4
to=0;
tf=100;
tspan=[to tf]; %interval integrasi
v0=0 %kondisi awal
[t,v]=ode45(’fluida’tspan,v0)
plot(t,v(:,1))
Xlabel(‘Time (s)’)
Ylabel (‘vol in tank(L)’)
Title(‘fluida’)
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 71
Contoh 7.2 Simulasi Reaktor Batch
Reaktor batch adalah reaktor yang digunakan secara sekali tempuh. Artinya
umpan dimasukkan satu kali di awal reaksi dan produk dikeluarkan pada akhir
reaksi. Selama reaksi tidak ada umpan yang masuk ataupun produk yang
keluar.
Kecepatan proses biasanya diukur dari kecepatan pengurangan umpan :
A
A
r
dt
dC

Apabila kecepatan reaksi dapat didefinisikan sebagai :
A
A
A
CK
kC
r


maka persamaan diferensial di atas menjadi :
A
AA
CK
kC
dt
dC


Jika harga k = 0.01, K = 1.03 dan CA pada t = 0 (awal reaksi) adalah 0.5
mol/liter, maka konsentrasi A setiap waktu dapat ditentukan dengan
menyelesaikan persamaan diferensial di atas.
Catatan : persamaan tersebut tidak dapat diselesaikan secara analitik karena
bersifat tak linier, sehingga harus diselesaikan secara numerik.
Langkah pertama, buatlah fungsi yang dapat mengevaluasi fungsi ruas kanan
persamaan diferensial tersebut.
function yprime = furuka(t,Ca)
% menghitung fungsi ruas kanan dari persamaan neraca massa
reaktor batch
yprime = 0.1*Ca/(1.03 + Ca);
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 72
Kemudian langkah berikutnya adalah menggunakan fungsi ode23 atau ode45
yang telah disediakan Matlab untuk menentukan konsentrasi A setiap waktu.
[t,Ca] = ode23('furuka',[0 50],0.5)
t =
0
1.2240
6.2240
11.2240
16.2240
21.2240
26.0582
30.4158
34.4216
38.2175
41.8888
45.4822
49.0247
50.0000
Ca =
0.5000
0.4611
0.3240
0.2203
0.1456
0.0941
0.0607
0.0405
0.0277
0.0193
0.0136
0.0096
0.0068
0.0062
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 73
Apabila harga k bergantung pada temperatur menurut persamaan Arhenius
berikut :
RT
.
ek
00095
8
10


dan reaksi yang terjadi bersifat eksotermik (H = 432 kJ/mol) dan
dilaksanakan pada temperatur 500 K, maka persamaan-persamaan neraca
massa dan energi sistem adalah sbb. :
A
A
RT
A
CK
Ce
dt
dC



000.95
8
10
)(
10
000.95
8
H
CK
Ce
dt
dT
Cp
A
A
RT





Jika  dan Cp dianggap sama dengan air (1000 kg/m3 dan 4.3 kJ/kg), maka
fungsi furuka menjadi :
function yprime = furuka(t,y)
% menghitung fungsi ruas kanan dari persamaan neraca massa
reaktor batch
Ca = y(1);
T = y(2);
yprime = zeros(2,1);
yprime(1) = - 1E8*exp(-95000/(8.314*T))*Ca/(1.03 + Ca);
yprime(2) = 1E8*exp(-95000/(8.314*T))*Ca/(1.03 +
Ca)*(432*1000)/(1000*4.3);
Kemudian integrasikan dengan batas yang sama :
[t,Y] = ode23('furuka',[0 50],[0.5 500])
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 74
t =
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Y =
0.5000 500.0000
0.4799 502.0147
0.4585 504.1645
0.4357 506.4621
0.4112 508.9204
0.3850 511.5520
0.3570 514.3673
0.3271 517.3723
0.2953 520.5644
0.2618 523.9267
0.2271 527.4201
Contoh 7.3 Proses Dinamis Pemanasan Fluid
Tiga buah tangki yang disusun seri digunakan untuk memanaskan minyak
mentah sebelum diumpankan ke fraksinator untuk pemisahan lanjut.
Gambar 7.3 Sistem pemanasan minyak
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 75
Pada saat awal, masing-masing tangki diisi dengan 1000 kg minyak pada suhu
20 oC. Steam jenuh pada suhu 250 oC dikondensasikan di dalam koil yang
tercelup pada masing-masing tangki. Minyak diumpankan ke tangki pertama
dengan laju 100 kg/menit dan dialirkan ke tangki kedua maupun tangki dengan
laju yang sama. Suhu minyak umpan adalah 20 oC. Tangki dilengkapi pengaduk
sehingga pencampuran di dalam tangki dapat dianggap sempurna, dan suhu di
dalam tangki seragam. Demikian juga dengan suhu aliran keluar tangki sama
dengan suhu di dalam tangki. Kapasitas panas minyak, Cp = 2.0 kJ/kg. Laju
perpindahan panas dari steam ke minyak tiap tangki dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :
 TTUaQ steam 
Dimana Ua = 10 kJ/mnt.oC yaitu perkalian antara koefisien transfer panas dan
luas area perpindahan panas koil untuk masing-masing tangki.
Tentukan suhu steady state di tiap tangki, dan berapa interval waktu yang
dibutuhkan agar T3 mencapai 99 % kondisi steady state-nya pada saat start-up ?
Petunjuk Penyelesaian :
Asumsi :
i. Laju alir minyak menuju masing – masing tangki dianggap sama (W0 = W1 =
W2 = W3 = W).
ii. Densitas minyak konstan, sehingga jumlah (massa dan volum) minyak di
dalam masing – masing tangki sama dan konstan (M1 = M2 = M3 = M).
Susun neraca panas unsteady state masing – masing tangki.
Untuk tangki 1 :
Panas Akumulasi = Panas masuk – Panas keluar
  110
1
TWCTTUaTWC
dt
dT
MC psteampp 
Persamaan di atas dapat disusun kembali sebagai berikut :
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 76
   
p
steamp
MC
TTUaTTWC
dt
dT 1101


Analog untuk tangki 2 :
   
p
steamp
MC
TTUaTTWC
dt
dT 2212


Untuk tangki 3 :
   
p
steamp
MC
TTUaTTWC
dt
dT 3323


Sintax penulisan program Matlab
Main program
function runlatihan6_4
clear
clc
global W UA M Cp Tsteam To
%nilai-nilai parameter yang diketahui
W=100; % kg/min
UA=10; % kJ/min.C
M=1000; % kg
Cp=2.0; % kJ/kg
Tsteam=250; % C
To=20; % C
%nilai awal T1, T2, dan T3
Tawal=[20 20 20];%oC
%increment waktu
tmulai=0; % min
takhir=90; % min
tspan=[tmulai:5:takhir];
%fungsi untuk menjalankan fungsi MATLAB
[t,Y]=ode45('latihan6_4',tspan,Tawal);
%plot grafik t vs T
plot(t,Y(:,1),'*-r',t,Y(:,2),'o-b',t,Y(:,3),'*-g')
title('Temperature dalam tangki berpengaduk')
xlabel('waktu (min)')
ylabel('T (C)')
[t Y]
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 77
Sub program
function dTdt=latihan6_4(t,Y)
global W UA M Cp Tsteam To
T1=Y(1);
T2=Y(2);
T3=Y(3);
%persamaan-persamaan diferensial yang terlibat
dTdt(1)=((W*Cp*(To-T1))+UA*(Tsteam-T1))/(M*Cp);
dTdt(2)=((W*Cp*(T1-T2))+UA*(Tsteam-T2))/(M*Cp);
dTdt(3)=((W*Cp*(T2-T3))+UA*(Tsteam-T3))/(M*Cp);
dTdt=dTdt';
Gambar 7.4 Proses Dinamis sistem Pemanasan Minyak
C. RANGKUMAN
a. Persamaan Diferensial Biasa (PDB) persamaan diferensial di mana fungsi
yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel bebas
tunggal
b. Dalam bidang Teknik Kimia Persamaan diferensial muncul dari kajian proses
fisis dan kimia dinamis yang memiliki satu variable bebas. Variabel tersebut
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
20
25
30
35
40
45
50
55
Temperature dalam tangki berpengaduk
waktu (min)
T(C)
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 78
dapat berupa variable jarak, x atau variabel waktu, t yang bergantung pada
geometri sistem dan kondisi batasnya.
c. Penyelesaian persamaan diferensial biasa dapat diselesaikan dengan
MATLAB menggunakan fungsi ode yang akan diperoleh nilai variabel terikat
untuk setiap variabel bebas yang diberikan.
D.LATIHAN
Latihan 7.1 Simulasi Reaktor Plug Flow Non Isotermal
Reaksi perengkahan aston fasa uap, dinyatakn dngan reksi endotermik sebagai
berikut:
CH3COCH3  CH2CO + CH4
Berlangsung pada reaktor tubular berjaket. Aseton murni masuk reaktor pada
suhu To = 1035 K dan tekanan Po = 162 kPa, dan suhu gas eksternal heat
exchanger adalah konstan pada T, = 1150 K. Ingin dicari profil suhu sepanjang
reaktor dengan tekanan dianggap konstan. Data lain diberikan sebagai berikut:
Laju Alir volumetrik vo = 0,002 m3/s
Volume reaktor VR = 1 m3
Koef. transfer panas overall U = 110 W/m2 K
Luas permukan transfer paas a = 150 2/m3 reaktor
Konstanta Laju rekasi k = 3,58 ݁‫݌ݔ‬ቂ34.222 ቀ
ଵ
ଵ଴ଷହ
−
ଵ
்
ቁቃ‫ݏ‬ିଵ
Panas reaksi :
∆‫ܪ‬ோ = 80770 + 6,8(ܶ − 298) − 5,75 ‫ݔ‬10ିଷ(ܶଶ
− 298ଶ) − 1,27 ‫ݔ‬10ି଺(ܶଷ
−
298ଷ) ‫ܬ‬/݉ ‫݈݋‬
Kapasitas panas aseton CpA =26,63 + 0,1830 T - 45,86 x 10-6T2 J/mol.K
Kapasitas panas keten CpA =20,04 + 0,0945 T - 30,95 x 10-6T2 J/mol.K
Kapasitas panas metana CpA =13,39 + 0,0770 T - 18,71 x 10-6T2 J/mol.K
Neraca mol
ௗ௑
ௗ௏
=
ି௥ಲ
ிಲ೚
Neraca energi
ௗ்
ௗ௏
=
௎ೌ(்ೌି்)ା௥ಲ∆ுೃ
ிಲ೚൫஼೛ಲା௑∆஼೛൯
Laju reaksi −‫ݎ‬஺ = ݇‫ܥ‬஺ை ቀ
ଵି௑
ଵା௑
ቁ
்೚
்
FAO =CAO.vo
∆CP = CpB + CPC - CPA
Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 79
E. RUJUKAN
1) Constantinidis dan Mustoufi,1999, Numerical Methodes for Chemical Engineers
with MATLAB Application, hal 262-264. Prentice-Hall: Englewood Cfiffs, NJ.
2) Finlayson, B.A., 2006, Introduction to Chemical Engineering Computing, hal 115-
123. John Wiley & Sons Inc., New Jersey
3) Dan Hanselman dan Bruce Littlefield, 1997. MATLAB: Bahasa Komputasi dan
Teknis. hal 15 dan 154-165. Andi. Yokyakarta.

More Related Content

PDF
Matematika teknik kimia_2
PDF
Falling film evaporator
DOCX
Kinetika reaksi
PDF
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
DOC
Kimia fisika
PDF
Atk 1 pertemuan 1 dan 2
DOCX
Kesetimbangan uap cair
PPT
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Matematika teknik kimia_2
Falling film evaporator
Kinetika reaksi
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
Kimia fisika
Atk 1 pertemuan 1 dan 2
Kesetimbangan uap cair
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia

What's hot (20)

DOCX
Prinsip kerja rotary drum vacuum filter
PPTX
Kelompok 3 PP(dekanter)
PPT
5 kapasitas panas (termodinamika)
PPTX
Decanter - Peralatan Industri Proses
PDF
Destilasi batch
PPTX
reaktor CSTR dan PFR
PPT
Bab 3 Sifat Volumetris
PDF
Batch Reactor
PDF
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
PDF
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
PPT
Transformasi Laplace
PPT
DASAR PSIKROMETRIK
PPTX
Hukum II dan III termodinamika
DOCX
Drying Operasi teknik kimia
PPT
Termodinamika 1 lanjutan
PPT
7 energi bebas gibbs
PDF
Reaktor Alir Tangki Berpengaduk
PDF
05 kinetika reaksi-homogen-sistem-batch-ppt
PPTX
Entropi (new)
Prinsip kerja rotary drum vacuum filter
Kelompok 3 PP(dekanter)
5 kapasitas panas (termodinamika)
Decanter - Peralatan Industri Proses
Destilasi batch
reaktor CSTR dan PFR
Bab 3 Sifat Volumetris
Batch Reactor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Transformasi Laplace
DASAR PSIKROMETRIK
Hukum II dan III termodinamika
Drying Operasi teknik kimia
Termodinamika 1 lanjutan
7 energi bebas gibbs
Reaktor Alir Tangki Berpengaduk
05 kinetika reaksi-homogen-sistem-batch-ppt
Entropi (new)
Ad

Similar to Bab 7-penyelesaian-persamaan-diferensial (20)

PDF
Turunan Parsial.pdf
PPT
07 - Transformasi Citra - Digital Image Processing
DOC
Matlab 8
PDF
BAb- 08 Solusi Persamaan Diferensial Biasa.pdf
DOCX
P1 perbaikan kel 7 selasa pagi 1
DOCX
Diferensial parsial
PDF
Final project of process control
DOC
Analisis fourier-lanjutan
PPTX
Modul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariant
PPT
Matematika teknik kimia minggu 3
PDF
13-Reaktor Fixed Bed R-01
PPTX
Sistem partikel
PDF
Model matematika suspensi motor
PPT
Termodinamika (1,2) a diferensial_eksak_dan_tak_eksak
PPT
1 dimension and unit
PDF
Kuliah dinamika-lengkap
PPT
Termodinamika (1-2) a Diferensial eksak dan tak eksak
DOCX
DOCX
PPT
Bhn kuliah matematika teknik 1_ 2012
Turunan Parsial.pdf
07 - Transformasi Citra - Digital Image Processing
Matlab 8
BAb- 08 Solusi Persamaan Diferensial Biasa.pdf
P1 perbaikan kel 7 selasa pagi 1
Diferensial parsial
Final project of process control
Analisis fourier-lanjutan
Modul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariant
Matematika teknik kimia minggu 3
13-Reaktor Fixed Bed R-01
Sistem partikel
Model matematika suspensi motor
Termodinamika (1,2) a diferensial_eksak_dan_tak_eksak
1 dimension and unit
Kuliah dinamika-lengkap
Termodinamika (1-2) a Diferensial eksak dan tak eksak
Bhn kuliah matematika teknik 1_ 2012
Ad

More from Pujiati Puu (20)

DOC
Tugas rpp
DOC
Tugas akhir mpk
DOC
Ddka pujiati & citra purnama sitta
DOCX
Makalah teori konstruktivistik
DOCX
Makalah belajar dan pembelajaran
DOC
Hakikat manusia dan pengembangannya
DOC
Peluruhan27 2010 97
DOC
Grafik tugas 20des2012
DOC
Pujiati 06121010018
PDF
Modul praktikum kimdas ii
DOC
Grafik laju reaksi
PDF
Bahan kimia berbahaya
PDF
Evo s jurnal
DOC
Evolusi
DOC
Soal persilangan dihibrid
DOC
Evolusi
DOC
Blooming eceng gondok di daerah perairan
PPTX
Presentation1
DOC
Makalah agama islam
DOC
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
Tugas rpp
Tugas akhir mpk
Ddka pujiati & citra purnama sitta
Makalah teori konstruktivistik
Makalah belajar dan pembelajaran
Hakikat manusia dan pengembangannya
Peluruhan27 2010 97
Grafik tugas 20des2012
Pujiati 06121010018
Modul praktikum kimdas ii
Grafik laju reaksi
Bahan kimia berbahaya
Evo s jurnal
Evolusi
Soal persilangan dihibrid
Evolusi
Blooming eceng gondok di daerah perairan
Presentation1
Makalah agama islam
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya

Recently uploaded (20)

DOCX
788647528-JURNAL-PEMBELAJARAN-INFORMATIKA MODUL 2.docx
DOCX
LK Modul 3 - Menentukan Pengalaman Belajar.docx
PDF
KELOMPOK 4 LK Modul 4 KP4 Asesmen PM (3).pdf
PPTX
KODING DAN KECERDASAN ARTIFISIAL - ABDUL HAKIM.pptx
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Senbud Seni Rupa Kelas 12 SMA Terbaru 2025
PPTX
PEMBELAJARAN MENDALAM KEPALA SEKOLAH.pptx
PDF
Capaian Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial.pdf
DOCX
JURNAL PEMBELAJARAN MODUL 3 AKSI NYATA KODE ETIK GURU.docx
DOCX
Modul Ajar KURIKULUM KIK XI kreativitas 2 2025.docx
PPTX
Optimasi Proses Bisnis Pemasaran dalam Bisnis Retail
PPTX
PELAKSANAAN (di Htl_GFeruci, 28 Jul'25) + Link2 MATERI Training_LEADERSHIP & ...
PDF
Modul 7 Kp 1 Pelatihan Pembelajaran Mendalam
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Senbud Seni Tari Kelas 12 SMA Terbaru 2025
PDF
Analisis Proses Bisnis Pemasaran dalam Bisnis Retail
DOCX
Modul Ajar KURIKULUM KIK XI kreativitas 1 2025.docx
PPTX
RENCANA (Peruri Karawang, 05 Agst'25) + Link-link Materi Training_Teknik Peny...
PPTX
Konsep & Strategi Penyusunan HPS (Perpres No. 16/2018 jo. No.12/2021 & No. 4...
DOCX
LK - Pengalaman Belajar Pembelajaran Mendalam.docx
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Sejarah Indonesia Kelas 12 SMA Terbaru 2025
PDF
High Performance Leadership series Motivation
788647528-JURNAL-PEMBELAJARAN-INFORMATIKA MODUL 2.docx
LK Modul 3 - Menentukan Pengalaman Belajar.docx
KELOMPOK 4 LK Modul 4 KP4 Asesmen PM (3).pdf
KODING DAN KECERDASAN ARTIFISIAL - ABDUL HAKIM.pptx
Modul Ajar Deep Learning Senbud Seni Rupa Kelas 12 SMA Terbaru 2025
PEMBELAJARAN MENDALAM KEPALA SEKOLAH.pptx
Capaian Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial.pdf
JURNAL PEMBELAJARAN MODUL 3 AKSI NYATA KODE ETIK GURU.docx
Modul Ajar KURIKULUM KIK XI kreativitas 2 2025.docx
Optimasi Proses Bisnis Pemasaran dalam Bisnis Retail
PELAKSANAAN (di Htl_GFeruci, 28 Jul'25) + Link2 MATERI Training_LEADERSHIP & ...
Modul 7 Kp 1 Pelatihan Pembelajaran Mendalam
Modul Ajar Deep Learning Senbud Seni Tari Kelas 12 SMA Terbaru 2025
Analisis Proses Bisnis Pemasaran dalam Bisnis Retail
Modul Ajar KURIKULUM KIK XI kreativitas 1 2025.docx
RENCANA (Peruri Karawang, 05 Agst'25) + Link-link Materi Training_Teknik Peny...
Konsep & Strategi Penyusunan HPS (Perpres No. 16/2018 jo. No.12/2021 & No. 4...
LK - Pengalaman Belajar Pembelajaran Mendalam.docx
Modul Ajar Deep Learning Sejarah Indonesia Kelas 12 SMA Terbaru 2025
High Performance Leadership series Motivation

Bab 7-penyelesaian-persamaan-diferensial

  • 1. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 65 PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA A. PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang persamaan diferensial biasa. Setelah menyelesaikan pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan akan mampu menyelesaikan persamaan diferensial biasa dengan MATLAB. Secara khusus mahasiswa diharapkan akan mampu menyusun permasalahan fisis dan kimia dalam Teknik Kimia dalam bentuk persamaan diferensial biasa, menyelesaiakan persamaan diferensial biasa dengan fungsi ode45 dalam MATLAB. Persamaan diferensial biasa banyak ditemukan pada pemodelan-pemodelan teknik reaktor, kinetika reaksi kimia, peristiwa-peristiwa perpindahan dan lain-lain. B. PENYAJIAN MATERI Persamaan diferensial muncul dari kajian proses fisis dan kimia dinamis yang memiliki satu variable bebas. Variabel tersebut dapat berupa variable jarak, x atau variabel waktu, t yang bergantung pada geometri sistem dan kondisi batasnya. Sebagai contoh suatu reaksi kimia dengan bentuk: A + B C + D E (7.1) Berlangsung dalam suatu reaktor, neraca massa dapat diterapkan Input + generation = Output + Aacumulation (7.2) Untuk reaktor batch, aliran masuk dan keluar adalah nol, sehinga neraca massa disederhanakan menjadi Laju akumulasi = pembangkitan (7.3) BAB 7
  • 2. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 66 Asumsi bahwa reaksi (7.1) berlangsung dalam fasa cair dengan perubahan volum diabaikan, Jika persamaan (7.3) ditulis untuk setiap komponen yang bereaksi maka akan memiliki bentuk DCBA A CCkCCk dt dC 21  DCBA B CCkCCk dt dC 21  n D m CDCBA C CCkCCkCCk dt dC 321  (7.4) n D m CDCBA D CCkCCkCCk dt dC 321  n D m C E CCk dt dC 3 dimana CA, CB, CC, CD, and CE, menyatakan konsentrasi lima komponen pada reaksi kimia. Reaksi ini merupakan satu set persamaan diferensial non-linier order satu simultan, yang menggambarkan prilaku dinamis reaksi kimia. Dengan metode yang disusun pada bab ini, persamaan ini dengan satu set kondisi awal, dapat diintegrasikan untuk memperoleh profil waktu semua konsentrasi. Kasus lain, anggap pertumbuhan mikroorgnisme, katakan ragi, dalam fermentor kontinyu dengan tipe yang ditunjukkan Gambar di bawah. Gambar 7.1 Fermentor kontinyu
  • 3. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 67 Volume cairan dalam fermentor adalah V, laju alir nutrien ke dalam fermentor adalah Fin, dan laju air produk keluar fermentor adalah Fo. Neraca massa sel X adalah: Input + Pembangkitan = Output + Akumulasi dt VXd XFVrXF outoutxinin )(  Neraca massa untuk subtrat S diberikan dengan persamaan : dt VSd SFVrSF outoutSinin )(  Neraca volume total adalah dt dV FF outin  Jika kita buat asumsi bahwa fermentor tercampur sempurna, yaitu konsentrasi di setiap titik dalam fermentor sama, maka : outXX  outSS  Dan persamaan disederhanakan menjadi   VrXFXF dt VXd xoutinin  )(   VrSFSF dt VSd Soutinin  )( outin FF dt dV  Asumsi berikutnya dibuat bahwa laju alir masuk dan keluar fermentor adalah sama, dan laju pembentukan sel dan penggunaan subtrat diberikan oleh : SK SX rx   max dan 7.5 7.6 7.7 7.8 7.9 7.10
  • 4. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 68 SK SX Y rS   max1  Set persamaan menjadi:   SK SX XX V F dt dX in out         max   SK SX Y SS V F dt dS in out         max1  Ini adalah satu set persamaan diferensial biasa simultan, yang menggambarkan dinamik fermentasi kultur kontinyu. Berdasarkan ordenya persamaan diferensial biasa terdiri atas tiga jenis (paling umum ditemukan dalam permasalahan teknik kimia). Orde 1 dy y kx dx   Orde 2 2 2 d y dy y kx dx dx   Orde 3 23 2 3 2 d y d y dy a b kx dx dx dx         Berdasarkan ordenya persamaan diferensial biasa terdiri atas dua jenis. 1. Linier Persamaan umum persamaan diferensial biasa linier dirumuskan sbb:           1 1 11 ... n n o n nn n d y d y dy b x b x b x b x y R x dx dx dx        2. Taklinier Persamaan diferensial biasa yang tidak memenuhi persamaan umum persamaan diferensial biasa linier di muka dikelompokan ke dalam persamaan diferensial biasa tak linier. Salah satu kegunaan MATLAB dalam teknik adalah aplikasinya untuk menyelesaikan persamaan secara numeris persamaan diferensial biasa. MATLAB 7.11 7.12 7.13
  • 5. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 69 memiliki penyelesaian ode yang berbeda yang memungkinkan ode menyelesaikan secara akurat dan efisien tergantung pada tingkat kesulitan (stiffness) ode. Stiffness adalah perubahan relative pada penyelesaian satu persamaan diferensial. Terdapat cara berbeda untuk menyusun dan mengeksekusi penyelesaian ode, namun untuk kali ini suatu sistem yang menggunkanan m-files banyak untuk setiap penyelesaian ode akan diberikan. Dua m-files utama yang diperlukan adalah file eksekusi (run) dan file fungsi. Untuk penyelesaian sutu ode dlam MATLAB semua ode harus didefinisikan dalam suatu fungsi m-file. Ketika memasukkan kedalam file fungsi, persamaan diferensial harus memiliki order satu berbentuk dy/dx = f(y,x). File fungsi harus berisi: 1. Definisi fungsi seperti function dmdt = nama_file(t,m), dimana t adalah variable bebas dan m adalah variable tak bebas order satu. 2. Jika variabel global digunakan, perintah global harus disisipkan setelah definisi fungsi 3. Persamaan diferensial harus dalam bentuk deskripsi di atas, misal: dmdt = f(m,t) Nama file, variable (m dan t), dan dmdt dapat berubah-ubah. Contoh 7.1 Aliran Fluida Suatu fluida dengan densitas tetap mengalir ke dalam tangki besar yang kosong dan tak tentu pada 8 L/s. Sebuah kran dipasang untuk mengatur aliran keluar pada laju tetap 4 L/s. Turunkan dan selesaikan persamaan diferensial yang menggambarkan proses ini, di atas interval 100 detik. Penyelesaian : Neraca massa: Laju Akumulasi = input – Output   )48( )(  dt Vd Karena densitas konstan, sehingga
  • 6. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 70 )48( )(  dt Vd dalam liter per detik. Kondisi awal pada waktu t = 0, volume dalam tangki = 0. Berikut penyelesaan persamaan di atas. File fluida run digunakan untuk mengeksekusi penyelesaian. List penulisan program adalah Grafik yang dihasilkan seperti Gambar 7.1. Gambar 7.2 Plot waktu terhadap volum 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 50 100 150 200 250 300 350 400 Time (s) volintank(L) fluida function dvdt=fluida(t,v) dvdt=4 to=0; tf=100; tspan=[to tf]; %interval integrasi v0=0 %kondisi awal [t,v]=ode45(’fluida’tspan,v0) plot(t,v(:,1)) Xlabel(‘Time (s)’) Ylabel (‘vol in tank(L)’) Title(‘fluida’)
  • 7. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 71 Contoh 7.2 Simulasi Reaktor Batch Reaktor batch adalah reaktor yang digunakan secara sekali tempuh. Artinya umpan dimasukkan satu kali di awal reaksi dan produk dikeluarkan pada akhir reaksi. Selama reaksi tidak ada umpan yang masuk ataupun produk yang keluar. Kecepatan proses biasanya diukur dari kecepatan pengurangan umpan : A A r dt dC  Apabila kecepatan reaksi dapat didefinisikan sebagai : A A A CK kC r   maka persamaan diferensial di atas menjadi : A AA CK kC dt dC   Jika harga k = 0.01, K = 1.03 dan CA pada t = 0 (awal reaksi) adalah 0.5 mol/liter, maka konsentrasi A setiap waktu dapat ditentukan dengan menyelesaikan persamaan diferensial di atas. Catatan : persamaan tersebut tidak dapat diselesaikan secara analitik karena bersifat tak linier, sehingga harus diselesaikan secara numerik. Langkah pertama, buatlah fungsi yang dapat mengevaluasi fungsi ruas kanan persamaan diferensial tersebut. function yprime = furuka(t,Ca) % menghitung fungsi ruas kanan dari persamaan neraca massa reaktor batch yprime = 0.1*Ca/(1.03 + Ca);
  • 8. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 72 Kemudian langkah berikutnya adalah menggunakan fungsi ode23 atau ode45 yang telah disediakan Matlab untuk menentukan konsentrasi A setiap waktu. [t,Ca] = ode23('furuka',[0 50],0.5) t = 0 1.2240 6.2240 11.2240 16.2240 21.2240 26.0582 30.4158 34.4216 38.2175 41.8888 45.4822 49.0247 50.0000 Ca = 0.5000 0.4611 0.3240 0.2203 0.1456 0.0941 0.0607 0.0405 0.0277 0.0193 0.0136 0.0096 0.0068 0.0062
  • 9. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 73 Apabila harga k bergantung pada temperatur menurut persamaan Arhenius berikut : RT . ek 00095 8 10   dan reaksi yang terjadi bersifat eksotermik (H = 432 kJ/mol) dan dilaksanakan pada temperatur 500 K, maka persamaan-persamaan neraca massa dan energi sistem adalah sbb. : A A RT A CK Ce dt dC    000.95 8 10 )( 10 000.95 8 H CK Ce dt dT Cp A A RT      Jika  dan Cp dianggap sama dengan air (1000 kg/m3 dan 4.3 kJ/kg), maka fungsi furuka menjadi : function yprime = furuka(t,y) % menghitung fungsi ruas kanan dari persamaan neraca massa reaktor batch Ca = y(1); T = y(2); yprime = zeros(2,1); yprime(1) = - 1E8*exp(-95000/(8.314*T))*Ca/(1.03 + Ca); yprime(2) = 1E8*exp(-95000/(8.314*T))*Ca/(1.03 + Ca)*(432*1000)/(1000*4.3); Kemudian integrasikan dengan batas yang sama : [t,Y] = ode23('furuka',[0 50],[0.5 500])
  • 10. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 74 t = 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Y = 0.5000 500.0000 0.4799 502.0147 0.4585 504.1645 0.4357 506.4621 0.4112 508.9204 0.3850 511.5520 0.3570 514.3673 0.3271 517.3723 0.2953 520.5644 0.2618 523.9267 0.2271 527.4201 Contoh 7.3 Proses Dinamis Pemanasan Fluid Tiga buah tangki yang disusun seri digunakan untuk memanaskan minyak mentah sebelum diumpankan ke fraksinator untuk pemisahan lanjut. Gambar 7.3 Sistem pemanasan minyak
  • 11. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 75 Pada saat awal, masing-masing tangki diisi dengan 1000 kg minyak pada suhu 20 oC. Steam jenuh pada suhu 250 oC dikondensasikan di dalam koil yang tercelup pada masing-masing tangki. Minyak diumpankan ke tangki pertama dengan laju 100 kg/menit dan dialirkan ke tangki kedua maupun tangki dengan laju yang sama. Suhu minyak umpan adalah 20 oC. Tangki dilengkapi pengaduk sehingga pencampuran di dalam tangki dapat dianggap sempurna, dan suhu di dalam tangki seragam. Demikian juga dengan suhu aliran keluar tangki sama dengan suhu di dalam tangki. Kapasitas panas minyak, Cp = 2.0 kJ/kg. Laju perpindahan panas dari steam ke minyak tiap tangki dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :  TTUaQ steam  Dimana Ua = 10 kJ/mnt.oC yaitu perkalian antara koefisien transfer panas dan luas area perpindahan panas koil untuk masing-masing tangki. Tentukan suhu steady state di tiap tangki, dan berapa interval waktu yang dibutuhkan agar T3 mencapai 99 % kondisi steady state-nya pada saat start-up ? Petunjuk Penyelesaian : Asumsi : i. Laju alir minyak menuju masing – masing tangki dianggap sama (W0 = W1 = W2 = W3 = W). ii. Densitas minyak konstan, sehingga jumlah (massa dan volum) minyak di dalam masing – masing tangki sama dan konstan (M1 = M2 = M3 = M). Susun neraca panas unsteady state masing – masing tangki. Untuk tangki 1 : Panas Akumulasi = Panas masuk – Panas keluar   110 1 TWCTTUaTWC dt dT MC psteampp  Persamaan di atas dapat disusun kembali sebagai berikut :
  • 12. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 76     p steamp MC TTUaTTWC dt dT 1101   Analog untuk tangki 2 :     p steamp MC TTUaTTWC dt dT 2212   Untuk tangki 3 :     p steamp MC TTUaTTWC dt dT 3323   Sintax penulisan program Matlab Main program function runlatihan6_4 clear clc global W UA M Cp Tsteam To %nilai-nilai parameter yang diketahui W=100; % kg/min UA=10; % kJ/min.C M=1000; % kg Cp=2.0; % kJ/kg Tsteam=250; % C To=20; % C %nilai awal T1, T2, dan T3 Tawal=[20 20 20];%oC %increment waktu tmulai=0; % min takhir=90; % min tspan=[tmulai:5:takhir]; %fungsi untuk menjalankan fungsi MATLAB [t,Y]=ode45('latihan6_4',tspan,Tawal); %plot grafik t vs T plot(t,Y(:,1),'*-r',t,Y(:,2),'o-b',t,Y(:,3),'*-g') title('Temperature dalam tangki berpengaduk') xlabel('waktu (min)') ylabel('T (C)') [t Y]
  • 13. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 77 Sub program function dTdt=latihan6_4(t,Y) global W UA M Cp Tsteam To T1=Y(1); T2=Y(2); T3=Y(3); %persamaan-persamaan diferensial yang terlibat dTdt(1)=((W*Cp*(To-T1))+UA*(Tsteam-T1))/(M*Cp); dTdt(2)=((W*Cp*(T1-T2))+UA*(Tsteam-T2))/(M*Cp); dTdt(3)=((W*Cp*(T2-T3))+UA*(Tsteam-T3))/(M*Cp); dTdt=dTdt'; Gambar 7.4 Proses Dinamis sistem Pemanasan Minyak C. RANGKUMAN a. Persamaan Diferensial Biasa (PDB) persamaan diferensial di mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel bebas tunggal b. Dalam bidang Teknik Kimia Persamaan diferensial muncul dari kajian proses fisis dan kimia dinamis yang memiliki satu variable bebas. Variabel tersebut 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 20 25 30 35 40 45 50 55 Temperature dalam tangki berpengaduk waktu (min) T(C)
  • 14. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 78 dapat berupa variable jarak, x atau variabel waktu, t yang bergantung pada geometri sistem dan kondisi batasnya. c. Penyelesaian persamaan diferensial biasa dapat diselesaikan dengan MATLAB menggunakan fungsi ode yang akan diperoleh nilai variabel terikat untuk setiap variabel bebas yang diberikan. D.LATIHAN Latihan 7.1 Simulasi Reaktor Plug Flow Non Isotermal Reaksi perengkahan aston fasa uap, dinyatakn dngan reksi endotermik sebagai berikut: CH3COCH3  CH2CO + CH4 Berlangsung pada reaktor tubular berjaket. Aseton murni masuk reaktor pada suhu To = 1035 K dan tekanan Po = 162 kPa, dan suhu gas eksternal heat exchanger adalah konstan pada T, = 1150 K. Ingin dicari profil suhu sepanjang reaktor dengan tekanan dianggap konstan. Data lain diberikan sebagai berikut: Laju Alir volumetrik vo = 0,002 m3/s Volume reaktor VR = 1 m3 Koef. transfer panas overall U = 110 W/m2 K Luas permukan transfer paas a = 150 2/m3 reaktor Konstanta Laju rekasi k = 3,58 ݁‫݌ݔ‬ቂ34.222 ቀ ଵ ଵ଴ଷହ − ଵ ் ቁቃ‫ݏ‬ିଵ Panas reaksi : ∆‫ܪ‬ோ = 80770 + 6,8(ܶ − 298) − 5,75 ‫ݔ‬10ିଷ(ܶଶ − 298ଶ) − 1,27 ‫ݔ‬10ି଺(ܶଷ − 298ଷ) ‫ܬ‬/݉ ‫݈݋‬ Kapasitas panas aseton CpA =26,63 + 0,1830 T - 45,86 x 10-6T2 J/mol.K Kapasitas panas keten CpA =20,04 + 0,0945 T - 30,95 x 10-6T2 J/mol.K Kapasitas panas metana CpA =13,39 + 0,0770 T - 18,71 x 10-6T2 J/mol.K Neraca mol ௗ௑ ௗ௏ = ି௥ಲ ிಲ೚ Neraca energi ௗ் ௗ௏ = ௎ೌ(்ೌି்)ା௥ಲ∆ுೃ ிಲ೚൫஼೛ಲା௑∆஼೛൯ Laju reaksi −‫ݎ‬஺ = ݇‫ܥ‬஺ை ቀ ଵି௑ ଵା௑ ቁ ்೚ ் FAO =CAO.vo ∆CP = CpB + CPC - CPA
  • 15. Heri Rustamaji Teknik Kimia Unila 79 E. RUJUKAN 1) Constantinidis dan Mustoufi,1999, Numerical Methodes for Chemical Engineers with MATLAB Application, hal 262-264. Prentice-Hall: Englewood Cfiffs, NJ. 2) Finlayson, B.A., 2006, Introduction to Chemical Engineering Computing, hal 115- 123. John Wiley & Sons Inc., New Jersey 3) Dan Hanselman dan Bruce Littlefield, 1997. MATLAB: Bahasa Komputasi dan Teknis. hal 15 dan 154-165. Andi. Yokyakarta.