SlideShare a Scribd company logo
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN
ORGANISASI
NELI ROHMAH (1824090022)
HELGA ARISTAWATI (1824090045)
HANNISSA IWMA .T. (1824090048)
SYIFA SALSABILA (1824090054)
FARAH SALSABILA P. T
(1824090104)
NADIYA LIANIDA (1824090224)
SILVA ARIYANI .P. (1824090259)
Dosen : ZAINUN MU’TADIN,S.Psi.,M.Psi.
Hari/Kelas : Selasa/10:20-12:50
Sumber buku : Ashar Sunyoto Munandar
2014
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I
JAKARTA
2019
Nama Kelompok FAKULTAS PSIKOLOGI
BAB 9
MOTIVASI KERJA
1. PENGANTAR
Motivasi dapat dipandang sebagai satu ciri yang ada
pada calon tenaga kerja ketika diterima masuk bekerja
diperusahaan, dibawa masuk oleh tenaga kerja.
Setiap hari, secara sadar ataupun tak sadar, kita
hadapi dan jalani dua macam situasi, yaitu situasi masalah
(problem situation) dan situasi pilihan (choice situation)
yang juga dinamakan situasi konflik.
Dalam situasi masalah seseorang mengahadapi
berbagai macam rintangan dalam upayanya mencapai
sesuatu tujuan yang diinginkan.
Dalam situasi pilihan seseorang menghadapi
beberapa alternatif keputusan atau tindakan yang
dapat ia ambil. Setiap keputusan atau tindakan
mengarah ke timbulnya akibat-akibat tertentu.
tujuan atau akibat ini memiliki baik aspek-aspek
yang positif maupun aspek-aspek yang negatif.
Dengan memilih satu keputusan/tindakan,
ada sekelompok kebutuhan yang dipenuhi dan
ada sekelompok yang tidak dipenuhi. Memilih
alternatif keputusan atau tindakan merupakan
awal dari motivasi.
2. PENGERTIAN
2.1 . Motivasi Kerja
Motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-
kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian
kegiatan yang mengarah ketercapainya tujuan tertentu.
Berlangsungnya proses motivasi dapat dilihat dalam gambar
dibawah ini :
Kelompok kebutuhan
yang belum dipuaskan
Ketegangan Dorongan -dorongan
Melakukan
serangkaian kegiatan
(perilaku mencari)
Tujuan telah
Tercapai (kebutuhan
yang telah
dipuaskan)
Reduksi dari
ketegangan
2.2. Kaitan Motivasi Kerja dengan Unjuk-Kerja
Kaitan motivasi kerja dengan unjuk-kerja dapat diungkapkan
sebagai berikut: Unjuk-kerja(performance) adalah hasil dari interaksi
antara motivasi kerja, kemampuan (abilities), dan peluang
(opportunities), dengan perkataan lain unjuk kerja adalah fungsi dari
motivasi kerja kali kemampuan kali peluang. Ungkapan ke dalam rumus
menjadi :
Motivasi kerja seseorang dapat lebih bercorak proaktif atau
reaktif. pada motivasi kerja yang proaktif orang akan berusaha untuk
meningkatkan kemampuan-kempampuannya sesuai dengan yang di
tuntut oleh pekerjaannya dan/atau akan berusaha untuk mencari,
menemukan, dan/atau menciptakan peluang dimana ia dapat
menggunakan kemampuan- kemampuannya untuk dapat berunjuk-kerja
yang tinggi.
Sebaliknya motivasi kerja seseorang yang lebih reaktif,
cenderung menunggu upaya atau tawaran dari lingkungannya. Ia baru
mau bekerja jika didorong, dipaksa (dari luar dirinya) untuk bekerja.
Unjuk Kerja = f Motivasi Kerja x Kemampuan x Peluang
3. TEORI TEORI MOTIVASI
Dari teori-teori motivasi yang ada, ada yang lebih
menekankan pada “Apa” yang memotivasi tenaga kerja, yaitu
teori motivasi isi, dan ada yang memusatkan perhatiannya
pada ‘bagaimana’ proses motivasi itu berlangsung, yaitu
motivasi proses.
Ada 8 teori motivasi, 4 dari teori motivasi isi yaitu:
- Teori tata-tingkat kebutuhan
- Teori eksistensi-relasi-pertumbuhan
- Teori 2 faktor
- Teori motivasi berprestasi
Dan 4 dari teori motivasi proses, yaitu :
- Teori pengukuhan
- Teori tujuan
- Teori expectancy
- Teori equity
3.1. Teori Motivasi Isi
a. Teori Tata Tingkat-Kebutuhan
Teori tata tingkat-kebutuhan dari Maslow mungkin
merupakan teori motivasi kerja yang paling luas dikenal. Maslow
berpendapat bahwa kondisi manusia berada dalam kondisi
mengejar yang bersinambung. Jika satu kebutuhan dipenuhi,
langsung kebutuhan tersebut diganti oleh kebutuhan lain.
Proses berkeinginan secara nonstop memotivasi kita sejak
lahir sampai meninggal. Maslow selanjutnya mengajukan bahwa
ada lima kelompok kebutuhan, yaitu kebutuhan faali
(fisiologikal), rasa aman, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri.
kebutuhan-kebutuhan tersebut disusun secara tata tingkat
sebagaimana diperlihatkan oleh gambar berikut:
Bab 9 motivasi kerja
Menurut Maslow , individu dimotivasi oleh kebutuhan yang
belum di puaskan, yang paling rendah, paling dasar dalam tata
tingkat. Begitu tingkat kebutuhan ini dipuaskan, ia tidak akan
lagi memotivasi perilaku. Kebutuhan pada tingkat berikutnya
yang lebih tinggi menjadi dominan. Dua tingkat kebutuhan dapat
beroperasi pada waktu yang sama, tetapi kebutuhan pada
tingat lebih rendah yang dianggap menjadi motivator yang lebih
kuat dari perilaku. Maslow juga menekankan bahwa makin
tinggi tingkat kebutuhan, makin tidak penting ia untuk
mempertahankan hidup (survival) dan makin lama
pemenuhannya dapat ditunda.
1. Kebutuhan fisiologikal (faali)
kebutuhan yang timbul berdasarkan kondisi fisiologikal
badan kita, seperti kebutuhan untuk makanan dan minuman,
kebutuhan akan udara segar (Oksigen).
2. Kebutuhan rasa aman
kebutuhan ini masih sangat dekat dengan kebutuhan
fisiologis. kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk
dilindungi dari bahaya dan ancaman fisik.
3. Kebutuhan sosial
kebutuhan ini mencakup memberi dan menerima
persahabatan, cinta kasih, rasa memiliki (belonging).
setiap orang ingin menjadi anggota kelompok sosial, ingin
mempunyai teman, kekasih. Dalam pekerjaan kita jumpai
kelompok informal yang merupakan kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan sosial seorang tenaga kerja.
4. Kebutuhan harga diri (esteem needs)
Kebutuhan harga diri meliputi dua jenis :
a. Yang mencakup faktor-faktor internal, seperti kebutuhan
harga diri, kepercayaan-diri, otonomi dan kompetensi.
b. Yang mencakup faktor-faktor eksternal kebutuhan yang
menyangkut reputasi seperti mencakup kebutuhan untuk
dikenali dan diakui (recognition), dan status.
5. Kebutuhan aktualisasi-diri
Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan
kemampuan yang dirasakan dimiliki. Kebutuhan ini
menekankan kebebasan dalam melaksanakan
tugas pekerjaannya.
b. Teori Eksistensi-Relasi-Pertumbuhan
Teori motivasi ini yang dikenal sebagai teori ERG
sebagai singkatan dari Existence, Relatedness, dan Growth
needs, di kembangkan oleh Alderfer dan merupakan satu
modifikasi dan reformulasi dari teori tata tingkat kebutuhan dari
Maslow. Alderfer mengelompokkan kebutuhan ke dalam 3
kelompok:
1. Kebutuhan eksistensi (existence needs), merupakan
kebutuhan akan substansi material seperti keinginan untuk
memperoleh makanan, air, perumahan, uang, mebel, dan
mobil.
2. Kebutuhan hubungan (relatedness needs)
Merupakan kebutuhan untuk membagi pikiran dan perasaan
dengan orang lain dan membiarkan mereka menikmati hal-
hal yang sama dengan kita.
3. Kebutuhan pertumbuhan (growth needs)
Merupakan kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki seseorang
untuk mengembangkan kecakapan mereka secara penuh.
Teori ERG menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan
eksistensi, hubungan dan pertumbuhan terletak pada satu
kesinambungan kekonkretan, dengan hubungan eksistensi
sebagai kebutuhan yang paling konkret dan kebutuhan
pertumbuhan sebagai kebutuhan yang paling kurang konkret
(abstrak).
Beberapa dasar pikiran dari teori ini ialah bahwa:
1. Makin lengkap satu kebutuhan yang lebih konkret dipuasi,
makin besar keinginan/dorongan untuk memuaskan
kebutuhan yang kurang konkret/abstrak.
2. Makin kurang lengkap satu kebutuhan dipuasi, makin besar
keinginannya untuk memuaskannya.
c. Teori Dua Faktor
Teori dua faktor juga dinamakan teori hygiene-motivasi
dikembangkan oleh Herzberg. Ia temukan bahwa faktor-faktor
yang menimbulkan kepuasaan kerja berbeda dengan faktor-
faktor yang menimbulkan ketidakpuasaan kerja.
Faktor-faktor yang menimbulkan kepuasaan kerja, yang ia
namakan faktor motivator, mencakup faktor-faktor yang
berkaitan dengan isi dari pekerjaan, yang merupakan faktor
intrinsik dari pekerjaan yaitu:
1. Tanggung jawab ( responsibility )
2. Kemajuan ( advancement )
3. Pekerjaan itu sendiri
4. Capaian ( achievement )
5. Pengakuan ( recognition)
Kelompok faktor yang lain yang menimbulkan ketidakpuasan,
berkaitan dengan konteks dari pekerjaan, dengan faktor-faktor
ekstrinsik dari pekerjaan dan meliputi faktor-faktor:
1. Administrasi dan kebijakan perusahaan
2. Penyeliaan
3. Gaji
4. Hubungan antarpribadi
5. Kondisi kerja
Jika dibandingkan dengan teori tata tingkat kebutuhan dari Maslow,
maka kita dapati bahwa kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan
faktor-faktor motivasi merupakan kebutuhan-kebutuhan dari tingkat-
tingkat tinggi, yaitu : kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
hygiene merupakan kebutuhan-kebutuhan dari tingkat-tingkat yang
rendah, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, dan sosial.
d. Teori Motivasi Berprestasi (Achievement motivation)
Teori motivasi berprestasi dikembangkan oleh David
McClelland.
Teori kebutuhan dari McClelland, karena ia tidak saja meneliti
tentang :
1. kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement)
2. kebutuhan untuk berkuasa (need for power)
3. kebutuhan untuk berafiliasi/berhubungan (need for affiliation).
1. Kebutuhan untuk Berprestasi ( Need for Achievement )
Dorongan ini yang disebut kebutuhan untuk berprestasi
( the achievement need = nAch). McClelland menemukan
bahwa mereka dengan dorongan prestasi yang tinggi
berbeda dari orang lain dalam keinginan kuat mereka untuk
melakukan hal-hal dengan lebih baik. dalam penelitiannya,
McClelland menemukan bahwa mereka yang memiliki nAch
yang tinggi ialah para wirausaha yang berhasil.
2. Kebutuhan untuk Berkuasa ( Need for Power )
(need for power = nPow)
Kebutuhan untuk berkuasa ialah adanya keinginan yang
kuat untuk mengendalikan orang lain, untuk mempengaruhi
orang lain, dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain.
orang dengan kebutuhan untuk berkuasa yang besar
menyukai pekerjaan-pekerjaan dimana mereka menjadi
pimpinan dan mereka berupaya mempengaruhi orang lain.
Hasil penelitian menunjukkan para eksekutif puncak, para
manajer, memiliki kebutuhan untuk berkuasa yang besar.
3. Kebutuhan untuk Berafiliasi ( Need for Affiliation )
( need for affiliation = nAff ).
Orang-orang dengan kebutuhan untuk berafiliasi yang
tinggi ialah orang-orang yang berusaha mendapatkan
persahabatan. Mereka ingin disukai dan diterima oleh orang
lain. mereka lebih menyukai situasi-situasi kooperatif dari
situasi kompetitif, dan sangat menginginkan hubungan-
hubungan yang melibatkan saling pengertian dalam derajat
yang tinggi. Mereka akan berusaha untuk menghindari konflik.
McClelland menggunakan beberapa kartu dari Tematic
Apperception Test ( TAT ) untuk mengetahui tinggi rendahnya
kebutuhan untuk berprestasi. Orang yang memiliki kebutuhan
untuk berprestasi, kebutuhan untuk berkuasa, dan kebutuhan
untuk berafiliasi yang tinggi sekaligus akan memiliki motivasi
kerja yang proaktif. Sedangkan yang memiliki ketiga macam
kebutuhan dalam derajat yang rendah akan memiliki corak
motivasi kerja yang reaktif.
3.2. Teori Motivasi Proses
a. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori pengukuhan berhubungan dengan teori belajar
operant conditioning dari Skinner. Teori ini mempunyai dua
aturan pokok:
1. aturan pokok yang berhubungan dengan pemerolehan
jawaban-jawaban yang benar.
2. aturan pokok lainnya berhubungan dengan penghilangan
jawaban-jawaban yang salah.
Pemerolehan dari satu perilaku menurut adanya satu
pengukuhan sebelumnya. Pengukuhan dapat terjadi positif
(pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang diinginkan) atau
negatif (menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban
yang diinginkan telah diberikan), tetapi organisme harus
membuat kaitannya antara aksi atau tindakannya dengan akibat-
akibatnya.
Siegel dan Lane (1982), mengutip Jablonske dan de
Vries, memberi saran bagaimana manajemen dapat
meningkatkan motivasi kerja tenaga kerja, yaitu dengan:
1. Menentukan apa jawaban yang diinginkan
2. Mengkomunikasikan dengan jelas perilaku ini kepada
tenaga kerja
3. Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan
diterima tenaga kerja jika jawaban yang benar terjadi
4. Memberikan ganjaran hanya jika jawaban yang benar yang
dilaksanakan
5. Memberikan ganjaran kepada jawaban yang diinginkan
pada saat yang paling memungkinkan, yang terdekat
dengan kejadiannya.
Pada dasarnya teori pengukuhan ini didasarkan pada
asumsi bahwa corak motivasi kerja adalah reaktif. Melalui
proses pengukuhan tertentu, yang merupakan proses
pembelajaran, sebagaimana disarankan oleh Jablonske dan de
Vries, individu di ajarkan untuk memiliki motivasi kerja yang
lebih proaktif.
b. Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory)
Locke mengusulkan model kognitif, yang dinamakan teori
tujuan, yang mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara
niat/intentions (tujuan-tujuan) dengan perilaku. Aturan dasarnya
ialah penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Menurut Locke,
tujuan-tujuan yang cukup sulit (baca teori McClelland, hlm. 25).
Khusus dan yang pernyataannya jelas dan dapat diterima
oleh tenaga kerja, akan menghasilkan unjuk-kerja yang lebih
tinggi dari pada tujuan-tujuan yang taksa, tidak khusus dan yang
mudah dicapai. Teori tujuan, sebagaimana dengan teori keadilan
didasarkan pada dasar intuitif yang solid. Penelitian-penelitian
yang didasarkan pada teori ini menggambarkan
kemanfaatannya bagi organisasi.
Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management By
Objectives = MBO) menggunakan teori penepatan tujuan ini.
Berdasarkan tujuan - tujuan perusahaan, secara berurutan,
disusun tujuan-tujuan untuk divisi, bagian sampai satuan kerja
yang terkecil untuk diakhiri penetapan sasaran kerja untuk
setiap karyawan dalam kurun waktu tertentu.
Penetapan tujuan dapat ditemukan juga dalam teori
motivasi harapan. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai
kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda. Proses
penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan
prakarsa sendiri dapat seperti pada MBO, diwajibkan oleh
organisasi sebagai satu kebijakan perusahaan.
c. Teori Harapan (Expectancy)
Sejak dikembangkan oleh Vroom, teori harapan
dikembangkan lebih lanjut oleh ahli lain, antara lain oleh Porter
& Lawler. Dalam pembahasan teori harapan selanjutnya akan
dikemukakan teori harapan yang dikembangkan oleh Lawler
berdasarkan pengembangan lebih lanjut dari model dari Porter-
Lawler (1968), sebagaimana disajikan oleh Siegel & Lane
(1982). Model teori harapan dari Lawler mengajukan empat
asumsi:
1. Orang mempunyai pilihan-pilihan antara berbagai hasil-
keluaran yang secara potensial dapat mereka gunakan.
dengan perkataan lain, setiap hasil-keluaran alternatif
mempunyai harkat (valence = V), yang mengacu pada
ketertarikannya bagi seseorang. Hasil keluaran alternatif,
juga disebut tujuan-tujuan pribadi (personal goals), dapat
disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan.
2. Orang mempunyai harapan-harapan tentang kemungkinan
bahwa upaya (effort = E) mereka akan mengarah ke
perilaku unjuk-kerja (performance = P) yang dituju. Ini
diungkapkan sebagai harapan E-P.
3. Orang mempunyai harapan harapan tentang kemungkinan
bahwa hasil-hasil keluaran (outcomes = O tertentu akan
diperoleh setelah unjuk-kerja (P) mereka. Ini diungkapkan
dalam rumusan harapan P-O.
4. Dalam setiap situasi, tindakan-tindakan dan upaya yang
berkaitan dengan tindakan-tindakan tadi yang dipilih oleh
seseorang untuk dilaksanakan di tentukan oleh harapan-
harapan (E-P, dan P-O) dan pilihan-pilihan yang dipunyai
orang pada saat itu.
Model harapan dari Lawler menyatakan bahwa besar kecilnya
motivasi seseorang dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Indeks Motivasi = Jumlah {(E-P) x Jumlah [(P-O)(V)]}
Menurut Lawler, faktor-faktor yang menentukan E-P
(kemungkinan besarnya upaya menyebabkan tercapainya
unjuk-kerja yang diinginkan) ialah harga diri atau kepercayaan
diri, pengalaman lampau dalam situasi serupa, situasi sekarang
yang aktual, komunikasi (informasi dan persepsi) dari orang
lain.
Besar kecilnya harapan P-O (sebesar apa kemungkinannya
untuk mendapatkan berbagai hasil-keluaran jika mencapai
unjuk-kerja tertentu) juga ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu:
 Pengalaman yang lalu dalam situasi yang serupa
 Ketertarikan dari hasil-keluaran
 Kepercayaan dalam kendali internal melawan eksternal
 Harapan-harapan E-P
 Situasi aktual dan komunikasi dari orang lain
Tercapainya unjuk-kerja yang diinginkan tidak menyebabkan
adanya kebutuhan yang dipenuhi. Tetapi dengan tercapainya
unjuk-kerja tersebut akan terkait kemungkinan diperolehnya
hasil-keluaran yang memenuhi atau gagal memenuhi
kebutuhan-kebutuhan.
Komponen ketiga dari model Lawler ialah harkat atau valence
(V) yang mencerminkan bagaimana perasaan Anda terhadap
berbagai hasil-keluaran. Hasil-keluaran adalah positif, jika Anda
lebih ingin mencapainya daripada tidak ingin mencapainya,
negatif, jika Anda tidak ingin mencapainya, dan netral, jika anda
tidak mempedulikan hasil-keluarannya. Harkat diungkapkan
dalam angka dan berkisar antara +1 sampai -1.
d. Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori keadilan, yang dikembangkan oleh Adams besibuk diri
dengan memberi batasan tentang apa yang dianggap adil atau
wajar oleh orang dalam kebudayaan kita ini, dan dengan reaksi-
reaksi mereka kalau berada dalam situasi-situasi yang
dipersepsikan sebagai tidak adil/wajar.
Salah satu asumsi dari Adams ialah bahwa jika orang
melakukan pekerjaannya dengan gaji/penghasilan, mereka
memikirkan tentang apa yang mereka berikan pada
pekerjaannya (masukan) dan apa yang mereka terima untuk
keluaran kerja mereka. Masukan adalah segala sesuatu yang
dianggap oleh tenaga kerja sebagai yang patut menerima
imbalan. Keluaraan adalah segala jenis hal yang dipersepsikan
orang sebagai imbalan terhadap upaya yang diberikan, seperti
gaji, tunjangan kemaslahatan (fringe benefits) dan
penghargaan/pengakuan.
Teori keadilan mempunyai empat asumsi dasar sebagai
berikut :
1. Orang berusaha untuk menciptakan dan mempertahankan
satu kondisi keadilan.
2. Jika dirasakan adanya kondisi ketidakadilan, kondisi ini
menimbulkan ketegangan yang memotivasi orang untuk
menguranginya atau menghilangkannya.
3. Makin besar persepsi ketidakadilannya, makin besar
motivasinya untuk bertindak mengurangi kondisi ketegangan
itu.
4. Orang akan mempersepsikan ketidakadilan yang
menyenangkan (misalnya, menerima gaji terlalu sedikit) lebih
cepat daripada ketidakadilan yang menyenangkan (misalnya,
mendapat gaji terlalu besar).
Menurut teori kondisi keadilan dapat diungkapkan ke dalam
rumusan sebagai berikut:
Hasil-keluaran seseorang
Masukan seseorang
Keadilan dirasakan ada jika orang merasa bahwa
perbandingan antara hasil-keluarannya dengan masukannya
sama dengan perbandingan hasil-keluaran orang lain (yang
dianggap penting bagi dirinya) dengan masukannya. Sebaliknya
kondisi ketidakadilan timbul jika perbandingan antara hasil-
keluaran kita dengan masukan kita tidak sama besarnya (lebih
besar atau lebih kecil) dari pada perbandingan hasil-keluaran
orang lain dengan masukannya.
Jika terjadi persepsi tentang ketidakadilan, menurut teori
keadilan orang akan dapat melakukan tindakan-tindakan berikut
(Howell & Dipboye, 1986).
1. Bertindak mengubah masukannya, menambah atau
mengurangi upayanya untuk bekerja.
2. Bertindak untuk mengubah hasil-keluarannya, ditingkatkan
atau diturunkan.
3. Menggeliat/merusak secara konitif masukan dan hasil-
keluarannya sendiri, mengubah persepsinya tentang
perbandingan masukan dan hasil-keluarannya sendiri.
4. Bertindak terhadap orang lain untuk mengubah masukan
dan/ atau hasil-keluarannya.
5. Secara fisik meninggalkan situasi, keluar dari pekerjaan.
6. Berhenti membandingkan masukan dan hasil-keluaran
dengan orang lain dan mengganti dengan acuan lain atau
mencari orang lain untuk dibandingkan.
Menurut Lawler, teori keadilan dan teori harapan cenderung
membuat prakiraan-prakiraan yang sama dan sebagai hasilnya
ada usaha untuk memasukkan aspek-aspek yang diperhatikan
oleh teori keadilan ke dalam kerangka kerja teori harapan. Corak
motivasi kerja pada teori keadilan ini termasuk proaktif.
4. MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA
4.1. Peran Pemimpin/Atasan
Ada dua cara pokok untuk meningkatkan motivasi kerja, yaitu
bersikap keras dan memberi tujuan yang bermakna.
a. Bersikap Keras
Dengan memaksakan tenaga kerja untuk bekerja keras
atau dengan memberikan ancaman, maka tenaga kerja,
kalau tidak dapat menghindarkan diri dari situasi yang
mengancam tersebut, akan bekerja keras.
Tenaga kerja menghadapi beberapa alternatif kegiatan,
semuanya, kecuali satu, dihayati sebagai negatif (ancaman
hukuman), karena itu ia akan memilih alternatif kegiatan yang
paling kecil nilai negatifnya (bekerja tepat pada waktunya).
b. Memberi Tujuan yang Bermakna
Bersama-sama dengan tenaga kerja yang bersangkutan
ditemukan tujuan-tujuan yang bermakna, sesuai dengan
kemampuanya, yang dapat dicapai melalui prestasi kerjanya
yang tinggi.
Pada umumnya sasaran tenaga kerja yang ingin dicapai
dengan bekerja pada suatu perusahaan berjumlah lebih dari
satu. Atasan perlu mengenali sasaran-sasaran yang bernilai
tinggi dari bawahannya agar dapat membantu bawahan untuk
mencapainya dan dengan demikian atasan memotivasi
bawahannya.
Model ini digunakan dalam gaya kepemimpinan situasional-
Selling dan Participating, juga dalam kepemimpinan
transformasional dan transaksional.
4.2. Peran Diri Sendiri
Orang-orang dari tipe X, dari teori McGregor, memiliki
motivasi kerja yang bercorak reaktif. Mereka memerlukan orang
lain untuk mendorong mereka, ‘memaksa’ mereka untuk bekerja.
sistem nilai pribadi (personal value sistem) mereka
memprioritaskan kegiatan-kegiatan lain dalam kehidupan.
bekerja dipandang sebagai satu kegiatan yang harus dilakukan
agar memperoleh gaji untuk membiayai hidup.
Tenaga kerja tipe X perlu diubah menjadi tenaga kerja
tipe Y, yang memiliki motivasi kerja yang proaktif. kepemimpinan
transformasional dan transaksional dapat membantu tenaga
kerja menjadi tenaga kerja dengan motivasi kerja yang proaktif.
4.3. Peran Organisasi
Berbagai kebijakan dan peraturan perusahaan dapat ‘menarik’
atau ‘mendorong’ motivasi kerja seorang tenaga kerja. Gugus
Kendali Mutu (GKM = Quality Cirkels) merupakan satu
kebijakan yang dituang kedalam berbagai peraturan yang
mendasari kegiatan dan mengatur pertemuan pemecahan
masalah dalam kelompok kecil, khususnya kelompok pekerja
(operator).
Gerakan Gugus Kendali Mutu berasal dari Jepang yang
dibawa masuk oleh orang Jepang yang bekerja dalam
perusahaan patungan Jepang-Indonesia. Di Jepang motivasi
pekerja di-’dorong’ keluar untuk melakukan kegiatan ini.
GKM dilaksanakan diluar jam kerja dan bersifat sukarela.
banyak hasil dari GKM yang diterapkan dengan hasil baik
diperusahaan. Di Indonesia kegiatan GKM dilakukan juga diluar
jam kerja, dengan perbedaan bahwa para pekerja yang
mengikuti kegiatan GKM memperoleh upah kerja lembur (di
Jepang tidak). Di Indonesia, GKM ‘menarik’ keluar motivasi dari
para pekerja.
Kebijakan lain yang berkaitan dengan motivasi kerja ialah
kebijakan di bidang imbalan keuangan. Untuk pekerjaan-
pekerjaan tertentu, pekerjaan menjual misalnya, selain gaji
kepada tenaga kerja juga diberi tambahan penghasilan
(insentif) yang besarnya ditetapkan dalam peraturan
tersendiri.
Motivasi kerja di-’tarik’ keluar dengan kebijakan ini.
disamping kebijakan dan peraturan-peraturan diatas,
kebijakan dan peraturan lain dapat disusun dan ditetapkan
yang dapat mendorong atau menarik keluar motivasi kerja
tenaga kerja.

More Related Content

PPTX
Analisis pekerjaan.ppt
PPTX
Kepemimpinan dalam Kewirausahaan
PPTX
Peramalan sdm
PPTX
Bab 2. analisis pekerjaan
PPT
Analisis jabatan ppt
PPTX
MANAJER DAN CONTOH DALAM PERUSAHAAN NIKE
PPTX
Konsep konsep dasar motivasi
PPTX
Wewenang dan delegasi
Analisis pekerjaan.ppt
Kepemimpinan dalam Kewirausahaan
Peramalan sdm
Bab 2. analisis pekerjaan
Analisis jabatan ppt
MANAJER DAN CONTOH DALAM PERUSAHAAN NIKE
Konsep konsep dasar motivasi
Wewenang dan delegasi

What's hot (20)

PDF
Emosi dan Suasana Hati
PPT
PERBEDAAN PERUSAHAAN INTERNASIONAL, MULTINASIONAL, DAN GLOBAL
PPT
Motivasi kerja PPT
PPTX
Perubahan dan pengembangan organisasi
PPS
Job Evaluation
PPTX
Emosi dan Suasana Hati
PPTX
Hakekat perubahan slide 1
PPTX
prilaku organisasi- global diversity
PPT
Analisis jabatan
PPT
Bab 5 Analisis Pekerjaan
PPTX
JENIS PELATIHAN
DOCX
TEORI MOTIVASI (TEORI KEADILAN)
PPTX
Masalah dan Tantangan MSDM
PDF
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
PPTX
Teori penetapan tujuan (goal setting theory) uly
PPTX
Riset pasar dan pemasaran
PDF
Partial least square menggunakan SMARTPLS 03
DOCX
Contoh kasus dalam perusahaan
PPT
Msdm dessler chapter 3
PPTX
Peramalan - Forecasting - Manajemen Operasional
Emosi dan Suasana Hati
PERBEDAAN PERUSAHAAN INTERNASIONAL, MULTINASIONAL, DAN GLOBAL
Motivasi kerja PPT
Perubahan dan pengembangan organisasi
Job Evaluation
Emosi dan Suasana Hati
Hakekat perubahan slide 1
prilaku organisasi- global diversity
Analisis jabatan
Bab 5 Analisis Pekerjaan
JENIS PELATIHAN
TEORI MOTIVASI (TEORI KEADILAN)
Masalah dan Tantangan MSDM
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)
Teori penetapan tujuan (goal setting theory) uly
Riset pasar dan pemasaran
Partial least square menggunakan SMARTPLS 03
Contoh kasus dalam perusahaan
Msdm dessler chapter 3
Peramalan - Forecasting - Manajemen Operasional
Ad

Similar to Bab 9 motivasi kerja (20)

DOCX
Motivasi kerja
PDF
Pio motivasi kerja
DOCX
Pengantar Manajemen: MOTIVASI
DOCX
Motivasi dalam pekerjaan
PPT
Teori Motivasi dan Aplikasinya di Organisasi
DOCX
Teori abraham maslow
PDF
Motivasi-dan-Kepemimpinannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pdf
DOCX
Pio motivasi kerja (YBF;Cimut)
PPT
BAHAN KULIAH TEORI MOTIVASI MATA KULIAH PENGANTAR MANAJEMEN
PPT
Teori Neo klasik dalam ilmu psikologi komunikasi
PPT
teori-motivasi1.ppt
PDF
Pengantar Bisnis - 7 Motivasi Kerja
PPTX
motivasi dalam organisasi
PPT
Teori Organisasi_Motivasi Dasar_Kelompok 5_Fixed.ppt
PPT
Materi Minggu 03 - Motivasi dlm Organisasi.ppt
PPT
Materi Minggu 03 - Motivasi dlm Organisasi.ppt
DOCX
Mengintegrasikan teori
DOC
Motivasi dan kepuasan kerja
PPT
Presentasi Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana Menteng
PPT
XIII-PERILAKU-ORGANISASI.ppt
Motivasi kerja
Pio motivasi kerja
Pengantar Manajemen: MOTIVASI
Motivasi dalam pekerjaan
Teori Motivasi dan Aplikasinya di Organisasi
Teori abraham maslow
Motivasi-dan-Kepemimpinannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pdf
Pio motivasi kerja (YBF;Cimut)
BAHAN KULIAH TEORI MOTIVASI MATA KULIAH PENGANTAR MANAJEMEN
Teori Neo klasik dalam ilmu psikologi komunikasi
teori-motivasi1.ppt
Pengantar Bisnis - 7 Motivasi Kerja
motivasi dalam organisasi
Teori Organisasi_Motivasi Dasar_Kelompok 5_Fixed.ppt
Materi Minggu 03 - Motivasi dlm Organisasi.ppt
Materi Minggu 03 - Motivasi dlm Organisasi.ppt
Mengintegrasikan teori
Motivasi dan kepuasan kerja
Presentasi Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana Menteng
XIII-PERILAKU-ORGANISASI.ppt
Ad

Recently uploaded (20)

DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PJOK Kelas XII Terbaru 2025
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PAI & BP Kelas XII Terbaru 2025
PPTX
PPT REVISED - SEMINAR PEMBELAJARAN MENDALAM .pptx
PDF
Laktasi dan Menyusui (MK Askeb Esensial Nifas, Neonatus, Bayi, Balita dan Ana...
PPTX
! Keterampilan Digital dalam orgnasisasi.pptx
PPTX
Pengimbasan pembelajaran mendalam (deep learning
PPTX
Ekspresi_dan_Operasi_Logika informatika smp kelas 9
PDF
PPT Yudisium Ceremony Agusus 2025 - new. pdf
PDF
Laporan On The Job TRaining PM KS Siti Hikmah.pdf
PPTX
Sistem Pencernaan Manusia IPAS Presentasi Pendidikan Hijau Kuning Bingkai Ilu...
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PJOK Kelas X Terbaru 2025
PDF
RPP PEMBELAJARAN MENDALAM BAHASA INDONESIA _SariIndah_DEWI SINTA (1).pdf
PPTX
ppt_bola_basket_kelas x sma mata pelajaran pjok.pptx
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas XII SMA Terbaru 2025
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PDF
2021 KREATIFITAS DNA INOVASI DALAM BERWIRAUSAHA.pdf
PDF
LK - Kerangka Pembelajaran Mendalam luring 4 Herpina Indah Permata Sari.pdf
PPTX
Perubahan Pengertian_Istilah _Pelatihan "Ketentuan TERBARU Pengadaan Pemerin...
PPTX
PPT POLA PIKIR BERTUMBUH Grow Mindset_2025.pptx
PPT
KOMITMEN MENULIS DI BLOG IGTIK PB PGRI.ppt
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PJOK Kelas XII Terbaru 2025
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PAI & BP Kelas XII Terbaru 2025
PPT REVISED - SEMINAR PEMBELAJARAN MENDALAM .pptx
Laktasi dan Menyusui (MK Askeb Esensial Nifas, Neonatus, Bayi, Balita dan Ana...
! Keterampilan Digital dalam orgnasisasi.pptx
Pengimbasan pembelajaran mendalam (deep learning
Ekspresi_dan_Operasi_Logika informatika smp kelas 9
PPT Yudisium Ceremony Agusus 2025 - new. pdf
Laporan On The Job TRaining PM KS Siti Hikmah.pdf
Sistem Pencernaan Manusia IPAS Presentasi Pendidikan Hijau Kuning Bingkai Ilu...
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PJOK Kelas X Terbaru 2025
RPP PEMBELAJARAN MENDALAM BAHASA INDONESIA _SariIndah_DEWI SINTA (1).pdf
ppt_bola_basket_kelas x sma mata pelajaran pjok.pptx
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas XII SMA Terbaru 2025
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 6 Kurikulum Merdeka
2021 KREATIFITAS DNA INOVASI DALAM BERWIRAUSAHA.pdf
LK - Kerangka Pembelajaran Mendalam luring 4 Herpina Indah Permata Sari.pdf
Perubahan Pengertian_Istilah _Pelatihan "Ketentuan TERBARU Pengadaan Pemerin...
PPT POLA PIKIR BERTUMBUH Grow Mindset_2025.pptx
KOMITMEN MENULIS DI BLOG IGTIK PB PGRI.ppt

Bab 9 motivasi kerja

  • 1. PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI NELI ROHMAH (1824090022) HELGA ARISTAWATI (1824090045) HANNISSA IWMA .T. (1824090048) SYIFA SALSABILA (1824090054) FARAH SALSABILA P. T (1824090104) NADIYA LIANIDA (1824090224) SILVA ARIYANI .P. (1824090259) Dosen : ZAINUN MU’TADIN,S.Psi.,M.Psi. Hari/Kelas : Selasa/10:20-12:50 Sumber buku : Ashar Sunyoto Munandar 2014 UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I JAKARTA 2019 Nama Kelompok FAKULTAS PSIKOLOGI
  • 2. BAB 9 MOTIVASI KERJA 1. PENGANTAR Motivasi dapat dipandang sebagai satu ciri yang ada pada calon tenaga kerja ketika diterima masuk bekerja diperusahaan, dibawa masuk oleh tenaga kerja. Setiap hari, secara sadar ataupun tak sadar, kita hadapi dan jalani dua macam situasi, yaitu situasi masalah (problem situation) dan situasi pilihan (choice situation) yang juga dinamakan situasi konflik. Dalam situasi masalah seseorang mengahadapi berbagai macam rintangan dalam upayanya mencapai sesuatu tujuan yang diinginkan.
  • 3. Dalam situasi pilihan seseorang menghadapi beberapa alternatif keputusan atau tindakan yang dapat ia ambil. Setiap keputusan atau tindakan mengarah ke timbulnya akibat-akibat tertentu. tujuan atau akibat ini memiliki baik aspek-aspek yang positif maupun aspek-aspek yang negatif. Dengan memilih satu keputusan/tindakan, ada sekelompok kebutuhan yang dipenuhi dan ada sekelompok yang tidak dipenuhi. Memilih alternatif keputusan atau tindakan merupakan awal dari motivasi.
  • 4. 2. PENGERTIAN 2.1 . Motivasi Kerja Motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan- kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ketercapainya tujuan tertentu. Berlangsungnya proses motivasi dapat dilihat dalam gambar dibawah ini : Kelompok kebutuhan yang belum dipuaskan Ketegangan Dorongan -dorongan Melakukan serangkaian kegiatan (perilaku mencari) Tujuan telah Tercapai (kebutuhan yang telah dipuaskan) Reduksi dari ketegangan
  • 5. 2.2. Kaitan Motivasi Kerja dengan Unjuk-Kerja Kaitan motivasi kerja dengan unjuk-kerja dapat diungkapkan sebagai berikut: Unjuk-kerja(performance) adalah hasil dari interaksi antara motivasi kerja, kemampuan (abilities), dan peluang (opportunities), dengan perkataan lain unjuk kerja adalah fungsi dari motivasi kerja kali kemampuan kali peluang. Ungkapan ke dalam rumus menjadi : Motivasi kerja seseorang dapat lebih bercorak proaktif atau reaktif. pada motivasi kerja yang proaktif orang akan berusaha untuk meningkatkan kemampuan-kempampuannya sesuai dengan yang di tuntut oleh pekerjaannya dan/atau akan berusaha untuk mencari, menemukan, dan/atau menciptakan peluang dimana ia dapat menggunakan kemampuan- kemampuannya untuk dapat berunjuk-kerja yang tinggi. Sebaliknya motivasi kerja seseorang yang lebih reaktif, cenderung menunggu upaya atau tawaran dari lingkungannya. Ia baru mau bekerja jika didorong, dipaksa (dari luar dirinya) untuk bekerja. Unjuk Kerja = f Motivasi Kerja x Kemampuan x Peluang
  • 6. 3. TEORI TEORI MOTIVASI Dari teori-teori motivasi yang ada, ada yang lebih menekankan pada “Apa” yang memotivasi tenaga kerja, yaitu teori motivasi isi, dan ada yang memusatkan perhatiannya pada ‘bagaimana’ proses motivasi itu berlangsung, yaitu motivasi proses. Ada 8 teori motivasi, 4 dari teori motivasi isi yaitu: - Teori tata-tingkat kebutuhan - Teori eksistensi-relasi-pertumbuhan - Teori 2 faktor - Teori motivasi berprestasi Dan 4 dari teori motivasi proses, yaitu : - Teori pengukuhan - Teori tujuan - Teori expectancy - Teori equity
  • 7. 3.1. Teori Motivasi Isi a. Teori Tata Tingkat-Kebutuhan Teori tata tingkat-kebutuhan dari Maslow mungkin merupakan teori motivasi kerja yang paling luas dikenal. Maslow berpendapat bahwa kondisi manusia berada dalam kondisi mengejar yang bersinambung. Jika satu kebutuhan dipenuhi, langsung kebutuhan tersebut diganti oleh kebutuhan lain. Proses berkeinginan secara nonstop memotivasi kita sejak lahir sampai meninggal. Maslow selanjutnya mengajukan bahwa ada lima kelompok kebutuhan, yaitu kebutuhan faali (fisiologikal), rasa aman, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri. kebutuhan-kebutuhan tersebut disusun secara tata tingkat sebagaimana diperlihatkan oleh gambar berikut:
  • 9. Menurut Maslow , individu dimotivasi oleh kebutuhan yang belum di puaskan, yang paling rendah, paling dasar dalam tata tingkat. Begitu tingkat kebutuhan ini dipuaskan, ia tidak akan lagi memotivasi perilaku. Kebutuhan pada tingkat berikutnya yang lebih tinggi menjadi dominan. Dua tingkat kebutuhan dapat beroperasi pada waktu yang sama, tetapi kebutuhan pada tingat lebih rendah yang dianggap menjadi motivator yang lebih kuat dari perilaku. Maslow juga menekankan bahwa makin tinggi tingkat kebutuhan, makin tidak penting ia untuk mempertahankan hidup (survival) dan makin lama pemenuhannya dapat ditunda.
  • 10. 1. Kebutuhan fisiologikal (faali) kebutuhan yang timbul berdasarkan kondisi fisiologikal badan kita, seperti kebutuhan untuk makanan dan minuman, kebutuhan akan udara segar (Oksigen). 2. Kebutuhan rasa aman kebutuhan ini masih sangat dekat dengan kebutuhan fisiologis. kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk dilindungi dari bahaya dan ancaman fisik. 3. Kebutuhan sosial kebutuhan ini mencakup memberi dan menerima persahabatan, cinta kasih, rasa memiliki (belonging). setiap orang ingin menjadi anggota kelompok sosial, ingin mempunyai teman, kekasih. Dalam pekerjaan kita jumpai kelompok informal yang merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sosial seorang tenaga kerja.
  • 11. 4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) Kebutuhan harga diri meliputi dua jenis : a. Yang mencakup faktor-faktor internal, seperti kebutuhan harga diri, kepercayaan-diri, otonomi dan kompetensi. b. Yang mencakup faktor-faktor eksternal kebutuhan yang menyangkut reputasi seperti mencakup kebutuhan untuk dikenali dan diakui (recognition), dan status. 5. Kebutuhan aktualisasi-diri Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dirasakan dimiliki. Kebutuhan ini menekankan kebebasan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.
  • 12. b. Teori Eksistensi-Relasi-Pertumbuhan Teori motivasi ini yang dikenal sebagai teori ERG sebagai singkatan dari Existence, Relatedness, dan Growth needs, di kembangkan oleh Alderfer dan merupakan satu modifikasi dan reformulasi dari teori tata tingkat kebutuhan dari Maslow. Alderfer mengelompokkan kebutuhan ke dalam 3 kelompok: 1. Kebutuhan eksistensi (existence needs), merupakan kebutuhan akan substansi material seperti keinginan untuk memperoleh makanan, air, perumahan, uang, mebel, dan mobil. 2. Kebutuhan hubungan (relatedness needs) Merupakan kebutuhan untuk membagi pikiran dan perasaan dengan orang lain dan membiarkan mereka menikmati hal- hal yang sama dengan kita. 3. Kebutuhan pertumbuhan (growth needs) Merupakan kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki seseorang untuk mengembangkan kecakapan mereka secara penuh.
  • 13. Teori ERG menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan eksistensi, hubungan dan pertumbuhan terletak pada satu kesinambungan kekonkretan, dengan hubungan eksistensi sebagai kebutuhan yang paling konkret dan kebutuhan pertumbuhan sebagai kebutuhan yang paling kurang konkret (abstrak). Beberapa dasar pikiran dari teori ini ialah bahwa: 1. Makin lengkap satu kebutuhan yang lebih konkret dipuasi, makin besar keinginan/dorongan untuk memuaskan kebutuhan yang kurang konkret/abstrak. 2. Makin kurang lengkap satu kebutuhan dipuasi, makin besar keinginannya untuk memuaskannya.
  • 14. c. Teori Dua Faktor Teori dua faktor juga dinamakan teori hygiene-motivasi dikembangkan oleh Herzberg. Ia temukan bahwa faktor-faktor yang menimbulkan kepuasaan kerja berbeda dengan faktor- faktor yang menimbulkan ketidakpuasaan kerja. Faktor-faktor yang menimbulkan kepuasaan kerja, yang ia namakan faktor motivator, mencakup faktor-faktor yang berkaitan dengan isi dari pekerjaan, yang merupakan faktor intrinsik dari pekerjaan yaitu: 1. Tanggung jawab ( responsibility ) 2. Kemajuan ( advancement ) 3. Pekerjaan itu sendiri 4. Capaian ( achievement ) 5. Pengakuan ( recognition)
  • 15. Kelompok faktor yang lain yang menimbulkan ketidakpuasan, berkaitan dengan konteks dari pekerjaan, dengan faktor-faktor ekstrinsik dari pekerjaan dan meliputi faktor-faktor: 1. Administrasi dan kebijakan perusahaan 2. Penyeliaan 3. Gaji 4. Hubungan antarpribadi 5. Kondisi kerja Jika dibandingkan dengan teori tata tingkat kebutuhan dari Maslow, maka kita dapati bahwa kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan faktor-faktor motivasi merupakan kebutuhan-kebutuhan dari tingkat- tingkat tinggi, yaitu : kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri. hygiene merupakan kebutuhan-kebutuhan dari tingkat-tingkat yang rendah, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, dan sosial.
  • 16. d. Teori Motivasi Berprestasi (Achievement motivation) Teori motivasi berprestasi dikembangkan oleh David McClelland. Teori kebutuhan dari McClelland, karena ia tidak saja meneliti tentang : 1. kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement) 2. kebutuhan untuk berkuasa (need for power) 3. kebutuhan untuk berafiliasi/berhubungan (need for affiliation). 1. Kebutuhan untuk Berprestasi ( Need for Achievement ) Dorongan ini yang disebut kebutuhan untuk berprestasi ( the achievement need = nAch). McClelland menemukan bahwa mereka dengan dorongan prestasi yang tinggi berbeda dari orang lain dalam keinginan kuat mereka untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik. dalam penelitiannya, McClelland menemukan bahwa mereka yang memiliki nAch yang tinggi ialah para wirausaha yang berhasil.
  • 17. 2. Kebutuhan untuk Berkuasa ( Need for Power ) (need for power = nPow) Kebutuhan untuk berkuasa ialah adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, untuk mempengaruhi orang lain, dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain. orang dengan kebutuhan untuk berkuasa yang besar menyukai pekerjaan-pekerjaan dimana mereka menjadi pimpinan dan mereka berupaya mempengaruhi orang lain. Hasil penelitian menunjukkan para eksekutif puncak, para manajer, memiliki kebutuhan untuk berkuasa yang besar.
  • 18. 3. Kebutuhan untuk Berafiliasi ( Need for Affiliation ) ( need for affiliation = nAff ). Orang-orang dengan kebutuhan untuk berafiliasi yang tinggi ialah orang-orang yang berusaha mendapatkan persahabatan. Mereka ingin disukai dan diterima oleh orang lain. mereka lebih menyukai situasi-situasi kooperatif dari situasi kompetitif, dan sangat menginginkan hubungan- hubungan yang melibatkan saling pengertian dalam derajat yang tinggi. Mereka akan berusaha untuk menghindari konflik. McClelland menggunakan beberapa kartu dari Tematic Apperception Test ( TAT ) untuk mengetahui tinggi rendahnya kebutuhan untuk berprestasi. Orang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berkuasa, dan kebutuhan untuk berafiliasi yang tinggi sekaligus akan memiliki motivasi kerja yang proaktif. Sedangkan yang memiliki ketiga macam kebutuhan dalam derajat yang rendah akan memiliki corak motivasi kerja yang reaktif.
  • 19. 3.2. Teori Motivasi Proses a. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory) Teori pengukuhan berhubungan dengan teori belajar operant conditioning dari Skinner. Teori ini mempunyai dua aturan pokok: 1. aturan pokok yang berhubungan dengan pemerolehan jawaban-jawaban yang benar. 2. aturan pokok lainnya berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah. Pemerolehan dari satu perilaku menurut adanya satu pengukuhan sebelumnya. Pengukuhan dapat terjadi positif (pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang diinginkan) atau negatif (menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang diinginkan telah diberikan), tetapi organisme harus membuat kaitannya antara aksi atau tindakannya dengan akibat- akibatnya.
  • 20. Siegel dan Lane (1982), mengutip Jablonske dan de Vries, memberi saran bagaimana manajemen dapat meningkatkan motivasi kerja tenaga kerja, yaitu dengan: 1. Menentukan apa jawaban yang diinginkan 2. Mengkomunikasikan dengan jelas perilaku ini kepada tenaga kerja 3. Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima tenaga kerja jika jawaban yang benar terjadi 4. Memberikan ganjaran hanya jika jawaban yang benar yang dilaksanakan 5. Memberikan ganjaran kepada jawaban yang diinginkan pada saat yang paling memungkinkan, yang terdekat dengan kejadiannya. Pada dasarnya teori pengukuhan ini didasarkan pada asumsi bahwa corak motivasi kerja adalah reaktif. Melalui proses pengukuhan tertentu, yang merupakan proses pembelajaran, sebagaimana disarankan oleh Jablonske dan de Vries, individu di ajarkan untuk memiliki motivasi kerja yang lebih proaktif.
  • 21. b. Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory) Locke mengusulkan model kognitif, yang dinamakan teori tujuan, yang mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat/intentions (tujuan-tujuan) dengan perilaku. Aturan dasarnya ialah penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Menurut Locke, tujuan-tujuan yang cukup sulit (baca teori McClelland, hlm. 25). Khusus dan yang pernyataannya jelas dan dapat diterima oleh tenaga kerja, akan menghasilkan unjuk-kerja yang lebih tinggi dari pada tujuan-tujuan yang taksa, tidak khusus dan yang mudah dicapai. Teori tujuan, sebagaimana dengan teori keadilan didasarkan pada dasar intuitif yang solid. Penelitian-penelitian yang didasarkan pada teori ini menggambarkan kemanfaatannya bagi organisasi.
  • 22. Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management By Objectives = MBO) menggunakan teori penepatan tujuan ini. Berdasarkan tujuan - tujuan perusahaan, secara berurutan, disusun tujuan-tujuan untuk divisi, bagian sampai satuan kerja yang terkecil untuk diakhiri penetapan sasaran kerja untuk setiap karyawan dalam kurun waktu tertentu. Penetapan tujuan dapat ditemukan juga dalam teori motivasi harapan. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi (valence) yang berbeda-beda. Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri dapat seperti pada MBO, diwajibkan oleh organisasi sebagai satu kebijakan perusahaan.
  • 23. c. Teori Harapan (Expectancy) Sejak dikembangkan oleh Vroom, teori harapan dikembangkan lebih lanjut oleh ahli lain, antara lain oleh Porter & Lawler. Dalam pembahasan teori harapan selanjutnya akan dikemukakan teori harapan yang dikembangkan oleh Lawler berdasarkan pengembangan lebih lanjut dari model dari Porter- Lawler (1968), sebagaimana disajikan oleh Siegel & Lane (1982). Model teori harapan dari Lawler mengajukan empat asumsi: 1. Orang mempunyai pilihan-pilihan antara berbagai hasil- keluaran yang secara potensial dapat mereka gunakan. dengan perkataan lain, setiap hasil-keluaran alternatif mempunyai harkat (valence = V), yang mengacu pada ketertarikannya bagi seseorang. Hasil keluaran alternatif, juga disebut tujuan-tujuan pribadi (personal goals), dapat disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan.
  • 24. 2. Orang mempunyai harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa upaya (effort = E) mereka akan mengarah ke perilaku unjuk-kerja (performance = P) yang dituju. Ini diungkapkan sebagai harapan E-P. 3. Orang mempunyai harapan harapan tentang kemungkinan bahwa hasil-hasil keluaran (outcomes = O tertentu akan diperoleh setelah unjuk-kerja (P) mereka. Ini diungkapkan dalam rumusan harapan P-O. 4. Dalam setiap situasi, tindakan-tindakan dan upaya yang berkaitan dengan tindakan-tindakan tadi yang dipilih oleh seseorang untuk dilaksanakan di tentukan oleh harapan- harapan (E-P, dan P-O) dan pilihan-pilihan yang dipunyai orang pada saat itu. Model harapan dari Lawler menyatakan bahwa besar kecilnya motivasi seseorang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Indeks Motivasi = Jumlah {(E-P) x Jumlah [(P-O)(V)]}
  • 25. Menurut Lawler, faktor-faktor yang menentukan E-P (kemungkinan besarnya upaya menyebabkan tercapainya unjuk-kerja yang diinginkan) ialah harga diri atau kepercayaan diri, pengalaman lampau dalam situasi serupa, situasi sekarang yang aktual, komunikasi (informasi dan persepsi) dari orang lain. Besar kecilnya harapan P-O (sebesar apa kemungkinannya untuk mendapatkan berbagai hasil-keluaran jika mencapai unjuk-kerja tertentu) juga ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu:  Pengalaman yang lalu dalam situasi yang serupa  Ketertarikan dari hasil-keluaran  Kepercayaan dalam kendali internal melawan eksternal  Harapan-harapan E-P  Situasi aktual dan komunikasi dari orang lain Tercapainya unjuk-kerja yang diinginkan tidak menyebabkan adanya kebutuhan yang dipenuhi. Tetapi dengan tercapainya unjuk-kerja tersebut akan terkait kemungkinan diperolehnya hasil-keluaran yang memenuhi atau gagal memenuhi kebutuhan-kebutuhan.
  • 26. Komponen ketiga dari model Lawler ialah harkat atau valence (V) yang mencerminkan bagaimana perasaan Anda terhadap berbagai hasil-keluaran. Hasil-keluaran adalah positif, jika Anda lebih ingin mencapainya daripada tidak ingin mencapainya, negatif, jika Anda tidak ingin mencapainya, dan netral, jika anda tidak mempedulikan hasil-keluarannya. Harkat diungkapkan dalam angka dan berkisar antara +1 sampai -1.
  • 27. d. Teori Keadilan (Equity Theory) Teori keadilan, yang dikembangkan oleh Adams besibuk diri dengan memberi batasan tentang apa yang dianggap adil atau wajar oleh orang dalam kebudayaan kita ini, dan dengan reaksi- reaksi mereka kalau berada dalam situasi-situasi yang dipersepsikan sebagai tidak adil/wajar. Salah satu asumsi dari Adams ialah bahwa jika orang melakukan pekerjaannya dengan gaji/penghasilan, mereka memikirkan tentang apa yang mereka berikan pada pekerjaannya (masukan) dan apa yang mereka terima untuk keluaran kerja mereka. Masukan adalah segala sesuatu yang dianggap oleh tenaga kerja sebagai yang patut menerima imbalan. Keluaraan adalah segala jenis hal yang dipersepsikan orang sebagai imbalan terhadap upaya yang diberikan, seperti gaji, tunjangan kemaslahatan (fringe benefits) dan penghargaan/pengakuan.
  • 28. Teori keadilan mempunyai empat asumsi dasar sebagai berikut : 1. Orang berusaha untuk menciptakan dan mempertahankan satu kondisi keadilan. 2. Jika dirasakan adanya kondisi ketidakadilan, kondisi ini menimbulkan ketegangan yang memotivasi orang untuk menguranginya atau menghilangkannya. 3. Makin besar persepsi ketidakadilannya, makin besar motivasinya untuk bertindak mengurangi kondisi ketegangan itu. 4. Orang akan mempersepsikan ketidakadilan yang menyenangkan (misalnya, menerima gaji terlalu sedikit) lebih cepat daripada ketidakadilan yang menyenangkan (misalnya, mendapat gaji terlalu besar).
  • 29. Menurut teori kondisi keadilan dapat diungkapkan ke dalam rumusan sebagai berikut: Hasil-keluaran seseorang Masukan seseorang Keadilan dirasakan ada jika orang merasa bahwa perbandingan antara hasil-keluarannya dengan masukannya sama dengan perbandingan hasil-keluaran orang lain (yang dianggap penting bagi dirinya) dengan masukannya. Sebaliknya kondisi ketidakadilan timbul jika perbandingan antara hasil- keluaran kita dengan masukan kita tidak sama besarnya (lebih besar atau lebih kecil) dari pada perbandingan hasil-keluaran orang lain dengan masukannya.
  • 30. Jika terjadi persepsi tentang ketidakadilan, menurut teori keadilan orang akan dapat melakukan tindakan-tindakan berikut (Howell & Dipboye, 1986). 1. Bertindak mengubah masukannya, menambah atau mengurangi upayanya untuk bekerja. 2. Bertindak untuk mengubah hasil-keluarannya, ditingkatkan atau diturunkan. 3. Menggeliat/merusak secara konitif masukan dan hasil- keluarannya sendiri, mengubah persepsinya tentang perbandingan masukan dan hasil-keluarannya sendiri. 4. Bertindak terhadap orang lain untuk mengubah masukan dan/ atau hasil-keluarannya. 5. Secara fisik meninggalkan situasi, keluar dari pekerjaan. 6. Berhenti membandingkan masukan dan hasil-keluaran dengan orang lain dan mengganti dengan acuan lain atau mencari orang lain untuk dibandingkan.
  • 31. Menurut Lawler, teori keadilan dan teori harapan cenderung membuat prakiraan-prakiraan yang sama dan sebagai hasilnya ada usaha untuk memasukkan aspek-aspek yang diperhatikan oleh teori keadilan ke dalam kerangka kerja teori harapan. Corak motivasi kerja pada teori keadilan ini termasuk proaktif.
  • 32. 4. MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA 4.1. Peran Pemimpin/Atasan Ada dua cara pokok untuk meningkatkan motivasi kerja, yaitu bersikap keras dan memberi tujuan yang bermakna. a. Bersikap Keras Dengan memaksakan tenaga kerja untuk bekerja keras atau dengan memberikan ancaman, maka tenaga kerja, kalau tidak dapat menghindarkan diri dari situasi yang mengancam tersebut, akan bekerja keras. Tenaga kerja menghadapi beberapa alternatif kegiatan, semuanya, kecuali satu, dihayati sebagai negatif (ancaman hukuman), karena itu ia akan memilih alternatif kegiatan yang paling kecil nilai negatifnya (bekerja tepat pada waktunya).
  • 33. b. Memberi Tujuan yang Bermakna Bersama-sama dengan tenaga kerja yang bersangkutan ditemukan tujuan-tujuan yang bermakna, sesuai dengan kemampuanya, yang dapat dicapai melalui prestasi kerjanya yang tinggi. Pada umumnya sasaran tenaga kerja yang ingin dicapai dengan bekerja pada suatu perusahaan berjumlah lebih dari satu. Atasan perlu mengenali sasaran-sasaran yang bernilai tinggi dari bawahannya agar dapat membantu bawahan untuk mencapainya dan dengan demikian atasan memotivasi bawahannya. Model ini digunakan dalam gaya kepemimpinan situasional- Selling dan Participating, juga dalam kepemimpinan transformasional dan transaksional.
  • 34. 4.2. Peran Diri Sendiri Orang-orang dari tipe X, dari teori McGregor, memiliki motivasi kerja yang bercorak reaktif. Mereka memerlukan orang lain untuk mendorong mereka, ‘memaksa’ mereka untuk bekerja. sistem nilai pribadi (personal value sistem) mereka memprioritaskan kegiatan-kegiatan lain dalam kehidupan. bekerja dipandang sebagai satu kegiatan yang harus dilakukan agar memperoleh gaji untuk membiayai hidup. Tenaga kerja tipe X perlu diubah menjadi tenaga kerja tipe Y, yang memiliki motivasi kerja yang proaktif. kepemimpinan transformasional dan transaksional dapat membantu tenaga kerja menjadi tenaga kerja dengan motivasi kerja yang proaktif.
  • 35. 4.3. Peran Organisasi Berbagai kebijakan dan peraturan perusahaan dapat ‘menarik’ atau ‘mendorong’ motivasi kerja seorang tenaga kerja. Gugus Kendali Mutu (GKM = Quality Cirkels) merupakan satu kebijakan yang dituang kedalam berbagai peraturan yang mendasari kegiatan dan mengatur pertemuan pemecahan masalah dalam kelompok kecil, khususnya kelompok pekerja (operator). Gerakan Gugus Kendali Mutu berasal dari Jepang yang dibawa masuk oleh orang Jepang yang bekerja dalam perusahaan patungan Jepang-Indonesia. Di Jepang motivasi pekerja di-’dorong’ keluar untuk melakukan kegiatan ini.
  • 36. GKM dilaksanakan diluar jam kerja dan bersifat sukarela. banyak hasil dari GKM yang diterapkan dengan hasil baik diperusahaan. Di Indonesia kegiatan GKM dilakukan juga diluar jam kerja, dengan perbedaan bahwa para pekerja yang mengikuti kegiatan GKM memperoleh upah kerja lembur (di Jepang tidak). Di Indonesia, GKM ‘menarik’ keluar motivasi dari para pekerja.
  • 37. Kebijakan lain yang berkaitan dengan motivasi kerja ialah kebijakan di bidang imbalan keuangan. Untuk pekerjaan- pekerjaan tertentu, pekerjaan menjual misalnya, selain gaji kepada tenaga kerja juga diberi tambahan penghasilan (insentif) yang besarnya ditetapkan dalam peraturan tersendiri. Motivasi kerja di-’tarik’ keluar dengan kebijakan ini. disamping kebijakan dan peraturan-peraturan diatas, kebijakan dan peraturan lain dapat disusun dan ditetapkan yang dapat mendorong atau menarik keluar motivasi kerja tenaga kerja.