SlideShare a Scribd company logo
2
Most read
3
Most read
Sudah dua minggu swalayan itu mulai beroperasi. Swalayan yang megah
itu, berdiri strategis di ujung perempatan jalan. Tak sembarang orang bisa
memasukinya, hanya orang berduitlah yang bisa keluar masuk. Ditambah
dengan adanya satpam, berkumis tebal dan bertampang galak.
Dina, salah satu anak yang mengalami putus sekolah. Usianya baru
sepuluh tahun. Di daerah itu banyak anak-anak yang tak bisa mengenyam
bangku pendidikan di sekolah karena latar belakang ekonomi orang tua kian
memburuk. Sebagian dari mereka ada yang bekerja sebagai pengojek
payung, ada juga yang jadi pemulung, pengamen jalanan, bahkan pedagang
asongan. Sekadar untuk membantu orang tua mencari sesuap nasi.
“Dina, karena sekarang lagi musim hujan bagaimana kalau kita mencoba
mengojek payung untuk pengunjung swalayan,” ajak Susan teman
sekampungnya. “Aku tidak yakin bisa laku, karena parkir mobil mereka
berdekatan dengan swalayan. Apalagi kalau sekarang banyak orang yang
sedia payung sebelum hujan.” Jawab Dina. “Tapi kita masih bisa
menawarkannya pada pejalan kaki yang tak bawa payung,” kata Susan tetap
penuh semangat. Akhirnya Dina setuju untuk menjalankan usulan Susan.
Tapi ternyata kurang membawa hasil. Para pengunjung kadang menolak
untuk dipayungi menuju ke mobilnya.
“Kamu coba berjualan rokok dan makanan kecil di teras swalayan, pasti
laku keras karena swalayan itu tempat dimana orang-orang bermobil
datang,” kata Ibu memberi masukan. “Tapi Dina takut Bu, sama satpam yang
jaga pintu masuk,” sergah Dina. “Tak apa-apa kalau kamu sudah meminta izin
terlebih dahulu,” bujuk sang Ibu. “Kalau tidak diizinkan bagaimana?” Tanya
Dina. “Ya sudah, kamu bisa berjualan di tempat lain,” tutur Ibunya. “Besok
Ibu buatkan penganan dan makanan kecil untuk kau jual,” kata Ibu.
Dua hari kemudian, Dina ditemani Susan sudah menggelar dan menata
barang dagangan di teras toko. Tak lama kemudian satpam yang biasanya
bertugas datang. “Maaf adik-adik, dilarang untuk berjualan di sini, karena
bisa mengganggu kenyamanan pengunjung,” jelas Pak Satpam. “Tapi Pak,
kami hanya izin memakai teras untuk berjualan,” sahut Rina dengan
memelas. Mereka lalu membereskan barang dagangan, mencari tempat baru.
Tak sengaja Dina melirik ke arah dalam swalayan yang dibatasi kaca itu. Ia
merasa takjub dengan isi yang di dalamnya. Lantai putih bersih, barang
dagangan, beberapa makanan pokok tertata rapi di atas rak, dan……..
“Susan, tahu nggak saat di swalayan tadi aku sempat melihat ke dalam,
ternyata bagus dan kelihatan nyaman,” cerita Dina pada Susan. “Sudah ah,
sekarang yang terpenting kita cari tempat lain untuk berjualan,” jawab
Susan. Dalam hati timbul keinginan Dina untuk bisa masuk ke dalam swalayan
tersebut. Dina terus memutar otak untuk mencari cara. Tapi dia tak
kunjung menemukannya.
Siang itu, tanpa disadari entah bagaimana caranya tiba-tiba saja Dina
sudah berada di antara orang-orang yang sedang berbelanja di swalayan elit
itu. “Kenapa aku bisa berada di sini?,” gumam Dina. Dia mulai menjelajah
setiap lorong demi lorong yang disekat oleh rak setinggi atap. Di bagian
makanan ada mi instan, gula, kecap, minyak goreng, tepung terigu, garam
dan masih banyak lagi keperluan dapur yang lain. “Ibu pasti senang kalau aku
bawakan sedikit,” ucap Dina dengan mata berbinar.“Tapi tak mungkin, aku
tak punya cukup uang,” kata Dina sesaat kemudian dengan raut muka sedih.
Di bagian rak lain ada baju dan sepatu cantik yang dipajang satu-satu. Dina
teringat akan adiknya di rumah, namun ketika melihat harga yang tertera,
dia hanya bisa menelan ludah.
Tak ada habisnya Dina mengagumi bangunan yang megah itu. Apapun
yang ada di dalamnya selalu dia raba dan diamatinya. Karena terlalu gembira
dan sibuk memegangi benda-benda sekaligus bercampur heran, Dina kurang
hati-hati dan tiba-tiba saja, “Bruk! Aduh!,” keduanya mengaduh. Ternyata
ia bertabrakan dengan seorang Ibu paruh baya. “Maaf Bu, saya tidak
sengaja,” ucap Dina sambil membantu memunguti belanjaan milik si Ibu yang
jatuh dari keranjang. “Nggak apa-apa kok Dik,” jawab si Ibu. Kemudian Ibu
itu pun berlalu.
Puas berjalan-jalan, Dina merasa ingin segera pulang. Dia tak ingin
membuat Ibunya merasa cemas. Dina kebingungan mencari pintu keluar. Ia
lalu bertanya kepada petugas. “Oh adik lewat kasir saja, yang sebelah sana,”
kata si petugas menerangkan. Dina berjalan kearah yang dimaksud. Saat itu
di kasir tengah terjadi keributan. “Dompet saya hilang, Pak,” kata Ibu yang
tadi bertabrakan dengan Dina.Ketika si Ibu menoleh dan melihat Dina, dia
langsung berseru. “Itu Pak Satpam, anaknya tidak salah lagi dia yang
menabrak saya sambil mencuri. Saya yakin, bawa saja dia, pencuri sekarang
memang pintar! Strateginya sambil menubruk orang.”
Dina yang tidak mengerti apa-apa hanya melongo ketika dibawa satpam
untuk diinterogasi. “Kamu yang mencuri dompet Ibu itu, sekarang
kembalikan atau saya laporkan ke polisi,” ancam si satpam. “lho Pak, saya
tidak salah, saya bukan pencuri,” kata Dina membela diri. “Kalau tidak mau
mengaku, baiklah ayo ikut Bapak ke kantor polisi,” kata satpam sambil
menggandeng paksa Dina. “Jangan Pak, saya tidak mencuri, sungguh,” kata
Dina terus meronta berusaha melepaskan diri. Tiba-tiba, “Pak lepaskan dia,
dompet saya sudah ketemu,” seru si Ibu.
Akhirnya si Ibu dan satpam meminta maaf telah menuduh Dina. “Untuk
menebus kesalahan, terimalah ini,” kata si Ibu sambil memberikan uang
pecahan lima puluh ribuan pada Dina. Dina menerima uang itu dengan tangan
gemetar. Tiba-tiba ia merasa pipinya merasa sakit.
“Lima puluh ribuuuuuu,” sebut Dina hingga ia terbangun. Ketika ia
membuka mata dia mendapati adiknya. Rina mencubit pipinya sambil
berseru. “Kak, ayo cepat bangun! Kakak mengigau ya, memangnya mimpi
apa?” Tanya Rina. Dina hanya menggeleng pelan. Lambat-lambat baru
disadarinya, dia sedang bermimpi.

More Related Content

PPT
Pembelajaran Kelas 5 BAB 5 BERPERAN SEBAGAI WARGA DUNIA.ppt
PPT
MEDIA PEMPELAJARAN BHS. INDONESIA KELAS 5 BAB 6 KEBINEKAAN DI INDONESIA TERCI...
PDF
Bab 2 Dibawah atap.pdf abcdefghijkl mnopq rstuv
DOCX
Naskah drama musikal anak sma
PPT
KALIMAT AKTIF DAN PASIF
PPT
BAB 8 AYO, KERJA SAMA.ppt materi bahasa Indonesia kelas 5
PPT
TEMA 1 KALIMAT UTAMA,IDE POKOK,DAN KALIMAT PENJELAS (1).ppt
DOCX
MENYUNTING TEKS DESKRIPSI.docx
Pembelajaran Kelas 5 BAB 5 BERPERAN SEBAGAI WARGA DUNIA.ppt
MEDIA PEMPELAJARAN BHS. INDONESIA KELAS 5 BAB 6 KEBINEKAAN DI INDONESIA TERCI...
Bab 2 Dibawah atap.pdf abcdefghijkl mnopq rstuv
Naskah drama musikal anak sma
KALIMAT AKTIF DAN PASIF
BAB 8 AYO, KERJA SAMA.ppt materi bahasa Indonesia kelas 5
TEMA 1 KALIMAT UTAMA,IDE POKOK,DAN KALIMAT PENJELAS (1).ppt
MENYUNTING TEKS DESKRIPSI.docx

What's hot (20)

PDF
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
DOCX
Cinta pertama
DOCX
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
DOCX
Cerpen Pengalaman Pribadi
PDF
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
DOCX
Kliping cerpen
DOCX
Naskah drama arti sahabat
DOCX
DOCX
Cerpen "Meraih Mimpi"
DOCX
Cerpen Pengalaman Pribadi
DOCX
CERITA PENDEK PENGALAMAN PRIBADI BAHASA INDONESIA
DOCX
Naskah drama 7 orang
DOCX
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
DOCX
Analisis Novel Basa Jawa "Ngulandara"
DOCX
20 Resensi Novel
DOCX
Naskah pidato; berbakti kepada kedua orang tua
DOCX
Arisan oh Arisan (Teks Drama)
DOCX
Naskah drama munafik
DOCX
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN
DOCX
Cerpen 1 pop
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Cinta pertama
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Pengalaman Pribadi
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Kliping cerpen
Naskah drama arti sahabat
Cerpen "Meraih Mimpi"
Cerpen Pengalaman Pribadi
CERITA PENDEK PENGALAMAN PRIBADI BAHASA INDONESIA
Naskah drama 7 orang
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
Analisis Novel Basa Jawa "Ngulandara"
20 Resensi Novel
Naskah pidato; berbakti kepada kedua orang tua
Arisan oh Arisan (Teks Drama)
Naskah drama munafik
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN
Cerpen 1 pop

Viewers also liked (13)

DOCX
DOCX
Cerpen Pengalaman Pribadi
DOCX
Cerpen Pengalaman Pribadi
DOCX
Winda (po)
DOCX
Cerpen Pengalaman Pribadi
DOC
Cerpen CINTA IBU LEBIH DARI CINTA KEKASIH
DOC
cerita ku- Liburan ke gunung gede pangrango
DOCX
Cerpen Pengalaman Pribadi
DOCX
Contoh cerpen persahabatan
PDF
(9) cendikiawan muslim
PDF
Cita-cita saudara akan berhasil
DOCX
Tugas cerpen (xii) cita cita
DOC
Koleksi Contoh Karangan 2
Cerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen Pengalaman Pribadi
Winda (po)
Cerpen Pengalaman Pribadi
Cerpen CINTA IBU LEBIH DARI CINTA KEKASIH
cerita ku- Liburan ke gunung gede pangrango
Cerpen Pengalaman Pribadi
Contoh cerpen persahabatan
(9) cendikiawan muslim
Cita-cita saudara akan berhasil
Tugas cerpen (xii) cita cita
Koleksi Contoh Karangan 2

Recently uploaded (20)

PDF
KELOMPOK 4 LK Modul 4 KP4 Asesmen PM (3).pdf
PDF
KASUS_INKUIRI_KOLABORATIF_KELAS_BAWAH-ISI-ARNI.pdf
PPTX
Bahan Tayang OJT Pembelajaran Mendalam KS
PPTX
Slide PPT Metode Ilmiah Kelas 7 SMP.pptx
PDF
Materi Seminar AITalks: AI dan Konseling GPT
PPTX
PPT MATERI KODING DAN KECERDASAN ARTIFISIAL UNTUK PEMBELAJARAN
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Senbud Seni Teater Kelas XII Terbaru 2025
PPTX
Modul 2. Berpikir Komputasional sebagai Dasar Koding untuk Kecerdasan Artifis...
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Senbud Seni Tari Kelas XII Terbaru 2025
PPTX
ppt kelas XII materi sifat koligatif larutan
PDF
Timbal Balik yang Timbang: Perdagangan Tak Setara AS–Indonesia
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Lanjutan Kelas 11 SMA Terbaru 2025
PDF
Lembar Kerja Mahasiswa Konsep Sistem Operasi
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PJOK Kelas 10 SMA Terbaru 2025
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Senbud Seni Rupa Kelas XII Terbaru 2025
PDF
PPT Resources Seminar AITalks: AI dan Konseling GPT
PPTX
Analisis-Kasus-PNS-Telat-Pelayanan-Publik-Terhambat Fiks.pptx
PPTX
Pancasila: fondasi peradaban dan kebudayaan berkelanjutan
PDF
883668952-KP-4-Modul-2-Kerangka-Pembelajaran-Mendalam.pdf
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PAI & BP Kelas 10 SMA Terbaru 2025
KELOMPOK 4 LK Modul 4 KP4 Asesmen PM (3).pdf
KASUS_INKUIRI_KOLABORATIF_KELAS_BAWAH-ISI-ARNI.pdf
Bahan Tayang OJT Pembelajaran Mendalam KS
Slide PPT Metode Ilmiah Kelas 7 SMP.pptx
Materi Seminar AITalks: AI dan Konseling GPT
PPT MATERI KODING DAN KECERDASAN ARTIFISIAL UNTUK PEMBELAJARAN
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Senbud Seni Teater Kelas XII Terbaru 2025
Modul 2. Berpikir Komputasional sebagai Dasar Koding untuk Kecerdasan Artifis...
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Senbud Seni Tari Kelas XII Terbaru 2025
ppt kelas XII materi sifat koligatif larutan
Timbal Balik yang Timbang: Perdagangan Tak Setara AS–Indonesia
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Lanjutan Kelas 11 SMA Terbaru 2025
Lembar Kerja Mahasiswa Konsep Sistem Operasi
Modul Ajar Deep Learning PJOK Kelas 10 SMA Terbaru 2025
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Senbud Seni Rupa Kelas XII Terbaru 2025
PPT Resources Seminar AITalks: AI dan Konseling GPT
Analisis-Kasus-PNS-Telat-Pelayanan-Publik-Terhambat Fiks.pptx
Pancasila: fondasi peradaban dan kebudayaan berkelanjutan
883668952-KP-4-Modul-2-Kerangka-Pembelajaran-Mendalam.pdf
Modul Ajar Deep Learning PAI & BP Kelas 10 SMA Terbaru 2025

Cerpen: Impian Seorang Anak Jalanan

  • 1. Sudah dua minggu swalayan itu mulai beroperasi. Swalayan yang megah itu, berdiri strategis di ujung perempatan jalan. Tak sembarang orang bisa memasukinya, hanya orang berduitlah yang bisa keluar masuk. Ditambah dengan adanya satpam, berkumis tebal dan bertampang galak. Dina, salah satu anak yang mengalami putus sekolah. Usianya baru sepuluh tahun. Di daerah itu banyak anak-anak yang tak bisa mengenyam bangku pendidikan di sekolah karena latar belakang ekonomi orang tua kian memburuk. Sebagian dari mereka ada yang bekerja sebagai pengojek payung, ada juga yang jadi pemulung, pengamen jalanan, bahkan pedagang asongan. Sekadar untuk membantu orang tua mencari sesuap nasi. “Dina, karena sekarang lagi musim hujan bagaimana kalau kita mencoba mengojek payung untuk pengunjung swalayan,” ajak Susan teman sekampungnya. “Aku tidak yakin bisa laku, karena parkir mobil mereka berdekatan dengan swalayan. Apalagi kalau sekarang banyak orang yang sedia payung sebelum hujan.” Jawab Dina. “Tapi kita masih bisa menawarkannya pada pejalan kaki yang tak bawa payung,” kata Susan tetap penuh semangat. Akhirnya Dina setuju untuk menjalankan usulan Susan. Tapi ternyata kurang membawa hasil. Para pengunjung kadang menolak untuk dipayungi menuju ke mobilnya. “Kamu coba berjualan rokok dan makanan kecil di teras swalayan, pasti laku keras karena swalayan itu tempat dimana orang-orang bermobil datang,” kata Ibu memberi masukan. “Tapi Dina takut Bu, sama satpam yang jaga pintu masuk,” sergah Dina. “Tak apa-apa kalau kamu sudah meminta izin terlebih dahulu,” bujuk sang Ibu. “Kalau tidak diizinkan bagaimana?” Tanya Dina. “Ya sudah, kamu bisa berjualan di tempat lain,” tutur Ibunya. “Besok Ibu buatkan penganan dan makanan kecil untuk kau jual,” kata Ibu.
  • 2. Dua hari kemudian, Dina ditemani Susan sudah menggelar dan menata barang dagangan di teras toko. Tak lama kemudian satpam yang biasanya bertugas datang. “Maaf adik-adik, dilarang untuk berjualan di sini, karena bisa mengganggu kenyamanan pengunjung,” jelas Pak Satpam. “Tapi Pak, kami hanya izin memakai teras untuk berjualan,” sahut Rina dengan memelas. Mereka lalu membereskan barang dagangan, mencari tempat baru. Tak sengaja Dina melirik ke arah dalam swalayan yang dibatasi kaca itu. Ia merasa takjub dengan isi yang di dalamnya. Lantai putih bersih, barang dagangan, beberapa makanan pokok tertata rapi di atas rak, dan…….. “Susan, tahu nggak saat di swalayan tadi aku sempat melihat ke dalam, ternyata bagus dan kelihatan nyaman,” cerita Dina pada Susan. “Sudah ah, sekarang yang terpenting kita cari tempat lain untuk berjualan,” jawab Susan. Dalam hati timbul keinginan Dina untuk bisa masuk ke dalam swalayan tersebut. Dina terus memutar otak untuk mencari cara. Tapi dia tak kunjung menemukannya. Siang itu, tanpa disadari entah bagaimana caranya tiba-tiba saja Dina sudah berada di antara orang-orang yang sedang berbelanja di swalayan elit itu. “Kenapa aku bisa berada di sini?,” gumam Dina. Dia mulai menjelajah setiap lorong demi lorong yang disekat oleh rak setinggi atap. Di bagian makanan ada mi instan, gula, kecap, minyak goreng, tepung terigu, garam dan masih banyak lagi keperluan dapur yang lain. “Ibu pasti senang kalau aku bawakan sedikit,” ucap Dina dengan mata berbinar.“Tapi tak mungkin, aku tak punya cukup uang,” kata Dina sesaat kemudian dengan raut muka sedih. Di bagian rak lain ada baju dan sepatu cantik yang dipajang satu-satu. Dina teringat akan adiknya di rumah, namun ketika melihat harga yang tertera, dia hanya bisa menelan ludah. Tak ada habisnya Dina mengagumi bangunan yang megah itu. Apapun yang ada di dalamnya selalu dia raba dan diamatinya. Karena terlalu gembira dan sibuk memegangi benda-benda sekaligus bercampur heran, Dina kurang hati-hati dan tiba-tiba saja, “Bruk! Aduh!,” keduanya mengaduh. Ternyata ia bertabrakan dengan seorang Ibu paruh baya. “Maaf Bu, saya tidak
  • 3. sengaja,” ucap Dina sambil membantu memunguti belanjaan milik si Ibu yang jatuh dari keranjang. “Nggak apa-apa kok Dik,” jawab si Ibu. Kemudian Ibu itu pun berlalu. Puas berjalan-jalan, Dina merasa ingin segera pulang. Dia tak ingin membuat Ibunya merasa cemas. Dina kebingungan mencari pintu keluar. Ia lalu bertanya kepada petugas. “Oh adik lewat kasir saja, yang sebelah sana,” kata si petugas menerangkan. Dina berjalan kearah yang dimaksud. Saat itu di kasir tengah terjadi keributan. “Dompet saya hilang, Pak,” kata Ibu yang tadi bertabrakan dengan Dina.Ketika si Ibu menoleh dan melihat Dina, dia langsung berseru. “Itu Pak Satpam, anaknya tidak salah lagi dia yang menabrak saya sambil mencuri. Saya yakin, bawa saja dia, pencuri sekarang memang pintar! Strateginya sambil menubruk orang.” Dina yang tidak mengerti apa-apa hanya melongo ketika dibawa satpam untuk diinterogasi. “Kamu yang mencuri dompet Ibu itu, sekarang kembalikan atau saya laporkan ke polisi,” ancam si satpam. “lho Pak, saya tidak salah, saya bukan pencuri,” kata Dina membela diri. “Kalau tidak mau mengaku, baiklah ayo ikut Bapak ke kantor polisi,” kata satpam sambil menggandeng paksa Dina. “Jangan Pak, saya tidak mencuri, sungguh,” kata Dina terus meronta berusaha melepaskan diri. Tiba-tiba, “Pak lepaskan dia, dompet saya sudah ketemu,” seru si Ibu. Akhirnya si Ibu dan satpam meminta maaf telah menuduh Dina. “Untuk menebus kesalahan, terimalah ini,” kata si Ibu sambil memberikan uang pecahan lima puluh ribuan pada Dina. Dina menerima uang itu dengan tangan gemetar. Tiba-tiba ia merasa pipinya merasa sakit. “Lima puluh ribuuuuuu,” sebut Dina hingga ia terbangun. Ketika ia membuka mata dia mendapati adiknya. Rina mencubit pipinya sambil berseru. “Kak, ayo cepat bangun! Kakak mengigau ya, memangnya mimpi apa?” Tanya Rina. Dina hanya menggeleng pelan. Lambat-lambat baru disadarinya, dia sedang bermimpi.