Dokumen tersebut membahas tentang desa wisata budaya Waerebo di Flores, Indonesia. Desa ini terletak di ketinggian 1200 mdpl dan memiliki tujuh rumah tradisional bernama Mbaru Niang yang masih lestari."
2. DISUSUN OLEH :DISUSUN OLEH :
•• RosaRosa RiyanaRiyana ( 1731010034 )( 1731010034 )
•• NadiraNadira Alexandra (Alexandra ( 17310100131731010013 ))
•• FaadilahFaadilah Arista P.Arista P. (( 17310100421731010042 ))
•• GibranGibran DelamoryDelamory (( 17310100291731010029 ))
•• Christopher Dominic (1731010001)Christopher Dominic (1731010001)
•• RosaRosa RiyanaRiyana ( 1731010034 )( 1731010034 )
•• NadiraNadira Alexandra (Alexandra ( 17310100131731010013 ))
•• FaadilahFaadilah Arista P.Arista P. (( 17310100421731010042 ))
•• GibranGibran DelamoryDelamory (( 17310100291731010029 ))
•• Christopher Dominic (1731010001)Christopher Dominic (1731010001)
3. LocationLocation
Bagian dari Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai
Barat, Flores.
Kampung ini terletak diatas ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut
(mdpl) dan diselimuti kabut tipis sehingga dijuluki “Kampung Diatas Awan’’.
Wae Rebo yang berpenghuni 112 Kepala Keluarga atau sekitar 625 jiwa
penduduk (data 2012)
Bagian dari Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai
Barat, Flores.
Kampung ini terletak diatas ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut
(mdpl) dan diselimuti kabut tipis sehingga dijuluki “Kampung Diatas Awan’’.
Wae Rebo yang berpenghuni 112 Kepala Keluarga atau sekitar 625 jiwa
penduduk (data 2012)
4. Accessibility toAccessibility to WaereboWaerebo VillageVillage
Di tempuh dengan start perjalanan udara dari Bandara Ngurah Rai Denpasar menuju Bandara
Labuan Bajo, yang terdapat di Kabupaten Manggarai Barat. Selanjutnya Anda harus menempuh
perjalanan darat selama 4 jam menuju Kota Ruteng, sebuah kota kecil di Kabupaten Manggarai
Tengah.
Selama perjalanan, dapat menikmati sawah yang berbentuk sarang laba-laba di Lembor atau
Cancar. setelah itu perjalanan dapat dilanjutkan menuju Desa Denge yang merupakan desa
terakhir sebelum trakking selama empat jam menuju Wae Rebo.
5. Historical ofHistorical of MbaruMbaru NiangNiang
Mbaru Niang berasal dari bahasa setempat yang berarti rumah tinggi (Mbaru =Mbaru Niang berasal dari bahasa setempat yang berarti rumah tinggi (Mbaru =
Rumah | Niang = Tinggi). Mbaru Niang merupakan rumah panggung tradisionalRumah | Niang = Tinggi). Mbaru Niang merupakan rumah panggung tradisional
yang tersisa tujuh di desa Wae Rebo,yang tersisa tujuh di desa Wae Rebo, NTT.NTT.
MbaruMbaru niangniang sudahsudah punahpunah sebelumsebelum memasukimemasuki awalawal tahuntahun 7070--anan saatsaat pemerintahpemerintah
mengkampanyekanmengkampanyekan perpindahanperpindahan masyarakatmasyarakat pegununganpegunungan keke datarandataran rendahrendah..
SeorangSeorang antropologantropolog, Catherine, Catherine AllertonAllerton mengenangmengenang pembicaraannyapembicaraannya dengandengan tu’atu’a
gologolo,, pemimpinpemimpin politikpolitik dandan kepalakepala kampungkampung,, jugajuga tu’atu’a gendanggendang,, kepalakepala upacaraupacara
adatadat.. WargaWarga WaeWae ReboRebo saatsaat ituitu taktak memutuskanmemutuskan meninggalkanmeninggalkan dusunnyadusunnya.. SudahSudah
generasigenerasi keke--1818 hinggahingga kinikini WaeWae ReboRebo bertahanbertahan daridari seorangseorang penghunipenghuni pertamapertama
dandan pendiripendiri WaeWae ReboRebo lebihlebih daridari 100100 tahuntahun lalulalu,, EmpoEmpo MaroMaro..
LeluhurLeluhur WaeWae ReboRebo,, termasuktermasuk EmpoEmpo MaroMaro,, mewariskanmewariskan 77 buahbuah rumahrumah kerucutkerucut
yangyang sangatsangat menawanmenawan meskipunmeskipun telahtelah dimakandimakan usiausia dandan beberapabeberapa didi antaranyaantaranya
telahtelah rubuhrubuh dandan belumbelum dibinadibina kembalikembali.. SebuahSebuah yayasanyayasan daridari JakartaJakarta diberitakandiberitakan
telahtelah memberikanmemberikan bantuanbantuan pertandapertanda kasihkasih sayangnyasayangnya padapada keasliankeaslian WaeWae ReboRebo
dengandengan mendirikanmendirikan satusatu rumahrumah yangyang samasama bentuknyabentuknya dandan dinamakandinamakan TirtoTirto GenaGena
NdoromNdorom,, dimanadimana TirtoTirto adalahadalah secuilsecuil katakata daridari namanama yayasanyayasan donaturdonatur taditadi..
Mbaru Niang berasal dari bahasa setempat yang berarti rumah tinggi (Mbaru =Mbaru Niang berasal dari bahasa setempat yang berarti rumah tinggi (Mbaru =
Rumah | Niang = Tinggi). Mbaru Niang merupakan rumah panggung tradisionalRumah | Niang = Tinggi). Mbaru Niang merupakan rumah panggung tradisional
yang tersisa tujuh di desa Wae Rebo,yang tersisa tujuh di desa Wae Rebo, NTT.NTT.
MbaruMbaru niangniang sudahsudah punahpunah sebelumsebelum memasukimemasuki awalawal tahuntahun 7070--anan saatsaat pemerintahpemerintah
mengkampanyekanmengkampanyekan perpindahanperpindahan masyarakatmasyarakat pegununganpegunungan keke datarandataran rendahrendah..
SeorangSeorang antropologantropolog, Catherine, Catherine AllertonAllerton mengenangmengenang pembicaraannyapembicaraannya dengandengan tu’atu’a
gologolo,, pemimpinpemimpin politikpolitik dandan kepalakepala kampungkampung,, jugajuga tu’atu’a gendanggendang,, kepalakepala upacaraupacara
adatadat.. WargaWarga WaeWae ReboRebo saatsaat ituitu taktak memutuskanmemutuskan meninggalkanmeninggalkan dusunnyadusunnya.. SudahSudah
generasigenerasi keke--1818 hinggahingga kinikini WaeWae ReboRebo bertahanbertahan daridari seorangseorang penghunipenghuni pertamapertama
dandan pendiripendiri WaeWae ReboRebo lebihlebih daridari 100100 tahuntahun lalulalu,, EmpoEmpo MaroMaro..
LeluhurLeluhur WaeWae ReboRebo,, termasuktermasuk EmpoEmpo MaroMaro,, mewariskanmewariskan 77 buahbuah rumahrumah kerucutkerucut
yangyang sangatsangat menawanmenawan meskipunmeskipun telahtelah dimakandimakan usiausia dandan beberapabeberapa didi antaranyaantaranya
telahtelah rubuhrubuh dandan belumbelum dibinadibina kembalikembali.. SebuahSebuah yayasanyayasan daridari JakartaJakarta diberitakandiberitakan
telahtelah memberikanmemberikan bantuanbantuan pertandapertanda kasihkasih sayangnyasayangnya padapada keasliankeaslian WaeWae ReboRebo
dengandengan mendirikanmendirikan satusatu rumahrumah yangyang samasama bentuknyabentuknya dandan dinamakandinamakan TirtoTirto GenaGena
NdoromNdorom,, dimanadimana TirtoTirto adalahadalah secuilsecuil katakata daridari namanama yayasanyayasan donaturdonatur taditadi..
7. Foundation ofFoundation of MbaruMbaru NiangNiang
Mbaru Niang adalah rumah adat yang
berbentuk kerucut dan atapnya terbuat
dari daun lontar. proses pembangunan
rumah ini adalah tanpa menggunakan
paku, melainkan dengan konsep pasak
dan pen, dan diikat dengan rotan
sebagai penguat setiap tulang
fondasinya.
Pondasi dari mbaru niang terdiri dari
beberapa bilang batang kayu yang
ditanam ke tanah sedalam 2 meter.
terdapat permasalah pondasi pada
bangunan lama, yaitu kayu yang
membusuk karena lembab atau rapuh,
sehingga tak kuat menahan keseluruhan
bangunan rumah. seiring dengan
kedatangan tamu dan beberapa
masukan dari ahli, pondasi mbaru
niang sekarang dibungkus dengan
plastik dan ijuk untuk melindungi kayu
bersentuhan langsung dengan tanah
wae rebo yang lembab.
Mbaru Niang adalah rumah adat yang
berbentuk kerucut dan atapnya terbuat
dari daun lontar. proses pembangunan
rumah ini adalah tanpa menggunakan
paku, melainkan dengan konsep pasak
dan pen, dan diikat dengan rotan
sebagai penguat setiap tulang
fondasinya.
Pondasi dari mbaru niang terdiri dari
beberapa bilang batang kayu yang
ditanam ke tanah sedalam 2 meter.
terdapat permasalah pondasi pada
bangunan lama, yaitu kayu yang
membusuk karena lembab atau rapuh,
sehingga tak kuat menahan keseluruhan
bangunan rumah. seiring dengan
kedatangan tamu dan beberapa
masukan dari ahli, pondasi mbaru
niang sekarang dibungkus dengan
plastik dan ijuk untuk melindungi kayu
bersentuhan langsung dengan tanah
wae rebo yang lembab.
8. Details ofDetails of MbaruMbaru NiangNiang
Tujuh rumah Mbaru Niang yang dibuat oleh para nenek moyang mereka memiliki arti untuk
menghormati 7 arah mata angin dari puncak-puncak gunung yang yang mengelilingi Kampung Waerebo.
Hal itu mereka percayai sebagai cara untuk menghormati roh-roh yang memberikan mereka
kesejahteraan. Semua Mbaru Niang berdiri di tanah datar dan dibangun mengelillingi sebuah altar yang
disebut “Compang”. Compang berdiri sebagai titik pusat dari ketujuh rumah tersebut dan dipercaya
sebagai bangunan paling sakral yang ada di disana. Fungsi Compang adalah sebagai altar untuk memuji
dan menyembah Tuhan serta para roh-roh nenek moyang. Di setiap rumah ditinggali oleh delapan hingga
sembilan kepala keluarga. Di dalam rumah tersebut ada sebuah dapur dan ada kamar-kamar yang
tersedia. Setiap kamar tersebut dihuni oleh satu keluarga.
Seluruh Mbaru Niang memiliki nama asli yang berbeda-beda, mereka adalah:
9. Details ofDetails of MbaruMbaru NiangNiang
MBARU NIANG TERDIRI DARI
5 TINGKAT :
Dalam Mbaru Niang, aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh para keluarga dan
warga Waerebo kebanyakan berpusat pada tingkat pertama dari rumah tersebut,
atau yang biasa disebut dengan Tenda. Dengan bentuk lantai yang bulat, Niang
Gendang (Rumah Utama) memiliki diameter 14 Meter. Sedangkan Niang Gena
(rumah yang lainnya) memiliki diameter 11 Meter. Alasan adanya perbedaan
ukuran diameter tersebut adalah jumlah keluarga yang mendiami setiap rumah.
Niang Gendang didiami oleh 8 keluarga, sedangkan Niang Gena diisi oleh 6
Keluarga.
11. CommunityCommunity ActivitiesActivities
Di tengah dusun terdapat panggung batu (COMPANG) yang dikisahkan telah dibina
atas bantuan penunggu hutan yang berupa manusia gagah menawan yang mampu
mengangkat batu besar dengan satu tangan. Masing-masing tangan dan kaki penunggu
hutan ini memiliki jari berjumlah enam. Rambutnya dikisahkan sangat panjang dan
parasnya cantik rupawan. Setelah panggung ini selesai, tarian caci digelar dan juga
tabuhan gendang dilaksanakan (mbata).
12. CommunityCommunity ActivitiesActivities
Penduduknya juga mengembangkan
komoditas kopi sebagai mata
pencahariannya, kopi jenis Arabica
merupakan produk unggulan karena
aroma dan cita rasa yang khas,
wisatawan adapat mencicipi kopi khas
Waerebo dengan membeli langsung dari
penduduk dengan harga Rp80.000 –
Rp200.000 per kilogram.
13. CommunityCommunity ActivitiesActivities
Mereka biasa menenun di area kolong Mbaru Niang.
Desa Wae Rebo memiliki kain tenun yang bermotif
Manggarai dan memiliki warna yang lebih cerah. Motif
Manggarai, yang menyerupai bunga memiliki warna
yang mendominasi, seperti hijau terang, jingga terang,
biru terang, kuning terang, dengan warna dasar
hitam.
Untuk pewarnaan kain tenun, masyarakat Desa Wae
Rebo sudah ada yang menggunakan proses pewarnaan
yang tidak lagi tradisional. Jadi, ada pewarnaan yang
sudah terpengaruh oleh dunia luar. Namun, masih ada
beberapa yang menggunakan pewarnaan dari alam.
BERTENUN
Mereka biasa menenun di area kolong Mbaru Niang.
Desa Wae Rebo memiliki kain tenun yang bermotif
Manggarai dan memiliki warna yang lebih cerah. Motif
Manggarai, yang menyerupai bunga memiliki warna
yang mendominasi, seperti hijau terang, jingga terang,
biru terang, kuning terang, dengan warna dasar
hitam.
Untuk pewarnaan kain tenun, masyarakat Desa Wae
Rebo sudah ada yang menggunakan proses pewarnaan
yang tidak lagi tradisional. Jadi, ada pewarnaan yang
sudah terpengaruh oleh dunia luar. Namun, masih ada
beberapa yang menggunakan pewarnaan dari alam.
Lama pengerjaan satu kain diselesaikan dalam kurun
waktu yang beragam. Untuk yang berukuran kecil
biasanya diselesaikan dalam kurun waktu satu minggu.
Sedangkan, untuk kain yang seperti sarung dan dapat
digunakan sebagai bawahan, biasanya tiga hingga lima
bulan pengerjaan.
“Harga kain tenun juga tergantung dari ukuran kain.
Untuk ukuran kain yang paling kecil seperti yang bisa
digunakan sebagai ikat kepala biasanya dihargai mulai
dari Rp200 ribu dan yang besar seperti sarung itu
mulai dari Rp500 ribu,”
14. Community Reliance
Di Wae Rebo hanya terdapat satu klan atau marga saja. Klan
tersebut memiliki gendang pusaka di rumah gendang di tiang
utamanya. Mereka memiliki pantangan untuk tidak makan satu
binatang, yaitu musang. Dari penuturan tetua, leluhur mereka
datang ke Wae Rebo dengan bertemankan seekor musang sehingga
dipercayai bahwa musang adalah bagian dari leluhur mereka.
15. Community Reliance
Katolik adalah agama yang dipeluk
masyarakatnya, walau kepercayaan
animisme masih kental terasa dalam
kehidupan mereka.
Mereka yakin bahwa tanah atau
hutan memiliki emosi dan perasaan.
Sebelum bercocok tanam dan
mencangkulnya, sebuah ritual harus
dilakukan untuk meminta izin pada
penunggunya. Bila tak berizin maka
tanah akan menjerit dan merintih.
Bercocok tanam pun harus rutin agar
tanah tidak ‘menangis’ sedih. Warga
Wae Rebo memandang tanah sebagai
bagian dari mereka dan seperti
manusia yang harus dihormati.
Katolik adalah agama yang dipeluk
masyarakatnya, walau kepercayaan
animisme masih kental terasa dalam
kehidupan mereka.
Mereka yakin bahwa tanah atau
hutan memiliki emosi dan perasaan.
Sebelum bercocok tanam dan
mencangkulnya, sebuah ritual harus
dilakukan untuk meminta izin pada
penunggunya. Bila tak berizin maka
tanah akan menjerit dan merintih.
Bercocok tanam pun harus rutin agar
tanah tidak ‘menangis’ sedih. Warga
Wae Rebo memandang tanah sebagai
bagian dari mereka dan seperti
manusia yang harus dihormati.
16. LODOKH (LODOKH (SawahSawah didi DesaDesa WaereboWaerebo))
Lodokh adalah sawah yang berbentuk jaring laba-laba. Dihasilkan dari pola
penanaman sawah atau kebun secara tradisional di Flores Barat. Setiap bagian dari
sawah/kebun berbentuk jaring laba-laba tersebut dilakukan dengan sistem pembagian
tanah oleh ketua adat. Pembagian ini selalu dianggap adil oleh masyarakat. Keluarga
yang memiliki sawah/kebun harus mematuhi aturan seperti masa tanam, upacara
yang harus dilakukan, dan pengerjaan sawah/kebun tersebut.
17. • Pada tahun 2012, Desa Wae Rebo dinobatkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO. Rumah
adat Mbaru Niang dianggap sangat langka dan ada di Wae Rebo yang terpencil di atas pegunungan.
• Kampung Wae Rebo mendapatkan penghargaan tertinggi kategori konservasi warisan budaya
UNESCO Asia-Pasifik dan menjadi salah satu kandidat peraih Penghargaan Aga Khan untuk
arsitektur pada tahun 2013.
• Award of Excellence dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB atau
UNESCO untuk kawasan Asia Pasifik karena Kampung Adat Wae Rebo setidaknya telah dikunjungi
tiga ribu lima ratus pengunjung di penghujung tahun 2014.
DinobatkanDinobatkan sebagaisebagai warisanwarisan budayabudaya duniadunia oleholeh UNESCOUNESCO
18. Ada hari spesial di Wae Rebo di pertengahan bulanAda hari spesial di Wae Rebo di pertengahan bulan NovemberNovember
Masyarakat Wae Rebo memiliki hari spesial setiap tahunnya di bulan November, namanya
Upacara Adat Penti. Upacara adat ini merupakan ungkapan syukur atas panen setahun lalu dan
permohonan perlindungan keharmonisan untuk kehidupan yang akan datang.
Pada upacara Adat Penti ini seluruh masyarakat akan berpakaian adat lengkap sesuai kebiasaan
turun-temurun. Pada upacara Adar Penti ini biasanya akan ada beberapa ritual unik yang
biasanya menjadi salah satu hal yang menjadi alasan mengapa wisatawan datang ke Wae Rebo.
19. SaatSaat upacaraupacara kemerdekaankemerdekaan,, benderabendera akanakan dipasangdipasang
didi atasatas rumahrumah adatadat
Meskipun terpencil, jangan pernah lupa bahwa Wae Rebo juga bagian dari Indonesia. Saat hari
kemerdekaan, selalu ada upacara untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia.
Uniknya, saat upacara bendera, warga Wae Rebo memasang bendera Indonesia di atas rumah
adat bukan di tiang bendera. Untuk memasangnya, beberapa orang harus ikut andil agar
sang bendera berdiri kokoh.
20. WargaWarga WaeWae ReboRebo adalahadalah keturunanketurunan MinangMinang
Kita semua tahu bahwa Wae Rebo adalah sebuah perkampungan yang berada di Manggarai Barat, NTT.
Tapi warga desa mengungkapkan bahwa mereka adalah keturunan orang-orang dari Tanah Minang.
Nenek Moyang masyarakat Wae Rebo bernama Empo Maro. Ia berasal dari Minangkabau, Sumatera.
Dikisahkan bahwa ia dan keluarganya berlayar dari Sumatera ke Labuan Bajo. Empo Maro tidak
langsung menemukan tempat tinggal yang kini menjadi tempat suku Wae Rebo tapi beberapa kali
pindah dari Waraloka, Mangapa’ang, Todo, Papo, Liho, Mofo, Golo Pondo, Ndara, Golo Pando, Golo
Damu, dan akhirnya menetap permanen di Wae Rebo di mana sekarang keturunannya tinggal.