1. KORELASI RASIO NEUTROFIL-LIMFOSIT
TERHADAP DERAJAT KEPARAHAN KAKI
DIABETES
Di Poliklinik Kaki Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin
Skripsi
Diajukan guna memenuhi
sebagian syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Oleh
Marcellinus Anthony Raharjo
1610911210025
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
BANJARMASIN
Desember, 2019
4. iv
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRAK
KORELASI RASIO NEUTROFIL-LIMFOSIT TERHADAP
DERAJAT KEPARAHAN KAKI DIABETES
Di Poliklinik Kaki Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin
Marcellinus Anthony Raharjo
Kaki diabetes merupakan komplikasi lanjut dari penyakit diabetes yang
memiliki penyebab multifaktor seperti neuropati dan penyakit arteri perifer. Derajat
keparahan kaki diabetes berdasarkan Wagner-Meggit terdapat 6 yaitu derajat
wagner 0-5 dengan derajat wagner 0 yang paling ringan sampai derajat wagner 5
yang paling parah, pada penelitian ini derajat keparahan kaki diabetes berdasarkan
Wagner-Meggit yang digunakan adalah derajat 1-5. Rasio neutrofil-limfosit adalah
marker inflamasi yang bisa didapatkan dengan membandingkan neutrofil dengan
limfosit pada hitung leukosit pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
korelasi antara rasio neutrofil-limfosit terhadap tingkat keparahan kaki diabetes
menggunakan derajat keparahan Wagner. Metode penelitian yang digunakan
adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional pada kelompok
pasien kaki diabetes dengan pengambilan data secara prospektif. Hasil penelitian
didapatkan 28 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis
data menggunakan uji Spearman. Didapatkan p = 0,14 (>0,05), tidak didapatkan
korelasi yang bermakna antara rasio neutrofil-limfosit dengan derajat keparahan
kaki diabetes.
Kata-kata kunci: Kaki diabetes, Derajat keparahan Wagner-Meggit, Rasio
neutrofil-limfosit
5. v
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRACT
CORRELATION OF NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO ON
DIABETES LEGS OF DEGREE
At the Diabetes Foot Polyclinic at Ulin Hospital Banjarmasin
Marcellinus Anthony Raharjo
Diabetic foot is an advanced complication of diabetes which has
multifactorial causes such as neuropathy and peripheral arterial disease. The
severity of diabetic foot based on Wagner-Meggit is 6 namely wagner degree 0-5
with the lowest wagner degree 0 to wagner degree 5 which is the most severe, in
this study the severity of diabetes foot based on Wagner-Meggit used is degrees 1-
5. The neutrophil-lymphocyte ratio is an inflammatory marker that can be obtained
by comparing neutrophils to lymphocytes in a patient's leukocyte count. The
purpose of this study was to determine the correlation between the ratio of
neutrophils-lymphocytes to the severity of diabetes foot using the severity of
Wagner. The research method used was observational analytic with cross sectional
approach in a group of diabetic foot patients with prospective data collection. The
results obtained 28 samples that fit the inclusion and exclusion criteria. Data
analysis using the Spearman test. Obtained p = 0.14 (> 0.05), no significant
correlation was found between the ratio of neutrophils to lymphocytes to the
severity of the diabetic foot.
Keywords: Diabetic foot, Degree of severity Wagner-Meggit, Neutrophil-
lymphocyte ratio
6. vi
Universitas Lambung Mangkurat
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan atas berkah dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KORELASI RASIO
NEUTROFIL-LIMFOSIT TERHADAP DERAJAT KEPARAHAN KAKI
DIABETES“, tepat pada waktunya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh
derajat sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran, Prof. Dr. Zairin Noor, dr. Sp.OT(K), MM. yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Dokter, dr. Lena Rosida, M.Kes yang telah
memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.
3. Kedua pembimbing, dr. Dewi Indah Noviana Pratiwi, M.Kes, Sp.PK dan dr.
Nanang Miftah Fajari, Sp.PD-KEMD yang berkenan memberikan saran dan
arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Kedua dosen penguji, dr. M. Rudiansyah, M.Kes, Sp.PD-KGH FINASIM dan
dr. Azma Rosida, Sp.PK yang memberi kritik dan saran sehingga skripsi ini
menjadi semakin baik.
5. Pihak DIKLIT RSUD Ulin Banjarmasin yang telah memberikan izin dan
kesempatan untuk melakukan penelitian.
6. Kedua orangtua penulis tercinta ayahanda Tanto Raharjo; ibunda Wivina
Riza Devi; saudara Alexander Jonathan Raharjo dan saudari Agatha
7. vii
Universitas Lambung Mangkurat
Theodora Desvita Raharjo, serta seluruh keluarga yang tak pernah berhenti
mendukung, mendoakan, memperhatikan, dan siap membantu.
7. Rekan satu tim penelitian skripsi Jeremy Eckhart S Parhusip, Muhammad
Ghaly Maulana, dan Faris Naufal, dan atas kebersamaan dan kerjasamanya
dalam membantu penelitian dan penulisan skripsi ini.
8. Angkatan progam studi pendidikan dokter 2016, serta semua pihak atas
sumbangan pikiran dan bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan.
Banjarmasin, 23 Desember 2019
Penulis
8. viii
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
ABSTRACT............................................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... . ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................... . xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... . xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 4
E. Keaslian Penelitian……………………………………….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kaki Diabetes.................................................................... 7
B. Peranan Leukosit Pada Kaki Diabetes .............................. 13
BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori.................................................................. 19
9. ix
Universitas Lambung Mangkurat
B. Hipotesis............................................................................ 23
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian........................................................ 24
B. Populasi Sampel dan Jumlah Sampel................................ 24
C. Instrumen Penelitian.......................................................... 26
D. Variabel Penelitian............................................................ 26
E. Definisi Operasional.......................................................... 27
F. Prosedur Penelitian............................................................ 27
G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ..................... 30
H. Cara Analisis Data............................................................. 30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Data .............................................................. 32
B. Korelasi Neutrofil-limfosit Terhadap Derajat Keparahan
Kaki Diabetes..................................................................... 36
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................. 41
B. Saran.................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 43
LAMPIRAN ........................................................................................... 47
10. x
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Keaslian Penelitian Hubungan Rasio Neutrofil-Limfosit Terhadap
Derajat keparahan Kaki Diabetes Berdasarkan Derajat Keparahan
Wagner.................................................................................................... 5
2.1 Klasifikasi Kaki diabetes berdasarkan Klasifikasi Wagner-Meggit ....... 10
4.1 Klasifikasi Kaki diabetes berdasarkan Klasifikasi Wagner-Meggit....... 26
5.1 Karakteristik data korelasi rasio neutrofil-limfosit terhadap derajat
keparahan kaki diabetes di poliklinik kaki diabetes RSUD Ulin
Banjarmasin.............................................................................................31
5.2 Data hasil penelitian korelasi rasio neutrofil-limfosit terhadap derajat
keparahan kaki diabetes di poliklinik kaki diabetes RSUD Ulin
Banjarmasin ............................................................................................35
5.3 Distribusi pasien berdasarkan nilai rasio neutrofil-limfosit terhadap
derajat keparahan kaki diabetes di poliklinik kaki diabetes RSUD Ulin
Banjarmasin.............................................................................................37
5.4 Analisis korelasi rasio neutrofil-limfosit terhadap derajat keparahan
kaki diabetes di poliklinik kaki diabetes RSUD Ulin Banjarmasin. .......39
11. xi
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Ulkus Pada Penderita Kaki diabetes................................................ 11
2.2 Neutrofil Batang dan Neutrofil Bersegmen .................................... 14
2.3 Sebuah Normoblast Polikromafilik dan dua Limfosit Matur.......... 15
3.1 Skema Kerangka Teori Hubungan rasio neutrophil limfosit terhadap
derajat keparahan kaki diabetes....................................................... 21
3.2 Skema Kerangka Konsep Penelitian Hubungan rasio neutrophil-
limfosit dengan derajat keparahan kaki diabetik............................. 22
4.1 Skema Alur Penelitian Hubungan rasio neutrofil limfosit terhadap
keparahan derajat kaki diabetes.. .................................................... 28
5.1 Distribusi Pasien Kaki Diabetes Berdasarkan Usia di Poliklinik
Kaki Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin ......................................... 32
5.2 Distribusi Derajat Kaki Diabetes dengan Klasifikasi Wagner Meggit
Kaki Diabetes di Poliklinik Kaki Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin. 34
5.3 Distribusi Rasio Neutrofil-Limfosit Pasien Kaki Diabetes di Poliklinik
Kaki Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin ......................................... 36
5.4 Distribusi Rasio Neutrofil Terhadap Derajat Keparahan Kaki
Diabetes Pasien Kaki Diabetes di Poliklinik Kaki Diabetes RSUD
Ulin Banjarmasin............................................................................. 38
12. xii
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Ethical Clearance .................................................................... 48
2. Surat Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian.................................... 49
3. Lembar Pengisian Data Dasar Kaki Diabetes.................................... 50
4. Tabulasi Data Penelitian..................................................................... 53
5. Dokumentasi Penelitian...................................................................... 55
13. 1
Universitas Lambung Mangkurat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah kondisi kronis dimana kadar glukosa dalam
darah meningkat yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh membuat hormon
insulin yang cukup atau ketidakmampuan tubuh menggunakan insulin secara
efektif. DM diklasifikasikan menjadi 3 yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 dan
gestational diabetes. Pada DM yang sudah lama diderita atau kondisi yang tidak
terkontrol akan mengalami beberapa komplikasi, salah satu diantaranya berupa
diabetic ulcer foot (Penyakit kaki diabetes), diabetic ulcer foot ini merupakan lesi
jaringan dalam pada kaki yang berhubungan erat dengan kelainan neurologis dan
penyakit pembuluh darah perifer (PVD). Diseluruh dunia prevalensi orang dengan
komplikasi diabetic ulcer foot ini adalah sebesar 6.4%, dimana laki laki lebih
banyak dibandingkan wanita dan pada diabetes tipe 2 jauh lebih sering daripada di
orang yang terkena diabetes tipe 1. 1
Penyakit kaki diabetes merupakan gabungan dari faktor-faktor yang
disebabkan oleh diabetes yaitu neuropati perifer, penyakit vaskular perifer,
deformitas kaki, insufisiensi arteri, trauma, dan ketidakmampuan tubuh untuk
melawan infeksi. Neuropati menyebabkan ketidakmampuan merasakan sensasi,
gerakan dan beberapa aspek kesehatan tegantung dari saraf yang terkena. Penyebab
utama dari kaki diabetes ada 2 yaitu neuropati perifer dan penyakit vaskular perifer,
penyakit vaskular perifer ini merupakan penyebab kemunculan kaki diabetes
14. 2
Universitas Lambung Mangkurat
sebesar 50% dari kasus kaki diabetes.2
Infeksi kaki merupakan hal yang sering terjadi pada pasien dengan diabetes
yang memiliki resiko morbiditas lebih tinggi. Kemunculan dari infeksi ini sebagian
besar dikarenakan oleh neuropati perifer yang terjadi pada penderita diabetes.
Neuropati perifer dapat menyebabkan trauma seperti abrasi, radang dan benda asing
yang tidak disadari oleh penderita, selain itu neuropati perifer dapat menyebabkan
deformitas kaki yang karena dua hal tersebut kulit penderita menjadi rentan
terinfeksi oleh bakteri patogen. Infeksi kaki pada penderita kaki diabetes diperparah
juga dengan terganggunya sistem imun tubuh yang disebabkan oleh mekanisme
dari diabetes sendiri, infeksi ini awalnya hanya akan berada pada superfisial dan
akan menyebar ke jaringan yang lebih dalam3
.
Rasio neutrofil limfosit ini sering dihubungkan dengan inflamasi tubuh
yang kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, infark miokard, coronary artery
disease, sindrom metabolik, obesitas, hiperlipidemia merokok, dan gaya hidup
lainnya. Meskipun terdapat biomarker lain yang spesifik, akan tetapi seringkali
biomarker tersebut mahal atau banyak menggunakan waktu sedangkan rasio
neutrofil limfosit ini dapat dengan mudah dan murah dilakukan.4,5
Rasio ini didapat dengan cara membagikan jumlah neutrofil absolut dan
jumlah limfosit absolut. Rasio neutrofil dan limfosit ini dapat digunakan sebagai
faktor prediktor independen untuk keparahan dari infeksi, yang pada saat rasio
neutrofil limfosit meninggi maka semakin besar juga keparahan dari infeksinya
sendiri, selain itu juga kemungkinan terjadi komplikasi seperti sepsis dan gangren
juga meningkat. Rasio neutrofil limfosit ini sendiri dapat juga digunakan sebagai
15. 3
Universitas Lambung Mangkurat
faktor prediktor morbiditas serta mortalitas untuk gangren, yang merupakan
manifestasi lanjut dari kaki diabetes. Rasio neutrofil dan limfosit ini merupakan
marker pemeriksaan laboratorium yang murah dan mudah tersedia serta mudah
dihitung .6,7,8,9,10
Masih belum ada penelitian yang meneliti keterkaitan antara rasio neutrofil
limfosit dengan derajat keparahan pada pasien kaki diabetik baik diluar maupun
untuk populasi di Indonesia. Penelitian yang ada adalah penelitian yang mencari
tahu korelasi antara rasio neutrofil limfosit dengan pasien diabetes yang mengalami
kaki diabetik atau membandingkan rasio neutrofil limfosit dengan komplikasi
diabetes lainnya. Rasio neutrofil limfosit tersebut dengan demikian diharapkan
dikemudian hari dapat dikembangkan sebagai biomarker prognostik untuk pasien
diabetes yang mengalami komplikasi kaki diabetes.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan
diteliti adalah: Apakah terdapat korelasi antara rasio neutrofil limfosit terhadap
tingkat keparahan kaki diabetes menggunakan derajat wagner.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
Mengetahui adanya korelasi antara rasio neutrofil limfosit terhadap tingkat
keparahan kaki diabetes dengan menggunakan derajat Wagner.
16. 4
Universitas Lambung Mangkurat
Tujuan khusus:
1. Mengetahui rasio neutrofil-limfosit penderita kaki diabetes di Poli Kaki
Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin
2. Mengetahui derajat keparahan kaki diabetes pada pasien DM tipe 2 di Poli
Kaki Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin
3. Menganalisis korelasi rasio neutrofil limfosit terhadap tingkat keparahan
kaki diabetes di Poli Kaki Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Memberi bukti ilmiah terdapat korelasi antara rasio neutrofil dan limfosit
dengan derajat keparahan manifestasi kaki diabetes pada kasus-kasus kaki
diabetes di Indonesia.
2. Manfaat praktis
Memberikan masukan berdasarkan bukti ilmiah kemungkinan adanya
korelasi antara rasio neutrofil dan limfosit dengan keparahan manifestasi
penyakit kaki diabetes yang merupakan faktor penanda inflamasi kronis,
yang diharapkan dapat membantu menentukan tingkat keparahan dari kaki
diabetes dan dapat dipergunakan sebagai pertimbangan oleh klinisi untuk
melanjutkan terapi atau mengganti terapi lainnya sehingga penatalaksaan
pada kasus penyakit kaki diabetes menjadi lebih baik
3. Bagi penelitian selanjutnya :
Memberi informasi mengenai adanya korelasi antara rasio neutrofil dan
limfosit dengan keparahan manifestasi kaki diabetes, sehingga dapat
17. 5
Universitas Lambung Mangkurat
menjadi dasar penelitian untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan
dalam pengembangan ilmu sehingga dapat diaplikasikan dalam bidang
kesehatan khususnya untuk membantu melihat faktor risiko dengan
menggunakan rasio neutrofil dan limfosit mengembangkan penelitian lebih
lanjut.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Korelasi Rasio Neutrofil-Limfosit Terhadap Derajat
Keparahan Kaki Diabetes Berdasarkan Derajat Keparahan Wagner
No. Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
1
2
Cüneyt
Kahraman,
Nilufe K
Kahraman, et
al (2014)
Nasibeh
Vatankhah,
Younes
Jahangiri, et
al. (2016)
Neutrophil-to-
lymphocyte ratio
in diabetes
mellitus patients
with and without
diabetic foot
ulcer
Predictive value
of neutrophil-to-
lymphocyte ratio
in diabetic wound
healing
Pengukuran
rasio
neutrofil-
limfosit pada
pasien
diabetes
dengan
pertimbangan
kaki diabetes
Pengukuran
rasio
neutrofil-
limfosit pada
pasien
diabetes
Populasi yang digunakan
penderita DM yang
menderita kaki diabetes
dan penderita DM tanpa
menderita kaki diabetes
Tempat penelitian
dilakukan di Kutahya,
Turkey
Penelitian dilakukan pada
tahun 2014
Populasi yang digunakna
adalah pasien penderita
DM
Target penelitian
ditujukan untuk melihat
rasio neutrofil limfosit
sebagai faktor prediktif
dari penyembuhan luka
pada penderita DM
Tempat penelitian
dilaksanakan di Portland
Dilakukan pada tahun
2011 – 2014
18. 6
Universitas Lambung Mangkurat
3 Tingting Xu,
Zihua Weng,
Chu Pei,
Siyuan Yu,
et al (2017)
The relationship
between
neutrophil-to-
lymphocyte ratio
and diabetic
peripheral
neuropathy in
Type 2 diabetes
mellitus
Mengetahui
korelasi rasio
neutrofil dan
limfosit
terhadap
pasien
diabetes
Tempat penelitian di
Rumah sakit Zhujiang
Guangzhou, China
Populasi nya adalah
penderita DM tipe 2
Dilaksanakan pada tahun
2017
Penelitian ini berbeda dengan penelitian lainnya dimana penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui rasio netrofil limfosit terhadap derajat keparahan kaki
diabetes dengan menggunakan derajat wagner. Pada penelitian ini lokasi yang
dilakukan adalah di Poliklinik Kaki Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin dan dilakuan
pada tahun 2019. Penelitian ini menggunakan data primer poliklinik kaki diabetes
dan data dari laboratorium pada RSUD Ulin Banjarmasin
19. 7
Universitas Lambung Mangkurat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kaki Diabetes
1. Definisi
Kaki diabetes adalah komplikasi DM yang paling mudah dikenali yang akan
memperparah morbiditas pasien dimana pasien yang memiliki kaki diabetes ini
mempunyai risiko 2 sampai 4 kali lipat untuk diamputasi, kasus akibat kaki diabetes
ini dua per tiga dari total seluruh amputasi non traumatik. Kaki diabetes dapat
disebabkan oleh tekanan berulang pada satu area dikaki yang memiliki tekanan
vertikal yang tinggi, pada pasien diabetes dengan neuropati perifer yang akan
diperparah dengan adanya trauma kaki dan penyakit arteri perifer.2,11,12
2. Epidemiologi
Prevalensi Kaki diabetes di dunia berkisar antara 3% sampai dengan 13%
dengan rerata persentase prevalensi didunia 6,4%. Prevalensi penderita kaki
diabetes di Asia sebesar 5,5%. Prevalensi pada jenis kelamin laki laki didapat lebih
banyak dibandingkan pada wanita. Penderita DM tipe 2 lebih sering mengalami
kaki diabetes dibandingkan dengan penderita DM tipe 1.1,13
Kaki diabetes sebagian besar disebabkan oleh penyebab multifaktorial yang
melibatkan neuropati, penyakit arteri perifer dan penyerta lainnya seperti kadar
glukosa yang tidak terkontrol. Kemunculan dari komplikasi kaki diabetes ini dapat
pula dikarenakan faktor resiko yang dimiliki penderita seperti usia yang tua, nilai
20. 8
Universitas Lambung Mangkurat
BMI yang tinggi, penderita DM yang lama, penderita hipertensi, serta memiliki
riwayat merokok 2,12,13,14,15
.
3. Patofisiologi
Proses terjadinya kaki diabetes ini dimulai dengan keberadaannya dari DM,
yang lebih sering muncul pada DM tipe 2. Diabetes mellitus menjadi kaki diabetes
ini disebabkan oleh beberapa manifestasi dari DM yaitu adanya neuropati dan juga
adanya dari penyakit arteri perifer. Neuropati dapat disebabkan dari neuropati
motorik, neuropati sensorik dan neuropati sensoriknya. Neuropati motorik
menyebabkan deformitas dari kaki itu sendiri yang disebabkan oleh kerusakan saraf
dari beberapa ototnya yang membuat ketidakseimbangan tarikan otot yang
membuat terjadinya deformitas tersebut. Deformitas ini membuat peningkatan
tekanan oleh tubuh pada suatu titik tertentu yang membuat proses terbentuknya
kalus lebih cepat neuropati motorik ini juga dapat menimbulkan kesulitan tubuh
untuk melakukan koordinasi pergerakan kaki yang menambah ketidakseimbangan
tekanan oleh tubuh pada kaki. Neuropati sensorik menyebabkan ketidaksadaran
dari penderita diabetes pada adanya trauma pada kakinya yang berulang. Neuropati
autonom membuat kulit pada kaki semakin kering yang disebabkan oleh
berkurangnya pengeluaran keringat oleh tubuh, keringnya kaki ini membuat kulit
yang ada akan lebih mudah terjadi trauma.2,11
Penyakit arteri perifer merupakan aterosklerosis oklusif, yang sering
disebabkan oleh adanya DM. Keberadaan DM ini menyebabkan penebalan dari
membran dasar dari kapiler dan pengerasan dari adanya dinding arteri dan
proliferasi endotel, yang menyebabkan aterosklerosis. aterosklerosis ini akan
21. 9
Universitas Lambung Mangkurat
menutup arteri yang berukuran besar dan sedang termasuk pada area kaki.
Penutupan arteri ini menyebabkan terjadinya iskemik akut atau kronis yang dapat
membuat terjadinya ulkus. Kekurangan dari suplai dari darah karena aterosklerosis
ini juga membuat proses penyembuhan dari luka berkurang sehingga akan
memperparah dari proses terjadinya kaki diabetes2
.
Proses penyembuhan luka ada 4 yaitu bleeding, inflamasi, proliferasi, dan
remodeling. Ketika proses bleeding tubuh akan berusaha melukan hemostasis
dengan cara penutupan dari luka itu sendiri, hal ini meliputi vasokonstriksi,
agregasi dari platelet dan aktivasi kaskade pembekuan dan komplemen-
komplemen. Pada stadium inflamasi terdapat inflamasi awal dan stadium inflamasi
akhir, pada inflamasi awal ditandai dengna kemotaksis dari sel imun untuk
mensekresikan beberapa molekul dan membuang bakteri, debris dan jaringan yang
tidak berfungsi. Pada 24 jam pertama neutrofil akan bekerja pada melewati fibrin
dan akan dieliminasi dengan apoptosis atau dengan fagositosis oleh makrofag. Pada
stadium inflamasi akhir, setelah 48-72 jam monosit akan datang ke jaringan, dan
berdiferensiasi menjadi makrofag yang akan dominan pada stadium ini. Setelah 72
jam limfosit akan datang untuk meregulasi dari lingkungan luka16
.
Proliferasi dapat di bedakan dengan kemunculan dari jaringan granulasi,
angiogenesis, deposisi kolagen, serta re-epitelisasi, stadium ini muncul 2-10 hari
setelah trauma. Fibroblas akan datang bersama sel endotel, fibroblas disini akan
mempertahankan kolagen dan komponen lainnya yang merupakan matriks
ekstraselular. Hal ini dipicu oleh aktivitas dari makrofag dan hipoksia jaringan.
Stadium remodeling merupakan stadium akhir dari penyembuhan luka, yang
22. 10
Universitas Lambung Mangkurat
dimulai 2-3 minggu setelah trauma dan berjalan selama 1 tahun atau lebih, pada
fase ini dapat dilihat pengurangan dari proliferasi dan inflamasi, stadium ini
terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi16
.
Infeksi pada Kaki diabetes terjadi terutama oleh karena adanya kemunculan
dari trauma dan deformitas kaki yang disebabkan oleh neuropati sebagai salah satu
penyebab kaki diabetes. Adanya trauma dan deformitas kaki ini diikuti dengan
rusaknya kulit sehingga infeksi lebih mudah terjadi, selain itu kemunculan infeksi
ini diperparah dengan adanya gangguan pertahanan tubuh akibat dari hiperglikemia
sendiri3
.
4. Klasifikasi
Salah satu klasifikasi kaki diabetes yang paling sering dipakai adalah
klasifikasi Wagner-Meggit, dimana klasifikasi ini awalnya digunakan untuk kaki
dengan gangguan vaskularisasi, klasifikasi Wagner-Meggit digunakan sejak 25
tahun. Klasifikasi ini terdapat 6 tingkat yang melihat kedalaman ulkus, ada atau
tidaknya gangren, dan tingkat nekrosis jaringan. Meskipun klasifikasi ini paling
sering digunakan, klasifikasi ini tidak memperhitungkan adanya iskemi, infeksi
ataupun faktor komorbid lainnya.2
Tabel. 2.1 Klasifikasi Kaki diabetes berdasarkan Klasifikasi Wagner-Meggit2
Grade Foot Lesion
0 Tanpa ulkus
1 Ulkus superfisial
2 Ulkus dalam sampai dengan tendon dan jaringan sendi
3 Ulkus dalam dengan abses, osteomyelitis, dan sepsis sendi
4 Gangren lokal pada tumit
5 Gangren pada seluruh kaki
23. 11
Universitas Lambung Mangkurat
5. Gambaran klinis
Manifestasi klinik yang dapat muncul oleh karena kaki diabetes adalah:
a. Ulkus
Ulkus merupakan manifestasi yang paling sering ditemukan pada kaki
diabetes, lokasi kaki ini terdapat pada daerah dengan tekanan paling banyak pada
kaki, dan pada ulkus ini biasanya dikelilingi oleh jaringan hiperkeratin yang
disebabkan juga oleh tekanan dari beban tubuh.18
Gambar 2.1 Ulkus Pada Penderita Kaki diabetes14
b. Neuropati
Neuropati ini merupakan kerusakan fungsi dari saraf perifer pada pasien DM.
Neuropati ini biasanya dikatakan sebagai rasa kebas, terbakar, tersetrum,
peningkatan sensasi nyeri (hyperalgesia) atau bahkan munculnya sensasi nyeri
tanpa disertai rangsangan nyeri (allodynia), akan tetapi sebagian besar pasien bisa
asimtomatik dan bahkan tidak sadar akan keberadaan neuropati. Neuropati ini
24. 12
Universitas Lambung Mangkurat
sering mengenai saraf sensoris, namun terkadang juga mengenai saraf motorik yang
akan membuat inervasi ke ototnya berkurang atau hilang. Pada awal hanya dimulai
dengan kelemahan otot kaki ringan pada ekstensor jari kaki, namun seiring dengan
berjalannya penyakit kelemahan otot akan lebih tersebar sampai ke tangan dan kaki.
Neuropati saraf motorik ini juga dapat menyebabkan timbulnya deformitas kaki
yang dikarenakan oleh adanya ketidaksetaraan dari kematian saraf di kaki.14
6. Diagnosis
Diagnosis kaki diabetes dapat ditemukan dengan melakukan pemeriksaan
fisik dengan lengkap. Pertama tama kita lihat dari faktor yang mungkin menjadi
faktor predisposisi dari kaki diabetes seperti riwayat dari ulkus atau amputasi
terdahulu, selain itu bisa dilihat dari kontrol kadar glukosa darah pasien, apabila
tidak terkontrol baik maka akan meningkatkan kemungkinan terjadinya dari kaki
diabetes ini. Selanjutnya kita lihat apakah adanya tanda tanda dari infeksi yang
dapat terjadi pada kaki diabetes yaitu dari suhu tubuh, laju nafas, dan laju nadi.
Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan kaki untuk melihat adanya ulkus atau
gangren pada kaki penderita, selain itu dilihat apa ada lesi yang disebabkan oleh
jamur, retakan atau fisura kulit, kalus, dan deformitas dari kaki. Perabaan suhu pada
telapak kaki dengan punggung tangan kita juga dapat dilakukan untuk melihat
terdapatnya iskemia dari kaki tersebut, apabila didapatkan iskemia telapak kaki
akan terasa dingin, atau dapat dirasakan adanya peningkatan suhu yang disebabkan
kebengkakan yang disebabkan oleh karena charcot foot atau selulitis.17
25. 13
Universitas Lambung Mangkurat
B. Peranan Leukosit Pada Kaki Diabetes
1. Leukosit
Fungsi utama dari leukosit adalah untuk melawan dari infeksi dan merespon
terhadap adanya benda asing. Leukosit yang dapat mudah diidentifikasi dalam
pemeriksaan darah sederhana ada 5 jenis yaitu neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil
dan basofil. Neutrofil dan limfosit sendiri berjumlah 75-90% dari leukosit. Pada
infeksi kronik terdapat inflamasi yang terus menerus terjadi yang ditandai dengan
keberadaan dari neutrofil sendiri dan akan diikuti dengan rendahnya nilai limfosit
oleh karena pathway sistem imun yang tidak berjalan dengan sempurna 16,19
.
2. Neutrofil
Granulosit matur (termasuk neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan monosit
matur dibentuk dari sel sel progenitor yang sama pada sistem hematopoesis
sejumlah neutrofil batang dan segemen terkumpul pada sumsum tulang tersimpan
sebagai kompartemen cadangan peningkatan granulopoesis dapat terjadi pada
keadaan infeksi. Infeksi dapat meningkat stimulus pada sel sel stroma sehingga
memproduksi growth factor yang berlebih dari biasanya14
, jumlah normal dari
neutrofil absolut yang didapat dalam pemeriksaan darah rutin sekitar 55-70% untuk
pasien dewasa dengan jumlah absolutnya 2500-8000 /mm3
.16
Peningkatan permeabilitas vaskuler sekresi prostaglandin lokal dan adanya
molekul kemotaktik seperti faktor komplemen, atau produk dari bakteri akan
menyebabkan migrasi neutrofil. Kadar neutrofil memuncak pada tahap inflamasi
awal sekitar 24-48 jam pertama dari inflamasi. Tugas utama dari neutrofil sendiri
26. 14
Universitas Lambung Mangkurat
adalah fagositosis dari bakteri dan debris jaringan. Neutrofil juga merupakan salah
satu sumber sitokin pada tahap inflamasi awal16,20
.
Gambar 2.2 Neutrofil Batang dan Neutrofil Bersegmen21
3. Limfosit
Limfopoiesis terjadi pada dua organ, yaitu kelenjar timus dan sumsum
tulang. Kelenjar timus membentuk limfosit yang berperan dalam respon imnologik
seluler, sedangkan sumsum tulang akan membentuk limfosit B yang berperan
dalam imunologi humoral (membentuk imunoglobulin atau antibodi)20
.
Limfosit merupakan sel inflamasi yang datang ke tempat luka setelah 72
jam setelah cedera. Kadar limfosit memuncak pada 1 minggu setelah cedera dan
memberikan fase transisi dari tahap inflamasi akhir menjadi tahap proliferasi.
Limfosit penting dalam meregulasi lingkungan pada luka dengan memproduksi
kolagen remodeling15
. Jumlah normal limfosit dalam pemeriksaan darah rutin
adalah 20-40%, sedangkan jumlah absolutnya adalah 1000-4000/ mm3
.19
27. 15
Universitas Lambung Mangkurat
Gambar 2.3 Sebuah Normoblast Polikromafilik dan dua Limfosit Matur21
4. Rasio neutrofil limfosit
Rasio neutrofil-limfosit merupakan salah satu marker dari inflamasi dimana
rasio neutrofil-limfosit ini menunjukkan perbandingan antara respons imun bawaan
(neutrofil) dan sistem imun adaptif (limfosit). Cara pengukuran dari rasio neutrofil
limfosit ini adalah dengan membagikan jumlah neutrofil absolut kepada jumlah
limfosit absolut yang didapat dari tes darah rutin. Rasio neutrofil-limfosit ini
dihubungkan dengan faktor prediktor lain seperti sitokin. Rasio neutrofil limfosit
ini juga dapat menunjukkan kerusakan dan disfungsi dari endotelial sebagai akibat
dari aktifitas neutropilik yang lebih tinggi19
.
𝑁𝐿𝑅 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑁𝑒𝑢𝑡𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐿𝑖𝑚𝑓𝑜𝑠𝑖𝑡 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡
Data yang diperoleh oleh sebuah studi yang dilakukan di Amerika oleh
Basen Azab, et al tahun 2014 dikatakan bahwa rata-rata rasio neutrofil limfosit dari
9427 subjek sebesar 2,16, pada studi lain oleh Patrice Forget, et al dalam
penelitiannya didapatkan rentang rasio netrofil limfosit pada orang sehat adalah
0,78 – 3,53 dengan reratanya 1,65, sedangkan pada studi oleh Mazhar Hussain, et
28. 16
Universitas Lambung Mangkurat
al yang melihat rasio neutrofil limfosit pada pasien diabetes disebutkan pada
penderita diabetes yang terkontrol baik memiliki nilai rasio neutrofil limfositnya
sebesar 2,0, yang kurang terkontrol 2,7 dan yang memiliki kontrol sangat buruk
memiliki nilai 4,3.5,22,23,24,25
5. Rasio Neutrofil limfosit terhadap infeksi
Rasio neutrofil-limfosit pada orang yang terkena infeksi lebih tinggi
dibandingkan pada orang yang tidak terkena infeksi peningkatan ini dapat
dihubungkan dengan lama infeksi, penyebab infeksi, dan keparahan dari infeksi itu
sendiri. Hubungan neutrofil limfosit pada waktu infeksinya diakibatkan oleh karena
meningginya dari jumlah neutrofil pada 24-72 jam pertama infeksi yang setelah 72
jam limfosit akan meningkat sehingga pada awal infeksi akan ditemukan
peningkatan rasio neutrofil limfosit dan penurunan rasio neutrofil-limfosit setelah
72 jam7,16,26,
.
Rasio neutrofil-limfosit pada penderita yang terinfeksi oleh bakteri akan
lebih tinggi dibandingkan pada penderita yang terinfeksi oleh virus ataupun fungus.
Hubungan rasio neutrofil limfosit terhadap keparahan dari infeksi sendiri akan
meningkat dengan keparahan dari infeksinya yang pada infeksi lokal rasio
neutrofil-limfosit akan lebih rendah dibandingkan pada sepsis dan sepsis yang
berat, sepsis yang berat juga akan lebih tinggi rasio neutrofil limfositnya
dibandingkan dengan sepsis7,10
.
29. 17
Universitas Lambung Mangkurat
6. Hubungan Rasio Neutrofil-Limfosit dengan Kaki diabetes
Peningkatan rasio neutrofil limfosit merupakan salah satu prediktor untuk
keparahan dari infeksi tersebut, penderita kaki diabetes lebih rentan terkena infeksi
ini sendiri oleh karena neuropati dan gangguan sistem imun yang disebabkan oleh
perjalanan penyakit diabetes. Infeksi pada penderita kaki diabetes akan menjadi
infeksi yang lebih parah dan akan didapat kenaikan neutrofil limfosit itu sendiri,
terutama ketika infeksi tersebut berkomplikasi lebih lanjut menjadi gangren, yang
jumlah rasio neutrofil-limfosit ini akan meningkat dibanding pada infeksi lokal
saja, dan rasio neutrofil-limfosit ini dapat menjadi prediktor untuk prognosis
mortalitas dan morbiditas dari gangren tersebut8
.
Selain dari infeksi hubungan rasio neutrofil-limfosit ini terhadap kaki
diabetes juga ada pada keberadaan dari inflamasi kronis dari perjalanan penyakit
kaki diabetes itu sendiri. Inflamasi kronis akan meningkatkan jumlah neutrofil
absolut dalam darah yang disebabkan oleh inflamasi itu sendiri dan selama
inflamasi itu ada neutrofil akan terus bermigrasi ke sel yang mengalami inflamasi
sehingga fagosit yang bertugas dalam membersihkan dari neutrofil yang telah
mengalamai apoptosis setelah umur neutrofil yang singkat tidak akan mampu lagi
untuk membersihkan neutrofil itu secara menyeluruh. Oleh karena itu angka
neutrofil akan meningkat, yang menyebabkan pada pemeriksaan darah akan dilihat
peningkatan dari neutrofil itu sendiri, selain dari peningkatan tersebut neutrofil
yang telah mengalami inflamasi dan tidak dapat dibersihkan oleh makrofag akan
memicu inflamasi itu sendiri. Sedangkan, untuk limfosit sendiri dapat menurun oleh
karena adanya redistribusi dan marginasi dari limfosit itu sendiri didalam sistem
30. 18
Universitas Lambung Mangkurat
limfatik dan penurunan dari kadar limfosit juga menunjukkan keberadaan dari
apoptosis sel yang bertambah, kedua hal tersebut membuat keadaan dari limfosit
sendiri yang dapat mempresentasikan keadaan dari penurunan dari sistem imun
tubuh 27,28
.
31. 19
Universitas Lambung Mangkurat
BAB III
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Patofisiologi dari ulkus kaki diabetes melibatkan beberapa system,
diantaranya adalah system neuropati, vaskuler dan system imun, dimana ketiganya
berhubungan dengan status hiperglikemia pada pasien diabetes mellitus2,18
.
Hiperglikemia akan menyebabkan terjadi stress oksidatif pada sel saraf dan
vaskular yang akan menyebabkan terjadinya neuropati dan aterosklerosis.
Disfungsi saraf sebagai akibat adanya glikosilasi dari sel protein saraf yang
menyertai neuropati akan menyebabkan terjadinya iskemia. Perubahan seluler ini
akan menyebabkan manifestasi pada komponen motorik, otonomik, dan sensorik
dari saraf pasien ulkus kaki2,11
.
Kerusakan dari saraf motorik dari otot kaki menyebabkan ketidakseimbangan
dari fleksor dan ekstensor, deformitas anatomi dan ulserasi pada kulit. Kerusakan
pada saraf otonomi menyebabkan gangguan pada fungsi kelenjar keringat yang
mengakibatkan penurunan kemampuan pelembaban kulit, sehingga mengakibatkan
adanya epidermal crack dan kulit pecah. Pada akhirnya karena adanya gangguan
sensorik perifer, pasien tidak dapat merasakan rasa nyeri. Untuk perbaikan ulkus
kaki diabetes dibutuhkan aliran darah yang baik serta kulit yang baik, dan karena
adanya gangguan suplai darah maka akan berkembang menjadi ulkus kronis2,11,12
.
Perubahan vaskuler yang menyebabkan ulkus kaki diabetes berhubungan
dengan hiperglikemia yang mengakibatkan perubahan pada arteria perifer pada
32. 20
Universitas Lambung Mangkurat
kaki. Disfungsi sel endothelial menyebabkan penurunan pada vasodilator. Sebagai
hasilnya adalah terjadinya vasokonstriksi serta hiperkoagulasi plasma pada arteri
perifer yang mengakibatkan iskemia dan meningkatkan risiko ulserasi2,11
.
Hiperglikemi menyebabkan ketergangguan dari penyembuhan luka yang
disebabkan oleh karena sirkulasi darah yang menurun, ketergangguan dari leukosit
sendiri untuk melawan infeksi dan membantu proses penyembuhan luka, serta
neuropati sendiri yang menyebabkan luka berulang. Proses penyembuhan luka ada
4 yaitu bleeding, inflamasi, proliferasi, dan remodeling16,29
.
Hiperglikemia merupakan salah satu faktor utama dari penyebab infeksi pada
penderita DM hal ini disebabkan karena fungsi dari neutrofil untuk kemotaktik,
fagositik dan aktivitas mikrobisida neutrofil terganggu oleh karena defek yang
disebabkan hiperglikemi ini. Monosit dan makrofag pada pasien DM terdapat
gangguan dalam kapasitas fagositiknya. Sel dendrik pada penderita DM juga
mengalami kehilangannya kemampuan untuk bermigrasi ke kelenjar getah bening
yang mengganggu respon imun humoral dan seluler, hal ini disertai juga trauma
berulang oleh karena neuropati dan deformitas kaki yang menyebabkan adanya
abrasi yang memudahkan masuknya infeksi, selain dari abrasi keberadaan ulkus
sendiri mempermudah dari munculnya infeksi itu sendiri3,30
.
Rasio neutrofil limfosit pada orang memiliki infeksi akan meningkat yang
disebabkan oleh interaksi infeksi bakteri dengan leukositosis neutrofil serta
interaksi infeksi virus dengan limfositosis. Rasio neutrofil limfosit juga akan tetap
naik karena adanya infeksi yang berlangsung sehingga akan memicu inflamasi yang
diikuti kenaikan neutrofil, sedangkan akan terjadi penurunan dari limfosit sendiri
33. 21
Universitas Lambung Mangkurat
dikarenakan oleh tidak adekuatnya regulasi sistem imun dan perjalanan sistem imun
yang tidak berlanjut. semakin parah infeksi yang terjadi akan meningkat pula rasio
neutrofil-limfosit ini7
.
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dibuat skema bagan kerangka teori
dan kerangka konsep seperti Gambar 3.1 dan Gambar 3.2. Pada penelitian ini
memilih rasio neutrofil limfosit yang mungkin berhubungan terhadap beratnya
manifestasi ulkus kaki diabetes baik secara langsung maupun secara tidak langsung
karena adanya inflamasi yang diakibatkan gangguan apoptosis dari neutrofil dan
limfosit. Rasio neutrofil limfosit didapat dengan membagi jumlah absolut hitung
neutrofil terhadap jumlah absolut hitung limfosit. Pemeriksaan hitung jumlah
neutrofil dan limfosit dilakukan dengan melakukan pemeriksaan darah tepi
menggunakan alat sysmex XN 1000 hematoanalyzer, sedangkan tingkat keparahan
ulkus kaki diabetes didasarkan klasiifikasi Wagner.
34. 22
Universitas Lambung Mangkurat
Gambar 3.1 Skema Kerangka Teori Korelasi Rasio Neutrofil Limfosit Terhadap
Derajat Keparahan Kaki Diabetes
Infeksi
Akut Kronis
Neutrofil Limfosit
Rasio Neutrofil
Limfosit
Wagner-Meggit Grade 1 (Ulkus superfisial)
Wagner-Meggit Grade 2 (Ulkus dalam)
Wagner-Meggit Grade 3 (Ulkus dalam dengan abses)
Wagner-Meggit Grade 4 (Gangren lokal pada sebagian kaki)
Wagner-Meggit Grade 5 (Gangren di seluruh bagian kaki)
Hiperglikemi
Sistem Imun
Seluler dan Adaptif
yang Terganggu
Gangguan proses Wound
Healing (Fase Bleeding,
Proliferasi Inflamasi, dan
Remodeling).
Waktu penyembuhan
yang lebih lama
Infeksi Lebih Berat
Kaki Diabetes
Komplikasi
Makrovaskular dan
Mikrovaskular
Neuropati, Aterosklerosis,
Deformatas kaki, Iskemia Inflamasi kronis
35. 23
Universitas Lambung Mangkurat
Keterangan
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 3.2. Skema Kerangka Konsep Penelitian Korelasi rasio neutrofil-limfosit dengan
derajat keparahan kaki diabetik
B. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori di atas, maka disusun hipotesis:
Terdapat korelasi positif antara rasio neutrofil-limfosit terhadap derajat keparahan
kaki diabetes Wagner-Meggit
Hiperglikemia
Peripheral
Arterial Disease
Faktor Metabolik
LDL
Disfungsi
Endotel
Faktor
Imunitas
Hba1c
Ulkus Kaki
D
i
Ratio Neutrofil-
Limfosit
Chronic
Inflammation
Iskemia
Lama Terjadi Ulkus
Kaki Diabetes
Variabel Pengganggu
Variabel Terikat
Variabel Bebas
36. 24
Universitas Lambung Mangkurat
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Desain penelitian observatif analitik dengan pendekatan cross sectional pada
kelompok pasien kaki diabetes. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data
secara prospektif untuk mengetahui keadaan pasien dengan kaki diabetes di Poli
kaki diabetes RSUD Ulin dan pemeriksaan darah sebagai data penelitian. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara rasio neutrofil limfosit terhadap
keparahan ulkus kaki diabetes berdasarkan kriteria Wagner.
B. Populasi Sampel dan Jumlah Sampel
Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien yang sudah
terdiagnosis kaki diabetes yang berada di Poli Kaki diabetes RSUD Ulin
Banjarmasin
Subjek penelitian adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian
yang dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini ditentukan
dengan kriteria inklusi dan ekslusi.
a) Kriteria inklusi :
1. Pasien kaki diabetes yang berada dalam masa perawatan di poli kaki diabetes
RSUD Ulin Banjarmasin.
2. Bersedia untuk dijadikan objek penelitian dan menandatangani informed
consent
37. 25
Universitas Lambung Mangkurat
3. Pasien dengan usia 20-60 tahun31
b) Kriteria Eksklusi:
1. Pasien kaki diabetes yang terdiagnosis semua jenis keganasan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik dan riwayat medis.
2. Pasien kaki diabetes yang sedang dan pernah menjalani kemoterapi.
3. Pasien kaki diabetes dengan kelainan sumsum tulang.
4. Pasien kaki diabetes dengan riwayat perokok atau sedang merokok >1 batang
rokok perhari selama 1 tahun31,32
.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non probability
sampling yaitu purposive sampling.
Besar sampel dihitung dengan rumus analitik komparatif kategorikal tidak
berpasangan menurut sebagai berikut :
n = (Zα + Zβ) 2
+ 3
0,5 ln ( 1 + r)
( 1 – r)
Catatan : n = besar sampel
Zα = kesalahan tipe I sebesar 5% = 1,64
Zβ = kesalahan tipe II sebesar 10% =1,28
r = koefisien korelasi minimal yang dianggap bermakna, ditetapkan 0,6733
38. 26
Universitas Lambung Mangkurat
Perhitungan besar sampel :
n = (1,64 + 1,28) 2
+ 3
0,5 ln ( 1 + 0,67)
( 1 – 0,67)
= 2,92 2
+ 3
0,81 = (3.6)2
+ 3 = 15,96
Total sampel minimal = + 16 sampel
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah :
1. Data dasar pasien di poliklinik kaki diabetes
2. Alat sysmex XN 1000 hematoanalyzer
3. Tabung EDTA dan perlengkapan plebotomy
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah rasio neutrofil-limfosit
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah derajat keparahan kaki diabetes
berdasar kriteria Wagner-Meggit
39. 27
Universitas Lambung Mangkurat
E. Definisi Operasional
1. Rasio Neutrofil Limfosit
Rasio neutrofil limfosit adalah pembagian jumlah absolut hitung neutrofil
terhadap jumlah absolut hitung limfosit dengan alat sysmex XN 1000
hematologyanalyzer. Rasio neutrofil limfosit ini digunakan sebagai variabel Bebas
yang merupakan data numerik dengan skala data interval. Rasio neutrofil-limfosit
menggunakan cut-off 2,11 sesuai dengan penelitian oleh Krishna Adi Wibisana et
al34
.
2. Derajat Keparahan
Derajat keparahan kaki diabetes yang dipakai disini adalah derajat keparahan
berdasarkan Wagner-Meggit dimana terdapat 5 kategori (grade 1 - grade 5) sesuai
tingkat dari keparahan kaki diabetes. Derajat keparahan digunakan sebagai variabel
terikat yang merupakan data kategorikan dengan skala data ordinal.
Tabel 4.1 Klasifikasi Kaki diabetes berdasarkan Klasifikasi Wagner-Meggit2
Grade Foot Lesion
1 Ulkus superfisial
2 Ulkus dalam sampai dengan tendon dan jaringan sendi
3 Ulkus dalam dengan abses, osteomyelitis, dan sepsis sendi
4 Gangren lokal pada tumit
5 Gangren pada seluruh kaki
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian (Gambar 4.1) yang akan dilakukan dalam penelitian ini
terbagi menjadi 3 tahap, yaitu:
40. 28
Universitas Lambung Mangkurat
1. Persiapan penelitian
Peneliti membuat surat izin untuk melakukan studi pendahuluan terlebih
dahulu yang ditujukan kepada Kepala Instalasi SMF Penyakit Dalam dan Patologi
Klinik RSUD Ulin Banjarmasin. Kemudian peneliti melihat data dan menilai apakah
penelitian mampu dilaksanakan atau tidak. Penelitian ini dilakukan setelah
mendapat persetujuan dan surat izin dari Komite Etik Penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat berupa surat ethical clearance. Surat
izin tersebut akan diajukan ke RSUD Ulin Banjarmasin sebagai tempat pengambilan
sampel penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian
Peneliti menjelaskan kepada pasien tentang prosedur pelaksanaan penelitian,
tujuan dan manfaat dari penelitian. Kemudian pihak terkait akan diminta untuk
menandatangani informed consent. Peneliti melakukan pemeriksaan darah yang
telah diambil oleh tenaga terlatih di laboratorium Patologi Klinik RSUD Ulin
Banjarmasin untuk mengukur hasil darah lengkap, yang setelah itu akan dihitung
rasio neutrofil-limfositnya. Hasil kemudian dicatat dan dikumpulkan untuk
keperluan analisis data.
a. Pengukuran Rasio Neutrofil-limfosit
1. Penjelasan prosedur pemeriksaan darah rutin.
2. Mengambil darah 5-7 ml dari vena.
3. Masukkan darah yang diambil ke tabung EDTA.
41. 29
Universitas Lambung Mangkurat
4. Masukkan tabung EDTA yang berisi darah tersebut ke alat sysmex XN 1000
hematoanalyzer.
5. Dilakukan pembacaan darah oleh alat yang akan keluar hasil bacaan darah,
termasuk jumlah absolut neutrofil dan limfosit.
6. Perhitungan rasio neutrofil-limfosit dengan cara membagikan jumlah absolut
neutrofil terhadap jumlah absolut limfosit19
.
3. Pelaporan
Setelah mendapatkan data primer pasien akan dilakukan analisis data seperti
yang terlihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Skema Alur Penelitian korelasi rasio neutrofil limfosit terhadap
derajat keparahan kaki diabetes
Pemilihan sampel
Penerbitan ethical clearance dan perizinan
Penjelasan prosedur penelitian dan informed consent
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Studi pendahuluan
Analisis Data
Kesimpulan
Perizinan kepada Kepala Instalasi Laboratorium Patologi Klinik
dan Kepala SMF Penyakit Dalam
42. 30
Universitas Lambung Mangkurat
G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Pengumpulan Data
Data yang telah diperoleh dari hasil laboratorium darah lengkap yang akan
dikumpulkan menjadi satu dalam sebuah map, yang akan disimpan dan hanya dapat
dilihat oleh peneliti.
2. Pengolahan Data
Data yang terkumpul kemudian akan diolah:
a. Editing. Pengumpulan dan pemeriksaan data yang diterima yang setelah itu
diperiksa apakah jumlah data yang ada sudah sesuai dengan jumlah sampel.
b. Coding. Memberikan kode angka pada variabel penelitian untuk memudahkan
untuk analisis data.
c. Entry data. Kegiatan memasukkan data ke dalam program computer untuk
selanjutnya dilakukan pengolahan data.
d. Tabulasi data. Merupakan proses mengelompokkan data berdasarkan variabel
yang diteliti, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
e. Analisis. Data dianalisis dengan bantuan komputer dengan program SPSS versi
25 untuk mengetahui korelasi rasio neutrofil limfosit dengan derajat keparahan
kaki diabetes.
H. Cara Analisis Data
Pada penelitian ini terdapat dua jenis analisis data yang dilakukan yaitu analisis
data deskriptif dan analisis data korelatif dengan variabel bebasnya merupakan data
numerik kontinu sedangkan variabel terikat merupakan data kategorik. Analisis
data deskriptif dilakukan untuk mengetahui tendensi dan distribusi sentral. Data
43. 31
Universitas Lambung Mangkurat
variabel bebas akan dianalisis deskriptif dengan mencari modus, mean, dan median-
nya dan variabel terikatnya akan dianalisis deskriptif dengan dicari penyebarannya
secara persentase. Pada analisis data korelatif data dianalisis menggunakan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) dan akan dilakukan uji Spearman.
44. 32
Universitas Lambung Mangkurat
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Data
Penelitian mengenai korelasi rasio neutrofil-limfosit terhadap derajat
keparahan kaki diabetes di poliklinik kaki diabetes pada RSUD Ulin Banjarmasin
telah dilakukan, menggunakan teknik pengambilan sampel non probability
sampling yaitu purposive sampling. Hasil penelitian didapatkan 37 sampel dan
sebanyak 9 subjek diiekslusikan dikarenakan memiliki riwayat merokok atau
sedang merokok >1 batang rokok perhari selama 1 tahun, sehingga didapatkan 28
subjek yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Karakteristik data pada penelitian
ini dapat dilihat di tabel 5.1.
Tabel 5.1. Karakteristik data korelasi rasio neutrofil-limfosit terhadap derajat keparahan
kaki diabetes di poliklinik kaki diabetes RSUD Ulin Banjarmasin.
Karakteristik (N = 28) Jumlah (n, %)
Jenis kelamin
Laki – laki 6 (21,4%)
Perempuan 22 (78,6%)
Usia
36-45 Tahun 6 (21,4%)
46-55 Tahun 15 (53,6%)
56-60 Tahun 7 (25,0%)
Rerata Usia ± Simpang Baku 50,67 ± 1,26
Klasifikasi Wagner-Meggit
1 15 (53,5%)
2 8 (28,5%)
3 2 (7,1%)
4 2 (7,1%)
5 1 (3,5%)
45. 33
Universitas Lambung Mangkurat
Gambar 5.1 Distribusi Pasien Kaki Diabetes Berdasarkan Usia di Poliklinik Kaki
Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin.
Berdasarkan tabel 5.1 dan dari gambar 5.1 diatas dapat dilihat dari jenis
kelamin, didapatkan wanita memiliki angka penderita yang lebih tinggi
dibandingkan pada laki-laki yaitu 21,43% pada laki laki dan 78,57% pada wanita,
hal ini sesuai dengan penelitian oleh Tjokorda Gde Dalem Pemayun, et al di RSUD
Dr. Kariadi, Semarang, Indonesia pada tahun 2015 yang didapatkan jumlah
penderita kaki diabetes lebih banyak penderita yang berjenis kelamin wanita
(59,6%) dibanding pada penderita yang berjenis kelamin laki laki (40,4%),
penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian lain yang dilakukan di Banjarmasin
yaitu penelitian oleh Tria Sefty Maidina pada tahun 2012 di RSUD Ulin
Banjarmasin dan didapatkan angka penderita kaki diabetes di RSUD Ulin
Banjarmasin pada tahun 2011 berjumlah 1.165 dengan 464 diantaranya adalah laki
laki dan 701 adalah wanita, sehingga dapat dikatakan jumlah penderita kaki
diabetes lebih banyak penderita yang berjenis kelamin wanita. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian Misbah Mehraj et al pada tahun 2018 di Institute of Medical &
4 (14.28%)
14 (50.0%)
4 (14.28%)
2 (7.14%)
1, (3,5%)
3 (10.71%)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
36-45 Tahun 46-55 Tahun 56-65 Tahun
Laki laki Perempuan
46. 34
Universitas Lambung Mangkurat
Health Sciences, Uttarakhand, India yang menyebutkan jumlah penderita kaki
diabetes pada laki laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penderita kaki
diabetes yang berjenis kelamin wanita.35,36,37
Pada penelitian ini dapatkan rerata usia pasien kaki diabetes adalah 50,67 ±
1,26 yang sesuai dengan penelitan Dr. misbah Mehraj pada tahun 2018 di Institute
of Medical & Health Sciences, Uttarakhand, India dan juga penelitian oleh Anil
Gupta, et al pada tahun 2016 di Government Medical College, Jammu, India yang
keduanya mengatakan bahwa usia pasien dengan prevalensi kaki diabetes tertinggi
adalah pada usia 40-59 tahun. Pasien kaki diabetes di RSUD Ulin Banjarmasin
paling muda dengan usia 36 tahun dan usia paling tua yaitu 60 tahun. Pembagian
usia pasien kaki diabetes ini menggunakan pembagian oleh DEPKES pada tahun
2009 yaitu masa dewasa awal (26-35 tahun), masa dewasa akhir (36-45 tahun),
masa lansia awal (46-55 tahun), dan masa lansia akhir (56-65 tahun) Jumlah
penderita kaki diabetes pada penelitian ini paling banyak merupakan pada rentang
usia lansia awal yaitu 15 subjek (53,57%) yang diikuti rentang usia lansia akhir
yang berjumlah 7 subjek (25%), dan setelahnya adalah rentang usia dewasa akhir
yang berjumlah 6 subjek (21,42%). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Hajieh
Shahbazian, et al pada tahun 2013 di Diabetes Research Center, Ahvaz Jundishapur
University of Medical Science, Iran yang mengatakan bahwa faktor risiko
munculnya dari kaki diabetes adalah dengan usia lebih dari 50 tahun, pada
penelitian yang sama juga dikatakan adanya peningkatan risiko terjadinya kaki
diabetes bersamaan dengan bertambahnya usia.37,38,39
47. 35
Universitas Lambung Mangkurat
Gambar 5.2 Distribusi Derajat Kaki Diabetes dengan Klasifikasi Wagner Meggit Kaki
Diabetes di Poliklinik Kaki Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin.
Pasien kaki diabetes di poliklink RSUD Ulin Banjarmasin dalam penelitian
ini yang dapat dilihat di Gambar 5.2 menunjukkan jumlah klasifikasi Wagner-
Meggit dengan subjek terbanyak adalah derajat Wagner-Meggit 1 dengan jumlah
subjek sebanyak 15 orang (53,57%) dan diikuti dengan derajat Wagner-Meggit 2
dengan jumlah 8 orang (28,57%), sedangkan derajat Wagner-Meggit 3 dan 4
berjumlah sama yaitu 2 orang (7,14%) dan yang paling sedikit adalah pada derajat
Wagner-Meggit 5 yaitu berjumlah 1 orang (3,57%). Berdasarkan Dr. Misbah
Mehraj pada tahun 2018 di Institute of Medical & Health Sciences, Uttarakhand,
India jumlah penderita kaki diabetes terbanyak berdasarkan klasifikasi adalah pada
derajat Wagner-Meggit 3, yang diikuti oleh derajat Wagner-Meggit 1 dan setelah
itu derajat Wagner-Meggit 2. Jumlah ini dapat disebabkan oleh karena sebagian
besar pasien kaki diabetes pada penelitian ini yang diambil merupakan pasien di
rumah sakit tipe A dan pasien yang sedang perawatan sehingga terdapat pasien yang
telah dirawat beberapa minggu sampai berbulan bulan, sehingga sudah terdapat
perbaikan dari derajat kaki diabetes yang diambil. Hasil ini sesuai dengan literature
11 (39.28%)
6 (21.42%)
2 (7.14%) 2 (7.14%)
1 (3.57%
4 (14.28%)
2 (7.14%)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Derajat Wagner-
Meggit 1
Derajat Wagner-
Meggit 2
Derajat Wagner-
Meggit 3
Derajat Wagner-
Meggit 4
Derajat Wagner-
Meggit 5
48. 36
Universitas Lambung Mangkurat
review yang ditulis oleh leila yazdanpanah, et al pada tahun 2015 yang dikatakan
bahwa edukasi, kontrol gula, debridemen luka, advance dressing dan terapi lanjutan
merupakan hal yang penting dalam perbaikan derajat keparahan kaki diabetes.
Berdasarkan penelitian oleh Dewi Nurhanifah pada tahun 2017 di RSUD Ulin
Banjarmasin, Indonesia didapat pula jumlah yang mendukung jumlah dari yang
diteliti yaitu dengan derajat keparahan wagner terbanyak yaitu derajat wagner 1
(38%) yang diikuti derajat wagner 2 (28%), derajat wagner 4 (18%), derajat wagner
3(16%) dan yang terakhir adalah derajat wagner 5 (2%).37,40,41
B. Korelasi Neutrofil-limfosit Terhadap Derajat Keparahan Kaki Diabetes
Tabel 5.2 Data hasil penelitian korelasi rasio neutrofil-limfosit terhadap derajat keparahan
kaki diabetes di poliklinik kaki diabetes RSUD Ulin Banjarmasin.
Gambar 5.3 Distribusi Rasio Neutrofil-Limfosit Pasien Kaki Diabetes di Poliklinik
Kaki Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin.
Karakteristik Jumlah (n) Proporsi (%) Rerata ± SB Median
Rasio Neutrofil-limfosit
(n=28)
<2,11 14 50%
2,96 ± 2,71 2,10
>2,11 14 50%
14, 50% 14, 50%
Rasio Neutrofil-limfosit
<2,11 >2,11
Mean : 2,96 ± 2,71
49. 37
Universitas Lambung Mangkurat
Pada penelitian ini didapatkan rerata rasio neutrofil-limfosit dari 28 subjek
penelitian sebesar 2,96 (± 2,71) dengan jumlah subjek yang memiliki nilai rasio
neutrofil-limfositnya kurang dari 2,11 sebanyak 14 orang, dan pada subjek yang
memiliki nilai rasio neutrofil-limfosit lebih dari 2,11 sebanyak 14 orang,
kategorisasi ini menggunakan penelitian oleh Krishna Adi Wibisana, et al pada
tahun 2018 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia, dengan
pertimbangan rasio neutrofil limfosit sebagai faktor prediktor morbiditas dan
mortalitas dari penyakit arteri perifer yang merupakan salah satu penyebab kaki
diabetes oleh adanya diabetes mellitus34
.
Analisis deskriptif dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui distribusi
dari rasio neutrofil-limfosit dengan melihat dari mean dan mediannya. Hasil analisis
deskriptif rasio neutrofil-limfosit didapatkan dengan mean 2,96 dan median 2,10.
Tabel 5.3 Distribusi pasien berdasarkan nilai rasio neutrofil-limfosit terhadap derajat
keparahan kaki diabetes di poliklinik kaki diabetes RSUD Ulin
Banjarmasin.
Derajat Keparahan Berdasarkan Klasifikasi Wagner-Meggit
Derajat 1
n=15
Derajat 2
n=8
Derajat 3
n=2
Derajat 4
n=2
Derajat 5
n=1
Rasio
Neutrofil
-Limfosit
<2.11 n (%) 10
(66,67%)
3 (37,5%) 1 (50%) 0 0
>2.11 n (%) 5 (33,33%) 5 (62,5%) 1 (50%) 2 (100%) 1 (100%)
50. 38
Universitas Lambung Mangkurat
Gambar 5.4 Distribusi Rasio Neutrofil-limfosit Terhadap Derajat Keparahan Kaki Diabetes
Pasien Kaki Diabetes di Poliklinik Kaki Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin
Berdasarkan data diatas didapatkan jumlah derajat keparahan kaki diabetes
Wagner-Meggit 1 memiliki rasio neutrofil-limfosit <2,11 berjumlah 10 orang
(66,67%) yang menunjukkan jumlah ini lebih banyak dibandingkan pada rasio
neutrofil-limfosit >2,11 pada derajat keparahan kaki diabetes Wagner-Meggit 1
yaitu 5 orang (33,33%). Pada pasien dengan derajat keparahan kaki diabetes
Wagner-Meggit 2 didapatkan angka rasio neutrofil-limfosit <2,11 berjumlah 3
orang (37,5%) dan yang rasio neutrofil-limfositnya >2,11 berjumlah 5 orang
(62,5%). Pada derajat keparahan kaki diabetes Wagner-Meggit 3 didapatkan angka
rasio neutrofil-limfosit <2,11 dan >2,11 masing masing berjumlah 1 orang (50%).
Pada derajat keparahan kaki diabetes Wagner-Meggit 4 didapatkan angka rasio
neutrofil-limfosit yang bernilai >2.11 berjumlah 2 orang (100%). Sedangkan, pada
derajat keparahan kaki diabetes Wagner-Meggit 5 terdapat 1 orang (100%) dan
angka rasio neutrofilnya >2,11.
0
2
4
6
8
10
12
14
Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4 Derajat 5
51. 39
Universitas Lambung Mangkurat
Tabel 5.4Analisis korelasi rasio neutrofil-limfosit terhadap derajat keparahan kaki diabetes
di poliklinik kaki diabetes RSUD Ulin Banjarmasin.
Didapatkan hasil analisis data korelasi rasio neutrofil-limfosit terhadap derajat
kaki diabetes yang tidak bermakna yaitu P sebesar 0,14 (>0,05) hasil ini berbeda
dibandingkan dengan penelitian oleh Cüneyt Kahraman, et al pada tahun 2014 di
Çelebi Research and Education Hospital, Kutahya, Turki yang menunjukkan
bahwa pada penderita diabetes dibanding pada bukan penderita diabetes angka
rasio neutrofil limfosit ini akan menunjukkan peningkatan (P= 0,001) begitu pula
pada penelitian oleh Fatih sefil, et al pada tahun 2014 di Medical School of Mustafa
Kemal University, Hatay, Turkey pada penderita diabetes dengan kontrol buruk dan
baik menggunakan faktor prediktor berupa HbA1C yang mengatakan angka rasio
neutrofil-limfosit ini akan meningkat pada penderita dengan kontrol buruk (P <
0,001). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesa peneliti yang berhipotesa bahwa
korelasi dari neutrofil-limfosit terhadap derajat keparahan kaki diabetes sendiri hal
ini dapat dikarenakan oleh penggunaan klasifikasi derajat keparahan kaki diabetes
Wagner-Meggit yang kurang bisa menilai derajat infeksi pada kaki diabetes, yang
mana infeksi ini sendiri bisa mempengaruhi rasio neutrofil-limfosit, hal ini sesuai
dengan literatur yang ditulis oleh Are Naess pada tahun 2018 di Haukeland
University Hospital, Bergen, Norwegia. Hal lain yang mempengaruhi hasil ini
adalah karena sampel yang digunakan merupakan pasien yang sedang menjalani
perawatan pada kaki diabetesnya, perawatan ini akan menurunkan dari keparahan
Derajat Keparahan
Kaki Diabetes
Jumlah Rasio Neutrofil Limfosit r P
1 15 3,16 ± 3,49
0,211 0,14
2 8 2,63 ± 1,63
3 2 1,85 ± 1,13
4 2 3,30 ± 1,25
5 1 4,25
52. 40
Universitas Lambung Mangkurat
dari infeksi pada kaki diabetes hal ini sesuai dengan literature review yang ditulis
oleh leila yazdanpanah, et al pada tahun 2015 yang mengatakan bahwa edukasi,
kontrol gula, debridemen luka, advance dressing dan terapi lanjutan selain
menurunkan derajat keparahan dari kaki diabetes juga akan menurunkan dari
keparahan infeksinya. Selain dua hal itu ada pada penelitian ini jumlah sampel yang
digunakan kurang banyak sehingga korelasi yang ditunjukkan kurang bermakna.
5,7,40,42
53. 41
Universitas Lambung Mangkurat
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan:
1. Hasil rasio neutrofil-limfosit dari 28 pasien kaki diabetes didapatkan nilai
rata-rata 2,96 (± 2,71).
2. Pada 28 pasien Kaki Diabetes yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,
distribusi datanya sebanyak 15 pasien dengan derajat Wagner-Meggit I
(53,57%), 8 pasien dengan derajat Wagner-Meggit II (28,57%), 2 pasien
dengan derajat Wagner-Meggit III (7,14%), 2 pasien dengan derajat Wagner-
Meggit IV (7,14%), dan 1 pasien dengan derajat Wagner-Meggit V (3,57%).
3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara rasio neutrofil-limfosit
dengan Derajat Keparahan Kaki Diabetes di Poliklinik Kaki Diabetes RSUD
Ulin Banjarmasin dengan nilai p 0,140 dan nilai r = 0,211 yang berarti tidak
adanya hubungan yang bermakna.
B. Saran
Saran pada penelitian ini adalah:
1. Perlu data pasien kaki diabetes yang lebih lengkap mengenai jenis tindakan
atau terapi yang sudah didapat sehingga tidak mempengaruhi hasil penelitian.
2. Penggunaan klasifikasi derajat keparahan kaki dabetes yang lebih bisa
melihat keadaan infeksi pada kaki diabetes untuk penilaian rasio neutrofil-
limfosit yang lebih tepat.
54. 42
Universitas Lambung Mangkurat
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu yang lebih panjang dan
jumlah sampel yang lebih banyak.
4. Penggunaan faktor prediktor lain untuk melihat keadaan inflamasi kronis
pada kaki diabetes sebagai acuan inflamasi yang terjadi pada kaki diabetes
penderita.
5. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan pasien yang baru terdeteksi kaki
diabetes sehingga pasien tersebut belum mendapatkan penanganan sehingga
dapat menunjukkan gambaran rasio neutrofil-limfosit yang tidak terganggu
oleh penanganan sebelumnya.
55. 43
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR PUSTAKA
1. IDF. (2017). Idf diabetes atlas eight edition. Diakses pada tanggal 5 Desember
2018 dari https://www.idf.org/e-library/epidemiology-research/diabetes-
atlas/134-idf-diabetes-atlas-8th-edition.html.
2. Noor S, Zubair M, Ahmad J. Diabetic foot ulcer—A review on
pathophysiology, classification and microbial etiology. Elsevier. 2015. 193-
197.
3. Mazen S. Diabetic Foot Infection. American Family Physician. 2008. 78 (1):
71-78
4. Balta S, Celik T, Mikhailidis DP, Ozturk C, Demirkol S, Aparci M, et al. The
Relation Between Atherosclerosis and the Neutrophil–Lymphocyte Ratio.
Department of Cardiology, Eskisehir Military Hospital. 2015. 1-4.
5. Kahraman C, Kahraman N, Yumun G. Neutrophil-to-lymphocyte ratio in
diabetes mellitus patients with and without diabetic foot ulcer. European Journal
of Medical Sciences. 2014. 8-10.
6. Xu T, Weng Z, Pei C, Yu S, Chen Y, Guo W, et al. The relationship between
neutrophil to lymphocyte ratio and diabetic peripheral neuropathy in Type 2
diabetes mellitus. Medicine. 2017. 1-5.
7. Naess A, Nilssen SS, Mo R, Eide GE, Sjursen H. Role of neutrophil to
lymphocyte and monocyte to lymphocyte ratios in the diagnosis of bacterial
infection in patients with fever. Springer. (2017) 45:299–307.
8. Wetteraurer C, Ebbing J, Halla A, Kuehi R, Erb S, Egli A, et al. A
contemporary case series of Fournier’s gangrene at a Swiss tertiary care
center—can scoring systems accurately predict mortality and morbidity?.
World Journla of Emergency Surgery. 2018 : 13 :25
9. Yardimci S, Ugurlu MU, Coskun M, Attaallah W, Yegen SC. Neutrophil-
lymphocyte ratio and mean platelet volume can be a predictor for severity of
acute appendicitis. Turkish Journal of Trauma and Emergency Surgery. 2016.
22 (2): 163-168
10. Gurol G, Ciftci IH, Terzi HA, Atasoy Ar, Ozbek A, Koroglu M. Are There
Standardized Cutoff Value for Neutrophil-lymphocyte Ratios in Bacteremia or
Sepsis?. The Korean Society for Microbiology and Biotechnology. 2015. 25 (4)
: 521-525
11. Armstrong D, Boulton A, Bus A. Diabetic Foot Ulcers and Their Recurrence.
The new england journal of medicine. 2018, 2367-2373.
56. 44
Universitas Lambung Mangkurat
12. Al-Rubeaan K, Al Derwish M, Ouizi S, Youssef AM, Subhani SN, Ibrahim
HM, et al. (2015) Diabetic Foot Complications and Their Risk Factors from a
Large Retrospective Cohort Study. PLoS ONE 10(5): e0124446.
doi:10.1371/journal.pone.0124446.
13. Pengzi Z, Jing L, Yali J, Sunyinyan T, Dalong Z, Yan B. Global epidemiology
of diabetic foot ulceration: a systematic review and meta-analysis, Annals of
Medicine, 49:2, 2016, 106-116, DOI: 10.1080/07853890.2016.1231932.
14. Amin N, Doupis J. Diabetic foot disease: From the evaluation of the “foot at
risk” to the novel diabetic ulcer treatment modalities. World Journal of
Diabetes. 2016. 153-16
15. Mantovani AM, Fregonesi CEPT, Palma M, Ribeiro FE, Fernandes RA,
Christofaro DGD. Relationship between amputation and risk factors in
individuals with diabetes mellitus: A study with Brazilian patients. Elsevier.
2016. 1-4.
16. Kursad-Turksen, Abrahamse H, Bikle DD, Brandner JM, Branford OA,
Bukowska J, et al. Wound Healing Stem Cell Repair and Restorations, Basic
and Clinical Aspects. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc, 2018.
17. Volmer-Thole, Lobmann M, R. Neuropathy and Diabetic Foot Syndrome.
International Journal of Molecular Sciences. 2016. 1-11.
18. Mishra S, Chhatbar K, Aditi K, Abha M. Diabetic Foot. Department of Surgery,
Bhabha Atomic Research Centre Hospital, Mumbai,India. 2017. 1-6.
19. Pagana KB, Pagana TJ. Mosby’s Manual of Diagnostic and Laboratory Tests.
St.Louis : Elsevier, 2006.
20. Zuwanda T, Hematopoesis. Hematologi. Penerbit WIIMI, Edisi I, 2011. 33-36.
21. George TI, Arber DA. Atlas of bone marrow. Springer. 2018
22. Azab B, Camacho-Rivera M, Taioli E. Average Values and Racial Differences
of Neutrophil Lymphocyte Ratio among a Nationally Representative Sample of
United States Subjects. PLoS ONE 9 (11) : 1-6.
23. Vatankah N, Jahangiri Y, Landry GJ, McLafferty RB, Alkayed NJ, Moneta GL,
et al. Predictive value of neutrophil-to-lymphocyte ratio in diabetic wound
healing. Society for Vascular Surgery. 1-5.
24. Hussain M, Babar MZM, Akhtar L, Hussain MS. Neutrophil lymphocyte ratio
(NLR): A well assessment tool of glycemic control in Type-2 diabetic patients.
Pak J Med Sci. 2017;33(6):1366-1370.
57. 45
Universitas Lambung Mangkurat
25. Forget P, Khalifa C, Defour JP, Latinne D, Van Pel MC, De KM. What is the
normal value of the neutrophil‑to‑ lymphocyte ratio?. BioMed Central. 2017; 1-
4.
26. Farah R, Khamisy-Farah R. Association of Neutrophil to Lymphocyte Ratio
With Presence and Severity of Gastritis Due to Helicobacter pylori Infection.
Wiley Online Library. 2014; 28: 219-223.
27. Soehnlein O. Multiple Roles for Neutrophils in Atherosclerosis. American
Heart Association. 2012;110:875-888.
28. Bhutta H, Agha R, Wong J, Tang TY, Wilson YG, Walsh SR. Neutrophil–
Lymphocyte Ratio Predicts Medium-Term Survival Following Elective Major
Vascular Surgery: A Cross-Sectional Study. University of Limerick. 2011 45(3)
227-231.
29. Endara M, Masden D, Goldstein J, Gondek S, Steinberg J, Attinger C. The Role
of Chronic and Perioperative Glucose Management in High-Risk Surgical
Closures: A Case for Tighter Glycemic Control. The American Society of
Plastic Surgeon. 2013. 132 (4) :996-1004
30. Chastain CA, Klopfenstein N, Serazani CH, Aronoff DM. A Clinical Review of
Diabetic Foot Infections. Elsevier. 2019: 381-395.
31. Gumus F, Solak I, Eryilmaz MA. The effects of smoking on
neutrophil/lymphocyte, platelet/lymphocyte ratios. Bratisl Med J. 2018;119 (2)
: 116-119
32. Husten CG. How should we define light of intermittent smoking? Does it
matter?. Nicotine & Tobacco Research. 2009; 11 (2) : 111-121
33. Nurlaelatiningsih C, Sastradimaja SB, Defi IR. Correlation between Neutrofil-
Lymphocyte Ratio and Cardiac Autonomic Neuropathy in Diabetes-Mellitus
Type 2 Patients. International Journal of Intergrated Health Sciences.
2017;5(1):15-20
34. Wibisana KA, Subekti I, Antono D, Nugroho P. Hubungan antara Rasio
Neutrofil Limfosit dengan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Ekstermitas Bawah
pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia.
2018;5(4) : 184-188
35. Pemayun TGD, Naibaho RM, Minuljo TT. Risk factors for lower extremity
amputation in patients with diabetic foot ulcers: a hospital-based case–control
study. Medical Faculty of Diponegoro University. 2015, 6 : 1-10
58. 46
Universitas Lambung Mangkurat
36. Madina TS, Djallalluddin D, Yasmina A. Hubungan Kadar Hba1c Dengan
Kejadian Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus: Di Rsud Ulin
Banjarmasin April-September 2012. 2012; (September):211–7.
37. Mehraj M. A Review Of Wagner Classification And Current Concepts In
Management Of Diabetic Foot. International Journal of Orthopaedics Sciences.
2018; 4(1) : 933-935
38. Gupta A, Haq M, Singh M. Management Option in Diabetic Foot According to
Wagners Classification: An Observational Study. Goverment Medical College
Jammmu. 2016; 18(1) : 35 – 38
39. Shahbazian H, Yazdanpanah L, Latifi SM. Risk assessment of patients with
diabetes for foot ulcers according to risk classification consensus of
International Working Group on Diabetic Foot (IWGDF). Ahvaz Jundishapur
University of Medical Science. 2013;29(3) : 730 – 734
40. Yazdanpanah L, Nasiri M, Adarvishi S. Literature review on the management
of diabetic foot ulcer. 2015;6(1):37–53.
41. Nurhanifah D, Banjarmasin UM. FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN ULKUS KAKI DIABETIK ( factors related to
diabetic Ulcers legs In policlinic of diabetic leg ). 2017;1(1):32–41.
42. Sefil F, Ulutas KT, Dokuyucu R. Investigation of neutrophil lymphocyte ratio
and blood glucose regulation in patients with type 2 diabetes mellitus. Mustafa
Kemal University. 2014; 42 (2) : 581 - 588
66. 54
Universitas Lambung Mangkurat
Lampiran 4. Tabulasi Data Penelitian
No Usia
(Tahun)
Nama
Pasien
Jenis
Kelamin
Lama Menderita
Diabetes Mellitus
NLR Diagnosis
Kerja
Derajat
Wagner
1 40 R P 1 Tahun 0.62 DM tipe 2 2
2 54 RW P 17 Tahun 1.33 DM tipe 2 1
3 57 N P 13 Tahun 2.09 DM tipe 2 1
4 48 J P 12 Tahun 2.96 DM tipe 2 2
5 53 ES P 10 Tahun 2.02 DM tipe 2 1
6 58 SA P 19 Tahun 4.02 DM tipe 2 1
7 59 ZA L 6 Tahun 2.11 DM tipe 2 2
8 52 HU P 15 Tahun 4.19 DM tipe 2 4
9 55 SS P 4 Tahun 1.44 DM tipe 2 1
10 44 S P 1 Tahun 12.65 DM tipe 2 1
11 36 RM P 5 Tahun 1.48 DM tipe 2 2
12 58 R P 3 Tahun 2.65 DM tipe 2 3
13 60 S L 10 Tahun 1.16 DM tipe 2 2
14 47 UK P 8 Tahun 1.62 DM tipe 2 1
15 53 NM P 7 Tahun 5.42 DM tipe 2 2
16 41 N P 3 Tahun 1.32 DM tipe 2 1
17 53 SK P 11 Tahun 4.29 DM tipe 2 2
18 55 NN P 10 Tahun 1.05 DM tipe 2 1
19 40 AAV L 6 Tahun 0.93 DM tipe 2 1
20 58 S P 10 Tahun 1.09 DM tipe 2 1
21 54 R P 5 Tahun 1.43 DM tipe 2 1
67. 55
Universitas Lambung Mangkurat
22 47 K P 3 Tahun 4.25 DM tipe 2 5
23 43 M L 5 Tahun 2.35 DM tipe 2 1
24 46 HE L 1 Tahun 10.07 DM tipe 2 1
25 55 AM P 3 Tahun 3.07 DM tipe 2 2
26 57 GH L 10 Tahun 4.08 DM tipe 2 1
27 47 M P 5 Tahun 1.05 DM tipe 2 3
28 49 S P 6 Tahun 2.41 DM tipe 2 4
68. 56
Universitas Lambung Mangkurat
Lampiran 5. Hasil analisis data korelasi rasio neutrofil-limfosit terhadap derajat
keparahan kaki diabetes
Derajat keparahan Kaki Diabetes Berdasarkan
Wagner-Meggit
P-value Rvalue
Rasio Neutrofil-Limfosit 0.140 0.211
70. 1
KORELASI RASIO NEUTROFIL-LIMFOSIT TERHADAP
DERAJAT KEPARAHAN KAKI DIABETES
Di Poliklinik Kaki Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin
Marcellinus Anthony Raharjo1, Dewi Indah Noviana Pratiwi2, Nanang
Miftah Fajari3
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lambung Mangkurat.
2
Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung
Mangkurat/RSUD Ulin Banjarmasin
3
Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat/RSUD Ulin Banjarmasin.
Email koresspondensi: [email protected]
Abstract: Diabetic foot is an advanced complication of diabetes which has multifactorial
causes such as neuropathy and peripheral arterial disease. The severity of diabetic foot
based on Wagner-Meggit is 6 namely wagner degree 0-5 with the lowest wagner degree 0
to wagner degree 5 which is the most severe, in this study the severity of diabetes foot based
on Wagner-Meggit used is degrees 1-5. The neutrophil-lymphocyte ratio is an
inflammatory marker that can be obtained by comparing neutrophils to lymphocytes in a
patient's leukocyte count. The purpose of this study was to determine the correlation
between the ratio of neutrophils-lymphocytes to the severity of diabetes foot using the
severity of Wagner. The research method used was observational analytic with cross
sectional approach in a group of diabetic foot patients with prospective data collection.
The results obtained 28 samples that fit the inclusion and exclusion criteria. Data analysis
using the Spearman test. No significant correlation was found between neutrophils to
lymphocytes ratio to the severity of the diabetic foot (p = 0.14).
Keywords: Diabetic foot, Degree of severity Wagner-Meggit, Neutrophil-lymphocyte
ratio
Abstrak: Kaki diabetes merupakan komplikasi lanjut dari penyakit diabetes yang memiliki
penyebab multifaktor seperti neuropati dan penyakit arteri perifer. Derajat keparahan kaki
diabetes berdasarkan Wagner-Meggit terdapat 6 yaitu derajat wagner 0-5 dengan derajat
wagner 0 yang paling ringan sampai derajat wagner 5 yang paling parah, pada penelitian
ini derajat keparahan kaki diabetes berdasarkan Wagner-Meggit yang digunakan adalah
derajat 1-5. Rasio neutrofil-limfosit adalah marker inflamasi yang bisa didapatkan dengan
membandingkan neutrofil dengan limfosit pada hitung leukosit pasien. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara rasio neutrofil-limfosit terhadap tingkat
keparahan kaki diabetes menggunakan derajat keparahan Wagner. Metode penelitian yang
digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional pada kelompok
pasien kaki diabetes dengan pengambilan data secara prospektif. Hasil penelitian
didapatkan 28 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data
menggunakan uji Spearman. Tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara rasio
neutrofil-limfosit dengan derajat keparahan kaki diabetes (p = 0,14).
Kata-kata kunci: Kaki diabetes.Derajat keparahan Wagner-Meggit, Rasio neutrofil-
limfosit
71. 2
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) adalah
kondisi kronis dimana kadar glukosa
dalam darah meningkat yang
disebabkan oleh ketidakmampuan
tubuh untuk menggunakan insulin.
Pada penderita DM yang sudah lama
akan menderita beberapa komplikasi,
salah satunya adalah penyakit kaki
diabetes1
.
Penyebab utama dari kaki
diabetes ada 2 yaitu neuropati perifer
dan penyakit vaskular perifer.
Penyakit vaskular perifer ini
merupakan penyebab timbulnya kaki
diabetes pada 50% kasus. Selain itu
ada beberapa faktor lain seperti
deformitas kaki, insufisiensi arteri,
trauma, dan ketidakmampuan
merasakan sensasi, dan beberapa
aspek kesehatan oleh karena
kerusakan saraf yang terjadi2
.
Pada pasien diabetes Infeksi
sering terjadi pada pasien kaki
diabetes yang sebagian besar
disebabkan neuropati perifer pada
penderita diabetes. Penderita DM
memiliki kecenderungan mengalami
inflamasi kronis oleh karena adanya
penyakit arteri perifer dan neuropati
perifer. Rasio neutrofil limfosit ini
sering dihubungkan dengan inflamasi
tubuh kronis seperti DM, hipertensi,
infark miokard, sindrom metabolik,
hiperlipidemia merokok, dan juga
infeksi3,4,5,6
.
Fungsi utama dari leukosit adalah
untuk melawan dari infeksi dan
merespon terhadap adanya benda
asing. Leukosit yang dapat mudah
diidentifikasi dalam pemeriksaan
darah sederhana ada 5 jenis yaitu
neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil
dan basofil. Neutrofil dan limfosit
sendiri berjumlah 75-90% dari
leukosit. Pada infeksi kronik terdapat
inflamasi yang terus menerus terjadi
yang ditandai dengan keberadaan dari
neutrofil sendiri dan akan diikuti
dengan rendahnya nilai limfosit oleh
karena pathway sistem imun yang
tidak berjalan dengan sempurna 7,8
.
Rasio neutrofil limfosit dapat
digunakan sebagai faktor prediktor
independen untuk keparahan dari
inflamasi termasuk inflamasi yang
disebabkan oleh infeksi maupun
inflamasi kronik, ketika keparahan
infeksi tersebut semakin tinggi maka
akan semakin tinggi pula dari nilai
rasio neutrofil-limfosit, sedangkan
pada inflamasi kronik mempengaruhi
nilai rasio neutrofil-limfosit dengan
semakin lama penderita mengalami
inflamasi maka akan meningkatkan
rasio neutrofil-limfosit oleh adanya
inflamasi kronik tersebut. Selain itu,
kenaikan rasio neutrofil limfosit
sendiri dapat menjadi faktor prediktor
dari komplikasi lain seperti sepsis dan
gangren6,9,10
.
Selain hubungan rasio neutrofil-
limfosit terhadap infeksi hubungan
rasio neutrofil-limfosit juga ada pada
inflamasi kronis yang diderita oleh
pasien DM. Jumlah neutrofil absolut
dalam darah akan meningkat dengan
adanya inflamasi kronis. Kenaikan
jumlah neutrofil ini disebabkan oleh
inflamasi yang berjalan lama
sehingga neutrofil akan terus
bermigrasi ke sel yang mengalami
inflamasi hal ini menyebabkan fagosit
yang bertugas dalam membersihkan
neutrofil yang telah mengalami
apoptosis tidak mampu lagi untuk
membersihkan neutrofil itu secara
menyeluruh. Oleh karena itu, angka
neutrofil akan meningkat, selain dari
peningkatan tersebut neutrofil yang
telah mengalami apoptosis yang tidak
dapat dibersihkan oleh makrofag akan
memicu inflamasi kembali.
Penurunan jumlah limfosit akibat
inflamasi disebabkan oleh adanya
redistribusi dan marginasi dari
72. 3
limfosit didalam sistem limfatik.
Selain dari itu, penurunan dari kadar
limfosit juga menunjukkan
peningkatan dari apoptosis sel, kedua
hal tersebut membuat limfosit dapat
mempresentasikan keadaan dari
penurunan sistem imun tubuh 11,12
.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian pada penelitian
ini adalah observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional
pada kelompok pasien kaki diabetes.
Penelitian ini dilakukan dengan
pengambilan data secara prospektif,
dengan sampel yang diambil
merupakan penderita kaki diabetes
yang dirawat jalan di poliklinik kaki
diabetes yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi pada penelitian
ini adalah pasien kaki diabetes yang
berada dalam masa perawatan di poli
kaki diabetes RSUD Ulin
Banjarmasin, pasien yang berusia <60
tahun dan pasien tersebut bersedia
dijadikan objek penelitian dengan
menandatangani informed consent.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini
adalah adanya semua jenis keganasan
yang ditemukan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik dan melalui riwayat
medis, selain itu pasien yang sedang
atau telah menjalani kemoterapi,
pasien dengan gangguan sumsum
tulang, dan pasien dengan riwayat
perokok atau masih menjadi perokok
dengan jumlah rokok perhari >1
batang selama 1 tahun. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui korelasi
antara rasio neutrofil-limfosit
terhadap keparahan ulkus kaki
diabetes berdasarkan kriteria Wagner.
Cut-off yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan cut-off
yang didapatkan melalui penelitian
dari Krishna Abi Wibisana yaitu
dengan nilai rasio neutrofil-limfosit
2,11 dengan pertimbangan penyakit
arteri perifer yang mana pada
penderita yang memiliki nilai rasio
neutrofil-limfosit lebih dari 2,11
meningkatkan risiko terjadinya
penyakit arteri perifer pada
ekstremitas bawah9
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai korelasi
rasio neutrofil-limfosit terhadap
derajat keparahan kaki diabetes di
poliklinik kaki diabetes RSUD Ulin
Banjarmasin telah dilakukan,
didapatkan sebanyak 37 sampel dari
37 sampel tersebut 9 dieksklusikan
dikarenakan riwayat perokok atau
merupakan perokok dengan jumlah
konsumsi batang rokok >1 batang
perhari selama 1 tahun, sehingga
didapatkan 28 subjek penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi penelitian.
Dapat dilihat pada tabel 1 untuk
karakteristik data pada penelitian ini.
Dapat dilihat berdasarkan jenis
kelamin, didapatkan wanita memiliki
angka penderita yang lebih tinggi
dibandingkan pada laki-laki yaitu
21,43% pada laki laki dan 78,57%
pada wanita, hal ini sesuai dengan
penelitian oleh Tjokorda Gde Dalem
Pemayun, et al di RSUD Dr. Kariadi,
Semarang, Indonesia pada tahun 2015
dan penelitian lain yang dilakukan di
Banjarmasin yaitu penelitian oleh
Tria Sefty Maidina pada tahun 2012
di RSUD Ulin Banjarmasin yang
menunjukkan jumlah penderita kaki
diabetes lebih banyak diderita oleh
wanita dibanding laki laki14,15,16
.
Pada penelitian ini dapatkan
rerata usia pasien kaki diabetes adalah
50,67 ± 1,26 yang memiliki hasil
serupa dengan penelitan oleh Dr.
Misbah Mehraj pada tahun 2018 di
Institute of Medical & Health
Sciences, Uttarakhand, India dan juga
73. 4
penelitian oleh Anil Gupta, et al pada
tahun 2016 di Government Medical
College, Jammu, India yang
keduanya mengatakan bahwa usia
pasien dengan prevalensi kaki
diabetes tertinggi adalah pada usia
40-59 tahun. Pada penelitian ini,
pasien kaki diabetes di poliklinik kaki
diabetes RSUD Ulin Banjarmasin
didapatkan pasien yang paling muda
dengan usia 36 tahun dan usia paling
tua yaitu 60 tahun. Jumlah penderita
kaki diabetes pada penelitian ini
paling banyak pada rentang usia
lansia awal yaitu 15 (46-55 tahun)
subjek (53,57%) yang diikuti rentang
usia lansia akhir (56-65 tahun) yang
berjumlah 7 subjek (25%), dan yang
terakhir adalah subjek dengan rentang
usia dewasa akhir (36-45 tahun) yang
berjumlah 6 subjek (21,42%) 16,17,18
.
Jumlah penderita kaki diabetes
yang terdapat pada penelitian ini
berdasarkan klasifikasi derajat
keparahan Wagner-Meggit
didapatkan penderita terbanyak
menderita kaki diabetes dengan
derajat keparahan Wagner-Meggit 1
dengan jumlah subjek sebanyak 15
orang (53,57%) yang diikuti dengan
derajat keparahan Wagner-Meggit 2
dengan jumlah 8 orang (28,57%),
sedangkan pada derajat keparahan
Wagner-Meggit 3 dan 4 berjumlah
sama yaitu 2 orang (7,14%) dan yang
paling sedikit adalah penderita
dengan derajat keparahan Wagner-
Meggit 5 yaitu berjumlah 1 orang
(3,57%). Berdasarkan Dr. Misbah
Mehraj pada tahun 2018 di Institute of
Medical & Health Sciences,
Uttarakhand, India jumlah penderita
kaki diabetes terbanyak berdasarkan
klasifikasi Wagner-Meggit adalah
pada derajat Wagner-Meggit 3, yang
diikuti oleh derajat Wagner-Meggit 1
dan setelah itu derajat Wagner-
Meggit 216
.
Pada penelitian ini didapatkan
jumlah penderita kaki diabetes yang
lebih sedikit pada derajat ringan hal
ini diduga karena pasien kaki diabetes
yang diambil pada penelitian ini
merupakan pasien di rumah sakit tipe
A sehingga pasien yang didapatkan
merupakan pasien yang sedang
dirawat atau telah menerima
perawatan, sehingga sudah terdapat
perbaikan dari derajat kaki diabetes
yang diambil. Hasil ini sesuai dengan
literature review yang ditulis oleh
leila yazdanpanah, et al pada tahun
2015 yang dikatakan bahwa edukasi,
Tabel 1. Karakteristik data korelasi rasio neutrofil-limfosit terhadap derajat keparahan
kaki diabetes di poliklinik kaki diabetes RSUD Ulin Banjarmasin.
Karakteristik (N = 28) Jumlah (n, %)
Jenis kelamin
Laki – laki 6 (21,4%)
Perempuan 22 (78,6%)
Usia
36-45 Tahun 6 (21,4%)
46-55 Tahun 15 (53,6%)
56-60 Tahun 7 (25,0%)
Rerata Usia ± Simpang Baku 50,67 ± 1,26
Klasifikasi Wagner-Meggit
1 15 (53,5%)
2 8 (28,5%)
3 2 (7,1%)
4 2 (7,1%)
5 1 (3,5%)
74. 5
kontrol gula, debridemen luka,
advance dressing dan terapi lanjutan
merupakan hal yang bepengaruh
penting dalam perbaikan derajat
keparahan kaki diabetes. Didapatkan
pula pada penelitian oleh Dewi
Nurhanifah pada tahun 2017 di
RSUD Ulin Banjarmasin, Indonesia
hasil yang mendukung jumlah
penderita kaki diabetes yang lebih
sering pada derajat rendah yang
didapatkan pada penelitian tersebut
jumlah penderita dengan derajat
keparahan wagner terbanyak yaitu
derajat wagner 1 (38%) yang diikuti
derajat wagner 2 (28%), derajat
wagner 4 (18%), derajat wagner
3(16%) dan yang terakhir adalah
derajat wagner 5 (2%)16,19,20
.
Dapat dilihat pada tabel 2
mengenai analisis data deskriptif pada
penelitian ini, didapatkan rerata rasio
neutrofil-limfosit dari 28 subjek
penelitian sebesar 2,96 (± 2,71) dan
median dengan nilai 2,10. Didapatkan
pula subjek yang memiliki nilai rasio
neutrofil-limfositnya kurang dari 2,11
sebanyak 14 orang, dan subjek yang
memiliki nilai rasio neutrofil-limfosit
lebih dari 2,11 sebanyak 14 orang9
.
Penyebaran data rasio neutrofil-
limfosit dengan cut-off 2,11 terhadap
pada derajat keparahan kaki diabetes
dimuat pada tabel 3. Penyajian data
penelitian menggunakan box-plot
dapat dilihat pada gambar 1.
Didapatkan hasil analisis data
dengan uji korelasi spearman untuk
melihat korelasi rasio neutrofil-
limfosit terhadap derajat kaki diabetes
didapatkan nilai P sebesar 0,14
(>0,05) sehingga memiliki korelasi
yang tidak bermakna, hasil ini
berbeda dibandingkan dengan
penelitian oleh Cüneyt Kahraman, et
al pada tahun 2014 di Çelebi Research
and Education Hospital, Kutahya,
Turki yang menunjukkan pada
perbandingan antara penderita
diabetes yang bukan merupakan
penderita diabetes nilai rasio
neutrofil-limfosit akan menunjukkan
peningkatan pada penderita diabetes
(P= 0,001). Begitu pula pada
penelitian oleh Fatih sefil, et al pada
tahun 2014 di Medical School of
Mustafa Kemal University, Hatay,
Turki pada penderita diabetes dengan
kontrol buruk dan baik menggunakan
faktor prediktor berupa HbA1C yang
Tabel 2. Data hasil penelitian korelasi rasio neutrofil-limfosit terhadap derajat
keparahan kaki diabetes di poliklinik kaki diabetes RSUD Ulin
Banjarmasin.
Karakteristik Jumlah (n) Proporsi (%) Rerata ± SB Median
Rasio Neutrofil-limfosit
(n=28)
<2,11 14 50%
2,96 ± 2,71 2,10
>2,11 14 50%
Tabel 3. Distribusi pasien berdasarkan nilai rasio neutrofil-limfosit terhadap derajat
keparahan kaki diabetes di poliklinik kaki diabetes RSUD Ulin Banjarmasin.
Derajat Keparahan Berdasarkan Klasifikasi Wagner-Meggit
Derajat 1
n=15
Derajat 2
n=8
Derajat 3
n=2
Derajat 4
n=2
Derajat 5
n=1
Rasio
Neutrofil
-Limfosit
<2,11 n (%) 10
(66,67%)
3 (37,5%) 1 (50%) 0 0
>2,11 n (%) 5 (33,33%) 5 (62,5%) 1 (50%) 2 (100%) 1 (100%)
75. 6
Gambar 1 Distribusi Rasio Neutrofil-limfosit Terhadap Derajat Keparahan Kaki Diabetes
Pasien Kaki Diabetes di Poliklinik Kaki Diabetes RSUD Ulin Banjarmasin
mengatakan angka rasio neutrofil-
limfosit ini akan meningkat pada
penderita dengan kontrol buruk (P <
0,001)5,21
.
Hasil analisis data statistik ini
tidak sesuai dengan hipotesa peneliti
yang berhipotesa bahwa terdapat
korelasi dari neutrofil-limfosit
terhadap derajat keparahan kaki
diabetes hal ini dapat dikarenakan
oleh penggunaan klasifikasi derajat
keparahan kaki diabetes Wagner-
Meggit yang kurang bisa menilai
derajat infeksi pada kaki diabetes, hal
lain yang juga dapat mempengaruhi
hasil penelitian ini adalah karena
sampel yang digunakan merupakan
pasien yang sedang menjalani
perawatan pada kaki diabetes, yang
mana perawatan ini akan menurunkan
keparahan dari infeksi pada kaki
diabetes penderita. Selain dua hal itu,
pada penelitian ini juga memiliki
jumlah sampel kurang banyak
sehingga dapat menunjukan korelasi
yang dianggap kurang
bermakna6,19,21,22
.
PENUTUP
Kesimpulan yang didapatkan
pada penelitian ini ialah di Poliklinik
Kaki Diabetes RSUD Ulin
Banjarmasin didapatkan rata rata
rasio neutrofil-limfosit dari 28
penderita kaki diabetes sebesar 2,96
(± 2,71) dengan median 2,10.
Sedangkan untuk distribusi penderita
kaki diabetes pada penelitian ini
didapatkan derajat keparahan
Wagner-Meggit dari 28 sampel
didapatkan penderita terbanyak
menderita kaki diabetes dengan
derajat keparahan Wagner-Meggit 1
dengan jumlah subjek sebanyak 15
orang (53,57%) yang diikuti dengan
derajat keparahan Wagner-Meggit 2
dengan jumlah 8 orang (28,57%),
sedangkan pada derajat keparahan
Wagner-Meggit 3 dan 4 berjumlah
sama yaitu 2 orang (7,14%) dan yang
paling sedikit adalah penderita
dengan derajat keparahan Wagner-
Meggit 5 yaitu berjumlah 1 orang
(3,57%). Korelasi rasio neutrofil-
limfosit terhadap derajat keparahan
kaki diabetes Wagner-Meggit di
poliklinik kaki diabetes RSUD Ulin
0
2
4
6
8
10
12
14
Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4 Derajat 5
76. 7
Banjarmasin dari 28 sampel yang
didapat menunjukkan hasil yang tidak
bermakna yaitu p = 0,14 (>0,05)
sehingga dapat diartikan tidak adanya
hubungan yang bermakna antara rasio
neutrofil-limfosit dengan derajat
keparahan kaki diabetes.
Saran yang dapat diberikan pada
penelitian ini adalah perlunya data
yang lebih lengkap mengenai jenis
tindakan atau terapi yang diberikan
pada penderita kaki diabetes yang
diteliti sehingga dapat mengurangi
faktor lain yang mempengaruhi hasil
penelitian. Untuk menghubungkan
rasio neutrofil-limfosit dengan derajat
keparahan kaki diabetes disarankan
agar menggunakan klasifikasi derajat
keparahan yang selain klasifikasi
Wagner-Meggit dikarenakan kurang
mampunya klasifikasi ini dalam
menilai keparahan dari infeksi yang
ada pada kaki diabetes. Sampel yang
diteliti lebih baik menggunakan
pasien yang baru terdiagnosis kaki
diabetes sehingga dapat menunjukkan
gambaran rasio neutrofil-limfosit
yang lebih tepat pada derajat
keparahan yang diderita penderita
kaki diabetes tersebut. Penggunaan
faktor prediktor inflamasi lain juga
dapat digunakan sehingga dapat
menjadi acuan inflamasi yang terjadi
pada penderita kaki diabetes. Sampel
yang digunakan dapat menggunakan
sampel yang lebih banyak, dan untuk
waktu penelitiannya yang lebih lama
sehingga dapat memberikan hasil
yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
1. IDF. (2017). Idf diabetes atlas
eight edition. Diakses pada
tanggal 5 Desember 2018 dari
https://www.idf.org/e-
library/epidemiology-
research/diabetes-atlas/134-idf-
diabetes-atlas-8th-edition.html.
2. Noor S, Zubair M, Ahmad J.
Diabetic foot ulcer—A review on
pathophysiology, classification
and microbial etiology. Elsevier.
2015. 193-197.
3. Mazen S. Diabetic Foot Infection.
American Family Physician.
2008. 78 (1): 71-78
4. Balta S, Celik T, Mikhailidis DP,
Ozturk C, Demirkol S, Aparci M,
et al. The Relation Between
Atherosclerosis and the
Neutrophil–Lymphocyte Ratio.
Department of Cardiology,
Eskisehir Military Hospital. 2015.
1-4.
5. Kahraman C, Kahraman N,
Yumun G. Neutrophil-to-
lymphocyte ratio in diabetes
mellitus patients with and without
diabetic foot ulcer. European
Journal of Medical Sciences.
2014. 8-10.
6. Naess A, Nilssen SS, Mo R, Eide
GE, Sjursen H. Role of neutrophil
to lymphocyte and monocyte to
lymphocyte ratios in the diagnosis
of bacterial infection in patients
with fever. Springer. (2017)
45:299–307.
7. Kursad-Turksen, Abrahamse H,
Bikle DD, Brandner JM, Branford
OA, Bukowska J, et al. Wound
Healing Stem Cell Repair and
Restorations, Basic and Clinical
Aspects. Hoboken: John Wiley &
Sons, Inc, 2018.
8. Pagana KB, Pagana TJ. Mosby’s
Manual of Diagnostic and
Laboratory Tests. St.Louis :
Elsevier, 2006.
77. 8
9. Xu T, Weng Z, Pei C, Yu S, Chen
Y, Guo W, et al. The relationship
between neutrophil to lymphocyte
ratio and diabetic peripheral
neuropathy in Type 2 diabetes
mellitus. Medicine. 2017. 1-5.
10. Wetteraurer C, Ebbing J, Halla A,
Kuehi R, Erb S, Egli A, et al. A
contemporary case series of
Fournier’s gangrene at a Swiss
tertiary care center—can scoring
systems accurately predict
mortality and morbidity?. World
Journla of Emergency Surgery.
2018 : 13 :25
11. Soehnlein O. Multiple Roles for
Neutrophils in Atherosclerosis.
American Heart Association.
2012;110:875-888.
12. Bhutta H, Agha R, Wong J, Tang
TY, Wilson YG, Walsh SR.
Neutrophil–Lymphocyte Ratio
Predicts Medium-Term Survival
Following Elective Major
Vascular Surgery: A Cross-
Sectional Study. University of
Limerick. 2011 45(3) 227-231.
13. Wibisana KA, Subekti I, Antono
D, Nugroho P. Hubungan antara
Rasio Neutrofil Limfosit dengan
Kejadian Penyakit Arteri Perifer
Ekstermitas Bawah pada
Penyandang Diabetes Melitus
Tipe 2. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia. 2018;5(4) : 184-188
14. Pemayun TGD, Naibaho RM,
Minuljo TT. Risk factors for
lower extremity amputation in
patients with diabetic foot ulcers:
a hospital-based case–control
study. Medical Faculty of
Diponegoro University. 2015, 6 :
1-10
15. Madina TS, Djallalluddin D,
Yasmina A. Hubungan Kadar
Hba1c Dengan Kejadian Kaki
Diabetik Pada Pasien Diabetes
Melitus: Di Rsud Ulin
Banjarmasin April-September
2012. 2012; (September):211–7.
16. Mehraj M. A Review Of Wagner
Classification And Current
Concepts In Management Of
Diabetic Foot. International
Journal of Orthopaedics Sciences.
2018; 4(1) : 933-935
17. Gupta A, Haq M, Singh M.
Management Option in Diabetic
Foot According to Wagners
Classification: An Observational
Study. Goverment Medical
College Jammmu. 2016; 18(1) :
35 – 38
18. Shahbazian H, Yazdanpanah L,
Latifi SM. Risk assessment of
patients with diabetes for foot
ulcers according to risk
classification consensus of
International Working Group on
Diabetic Foot (IWGDF). Ahvaz
Jundishapur University of
Medical Science. 2013;29(3) :
730 – 734
19. Yazdanpanah L, Nasiri M,
Adarvishi S. Literature review on
the management of diabetic foot
ulcer. 2015;6(1):37–53.
20. Nurhanifah D, Banjarmasin UM.
FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN
ULKUS KAKI DIABETIK (
factors related to diabetic Ulcers
legs In policlinic of diabetic leg ).
2017;1(1):32–41.
78. 9
21. Sefil F, Ulutas KT, Dokuyucu R.
Investigation of neutrophil
lymphocyte ratio and blood
glucose regulation in patients with
type 2 diabetes mellitus. Mustafa
Kemal University. 2014; 42 (2) :
581 – 588
22. Yardimci S, Ugurlu MU, Coskun
M, Attaallah W, Yegen SC.
Neutrophil-lymphocyte ratio and
mean platelet volume can be a
predictor for severity of acute
appendicitis. Turkish Journal of
Trauma and Emergency Surgery.
2016. 22 (2): 163-168