SlideShare a Scribd company logo
13
Most read
14
Most read
17
Most read
1
LABORATORIUM FARMAKOLOGI II
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATANMAKASSAR
PRAKTIKUM VII
“EFEK DIARE”
OLEH :
PRIMAYUDHA PRADANA PO713251151143
RINI INDRIANI J PO713251151144
SITI FATIMAH PO713251151145
SRI AMBARWATI PO713251151146
SRI WULANDARI PO713251151147
SULFITRI SYAR PO713251151148
TIFFANY JULIA T PO713251151149
VLORENSYA SAPAN PO713251151150
KELOMPOK : 3/C2
HARI /TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS/29 Maret 2017
PEMBIMBING : Hendra Stevani S.Si., M.Kes., Apt
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN FARMASI
2017
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah defekasi yang sering dalam sehari dengan feses yang lembek
atau cair, hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi bayi dan anak-anak kecil, karena
mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan
ekstra-selnya lebih mudah lepas dari pada orang dewasa.
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang
sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu
penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Diare terjadi
hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh
kelompok usia baik laki – laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan
tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada
bayi dan balita, menurut data badan Kesehatan Dunia (World Healt Organitation).
Tingginya angka kejadian diare akut dan kronis serta efek samping obat antidiare
yang ada saat ini, mendorong para peneliti untuk terus berusaha dalam
menemukan obat sebagai antidiare baru, terutama yang berasal dari tanaman.
Beberapa penelitian telah membuktikan khasiat tanaman obat tradisional sebagai
antidiare, yaitu dengan cara melihat efek biologis ekstrak tanaman yang
mempunyai aktivitas sebagai antispasmodik, penunda transit intestinal, menekan
motilitas usus, merangsang absorpsi air dan mengurangi sekresi elektrolit. Telah
diketahui oleh masyarakat umum bahwa ekstrak daun jambu biji, lodia,
3
immodium memiliki khasiat sebagai antidiare. Mengingat bahaya-bahaya yang
ditimbulkan oleh diare, maka penentuan obat efek antidiare sangat penting untuk
mengetahui sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare yang
disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan.
B. Tujuan Percobaan
1. Memahami cara penentuan efek antidiare suatu obat
2. Mengetahui penentuan efek antidiare dari obat loperamide, obat tradisional
rebusan daun jambu biji, dan larutan Na.CMC 1%
C. Prinsip Percobaan
Pengujian efek antidiare berdasarkan konsistensi feses, bobot feses, dan
frekuensi defekasi pada pemberian obat loperamid, rebusan daun jambu biji
yang dapat memperlambat peristaltik usus, sehingga mengurangi frekuensi
defekasi dan memperbaiki konsistensi feses, dengan metode pemberian induksi
oleum ricini terlebih dahulu.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Dasar
Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang
terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau
memiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare
menyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa
terjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya
(Anne, 2011).
Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National
Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007) :
1. Infeksi bakteri, beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan
atau minuman, contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan
Escherichia coli (E. coli).
2. Infeksi virus, beberapa virus menyebabkan diare, termasuk Rotavirus,
Norwalk virus, Cytomegalovirus, Herpes simplex virus, dan virus hepatitis.
3. Intoleransi makanan, beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan
makanan, misalnya pemanis buatan dan laktosa.
4. Parasit, parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan
menetap di dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare
misalnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, and Cryptosporidium.
5. Reaksi atau efek samping pengobatan, antibiotik, penurun tekanan darah, obat
kanker dan antasida mengandung magnesium yang mampu memicu diare.
5
6. Gangguan intestinal
7. Kelainan fungsi usus besar
Berdasarkan mekanisme kerjanya dalam menghentikan diare
(terapisimptomatis), maka anti diare dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Menekan peristaltik usus, misalnya loperamide.
2. Menciutkan selaput usus atau adstringen, contohnya tannin.
3. Pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atauracun
penyebab diare yang lain, misalnya carbo-adsorben, kaolin.
4. Pemberian mucilago untuk melindungi selaput lendir yang luka.
Pengobatan antidiare :
a. Kemoterapeutika
Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa
pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan oleh
infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat mengurangi
parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin.
Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab
diare dengan antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida,
furazolidin, dan kuinolon) (Schanack, 1980).
b. Zat penekan peristaltik usus
Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh : Candu dan
alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan antikolinergik
(atropin dan ekstrak beladona) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).
6
c. Adsorbensia
Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah
mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi
permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat
merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam
golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan
garam-garam alumunium (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).
Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan
antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri
dan toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja.
Adsorben yang digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif, karbon
aktif, garam bismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984).
Obat antidiare yang banyak digunakan diantaranya adalah Loperamid.
Loperamid merupakan obat antidiare golongan opioid yang daya kerjanya dapat
menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu
memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan
resorpsi normal kembali. Loperamid merupakan derivat difenoksilat (dan
haloperidol, suatu neuroleptikum) dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih
kuat tanpa khasiat pada SSP, jadi tidak mengakibatkan ketergantungan.
Penentuan efek antidiare pada hewan uji dapat dilakukan dengan cara
mengamati saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frequensi feses dan lama
terjadinya diare. Secara in vitro pada hewan uji Loperamide menghambat
motilitas / perilstaltik usus dengan mempengaruhi langsung otot sirkular dan
7
longitudinal dinding usus serta mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit di
usus besar. Pada manusia, Loperamide memperpanjang waktu transit isi saluran
cerna. Loperamide menurunkan volum feses, meningkatkan viskositas dan
kepadatan feses dan menghentikan kehilangan cairan dan elektrolit.
B. Uraian bahan
a. Oleum Ricini (FI edisi III hal. 459)
Nama resmi : OLEUM RICINI
Nama lain : Minyak jarak
Pemerian : Cairan kental, jernih,kuning pucat atau hampir
bau ; rasa manis kemudian agak pedas, umumnya
memualkan.
Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (90%) P; mudah
larut dalam etanol mutlak p dan dalam asam asetat
glasial P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh
Khasiat : Laksativum
b. Loperamida Hidroklorida (ISO FARMAKOTERAPI BUKU I hal. 323)
Indikasi : Tambahan terapi dehidrasi pada diare akut pada dewasa
dan anak-anak lebih 4 tahun.
Kontraindikasi : Krem abdomen dan reaksi kulit termaksuk urtikaria; ileus
paralitik dan perut kembung.
8
Dosis : Diare akut, dosis awal 4 mg diikuti dengan 2 mg setelah
habis buang air besar. Diare kronik pada dewasa, dosis
awal 4 mg, diikuti 2 mg setiap buang air besar. Dosis tidak
melebihi dari 16 mg sehari. Pemerian harus dihentikan bila
tidak ada perbaikan atau perubahan setelah 48 jam.
c. Daun jambu biji
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
d. Na.CMC 1% (FI edisi III. hal.401)
Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama lain : Natrium karboksimetilselulosa
Pemerian : Serbuk atau butiran; putih atau putih kuning
gading; tidak berbau atau hampir tidak berbau;
higroskopik
9
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk
suspense koloidal; tidak larut dalam 95% P, dalam
eter P dan dalam pelarut organik lain
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat dan penggunaan : Zat tambahan
C. Karakteristik Hewan Percobaan
1. Mencit
a. Cenderung berkumpul bersama
b. Penakut, fotofobik
c. Lebih aktif pada malam hari
d. Aktivitas terhambat dengan kehadiran manusia
D. Klasifikasi Hewan Uji
Kingdom : Animalia
Phyllum : Cordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Sub kelas : Theria
Ordo : Rhodenfia
Familia : Muridae
Species : Mus musculus
10
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan adalah timbangan berat badan hewan uji, baskom, spuit 3
ml, spuit oral, erlenmeyer, beaker gelas 50 ml, gelas ukur 10 ml, dan stopwatch
2. Bahan yang digunakan adalah loperamide, obat tradisional (rebusan daun
jambu biji), oleum ricini, dan aquadest.
B. Cara Kerja
1. Penyiapan hewan uji (mencit)
Dipilih hewan uji yang sehat, yang telah dipuasakan selama 18 jam, diberi tanda
pada ekor hewan uji dengan spidol yang tidak dapat menghilangkan tanda tersebut
sesuai dengan replikasi dan perlakuan. Ditimbang hewan uji tersebut pada
timbangan analitik.
2. Pembuatan sediaan obat loperamid
Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Diambil tablet lodia, lalu digerus
halus. Setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml lalu dilarutkan dengan
suspensi Na.CMC sesuai dengan perhitungan.
3. Pembuatan rebusan daun jambu biji
Diambil 12 lembar daun jambu biji, dicuci dan dipotong-potong kecil. Setelah itu
ditimbang dan dibuat daun jambu biji 10% artinya sebanyak 10 gram daun direbus
bersama air suling 200 ml sampai airnya menjadi 100 ml. Setelah mendidih
dihitung 15 menit untuk mendapatkan rebusan daun jambu biji yang baik.
Kemudian disaring untuk memisahkan air hasil rebusan dan daun jambu bijinya.
11
4. Pembuatan mucilago Na.CMC
Ditimbang Na.CMC sesuai perhitungan, diukur aqua panas 10 mL kemudian
masukkan dalam mortar. Ditaburkan Na.CMC kedalam mortir yang telah berisi
aqua panas. Didiamkan 15 hingga 20 menit sampai mengembang. Di ukur
aquadest dingin 5 mL ditambahkan lalu kocok
5. Perlakuan terhadap hewan uji
Hewan uji dibagi, tiap kelompok mendapat tiga ekor mencit (untuk obat, obat
tradisional dan control). Ditimbang berat badan hewan uji mencit. Di beri tanda
hewan uji pada punggung dengan menggunakan spidol. Mencit yang telah
ditimbang kemudian dihitung dosis pemberian obat, obat tradisional dan kontrol.
Mencit terlebih dahulu diinduksi dengan oleum ricini untuk merangsang mencit
(sebagai laksatif). Disiapkan dosis pemberian hewan uji pada spoit oral (perlakuan
dan control). Setelah mencit buang air besar untuk pertama kali, dimasukkan ke
dalam mulut spoit atau perlahan-lahan di pastikan obat masuk ke dalam saluran
pencernaan (bukan di paru-paru). Setelah obat sudah dimasukkan, spoit ditarik
perlahan-lahan. Begitupun dengan obat tradisional dan control yang digunakan.
Hewan uji diletakkan di atas kertas saring untuk menampung dan mengamati
feses yang dikeluarkan, meliputi waktu keluarnya feses, frekuensi keluarnya feses
dan volume fases yang keluar.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Mencit
Kelompok
Replikasi
hewan uji
Pengamatan
Waktu
pertama
Frequensi Konsistensi Berat
pengeluaran
feses
15 30 45 15 30 45 feses
Lodia
1 20’ - 4 - - Encer - 0,17 g
2 21’ - 1 1 - Padat Encer 1,15 g
3 51’ 1 2 3 Lunak Lunak
Encer
Encer
Encer
0,34 g
Rebusan
daun
jambu biji
1 51’ - 2 7 -
Lunak
Encer
Encer
Lunak
Encer
Encer
Encer
Lunak
Encer
0,64 g
2 45’ 2 - -
Encer
Encer
- - 0,07 g
3 22’ - 2 1 -
Lunak
Lunak
Lunak 0,4 g
Kontrol
1 25’ - 2 1 -
Lunak
Lunak
Encer 0,35 g
2 20’ 1 4 3 Encer Encer
Encer
Encer
Encer
0,22 g
3 30’ 3 2 -
Encer
Encer
Lunak
Encer
Lunak
- 0,25 g
B. Pembahasan
Pada praktikum ketujuh ini, di lakukan percobaan efek diare dari suatu
obat kepada 9 mencit(Musmusculus). Prinsip dari percobaan ini adalah propilaktif,
13
suatu pencegahan yang artinya hewan uji diinduksi dengan oleum ricini terlebih
dahuhu dan setelah itu diberi obat antidiare berupa loperamide, rebusan daun
jambu biji dan Na.CMC sebagai kontrol.
Diare pada dasarnya tidak perlu diberikan obat, hanya apabila terjadi diare
yang hebat maka dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidare yang
banyak digunakan adalah loperamid yang daya kerjanya dapat menormalisasi
keseimbangan resorpsi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada
dalam keadaan hipersekresi pada keadaan resorpsi normal kembali.
Hewan percobaan yang digunakan dalam praktikum ini adalah mencit.
Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi manusia,juga
karena mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu penelitian
dapat berlangsung lebih cepat. Sebelum digunakan untuk percobaan, mencit
dipuasakan selama 18 jam sebelum percobaan tetapi minum tetap diberikan. Hal
tersebut dikarenakan makanan dalam usus akan berpengaruh terhadap kecepatan
peristaltik. Tiap kelompok diberi 3 ekor mencit sesuai dengan perlakuannya,
untuk mencit pertama diberikan loperamid, mencit kedua diberikan rebusan daun
jambu biji, dan mencit ketiga diberikan Na.CMC. Pemberian ketiga zat tersebut
dilakukan secara peroral, kemudian mencit-mencit tersebut diamati selama 45
menit agar obat-obat tersebut dapat terabsorpsi secara sempurna di dalam tubuh
mencit, sehingga didapat efek yang diharapkan. Ketiga mencit atau hewan uji ini
sama-sama diinduksi dengan oleum ricini.
Pemberian oleum ricini pada mencit dapat menyebabkan mencit
mengalami diare karena oleum ricini (minyak jarak) merupakan trigliserida yang
14
berkhasiat sebagai laksatif dan dapat menstimulasi peristaltik usus. Di dalam usus
halus, minyak ini mengalami hidrolisis dan menghasilkan asam risinoleat yang
merangsang mukosa usus, sehingga mempercepat gerak peristaltiknya dan
mengakibatkan proses defekasi berlangsung dengan cepat sehingga frekuensi
defekasi akan meningkat. Karena proses defekasi yang berlangsung cepat, maka
waktu absorbsi air juga akan berkurang, sehingga air yang seharusnya diabsorbsi
tubuh akan ikut terbuang dalam feses, yang mengakibatkan konsistensi feses yang
lembek.
Dalam praktikum pengujian efek antidiare pada hewan uji diperoleh hasil
pengamatan sebagai berikut :
1. Penentuan saat mulai terjadinya diare
Dari hasil penentuan saat mulai terjadinya diare diperoleh hasil
pengamatan dari hewan uji sesuai perlakuan yaitu, kelompok lodia mulai
terjadinya diare pada menit ke 51, kelompok obat tradisional mulai terjadinya
diare pada menit ke 22, dan kelompok pembanding atau kelompok kontrol mulai
terjadinya diare pada menit ke 30. Dari hasil yang diperoleh adalah semakin cepat
terjadinya diare makan efek anti diarenya semakin lemah.
2. Penentuan konsistensi feses
Dalam pengamatan penentuan konsistensi feses dilakukan dengan cara
mengamati bentuk feses yang terjadi, dikategorikan kedalam tiga kelompok yaitu,
bentuk feses yang padat, lunak dan encer. Selain mengamati bentuk feses yang
terjadi, diamati juga waktu terjadinya diare dan berat feses yang terbentuk.
15
Dari hasil pengamatan diperoleh hasil dari kelompok hewan uji sesuai
dengan perlakuannya yaitu, kelompok lodia pada menit ke 15 frequensi diarenya 1
kali, dengan konsistensi feses lunak. Pada menit ke 30 frequensi diarenya yaitu 2
kali, dengan konsistensi feses yang lunak, dan pada menit ke 45 frequensi
diarenya sebanyak 3 kali dengan konsistensi feses encer. Pada kelompok obat
tradisional rebusan daun jambu biji, pada menit ke 15 tidak terjadi diare, pada
menit ke 30 terjadi diare frequensinya sebanyak 2 kali dengan konsistensi feses
lunak. Dan pada menit ke 45 terjadi diare sebanyak 1 kali dengan konsistensi
lunak. Sedangkan untuk kelompok kontrol, pada menit ke 15 terjadi diare
sebanyak 3 kali dengan konsistensi feses encer dan lunak, pada menit ke 30 terjadi
diare sebanyak 2 kali dengan konsistensi feses encer lunak, dan pada menit ke 45
tidak terjadi diare. Dari hasil yang diperoleh semakin tinggi frequensi terjadinya
diare, maka efek antidiare akan semakin lemah.
3. Penentuan lama terjadinya diare
Dari hasil lama pentuan terjadinya diare, diperoleh waktu masing-masing
kelompok perlakuan yaitu, kelompok lodia lama terjadinya diare selama 45 menit
berat feses yang diperoleh 0,34 g, kelompok obat tradisional rebusan daun jiambu
biji selama 30 menit berat fesesnya 0,4 g, dan kelompok kontrol lama terjadinya
diare selama 30 menit berat fesesnya yaitu 0,25 g. Dari hasil yang diperoleh
menunjukkan semakin lama terjadinya diare, maka semakin kuat efek
antidiarenya.
16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penentuan efek antidiare pada praktikum ini dilakukan dengan cara
menginduksi oleum ricini pada mencit, kemudian diberikan obat sesuai dengan
perlakuannya.
2. Pemberian obat tradisional rebusan daun jambu biji lebih efektif dalam
memperlambat proses peristaltik usus dibandingkan dengan obat loperamide
dan kontrol negatif atau Na.CMC.
B. Saran
Disarankan kepada praktikan pada saat pemberian obat terhadap hewan uji
agar memperlakukan hewan uji dengan lembut dan memasukan obat secara
perlahan-lahan dan hati-hati, agar obat dapat dipastikan masuk kedalam saluran
pencernaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anne, Ahira, 2011. Penyakit Diare Akut : Jakarta
Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat. Penerbit ITB : Bandung
Juffrie, Mohammad, dkk. 2010. Ganstroenterologi-hepatologi Jilid I. IDAI :
Jakarta
Schanack, W., et al. 1980. Senyawa Obat, Edisi kedua. Gajah Mada University
Press : Yogyakarta
Departemen Farmakologi dan Terapi UI. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V.
Penerbit UI Press : Jakarta
Anonim. 1985. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta
Tim Farmakologi. 2017. Penuntun Praktikum Farmakologi. Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Makassar: Makassar.
WHO. 1992. Quality Control Methods For Medical Plants Materials. Geneva :
World Health Organization.
National Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007. Diarrhea (Diakses
tanggal 02 April 2017)
18
Lampiran 1
1. Perhitungan Loperamide
Dosis lazim Loperamide : 2 mg
Pemberian kepada mencit : 2 mg x 0,0026 = 0,0052 mg
- Untuk Mencit 7 (32 g) =
32
20
𝑥 0,0052 = 0,00832 mg/1ml
- Untuk 100 ml =
100
1
x 0,00832 mg = 0,832 mg / 0,000832 gram
- % =
0,000832
1
x 100 % = 0,0832% = 0,0832 g/100 ml
2. Perhitungan obat tradisional Daun Jambu Biji
Volume obat tradisional untuk manusia = 200 ml
Pemberian kepada mencit = 200 ml x 0,0026 = 0,52 ml
- Untuk Mencit 8 (27 g) =
27
20
𝑥0,52 = 0,702 𝑚𝑙
- % =
12 𝑔
200 𝑚𝑙
𝑥100% = 6 %
3. Untuk Mencit 9 diberikan larutan koloidal Na.CMC 1%
1 tab → 10 ml jadi
2
10
= 0,2 ml
10 ml (Diambil 1 ml) → 20 ml jadi
1
20
x 0,2 = 0,01 ml
19
Lampiran 2
1. Loperamide
2. Rebusan daun jambu biji
3. Kontrol negatif (Na.CMC 1%)

More Related Content

DOCX
Laporan resmi gel natrium diklofenak
DOCX
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
DOCX
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
DOC
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
DOC
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
DOCX
Laporan praktikum biokimia tm 9
DOC
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
DOCX
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Laporan resmi gel natrium diklofenak
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula

What's hot (20)

PPTX
Evaluasi Granul
PPTX
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
PPT
Sediaan semi solid
PPTX
Sediaan Suspensi
PPT
PPT
Emulsi Farmasi
DOCX
keuntungan kerugian sediaan farmasi
DOCX
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
DOCX
Stabilitas Obat
PDF
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
PDF
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
DOCX
Laporan lengkap ekstraksi
PPTX
Evaluasi Tablet
PPTX
Ekskresi dan klirens ginjal
PPTX
Metode pembuatan emulsi
PPTX
sediaan kapsul
PDF
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
PPTX
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
DOCX
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
PDF
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Evaluasi Granul
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Sediaan semi solid
Sediaan Suspensi
Emulsi Farmasi
keuntungan kerugian sediaan farmasi
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
Stabilitas Obat
Pengantar hubungan struktur & aktivitas biologis
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
Laporan lengkap ekstraksi
Evaluasi Tablet
Ekskresi dan klirens ginjal
Metode pembuatan emulsi
sediaan kapsul
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Ad

Similar to Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE" (20)

PPTX
Obat Pencernaan (Mag, Diare, Konstipasi).pptx
PPTX
Obat Pencernaan (Mag, Diare, Konstipasi).pptx
PPTX
treatment of dhiarrea MHS.pptx
PPTX
diare dan konstipasi.pptx DIARE_and_KONSTIPASI
PPTX
DIARE.pptx
PPTX
Obat sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
DOCX
Makalah diare
PPTX
2048201088_Evi Deswita_FARMAKOLOGI_GI.pptx
PPTX
Obat antidiare
PPTX
Obat antidiare
PPTX
DIARE_and_KONSTIPASI DIARE_and_KONSTIPASI
PPTX
Fitoterapi gastrointestinal
PPTX
Farmakologi Obat Diare untuk Kelas XI Farmasi
PPTX
Mari kenali fix (1)
PPTX
Farmakologi,.%dan Laksatifmmnrtt.kkkkkk,
PPTX
Penyuluhan diare pharmabroo
PPTX
Obat sistem pencernaan
PPTX
Obat sistem pencernaan
PPTX
P6. INFEKSI SALURAN PENCERNAAN (DIARE).pptx
PPT
Farmako git
Obat Pencernaan (Mag, Diare, Konstipasi).pptx
Obat Pencernaan (Mag, Diare, Konstipasi).pptx
treatment of dhiarrea MHS.pptx
diare dan konstipasi.pptx DIARE_and_KONSTIPASI
DIARE.pptx
Obat sistem pencernaan AKPER PEMKAB MUNA
Makalah diare
2048201088_Evi Deswita_FARMAKOLOGI_GI.pptx
Obat antidiare
Obat antidiare
DIARE_and_KONSTIPASI DIARE_and_KONSTIPASI
Fitoterapi gastrointestinal
Farmakologi Obat Diare untuk Kelas XI Farmasi
Mari kenali fix (1)
Farmakologi,.%dan Laksatifmmnrtt.kkkkkk,
Penyuluhan diare pharmabroo
Obat sistem pencernaan
Obat sistem pencernaan
P6. INFEKSI SALURAN PENCERNAAN (DIARE).pptx
Farmako git
Ad

More from Sapan Nada (17)

PPTX
Toksikologi
PPTX
Konseling dan pio nada
PPTX
Fitokimia Kromatografi lapis tipis
PPTX
Farmakologi Hormon
PPTX
Sediaan obat Kapsul
PPT
Farmakologi MINERAL
PPTX
HAS senyawa penekan sistem saraf pusat
PPTX
Anatomi fisiologi tumbuhan akar, batang, dan daun
PPTX
FITOKIMIA EKSTRAK
PPTX
Pendahuluan farmakognosi
PPTX
farmakognosi isoprenoid
PPTX
farmakognosi LIPID
PPTX
Farmakognosi ALKALOID
PPTX
Pendahuluan Farmakologi
PPTX
FARMAKOLOGI ANTITUSIF
PPTX
EKSPEKTORAN & MUKOLITIK
PPTX
FARMAKOLOGI ANTIASMA
Toksikologi
Konseling dan pio nada
Fitokimia Kromatografi lapis tipis
Farmakologi Hormon
Sediaan obat Kapsul
Farmakologi MINERAL
HAS senyawa penekan sistem saraf pusat
Anatomi fisiologi tumbuhan akar, batang, dan daun
FITOKIMIA EKSTRAK
Pendahuluan farmakognosi
farmakognosi isoprenoid
farmakognosi LIPID
Farmakognosi ALKALOID
Pendahuluan Farmakologi
FARMAKOLOGI ANTITUSIF
EKSPEKTORAN & MUKOLITIK
FARMAKOLOGI ANTIASMA

Recently uploaded (20)

PPTX
SISTEM POLITIK DAN PEMERINTAHAN INDONESIA.pptx
PPTX
Manajemen Risiko dalam Kegiatan Kepramukaan.pptx
PDF
Sosialisasi Menu DAK NF TA 2026 Promkeskom.pdf
PPT
Kamera foto dan editing foto pengenalan fotografi
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PKN Kelas 10 SMA Terbaru 2025
PPTX
Rancangan Aktualisasi Latsar CPNS Kementerian Agama 2025.pptx
PDF
Digital Statecraft Menuju Indonesia Emas 2045: Diplomasi Digital, Ketahanan N...
PPTX
Pedoman & Kewajiban Penggunaan Produksi Dalam Negeri _Pelatihan "Ketentuan T...
PPTX
Paparan Penyesuaian Juknis BOSP Tahun 2025
PDF
[1]_120325_Penyamaan Persepsi Kepmen 63_M_KEP_2025.pdf
PDF
LK Modul 3 - Menentukan Pengalaman Belajar Herpina Indah Permata Sari (2).pdf
PPTX
PPT POLA PIKIR BERTUMBUH Grow Mindset_2025.pptx
PPTX
Modul 4 Asesmen-dalam-Pembelajaran-Mendalam.pptx
PPTX
1. Bhn Tayang,Kebijaka,Deep Learning,AI & Koding.pptx
PDF
AI-Driven Intelligence and Cyber Security: Strategi Stabilitas Keamanan untuk...
PPTX
Materi Besaran, Satuan, Pengukuran.pptx
PPTX
PPT Akidah Akhlak Kelompok 1 X-8 (4).pptx
PDF
Presentasi Aplikasi Persiapan ANBK 2025.pdf
PDF
System Requirement Enterprise Resource Planning Jasa Penulisan dan Pembuatan ...
PPTX
Presentasi Al-Quran Hadits Kelompok XI.1
SISTEM POLITIK DAN PEMERINTAHAN INDONESIA.pptx
Manajemen Risiko dalam Kegiatan Kepramukaan.pptx
Sosialisasi Menu DAK NF TA 2026 Promkeskom.pdf
Kamera foto dan editing foto pengenalan fotografi
Modul Ajar Deep Learning PKN Kelas 10 SMA Terbaru 2025
Rancangan Aktualisasi Latsar CPNS Kementerian Agama 2025.pptx
Digital Statecraft Menuju Indonesia Emas 2045: Diplomasi Digital, Ketahanan N...
Pedoman & Kewajiban Penggunaan Produksi Dalam Negeri _Pelatihan "Ketentuan T...
Paparan Penyesuaian Juknis BOSP Tahun 2025
[1]_120325_Penyamaan Persepsi Kepmen 63_M_KEP_2025.pdf
LK Modul 3 - Menentukan Pengalaman Belajar Herpina Indah Permata Sari (2).pdf
PPT POLA PIKIR BERTUMBUH Grow Mindset_2025.pptx
Modul 4 Asesmen-dalam-Pembelajaran-Mendalam.pptx
1. Bhn Tayang,Kebijaka,Deep Learning,AI & Koding.pptx
AI-Driven Intelligence and Cyber Security: Strategi Stabilitas Keamanan untuk...
Materi Besaran, Satuan, Pengukuran.pptx
PPT Akidah Akhlak Kelompok 1 X-8 (4).pptx
Presentasi Aplikasi Persiapan ANBK 2025.pdf
System Requirement Enterprise Resource Planning Jasa Penulisan dan Pembuatan ...
Presentasi Al-Quran Hadits Kelompok XI.1

Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"

  • 1. 1 LABORATORIUM FARMAKOLOGI II JURUSAN FARMASI POLITEKNIK KESEHATANMAKASSAR PRAKTIKUM VII “EFEK DIARE” OLEH : PRIMAYUDHA PRADANA PO713251151143 RINI INDRIANI J PO713251151144 SITI FATIMAH PO713251151145 SRI AMBARWATI PO713251151146 SRI WULANDARI PO713251151147 SULFITRI SYAR PO713251151148 TIFFANY JULIA T PO713251151149 VLORENSYA SAPAN PO713251151150 KELOMPOK : 3/C2 HARI /TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS/29 Maret 2017 PEMBIMBING : Hendra Stevani S.Si., M.Kes., Apt POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR JURUSAN FARMASI 2017
  • 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah defekasi yang sering dalam sehari dengan feses yang lembek atau cair, hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas dari pada orang dewasa. Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Diare terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki – laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita, menurut data badan Kesehatan Dunia (World Healt Organitation). Tingginya angka kejadian diare akut dan kronis serta efek samping obat antidiare yang ada saat ini, mendorong para peneliti untuk terus berusaha dalam menemukan obat sebagai antidiare baru, terutama yang berasal dari tanaman. Beberapa penelitian telah membuktikan khasiat tanaman obat tradisional sebagai antidiare, yaitu dengan cara melihat efek biologis ekstrak tanaman yang mempunyai aktivitas sebagai antispasmodik, penunda transit intestinal, menekan motilitas usus, merangsang absorpsi air dan mengurangi sekresi elektrolit. Telah diketahui oleh masyarakat umum bahwa ekstrak daun jambu biji, lodia,
  • 3. 3 immodium memiliki khasiat sebagai antidiare. Mengingat bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh diare, maka penentuan obat efek antidiare sangat penting untuk mengetahui sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare yang disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan. B. Tujuan Percobaan 1. Memahami cara penentuan efek antidiare suatu obat 2. Mengetahui penentuan efek antidiare dari obat loperamide, obat tradisional rebusan daun jambu biji, dan larutan Na.CMC 1% C. Prinsip Percobaan Pengujian efek antidiare berdasarkan konsistensi feses, bobot feses, dan frekuensi defekasi pada pemberian obat loperamid, rebusan daun jambu biji yang dapat memperlambat peristaltik usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses, dengan metode pemberian induksi oleum ricini terlebih dahulu.
  • 4. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Dasar Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau memiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare menyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa terjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya (Anne, 2011). Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007) : 1. Infeksi bakteri, beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau minuman, contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli (E. coli). 2. Infeksi virus, beberapa virus menyebabkan diare, termasuk Rotavirus, Norwalk virus, Cytomegalovirus, Herpes simplex virus, dan virus hepatitis. 3. Intoleransi makanan, beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan, misalnya pemanis buatan dan laktosa. 4. Parasit, parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap di dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare misalnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, and Cryptosporidium. 5. Reaksi atau efek samping pengobatan, antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida mengandung magnesium yang mampu memicu diare.
  • 5. 5 6. Gangguan intestinal 7. Kelainan fungsi usus besar Berdasarkan mekanisme kerjanya dalam menghentikan diare (terapisimptomatis), maka anti diare dibagi menjadi 4 yaitu : 1. Menekan peristaltik usus, misalnya loperamide. 2. Menciutkan selaput usus atau adstringen, contohnya tannin. 3. Pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atauracun penyebab diare yang lain, misalnya carbo-adsorben, kaolin. 4. Pemberian mucilago untuk melindungi selaput lendir yang luka. Pengobatan antidiare : a. Kemoterapeutika Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat mengurangi parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin. Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan kuinolon) (Schanack, 1980). b. Zat penekan peristaltik usus Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh : Candu dan alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan antikolinergik (atropin dan ekstrak beladona) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).
  • 6. 6 c. Adsorbensia Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan garam-garam alumunium (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007). Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri dan toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja. Adsorben yang digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif, karbon aktif, garam bismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984). Obat antidiare yang banyak digunakan diantaranya adalah Loperamid. Loperamid merupakan obat antidiare golongan opioid yang daya kerjanya dapat menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan resorpsi normal kembali. Loperamid merupakan derivat difenoksilat (dan haloperidol, suatu neuroleptikum) dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat pada SSP, jadi tidak mengakibatkan ketergantungan. Penentuan efek antidiare pada hewan uji dapat dilakukan dengan cara mengamati saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frequensi feses dan lama terjadinya diare. Secara in vitro pada hewan uji Loperamide menghambat motilitas / perilstaltik usus dengan mempengaruhi langsung otot sirkular dan
  • 7. 7 longitudinal dinding usus serta mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit di usus besar. Pada manusia, Loperamide memperpanjang waktu transit isi saluran cerna. Loperamide menurunkan volum feses, meningkatkan viskositas dan kepadatan feses dan menghentikan kehilangan cairan dan elektrolit. B. Uraian bahan a. Oleum Ricini (FI edisi III hal. 459) Nama resmi : OLEUM RICINI Nama lain : Minyak jarak Pemerian : Cairan kental, jernih,kuning pucat atau hampir bau ; rasa manis kemudian agak pedas, umumnya memualkan. Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (90%) P; mudah larut dalam etanol mutlak p dan dalam asam asetat glasial P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh Khasiat : Laksativum b. Loperamida Hidroklorida (ISO FARMAKOTERAPI BUKU I hal. 323) Indikasi : Tambahan terapi dehidrasi pada diare akut pada dewasa dan anak-anak lebih 4 tahun. Kontraindikasi : Krem abdomen dan reaksi kulit termaksuk urtikaria; ileus paralitik dan perut kembung.
  • 8. 8 Dosis : Diare akut, dosis awal 4 mg diikuti dengan 2 mg setelah habis buang air besar. Diare kronik pada dewasa, dosis awal 4 mg, diikuti 2 mg setiap buang air besar. Dosis tidak melebihi dari 16 mg sehari. Pemerian harus dihentikan bila tidak ada perbaikan atau perubahan setelah 48 jam. c. Daun jambu biji Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisi : Magnoliophyta Subdivisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Psidium Spesies : Psidium guajava L. d. Na.CMC 1% (FI edisi III. hal.401) Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM Nama lain : Natrium karboksimetilselulosa Pemerian : Serbuk atau butiran; putih atau putih kuning gading; tidak berbau atau hampir tidak berbau; higroskopik
  • 9. 9 Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspense koloidal; tidak larut dalam 95% P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Khasiat dan penggunaan : Zat tambahan C. Karakteristik Hewan Percobaan 1. Mencit a. Cenderung berkumpul bersama b. Penakut, fotofobik c. Lebih aktif pada malam hari d. Aktivitas terhambat dengan kehadiran manusia D. Klasifikasi Hewan Uji Kingdom : Animalia Phyllum : Cordata Sub phylum : Vertebrata Kelas : Mamalia Sub kelas : Theria Ordo : Rhodenfia Familia : Muridae Species : Mus musculus
  • 10. 10 BAB III METODE KERJA A. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan adalah timbangan berat badan hewan uji, baskom, spuit 3 ml, spuit oral, erlenmeyer, beaker gelas 50 ml, gelas ukur 10 ml, dan stopwatch 2. Bahan yang digunakan adalah loperamide, obat tradisional (rebusan daun jambu biji), oleum ricini, dan aquadest. B. Cara Kerja 1. Penyiapan hewan uji (mencit) Dipilih hewan uji yang sehat, yang telah dipuasakan selama 18 jam, diberi tanda pada ekor hewan uji dengan spidol yang tidak dapat menghilangkan tanda tersebut sesuai dengan replikasi dan perlakuan. Ditimbang hewan uji tersebut pada timbangan analitik. 2. Pembuatan sediaan obat loperamid Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Diambil tablet lodia, lalu digerus halus. Setelah itu dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml lalu dilarutkan dengan suspensi Na.CMC sesuai dengan perhitungan. 3. Pembuatan rebusan daun jambu biji Diambil 12 lembar daun jambu biji, dicuci dan dipotong-potong kecil. Setelah itu ditimbang dan dibuat daun jambu biji 10% artinya sebanyak 10 gram daun direbus bersama air suling 200 ml sampai airnya menjadi 100 ml. Setelah mendidih dihitung 15 menit untuk mendapatkan rebusan daun jambu biji yang baik. Kemudian disaring untuk memisahkan air hasil rebusan dan daun jambu bijinya.
  • 11. 11 4. Pembuatan mucilago Na.CMC Ditimbang Na.CMC sesuai perhitungan, diukur aqua panas 10 mL kemudian masukkan dalam mortar. Ditaburkan Na.CMC kedalam mortir yang telah berisi aqua panas. Didiamkan 15 hingga 20 menit sampai mengembang. Di ukur aquadest dingin 5 mL ditambahkan lalu kocok 5. Perlakuan terhadap hewan uji Hewan uji dibagi, tiap kelompok mendapat tiga ekor mencit (untuk obat, obat tradisional dan control). Ditimbang berat badan hewan uji mencit. Di beri tanda hewan uji pada punggung dengan menggunakan spidol. Mencit yang telah ditimbang kemudian dihitung dosis pemberian obat, obat tradisional dan kontrol. Mencit terlebih dahulu diinduksi dengan oleum ricini untuk merangsang mencit (sebagai laksatif). Disiapkan dosis pemberian hewan uji pada spoit oral (perlakuan dan control). Setelah mencit buang air besar untuk pertama kali, dimasukkan ke dalam mulut spoit atau perlahan-lahan di pastikan obat masuk ke dalam saluran pencernaan (bukan di paru-paru). Setelah obat sudah dimasukkan, spoit ditarik perlahan-lahan. Begitupun dengan obat tradisional dan control yang digunakan. Hewan uji diletakkan di atas kertas saring untuk menampung dan mengamati feses yang dikeluarkan, meliputi waktu keluarnya feses, frekuensi keluarnya feses dan volume fases yang keluar.
  • 12. 12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Mencit Kelompok Replikasi hewan uji Pengamatan Waktu pertama Frequensi Konsistensi Berat pengeluaran feses 15 30 45 15 30 45 feses Lodia 1 20’ - 4 - - Encer - 0,17 g 2 21’ - 1 1 - Padat Encer 1,15 g 3 51’ 1 2 3 Lunak Lunak Encer Encer Encer 0,34 g Rebusan daun jambu biji 1 51’ - 2 7 - Lunak Encer Encer Lunak Encer Encer Encer Lunak Encer 0,64 g 2 45’ 2 - - Encer Encer - - 0,07 g 3 22’ - 2 1 - Lunak Lunak Lunak 0,4 g Kontrol 1 25’ - 2 1 - Lunak Lunak Encer 0,35 g 2 20’ 1 4 3 Encer Encer Encer Encer Encer 0,22 g 3 30’ 3 2 - Encer Encer Lunak Encer Lunak - 0,25 g B. Pembahasan Pada praktikum ketujuh ini, di lakukan percobaan efek diare dari suatu obat kepada 9 mencit(Musmusculus). Prinsip dari percobaan ini adalah propilaktif,
  • 13. 13 suatu pencegahan yang artinya hewan uji diinduksi dengan oleum ricini terlebih dahuhu dan setelah itu diberi obat antidiare berupa loperamide, rebusan daun jambu biji dan Na.CMC sebagai kontrol. Diare pada dasarnya tidak perlu diberikan obat, hanya apabila terjadi diare yang hebat maka dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidare yang banyak digunakan adalah loperamid yang daya kerjanya dapat menormalisasi keseimbangan resorpsi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan resorpsi normal kembali. Hewan percobaan yang digunakan dalam praktikum ini adalah mencit. Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi manusia,juga karena mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu penelitian dapat berlangsung lebih cepat. Sebelum digunakan untuk percobaan, mencit dipuasakan selama 18 jam sebelum percobaan tetapi minum tetap diberikan. Hal tersebut dikarenakan makanan dalam usus akan berpengaruh terhadap kecepatan peristaltik. Tiap kelompok diberi 3 ekor mencit sesuai dengan perlakuannya, untuk mencit pertama diberikan loperamid, mencit kedua diberikan rebusan daun jambu biji, dan mencit ketiga diberikan Na.CMC. Pemberian ketiga zat tersebut dilakukan secara peroral, kemudian mencit-mencit tersebut diamati selama 45 menit agar obat-obat tersebut dapat terabsorpsi secara sempurna di dalam tubuh mencit, sehingga didapat efek yang diharapkan. Ketiga mencit atau hewan uji ini sama-sama diinduksi dengan oleum ricini. Pemberian oleum ricini pada mencit dapat menyebabkan mencit mengalami diare karena oleum ricini (minyak jarak) merupakan trigliserida yang
  • 14. 14 berkhasiat sebagai laksatif dan dapat menstimulasi peristaltik usus. Di dalam usus halus, minyak ini mengalami hidrolisis dan menghasilkan asam risinoleat yang merangsang mukosa usus, sehingga mempercepat gerak peristaltiknya dan mengakibatkan proses defekasi berlangsung dengan cepat sehingga frekuensi defekasi akan meningkat. Karena proses defekasi yang berlangsung cepat, maka waktu absorbsi air juga akan berkurang, sehingga air yang seharusnya diabsorbsi tubuh akan ikut terbuang dalam feses, yang mengakibatkan konsistensi feses yang lembek. Dalam praktikum pengujian efek antidiare pada hewan uji diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut : 1. Penentuan saat mulai terjadinya diare Dari hasil penentuan saat mulai terjadinya diare diperoleh hasil pengamatan dari hewan uji sesuai perlakuan yaitu, kelompok lodia mulai terjadinya diare pada menit ke 51, kelompok obat tradisional mulai terjadinya diare pada menit ke 22, dan kelompok pembanding atau kelompok kontrol mulai terjadinya diare pada menit ke 30. Dari hasil yang diperoleh adalah semakin cepat terjadinya diare makan efek anti diarenya semakin lemah. 2. Penentuan konsistensi feses Dalam pengamatan penentuan konsistensi feses dilakukan dengan cara mengamati bentuk feses yang terjadi, dikategorikan kedalam tiga kelompok yaitu, bentuk feses yang padat, lunak dan encer. Selain mengamati bentuk feses yang terjadi, diamati juga waktu terjadinya diare dan berat feses yang terbentuk.
  • 15. 15 Dari hasil pengamatan diperoleh hasil dari kelompok hewan uji sesuai dengan perlakuannya yaitu, kelompok lodia pada menit ke 15 frequensi diarenya 1 kali, dengan konsistensi feses lunak. Pada menit ke 30 frequensi diarenya yaitu 2 kali, dengan konsistensi feses yang lunak, dan pada menit ke 45 frequensi diarenya sebanyak 3 kali dengan konsistensi feses encer. Pada kelompok obat tradisional rebusan daun jambu biji, pada menit ke 15 tidak terjadi diare, pada menit ke 30 terjadi diare frequensinya sebanyak 2 kali dengan konsistensi feses lunak. Dan pada menit ke 45 terjadi diare sebanyak 1 kali dengan konsistensi lunak. Sedangkan untuk kelompok kontrol, pada menit ke 15 terjadi diare sebanyak 3 kali dengan konsistensi feses encer dan lunak, pada menit ke 30 terjadi diare sebanyak 2 kali dengan konsistensi feses encer lunak, dan pada menit ke 45 tidak terjadi diare. Dari hasil yang diperoleh semakin tinggi frequensi terjadinya diare, maka efek antidiare akan semakin lemah. 3. Penentuan lama terjadinya diare Dari hasil lama pentuan terjadinya diare, diperoleh waktu masing-masing kelompok perlakuan yaitu, kelompok lodia lama terjadinya diare selama 45 menit berat feses yang diperoleh 0,34 g, kelompok obat tradisional rebusan daun jiambu biji selama 30 menit berat fesesnya 0,4 g, dan kelompok kontrol lama terjadinya diare selama 30 menit berat fesesnya yaitu 0,25 g. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan semakin lama terjadinya diare, maka semakin kuat efek antidiarenya.
  • 16. 16 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Penentuan efek antidiare pada praktikum ini dilakukan dengan cara menginduksi oleum ricini pada mencit, kemudian diberikan obat sesuai dengan perlakuannya. 2. Pemberian obat tradisional rebusan daun jambu biji lebih efektif dalam memperlambat proses peristaltik usus dibandingkan dengan obat loperamide dan kontrol negatif atau Na.CMC. B. Saran Disarankan kepada praktikan pada saat pemberian obat terhadap hewan uji agar memperlakukan hewan uji dengan lembut dan memasukan obat secara perlahan-lahan dan hati-hati, agar obat dapat dipastikan masuk kedalam saluran pencernaan.
  • 17. 17 DAFTAR PUSTAKA Anne, Ahira, 2011. Penyakit Diare Akut : Jakarta Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat. Penerbit ITB : Bandung Juffrie, Mohammad, dkk. 2010. Ganstroenterologi-hepatologi Jilid I. IDAI : Jakarta Schanack, W., et al. 1980. Senyawa Obat, Edisi kedua. Gajah Mada University Press : Yogyakarta Departemen Farmakologi dan Terapi UI. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Penerbit UI Press : Jakarta Anonim. 1985. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta Tim Farmakologi. 2017. Penuntun Praktikum Farmakologi. Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Makassar: Makassar. WHO. 1992. Quality Control Methods For Medical Plants Materials. Geneva : World Health Organization. National Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007. Diarrhea (Diakses tanggal 02 April 2017)
  • 18. 18 Lampiran 1 1. Perhitungan Loperamide Dosis lazim Loperamide : 2 mg Pemberian kepada mencit : 2 mg x 0,0026 = 0,0052 mg - Untuk Mencit 7 (32 g) = 32 20 𝑥 0,0052 = 0,00832 mg/1ml - Untuk 100 ml = 100 1 x 0,00832 mg = 0,832 mg / 0,000832 gram - % = 0,000832 1 x 100 % = 0,0832% = 0,0832 g/100 ml 2. Perhitungan obat tradisional Daun Jambu Biji Volume obat tradisional untuk manusia = 200 ml Pemberian kepada mencit = 200 ml x 0,0026 = 0,52 ml - Untuk Mencit 8 (27 g) = 27 20 𝑥0,52 = 0,702 𝑚𝑙 - % = 12 𝑔 200 𝑚𝑙 𝑥100% = 6 % 3. Untuk Mencit 9 diberikan larutan koloidal Na.CMC 1% 1 tab → 10 ml jadi 2 10 = 0,2 ml 10 ml (Diambil 1 ml) → 20 ml jadi 1 20 x 0,2 = 0,01 ml
  • 19. 19 Lampiran 2 1. Loperamide 2. Rebusan daun jambu biji 3. Kontrol negatif (Na.CMC 1%)