SlideShare a Scribd company logo
2
Most read
12
Most read
13
Most read
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI FISIK
PERCOBAAN II “KELARUTAN”
Senin, 24 Februari 2015
Disusun oleh:
Dianeti Hardianti (31113013)
Mina Audina (31113030)
Ria Oktaviani (31113042)
Rizki Mohamad F (31113045)
Kelompok 10
Farmasi 2A
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2015
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menjelaskan pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan zat.
II. DASAR TEORI
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven. Pada suatu
temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak
terlarut merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik.
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut
polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya.
Kelarutan juga bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar
dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu
zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air. Menurut Hilderbrane : kemampuan
zat terlarut untuk membentuk ikatan hydrogen lebih pentig dari pada kemolaran
suatu zat. Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut dalam
senyawa polar. Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam merupakan
senyawa polar sehingga mudah larut dalam air yang juga merupakan senyawa
polar. Sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar,
misalnya lemak mudah larut dalam minyak. Senyawa nonpolar umumnya tidak
larut dalam senyawa polar, misalnya NaCl tidak larut dalam minyak tanah.
Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon berbeda denga zat
polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-
ion elektrolit lemah dan kuat, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah.
Sedangkan pelarut polar dapat melarutkan zat terlarut nonpolar dengan tekanan
yang sama melalui inter aski dipole induksi.
Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan mekanisme sebagai
berikut :
 Mengurangi gaya tarik antara ion yang berlawanan dalam Kristal.
 Memecah ikatan kovalen elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut
ini bersifat amfiprotik.
 Membentuk ikatan hidrogen dengan zat terlarut.
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion
karena konstanta dielektiknya yang rendah. Iapun tidak dapat memecahkan
ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen. Pelarut ini dapat
melarutkan zat-zat non polar dengan tekanan internal yang sama melalui induksi
antara aksi dipol. Pelarut semi polar dapat menginduksi tingkat kepolaran
molekul-molekul pelarut non polar. Ia bertindak sebagai perantara (Intermediete
Solvent) untuk mencampurkan pelarut non polar dengan non polar.
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah
yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute yang terlarut dan
yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut yang banyaknya
tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat
itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut,
atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat
kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut
(insoluble).
Jika jumlah solute yang terlarut kurang dari kelarutannya, maka larutannya
disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat)
dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika jumlah solute yang terlarut lebih banyak
dari kelarutannya.
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan
konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut
tersebut.Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut
sampai batas daya melarutkannya larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya
diperhatikan berbagai akan kemungkinan kelarutan diantara dua macam bahan
kimia yang menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk membuat
larutan jenuh, disebutkan dua contoh bahan sediaan resmi larutan jenuh dalam air,
yaitu larutan Tropikal Kalsium Hidroksida, USP (Calcium Hydroxide Tropical
Solution, USP), dan larutan Oral Kalium Iodida, USP (Potasium Iodide Solution,
USP).
Suatu zat dapat melarut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu
terbatas, batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang
dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk
larutan jenuh.
Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam
kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir
jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di
bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur
tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut
dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur
tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (2).
Istilah kelarutan
Jumlah bagian pelarut
diperlukan untuk melarutkan 1
bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000
Monografi Zat:
1. Air sulin
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak mempunya
rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutupbaik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
2. Alkohol
Nama resmi : AETHANOLUM
Sinonim : Etanol, etil alkohol
Rumus Molekul : C2H6O
Berat Molekul : 46,07
Pemerian : cairan mudah menguap,tidak berwarna,
jernih.Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar
pada lidah, mudah terbakar. bercampur dengan
air dan praktik bercampur dengan pelarut organik
lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
3. Propilen glikol
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Sinonim : Propilen glikol
Rumus Molekul : C3H8O2
Berat Molekul : 76,09
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas,
praktis tidak berbau, menyerap air pada udara
lembab dapat bercampur dengan air, dengan
aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter
dan beberapa minyak esensial tetapi tidak dapat
bercampur dengan minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
4. Luminal
Nama resmi : PHENOBARBITALUM
Sinonim : Luminal
Rumus Molekul : C12H12N2O 3
Berat Molekul : 23,2
Pemerian : Pemerian hablur atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau, rasa agak pahit.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
III. PROSEDUR
 Siapkan masing masing larutan dan campurkan.
1.
Air 15 ml Alkohol 0 ml propilenglikol 10 ml campurkan
2.
Air 15 ml Alkohol 1,25 ml propilenglikol 8,75 ml campurkan
3.
Air 15 ml Alkohol 2,5 ml propilenglikol 7,5 ml campurkan
4.
Air 15 ml Alkohol 3,75 ml propilenglikol 6,25 ml campurkan
5.
Air 15 ml Alkohol 5 ml propilenglikol 5 ml campurkan
6.
Air 15 ml Alkohol 7,5 ml propilenglikol 2,5 ml campurkan
7.
Air 15 ml Alkohol 8,75 ml propilenglikol 1,25 ml campurkan
8.
Air 15 ml Alkohol 10 ml propilenglikol 0 ml campurkan
 Larutkan luminal sedikit-sedikit pada masing-masing campuran pelarut
sampai larutan yang jenuh
1 2 3 4
5 6 7 8
 Kocok masing-masing campuran pelarut selama 1 jam
 Saring dan tentukan kadar luminal dengan titrasi alkalimetri
IV. DATA HASIL PENGAMATAN
No
Air
(% v/v)
Alkohol
(% v/v)
Propilenglikol
(% v/v)
Volume
NaOH (ml)
Kadar
Luminal (mg/ml)
1 15 0 10 3,3 3,065
2 15 1,25 8,75 4,2 3,900
3 15 2,5 7,5 4,4 4,086
4 15 3,75 6,25 4,5 4,179
5 15 5 5 6,2 5,758
6 15 7,5 2,5 7,1 6,594
7 15 8,75 1,25 9,6 8,916
8 15 10 0 9,8 9,102
Perhitungan:
1. Kadar luminal =
3,3 x 23,22
25 ml
= 3,065 mg/ml
2. Kadar luminal =
4,2 x 23,22
25 ml
= 3,900 mg/ml
3. Kadar luminal =
4,4 x 23,22
25 ml
= 4,086 mg/ml
4. Kadar luminal =
4,5 x 23,22
25 ml
= 4,179 mg/ml
5. Kadar luminal =
6,2 x 23,22
25 ml
= 5,758 mg/ml
6. Kadar luminal =
7,1 x 23,22
25 ml
= 6,594 mg/ml
7. Kadar luminal =
9,6 x 23,22
25 ml
= 8,916 mg/ml
8. Kadar luminal =
9,8 x 23,22
25 ml
= 9,102 mg/ml
Kurva antara kelarutan luminal dengan % pelarut
y = 1,5115x - 3,7719
R² = 0,9393
y = -1.5115x + 13.772
R² = 0.9393
0
2
4
6
8
10
12
0 2 4 6 8 10
KadarLuminal
% pelarut
Kurva Kadar Luminal dengan % Pelarut
alkohol
propilenglikol
Linear (alkohol)
Linear (propilenglikol)
V. PEMBAHASAN
Kelarutan secara kuantitatif merupakan konsentrasi zat terlarut dalam
larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif didefinisikan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi
molekuler homogen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur, jenis
pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan,
serta efek garam. Semakin tinggi temperature maka akan mempercepat kelarutan
zat, semakin kecil ukuran partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan
dengan adanya garam akan mengurangi kelarutan zat. Seringkali zat terlarut lebih
lebih larut dalam campuran pelarut daripada dalam satu pelarut saja.Gejala ini
dikenal dengan melarut bersama (cosolvency), dan pelarut yang dalam kombinasi
menaikkan kelarutan zat disebut cosolvent.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang kelarutan. Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelarut campur kelarutan. Kelarutan zat
yang dimaksud dalam percobaan ini adalah luminal pada pelarut campur yakni air,
alkohol dan propilenglikol. Masing-masing pelarut campur telah ditentukan
konsentrasinya, sebagaimana telah tertera pada tabel data hasil pengamatan.
Pencampuran pelarut-pelarut tersebut dilakukan pada gelas kimia yang
masing-masing telah diberi label. Gelas kimia 1 diisi dengan 15 ml air dan 10 ml
propilenglikol, gelas kimia 2 didisi dengan 15 ml air, 1,25 ml alkohol dan 8,75 ml
propilenglikol, gelas kimia 3 didisi dengan 15 ml air, 2,5 ml alkohol dan 7,5 ml
propilenglikol, gelas kimia 4 didisi dengan 15 ml air, 3,75 ml alkohol dan 6,25 ml
propilenglikol, gelas kimia 5 didisi dengan 15 ml air, 5 ml alkohol dan 5 ml
propilenglikol, gelas kimia 6 didisi dengan 15 ml air, 7,5 ml alkohol dan 2,5 ml
propilenglikol, gelas kimia 7 didisi dengan 15 ml air, 8,75 ml alkohol dan 1,25 ml
propilenglikol dan gelas kimia 8 didisi dengan 15 ml air dan 10 ml alkohol.
Kemudian, luminal dilarutkan sedikit demi sedikit ke dalam masing-masing gelas
kimia tersebut. Lalu, dikocok larutan dengan menggunakan tangan selama 1 jam,
jika ada endapan yang larut selama pengocokan maka luminal tersebut
ditambahkan lagi sampai didapat larutan yang jenuh kembali. Larutan yang telah
jenuh tersebut di saring dengan corong plastik dan kertas saring. Hasil filtrasi
tersebut di titrasi sedangkan residu dibuang.
Filtrat yang telah didapat kemudian dititrasi, dengan cara larutan basa yang
akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) dan
jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi.
Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan
mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memekai pipet gondok. Untuk
mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen.
Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen. Kemudian pada
titrasi percobaan ini digunakan filtrat masing-masing sebanyak 25 ml dan NaOH
0,1 M sebagai larutan basa yang banyaknya sebagaimana telah diketahui dan
tertera pada hasil pengamatan.
Titrasi diberhentikan setelah terjadi perubahan warna yaitu warna merah
muda. Sebagaimana dalam teori disebutkan bahwa pada proses titrasi ini
digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi
selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan
telah tercapainya titik akhir titrasi.
Dari hasil titrasi ini kita dapat menghitung kadar luminal, yaitu dengan
menghitungnya menggunakan rumus :
Kadar luminal =
volume NaOH x 23,22
25 ml
Menurut FI III halaman 482 luminal natrium larut dalam 3 bagian air, dan
dalam 25 bagian etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam
eter P. Dari percobaan beberapa perbandingan pelarut campur didapatkan kurva
antara kadar luminal dengan % pelarut campur. Dari kurva tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin banyak % alkohol dan 0% propilenglikol dengan %
air yang konstan maka kadar luminal semakin banyak. Namun sebaliknya, jika
semakin banyak % propilenglikol dan 0% alkohol dengan % air yang konstan
maka kadar luminal semakin sedikit atau berkurang.
Selain disebabkan oleh kelarutan suatu zat, kelarutan luminal dipengaruhi
juga bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar
dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar
zat tersebut larut dalam air. Jadi pelarut campur sangat mempengaruhi kelarutan
suatu zat.
VI. KESIMPULAN
Dari data hasil pengamatan dan pembahasan di atas dapat disimpulkan:
1. Semakin banyak % alkohol dan 0% propilenglikol dengan % air yang
konstan maka kadar luminal semakin banyak. Namun sebaliknya, jika
semakin banyak % propilenglikol dan 0% alkohol dengan % air yang
konstan maka kadar luminal semakin sedikit atau berkurang. Jadi, pelarut
campur sangat mempengaruhi kelarutan suatu zat.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Atkins' Physical Chemistry, 7th Ed. by Julio De Paula, P.W. Atkins
Day, R.A dan Underwood, A.L. (1998). Analisis Kimia Kuantitatif (Edisi
VI). Jakarta: Erlangga
Martin, A. (1990). Farmasi Fisik Jilid 1. Jakarta: Universitas Indonesia
Press

More Related Content

PDF
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
PDF
Larutan dan kelarutan
PDF
Farmasi fisika-kelarutan
PDF
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steril
PPTX
Sediaan Suspensi
PDF
Sifat fisika kimia obat
PPT
Analisis senyawa obat
PPTX
Konstanta dielektrik
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
Larutan dan kelarutan
Farmasi fisika-kelarutan
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Sediaan Suspensi
Sifat fisika kimia obat
Analisis senyawa obat
Konstanta dielektrik

What's hot (20)

DOCX
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
DOCX
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
DOCX
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
DOCX
Pembuatan amilum
DOCX
Laporan alkalimetri bu yuni
DOCX
laporan praktikum titrasi pengendapan
DOCX
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
PDF
2.kelarutan
PPT
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
DOCX
Laporan resmi gel natrium diklofenak
PPTX
Volumetri (Kimia Analitik)
DOCX
Laporan farmasi fisika rheologi
DOCX
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
DOCX
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
DOCX
PRAKTIKUM LARUTAN BUFFER
DOCX
Final acara 2 analisa kualitatif anion
PPTX
Titrasi Bebas Air
DOCX
laporan praktikum 3.docx
PDF
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Pembuatan amilum
Laporan alkalimetri bu yuni
laporan praktikum titrasi pengendapan
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
2.kelarutan
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Volumetri (Kimia Analitik)
Laporan farmasi fisika rheologi
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
PRAKTIKUM LARUTAN BUFFER
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Titrasi Bebas Air
laporan praktikum 3.docx
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Ad

Viewers also liked (16)

DOCX
Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)
PDF
Karakteristik Pembasah ( Gliserin, Alkohol, PEG, Propilenglikol)
PPT
Presentasi metlit
PPTX
Sistem kerja, kalor dan energi dalam
DOCX
Laporan farmasi fisika stabilitas
DOCX
Fenomena Distribusi
DOCX
Laporan farmasi fisika kelarutan 3
PPT
Dapar dan larutan 2
DOCX
Larutan dan Kelarutan
DOCX
Laporan praktikum destilasi sederhana
PPT
Teknik peracikan
DOCX
farmakologi Diuretik
PPTX
perencanaan manajemen
PPTX
Power point perencanaan
PPTX
Bab 7 MANAJEMEN dasar dasar perencanaan ppt.
DOCX
kumpulan soal hukum-hukum gas
Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)
Karakteristik Pembasah ( Gliserin, Alkohol, PEG, Propilenglikol)
Presentasi metlit
Sistem kerja, kalor dan energi dalam
Laporan farmasi fisika stabilitas
Fenomena Distribusi
Laporan farmasi fisika kelarutan 3
Dapar dan larutan 2
Larutan dan Kelarutan
Laporan praktikum destilasi sederhana
Teknik peracikan
farmakologi Diuretik
perencanaan manajemen
Power point perencanaan
Bab 7 MANAJEMEN dasar dasar perencanaan ppt.
kumpulan soal hukum-hukum gas
Ad

Similar to Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2 (20)

DOCX
Kelarutan
PDF
Laporan praktikum kimia dasar
DOCX
pembuatan larutan.docx
PPTX
kimia fisik kelarutan dan sifat kelarutan.pptx
PPTX
3. LARUTANDAN SIFATKOLIGATIF LARUTAN.pptx
PDF
Kelarutan 1.pdf
PPT
materi larutan untuk memahami bagaimana larutan dapat dibuat sediaan
PPTX
FENOMENA KELARUTAN DAN DISTRIBUSI .pptx
DOCX
Bab i kelarutan (Farmasi Fisika)
DOC
Kelarutan Intrinsik Obat
PPT
Larutan ( solution 2 )
PDF
Larutan
PPT
18 larutan r
PPT
PPTX
05 Larutan dalam kimia dasar bagi pemula
DOCX
Lks Kelarutan
PPT
kd_4_larutan-dan-koligatif.ppt
PPTX
Larutan - Kimia Dasar
PPT
Larutan ( solution )
PDF
Larutan-dan-Konsentrasi mata pelajaran kimia kelas XI.pdf
Kelarutan
Laporan praktikum kimia dasar
pembuatan larutan.docx
kimia fisik kelarutan dan sifat kelarutan.pptx
3. LARUTANDAN SIFATKOLIGATIF LARUTAN.pptx
Kelarutan 1.pdf
materi larutan untuk memahami bagaimana larutan dapat dibuat sediaan
FENOMENA KELARUTAN DAN DISTRIBUSI .pptx
Bab i kelarutan (Farmasi Fisika)
Kelarutan Intrinsik Obat
Larutan ( solution 2 )
Larutan
18 larutan r
05 Larutan dalam kimia dasar bagi pemula
Lks Kelarutan
kd_4_larutan-dan-koligatif.ppt
Larutan - Kimia Dasar
Larutan ( solution )
Larutan-dan-Konsentrasi mata pelajaran kimia kelas XI.pdf

More from Mina Audina (10)

DOCX
Contoh kemasan krim
DOCX
Contoh Kemasan gel
DOCX
Contoh brosur suspensi paracetamol
DOCX
Contoh brosur dan label krim
DOCX
Contoh brosur dan label gel
DOCX
Makalah kolesterol dan antikolesterol
PPTX
Sistem pencernaan dan obat obat sistem pencernaan
DOCX
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
DOCX
Laporan kimia farmasi analitik
DOCX
makalah adab makan dan minum
Contoh kemasan krim
Contoh Kemasan gel
Contoh brosur suspensi paracetamol
Contoh brosur dan label krim
Contoh brosur dan label gel
Makalah kolesterol dan antikolesterol
Sistem pencernaan dan obat obat sistem pencernaan
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan kimia farmasi analitik
makalah adab makan dan minum

Recently uploaded (20)

PDF
lembar kerja LMS tugas pembelajaran mendalam
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Biologi Kelas 10 SMA Terbaru 2025
PPSX
Teknik Trading Selang Seling Yang Dapat Digunakan Untuk Trading Manual Maupun...
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PAI & BP Kelas 12 SMA Terbaru 2025
PPTX
Keterbatasan-Fasilitas-dalam-Mengajar-KKA.pptx
PDF
PPT Resources Seminar AITalks: AI dan Konseling GPT
PPTX
PPT Kurikulum Berbasis Cinta tahun 2025.
PPTX
PENGIMBASAN PEMBELAJARAN MENDALAM (DEEP LEARNING)
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PAI & BP Kelas 10 SMA Terbaru 2025
PPTX
Bahan Presentasi Persamaan Elips .pptx
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Prakarya Kerajinan Kelas 12 SMA Terbaru 2025
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Senbud Seni Musik Kelas XII Terbaru 2025
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Senbud Seni Teater Kelas 12 Terbaru 2025
PDF
Pengenalan Undang-undang pengakap laut.pdf
PPTX
Bahan Tayang OJT Pembelajaran Mendalam KS
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Senbud Seni Rupa Kelas XII Terbaru 2025
PDF
Digital Statecraft Menuju Indonesia Emas 2045: Diplomasi Digital, Ketahanan N...
PPTX
5. Bahan Bacaan Asinkronus Modul 5_ Perencanaan Pembelajaran.pptx
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PAI & BP Kelas 11 SMA Terbaru 2025
DOCX
CONTOH RANCANGAN MODUL PROYEK KOKURIKULER SMA 1.docx
lembar kerja LMS tugas pembelajaran mendalam
Modul Ajar Deep Learning Biologi Kelas 10 SMA Terbaru 2025
Teknik Trading Selang Seling Yang Dapat Digunakan Untuk Trading Manual Maupun...
Modul Ajar Deep Learning PAI & BP Kelas 12 SMA Terbaru 2025
Keterbatasan-Fasilitas-dalam-Mengajar-KKA.pptx
PPT Resources Seminar AITalks: AI dan Konseling GPT
PPT Kurikulum Berbasis Cinta tahun 2025.
PENGIMBASAN PEMBELAJARAN MENDALAM (DEEP LEARNING)
Modul Ajar Deep Learning PAI & BP Kelas 10 SMA Terbaru 2025
Bahan Presentasi Persamaan Elips .pptx
Modul Ajar Deep Learning Prakarya Kerajinan Kelas 12 SMA Terbaru 2025
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Senbud Seni Musik Kelas XII Terbaru 2025
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Senbud Seni Teater Kelas 12 Terbaru 2025
Pengenalan Undang-undang pengakap laut.pdf
Bahan Tayang OJT Pembelajaran Mendalam KS
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Senbud Seni Rupa Kelas XII Terbaru 2025
Digital Statecraft Menuju Indonesia Emas 2045: Diplomasi Digital, Ketahanan N...
5. Bahan Bacaan Asinkronus Modul 5_ Perencanaan Pembelajaran.pptx
Modul Ajar Deep Learning PAI & BP Kelas 11 SMA Terbaru 2025
CONTOH RANCANGAN MODUL PROYEK KOKURIKULER SMA 1.docx

Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI FISIK PERCOBAAN II “KELARUTAN” Senin, 24 Februari 2015 Disusun oleh: Dianeti Hardianti (31113013) Mina Audina (31113030) Ria Oktaviani (31113042) Rizki Mohamad F (31113045) Kelompok 10 Farmasi 2A PROGRAM STUDI S1 FARMASI STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2015
  • 2. I. TUJUAN PERCOBAAN Untuk menjelaskan pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan zat. II. DASAR TEORI Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven. Pada suatu temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak terlarut merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik. Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. Kelarutan juga bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air. Menurut Hilderbrane : kemampuan zat terlarut untuk membentuk ikatan hydrogen lebih pentig dari pada kemolaran suatu zat. Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut dalam senyawa polar. Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam merupakan senyawa polar sehingga mudah larut dalam air yang juga merupakan senyawa polar. Sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak mudah larut dalam minyak. Senyawa nonpolar umumnya tidak larut dalam senyawa polar, misalnya NaCl tidak larut dalam minyak tanah. Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon berbeda denga zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion- ion elektrolit lemah dan kuat, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah.
  • 3. Sedangkan pelarut polar dapat melarutkan zat terlarut nonpolar dengan tekanan yang sama melalui inter aski dipole induksi. Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan mekanisme sebagai berikut :  Mengurangi gaya tarik antara ion yang berlawanan dalam Kristal.  Memecah ikatan kovalen elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut ini bersifat amfiprotik.  Membentuk ikatan hidrogen dengan zat terlarut. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion karena konstanta dielektiknya yang rendah. Iapun tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen. Pelarut ini dapat melarutkan zat-zat non polar dengan tekanan internal yang sama melalui induksi antara aksi dipol. Pelarut semi polar dapat menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut non polar. Ia bertindak sebagai perantara (Intermediete Solvent) untuk mencampurkan pelarut non polar dengan non polar. Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute yang terlarut dan yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble).
  • 4. Jika jumlah solute yang terlarut kurang dari kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika jumlah solute yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya. Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut.Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya diperhatikan berbagai akan kemungkinan kelarutan diantara dua macam bahan kimia yang menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh, disebutkan dua contoh bahan sediaan resmi larutan jenuh dalam air, yaitu larutan Tropikal Kalsium Hidroksida, USP (Calcium Hydroxide Tropical Solution, USP), dan larutan Oral Kalium Iodida, USP (Potasium Iodide Solution, USP). Suatu zat dapat melarut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu terbatas, batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan jenuh. Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut
  • 5. dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (2). Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat Sangat mudah larut Kurang dari 1 Mudah larut 1 sampai 10 Larut 10 sampai 30 Agak sukar larut 30 sampai 100 Sukar larut 100 sampai 1000 Sangat sukar larut 1000 sampai10.000 Praktis tidak larut Lebih dari 10.000 Monografi Zat: 1. Air sulin Nama resmi : AQUA DESTILLATA Sinonim : Air suling Rumus Molekul : H2O Berat Molekul : 18,02 Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak mempunya rasa. Penyimpanan : Dalam wadah tertutupbaik.
  • 6. Kegunaan : Sebagai pelarut. 2. Alkohol Nama resmi : AETHANOLUM Sinonim : Etanol, etil alkohol Rumus Molekul : C2H6O Berat Molekul : 46,07 Pemerian : cairan mudah menguap,tidak berwarna, jernih.Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah terbakar. bercampur dengan air dan praktik bercampur dengan pelarut organik lain. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Kegunaan : Sebagai pelarut. 3. Propilen glikol Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM Sinonim : Propilen glikol Rumus Molekul : C3H8O2 Berat Molekul : 76,09 Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab dapat bercampur dengan air, dengan
  • 7. aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak esensial tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Sebagai pelarut. 4. Luminal Nama resmi : PHENOBARBITALUM Sinonim : Luminal Rumus Molekul : C12H12N2O 3 Berat Molekul : 23,2 Pemerian : Pemerian hablur atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak pahit. Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Sebagai pelarut. III. PROSEDUR  Siapkan masing masing larutan dan campurkan. 1. Air 15 ml Alkohol 0 ml propilenglikol 10 ml campurkan
  • 8. 2. Air 15 ml Alkohol 1,25 ml propilenglikol 8,75 ml campurkan 3. Air 15 ml Alkohol 2,5 ml propilenglikol 7,5 ml campurkan 4. Air 15 ml Alkohol 3,75 ml propilenglikol 6,25 ml campurkan 5. Air 15 ml Alkohol 5 ml propilenglikol 5 ml campurkan 6.
  • 9. Air 15 ml Alkohol 7,5 ml propilenglikol 2,5 ml campurkan 7. Air 15 ml Alkohol 8,75 ml propilenglikol 1,25 ml campurkan 8. Air 15 ml Alkohol 10 ml propilenglikol 0 ml campurkan  Larutkan luminal sedikit-sedikit pada masing-masing campuran pelarut sampai larutan yang jenuh 1 2 3 4
  • 10. 5 6 7 8  Kocok masing-masing campuran pelarut selama 1 jam  Saring dan tentukan kadar luminal dengan titrasi alkalimetri IV. DATA HASIL PENGAMATAN No Air (% v/v) Alkohol (% v/v) Propilenglikol (% v/v) Volume NaOH (ml) Kadar Luminal (mg/ml) 1 15 0 10 3,3 3,065 2 15 1,25 8,75 4,2 3,900 3 15 2,5 7,5 4,4 4,086 4 15 3,75 6,25 4,5 4,179 5 15 5 5 6,2 5,758 6 15 7,5 2,5 7,1 6,594 7 15 8,75 1,25 9,6 8,916 8 15 10 0 9,8 9,102
  • 11. Perhitungan: 1. Kadar luminal = 3,3 x 23,22 25 ml = 3,065 mg/ml 2. Kadar luminal = 4,2 x 23,22 25 ml = 3,900 mg/ml 3. Kadar luminal = 4,4 x 23,22 25 ml = 4,086 mg/ml 4. Kadar luminal = 4,5 x 23,22 25 ml = 4,179 mg/ml 5. Kadar luminal = 6,2 x 23,22 25 ml = 5,758 mg/ml 6. Kadar luminal = 7,1 x 23,22 25 ml = 6,594 mg/ml 7. Kadar luminal = 9,6 x 23,22 25 ml = 8,916 mg/ml 8. Kadar luminal = 9,8 x 23,22 25 ml = 9,102 mg/ml Kurva antara kelarutan luminal dengan % pelarut y = 1,5115x - 3,7719 R² = 0,9393 y = -1.5115x + 13.772 R² = 0.9393 0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 8 10 KadarLuminal % pelarut Kurva Kadar Luminal dengan % Pelarut alkohol propilenglikol Linear (alkohol) Linear (propilenglikol)
  • 12. V. PEMBAHASAN Kelarutan secara kuantitatif merupakan konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan, serta efek garam. Semakin tinggi temperature maka akan mempercepat kelarutan zat, semakin kecil ukuran partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan mengurangi kelarutan zat. Seringkali zat terlarut lebih lebih larut dalam campuran pelarut daripada dalam satu pelarut saja.Gejala ini dikenal dengan melarut bersama (cosolvency), dan pelarut yang dalam kombinasi menaikkan kelarutan zat disebut cosolvent. Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang kelarutan. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelarut campur kelarutan. Kelarutan zat yang dimaksud dalam percobaan ini adalah luminal pada pelarut campur yakni air, alkohol dan propilenglikol. Masing-masing pelarut campur telah ditentukan konsentrasinya, sebagaimana telah tertera pada tabel data hasil pengamatan. Pencampuran pelarut-pelarut tersebut dilakukan pada gelas kimia yang masing-masing telah diberi label. Gelas kimia 1 diisi dengan 15 ml air dan 10 ml propilenglikol, gelas kimia 2 didisi dengan 15 ml air, 1,25 ml alkohol dan 8,75 ml propilenglikol, gelas kimia 3 didisi dengan 15 ml air, 2,5 ml alkohol dan 7,5 ml propilenglikol, gelas kimia 4 didisi dengan 15 ml air, 3,75 ml alkohol dan 6,25 ml
  • 13. propilenglikol, gelas kimia 5 didisi dengan 15 ml air, 5 ml alkohol dan 5 ml propilenglikol, gelas kimia 6 didisi dengan 15 ml air, 7,5 ml alkohol dan 2,5 ml propilenglikol, gelas kimia 7 didisi dengan 15 ml air, 8,75 ml alkohol dan 1,25 ml propilenglikol dan gelas kimia 8 didisi dengan 15 ml air dan 10 ml alkohol. Kemudian, luminal dilarutkan sedikit demi sedikit ke dalam masing-masing gelas kimia tersebut. Lalu, dikocok larutan dengan menggunakan tangan selama 1 jam, jika ada endapan yang larut selama pengocokan maka luminal tersebut ditambahkan lagi sampai didapat larutan yang jenuh kembali. Larutan yang telah jenuh tersebut di saring dengan corong plastik dan kertas saring. Hasil filtrasi tersebut di titrasi sedangkan residu dibuang. Filtrat yang telah didapat kemudian dititrasi, dengan cara larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memekai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen. Kemudian pada titrasi percobaan ini digunakan filtrat masing-masing sebanyak 25 ml dan NaOH 0,1 M sebagai larutan basa yang banyaknya sebagaimana telah diketahui dan tertera pada hasil pengamatan. Titrasi diberhentikan setelah terjadi perubahan warna yaitu warna merah muda. Sebagaimana dalam teori disebutkan bahwa pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi
  • 14. selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi. Dari hasil titrasi ini kita dapat menghitung kadar luminal, yaitu dengan menghitungnya menggunakan rumus : Kadar luminal = volume NaOH x 23,22 25 ml Menurut FI III halaman 482 luminal natrium larut dalam 3 bagian air, dan dalam 25 bagian etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P. Dari percobaan beberapa perbandingan pelarut campur didapatkan kurva antara kadar luminal dengan % pelarut campur. Dari kurva tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak % alkohol dan 0% propilenglikol dengan % air yang konstan maka kadar luminal semakin banyak. Namun sebaliknya, jika semakin banyak % propilenglikol dan 0% alkohol dengan % air yang konstan maka kadar luminal semakin sedikit atau berkurang. Selain disebabkan oleh kelarutan suatu zat, kelarutan luminal dipengaruhi juga bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air. Jadi pelarut campur sangat mempengaruhi kelarutan suatu zat.
  • 15. VI. KESIMPULAN Dari data hasil pengamatan dan pembahasan di atas dapat disimpulkan: 1. Semakin banyak % alkohol dan 0% propilenglikol dengan % air yang konstan maka kadar luminal semakin banyak. Namun sebaliknya, jika semakin banyak % propilenglikol dan 0% alkohol dengan % air yang konstan maka kadar luminal semakin sedikit atau berkurang. Jadi, pelarut campur sangat mempengaruhi kelarutan suatu zat. VI. DAFTAR PUSTAKA Atkins' Physical Chemistry, 7th Ed. by Julio De Paula, P.W. Atkins Day, R.A dan Underwood, A.L. (1998). Analisis Kimia Kuantitatif (Edisi VI). Jakarta: Erlangga Martin, A. (1990). Farmasi Fisik Jilid 1. Jakarta: Universitas Indonesia Press