SlideShare a Scribd company logo
3
Most read
12
Most read
13
Most read
Laporan Kasus
Tinea (Pityriasis) versicolor
Oleh : Azmi Aziz Nur Arraga (190070200011081)
SPV Pembimbing : dr. Anggun Putri Yuniaswan, Sp.KK
Laboratorium / SMF Kulit dan Kelamin
FK Universitas Brawijaya / RSU Dr. Saiful Anwar
1. Identitas
Nama : Tn. X
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 18 tahun
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Y
No. RM : -
Tanggal Pemeriksaan : 21 September 2020
2. Anamnesis
Keluhan Utama : Bercak Kulit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Bercak kulit di dada bagian depan muncul sejak 2 bulan lalu dan semakin meluas. Gatal dirasakan
ketika pasien berkeringat dan lebih sering dirasakan ketika siang hari. Pasien memiliki kebiasaan
mandi 1x setiap hari pada siang hari, yaitu ketika gatal dirasakan. Setelah mandi, gatal membaik.
Setiap berolahraga dan berkeringat, pasien tidak menyeka keringatnya atau berganti baju, pasien
hanya membiarkan saja.
Riwayat Pengobatan : -
Riwayat Keluarga : -
Riwayat Alergi : -
Riwayat ekonomi-sosial : tidak memiliki hewan peliharaan.
3. Pemeriksaan Klinis
L : Regio Truncus Anterior
D : Regional
R : Skuama hipopigmentasi dan
hiperpigmentasi multiple,
menyebar, berbatas tegas,
ukuran >1 cm
Tinjauan
Pustaka
Outline :
-Definisi
-Faktor risiko dan Epidemiologi
-Etiologi dan Patofisiologi
-Penegakan diagnosis
-Diagnosis banding
-Tatalaksana
-Prognosis dan pencegahan
Definisi
Tinea (Pityriasis) versicolor adalah infeksi jamur
superfisial yang sering terjadi pada kulit.
Gambaran klinis pitiriasis versikolor berupa
makula berskuama halus hiperpigmentasi atau
hipopigmentasi. Tempat predileksi yang paling
sering adalah trunkus, leher, dan ekstremitas
proksimal.
01
Kasus :
L : Regio Truncus Anterior
D : Regional
R : Skuama hipopigmentasi dan
hiperpigmentasi multiple,
menyebar, berbatas tegas,
ukuran >1 cm
Karray M, McKinney WP, 2020
Teori :
Faktor Risiko dan Epidemiologi
1. Identitas
Nama : Tn. X
Usia : 18 tahun
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Y
2. Anamnesis
Bercak kulit di dada bagian depan muncul sejak 2 bulan
lalu dan semakin meluas. Gatal dirasakan ketika pasien
berkeringat dan lebih sering dirasakan ketika siang hari.
Pasien memiliki kebiasaan mandi 1x setiap hari pada
siang hari, yaitu ketika gatal dirasakan. Setelah mandi,
gatal membaik. Setiap berolahraga dan berkeringat,
pasien tidak menyeka keringatnya atau berganti baju,
pasien hanya membiarkan saja.
 Prevalensi 50% di negara tropis dan
1,1% di iklim dingin seperti Swedia
 >> kondisi hangat, lembab atau
banyak berkeringat
 Penggunaan minyak atau kosmetik
yang dapat menyumbat pori-pori kulit.
 >> remaja dan dewasa muda karena
peningkatan produksi sebum oleh
kelenjar sebaceous / lebih kaya lipid
yang merupakan lingkungan tumbuh
Malassezia
 ♀ = ♂ ; Tidak ada dominasi etnis
tertentu
 Genetik / Pasien dengan
immnusupresi
Karray M, McKinney WP, 2020
Etiologi dan Patofisiologi
Etiologi : Malassezia furfur bersifat dimorfik dan lipofilik
yang merupakan saprofit endogen pada kulit normal.
Patofisiologi :
Dalam kondisi yang sesuai (kecenderungan genetik,
kondisi lingkungan seperti panas dan kelembaban,
defisiensi imun, Penyakit Cushing, keadaan malnutrisi
kehamilan, kulit berminyak, dan penggunaan losion
dan krim berminyak) memicu konversi dari saprophytic
yeast menjadi morfologi predominantly parasitic
mycelial.
Perubahan pigmentasi merupakan hasil dari peradangan
dan efek organisme pada struktur penghasil melanin.
Banerjee, S., 2016; Karray M, McKinney WP, 2020
Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Klinis
Makula atau plak berbatas tegas, multiple,
berbatas tegas, oval, berskuama halus/
“evoked-scale sign”, hipopigmentasi,
hiperpigmentasi, atau eritematosa dan
kadang-kadang menjadi konfluen dan
meluas.
Distribusi kulit : area seboroik (trunkus, leher,
dan/atau lengan. Wajah juga mungkin
terpengaruh, terutama pada anak-anak.
Lesi asimtomatik atau sedikit gatal. Pruritus
dipicu oleh kondisi hangat dan lembab.
Pityriasis versicolor tidak menular antar
perorangan.
Woo, et al., 2019; Karray M, McKinney WP, 2020
Woo, et al., 2019
Penegakan Diagnosis
2. Pemeriksaan Penunjang
Ultraviolet Black Light (Wood Lamp)
Zareei, M., 2017; Karray M, McKinney WP, 2020
coppery-orange fluorescence
Microscopic Examination
Budding yeast cells with typical scar
and short curved mycelium
(spagetti and meatballs appearance)
A: Colonies of Malasseza furfur grown on mDixon agar medium.
B: Positive result of different Tweens assimilation (20, 40, 60) in
Malasseza furfur (differential test).
Penegakan Diagnosis
2. Pemeriksaan Penunjang
Zareei, M., 2017; Karray M, McKinney WP, 2020
Biopsi Kulit atau KukuKultur Sabouraud dextrose agar
and mDixon agar media
hiperkeratosis, akantosis, dan infiltrasi perivaskular
superfisial di dermis. Unsur jamur terlokalisasi di
stratum korneum, tampak pada pewarnaan
hematoksilin-eosin.
Diagnosis Banding
Pityriasis rosea Sering pada remaja, lesi tunggal pada trunkus, ekstremitas proksimal, gatal lebih
jarang, progresi ruam untuk meluas 1-3 minggu (rapid onset)
Pityriasis alba Patch besar pada wajah dan lengan atas, berbatas tidak tegas
Vitiligo completely white atau makula trichrome asimetris
Leprosy Area endemik, lesi berwarna putih, sensibilitas pada lesi menurun
Seborrheic
dermatitis
Skuama berminyak pada dasar eritem, dengan distribusi pada nasolabial folds,
rambut, alis, dada, post-auricular folds, jarang lesi annular
Post-inflammatory
Leukoderma
Makula putih, terdapat riwayat psoriasis/eczema pada area makula yang sama,
distribusinya irreguler
Zareei, M., 2017; Karray M, McKinney WP, 2020
Pityriasis rosea
Pityriasis alba
Vitiligo
Leprosy
Seborrheic
dermatitis
Leukoderma
Tatalaksana
1st Line : Agen Topikal
• Antijamur nonspesifik : menghilangkan jaringan mati dan mencegah invasi lebih lanjut
Contoh : sulfur + asam salisilat, sampo selenium sulfida 2,5%, dan sampo zinc-pyrithione)
• Antijamur spesifik, memiliki efek fungisida atau fungistatik.
Contoh : imidazol (clotrimazole 1%, ketoconazole 2%, econazole, isoconazole, miconazole), ciclopirox
olamine 1%, dan allylamine (terbinafine 1%).
• Ketokonazol adalah pengobatan topikal yang paling umum digunakan untuk mengobati
pitiriasis versikolor. Krim ketokonazol diberikan dua kali sehari selama 15 hari atau dalam
foaming solution (dosis tunggal).
• Sampo selenium sulfida 2,5% selama 10 menit setiap hari sebelum dibilas selama 1 minggu.
Karray M, McKinney WP, 2020
Tatalaksana
2nd Line : Oral sistemik
•Obat oral digunakan pada kasus yang meluas, parah, atau berulang.
•Terapi sistemik :
 itrakonazol (200 mg setiap hari selama tujuh hari)
 flukonazol (150 sampai 300 mg dosis mingguan selama 2 sampai 4 minggu)
**)ketokonazol oral tidak lagi disetujui karena potensi efek samping hepatotoksik.
**)Terbinafine oral tidak efektif dalam pengobatan pitiriasis versikolor.
Karray M, McKinney WP, 2020
Progonosis dan Pencegahan
• Pityriasis versicolor bersifat jinak dan tidak menular.
• Perubahan pigmen mungkin memerlukan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
• Kekambuhan penyakit hingga 60% setelah penghentian tahun pertama pengobatan dan
berdampak pada kualitas hidup pasien.
Oleh karena itu, tindakan pencegahan harus dilakukan yaitu :
• Penggunaan 2,5% sampo selenium sulfida pada hari ke-1 dan ke-3 setiap bulan sampai 6 bulan
setelah pengobatan.
• **) 400 mg ketokonazol setiap bulan atau 200 mg itrakonazol 2x sehari pada hari ke-1 tiap bulan
selama 6 bulan dilaporkan secara signifikan mengurangi rekurensi. Pada tahun 2016, FDA
mengeluarkan peringatan pada ketokonazol oral meningkatkan risiko hepatitis fulminan, dan
tidak lagi diresepkan.
• Edukasi : Keringkan kulit seluruhnya setelah berenang, mandi, atau berkeringat.
Woo, et al., 2019; Karray M, McKinney WP, 2020
Daftar Pustaka
1. Banerjee, S., 2016. Clinical profile of pityriasis versicolor in a referral hospital of West Bengal. Journal of
Pakistan Association of Dermatology, 21(4), pp.248-252.
2. Karray M, McKinney WP. Tinea (Pityriasis) Versicolor. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482500/
3. Woo, T.E., Somayaji, R., Haber, R.M. and Parsons, L., 2019. Diagnosis and management of cutaneous tinea
infections. Advances in Skin & Wound Care, 32(8), pp.350-357.
4. Zareei, M., 2017. Groin (Inguinal) Tinea versicolor caused by Malassezia furfur in Iran: case report. Infection,
Epidemiology and Microbiology, 3(2), pp.66-67.
Terimakasih
DM Kulit 14-27 September 2020
azmiarraga@gmail.com

More Related Content

PPTX
PPT PENYULUHAN TB terhadapa masyrakat .pptx
PPTX
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
DOCX
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
PPT
Hemoptysis
PPT
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
PPTX
Vesico vaginal fistula
PDF
PRESENTATION kondiloma akuminata
PPT PENYULUHAN TB terhadapa masyrakat .pptx
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Hemoptysis
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
Vesico vaginal fistula
PRESENTATION kondiloma akuminata

What's hot (20)

PDF
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PPTX
Konjungtivitis
PPTX
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
PPTX
Keratitis mata
PPTX
Kolesistitis
PPTX
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
PPT
Fototerapi
PDF
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
DOCX
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
DOCX
Laporan kolelitiasis
PPTX
Katarak Imatur
PPTX
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
PPTX
wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri
PPTX
uveitis-anterior-referat
PPT
Parese nervus fasialis
PPTX
Lapsus varicella
PPTX
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
PPT
Dermatofitosis
PPT
2. konjungtiva
PPTX
SINDROME NEFROTIK
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
Konjungtivitis
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Keratitis mata
Kolesistitis
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Fototerapi
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
Laporan kolelitiasis
Katarak Imatur
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri
uveitis-anterior-referat
Parese nervus fasialis
Lapsus varicella
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Dermatofitosis
2. konjungtiva
SINDROME NEFROTIK
Ad

Similar to Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor (20)

PDF
6DD8CFD3-9B61-41B1-A41D-0A4B7E8ACF29.pdf
PPT
ppt-dev-ptiriasis-rosea (1).ppt
PPTX
Yataba infeksi jamur
PPTX
DERMATITIS.pptx
PPTX
1. Dermatofitosis (1).pptx
PPTX
LAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSON
PPTX
ppt DKA muffakir.pptx
PPTX
Matari presentasi Laporan Lapsus-Furunkulosis.pptx
PPTX
PANEL MODUL BERCAK PUTIH BLOK TROPIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMI
PPT
contoh kasus laporan kasus penyakit varisela
PPTX
Case Report Session 2 Stase Kulit Tinea Cruris et Corporis.pptxe
PPTX
Herpes zoster
PPTX
LAPKAS PV + DM2 PPT.pptx+final presentation
PPTX
LAPSUS Untarifah _DERMATITIS SEBOROIK.pptx
PDF
Perdoski - Perkembangan Mpox sebagai Darurat Kesehatan Internasional Dr. dr. ...
PPTX
Diskas_Skabies_Khantsa Aqiqa Maritsha.pptx
PPTX
pruritussenilispptx.pptx
PPTX
zoonotic disease Kota Marudu
PPTX
dermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptx
PPTX
ACNE KELOMPOK 1 FT 1.pptx
6DD8CFD3-9B61-41B1-A41D-0A4B7E8ACF29.pdf
ppt-dev-ptiriasis-rosea (1).ppt
Yataba infeksi jamur
DERMATITIS.pptx
1. Dermatofitosis (1).pptx
LAPORAN KASUS SINDROM STEVENS JOHNSON
ppt DKA muffakir.pptx
Matari presentasi Laporan Lapsus-Furunkulosis.pptx
PANEL MODUL BERCAK PUTIH BLOK TROPIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMI
contoh kasus laporan kasus penyakit varisela
Case Report Session 2 Stase Kulit Tinea Cruris et Corporis.pptxe
Herpes zoster
LAPKAS PV + DM2 PPT.pptx+final presentation
LAPSUS Untarifah _DERMATITIS SEBOROIK.pptx
Perdoski - Perkembangan Mpox sebagai Darurat Kesehatan Internasional Dr. dr. ...
Diskas_Skabies_Khantsa Aqiqa Maritsha.pptx
pruritussenilispptx.pptx
zoonotic disease Kota Marudu
dermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptx
ACNE KELOMPOK 1 FT 1.pptx
Ad

Recently uploaded (20)

PPTX
1. Materi Perencanaan BOK Puskesmas.pptx
PPTX
Materi Penyuluhan Stunting PPT – Cegah Stunting, Wujudkan Generasi Hebat.pptx
PDF
V 1 IKP DAN IKK LABKESMAS tahun 2024.pdf
PDF
Artikel Ilmiah : Mesin AI Boleh Merangkai Kata, tapi Sastra Kesehatan Indones...
PDF
Teori Humanisasi Kedokteran Berbasis Sastra Biografis Hippocrates. Berdasark...
PPTX
Kasus Ocular Dextra et Sinistra Katarak Imatur
PDF
Teori Humanisasi Kedokteran Berbasis Sastra Biografis Hippocrates. Berdasark...
PDF
TRILOGI NOVEL HIPPOCRATES. KARYA FERIZAL BAPAK SASTRA KESEHATAN INDONESIA
PDF
BUKTI SASTRA KESEHATAN INDONESIA MAMPU MENYELAMATKAN BANGSA DARI DISRUPSI SUP...
PPTX
Materi pembelajaran keperawatan dewasa dengan Asuhan keperawatan malaria.pptx
PPTX
basic trauma life support pelatihannnnnn
PDF
Buku Pedoman Klaster 4 di Puskemas dokumen
PPTX
32. Necrotizing Entero Cholitis (NEC)_.pptx
PPTX
MODUL-Keperawatan-Pada-Pasien-Di-Wilayah-Komunitas.pptx
PPT
Trend dan issue dalam keperawatan gerontik.ppt
PPTX
GENTINGQuickwin Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting
PPTX
Penyuluhan Diabetes & Hipertensi Kader Lansia.pptx
PDF
Novel Epik Silat Sastra Kesehatan Yang Penuh Visi dan Nilai Kemanusiaan : Dok...
PDF
Novel Epik Silat Sastra Kesehatan Yang Penuh Visi dan Nilai Kemanusiaan : Dok...
PPT
Cek kesehatan gratis di kelompok umur di indonesia
1. Materi Perencanaan BOK Puskesmas.pptx
Materi Penyuluhan Stunting PPT – Cegah Stunting, Wujudkan Generasi Hebat.pptx
V 1 IKP DAN IKK LABKESMAS tahun 2024.pdf
Artikel Ilmiah : Mesin AI Boleh Merangkai Kata, tapi Sastra Kesehatan Indones...
Teori Humanisasi Kedokteran Berbasis Sastra Biografis Hippocrates. Berdasark...
Kasus Ocular Dextra et Sinistra Katarak Imatur
Teori Humanisasi Kedokteran Berbasis Sastra Biografis Hippocrates. Berdasark...
TRILOGI NOVEL HIPPOCRATES. KARYA FERIZAL BAPAK SASTRA KESEHATAN INDONESIA
BUKTI SASTRA KESEHATAN INDONESIA MAMPU MENYELAMATKAN BANGSA DARI DISRUPSI SUP...
Materi pembelajaran keperawatan dewasa dengan Asuhan keperawatan malaria.pptx
basic trauma life support pelatihannnnnn
Buku Pedoman Klaster 4 di Puskemas dokumen
32. Necrotizing Entero Cholitis (NEC)_.pptx
MODUL-Keperawatan-Pada-Pasien-Di-Wilayah-Komunitas.pptx
Trend dan issue dalam keperawatan gerontik.ppt
GENTINGQuickwin Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting
Penyuluhan Diabetes & Hipertensi Kader Lansia.pptx
Novel Epik Silat Sastra Kesehatan Yang Penuh Visi dan Nilai Kemanusiaan : Dok...
Novel Epik Silat Sastra Kesehatan Yang Penuh Visi dan Nilai Kemanusiaan : Dok...
Cek kesehatan gratis di kelompok umur di indonesia

Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor

  • 1. Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor Oleh : Azmi Aziz Nur Arraga (190070200011081) SPV Pembimbing : dr. Anggun Putri Yuniaswan, Sp.KK Laboratorium / SMF Kulit dan Kelamin FK Universitas Brawijaya / RSU Dr. Saiful Anwar
  • 2. 1. Identitas Nama : Tn. X Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 18 tahun Pendidikan : SMA Alamat : Jl. Y No. RM : - Tanggal Pemeriksaan : 21 September 2020 2. Anamnesis Keluhan Utama : Bercak Kulit Riwayat Penyakit Sekarang : Bercak kulit di dada bagian depan muncul sejak 2 bulan lalu dan semakin meluas. Gatal dirasakan ketika pasien berkeringat dan lebih sering dirasakan ketika siang hari. Pasien memiliki kebiasaan mandi 1x setiap hari pada siang hari, yaitu ketika gatal dirasakan. Setelah mandi, gatal membaik. Setiap berolahraga dan berkeringat, pasien tidak menyeka keringatnya atau berganti baju, pasien hanya membiarkan saja. Riwayat Pengobatan : - Riwayat Keluarga : - Riwayat Alergi : - Riwayat ekonomi-sosial : tidak memiliki hewan peliharaan.
  • 3. 3. Pemeriksaan Klinis L : Regio Truncus Anterior D : Regional R : Skuama hipopigmentasi dan hiperpigmentasi multiple, menyebar, berbatas tegas, ukuran >1 cm
  • 4. Tinjauan Pustaka Outline : -Definisi -Faktor risiko dan Epidemiologi -Etiologi dan Patofisiologi -Penegakan diagnosis -Diagnosis banding -Tatalaksana -Prognosis dan pencegahan
  • 5. Definisi Tinea (Pityriasis) versicolor adalah infeksi jamur superfisial yang sering terjadi pada kulit. Gambaran klinis pitiriasis versikolor berupa makula berskuama halus hiperpigmentasi atau hipopigmentasi. Tempat predileksi yang paling sering adalah trunkus, leher, dan ekstremitas proksimal. 01 Kasus : L : Regio Truncus Anterior D : Regional R : Skuama hipopigmentasi dan hiperpigmentasi multiple, menyebar, berbatas tegas, ukuran >1 cm Karray M, McKinney WP, 2020
  • 6. Teori : Faktor Risiko dan Epidemiologi 1. Identitas Nama : Tn. X Usia : 18 tahun Pendidikan : SMA Alamat : Jl. Y 2. Anamnesis Bercak kulit di dada bagian depan muncul sejak 2 bulan lalu dan semakin meluas. Gatal dirasakan ketika pasien berkeringat dan lebih sering dirasakan ketika siang hari. Pasien memiliki kebiasaan mandi 1x setiap hari pada siang hari, yaitu ketika gatal dirasakan. Setelah mandi, gatal membaik. Setiap berolahraga dan berkeringat, pasien tidak menyeka keringatnya atau berganti baju, pasien hanya membiarkan saja.  Prevalensi 50% di negara tropis dan 1,1% di iklim dingin seperti Swedia  >> kondisi hangat, lembab atau banyak berkeringat  Penggunaan minyak atau kosmetik yang dapat menyumbat pori-pori kulit.  >> remaja dan dewasa muda karena peningkatan produksi sebum oleh kelenjar sebaceous / lebih kaya lipid yang merupakan lingkungan tumbuh Malassezia  ♀ = ♂ ; Tidak ada dominasi etnis tertentu  Genetik / Pasien dengan immnusupresi Karray M, McKinney WP, 2020
  • 7. Etiologi dan Patofisiologi Etiologi : Malassezia furfur bersifat dimorfik dan lipofilik yang merupakan saprofit endogen pada kulit normal. Patofisiologi : Dalam kondisi yang sesuai (kecenderungan genetik, kondisi lingkungan seperti panas dan kelembaban, defisiensi imun, Penyakit Cushing, keadaan malnutrisi kehamilan, kulit berminyak, dan penggunaan losion dan krim berminyak) memicu konversi dari saprophytic yeast menjadi morfologi predominantly parasitic mycelial. Perubahan pigmentasi merupakan hasil dari peradangan dan efek organisme pada struktur penghasil melanin. Banerjee, S., 2016; Karray M, McKinney WP, 2020
  • 8. Penegakan Diagnosis 1. Anamnesis dan Pemeriksaan Klinis Makula atau plak berbatas tegas, multiple, berbatas tegas, oval, berskuama halus/ “evoked-scale sign”, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, atau eritematosa dan kadang-kadang menjadi konfluen dan meluas. Distribusi kulit : area seboroik (trunkus, leher, dan/atau lengan. Wajah juga mungkin terpengaruh, terutama pada anak-anak. Lesi asimtomatik atau sedikit gatal. Pruritus dipicu oleh kondisi hangat dan lembab. Pityriasis versicolor tidak menular antar perorangan. Woo, et al., 2019; Karray M, McKinney WP, 2020
  • 10. Penegakan Diagnosis 2. Pemeriksaan Penunjang Ultraviolet Black Light (Wood Lamp) Zareei, M., 2017; Karray M, McKinney WP, 2020 coppery-orange fluorescence Microscopic Examination Budding yeast cells with typical scar and short curved mycelium (spagetti and meatballs appearance)
  • 11. A: Colonies of Malasseza furfur grown on mDixon agar medium. B: Positive result of different Tweens assimilation (20, 40, 60) in Malasseza furfur (differential test). Penegakan Diagnosis 2. Pemeriksaan Penunjang Zareei, M., 2017; Karray M, McKinney WP, 2020 Biopsi Kulit atau KukuKultur Sabouraud dextrose agar and mDixon agar media hiperkeratosis, akantosis, dan infiltrasi perivaskular superfisial di dermis. Unsur jamur terlokalisasi di stratum korneum, tampak pada pewarnaan hematoksilin-eosin.
  • 12. Diagnosis Banding Pityriasis rosea Sering pada remaja, lesi tunggal pada trunkus, ekstremitas proksimal, gatal lebih jarang, progresi ruam untuk meluas 1-3 minggu (rapid onset) Pityriasis alba Patch besar pada wajah dan lengan atas, berbatas tidak tegas Vitiligo completely white atau makula trichrome asimetris Leprosy Area endemik, lesi berwarna putih, sensibilitas pada lesi menurun Seborrheic dermatitis Skuama berminyak pada dasar eritem, dengan distribusi pada nasolabial folds, rambut, alis, dada, post-auricular folds, jarang lesi annular Post-inflammatory Leukoderma Makula putih, terdapat riwayat psoriasis/eczema pada area makula yang sama, distribusinya irreguler Zareei, M., 2017; Karray M, McKinney WP, 2020 Pityriasis rosea Pityriasis alba Vitiligo Leprosy Seborrheic dermatitis Leukoderma
  • 13. Tatalaksana 1st Line : Agen Topikal • Antijamur nonspesifik : menghilangkan jaringan mati dan mencegah invasi lebih lanjut Contoh : sulfur + asam salisilat, sampo selenium sulfida 2,5%, dan sampo zinc-pyrithione) • Antijamur spesifik, memiliki efek fungisida atau fungistatik. Contoh : imidazol (clotrimazole 1%, ketoconazole 2%, econazole, isoconazole, miconazole), ciclopirox olamine 1%, dan allylamine (terbinafine 1%). • Ketokonazol adalah pengobatan topikal yang paling umum digunakan untuk mengobati pitiriasis versikolor. Krim ketokonazol diberikan dua kali sehari selama 15 hari atau dalam foaming solution (dosis tunggal). • Sampo selenium sulfida 2,5% selama 10 menit setiap hari sebelum dibilas selama 1 minggu. Karray M, McKinney WP, 2020
  • 14. Tatalaksana 2nd Line : Oral sistemik •Obat oral digunakan pada kasus yang meluas, parah, atau berulang. •Terapi sistemik :  itrakonazol (200 mg setiap hari selama tujuh hari)  flukonazol (150 sampai 300 mg dosis mingguan selama 2 sampai 4 minggu) **)ketokonazol oral tidak lagi disetujui karena potensi efek samping hepatotoksik. **)Terbinafine oral tidak efektif dalam pengobatan pitiriasis versikolor. Karray M, McKinney WP, 2020
  • 15. Progonosis dan Pencegahan • Pityriasis versicolor bersifat jinak dan tidak menular. • Perubahan pigmen mungkin memerlukan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. • Kekambuhan penyakit hingga 60% setelah penghentian tahun pertama pengobatan dan berdampak pada kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, tindakan pencegahan harus dilakukan yaitu : • Penggunaan 2,5% sampo selenium sulfida pada hari ke-1 dan ke-3 setiap bulan sampai 6 bulan setelah pengobatan. • **) 400 mg ketokonazol setiap bulan atau 200 mg itrakonazol 2x sehari pada hari ke-1 tiap bulan selama 6 bulan dilaporkan secara signifikan mengurangi rekurensi. Pada tahun 2016, FDA mengeluarkan peringatan pada ketokonazol oral meningkatkan risiko hepatitis fulminan, dan tidak lagi diresepkan. • Edukasi : Keringkan kulit seluruhnya setelah berenang, mandi, atau berkeringat. Woo, et al., 2019; Karray M, McKinney WP, 2020
  • 16. Daftar Pustaka 1. Banerjee, S., 2016. Clinical profile of pityriasis versicolor in a referral hospital of West Bengal. Journal of Pakistan Association of Dermatology, 21(4), pp.248-252. 2. Karray M, McKinney WP. Tinea (Pityriasis) Versicolor. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482500/ 3. Woo, T.E., Somayaji, R., Haber, R.M. and Parsons, L., 2019. Diagnosis and management of cutaneous tinea infections. Advances in Skin & Wound Care, 32(8), pp.350-357. 4. Zareei, M., 2017. Groin (Inguinal) Tinea versicolor caused by Malassezia furfur in Iran: case report. Infection, Epidemiology and Microbiology, 3(2), pp.66-67.