1. CHIKUNGUNYA
Prof. Dr. Anggraini Alam, dr., Sp.A(K)., M.Kes
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin
Bandung
2025
2. EPIDEMIOLOGI
Penyebab Demam yang Sering Terlewat: Virus Chikungunya (CHIKV) kerap diabaikan sebagai
etiologi demam di wilayah tropis dan subtropis
WHO Blueprint Priority Pathogens: Dalam 5 tahun terakhir, penyebaran chikungunya meningkat
secara mengkhawatirkan hingga >100 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika
Tantangan Diagnosis:
Terbatasnya kapasitas tes diagnostik dan adanya sirkulasi patogen dengan gejala
serupa (misalnya virus dengue/DENV) menyulitkan identifikasi kasus CHIKV.
3. EPIDEMIOLOGI
Situasi Chikungunya di Indonesia
Endemis: Chikungunya tergolong endemis
di Indonesia, dengan laporan kejadian
sporadis dan wabah lokal.
Data Kasus:
ü 2022: 2.974 kasus di 5 provinsi.
ü 2023: 6.049 kasus di 29 provinsi.
ü 2024: 571 kasus di 7 provinsi (hingga
periode pelaporan).
Laporan Internasional: Studi kasus
melaporkan 4 wisatawan dari Bali
terkonfirmasi positif chikungunya setelah
kembali ke negara asal.
WHO. Global Chikungunya Epidemiology Update. June 2025
Arif M, et al. PLoS Negl Trop Dis. 2020 Jun 1;14(6):e0008355
4. TRANSMISI
Transmisi dan Siklus hidup Virus Chikungunya
Francesco Vairo, et. Al. Infectious Disease Clinics of North America. 2019;33 (4):1003-25
• CHIKV is transmitted to people through bites from Ae aegypti, Ae
albopictus, and Ae polynesienses
• Mosquitoes prefer to feed on humans during the daytime in shady areas
and early in the evening
• In Africa, CHIKV circulates primarily in an enzootic cycle, with occasional
spillover infections of humans.
• Coinfection with dengue virus and CHIKV,50 and CHIKV with dengue virus,
Zika virus, yellow fever virus, and West Nile virus have been described
6. MANIFESTASI KLINIS
Gejala paling khas, tetapi hanya dilaporkan pada 45% kasus.
ü Lebih jarang dilaporkan pada anak dibanding dewasa (23,5% vs 60,9%), kemungkinan karena anak
sulit mengenali nyeri sendi/otot.
ü Polyarthralgia rekuren terjadi pada 30–40% pasien dan dapat bertahan bertahun-tahun.
Variasi Gejala: Kasus dapat bersifat subklinis atau tanpa manifestasi khas
Arthralgia
Ruam Kulit
Presentasi
Atipikal
Hanya pada 15% kasus; sulit dikenali pada kulit gelap atau pencahayaan minim.
Dapat muncul dengan diare atau penurunan kesadaran.
Francesco Vairo, et. Al. Infectious Disease Clinics of North America. 2019;33 (4):1003-25
7. MANIFESTASI KLINIS
Stage dan Gejala lainnya pada Chikungunya
Umum
§ Demam
§ Ruam
makular/makulopapular
§ Edema wajah &
ekstremitas
§ Perdarahan ringan pada
anak (perdarahan gusi,
epistaksis)
§ Pruritus
§ Mialgia
§ Artralgia
§ Nyeri periorbital
§ Sakit kepala
§ Limfadenopati
Kurang Umum / Atypikal
§ Gangguan pencernaan: diare,
muntah, nyeri abdomen
§ Kebingungan
§ Neuritis optik
§ Ulserasi mulut/gusi
§ Konjungtivitis
Keterlibatan Organ Spesifik
§ Sendi: artritis artikular, sinovitis,
osteoartritis degeneratif, bursitis
§ Tendon: tendinitis, entesitis,
tenosinovitis
§ Edema, kekakuan, penurunan
kebugaran fisik
Artralgia inflamasi,
kekakuan sendi
§ Artritis (sinovitis ± efusi)
§ Tenosinovitis, bursitis
§ Dekompensasi artropati
degeneratif/traumatik
§ Osteoartritis, kalsifik
tendinitis
§ Sindrom penjepitan saraf
§ Nyeri neuropatik
§ Astenia berat
§ Gangguan
neuropsikologis
§ Hipotensi postural,
gangguan mood
Francesco Vairo, et. Al. Infectious Disease Clinics of North America. 2019;33 (4):1003-25
8. MANIFESTASI KLINIS
Stage dan Gejala lainnya pada Chikungunya
Fase Akut
Pada 21 hari pertama manifestasi klinis
Fase Pasca-akut
4 minggu – 3 bulan
Fase kronis
>3 bulan - tahun
Francesco Vairo, et. Al. Infectious Disease Clinics of North America. 2019;33 (4):1003-25
Gejala menetap pada 50–90% pasien setelah minggu ke-2
atau ke-3.
Faktor yang memengaruhi:
ü Usia >40 tahun
ü Perempuan
ü Manifestasi fase akut berat (demam tinggi, artritis ≥6 sendi,
depresi, viremia tinggi)
ü Kurang istirahat pada awal sakit
ü Komorbid muskuloskeletal sebelumnya
Fase Akut
ü Artralgia >3 bulan.
ü Dialami oleh 40–80%
pasien.
ü Gejala dapat bertahan
berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun.
Fase Kronis
9. MANIFESTASI KLINIS
Pada Neonatus
Rosana et al. Chikungunya virus infection: A scoping review highlighting pediatric systemic and neurologic complications. 2025
Risiko Tinggi: Terutama pada bayi yang lahir dari ibu viremik.
Transmisi Vertikal: Terjadi pada periode peripartum, disertai
gejala:
ü Demam, iritabilitas
ü Distres napas, hipotensi
ü Edema, kesulitan makan
Manifestasi Kulit: Muncul dalam minggu pertama kehidupan
ü Ruam makulopapular eritematosa difus, kadang
vesikulobulosa
ü Eritema perioral, dapat meninggalkan hiperpigmentasi
residu
Komplikasi Berat: Perdarahan intrakranial, status epileptikus,
gagal multiorgan, kematian.
Kebutuhan Rawat Inap: 0–93% (median 17%); mortalitas di
NICU dapat mencapai 36,7%.
10. DIAGNOSIS
Temuan Laboratorium & Diagnosis Chikungunya
Hitung Darah
Francesco Vairo, et. Al. Infectious Disease Clinics of North America. 2019;33 (4):1003-25
ü 78% pasien memiliki leukosit normal.
ü 90% pasien memiliki trombosit normal saat presentasi.
Diagnosis Infeksi
Akut CHIKV (ACI)
Ko-infeksi CHIKV &
DENV
ü Deteksi CHIKV RNA dengan rRT-PCR, dan/atau
ü Terjadi serokonversi atau peningkatan 4 kali lipat rasio OD IgM
& IgG pada sampel berpasangan.
ü Kemungkinan terlewat pada sebagian kasus.
ü Untuk mengatasinya, 22% pasien dengan infeksi DENV juga
diperiksa untuk ko-infeksi CHIKV.
12. DIAGNOSIS
Kriteria Diagnosis
Eppy. Demam chikungunya. 2008
Kasus
Tersangka
ü Onset akut: demam mendadak
ü Disertai ≥1 gejala: artralgia, sakit kepala, nyeri punggung, fotofobia, atau ruam
Kasus
Probabel
ü Gejala klinis seperti kasus tersangka + hasil serologi positif (sampel diambil saat
fase akut atau konvalesen)
Kasus
Konfirmasi Kasus probabel + salah satu:
1. Peningkatan titer antibodi HI ≥4 kali pada serum berpasangan
2. Deteksi antibodi IgM
3. Isolasi virus dari serum
4. Deteksi asam nukleat CHIKV dengan RT-PCR
13. the reported laboratory investigation findings
Nyamwaya DK, et. al
PLOS Glob Public Health 2(12): e0000914
14. DIAGNOSIS BANDING
Perbedaan Manifestasi Klinis
Mourad O, Makhani L, Chen LH. Chikungunya: An Emerging Public Health Concern. Curr Infect Dis Rep. 2022;24(12):217-228. doi: 10.1007/s11908-022-00789-y. Epub 2022 Nov 17.
Chikungunya Dengue Zika
Masa inkubasi (hari) 1–12 3–14 1–12
Perkiraan proporsi infeksi yang tanpa gejala (%) 25 75 50–80
Klinis
Demam +++ +++ +
Sakit kepala + +++ +
Nyeri retro-orbital + +++ +
Ruam + +++ +++
Konjungtivitis + ++ +++
Arthralgia/radang sendi +++ + +
Mialgia ++ +++ ++
Petechiae + +++ +
16. TATALAKSANA
Rifka Alkhilyatul Ma’rifat, I Made Suraharta IIJ. Guideline for clinical management of chikungunya infection through disease phases. 2024
Tujuan: Meredakan gejala, mencegah komplikasi, dukung pemulihan
1. Istirahat cukup untuk mengurangi risiko komplikasi kronis
2. Hidrasi optimal: air, jus buah, atau ORS (target urine >1 L/hari)
3. Antipiretik & analgesik utama: Paracetamol 10–15 mg/kg/dosis tiap 6 jam (maks. 60
mg/kg/hari)
4. Hindari: NSAID (risiko perdarahan), kortikosteroid, antibiotik kecuali ada infeksi bakteri
jelas
5. Pantau komplikasi: demam >5 hari, nyeri sendi berat, penurunan kesadaran, hipotensi,
oliguria, perdarahan, muntah terus-menerus
6. Anak & bayi <1 tahun = kelompok risiko tinggi → observasi ketat
Tatalaksana Fase Akut (Hari 0–14)
17. TATALAKSANA
Tujuan: Mengontrol nyeri & inflamasi, mencegah progresi ke kronis
1. Analgesik utama: Paracetamol terjadwal, dapat dikombinasikan dengan opioid
lemah untuk nyeri sedang
2. Gabapentin untuk gejala neuropatik
3. Kortikosteroid (prednisolon 10–15 mg/hari, taper 8–12 minggu) untuk poliartritis berat
atau sinovitis
4. Hindari kombinasi NSAID & steroid (risiko perdarahan GI)
5. Pemantauan: gunakan Visual Analogue Scale (VAS) nyeri, evaluasi fungsi sendi
6. Tidak dianjurkan DMARDs pada fase ini kecuali direkomendasikan setelah >8–12
minggu bila gejala menetap
Tatalaksana Fase Subakut (>2 minggu–3 bulan)
Rifka Alkhilyatul Ma’rifat, I Made Suraharta IIJ. Guideline for clinical management of chikungunya infection through disease phases. 2024
18. TATALAKSANA
Tujuan: Mencegah kerusakan sendi, mempertahankan fungsi, meningkatkan kualitas hidup
Rujuk ke reumatolog bila gejala >3 bulan atau kambuh setelah taper steroid
Terapi farmakologis: DMARDs (hydroxychloroquine, methotrexate, leflunomide) ±
kortikosteroid dosis rendah
Terapi non-farmakologis:
ü Fisioterapi → mempertahankan mobilitas sendi
ü Terapi okupasi → mendukung aktivitas harian
ü Dukungan psikologis → atasi dampak emosional & disabilitas
Evaluasi diferensial: pastikan tidak ada penyakit reumatik kronis lain (mis. rheumatoid
arthritis, spondyloarthritis)
Tatalaksana Fase Kronis (>3 bulan)
Rifka Alkhilyatul Ma’rifat, I Made Suraharta IIJ. Guideline for clinical management of chikungunya infection through disease phases. 2024
19. KESIMPULAN
Tatalaksana bersifat suportif sesuai fase penyakit, dengan penekanan pada istirahat,
hidrasi, dan kontrol nyeri, serta pemantauan ketat pada kelompok risiko tinggi untuk
mencegah komplikasi jangka panjang.
Chikungunya pada anak umumnya bersifat simtomatik dengan gejala utama demam,
artralgia, dan ruam, namun dapat bervariasi hingga bentuk berat seperti komplikasi
neurologis atau gagal multiorgan, terutama pada bayi baru lahir dari ibu viremik.
1
2
Deteksi dini dan diagnosis yang tepat sangat penting untuk membedakan dari penyakit
febril lain seperti dengue, sehingga terapi tepat dapat diberikan dan risiko kronisitas serta
kecacatan dapat diminimalkan.
3