DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
BAYI BARU LAHIR DARI IBU
TERINFEKSI HIV
Presentan : Cendy Andestria (2018790028)
Preseptor : Dr. H. Jeffry Pattisahusiwa, Sp.A
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
RSUD R. SYAMSUDIN, SH – SUKABUMI
2019
PENDAHULUAN
Pedoman manajemen pencegahan penularan HIV pada anak Kemenkes 2015
WANITA VS PRIA
KASUS HIV DI INDONESIA
Berdasarkan kelompok usia
KEMENKES RI.2017
KASUS HIV DI INDONESIA
Berdasarkan jenis kelamin
KEMENKES RI.2017
 HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah
retrovirus golongan RNA yang spesifik menyerang sistem
imun/kekebalan tubuh manusia.
 AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah
sekumpulan gejala/tanda klinis pada pengidap HIV akibat
infeksi tumpangan (oportunistik) karena penurunan sistem
imun.
DEFINISI
 Virus menyerang sistem
kekebalan tubuh (limfosit T)
 Virus terdapat pada cairan
tubuh :
o Darah
o Cairan mani
o Cairan vagina
o ASI
HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS
Oleh : Human Immunodefisiensi
virus (HIV)
Family : Retroviridae
Subfamily : Lentiviridae
Struktur family : retrovirus
Grup : HIV-1 dan HIV-2
Morfologi : dikelilingi lipid bilayer
envelope (ada 2 glikoprotein, gp120
& gp41)
ETIOLOGI
FAKTOR RISIKO PENULARAN HIV
DARI IBU KE ANAK
FAKTOR IBU FAKTOR BAYI FAKTOR
OBSTETRIK
1. Kadar HIV/viral
load dalam
darah
2. Kadar CD4
rendah
3. Status gizi
selama
kehamilan
4. Penyakit infeksi
selama
kehamilan
1. Prematuritas
dan berat lahir
rendah
2. Lama menyusu,
bila tanpa
pengobatan
3. Luka pada mulut
1. Jenis persalinan
(pervaginam >
SC)
2. Lama persalinan
3. Ketuban pecah
dini Tindakan
episiotomi,
ekstraksi vakum
dan forsep
Transmisi vertikal
(>90%)
o Intra uterine
o During labour
o Post partum
Transmisi Horizontal
o Transfusi darah
o Jarum suntik
o Hubungan seks
CARA PENULARAN HIV
PENULARAN HIV PADA ANAK
> 90% Penularan secara vertikal
INTRA
UTERINE
5 – 10 %
LABOUR
10 -20 %
POST
PARTUM
5 – 20 %
Risiko penularan tanpa menyusui 15 –
30 %
Menyusui 6 bulan 25 – 35 %
Menyusui 18 – 24 bulan 30 – 45%
PATOGENESIS HIV
Fase I : masa jendela (window period) –
tubuh sudah terinfeksi HIV, namun pada
pemeriksaan darahnya masih belum
ditemukan antibodi anti-HIV, berlangsung
sekitar 2 – 3 bulan sejak infeksi awal,
penderita sangat mudah menularkan HIV
PERJALANAN ALAMIAH INFEKSI
HIV DAN AIDS
Fase II : masa laten, dapat tanpa gejala
(asimptomatik) hingga gejala ringan.
Penderita dapat menularkan ke orang lain,
masa tanpa gejala rata-rata berlangsung 2 –
3 tahun, sedangkan dengan gejala ringan 5 –
8 tahun, ditandai berbagai radang kulit
seperti ketombe, folikulitis yang hilang
timbul walaupun diobati.
PERJALANAN ALAMIAH
INFEKSI HIV DAN AIDS
Fase III : masa AIDS merupakan
fase terminal infeksi HIV dengan
kekebalan tubuh
yang telah menurun drastis
sehingga mengakibatkan
timbulnya berbagai infeksi
oportunistik, berupa
peradangan berbagai mukosa.
PERJALANAN ALAMIAH
INFEKSI HIV DAN AIDS
PERJALANAN ALAMIAH INFEKSI
HIV DAN AIDS
Fase I, viral load (HIV dalam darah) sangat
tinggi sehingga penderita sangat infeksius,
limfosit T CD4 menurun tajam saat viral load
mencapai puncak.
Fase II dengan viral load menurun dan
relatif stabil, namun limfosit T CD4
berangsur-angsur menurun.
Fase III dengan viral load makin tinggi dan
limfosit T CD4 mendekati nol sehingga
terjadi gejala berkurangnya daya tahan
tubuh yang progresif dikuti dengan
STADIUM KLINIS INFEKSI HIV
(WHO)
1. Anak sakit (jenis penyakit yang berhubungan
dengan HIV seperti TB Paru/mendapat OAT
berulang, malnutrisi, pneumonia berulang,
diare kronis berulang)
2. Bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV dan
sudah mendapatkan perlakuan pencegahan
penularan dari ibu ke anak.
BAYI DAN ANAK
MEMERLUKAN TES HIV BILA….
3. Untuk mengetahui status bayi/anak
kandung dari ibu yang didiagnosis
terinfeksi HIV (pada umur berapa saja)
4. Untuk mengetahui status seorang anak
setelah salah satu saudara kandungnya
didiagnosis HIV; atau salah satu atau kedua
orangtua meninggal oleh sebab yang tidak
diketahui tetapi masih mungkin karena HIV
BAYI DAN ANAK
MEMERLUKAN TES HIV BILA….
5. Terpajan atau potensial terkena infeksi HIV
melalui jarum suntik yang terkontaminasi,
menerima transfusi berulang dan sebab
lain
6. Anak yang mengalami kekerasan seksual
BAYI DAN ANAK
MEMERLUKAN TES HIV BILA….
UJI VIROLOGIS
 F/ meneggakan diagnosis klinik (setelah usia 6
minggu)
Direkomendasikan untuk diagnosis anak < 18 bulan
Uji virologis pada usia 4 – 6 minggu/lebih cepat (pada
bayi yang terpajan HIV sejak lahir)
Bila uji virologis ke-1 pada bayi (+)
--> terapi ARV + cek uji virologis ke-2
Hasil (+) --> inisiasi ARV
DIAGNOSIS INFEKSI HIV PADA ANAK
UJI SEROLOGIS
 Usia <18 bulan : menentukan ada/tidaknya pajanan
HIV
 Bila (+) = indikasi ibu terinfeksi HIV
Usia >18 bulan : uji diagnostik konfirmasi
Anak usia <18 bulan terpajan HIV yg
tampak sehat dan belum dilakukan
uji virologis --> dianjurkan
uji serologis usia 9 bulan.
Bila (+) --> uji virologis
DIAGNOSIS INFEKSI HIV PADA ANAK
 METODE PEMERIKSAAN HIV
DIAGNOSIS STATUS INFEKSI HIV
BAYI
Metode Langsung
(Virologi)
Tidak langsung
(Serologi)
Jenis PCR DNA
PCR RNA
Ab kualitatif
Ab kuantitatif
Keuntunga
n
Bisa tahu lebih dini Hasil pasti
Kekurangan Mahal
Tetap perlu konfirmasi
Menunggu usia
18 bulan atau
berkala
Menggunakan PCR
Diagnosis anak usia <
18 bulan
Tes awal usia 6
minggu
• Tes HIV DNA kualitatif
-> plasma EDTA/DBS
• Tes HIV RNA
kuantitatif -> plasma
EDTA
 Menggunakan
antibodi HIV-1 dan
HIV-2
• Tes cepat
• Tes Enzyme
Immunoassay (EIA)
• Tes Western Bold
UJI VIROLOGIS UJI SEROLOGIS
Waktu Pemeriksaan
4-6 minggu
PCR HIV
(DNA /RNA)
4-6 Bulan
PCR HIV
(DNA/RNA)
18 BULAN
Antibodi HIV
Uji Virologi Uji Serologis
Kualitatif
Sensitivitas > 90% pada usia 2 – 4 minggu
Dapat digunakan sebagai EID
Bila tidak tersedia dapat dengan tes HIV RNA (Viral
Load)
Kuantitatif
Deteksi RNA virus HIV ekstraseluler dalam plasma
Sensitivitas 90 – 100% pada usia 2 -3 bulan
Dapat sebagai uji kofirmasi dan pemantauan
keberhasilan ART
Antibodi ibu dapat di transfer ke janin melalui
plasenta
Antibodi akan hilang sekitar usia 12 – 18 bulan
Tes Antibodi HIV/Rapid test/ELISA -> BUKAN
sbg alat diagnostik anak < 18 bulan
Algoritma Diagnosis HIV
INFEKSI HIV
POSITIF BILA :
 Dua kali Uji Virologi
positif (+), usia berapa
saja , ATAU
 Usia > 18 bulan Uji
Serologis positif (+)
INFEKSI HIV NEGATIF BILA :
 Tidak ada bukti klinis ataupun
laboratoris adanya infeksi HIV,
DAN
 Dua kali Uji Virologi negatif (-),
pertama dilakukan pada usia > 4
minggu dan kedua pada usia > 4
bulan, dan tidak pernah positif
(+), ATAU
 Dua kali atau lebih hasil Uji
Serologis HIV negatif pada usia
> 6 bulan
 BILA anak usia < 18 bulan dipikirkan terinfeksi
HIV, TETAPI laboratorium PCR HIV tidak
tersedia
DIAGNOSIS PRESUMTIF HIV
Bila ada 1 kriteria berikut:
• PCP, meningitis kriptokokus, kandidiasis
esophagus
• Toksoplasmosis
• Malnutrisi berat yang tidak membaik
dengan pengobatan standar
Minimal ada 2 gejala berikut:
• Oral thrush
• Pneumonia berat
• Sepsis berat
• Kematian ibu yang berkaitan dengan HIV
atau penyakit HIV yang lanjut pada ibu
• CD4+ <20%
Atau
 Memakai cara yang sama dengan uji HIV
orang dewasa.
 Pada anak yang masih mendapatkan ASI
pada saat tes dilakukan, uji HIV baru dapat
diintepretasikan dengan baik bila ASI
sudah dihentikan > 6 minggu.
DIAGNOSIS HIV PADA ANAK 18
BULAN
TATALAKSANA
RISIKO PENULARAN < 2%
INTRA
UTERINE
LABOUR POSTPARTUM
Diagnostik
ARV
profilaksis
ARV
profilaksis
Persalinan
SC
ARV profilaksis
Pencegahan IO
Nutrisi, Imunisasi,
Tumbung
Kembang
 REKOMENDASI IDAI
ARV profilaksis untuk bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi HIV :
Diberiksan saat usia 6 – 12 jam kelahiran (paling
lambat usia 72 jam)
Bila bayi mendapat susu formula: zidovudine 2x
sehari
Bila bayi mendapat ASI: zidovudine dan nevirapine
Diberikan selama 6 minggu (syarat ibu mendapat
ART)
ANTIRETROVIRAL PROFILAKSIS
Dosis ARV Profilaksis
Nama
Obat
Dosis Durasi
Zidovudin
(AZT)
2 x sehari
- Usia Gestasi > 35 minggu : 4
mg/kgBB/dosis, 2 kali (PO)
- Usia Gestasi 30-<35 mgg : 2
mg/kgBB/dosis, selama 2 minggu,
kmd naikkan 3 mg/kgBB/dosis
selama 4 minggu (PO)
- Usia Gestasi < 30 mgg : 2
mg/kgBB/dosis, selama 4 minggu,
kmd naikkan 3 mg/kgBB/dosis
selama 2 minggu (PO)
dari lahir
hingga 6
minggu
Nevirapin
(NVP)
1 x sehari
- Berat Lahir 1500-<2000gr :
8 mg/ dosis (PO)
- Berat Lahir 2000-2499 gr :
10 mg/dosis (PO)
- Berat Lahir > 2500 gram : 15
mg/dosis (PO)
dari
lahir
hingga 6
minggu
 REKOMENDASI IDAI
Harus diberikan untuk semua bayi baru lahir dari ibu
terinfeksi HIV sejak usia 6 minggu sampai infeksi HIV
anak disingkirkan
Untuk mencegah Pneumonia Pneumocystis Jiroveci
(PCP) dan juga efektif mencegah toksoplasmosis dan
beberapa infeksi bakteri lain spt: salmonella,
Haemophilus, Staphylokokus
Dosis : 4 – 6 mg TMP/kgBB, setiap 24 jam, setiap hari
- Sediaan sirup 40 mg (TM)/5 ml dan tablet 80 mg
PROFILAKSIS KOTRIMOKSAZOL
(CTX)
PATOFISIOLOGI DASKEP ANAK DENGAN HIV AIDS
 Kotrimoksazol dapat dihentikan bila:
 Bayi & anak yg terpajan HIV saja dan tidak
terinfeksi dibuktikan dgn pemeriksaan
laboratorium baik PCR 2x /antibodi pada usia yg
sesuai, profilaksis dihentikan sesudah status
ditetapkan.
PROFILAKSIS KOTRIMOKSAZOL
(CTX)
 Anak yang terinfeksi HIV:
- Umur < 1 thn : diberikan hingga umur 5 tahun/
diteruskan seumur hidup tanpa penghentian
- Umur 1 - 5 thn : diberikan seumur hidup.
- Umur > 5 thn : bila dimulai pada stadium berapa saja
dan CD4< 350 sel, maka dapat diteruskan seumur hidup
atau dihentikan bila CD4>350 sel/ml setelah meminum
ARV 6 bulan. Bila dimulai pada stadium 3 dan 4 maka
profilaksis dihentikan jika CD4 > 200 sel/ml.
PROFILAKSIS KOTRIMOKSAZOL
(CTX)
KRITERIA
PEMBERIAN ARV
Penetapan Kriteria Klinis
 Berdasarkan nilai CD4, terutama nilai presentase
pada anak usia < 5 tahun
Penetapan Kelas Imunodefisiensi
• CD4 adalah parameter terbaik untuk
mengukur Imunodefisiensi
• CD4 dapat menjadi petunjuk progresivitas
penyakit karena Nilai CD4 labih menurun
lebih dulu dibandingkan kondisi klinis
• Pemantauan CD4 dapat digunakan untuk
memulai pemberian ARV atau penggantian
obat
Penetapan Kelas Imunodefisiensi
Stadium Klinis
PATOFISIOLOGI DASKEP ANAK DENGAN HIV AIDS
PATOFISIOLOGI DASKEP ANAK DENGAN HIV AIDS
Indikasi ARV
Tatalaksana terhadap Infeksi Oportunistik yang terdeteksi
harus didahulukan
*Menggunakan kombinasi kriteria klinis dan imunologis
 2 Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI) + 1 Non-nucleoside
reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
REKOMENDASI TERAPI ARV
AZT = Zidovudin ; d4T = Stavudin ; TDF = Tenovofir ; 3TC = Lamivudin
Langkah 1: Gunakan 3TC sebagai NRTI pertama
Langkah 2: Pilih 1 NRTI untuk dikombinasi dengan 3TCa :
Langkah 3: Pilih 1 NNRTI
REKOMENDASI PADUAN ARV LINI
PERTAMA
Paduan Pilihan (ABC atau AZT) + 3TC + LPV/r
Panduan Alternatif (ABC atau AZT) + 3TC + NVP
Paduan Pilihan AZT +3TC + EFV
Paduan Alternatif ABC + 3 TC + NVP
ABC + 3 TC + EVP
AZT + 3TC + NVP
TDF + 3 TC (atau FTC) + EFV
TDF + 3 TC (ATAU FTC) + NVP
Paduan Pilihan TDF + 3TC(ATAU FTC) + EFV
Paduan Alternatif AZT + 3 TC + NVP
AZT + 3 TC (atau FTC) + EFV
AZT + 3 TC + EFV
TDF + 3 TC (atau FTC) + NVP
Paduan ARV Lini Pertama pada Anak < 3 tahun
Paduan ARV Lini Pertama pada Anak Usia 3 - 10 tahun
Paduan ARV Lini Pertama Anak Remaja
Pemantauan setelah mulai
mendapat ARV
Penghitungan dosis setiap kontrol (dosis berubah
seiring pertambahan BB & TB
Obat yg diminum bersamaan harus dievaluasi
Kepatuhan obat, apakah ada yg terlewat (hitung
sisa obat)
Pemantauan kadar HB & Leukosit dilakukan bila
anak menerima AZT pada bulan 1 dan ke 3.
Pemantauan CD4 dianjurkan dilakukan pada saat
awal diagnosis dan setiap 6 bulan sesudahnya.
Pemantauan setelah mulai
mendapat ARV
TATALAKSANA KEGAGALAN
PENGOBATAN ARV LINI PERTAMA
Parameter :
1. Kegagalan virologis : bila VL kembali mencapai
5000 copiRNA/ml, diperiksa dalam 2 kali
pemeriksaan pada saat yang berbeda.
2. Kegagalan imunologis : bila nilai CD4 turun
pada 2 kali pemeriksaan yang dilakukan dengan
jarak 3 bulanan
3. Kegagalan klinis : munculnya penyakit baru
yang tergolong pada stadium 3 atau 4.
TATALAKSANA KEGAGALAN
PENGOBATAN ARV LINI PERTAMA
Kriteria gagal imunologis
*anak patuh minum obat:
 2 – 5 tahun : nilai CD4 <
200 sel/mm3atau CD4
<10%
 > 5 tahun : CD4 < 100
sel/mm3
Prinsip
pemilihan
paduan
lini
kedua:  Pilih kelas obat ARV sebanyak mungkin.
 Bila kelas yang sama akan dipilih, pilih obat
yang sama sekali belum dipilih sebelumnya.
 Sebelum pindah ke paduan lini kedua,
kepatuhan berobat harus benar-benar
dinilai.
 Untuk paduan berbasis ritonavir-boosted
PI, pemeriksaan lipid (trigliserida dan
kolesterol, jika mungkin LDL dan HDL)
dilakukan setiap 6-12 bulan.
PATOFISIOLOGI DASKEP ANAK DENGAN HIV AIDS
Konseling :
 Acceptable : dapat diterima
Feasible : dapat dilakukan (pengetahuan,
ketersediaan susu formula)
Affordable : terjangkau
Susteinable : tersedia berkelanjutan
Safe : aman
Susu Formula Memenuhi Syarat
AFASS
Jika syarat AFASS tidak dapat dipenuhi ->
ASI eksklusif selama 6 bulan
Pilihan yang diambil
haruslah antara ASI
saja atau susu formula
saja (bukan mixed
feeding).
Ibu dengan HIV boleh
memberikan susu formula
bagi bayinya yang HIV (-) /
tidak diketahui status HIV-
nya, jika SELURUH syarat
AFASS dapat dipenuhi.
PEMBERIAN
NUTRISI
Bila AFASS tidak terpenuhi
/ASI yg diberikan, ASI
diberikan dgn cara
diperah, dipanaskan,
diberikan dgn botol atau
gelas kaca.
PEMBERIAN
NUTRISI
1. ASI eksklusif selama 6 bulan.
2. Mengurangi Viral Load dengan cara : ARV atau
pasteurisasi ASI
3. Cegah/obati perlukaan pada payudara
4. Perbaiki keadaan umum bayi untuk cegah infeksi
Bila salah satu AFASS tidak dipenuhi ->
ASI dengan syarat :
AFASS harus tetap diupayakan
Hindari transmisi -> TIDAK ASI
 REKOMENDASI IDAI
 Vaksin inactivated dapat diberikan kepada bayi yang
lahir dari ibu terinfeksi HIV sesuai dengan jadwal
imunisasi nasional.
 Vaksin BCG dapat diberikan kepada bayi yang lahir
dari ibu terinfeksi HIV jika telah terbukti bayi tidak
terinfeksi HIV
 Vaksin campak dan polio oral dapat diberikan kepada
bayi sehat yang lahir dari ibu terinfeksi HIV.
Imunisasi Bayi Lahir dari Ibu
Terinfeksi HIV :
PENCEGAHAN KEHAMILAN YANG TIDAK
DIRENCANAKAN PADA WANITA HIV
Pencegahan & penundaan
kehamilan pada ibu dgn HIV melalui
konseling dan pencegahan sarana
kontrasepsi yang aman dan efektif
(kondom)
- Kontrasepsi mantap/sterilisasi.
- Kontrasepsi jangka panjang yaitu
AKDR, Hormonal (Pil KB Kombinasi,
Pil progesteron, implan
progesteron, suntik progesteron
jangka panjang/DMPA)
Perencanaan Kehamilan
ASPEK MEDIS : viral load tidak terdekteksi, kadar CD4
>350 sel/mm3
ASPEK SOSIAL : perencanaan kehamilan oleh pasangan
dan kesepakatan/persetujuan dari keluarga.
Persiapan perempuan dengan HIV yang ingin hamil
VL tidak terdeteksi/kadar
CD4 > 350 sel/mm3 ->
sanggama tanpa
kontrasepsi dapat
dilakukan.
Kadar CD4 < 350 sel/mm3 ->
minum ARV secara teratur
dan disiplin minimal selama 6
bulan & tetap menggunakan
kondom selama sanggama.
 ODHA hamil harus diberikan terapi ARV, tanpa harus
memeriksakan jumlah CD4 & viral load terlebih
dahulu.
 Bila terdapat IO, maka infeksi tersebut perlu diobati
terlebih dahulu. Terapi ARV diberikan setelah IO
diobati dan stabil (± setelah 2 minggu - 2 bulan
pengobatan).
PEMBERIAN ARV PADA IBU HAMIL
DENGAN INFEKSI HIV
 Profilaksis kotrimoksazol diberikan pada stadium klinis 2,
3, 4 dan atau CD4 < 200. Untuk mencegah PCP,
Toksoplasma, infeksi bacterial (pneumonia, diare) dan
berguna juga untuk mencegah malaria pada daerah
endemis.
 Dosis ARV : TDF(300mg) + 3TC (300mg) + EFV (600mg)
PEMBERIAN ARV PADA IBU HAMIL
DENGAN INFEKSI HIV
 TUJUAN : menurunkan risiko penularan HIV dari ibu ke bayi,
risiko terhadap ibu, tim penolong dan pasien lainnya
PERENCANAAN PERSALINAN AMAN
BAGI IBU DENGAN HIV
 Bagi ibu yang memilih tidak menyusui dapat dilakukan
penghentian produksi ASI.
 Pengobatan, perawatan dan dukungan secara
berkelanjutan diberikan, di samping tata laksana infeksi
oportunistik terhadap pengidap HIV/AIDS dan dukungan
edukasi nutrisi.
PENATALAKSANAAN NIFAS BAGI
IBU DENGAN HIV
 Pelayanan kontrasepsi pasca persalinan diutamakan agar
tidak terjadi kehamilan yang tidak terencana dan
membahayakan ibu dan janin yang dikandungnya.
 Edukasi kepada ibu tentang cara membuang bahan yang
berpotensi menimbulkan infeksi, seperti lokia dan
pembalut yang penuh dengan darah.
PENATALAKSANAAN NIFAS BAGI
IBU DENGAN HIV
 Risiko penularan HIV dari ibu ke anak tanpa upaya
pencegahan atau intervensi berkisar antara 20-50%. Dengan
pelayanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak yang
baik, risiko penularan dapat diturunkan menjadi kurang
dari 2%.
 Sebanyak >90% penularan HIV terjadi secara vertikal
dimana terjadi selama kehamilan, proses persalinan, dan
setelah melahirkan.
 Uji virologis wajib dilakukan pada bayi yang diketahui
terpajan HIV (usia 4 minggu – 6 minggu)
KESIMPULAN
 ARV profilaksis diberikan setelah lahir – 4 minggu pada bayi
yang lahir dari ibu terinfeksi HIV
 Pemberian profilaksis kotrimoksazol bertujuan untuk
mencegah infeksi oportunistik seperti PCP
 Pemberian terapi ARV harus sesuai kriteria klinis, kelas
imunodefisiensi
 Pemantauan rutin wajib bagi mereka yang mendapatkan
terapi ARV
KESIMPULAN
 2014. Situasi dan Analisis HIV AIDS InfoDatin. Jakarta : Pusat Data
danInformasi Kementerian Kesehatan RI
 2015. Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis
dari Ibu ke Anak Unicef. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
 2015. Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke
Anak bagi Tenaga Kesehatan Unicef. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
 Yuliyanasari, Nurma. 2017. Global Burden Desease – Human
Immunodeficiency Virus – Acquierd Immune Deficiency Syndrome (HIV-AIDS).
Surabaya
 2014. Pedoman Penerapan Terapi HIV pada Anak WHO IDAI. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
 2015. Buku Permenkes RI No 87 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengobatan
Antiretroviral. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
 2018. Situasi Umum HIV/AIDS dan Tes HIV. Jakarta : Kementerian Kesehatan
RI.
DAFTAR PUSTAKA
TERIMAKASIH

More Related Content

PPTX
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIV
PPTX
HIV pada Anak.pptx
PPT
tatalaksana TB paru pada anak penderita hivppt
PDF
3. Penatalaksanaan Anak 18 Bulan 2023 - .pdf
PPTX
HIV pada anak dan tatalaksannya serta diagnosa.pptx
PPTX
HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA ANAK.pptx
PDF
Persentation of HIV pada anak
PPTX
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
diagnosis dan tatalaksana pada bayi dari ibu HIV
HIV pada Anak.pptx
tatalaksana TB paru pada anak penderita hivppt
3. Penatalaksanaan Anak 18 Bulan 2023 - .pdf
HIV pada anak dan tatalaksannya serta diagnosa.pptx
HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA ANAK.pptx
Persentation of HIV pada anak
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx

Similar to PATOFISIOLOGI DASKEP ANAK DENGAN HIV AIDS (20)

PDF
HIV pada Anak
PPTX
PENANGANAN TRIPLE ELIMINASI PADA ANAK (1).pptx
PPTX
HIV AIDS Pada Anak + Tubeculosis Paru.pptx
PDF
Dr endang
PPTX
HIV_DALAM_KEHAMILAN.pptx
PPTX
ASUHAN KEPERAWATAN CSACacSCAnak Dengan HIV.pptx
PPTX
ASUHAN KEPgqqERAWATAN Anak Dengan HIV.pptx
PPTX
SMART WOMEN FOR THE GOLDEN GENERATION.pptx
PPTX
HIV / AIDS pada Kehamilan
PPT
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)
PPSX
Rim3
PPSX
Rim3
PPTX
HIV_ANAK.pptx
PPTX
materi tentang kesehatan reproduksi ppt.
PDF
Makalah HIV Aids pada Anak.pdf
PPTX
slide anti retro viral terbaru kalimantan selatan
PPTX
2_HIV:AIDS_pptxbdhdj dbdhdhhehehjdjehfyehejj
PPTX
ab - Pencegahan transmisi vertikal HIV,.pptx
PDF
Pedoman HIV anak
PDF
Children HIV
HIV pada Anak
PENANGANAN TRIPLE ELIMINASI PADA ANAK (1).pptx
HIV AIDS Pada Anak + Tubeculosis Paru.pptx
Dr endang
HIV_DALAM_KEHAMILAN.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN CSACacSCAnak Dengan HIV.pptx
ASUHAN KEPgqqERAWATAN Anak Dengan HIV.pptx
SMART WOMEN FOR THE GOLDEN GENERATION.pptx
HIV / AIDS pada Kehamilan
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)
Rim3
Rim3
HIV_ANAK.pptx
materi tentang kesehatan reproduksi ppt.
Makalah HIV Aids pada Anak.pdf
slide anti retro viral terbaru kalimantan selatan
2_HIV:AIDS_pptxbdhdj dbdhdhhehehjdjehfyehejj
ab - Pencegahan transmisi vertikal HIV,.pptx
Pedoman HIV anak
Children HIV

More from ErlenaHorizon (15)

PDF
10,Agustina, R.2021.pdf agustina et al a
PDF
9,A Rosengren er al.,2015.pdf rosengreen
PDF
8.Piryani et al. (2016) .pdf priyani et all
PDF
5. Adeomi et al. (2022) .pdf adomee et al
PDF
7.Al-Saadi et al. (2023) .pdf alsadid et al
PDF
1. Shegaze (2016).pdf jurnak sgegaz obesity
PDF
3. Jallow-Badjan et al. (2020) .pdf jallow
PDF
20 Rathnayake, K. M. et al 2014.pdf jurnak
PDF
tesis tinjauan hukum telemedicine.phukudf
PPTX
DIARE PADA ANAK.pptx askep anak dengan diare
PPT
D.-BODY-MEKANIK.ppt untuk keperawatan dasar
PPTX
CARING.pptx in nursing untuk mahasiswa keperawatan
PPT
KPSP ppt sdidtk modul P (1).ppt tumbung
PPT
konsep keperawatan perioperatif anak.ppt
PPT
PPT-UEU-Keperawatan-Anak-II-Pertemuan-6.ppt
10,Agustina, R.2021.pdf agustina et al a
9,A Rosengren er al.,2015.pdf rosengreen
8.Piryani et al. (2016) .pdf priyani et all
5. Adeomi et al. (2022) .pdf adomee et al
7.Al-Saadi et al. (2023) .pdf alsadid et al
1. Shegaze (2016).pdf jurnak sgegaz obesity
3. Jallow-Badjan et al. (2020) .pdf jallow
20 Rathnayake, K. M. et al 2014.pdf jurnak
tesis tinjauan hukum telemedicine.phukudf
DIARE PADA ANAK.pptx askep anak dengan diare
D.-BODY-MEKANIK.ppt untuk keperawatan dasar
CARING.pptx in nursing untuk mahasiswa keperawatan
KPSP ppt sdidtk modul P (1).ppt tumbung
konsep keperawatan perioperatif anak.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Anak-II-Pertemuan-6.ppt

Recently uploaded (20)

PDF
Novel Sejarah Lahirnya Puskesmas : Leimena, Soeharto, Siwabessy. KARYA FERIZA...
PDF
Novel Sejarah Lahirnya Puskesmas : Leimena, Soeharto, Siwabessy. KARYA FERIZA...
PDF
NOVEL INSPIRASI AI INDONESIA : Hippocrates, Pierre Fauchard, Ottawa Charter 1...
PDF
NOVEL MOMENTUM KESEHATAN ABAD INI ADALAH VISI INDONESIA EMAS 2045. KARYA Fer...
PPTX
Ppt mengenai teknik Sterilisasi alat OK.pptx
PDF
Novel FLORENCE NIGHTINGALE Ibu Perawat Modern. Karya Ferizal BAPAK SASTRA KES...
PDF
Rancangan Detail Menu BOK P2 Tahun 2026.pdf
PPTX
8. MPI 5 Pelayanan Usia Dewasa dan Lansia 25 kompetemsi kader posyandu.pptx
PDF
NOVEL INSPIRASI AI INDONESIA : Hippocrates, Pierre Fauchard, Ottawa Charter 1...
PDF
Novel Biografi Ibnu Sina. Karya Ferizal BAPAK SASTRA KESEHATAN INDONESIA
PPT
MATERI 4 DINKES KABUPATEBANGKA BARAT.ppt
PPT
GBS gangguan pada sistem iimunitas tubuh
PDF
PENGUATAN JEJARING LAYANAN TB DI RS - MALANG 21052024.pdf
PPTX
Penyuluhan mengenai Asma Awam edit-1.pptx
PDF
Novel Biografi Ibnu Sina. Karya Ferizal BAPAK SASTRA KESEHATAN INDONESIA
PPTX
persentasi penanggulangan stanting dalam negeri
PPTX
laporan kasus SOPT (sindrom obstruksi pasca TBC) di Rumah Sakit
PDF
Buku Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dan Menyusui
PDF
tatalaksana stroke - Panduan Pedoman kemenkes
PDF
Novel Biografi Ibnu Sina. Karya Ferizal BAPAK SASTRA KESEHATAN INDONESIA
Novel Sejarah Lahirnya Puskesmas : Leimena, Soeharto, Siwabessy. KARYA FERIZA...
Novel Sejarah Lahirnya Puskesmas : Leimena, Soeharto, Siwabessy. KARYA FERIZA...
NOVEL INSPIRASI AI INDONESIA : Hippocrates, Pierre Fauchard, Ottawa Charter 1...
NOVEL MOMENTUM KESEHATAN ABAD INI ADALAH VISI INDONESIA EMAS 2045. KARYA Fer...
Ppt mengenai teknik Sterilisasi alat OK.pptx
Novel FLORENCE NIGHTINGALE Ibu Perawat Modern. Karya Ferizal BAPAK SASTRA KES...
Rancangan Detail Menu BOK P2 Tahun 2026.pdf
8. MPI 5 Pelayanan Usia Dewasa dan Lansia 25 kompetemsi kader posyandu.pptx
NOVEL INSPIRASI AI INDONESIA : Hippocrates, Pierre Fauchard, Ottawa Charter 1...
Novel Biografi Ibnu Sina. Karya Ferizal BAPAK SASTRA KESEHATAN INDONESIA
MATERI 4 DINKES KABUPATEBANGKA BARAT.ppt
GBS gangguan pada sistem iimunitas tubuh
PENGUATAN JEJARING LAYANAN TB DI RS - MALANG 21052024.pdf
Penyuluhan mengenai Asma Awam edit-1.pptx
Novel Biografi Ibnu Sina. Karya Ferizal BAPAK SASTRA KESEHATAN INDONESIA
persentasi penanggulangan stanting dalam negeri
laporan kasus SOPT (sindrom obstruksi pasca TBC) di Rumah Sakit
Buku Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dan Menyusui
tatalaksana stroke - Panduan Pedoman kemenkes
Novel Biografi Ibnu Sina. Karya Ferizal BAPAK SASTRA KESEHATAN INDONESIA

PATOFISIOLOGI DASKEP ANAK DENGAN HIV AIDS

  • 1. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA BAYI BARU LAHIR DARI IBU TERINFEKSI HIV Presentan : Cendy Andestria (2018790028) Preseptor : Dr. H. Jeffry Pattisahusiwa, Sp.A KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA RSUD R. SYAMSUDIN, SH – SUKABUMI 2019
  • 2. PENDAHULUAN Pedoman manajemen pencegahan penularan HIV pada anak Kemenkes 2015
  • 4. KASUS HIV DI INDONESIA Berdasarkan kelompok usia KEMENKES RI.2017
  • 5. KASUS HIV DI INDONESIA Berdasarkan jenis kelamin KEMENKES RI.2017
  • 6.  HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus golongan RNA yang spesifik menyerang sistem imun/kekebalan tubuh manusia.  AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala/tanda klinis pada pengidap HIV akibat infeksi tumpangan (oportunistik) karena penurunan sistem imun. DEFINISI
  • 7.  Virus menyerang sistem kekebalan tubuh (limfosit T)  Virus terdapat pada cairan tubuh : o Darah o Cairan mani o Cairan vagina o ASI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS
  • 8. Oleh : Human Immunodefisiensi virus (HIV) Family : Retroviridae Subfamily : Lentiviridae Struktur family : retrovirus Grup : HIV-1 dan HIV-2 Morfologi : dikelilingi lipid bilayer envelope (ada 2 glikoprotein, gp120 & gp41) ETIOLOGI
  • 9. FAKTOR RISIKO PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK FAKTOR IBU FAKTOR BAYI FAKTOR OBSTETRIK 1. Kadar HIV/viral load dalam darah 2. Kadar CD4 rendah 3. Status gizi selama kehamilan 4. Penyakit infeksi selama kehamilan 1. Prematuritas dan berat lahir rendah 2. Lama menyusu, bila tanpa pengobatan 3. Luka pada mulut 1. Jenis persalinan (pervaginam > SC) 2. Lama persalinan 3. Ketuban pecah dini Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forsep
  • 10. Transmisi vertikal (>90%) o Intra uterine o During labour o Post partum Transmisi Horizontal o Transfusi darah o Jarum suntik o Hubungan seks CARA PENULARAN HIV
  • 11. PENULARAN HIV PADA ANAK > 90% Penularan secara vertikal INTRA UTERINE 5 – 10 % LABOUR 10 -20 % POST PARTUM 5 – 20 % Risiko penularan tanpa menyusui 15 – 30 % Menyusui 6 bulan 25 – 35 % Menyusui 18 – 24 bulan 30 – 45%
  • 13. Fase I : masa jendela (window period) – tubuh sudah terinfeksi HIV, namun pada pemeriksaan darahnya masih belum ditemukan antibodi anti-HIV, berlangsung sekitar 2 – 3 bulan sejak infeksi awal, penderita sangat mudah menularkan HIV PERJALANAN ALAMIAH INFEKSI HIV DAN AIDS
  • 14. Fase II : masa laten, dapat tanpa gejala (asimptomatik) hingga gejala ringan. Penderita dapat menularkan ke orang lain, masa tanpa gejala rata-rata berlangsung 2 – 3 tahun, sedangkan dengan gejala ringan 5 – 8 tahun, ditandai berbagai radang kulit seperti ketombe, folikulitis yang hilang timbul walaupun diobati. PERJALANAN ALAMIAH INFEKSI HIV DAN AIDS
  • 15. Fase III : masa AIDS merupakan fase terminal infeksi HIV dengan kekebalan tubuh yang telah menurun drastis sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi oportunistik, berupa peradangan berbagai mukosa. PERJALANAN ALAMIAH INFEKSI HIV DAN AIDS
  • 16. PERJALANAN ALAMIAH INFEKSI HIV DAN AIDS Fase I, viral load (HIV dalam darah) sangat tinggi sehingga penderita sangat infeksius, limfosit T CD4 menurun tajam saat viral load mencapai puncak. Fase II dengan viral load menurun dan relatif stabil, namun limfosit T CD4 berangsur-angsur menurun. Fase III dengan viral load makin tinggi dan limfosit T CD4 mendekati nol sehingga terjadi gejala berkurangnya daya tahan tubuh yang progresif dikuti dengan
  • 18. 1. Anak sakit (jenis penyakit yang berhubungan dengan HIV seperti TB Paru/mendapat OAT berulang, malnutrisi, pneumonia berulang, diare kronis berulang) 2. Bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV dan sudah mendapatkan perlakuan pencegahan penularan dari ibu ke anak. BAYI DAN ANAK MEMERLUKAN TES HIV BILA….
  • 19. 3. Untuk mengetahui status bayi/anak kandung dari ibu yang didiagnosis terinfeksi HIV (pada umur berapa saja) 4. Untuk mengetahui status seorang anak setelah salah satu saudara kandungnya didiagnosis HIV; atau salah satu atau kedua orangtua meninggal oleh sebab yang tidak diketahui tetapi masih mungkin karena HIV BAYI DAN ANAK MEMERLUKAN TES HIV BILA….
  • 20. 5. Terpajan atau potensial terkena infeksi HIV melalui jarum suntik yang terkontaminasi, menerima transfusi berulang dan sebab lain 6. Anak yang mengalami kekerasan seksual BAYI DAN ANAK MEMERLUKAN TES HIV BILA….
  • 21. UJI VIROLOGIS  F/ meneggakan diagnosis klinik (setelah usia 6 minggu) Direkomendasikan untuk diagnosis anak < 18 bulan Uji virologis pada usia 4 – 6 minggu/lebih cepat (pada bayi yang terpajan HIV sejak lahir) Bila uji virologis ke-1 pada bayi (+) --> terapi ARV + cek uji virologis ke-2 Hasil (+) --> inisiasi ARV DIAGNOSIS INFEKSI HIV PADA ANAK
  • 22. UJI SEROLOGIS  Usia <18 bulan : menentukan ada/tidaknya pajanan HIV  Bila (+) = indikasi ibu terinfeksi HIV Usia >18 bulan : uji diagnostik konfirmasi Anak usia <18 bulan terpajan HIV yg tampak sehat dan belum dilakukan uji virologis --> dianjurkan uji serologis usia 9 bulan. Bila (+) --> uji virologis DIAGNOSIS INFEKSI HIV PADA ANAK
  • 23.  METODE PEMERIKSAAN HIV DIAGNOSIS STATUS INFEKSI HIV BAYI Metode Langsung (Virologi) Tidak langsung (Serologi) Jenis PCR DNA PCR RNA Ab kualitatif Ab kuantitatif Keuntunga n Bisa tahu lebih dini Hasil pasti Kekurangan Mahal Tetap perlu konfirmasi Menunggu usia 18 bulan atau berkala
  • 24. Menggunakan PCR Diagnosis anak usia < 18 bulan Tes awal usia 6 minggu • Tes HIV DNA kualitatif -> plasma EDTA/DBS • Tes HIV RNA kuantitatif -> plasma EDTA  Menggunakan antibodi HIV-1 dan HIV-2 • Tes cepat • Tes Enzyme Immunoassay (EIA) • Tes Western Bold UJI VIROLOGIS UJI SEROLOGIS
  • 25. Waktu Pemeriksaan 4-6 minggu PCR HIV (DNA /RNA) 4-6 Bulan PCR HIV (DNA/RNA) 18 BULAN Antibodi HIV Uji Virologi Uji Serologis Kualitatif Sensitivitas > 90% pada usia 2 – 4 minggu Dapat digunakan sebagai EID Bila tidak tersedia dapat dengan tes HIV RNA (Viral Load) Kuantitatif Deteksi RNA virus HIV ekstraseluler dalam plasma Sensitivitas 90 – 100% pada usia 2 -3 bulan Dapat sebagai uji kofirmasi dan pemantauan keberhasilan ART Antibodi ibu dapat di transfer ke janin melalui plasenta Antibodi akan hilang sekitar usia 12 – 18 bulan Tes Antibodi HIV/Rapid test/ELISA -> BUKAN sbg alat diagnostik anak < 18 bulan
  • 27. INFEKSI HIV POSITIF BILA :  Dua kali Uji Virologi positif (+), usia berapa saja , ATAU  Usia > 18 bulan Uji Serologis positif (+) INFEKSI HIV NEGATIF BILA :  Tidak ada bukti klinis ataupun laboratoris adanya infeksi HIV, DAN  Dua kali Uji Virologi negatif (-), pertama dilakukan pada usia > 4 minggu dan kedua pada usia > 4 bulan, dan tidak pernah positif (+), ATAU  Dua kali atau lebih hasil Uji Serologis HIV negatif pada usia > 6 bulan
  • 28.  BILA anak usia < 18 bulan dipikirkan terinfeksi HIV, TETAPI laboratorium PCR HIV tidak tersedia DIAGNOSIS PRESUMTIF HIV Bila ada 1 kriteria berikut: • PCP, meningitis kriptokokus, kandidiasis esophagus • Toksoplasmosis • Malnutrisi berat yang tidak membaik dengan pengobatan standar Minimal ada 2 gejala berikut: • Oral thrush • Pneumonia berat • Sepsis berat • Kematian ibu yang berkaitan dengan HIV atau penyakit HIV yang lanjut pada ibu • CD4+ <20% Atau
  • 29.  Memakai cara yang sama dengan uji HIV orang dewasa.  Pada anak yang masih mendapatkan ASI pada saat tes dilakukan, uji HIV baru dapat diintepretasikan dengan baik bila ASI sudah dihentikan > 6 minggu. DIAGNOSIS HIV PADA ANAK 18 BULAN
  • 31. RISIKO PENULARAN < 2% INTRA UTERINE LABOUR POSTPARTUM Diagnostik ARV profilaksis ARV profilaksis Persalinan SC ARV profilaksis Pencegahan IO Nutrisi, Imunisasi, Tumbung Kembang
  • 32.  REKOMENDASI IDAI ARV profilaksis untuk bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV : Diberiksan saat usia 6 – 12 jam kelahiran (paling lambat usia 72 jam) Bila bayi mendapat susu formula: zidovudine 2x sehari Bila bayi mendapat ASI: zidovudine dan nevirapine Diberikan selama 6 minggu (syarat ibu mendapat ART) ANTIRETROVIRAL PROFILAKSIS
  • 33. Dosis ARV Profilaksis Nama Obat Dosis Durasi Zidovudin (AZT) 2 x sehari - Usia Gestasi > 35 minggu : 4 mg/kgBB/dosis, 2 kali (PO) - Usia Gestasi 30-<35 mgg : 2 mg/kgBB/dosis, selama 2 minggu, kmd naikkan 3 mg/kgBB/dosis selama 4 minggu (PO) - Usia Gestasi < 30 mgg : 2 mg/kgBB/dosis, selama 4 minggu, kmd naikkan 3 mg/kgBB/dosis selama 2 minggu (PO) dari lahir hingga 6 minggu
  • 34. Nevirapin (NVP) 1 x sehari - Berat Lahir 1500-<2000gr : 8 mg/ dosis (PO) - Berat Lahir 2000-2499 gr : 10 mg/dosis (PO) - Berat Lahir > 2500 gram : 15 mg/dosis (PO) dari lahir hingga 6 minggu
  • 35.  REKOMENDASI IDAI Harus diberikan untuk semua bayi baru lahir dari ibu terinfeksi HIV sejak usia 6 minggu sampai infeksi HIV anak disingkirkan Untuk mencegah Pneumonia Pneumocystis Jiroveci (PCP) dan juga efektif mencegah toksoplasmosis dan beberapa infeksi bakteri lain spt: salmonella, Haemophilus, Staphylokokus Dosis : 4 – 6 mg TMP/kgBB, setiap 24 jam, setiap hari - Sediaan sirup 40 mg (TM)/5 ml dan tablet 80 mg PROFILAKSIS KOTRIMOKSAZOL (CTX)
  • 37.  Kotrimoksazol dapat dihentikan bila:  Bayi & anak yg terpajan HIV saja dan tidak terinfeksi dibuktikan dgn pemeriksaan laboratorium baik PCR 2x /antibodi pada usia yg sesuai, profilaksis dihentikan sesudah status ditetapkan. PROFILAKSIS KOTRIMOKSAZOL (CTX)
  • 38.  Anak yang terinfeksi HIV: - Umur < 1 thn : diberikan hingga umur 5 tahun/ diteruskan seumur hidup tanpa penghentian - Umur 1 - 5 thn : diberikan seumur hidup. - Umur > 5 thn : bila dimulai pada stadium berapa saja dan CD4< 350 sel, maka dapat diteruskan seumur hidup atau dihentikan bila CD4>350 sel/ml setelah meminum ARV 6 bulan. Bila dimulai pada stadium 3 dan 4 maka profilaksis dihentikan jika CD4 > 200 sel/ml. PROFILAKSIS KOTRIMOKSAZOL (CTX)
  • 41.  Berdasarkan nilai CD4, terutama nilai presentase pada anak usia < 5 tahun Penetapan Kelas Imunodefisiensi
  • 42. • CD4 adalah parameter terbaik untuk mengukur Imunodefisiensi • CD4 dapat menjadi petunjuk progresivitas penyakit karena Nilai CD4 labih menurun lebih dulu dibandingkan kondisi klinis • Pemantauan CD4 dapat digunakan untuk memulai pemberian ARV atau penggantian obat Penetapan Kelas Imunodefisiensi
  • 46. Indikasi ARV Tatalaksana terhadap Infeksi Oportunistik yang terdeteksi harus didahulukan *Menggunakan kombinasi kriteria klinis dan imunologis
  • 47.  2 Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI) + 1 Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) REKOMENDASI TERAPI ARV AZT = Zidovudin ; d4T = Stavudin ; TDF = Tenovofir ; 3TC = Lamivudin Langkah 1: Gunakan 3TC sebagai NRTI pertama
  • 48. Langkah 2: Pilih 1 NRTI untuk dikombinasi dengan 3TCa :
  • 49. Langkah 3: Pilih 1 NNRTI
  • 50. REKOMENDASI PADUAN ARV LINI PERTAMA Paduan Pilihan (ABC atau AZT) + 3TC + LPV/r Panduan Alternatif (ABC atau AZT) + 3TC + NVP Paduan Pilihan AZT +3TC + EFV Paduan Alternatif ABC + 3 TC + NVP ABC + 3 TC + EVP AZT + 3TC + NVP TDF + 3 TC (atau FTC) + EFV TDF + 3 TC (ATAU FTC) + NVP Paduan Pilihan TDF + 3TC(ATAU FTC) + EFV Paduan Alternatif AZT + 3 TC + NVP AZT + 3 TC (atau FTC) + EFV AZT + 3 TC + EFV TDF + 3 TC (atau FTC) + NVP Paduan ARV Lini Pertama pada Anak < 3 tahun Paduan ARV Lini Pertama pada Anak Usia 3 - 10 tahun Paduan ARV Lini Pertama Anak Remaja
  • 51. Pemantauan setelah mulai mendapat ARV Penghitungan dosis setiap kontrol (dosis berubah seiring pertambahan BB & TB Obat yg diminum bersamaan harus dievaluasi Kepatuhan obat, apakah ada yg terlewat (hitung sisa obat) Pemantauan kadar HB & Leukosit dilakukan bila anak menerima AZT pada bulan 1 dan ke 3. Pemantauan CD4 dianjurkan dilakukan pada saat awal diagnosis dan setiap 6 bulan sesudahnya.
  • 53. TATALAKSANA KEGAGALAN PENGOBATAN ARV LINI PERTAMA Parameter : 1. Kegagalan virologis : bila VL kembali mencapai 5000 copiRNA/ml, diperiksa dalam 2 kali pemeriksaan pada saat yang berbeda. 2. Kegagalan imunologis : bila nilai CD4 turun pada 2 kali pemeriksaan yang dilakukan dengan jarak 3 bulanan 3. Kegagalan klinis : munculnya penyakit baru yang tergolong pada stadium 3 atau 4.
  • 54. TATALAKSANA KEGAGALAN PENGOBATAN ARV LINI PERTAMA Kriteria gagal imunologis *anak patuh minum obat:  2 – 5 tahun : nilai CD4 < 200 sel/mm3atau CD4 <10%  > 5 tahun : CD4 < 100 sel/mm3
  • 55. Prinsip pemilihan paduan lini kedua:  Pilih kelas obat ARV sebanyak mungkin.  Bila kelas yang sama akan dipilih, pilih obat yang sama sekali belum dipilih sebelumnya.  Sebelum pindah ke paduan lini kedua, kepatuhan berobat harus benar-benar dinilai.  Untuk paduan berbasis ritonavir-boosted PI, pemeriksaan lipid (trigliserida dan kolesterol, jika mungkin LDL dan HDL) dilakukan setiap 6-12 bulan.
  • 57. Konseling :  Acceptable : dapat diterima Feasible : dapat dilakukan (pengetahuan, ketersediaan susu formula) Affordable : terjangkau Susteinable : tersedia berkelanjutan Safe : aman Susu Formula Memenuhi Syarat AFASS Jika syarat AFASS tidak dapat dipenuhi -> ASI eksklusif selama 6 bulan
  • 58. Pilihan yang diambil haruslah antara ASI saja atau susu formula saja (bukan mixed feeding). Ibu dengan HIV boleh memberikan susu formula bagi bayinya yang HIV (-) / tidak diketahui status HIV- nya, jika SELURUH syarat AFASS dapat dipenuhi. PEMBERIAN NUTRISI
  • 59. Bila AFASS tidak terpenuhi /ASI yg diberikan, ASI diberikan dgn cara diperah, dipanaskan, diberikan dgn botol atau gelas kaca. PEMBERIAN NUTRISI
  • 60. 1. ASI eksklusif selama 6 bulan. 2. Mengurangi Viral Load dengan cara : ARV atau pasteurisasi ASI 3. Cegah/obati perlukaan pada payudara 4. Perbaiki keadaan umum bayi untuk cegah infeksi Bila salah satu AFASS tidak dipenuhi -> ASI dengan syarat : AFASS harus tetap diupayakan Hindari transmisi -> TIDAK ASI
  • 61.  REKOMENDASI IDAI  Vaksin inactivated dapat diberikan kepada bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV sesuai dengan jadwal imunisasi nasional.  Vaksin BCG dapat diberikan kepada bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV jika telah terbukti bayi tidak terinfeksi HIV  Vaksin campak dan polio oral dapat diberikan kepada bayi sehat yang lahir dari ibu terinfeksi HIV. Imunisasi Bayi Lahir dari Ibu Terinfeksi HIV :
  • 62. PENCEGAHAN KEHAMILAN YANG TIDAK DIRENCANAKAN PADA WANITA HIV Pencegahan & penundaan kehamilan pada ibu dgn HIV melalui konseling dan pencegahan sarana kontrasepsi yang aman dan efektif (kondom) - Kontrasepsi mantap/sterilisasi. - Kontrasepsi jangka panjang yaitu AKDR, Hormonal (Pil KB Kombinasi, Pil progesteron, implan progesteron, suntik progesteron jangka panjang/DMPA)
  • 63. Perencanaan Kehamilan ASPEK MEDIS : viral load tidak terdekteksi, kadar CD4 >350 sel/mm3 ASPEK SOSIAL : perencanaan kehamilan oleh pasangan dan kesepakatan/persetujuan dari keluarga. Persiapan perempuan dengan HIV yang ingin hamil VL tidak terdeteksi/kadar CD4 > 350 sel/mm3 -> sanggama tanpa kontrasepsi dapat dilakukan. Kadar CD4 < 350 sel/mm3 -> minum ARV secara teratur dan disiplin minimal selama 6 bulan & tetap menggunakan kondom selama sanggama.
  • 64.  ODHA hamil harus diberikan terapi ARV, tanpa harus memeriksakan jumlah CD4 & viral load terlebih dahulu.  Bila terdapat IO, maka infeksi tersebut perlu diobati terlebih dahulu. Terapi ARV diberikan setelah IO diobati dan stabil (± setelah 2 minggu - 2 bulan pengobatan). PEMBERIAN ARV PADA IBU HAMIL DENGAN INFEKSI HIV
  • 65.  Profilaksis kotrimoksazol diberikan pada stadium klinis 2, 3, 4 dan atau CD4 < 200. Untuk mencegah PCP, Toksoplasma, infeksi bacterial (pneumonia, diare) dan berguna juga untuk mencegah malaria pada daerah endemis.  Dosis ARV : TDF(300mg) + 3TC (300mg) + EFV (600mg) PEMBERIAN ARV PADA IBU HAMIL DENGAN INFEKSI HIV
  • 66.  TUJUAN : menurunkan risiko penularan HIV dari ibu ke bayi, risiko terhadap ibu, tim penolong dan pasien lainnya PERENCANAAN PERSALINAN AMAN BAGI IBU DENGAN HIV
  • 67.  Bagi ibu yang memilih tidak menyusui dapat dilakukan penghentian produksi ASI.  Pengobatan, perawatan dan dukungan secara berkelanjutan diberikan, di samping tata laksana infeksi oportunistik terhadap pengidap HIV/AIDS dan dukungan edukasi nutrisi. PENATALAKSANAAN NIFAS BAGI IBU DENGAN HIV
  • 68.  Pelayanan kontrasepsi pasca persalinan diutamakan agar tidak terjadi kehamilan yang tidak terencana dan membahayakan ibu dan janin yang dikandungnya.  Edukasi kepada ibu tentang cara membuang bahan yang berpotensi menimbulkan infeksi, seperti lokia dan pembalut yang penuh dengan darah. PENATALAKSANAAN NIFAS BAGI IBU DENGAN HIV
  • 69.  Risiko penularan HIV dari ibu ke anak tanpa upaya pencegahan atau intervensi berkisar antara 20-50%. Dengan pelayanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak yang baik, risiko penularan dapat diturunkan menjadi kurang dari 2%.  Sebanyak >90% penularan HIV terjadi secara vertikal dimana terjadi selama kehamilan, proses persalinan, dan setelah melahirkan.  Uji virologis wajib dilakukan pada bayi yang diketahui terpajan HIV (usia 4 minggu – 6 minggu) KESIMPULAN
  • 70.  ARV profilaksis diberikan setelah lahir – 4 minggu pada bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV  Pemberian profilaksis kotrimoksazol bertujuan untuk mencegah infeksi oportunistik seperti PCP  Pemberian terapi ARV harus sesuai kriteria klinis, kelas imunodefisiensi  Pemantauan rutin wajib bagi mereka yang mendapatkan terapi ARV KESIMPULAN
  • 71.  2014. Situasi dan Analisis HIV AIDS InfoDatin. Jakarta : Pusat Data danInformasi Kementerian Kesehatan RI  2015. Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak Unicef. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI  2015. Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak bagi Tenaga Kesehatan Unicef. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI  Yuliyanasari, Nurma. 2017. Global Burden Desease – Human Immunodeficiency Virus – Acquierd Immune Deficiency Syndrome (HIV-AIDS). Surabaya  2014. Pedoman Penerapan Terapi HIV pada Anak WHO IDAI. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI  2015. Buku Permenkes RI No 87 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI  2018. Situasi Umum HIV/AIDS dan Tes HIV. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. DAFTAR PUSTAKA