SlideShare a Scribd company logo
MATERI INTI 6
PELAYANAN GIZI
PADA LANJUT
USIA
Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) Pelayanan
Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk
Petugas Puskesmas
Direktorat Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia
KEMENTERIAN KESEHATAN
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan
Geriatri Untuk Petugas Kesehatan
Sebagian dari presentasi ini dirujuk dari Dr.dr. Nina KS, SpPD KGer, MPH. “Asuhan Terpadu Lansia
ICOPE WHO”
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pelayanan gizi pada lanjut usia
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
1. Menjelaskan perubahan fisiologis pada lanjut usia
2. Menjelaskan perubahan komposisi tubuh pada lanjut usia
3. Menjelaskan masalah gizi pada lanjut usia secara umum
4. Melakukan penentuan dan penilaian status gizi pada lanjut usia
5. Melakukan Pelayanan Gizi lanjut usia
6. Melakukan deteksi dini status nutrisi pada lanjut usia
3
POKOK
BAHASAN DAN SUB POKOK
BAHASAN
1. Perubahan fisiologi pada lanjut usia:
a. Saluran cerna
b. Jantung dan pembuluh darah
c. Sistem pernafasan
d. Ginjal dan urogenital
e. Sistem endokrin
f. Sistem otot dan saraf
2. Perubahan komposisi tubuh pada lanjut usia:
a. Massa otot
b. Massa lemak
c. Jumlah cairan tubuh
3. Masalah gizi pada lanjut usia:
a. Kegemukan
b. Kurang energi kronik (KEK)
c. Kurang zat gizi mikro (anemia, osteoporosis)
d. Penyakit degeneratif (Penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes
melitus, osteoarthritis, Gout artritis, stroke, kanker dan penyakit paru
obstruksi kronik) 4. Penentuan dan penilaian status gizi pada lanjut usia:
a. Berbagai cara pengukuran antropometri untuk menilai status gizi lanjut
usia. b. Penentuan status gizi lanjut usia.
5. Pelayanan gizi Lansia:
a. Pelayanan gizi individu
b. Pelayanan gizi masyarakat
6. Deteksi dini status nutrisi pada lansia:
a. Skrining Konsep penilaian vitalitas dan status nutrisi:
1) Skrining malnutrisi pada lanjut usia
2) Pola diet pada lanjut usia termasuk kebutuhan protein
a. Dampak malnutrisi pada :
1) Sarcopenia
2) frailty
PENDAHULUAN
Perubahan fisiologis
Metabolisme
menurun
Penyakit kronik
degeneratif
5
PERUBAHAN FISIOLOGIS 1
PADA LANJUT USIA
6
A. PERUBAHAN FISIOLOGI PADA LANSIA
◼ Saluran cerna: perubahan fungsi neuromuskular, perubahan struktur saluran
cerna, perubahan kemampuan absorpsi dan sekresi
◼ Jantung dan pembuluh darah: perubahan struktur dan anatomis otot
jantung, penebalan tunika intima arteri karotis
◼ Pernapasan: penurunan kekuatan otot pernapasan, penurunan area pertukaran
gas di alveoli paru
Aalami OO, et al. Physiological features of aging persons. Arch Surg. Vol 138. 2003.
7
downloaded from: https://jamanetworks.com
PERUBAHAN FISIOLOGI PADA LANSIA lanjutan….
◼ Ginjal: laju filtrasi glomerulus menurun 1 ml/menit/tahun, perubahan anatomis dan panjang
tubulus ginjal (tubular senescence), mudah mengalami gangguan ginjal bila ada perubahan
volume cairan tubuh
◼ Sistem endokrin: penurunan hormon estrogen (peningkatan risiko osteoporosis),
penurunan hormon testosteron, gangguan toleransi glukosa, atrofi kelenjar tiroid
◼ Otot dan saraf: atrofi otot rangka, atrofi korteks otak minimal, kemampuan penglihatan-
pendengaran-sensasi taktil menurun
Aalami OO, et al. Physiological features of aging persons. Arch Surg. Vol 138.
8
2003. downloaded from: https://jamanetworks.com
PERUBAHAN FISIOLOGI PADA LANSIA lanjutan….
No. Kondisi lansia Perubahan pola makan Status gizi 1. Metabolisme basal me ↓ Kebutuhan
energi me ↓ Obesitas/ BB lebih
2. Gangguan motorik Kesulitan menyiapkan
makanan
Risiko kurang gizi
3. Aktivitas fisik me ↓ Energi yg dipakai sedikit Obesitas/ BB lebih
4. Fungsi indera me ↓ Palabilitas makanan me ↓
Selera makan me ↓
Risiko kurang gizi
5. Penyakit periodental, gigi
tanggal
6. Sekresi asam lambung dan
enzim pencernaan me ↓
Kurang konsumsi serat,
konsumsi makanan lunak
Gangguan absorpsi
vitamin dan mineral
Risiko kurang gizi, obesitas
Defisiensi zat gizi mikro
7. Pasase usus me ↓ Sulit BAB, kembung Wasir, anemia 8. Penggunaan obat obatan Nafsu
makan me ↓ Risiko kurang gizi
9
PERUBAHAN FISIOLOGI PADA LANSIA lanjutan….
No Kondisi Lansia Perubahan Pola Makan Status Gizi 9 Kurang sosialisasi, kesepian Nafsu makan me ↓
Risiko kurang gizi 10 Pendapatan menurun Asupan makan me ↓ Risiko kurang gizi 11 Demensia Lupa
makan/sering makan Risiko kurang gizi, obesitas
12 Fungsi sel otak me ↓ Perubahan perilaku Risiko kurang gizi
10
1. PERUBAHAN
2
KOMPOSISI TUBUH
PADA LANSIA
11
PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANSIA
MASSA OTOT
• Massa otot, akibatnya
metabolisme basal ↓
• fungsi organ, aktivitas fisik, dan
jumlah sel ↓
• Latihan fisik dan asupan protein
cukup
MASSA LEMAK
• Akumulasi lemak tubuh, abdomen •
Lemak viseral
• Gangguan keseimbangan
metabolik
• Faktor risiko DM tipe 2, PJK,
Hipertensi
Aalami OO, et al. Physiological features of aging persons. Arch Surg. Vol 138.
12
2003. downloaded from: https://jamanetworks.com
PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANSIA
MASSA CAIRAN TUBUH
• Cairan tubuh total ↓
• Peningkatan risiko dehidrasi
• Mudah terjadi kelebihan cairan ketika asupan cairan sedikit berlebih
Aalami OO, et al. Physiological features of aging persons. Arch Surg. Vol 138. 13 2003. downloaded from:
https://jamanetworks.com
1. MASALAH GIZI PADA
3
LANJUT USIA
14
MASALAH GIZI PADA LANJUT USIA
Kegemukan
◼ Masukan energi lebih besar
daripada keluaran energi
◼ Metabolisme tubuh menurun,
sedangkan aktivitas fisik
berkurang dan asupan makan seperti
biasa
◼ Akumulasi lemak viseral (perut) ��
risiko diabetes melitus, penyakit
jantung, hipertensi
Kurang energi kronik (KEK)
◼ Penyebab KEK pada lansia:
- Berkurangnya indera
pengecap, pencium
- Gigi geligi tanggal, proses
mengunyah terganggu
- Stres, kesepian, penyakit
kronik, polifarmaka
15
Masalah Gizi pada Lansia: Kekurangan Zat Gizi Mikro
Umum terjadi pada lansia dengan KEK maupun status gizi normal Anemia
Osteoporosis (keropos tulang)
■ Penyebab: penyakit kronik, kurang asupan
zat gizi
■ World Health Organization: kadar
hemoglobin normal pada usia > 15 thn
• perempuan: 12 mg/dL
• Laki-laki: 13 mg/dL
■ Penelitian Hasan: 19% lansia mengalami
anemia defisiensi besi
◼ Berkurang atau hilangnyanya densitas mineral
tulang dan matriks organik ��menurunnya
kekuatan tulang ��tulang rapuh, mudah patah
◼ Faktor risiko: lanjut usia, rendahnya densitas
mineral tulang, riwayat fraktur, penggunaan
obat-obatan yang memengaruhi
demineralisasi tulang (glukokortikoid, anti
kejang, dll
◼ Suplementasi vitamin D3 dan kalsium
16
Masalah Gizi Pada Lanjut Usia:
Penyakit Kronik Degeneratif Yang Mempengaruhi Status Gizi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) Hipertensi
◼ konsumsi lemak jenuh dan
kolesterol yang berlebihan
◼ penumpukan lemak di dinding
pembuluh darah
◼ penimbunan jaringan ikat, pengapuran,
pembekuan darah, mempersempit dan
menyumbat pembuluh darah
◼ Berat badan berlebih
meningkatkan beban jantung ◼ Tekanan
daarah cenderung lebih tinggi
◼ aterosklerosis -> meningkatkan
tekanan darah
◼ Sumbatan dapat memicu stroke
17
Masalah Gizi pada Lanjut Usia:
Penyakit Kronik Degeneratif yang Mempengaruhi Status Gizi
Diabetes Melitus
• Kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal (GDP >125 g/dl atau GDS
>200g/dl)
• kerusakan sel beta di pankreas → kekurangan insulin absolut/relatif dan mengganggu
absorpsi glukosa ke dalam sel
• DM tipe I : kerusakan sel pankreas → kekurangan insulin absolut • DM tipe 2 :
ketidakmampuan tubuh dalam merespons insulin, terjadi resistensi insulin dengan
defisiensi insulin relatif
18
Masalah Gizi pada Lanjut Usia:
Penyakit Kronik Degeneratif yang Mempengaruhi Status Gizi
Osteoarthrosis
• Berkurangnya tulang rawan sendi secara progresif disertai dengan inflamasi pada jaringan
penyangga sendi
• Gejala: nyeri, kekakuan sendi, dan terbatasnya gerakan sendi • Lokasi yang sering: sendi panggul,
lutut, kaki, tulang cervical, lumbal dan jari • Salah satu terapi adalah mengurangi berat badan
untuk mengurangi beban tubuh
19
Masalah Gizi pada Lanjut Usia:
Penyakit Kronik Degeneratif yang Mempengaruhi Status Gizi
◼Gout Arthritis
• Asam urat merupakan hasil akhir dari katabolisme purin
• Gangguan yang mendasari adalah endapan kristal monosodium urat monohidrat
�
�
kadar asam urat dalam darah me ↑, yaitu > 7 mg/dl pada laki-laki dan > 6
mg/dl pada perempuan
• Hindari makanan tinggi purin: jerohan, gajih hewan, seafood (golongan A), alkohol,
fruktosa, daging merah
Li R, et al. Dietary
factor and risk of
gout and
hyperuricemia: a
meta-analysis and
systemic review.
Asia Pac J Clin Nutr
2018;27(6):1344-56
20
Masalah Gizi pada Lanjut Usia:
Penyakit Kronik Degeneratif yang Mempengaruhi Status Gizi
Stroke
• Gangguan aliran darah ke otak mendadak → Oksigen menurun
mendadak -> mengganggu fungsi otak • Stroke iskemik : sumbatan
• Stroke perdarahan : ruptur pembuluh darah
21
Masalah Gizi pada Lanjut Usia:
Penyakit Kronik Degeneratif yang Mempengaruhi Status
GiziKanker
• Pembelahan sel diluar kendali
• sel menginvasi ke jaringan lain maupun metastasis
• Mudah mengalami malnutrisi akibat kanker dan efek samping
terapi kanker
22
1. PENENTUAN DAN
4
PENILAIAN STATUS GIZI
PADA LANSIA
23
PENENTUAN DAN PENILAIAN STATUS GIZI PADA
LANSIA
Berat badan Tinggi badan Panjang
depa Tinggi lutut Tinggi duduk
Lingkar betis Lingkar
lengan atas
24
PENGUKURAN ANTROPOMETRI: BERAT
BADAN
Pemeriksa harus melihat angka penimbangan dalam posisi
yang tepat (berhadapan dengan lansia yang diperiksa)
25
PENGUKURAN ANTROPOMETRI: TINGGI BADAN
34%
From 2017
Click here to
add your text
panjang depa
tinggi badan tinggi lutut
tinggi duduk
26
TINGGI LUTUT
1. Untuk Lansia yang dapat duduk
• Orang yang diukur duduk dengan kursi
• Posisi duduk sempurna (badan tegak, tangan bebas ke bawah dan muka menghadap kedepan)
• Lutut kedua kaki membentuk sudut siku (90°)
• tualng kering dan telapak kaki juga membentuk sudut (90°)
• Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri bagian tumit dan lutut • Baca angka
(panjang lutut) pada alat secara seksama
• Catat angka hasil pengukuran.
27
2. Untuk orang sakit (tidak dapat duduk)
• Pasien tidur telentang pada tempat tidur (usahakan posisi tempat tidur / kasur rata / horizontal)
• Tempatkan alat penyangga diantara lipatan paha dan betis kaki kiri membentuk sudut siku (90°)
• Beri bantuan dengan bantal pada bagian pantat pasien jika alat penyangga terlalu tinggi
• Telapak kaki kiri pasien membentuk sudut (90°)
• Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri pada bagian tumit dan lutut • Baca angka
(panjang lutut) pada alat secara seksama
• Catat angka hasil pengukuran.
28
Hasil Pengukuran Tinggi Lutut diplot
ke Kartu Penilaian Lansia
29
PANJANG DEPA
1. Pengukuran Panjang Depa (PD) -
Harus dilakukan dengan 2 pemeriksa -
Lansia yang diperiksa harus dapt berdiri
menempel dinding
Kekurangan
- Tangan harus bisa direntangkan
maksimal
- Terdapat kelainan tulang belakang -
Tidak bisa dilakukan sambil berbaring
30
Bila Tidak bisa ukur TB→ Alternatif Lain
1. Pengukuran Panjang Depa (PD)
Kekurangan :
- Tangan harus bisa direntangkan maks
- tidak bisa sambil berbaring
2. Pengukuran Tinggi Duduk (TD)
Kekurangan :
- jika badan bongkok, hasil tidak valid
Tinggi Duduk
31
Hasil Pengukuran Tinggi Lutut diplot
ke Kartu Penilaian Lansia
32
TINGGI DUDUK
2. Pengukuran Tinggi Duduk (TD)
Kekurangan
- jika badan bongkok, hasil tidak valid
◼ Harus menggunakan bangku kayu, agar tidak
mudah bergeser
◼ Laki-laki: tinggi bangku 40 cm
◼ Perempuan: tinggi bangku 35 cm
Tinggi duduk
33
Hasil Pengukuran Tinggi Lutut diplot
ke Kartu Penilaian Lansia
34
LINGKAR BETIS
Digunakan pada lansia yang tidak dapat ukur berat badan
dan tinggi badan (bedridden, imobilisasi di kursi roda)
atau lansia yang bongkok tetapi tidak ada alat pengukuran
tinggi badan yang ideal
• gunakan pita meteran kain (bukan pita Lila) • cari
diameter betis paling lebar
• kaki kanan/kiri hasilnya sama
• posisi duduk di kursi/tepian tempat tidur
35
LINGKAR LENGAN ATAS
Digunakan pada lansia yang tidak dapat ukur berat
badan dan tinggi badan (bedridden, imobilisasi di
kursi roda) - gunakan pita meteran kain atau pita
Lila • tanyakan lengan yang tidak aktif
• ambil titik tengah antara prosesus acromium dan
olecranon (dalam posisi lengan ditekuk) • ukur lingkar
lengan atas dalam posisi lengan lurus
• nilai normal: > 23 cm
36
POKOK BAHASAN
4. PENENTUAN DAN PENENTUAN STATUS GIZI LANSIA:
PENILAIAN STATUS GIZI
LANSIA Klasifikasi IMT berdasarkan WHO Asia
Pasifik 2008
Indeks massa tubuh = berat badan (kg) Tinggi
badan (m)2
Indeks massa
Status gizi
tubuh
< 17 Sangat kurus
17 – 18,4 Kurus
18,5 – 25 Normal
25,1 – 27 Gemuk
> 27 Obes
37
Redefining Obesity and Its Treatment. WHO Taskforce Asia Pacific. 2008
POKOK BAHASAN
4. PENENTUAN DAN PENENTUAN STATUS GIZI LANSIA: PENILAIAN STATUS GIZI LANSIA
Klasifikasi IMT berdasarkan WHO Asia Pasifik 2008
Indeks massa tubuh = berat badan (kg) Tinggi
badan (m)2
Indeks massa
Status gizi
tubuh
< 18,5 kg/m2
Underweight (kurus)
18,5 – 22,9 kg/m2 Normal
23 – 24,9 kg/m2 Berisiko
25-29,9 kg/m2 Obes I
≥ 30 kg/m2 Obes II
38
Redefining Obesity and Its Treatment. WHO Taskforce Asia Pacific. 2008
1. PELAYANAN GIZI PADA 5
LANSIA
39
Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu
◼Penapisan: metode Mini Nutritional Assessment (MNA)
◼Pelayanan gizi terstandar
◼Diagnosis gizi: klinis, biokimia, antropometri
◼Intervensi gizi: kebutuhan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, vitamin
mineral, cairan
◼Monitoring dan evaluasi
40
Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu
(Penapisan)
Mini Nutritional
Assessment Short Form
41
Mini Nutritional
Assessment Full Form
42
Pelayanan Gizi
Lanjut Usia: 1.
Pelayanan Gizi
Individu (Penapisan)
Apakah mengalami:
1. Penurunan asupan 3 bulan terakhir? 2.
Kehilangan BB 3 bulan terakhir?
3. Kemampuan mobilitas?
4. Stress psikologis dalam 3 bulan terakhir? 5.
Masalah neuropsikologis?
6. Indeks Massa Tubuh? Alternatif → lingkar betis
43
Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu
(Penapisan)
1. Tinggal dengan?
2. Penggunaan obat-obatan? 3.
Kebiasaan makan?
a. sumber protein hewani? Nabati? b.
buah? sayur?
c. kacang2an?
d. cairan?
44
Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu
(Penapisan)
Sebelum masuk tahapan PAGT �
�Penapisan/Skrining
• dapat dilakukan oleh Perawat/Bidan
• dilakukan segera setelah pasien lansia masuk Fasyankes
Penapisan/Skiring Gizi
• mengetahui risiko malnutrisi
• dengan instrumen MNA
45
skor MNA SF 0-7 skor MNA SF 8-11 skor MNA SF 12-14
46
Pelayanan Gizi Lanjut Usia:
1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Energi
Rule of Thumb
◼ Laki laki 30 kkal/BB
◼ Perempuan 25 kkal/BB
◼ Subyek kurus, status gizi normal --> pakai BB
aktual
◼ Subyek obes --> pakai BB ideal
◼ BB ideal ( ≥40 thn) = TB – 100 x 1 kg
47
Pelayanan Gizi Lanjut Usia:
1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Energi
• Makanlah sesuai kebutuhan
Energi Masuk
Energi Keluar
48
Pelayanan Gizi Lanjut Usia:
1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Protein
Kebutuhan minimal 1-1,2 g/BB/hari
untuk lansia sehat
1,5 gram/BB (15–20%
kebutuhan total)
terbagi 3 kali
makan/hari, untuk lansia dengan
penurunan BB, pasca sakit/operasi
Asupan protein hewani dan nabati seimbang
- hiperkolesterolemia: utamakan sumber nabati, utamanya kedelai - Penyakit
ginjal kronik: utamakan sumber hewani
49
SUMBER
PROTEIN
Pilih produk rendah lemak
Susu low fat
Daging tanpa
lemak
Ayam
Ikan
Tempe/tahu
Konsumsi daging
putih (ayam/ikan)
Pilih daging tanpa
lemak
50
National Cholesterol Education Program, Adult Treatment Panel, 2006.
Krauss RM et al. AHA Dietary Guideline for Stroke, 2000
50
MANFAAT KONSUMSI IKAN
Konsumsi ikan sedikitnya 2-3 kali per
minggu pada usia 40–75 tahun
��cegah stroke, penyakit jantung
Metode pengolahan yang sehat:
- rebus (sup ikan)
- bakar
- pepes
Goreng
51
Krauss RM et al. AHA Dietary Guideline for Stroke, 2000
Ka He, JAMA 2002;288:3130-36
51
Pelayanan Gizi Lanjut Usia:
1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Lemak
Lemak jenuh
• < 7% dari kebutuhan lemak
• Batasi santan, minyak kelapa, lemak hewani,
susu full cream
• < 10% dari kebutuhan lemak
Lemak tidak jenuh ganda • Ikan laut, flaxseed
• < 8% kebutuhan lemak
Lemak tidak jenuh tunggal • Minyak kanola, minyak zaitun, buah alpukat
• Maksimal 2 gram/hari
Lemak trans • Crackers, margarin, cookies
• < 300 mg/hari
kolesterol • Jerohan, kuning telur, seafood, mentega
52
PENGATURAN DIET SEIMBANG:
SUMBER LEMAK
Perbanyak lemak baik Batasi lemak jenuh
53
53
Anjuran konsumsi lemak
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Indonesia:
Lemak: 25% dari energi total
(Minimal 10% dari energi total)
Anjuran Kementerian Kesehatan Indonesia:Lemak
= 67 gram = 5 sdm minyak per hari
54
E. Pelayanan Gizi Lanjut Usia:
1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Karbohidrat & Lemak
Karbohidrat
• Utamakan karbohidrat kompleks: 55–
60% kebutuhan total
• Sumber: nasi, jagung, singkong, ubi,
kentang, roti gandum
• Batasi karbohidrat sederhana →
maksimal 50 gram (4 sendok
makan)
• Sumber: madu, gula pasir, tepung,
minuman manis
Serat
• Anjuran: 25 gram/hari (5 porsi sayur
dan buah)
• Sumber: sayur dan buah
• Manfaat: cegah konstipasi,
meningkatkan respons rasa
kenyang, meningkatkan penyerapan
kalsium di usus
halus
55
Pelayanan Gizi Lanjut Usia:
1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Vitamin & Mineral
◼ Kebutuhan vitamin dan mineral yang memerlukan
perhatian: - Vitamin B1,B2, B6 �
�untuk konduksi saraf
- Asam folat �
�cegah anemia megaloblastik, baik untuk kesehatan jantung -
Vitamin D3 dan kalsium �
�mempertahankan kepadatan tulang, CEGAH fraktur -
Zat besi �
�cegah anemia, kebutuhan lebih sedikir dibandingkan dewasa muda -
Seng �
�perbaiki taste bud di lidah
- Natrium, kalium �
�untuk memperbaiki elastisitas pembuluh darah
56
Pelayanan Gizi Lanjut Usia:
1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Vitamin & Mineral
■ Kalsium 800-1000 mg untuk mencegah kerapuhan tulang Sumber: susu
dan produk-produknya (seperti keju, yoghurt, produk susu)
■ Vitamin D berguna mempertahankan keseimbangan kalsium, memperbaiki
gejala depresi, memperbaiki respons glukosa darah
Sumber vitamin didapatkan dari sinar matahari, dan bahan
makanan (ikan laut, susu fortifikasi, mentega fortifikasi, jamur
shitake)
57
Pelayanan Gizi Lanjut Usia:
1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Vitamin & Mineral
Hardinsyah, Analisis komsumsi lemak, gula dan garam
Rekomendasi WHO (2003)
garam < 5 g/hari �
�1 sendok teh/hari
58
Makronutrien
E
ENERGI
25-30 kkal/BB/hari
Makro nutrien
P
L
CHO
Protein
Cegah sarkopenia:
minimal 1,2 g/BB
Lemak
25-30% energi total
(maks 5 sendok
makan/hari)
Karbohidrat
50-60% energi total
(batasi
gula sederhana)
59
Mikronutrien
Kalsium Zinc, Fe, asam folat Kalsium 800-1000 mg
sumber: ikan laut, sayuran hijau
- Mencegah anemia
- Zink memperbaiki indra
pengecap
GARAM 1 sendok
teh/hari
单击Add your
title
Perbanyak konsumsi sayur dan buah (5 porsi per hari) bagi
lansia TANPA gangguan ginjal
60
Pelayanan Gizi Lanjut Usia:
1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Cairan
◼ Kebutuhan cairan yang direkomendasikan untuk lanjut usia sekitar 1500 ml per
24 jam (Permenkes nomor 75 tahun 2013)
◼ Meningkatnya risiko kurang air pada lansia disebabkan oleh berbagai kondisi
61
Pelayanan Gizi Lanjut Usia:
1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Cairan
Berbagai kondisi yang meningkatkan risiko kurang air pada Lansia Karakteristik lansia
Risiko Segi Asupan Kondisi Obat-obatan
Usia > 85 tahun Asupan cairan < 1500 ml/hari Demensia Laksatif
Indeks massa tubuh < 21 kg/m2 atau > 27
kg/m2
Sering tumpah ketika minum Depresi Diuretika
Memerlukan bantuan
untuk minum
Diabetes
Sulit menelan makanan Penyakit ginjal akut
dan kronik
Makan < 50% dari yang
diberikan
Memakai selang makanan
Sering lupa minum
62
Pelayanan Gizi Lanjut Usia:
1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Cairan
Derajat kurang air Gejala klinis kurang air
Ringan-sedang • Haus, sakit kepala, sulit konsentrasi • Mulut kering, lidah beralur, air
liur kental
• Urin berwarna kuning coklat
• Frekuensi dan volume berkemih kurang
• Konstipasi
• Kram pada tungkai dan lengan
Sedang-berat • Penurunan kesadaran, nadai cepat dan lemah
• Nafas cepat, kejang
• Tekanan darah menurun
• Volume urin sangat sedikit atau tidak ada
• Kelopak mata cekung, ekstremitas dingin
• Kontraksi otot
63
DEHIDRASI
◼ Lansia berisiko terjadi dehidrasi karena
menurunnya respons rasa haus
◼ Akibat kekurangan cairan selain
menyebabkan dehidrasi juga
menyebabkan konstipasi
TIPS:
◼ Minum air putih jumlah cukup (minimal 6
gelas/hari)
◼ Hindari minum teh/kopi malam
hari menjelang tidur
◼ Hindari aktivitas di lingkungan panas
◼ Perbanyak konsumsi sayur, buah yang
banyak mengandung air
◼ Lansia gangguan ginjal, jantung -->
kebutuhan cairan disesuaikan
kondisi klinis
64
SUPLEMEN NUTRISI ORAL
◼ Suplemen nutrisi oral (SNO) terdiri dari tambahan protein kualitas tinggi, kalori,
dan vitamin dan mineral dalam jumlah adekuat yang dirancang untuk kebutuhan
individu yang mengalami keterbatasan rasa dan fisik
◼ Tambahan nutrisi oral diberikan hanya jika lansia tidak dapat mengonsumsi
kalori dan nutrisi yang cukup dari makanan padat atau ketika SNO merupakan
strategi sementara selain makanan biasa untuk meningkatkan asupan kalori
◼ Lansia membutuhkan instruksi bagaimana cara mencampur SNO, berapa banyak
yang harus diminum dalam sekali pemberian dan kapan harus meminumnya.
◼ SNO harus diminum di antara waktu makan, bukan pada waktu makan Guidance on
person-centered assessment and pathways in primary care. ICOPE (Integrated care for older people). World Health Organization
2019.
65
SUPLEMEN NUTRISI ORAL
◼ Lansia sering membutuhkan dukungan dan dorongan yang berkelanjutan (dari
anggota keluarga, perawat dan tenaga kesehatan) untuk tetap menggunakan SNO dan
juga untuk tetap makan sebaik mungkin.
◼ Setelah beberapa saat, lansia mungkin bosan dengan rasa dan tekstur dari satu jenis
SNO. Variasi dan perubahan rasa dari waktu ke waktu dapat membantu.
◼ Berat badan harus dipantau dan dicatat secara teratur.
◼ Idealnya, SNO dihentikan setelah risiko malnutrisi teratasi dan diet biasa
memberikan nutrisi yang cukup.
Guidance on person-centered assessment and pathways in primary care. ICOPE (Integrated care for older people). World Health Organization
2019.
66
Pelayanan Gizi Lanjut Usia:
1. Pelayanan Gizi Individu: Konseling Gizi
Makan porsi kecil
tetapi sering (tiap 3
jam)
JANGAN melewati
waktu makan
Makan bersama
keluarga, makan
bersama teman
Pilih snack sehat
(buah segar dan
makanan rebus)
Cara pengolahan makan yang
sehat
(kukus/rebus/panggang),
hindari bumbu tajam
Batasi
makanan/minuman
manis, perbanyak
makanan yang
mengandung protein
67
Konseling Gizi : Pesan Gizi Seimbang
10 Pesan Gizi Seimbang
1. Syukuri dan Nikmati Anekaragam Makanan
2. Perbanyak Makan Sayuran dan Cukup Buah-Buahan
3. Biasakan Mengonsumsi Lauk-pauk Mengandung Protein Tinggi 4. Biasakan
Mengonsumsi Anekaragam Makanan Pokok
5. Batasi Konsumsi Pangan Manis, Asin dan Berlemak
6. Biasakan Sarapan
7. Biasakan Minum Air Putih yang Cukup dan Aman
8. Biasakan Membaca Label pada Kemasan Pangan
9. Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Air Bersih Mengalir
10. Lakukan Aktivitas Fisik yang Cukup dan Pertahankan Berat Badan Normal.
68
Pelayanan Gizi Lanjut Usia:
Pelayanan Gizi Individu: Pemantauan & Evaluasi
◼a. Pantau perkembangan
◼b. Mengukur hasil
◼c. Evaluasi hasil:
1. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi 2.
Dampak asupan makanan dan zat gizi 3. Dampak
terhadap tanda dan gejala fisik terkait gizi 4. Dampak
terhadap pasien terkait gizi
69
Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 2.
Pelayanan Gizi Masyarakat
● Keluarga
○ Pendidikan gizi : mendapatkan gizi yang cukup sesuai dengan kondisinya, mencapai dan mempertahankan
BB normal, mengatasi perubahan saluran pencernaan dengan proses penuaan, mencegah dan menghambat
osteoporosis dan gangguan gizi ○ Penyediaan makanan : oleh pengasuh atau anggota keluarga
○ Rujukan : penanganan khusus yang lebih lanjut, seperti penurunan status gizi, 3 hari tidak ada asupan,
kondisi gawat darurat, menderita penyakit kronis yang berat ● Kelompok Lanjut Usia
○ Penyuluhan gizi
○ Pemantauan status gizi
○ Konseling gizi : memperbaiki kebiasaan makan dan perilaku kesehatan ○ Pemberian
makanan tambahan
● Panti Sosial Tresna Werdha
○ Penyuluhan Gizi
○ Pemantauan status gizi
○ Penyelenggaraan makanan
○ Konseling gizi
70
1. DETEKSI DINI STATUS
6
GIZI PADA LANSIA
71
Deteksi Dini Status Nutrisi pada Lanjut Usia : Skrining malnutrisi pada
lanjut usia
• Peniliain status nutrisi (comprehesive geriatric assessment) • Mini
Nutritional Assessment
• pengukuran antropometri
• asupan makanan
• Persepsi pasien tentang kondisi kesehatan dan gizi
• Subjective Global Assessment
72
Deteksi Dini Status Nutrisi pada Lanjut Usia : Pola diet pada lanjut usia
termasuk kebutuhan protein
• Lansia rentan mengalami sarkopenia
• asam amino esensial merupakan kunci nutrien dalam kesehatan otot • Kebutuhan
protein 1.2 - 2.0 g/kg.hari
• Sumber protein hewani dan nabati (kedelai) memiliki asam amino esensial yang
lebih tinggi
• Semakin bervariasi sumber protein semakin baik
73
Dampak Malnutrisi pada
Lanjut Usia Sarkopenia Frailty
● Penurunan massa otot
● sejak usia 50 th -> massa otot
menurun 1-1,5% setiap tahun ●
dampak : kehilangan fungsi dan
kekuatan otot
● sarkopenia dapat dicegah dengan
nutrisi dan olahraga yang tepat
● Meningkatnya kerentanan terhadap stresor
yang diakibatkan oleh penurunan cadangan
fisiologis dan kapasitas fungsi lansia
● farilty menyebabkan ketidakmampuan untuk
pulih setelah destabilisasi
● frailty berkaitan erat dengan malnutrisi ●
berasosiasi dengan fungsional dependen,
depresi, resiko jatuh, menigkatnya konsumsi
obat-obatan, resiko patah tulang, rawat inap
dan mortalitas
● dapat dianggap awal dari disabilitas
74
Piring model T
Isi piringku
75
CONTOH MENU SEHAT BAGI USILA
PAGI : Bubur Ayam Komplit
Susu non fat
Jam 10.00 : Puding kacang hijau SIANG : - Nasi
- Pepes ikan
- Tahu isi
- Sup Kimlo
- Pepaya
Jam 16.00 : Kue Pisang
MALAM :
- Nasi
- Roll daging giling bumbu semur
- Oseng-oseng tempe
- Cah wortel
- Pisang Raja
76
TERIMA
KASIH
KASUS 1
◼ Seorang lanjut usia perempuan 75 tahun
◼ TB = 150 cm, BB = 38 kg, IMT = 16,8 kg/m2
◼ 6 bulan terakhir merasa lebih kurus, baju terasa longgar
◼ Gigi sudah banyak yang tanggal. Pasien sudah pernah punya gigi palsu tapi tidak dipakai
karena sakit bila digunakan. Saat ini pasien hanya bisa makan makanan yang lunak. Nafsu makan
saat ini baik, tapi kadang malas makan sendirian
◼ Pola makan (nasi lembek, ikan/tempe dan tahu) 2-3 x sehari, makan sayur 1-2x/minggu
jarang makan buah (karena keras), kue/biskuit 2-3x/minggu
Pasien tinggal bersama anak perempuan yang bekerja dari pagi hingga sore, terkadang memasak
makanannya sendiri
JAWABAN KASUS 1
■ Skrining �
�MNA-SF
IMT: 16,8 kg/m2
(Status gizi kurang)
■ Diagnosis Gizi
Status gizi kurang (malnutrisi) karena kurang
asupan ■ Intervensi Gizi
Tujuan: Mengatur asupan makanan untuk
mencapai status gizi normal
Intervensi: Edukasi makanan seimbang
lansia, bentuk makanan lunak
Frekuensi 3x makan lengkap, 2x selingan
buah potong kecil
79
◼ Anjuran
a. mengedukasi pasien untuk mempersiapkan makanan lunak b. membuat
gigi palsu baru
c. Anjuran kontrol ulang
◼ Kunjungan ke 2
Mengukur BB dan IMT �
�Status Gizi
Mengecek pemahaman pasien atau keluarga
Bertanya mengenai pola makan apa yang telah sesuai, apa kendalanya Anjuran untuk
tetap melakukan pola hidup sehat dengan gizi seimbang
80

More Related Content

PPTX
Pelayanan Gizi Pada Lansia Bagian 1-3.pptx
PDF
Masalah gizi pada lansia
PDF
GIZI PADA LANSIA
PPTX
4 gizi pada usia dewasa dan lansia
PPT
8. Gizi Pada Lansia.ppt.............................
PPTX
PDF
KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA
PPT
dokumen.tips_5-gizi-lansia.ppt
Pelayanan Gizi Pada Lansia Bagian 1-3.pptx
Masalah gizi pada lansia
GIZI PADA LANSIA
4 gizi pada usia dewasa dan lansia
8. Gizi Pada Lansia.ppt.............................
KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA
dokumen.tips_5-gizi-lansia.ppt

Similar to pelatihan pelayanan lanisia Materi Gizi Pada Lansia OK.docx (20)

PDF
Kebutuhan GIZI Pada Lanjut Usia (LANSIA).pptx.pdf
PPT
Gerontik Amri 2023.ppt
PPT
materi materi Gizi pada Lansia (Ma Siska).ppt
PPTX
Gizi Pada Lansia kjhasohnfohaohfoejfojoejojef
PPTX
Penyuluhan PROLANIS Gizi pada Lansia
PPTX
LANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptx
PPTX
MATERI SEMNAS NERS ESRI 2019 (1).pptx
PPTX
Modul 2 kb 4
PDF
Gizi seimbang pada lansia.pdf
PPTX
Gizi seimbang usia lanjut
PPT
TINDAKAN_KEPERAWATAN_LANSIA.ppt
PPTX
KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA
PPTX
Lansia_sehat_dan_mandiri_ok.pptx
PPT
TINDAKAN_KEPERAWATAN_LANSIA TERAPI MODALITAS.ppt
PPTX
7. Pemenuhan Nutrisi dan Gizi-2 (1).pptx
PDF
ppt_microteacing.pdf
PPTX
gizi seimbang pada lansia 1234 lansia gizi
PPTX
GIZI LANSIA.pptx.ilmugizidasar.kesmas.s1
PPT
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-11.ppt
PPT
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-11.ppt
Kebutuhan GIZI Pada Lanjut Usia (LANSIA).pptx.pdf
Gerontik Amri 2023.ppt
materi materi Gizi pada Lansia (Ma Siska).ppt
Gizi Pada Lansia kjhasohnfohaohfoejfojoejojef
Penyuluhan PROLANIS Gizi pada Lansia
LANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptx
MATERI SEMNAS NERS ESRI 2019 (1).pptx
Modul 2 kb 4
Gizi seimbang pada lansia.pdf
Gizi seimbang usia lanjut
TINDAKAN_KEPERAWATAN_LANSIA.ppt
KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA
Lansia_sehat_dan_mandiri_ok.pptx
TINDAKAN_KEPERAWATAN_LANSIA TERAPI MODALITAS.ppt
7. Pemenuhan Nutrisi dan Gizi-2 (1).pptx
ppt_microteacing.pdf
gizi seimbang pada lansia 1234 lansia gizi
GIZI LANSIA.pptx.ilmugizidasar.kesmas.s1
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-11.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-11.ppt
Ad

More from mirthawidiarty1 (20)

PDF
111111111Instrumen SKILAS DAN ADL OK.pdf
PDF
MI.1 Materi P3G dan Konsep ICOPE,,,,,.pdf
PPTX
analisis-swot(1).pptx dalam penerapan dimasyarakat
PPT
364297843-ASUHAN-SAYANG-IBU-DAN-POSISI-MENERAN-YANG-BAIK-ppt.ppt
PPTX
EValuasi Mutu Pelayanan Kebidanan _Profesi 2023(1).pptx
PPT
PPT MANAJEMEN untk mahasiswa PROFESI 2023(1).ppt
PPT
Pendelegasian wewenang Profesi 2 1023.ppt
PDF
Partograf-1.pdf penggunaan partograf dan cara
PDF
KMK No. HK.01.07-MENKES-2001-2024 ttg Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana B...
PPTX
analisis-swot(1).pptx mencari akar ,masalah dengan pendekatan SWOT
PPT
479812566-PARTOGRAF-ppt.ppt alat pemantau persalianan
PPT
396937254-B-Program-Bidan-Delima. peran dan funsi
PPTX
tugas bidan di komunitas peran fungsi dan tugas
DOCX
LIN_21Februari 2025_RPS Kebidanan Komunitas (1)(1).docx
PDF
KMK No. HK.01.07-MENKES-2001-2024 ttg Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana B...
PPTX
opening video pdp pada jejaring 2024.pptx
PPTX
inovasi PDP ComprEmotion sekarang d.pptx
PPTX
Manajemen_Konflik_PPT Profesi 2023 [Autosaved].pptx
PPTX
EValuasi Mutu Pelayanan Kebidanan _Profesi 2023.pptx
PPT
-Asuhan-Bayi-Baru-Lahir-2-jam-pertama-ppt.ppt
111111111Instrumen SKILAS DAN ADL OK.pdf
MI.1 Materi P3G dan Konsep ICOPE,,,,,.pdf
analisis-swot(1).pptx dalam penerapan dimasyarakat
364297843-ASUHAN-SAYANG-IBU-DAN-POSISI-MENERAN-YANG-BAIK-ppt.ppt
EValuasi Mutu Pelayanan Kebidanan _Profesi 2023(1).pptx
PPT MANAJEMEN untk mahasiswa PROFESI 2023(1).ppt
Pendelegasian wewenang Profesi 2 1023.ppt
Partograf-1.pdf penggunaan partograf dan cara
KMK No. HK.01.07-MENKES-2001-2024 ttg Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana B...
analisis-swot(1).pptx mencari akar ,masalah dengan pendekatan SWOT
479812566-PARTOGRAF-ppt.ppt alat pemantau persalianan
396937254-B-Program-Bidan-Delima. peran dan funsi
tugas bidan di komunitas peran fungsi dan tugas
LIN_21Februari 2025_RPS Kebidanan Komunitas (1)(1).docx
KMK No. HK.01.07-MENKES-2001-2024 ttg Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana B...
opening video pdp pada jejaring 2024.pptx
inovasi PDP ComprEmotion sekarang d.pptx
Manajemen_Konflik_PPT Profesi 2023 [Autosaved].pptx
EValuasi Mutu Pelayanan Kebidanan _Profesi 2023.pptx
-Asuhan-Bayi-Baru-Lahir-2-jam-pertama-ppt.ppt
Ad

Recently uploaded (14)

PPTX
PPT Sirosis Heptaoma Liver disease Case.pptx
PPTX
ASKEP NY. MIE FUNG yg harus direvisi.pptx
PPTX
KELOMPOK 6 Isu Dalam Praktik Kebidanan dan etik kebidanan (1).pptx
PPTX
DINAMIS KONTROL POSTURAL SAAT BERJALAN PASIEN STROKE.pptx
PPTX
Kuesioner-PREMS-and-PROMS kepuasan pelayanan
PPTX
Cerdas dalam memilih Kosmetik yang aman.pptx
PDF
Sosialisasi tentang CKG SEKOLAH untuk Nakes.pdf
PPT
FLU BURUNG penyakit baru pada unggas terutama ayam
PPTX
biologi molekuler untuk antigenitas imunogen
PPTX
PENATALAKSANAAN INTERVENSI FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL'S PALSY.pptx
PPTX
Isi Piringku Kaya Protein Cegah Stunting.pptx
PPTX
INTERRUPTED DIRECT CURRENT TIPE FARADIC DAN INTERRUPTED GALVANIC.pptx
PPTX
PPT Sidang Proposal Andre.pptx 29 Oktober 2024 (2).pptx
PDF
4b. Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pdf
PPT Sirosis Heptaoma Liver disease Case.pptx
ASKEP NY. MIE FUNG yg harus direvisi.pptx
KELOMPOK 6 Isu Dalam Praktik Kebidanan dan etik kebidanan (1).pptx
DINAMIS KONTROL POSTURAL SAAT BERJALAN PASIEN STROKE.pptx
Kuesioner-PREMS-and-PROMS kepuasan pelayanan
Cerdas dalam memilih Kosmetik yang aman.pptx
Sosialisasi tentang CKG SEKOLAH untuk Nakes.pdf
FLU BURUNG penyakit baru pada unggas terutama ayam
biologi molekuler untuk antigenitas imunogen
PENATALAKSANAAN INTERVENSI FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL'S PALSY.pptx
Isi Piringku Kaya Protein Cegah Stunting.pptx
INTERRUPTED DIRECT CURRENT TIPE FARADIC DAN INTERRUPTED GALVANIC.pptx
PPT Sidang Proposal Andre.pptx 29 Oktober 2024 (2).pptx
4b. Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pdf

pelatihan pelayanan lanisia Materi Gizi Pada Lansia OK.docx

  • 1. MATERI INTI 6 PELAYANAN GIZI PADA LANJUT USIA Pelatihan Bagi Pelatih (TOT) Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri untuk Petugas Puskesmas Direktorat Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia KEMENTERIAN KESEHATAN
  • 2. Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri Untuk Petugas Kesehatan Sebagian dari presentasi ini dirujuk dari Dr.dr. Nina KS, SpPD KGer, MPH. “Asuhan Terpadu Lansia ICOPE WHO” TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pelayanan gizi pada lanjut usia TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
  • 3. 1. Menjelaskan perubahan fisiologis pada lanjut usia 2. Menjelaskan perubahan komposisi tubuh pada lanjut usia 3. Menjelaskan masalah gizi pada lanjut usia secara umum 4. Melakukan penentuan dan penilaian status gizi pada lanjut usia 5. Melakukan Pelayanan Gizi lanjut usia 6. Melakukan deteksi dini status nutrisi pada lanjut usia 3 POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN 1. Perubahan fisiologi pada lanjut usia: a. Saluran cerna b. Jantung dan pembuluh darah c. Sistem pernafasan d. Ginjal dan urogenital e. Sistem endokrin f. Sistem otot dan saraf 2. Perubahan komposisi tubuh pada lanjut usia: a. Massa otot b. Massa lemak c. Jumlah cairan tubuh
  • 4. 3. Masalah gizi pada lanjut usia: a. Kegemukan b. Kurang energi kronik (KEK) c. Kurang zat gizi mikro (anemia, osteoporosis) d. Penyakit degeneratif (Penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, osteoarthritis, Gout artritis, stroke, kanker dan penyakit paru obstruksi kronik) 4. Penentuan dan penilaian status gizi pada lanjut usia: a. Berbagai cara pengukuran antropometri untuk menilai status gizi lanjut usia. b. Penentuan status gizi lanjut usia. 5. Pelayanan gizi Lansia: a. Pelayanan gizi individu b. Pelayanan gizi masyarakat 6. Deteksi dini status nutrisi pada lansia: a. Skrining Konsep penilaian vitalitas dan status nutrisi: 1) Skrining malnutrisi pada lanjut usia 2) Pola diet pada lanjut usia termasuk kebutuhan protein a. Dampak malnutrisi pada : 1) Sarcopenia 2) frailty PENDAHULUAN Perubahan fisiologis Metabolisme menurun Penyakit kronik degeneratif
  • 6. 6 A. PERUBAHAN FISIOLOGI PADA LANSIA ◼ Saluran cerna: perubahan fungsi neuromuskular, perubahan struktur saluran cerna, perubahan kemampuan absorpsi dan sekresi ◼ Jantung dan pembuluh darah: perubahan struktur dan anatomis otot jantung, penebalan tunika intima arteri karotis ◼ Pernapasan: penurunan kekuatan otot pernapasan, penurunan area pertukaran gas di alveoli paru Aalami OO, et al. Physiological features of aging persons. Arch Surg. Vol 138. 2003. 7 downloaded from: https://jamanetworks.com
  • 7. PERUBAHAN FISIOLOGI PADA LANSIA lanjutan…. ◼ Ginjal: laju filtrasi glomerulus menurun 1 ml/menit/tahun, perubahan anatomis dan panjang tubulus ginjal (tubular senescence), mudah mengalami gangguan ginjal bila ada perubahan volume cairan tubuh ◼ Sistem endokrin: penurunan hormon estrogen (peningkatan risiko osteoporosis), penurunan hormon testosteron, gangguan toleransi glukosa, atrofi kelenjar tiroid ◼ Otot dan saraf: atrofi otot rangka, atrofi korteks otak minimal, kemampuan penglihatan- pendengaran-sensasi taktil menurun Aalami OO, et al. Physiological features of aging persons. Arch Surg. Vol 138. 8 2003. downloaded from: https://jamanetworks.com PERUBAHAN FISIOLOGI PADA LANSIA lanjutan….
  • 8. No. Kondisi lansia Perubahan pola makan Status gizi 1. Metabolisme basal me ↓ Kebutuhan energi me ↓ Obesitas/ BB lebih 2. Gangguan motorik Kesulitan menyiapkan makanan Risiko kurang gizi 3. Aktivitas fisik me ↓ Energi yg dipakai sedikit Obesitas/ BB lebih 4. Fungsi indera me ↓ Palabilitas makanan me ↓ Selera makan me ↓ Risiko kurang gizi 5. Penyakit periodental, gigi tanggal 6. Sekresi asam lambung dan enzim pencernaan me ↓ Kurang konsumsi serat, konsumsi makanan lunak Gangguan absorpsi vitamin dan mineral Risiko kurang gizi, obesitas Defisiensi zat gizi mikro 7. Pasase usus me ↓ Sulit BAB, kembung Wasir, anemia 8. Penggunaan obat obatan Nafsu makan me ↓ Risiko kurang gizi 9 PERUBAHAN FISIOLOGI PADA LANSIA lanjutan….
  • 9. No Kondisi Lansia Perubahan Pola Makan Status Gizi 9 Kurang sosialisasi, kesepian Nafsu makan me ↓ Risiko kurang gizi 10 Pendapatan menurun Asupan makan me ↓ Risiko kurang gizi 11 Demensia Lupa makan/sering makan Risiko kurang gizi, obesitas 12 Fungsi sel otak me ↓ Perubahan perilaku Risiko kurang gizi 10 1. PERUBAHAN 2
  • 10. KOMPOSISI TUBUH PADA LANSIA 11 PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANSIA MASSA OTOT • Massa otot, akibatnya metabolisme basal ↓ • fungsi organ, aktivitas fisik, dan jumlah sel ↓ • Latihan fisik dan asupan protein cukup MASSA LEMAK
  • 11. • Akumulasi lemak tubuh, abdomen • Lemak viseral • Gangguan keseimbangan metabolik • Faktor risiko DM tipe 2, PJK, Hipertensi Aalami OO, et al. Physiological features of aging persons. Arch Surg. Vol 138. 12 2003. downloaded from: https://jamanetworks.com PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANSIA MASSA CAIRAN TUBUH • Cairan tubuh total ↓ • Peningkatan risiko dehidrasi
  • 12. • Mudah terjadi kelebihan cairan ketika asupan cairan sedikit berlebih Aalami OO, et al. Physiological features of aging persons. Arch Surg. Vol 138. 13 2003. downloaded from: https://jamanetworks.com 1. MASALAH GIZI PADA 3 LANJUT USIA
  • 13. 14 MASALAH GIZI PADA LANJUT USIA Kegemukan ◼ Masukan energi lebih besar daripada keluaran energi ◼ Metabolisme tubuh menurun, sedangkan aktivitas fisik berkurang dan asupan makan seperti biasa ◼ Akumulasi lemak viseral (perut) �� risiko diabetes melitus, penyakit jantung, hipertensi Kurang energi kronik (KEK) ◼ Penyebab KEK pada lansia: - Berkurangnya indera pengecap, pencium - Gigi geligi tanggal, proses mengunyah terganggu - Stres, kesepian, penyakit kronik, polifarmaka
  • 14. 15 Masalah Gizi pada Lansia: Kekurangan Zat Gizi Mikro Umum terjadi pada lansia dengan KEK maupun status gizi normal Anemia Osteoporosis (keropos tulang) ■ Penyebab: penyakit kronik, kurang asupan zat gizi ■ World Health Organization: kadar hemoglobin normal pada usia > 15 thn • perempuan: 12 mg/dL • Laki-laki: 13 mg/dL ■ Penelitian Hasan: 19% lansia mengalami anemia defisiensi besi ◼ Berkurang atau hilangnyanya densitas mineral tulang dan matriks organik ��menurunnya kekuatan tulang ��tulang rapuh, mudah patah ◼ Faktor risiko: lanjut usia, rendahnya densitas mineral tulang, riwayat fraktur, penggunaan obat-obatan yang memengaruhi demineralisasi tulang (glukokortikoid, anti kejang, dll ◼ Suplementasi vitamin D3 dan kalsium
  • 15. 16 Masalah Gizi Pada Lanjut Usia: Penyakit Kronik Degeneratif Yang Mempengaruhi Status Gizi Penyakit Jantung Koroner (PJK) Hipertensi ◼ konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan ◼ penumpukan lemak di dinding pembuluh darah ◼ penimbunan jaringan ikat, pengapuran, pembekuan darah, mempersempit dan menyumbat pembuluh darah ◼ Berat badan berlebih meningkatkan beban jantung ◼ Tekanan daarah cenderung lebih tinggi ◼ aterosklerosis -> meningkatkan tekanan darah ◼ Sumbatan dapat memicu stroke
  • 16. 17 Masalah Gizi pada Lanjut Usia: Penyakit Kronik Degeneratif yang Mempengaruhi Status Gizi Diabetes Melitus • Kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal (GDP >125 g/dl atau GDS >200g/dl) • kerusakan sel beta di pankreas → kekurangan insulin absolut/relatif dan mengganggu absorpsi glukosa ke dalam sel • DM tipe I : kerusakan sel pankreas → kekurangan insulin absolut • DM tipe 2 : ketidakmampuan tubuh dalam merespons insulin, terjadi resistensi insulin dengan defisiensi insulin relatif
  • 17. 18 Masalah Gizi pada Lanjut Usia: Penyakit Kronik Degeneratif yang Mempengaruhi Status Gizi Osteoarthrosis • Berkurangnya tulang rawan sendi secara progresif disertai dengan inflamasi pada jaringan penyangga sendi • Gejala: nyeri, kekakuan sendi, dan terbatasnya gerakan sendi • Lokasi yang sering: sendi panggul, lutut, kaki, tulang cervical, lumbal dan jari • Salah satu terapi adalah mengurangi berat badan untuk mengurangi beban tubuh
  • 18. 19 Masalah Gizi pada Lanjut Usia: Penyakit Kronik Degeneratif yang Mempengaruhi Status Gizi ◼Gout Arthritis • Asam urat merupakan hasil akhir dari katabolisme purin • Gangguan yang mendasari adalah endapan kristal monosodium urat monohidrat � � kadar asam urat dalam darah me ↑, yaitu > 7 mg/dl pada laki-laki dan > 6 mg/dl pada perempuan • Hindari makanan tinggi purin: jerohan, gajih hewan, seafood (golongan A), alkohol,
  • 19. fruktosa, daging merah Li R, et al. Dietary factor and risk of gout and hyperuricemia: a meta-analysis and systemic review. Asia Pac J Clin Nutr 2018;27(6):1344-56 20 Masalah Gizi pada Lanjut Usia: Penyakit Kronik Degeneratif yang Mempengaruhi Status Gizi Stroke
  • 20. • Gangguan aliran darah ke otak mendadak → Oksigen menurun mendadak -> mengganggu fungsi otak • Stroke iskemik : sumbatan • Stroke perdarahan : ruptur pembuluh darah 21 Masalah Gizi pada Lanjut Usia: Penyakit Kronik Degeneratif yang Mempengaruhi Status GiziKanker • Pembelahan sel diluar kendali
  • 21. • sel menginvasi ke jaringan lain maupun metastasis • Mudah mengalami malnutrisi akibat kanker dan efek samping terapi kanker 22 1. PENENTUAN DAN 4 PENILAIAN STATUS GIZI PADA LANSIA
  • 22. 23 PENENTUAN DAN PENILAIAN STATUS GIZI PADA LANSIA Berat badan Tinggi badan Panjang depa Tinggi lutut Tinggi duduk Lingkar betis Lingkar lengan atas
  • 24. BADAN
  • 25. Pemeriksa harus melihat angka penimbangan dalam posisi yang tepat (berhadapan dengan lansia yang diperiksa) 25 PENGUKURAN ANTROPOMETRI: TINGGI BADAN
  • 27. Click here to add your text panjang depa tinggi badan tinggi lutut tinggi duduk 26 TINGGI LUTUT 1. Untuk Lansia yang dapat duduk • Orang yang diukur duduk dengan kursi • Posisi duduk sempurna (badan tegak, tangan bebas ke bawah dan muka menghadap kedepan) • Lutut kedua kaki membentuk sudut siku (90°) • tualng kering dan telapak kaki juga membentuk sudut (90°) • Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri bagian tumit dan lutut • Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama
  • 28. • Catat angka hasil pengukuran. 27 2. Untuk orang sakit (tidak dapat duduk) • Pasien tidur telentang pada tempat tidur (usahakan posisi tempat tidur / kasur rata / horizontal) • Tempatkan alat penyangga diantara lipatan paha dan betis kaki kiri membentuk sudut siku (90°) • Beri bantuan dengan bantal pada bagian pantat pasien jika alat penyangga terlalu tinggi • Telapak kaki kiri pasien membentuk sudut (90°) • Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri pada bagian tumit dan lutut • Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama • Catat angka hasil pengukuran. 28 Hasil Pengukuran Tinggi Lutut diplot
  • 29. ke Kartu Penilaian Lansia 29 PANJANG DEPA
  • 30. 1. Pengukuran Panjang Depa (PD) - Harus dilakukan dengan 2 pemeriksa - Lansia yang diperiksa harus dapt berdiri menempel dinding Kekurangan - Tangan harus bisa direntangkan maksimal - Terdapat kelainan tulang belakang - Tidak bisa dilakukan sambil berbaring 30 Bila Tidak bisa ukur TB→ Alternatif Lain
  • 31. 1. Pengukuran Panjang Depa (PD) Kekurangan : - Tangan harus bisa direntangkan maks - tidak bisa sambil berbaring 2. Pengukuran Tinggi Duduk (TD) Kekurangan : - jika badan bongkok, hasil tidak valid Tinggi Duduk 31 Hasil Pengukuran Tinggi Lutut diplot ke Kartu Penilaian Lansia
  • 32. 32
  • 33. TINGGI DUDUK 2. Pengukuran Tinggi Duduk (TD) Kekurangan - jika badan bongkok, hasil tidak valid ◼ Harus menggunakan bangku kayu, agar tidak mudah bergeser ◼ Laki-laki: tinggi bangku 40 cm ◼ Perempuan: tinggi bangku 35 cm Tinggi duduk 33 Hasil Pengukuran Tinggi Lutut diplot
  • 34. ke Kartu Penilaian Lansia 34 LINGKAR BETIS
  • 35. Digunakan pada lansia yang tidak dapat ukur berat badan dan tinggi badan (bedridden, imobilisasi di kursi roda) atau lansia yang bongkok tetapi tidak ada alat pengukuran tinggi badan yang ideal • gunakan pita meteran kain (bukan pita Lila) • cari diameter betis paling lebar • kaki kanan/kiri hasilnya sama • posisi duduk di kursi/tepian tempat tidur 35 LINGKAR LENGAN ATAS Digunakan pada lansia yang tidak dapat ukur berat badan dan tinggi badan (bedridden, imobilisasi di kursi roda) - gunakan pita meteran kain atau pita
  • 36. Lila • tanyakan lengan yang tidak aktif • ambil titik tengah antara prosesus acromium dan olecranon (dalam posisi lengan ditekuk) • ukur lingkar lengan atas dalam posisi lengan lurus • nilai normal: > 23 cm 36 POKOK BAHASAN 4. PENENTUAN DAN PENENTUAN STATUS GIZI LANSIA: PENILAIAN STATUS GIZI LANSIA Klasifikasi IMT berdasarkan WHO Asia Pasifik 2008
  • 37. Indeks massa tubuh = berat badan (kg) Tinggi badan (m)2 Indeks massa Status gizi tubuh < 17 Sangat kurus 17 – 18,4 Kurus 18,5 – 25 Normal 25,1 – 27 Gemuk > 27 Obes 37 Redefining Obesity and Its Treatment. WHO Taskforce Asia Pacific. 2008 POKOK BAHASAN 4. PENENTUAN DAN PENENTUAN STATUS GIZI LANSIA: PENILAIAN STATUS GIZI LANSIA Klasifikasi IMT berdasarkan WHO Asia Pasifik 2008 Indeks massa tubuh = berat badan (kg) Tinggi badan (m)2
  • 38. Indeks massa Status gizi tubuh < 18,5 kg/m2 Underweight (kurus) 18,5 – 22,9 kg/m2 Normal 23 – 24,9 kg/m2 Berisiko 25-29,9 kg/m2 Obes I ≥ 30 kg/m2 Obes II 38 Redefining Obesity and Its Treatment. WHO Taskforce Asia Pacific. 2008 1. PELAYANAN GIZI PADA 5 LANSIA
  • 39. 39 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu ◼Penapisan: metode Mini Nutritional Assessment (MNA) ◼Pelayanan gizi terstandar ◼Diagnosis gizi: klinis, biokimia, antropometri ◼Intervensi gizi: kebutuhan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, vitamin mineral, cairan ◼Monitoring dan evaluasi
  • 40. 40 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu (Penapisan) Mini Nutritional Assessment Short Form
  • 42. Assessment Full Form 42 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu (Penapisan) Apakah mengalami:
  • 43. 1. Penurunan asupan 3 bulan terakhir? 2. Kehilangan BB 3 bulan terakhir? 3. Kemampuan mobilitas? 4. Stress psikologis dalam 3 bulan terakhir? 5. Masalah neuropsikologis? 6. Indeks Massa Tubuh? Alternatif → lingkar betis 43 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu (Penapisan) 1. Tinggal dengan?
  • 44. 2. Penggunaan obat-obatan? 3. Kebiasaan makan? a. sumber protein hewani? Nabati? b. buah? sayur? c. kacang2an? d. cairan? 44 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu (Penapisan) Sebelum masuk tahapan PAGT � �Penapisan/Skrining • dapat dilakukan oleh Perawat/Bidan
  • 45. • dilakukan segera setelah pasien lansia masuk Fasyankes Penapisan/Skiring Gizi • mengetahui risiko malnutrisi • dengan instrumen MNA 45 skor MNA SF 0-7 skor MNA SF 8-11 skor MNA SF 12-14
  • 46. 46 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Energi Rule of Thumb
  • 47. ◼ Laki laki 30 kkal/BB ◼ Perempuan 25 kkal/BB ◼ Subyek kurus, status gizi normal --> pakai BB aktual ◼ Subyek obes --> pakai BB ideal ◼ BB ideal ( ≥40 thn) = TB – 100 x 1 kg 47 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Energi • Makanlah sesuai kebutuhan
  • 48. Energi Masuk Energi Keluar 48 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Protein Kebutuhan minimal 1-1,2 g/BB/hari untuk lansia sehat 1,5 gram/BB (15–20% kebutuhan total) terbagi 3 kali makan/hari, untuk lansia dengan penurunan BB, pasca sakit/operasi
  • 49. Asupan protein hewani dan nabati seimbang - hiperkolesterolemia: utamakan sumber nabati, utamanya kedelai - Penyakit ginjal kronik: utamakan sumber hewani 49 SUMBER PROTEIN Pilih produk rendah lemak Susu low fat Daging tanpa
  • 50. lemak Ayam Ikan Tempe/tahu Konsumsi daging putih (ayam/ikan) Pilih daging tanpa lemak 50 National Cholesterol Education Program, Adult Treatment Panel, 2006. Krauss RM et al. AHA Dietary Guideline for Stroke, 2000
  • 51. 50 MANFAAT KONSUMSI IKAN Konsumsi ikan sedikitnya 2-3 kali per minggu pada usia 40–75 tahun ��cegah stroke, penyakit jantung Metode pengolahan yang sehat: - rebus (sup ikan) - bakar - pepes Goreng 51 Krauss RM et al. AHA Dietary Guideline for Stroke, 2000 Ka He, JAMA 2002;288:3130-36 51 Pelayanan Gizi Lanjut Usia:
  • 52. 1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Lemak Lemak jenuh • < 7% dari kebutuhan lemak • Batasi santan, minyak kelapa, lemak hewani, susu full cream • < 10% dari kebutuhan lemak Lemak tidak jenuh ganda • Ikan laut, flaxseed • < 8% kebutuhan lemak Lemak tidak jenuh tunggal • Minyak kanola, minyak zaitun, buah alpukat • Maksimal 2 gram/hari Lemak trans • Crackers, margarin, cookies • < 300 mg/hari kolesterol • Jerohan, kuning telur, seafood, mentega 52 PENGATURAN DIET SEIMBANG:
  • 53. SUMBER LEMAK Perbanyak lemak baik Batasi lemak jenuh 53
  • 54. 53 Anjuran konsumsi lemak Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Indonesia: Lemak: 25% dari energi total (Minimal 10% dari energi total) Anjuran Kementerian Kesehatan Indonesia:Lemak = 67 gram = 5 sdm minyak per hari
  • 55. 54 E. Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Karbohidrat & Lemak Karbohidrat • Utamakan karbohidrat kompleks: 55– 60% kebutuhan total • Sumber: nasi, jagung, singkong, ubi, kentang, roti gandum • Batasi karbohidrat sederhana → maksimal 50 gram (4 sendok makan) • Sumber: madu, gula pasir, tepung, minuman manis Serat • Anjuran: 25 gram/hari (5 porsi sayur dan buah) • Sumber: sayur dan buah • Manfaat: cegah konstipasi, meningkatkan respons rasa kenyang, meningkatkan penyerapan
  • 56. kalsium di usus halus 55 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Vitamin & Mineral ◼ Kebutuhan vitamin dan mineral yang memerlukan perhatian: - Vitamin B1,B2, B6 � �untuk konduksi saraf - Asam folat � �cegah anemia megaloblastik, baik untuk kesehatan jantung - Vitamin D3 dan kalsium � �mempertahankan kepadatan tulang, CEGAH fraktur - Zat besi � �cegah anemia, kebutuhan lebih sedikir dibandingkan dewasa muda - Seng � �perbaiki taste bud di lidah
  • 57. - Natrium, kalium � �untuk memperbaiki elastisitas pembuluh darah 56 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Vitamin & Mineral ■ Kalsium 800-1000 mg untuk mencegah kerapuhan tulang Sumber: susu dan produk-produknya (seperti keju, yoghurt, produk susu) ■ Vitamin D berguna mempertahankan keseimbangan kalsium, memperbaiki gejala depresi, memperbaiki respons glukosa darah Sumber vitamin didapatkan dari sinar matahari, dan bahan
  • 58. makanan (ikan laut, susu fortifikasi, mentega fortifikasi, jamur shitake) 57 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Vitamin & Mineral
  • 59. Hardinsyah, Analisis komsumsi lemak, gula dan garam Rekomendasi WHO (2003) garam < 5 g/hari � �1 sendok teh/hari 58
  • 60. Makronutrien E ENERGI 25-30 kkal/BB/hari Makro nutrien P L CHO Protein Cegah sarkopenia: minimal 1,2 g/BB Lemak 25-30% energi total (maks 5 sendok makan/hari) Karbohidrat 50-60% energi total (batasi gula sederhana) 59 Mikronutrien
  • 61. Kalsium Zinc, Fe, asam folat Kalsium 800-1000 mg sumber: ikan laut, sayuran hijau - Mencegah anemia - Zink memperbaiki indra pengecap GARAM 1 sendok teh/hari 单击Add your title Perbanyak konsumsi sayur dan buah (5 porsi per hari) bagi lansia TANPA gangguan ginjal 60 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Cairan ◼ Kebutuhan cairan yang direkomendasikan untuk lanjut usia sekitar 1500 ml per 24 jam (Permenkes nomor 75 tahun 2013) ◼ Meningkatnya risiko kurang air pada lansia disebabkan oleh berbagai kondisi
  • 62. 61 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Cairan Berbagai kondisi yang meningkatkan risiko kurang air pada Lansia Karakteristik lansia Risiko Segi Asupan Kondisi Obat-obatan Usia > 85 tahun Asupan cairan < 1500 ml/hari Demensia Laksatif Indeks massa tubuh < 21 kg/m2 atau > 27 kg/m2 Sering tumpah ketika minum Depresi Diuretika Memerlukan bantuan untuk minum Diabetes
  • 63. Sulit menelan makanan Penyakit ginjal akut dan kronik Makan < 50% dari yang diberikan Memakai selang makanan Sering lupa minum 62 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu: Kebutuhan Cairan Derajat kurang air Gejala klinis kurang air Ringan-sedang • Haus, sakit kepala, sulit konsentrasi • Mulut kering, lidah beralur, air liur kental • Urin berwarna kuning coklat • Frekuensi dan volume berkemih kurang • Konstipasi • Kram pada tungkai dan lengan Sedang-berat • Penurunan kesadaran, nadai cepat dan lemah • Nafas cepat, kejang
  • 64. • Tekanan darah menurun • Volume urin sangat sedikit atau tidak ada • Kelopak mata cekung, ekstremitas dingin • Kontraksi otot 63 DEHIDRASI ◼ Lansia berisiko terjadi dehidrasi karena menurunnya respons rasa haus ◼ Akibat kekurangan cairan selain menyebabkan dehidrasi juga menyebabkan konstipasi TIPS: ◼ Minum air putih jumlah cukup (minimal 6 gelas/hari) ◼ Hindari minum teh/kopi malam hari menjelang tidur ◼ Hindari aktivitas di lingkungan panas ◼ Perbanyak konsumsi sayur, buah yang banyak mengandung air ◼ Lansia gangguan ginjal, jantung --> kebutuhan cairan disesuaikan kondisi klinis
  • 65. 64 SUPLEMEN NUTRISI ORAL ◼ Suplemen nutrisi oral (SNO) terdiri dari tambahan protein kualitas tinggi, kalori, dan vitamin dan mineral dalam jumlah adekuat yang dirancang untuk kebutuhan individu yang mengalami keterbatasan rasa dan fisik ◼ Tambahan nutrisi oral diberikan hanya jika lansia tidak dapat mengonsumsi kalori dan nutrisi yang cukup dari makanan padat atau ketika SNO merupakan strategi sementara selain makanan biasa untuk meningkatkan asupan kalori ◼ Lansia membutuhkan instruksi bagaimana cara mencampur SNO, berapa banyak yang harus diminum dalam sekali pemberian dan kapan harus meminumnya. ◼ SNO harus diminum di antara waktu makan, bukan pada waktu makan Guidance on person-centered assessment and pathways in primary care. ICOPE (Integrated care for older people). World Health Organization
  • 66. 2019. 65 SUPLEMEN NUTRISI ORAL ◼ Lansia sering membutuhkan dukungan dan dorongan yang berkelanjutan (dari anggota keluarga, perawat dan tenaga kesehatan) untuk tetap menggunakan SNO dan juga untuk tetap makan sebaik mungkin. ◼ Setelah beberapa saat, lansia mungkin bosan dengan rasa dan tekstur dari satu jenis SNO. Variasi dan perubahan rasa dari waktu ke waktu dapat membantu. ◼ Berat badan harus dipantau dan dicatat secara teratur. ◼ Idealnya, SNO dihentikan setelah risiko malnutrisi teratasi dan diet biasa memberikan nutrisi yang cukup. Guidance on person-centered assessment and pathways in primary care. ICOPE (Integrated care for older people). World Health Organization 2019.
  • 67. 66 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 1. Pelayanan Gizi Individu: Konseling Gizi Makan porsi kecil tetapi sering (tiap 3 jam) JANGAN melewati waktu makan Makan bersama keluarga, makan bersama teman Pilih snack sehat (buah segar dan makanan rebus) Cara pengolahan makan yang sehat (kukus/rebus/panggang), hindari bumbu tajam Batasi makanan/minuman manis, perbanyak makanan yang mengandung protein 67 Konseling Gizi : Pesan Gizi Seimbang
  • 68. 10 Pesan Gizi Seimbang 1. Syukuri dan Nikmati Anekaragam Makanan 2. Perbanyak Makan Sayuran dan Cukup Buah-Buahan 3. Biasakan Mengonsumsi Lauk-pauk Mengandung Protein Tinggi 4. Biasakan Mengonsumsi Anekaragam Makanan Pokok 5. Batasi Konsumsi Pangan Manis, Asin dan Berlemak 6. Biasakan Sarapan 7. Biasakan Minum Air Putih yang Cukup dan Aman 8. Biasakan Membaca Label pada Kemasan Pangan 9. Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Air Bersih Mengalir 10. Lakukan Aktivitas Fisik yang Cukup dan Pertahankan Berat Badan Normal. 68 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: Pelayanan Gizi Individu: Pemantauan & Evaluasi ◼a. Pantau perkembangan
  • 69. ◼b. Mengukur hasil ◼c. Evaluasi hasil: 1. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi 2. Dampak asupan makanan dan zat gizi 3. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik terkait gizi 4. Dampak terhadap pasien terkait gizi 69 Pelayanan Gizi Lanjut Usia: 2. Pelayanan Gizi Masyarakat ● Keluarga ○ Pendidikan gizi : mendapatkan gizi yang cukup sesuai dengan kondisinya, mencapai dan mempertahankan BB normal, mengatasi perubahan saluran pencernaan dengan proses penuaan, mencegah dan menghambat osteoporosis dan gangguan gizi ○ Penyediaan makanan : oleh pengasuh atau anggota keluarga
  • 70. ○ Rujukan : penanganan khusus yang lebih lanjut, seperti penurunan status gizi, 3 hari tidak ada asupan, kondisi gawat darurat, menderita penyakit kronis yang berat ● Kelompok Lanjut Usia ○ Penyuluhan gizi ○ Pemantauan status gizi ○ Konseling gizi : memperbaiki kebiasaan makan dan perilaku kesehatan ○ Pemberian makanan tambahan ● Panti Sosial Tresna Werdha ○ Penyuluhan Gizi ○ Pemantauan status gizi ○ Penyelenggaraan makanan ○ Konseling gizi 70 1. DETEKSI DINI STATUS 6 GIZI PADA LANSIA
  • 71. 71 Deteksi Dini Status Nutrisi pada Lanjut Usia : Skrining malnutrisi pada lanjut usia • Peniliain status nutrisi (comprehesive geriatric assessment) • Mini Nutritional Assessment • pengukuran antropometri • asupan makanan • Persepsi pasien tentang kondisi kesehatan dan gizi • Subjective Global Assessment 72 Deteksi Dini Status Nutrisi pada Lanjut Usia : Pola diet pada lanjut usia
  • 72. termasuk kebutuhan protein • Lansia rentan mengalami sarkopenia • asam amino esensial merupakan kunci nutrien dalam kesehatan otot • Kebutuhan protein 1.2 - 2.0 g/kg.hari • Sumber protein hewani dan nabati (kedelai) memiliki asam amino esensial yang lebih tinggi • Semakin bervariasi sumber protein semakin baik 73 Dampak Malnutrisi pada Lanjut Usia Sarkopenia Frailty
  • 73. ● Penurunan massa otot ● sejak usia 50 th -> massa otot menurun 1-1,5% setiap tahun ● dampak : kehilangan fungsi dan kekuatan otot ● sarkopenia dapat dicegah dengan nutrisi dan olahraga yang tepat ● Meningkatnya kerentanan terhadap stresor yang diakibatkan oleh penurunan cadangan fisiologis dan kapasitas fungsi lansia ● farilty menyebabkan ketidakmampuan untuk pulih setelah destabilisasi ● frailty berkaitan erat dengan malnutrisi ● berasosiasi dengan fungsional dependen, depresi, resiko jatuh, menigkatnya konsumsi obat-obatan, resiko patah tulang, rawat inap dan mortalitas ● dapat dianggap awal dari disabilitas 74
  • 74. Piring model T Isi piringku 75 CONTOH MENU SEHAT BAGI USILA PAGI : Bubur Ayam Komplit Susu non fat Jam 10.00 : Puding kacang hijau SIANG : - Nasi
  • 75. - Pepes ikan - Tahu isi - Sup Kimlo - Pepaya Jam 16.00 : Kue Pisang MALAM : - Nasi - Roll daging giling bumbu semur - Oseng-oseng tempe - Cah wortel - Pisang Raja 76 TERIMA KASIH
  • 76. KASUS 1 ◼ Seorang lanjut usia perempuan 75 tahun ◼ TB = 150 cm, BB = 38 kg, IMT = 16,8 kg/m2 ◼ 6 bulan terakhir merasa lebih kurus, baju terasa longgar ◼ Gigi sudah banyak yang tanggal. Pasien sudah pernah punya gigi palsu tapi tidak dipakai karena sakit bila digunakan. Saat ini pasien hanya bisa makan makanan yang lunak. Nafsu makan saat ini baik, tapi kadang malas makan sendirian ◼ Pola makan (nasi lembek, ikan/tempe dan tahu) 2-3 x sehari, makan sayur 1-2x/minggu jarang makan buah (karena keras), kue/biskuit 2-3x/minggu Pasien tinggal bersama anak perempuan yang bekerja dari pagi hingga sore, terkadang memasak makanannya sendiri
  • 77. JAWABAN KASUS 1 ■ Skrining � �MNA-SF IMT: 16,8 kg/m2 (Status gizi kurang) ■ Diagnosis Gizi Status gizi kurang (malnutrisi) karena kurang asupan ■ Intervensi Gizi Tujuan: Mengatur asupan makanan untuk mencapai status gizi normal Intervensi: Edukasi makanan seimbang lansia, bentuk makanan lunak Frekuensi 3x makan lengkap, 2x selingan buah potong kecil 79 ◼ Anjuran a. mengedukasi pasien untuk mempersiapkan makanan lunak b. membuat
  • 78. gigi palsu baru c. Anjuran kontrol ulang ◼ Kunjungan ke 2 Mengukur BB dan IMT � �Status Gizi Mengecek pemahaman pasien atau keluarga Bertanya mengenai pola makan apa yang telah sesuai, apa kendalanya Anjuran untuk tetap melakukan pola hidup sehat dengan gizi seimbang 80