Peluang Penerapan 
Development by Design (DbD) 
Pada Sektor HTI 
The Viewpoint by Non-Governmental Organization (NGO) 
Regarding Sustainable Pulp & Paper Industry in accordance 
with Eco-friendly Environment 
Musnanda Satar
Outline 
• Kajian Singkat HTI 
• Konsep Development by Design (DbD) 
• Peluang Penerapan DbD pada sektor HTI: 
Studi Kasus Kalimantan Timur 
• Rekomendasi
PEMBANGUNAN 
ADALAH KEHARUSAN 
KEBERLANJUTAN 
ADALAH KENISCAYAAN 
KEADILAN dengan 
dimensi:: 
1. Spatial 
2. Volume/nilai 
3. Antar Generasi. 
Disadur dari: Wardojo, 2014
Pentingnya Pendekatan 
Berkelanjutan di Sektor HTI 
• HTI merupakan pilihan sektor 
kehutanan dimana semakin 
berkurangnya hutan alam untuk 
produksi harus disubstitusi 
dengan HTI. 
• Pengelolaan HTI belum dilakukan 
dengan mempertimbangkan 
faktor-faktor keberlanjutan 
secara penuh. 
• Isu-isu dalam sektor HTI ada 
banyak seperti misalnya 
pengelolaan kawasan yang 
belum maksimal, dimana luas 
konsesi dengan realisasi 
penanaman masih minim. 
• Implementasi kebijakan di Kaltim 
untuk lokasi HTI belum dilakukan 
dengan baik. Dimana seharusnya 
HTI berada dikawasan HP yang 
tidak prduktif. 
Area konsesi vs Realisasi 
7087812 7154832 
Penanaman 
Planting Concession Area 
10046839.4 
86730168975375.43 
3 9834744 9931516 
412892 305465 279959 457776 374728 399176 188107 
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Alokasi ruang untuk konsesi HPH terus berkurang 
70 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
0 
23.41 
Area of HPH 
Sementara itu alokasi ruang untuk HTI 
meningkat 
12,000,000 10,046,839 
10,000,000 
8,000,000 
6,000,000 
4,000,000 
2,000,000 
- 
Area of HTI
Kajian Singkat sektor HTI 
• Sampai tahun 2013 diketahui 
jumlah konsesi HTI di Kaltim 
sejumlah 48 konsesi dengan 
total luas lahan 2,063,314 ha 
• Kapasitas produksi industri 
pengolahan di Kaltim adalah 
6,995,509 m3 sementara 
realiasi produksi hanya pada 
kisaran 31 %. 
• Analisis produksi di Kaltim 
menunjukkan bahwa 
kapasitas produksi dapat 
dipenuhi tanpa harus 
membuka kawasan konsesi 
yang baru. 
600,000 
500,000 
400,000 
300,000 
200,000 
100,000 
- 
LARGE MEDIUM SMALL UNKNOWN 
18% 
20% 
30% 
22% 21% 
27% 
32% 31% 
23% 
33% 
36% 37% 
45% 
33% 35% 
29% 
24% 
22% 
0% 2% 3% 
12% 
3% 3% 
2% 
1% 
7% 
2% 
5% 
0% 
100% 
90% 
80% 
70% 
60% 
50% 
40% 
30% 
20% 
10% 
0% 
2008 2009 2010 2011 2012 2013 
Sawn Wood Plywood & Veneer Laminated Lumber Pulp Wood Chip Veneer
Konsep DbD 
• Development by Design (DBD) adalah proses 
perencanaan mitigasi berbasis ilmu pengetahuan 
yang menyeimbangkan kebutuhan perencanaan 
pembangunan seperti perkebunan, kehutanan, minyak 
dan gas, pertambangan, dan infrastruktur, dengan 
aspek konservasi keanekaragaman hayati. Tujuannya 
adalah untuk efisiensi dalam perencanaan 
pembangunan dan mitigasi dampak, sementara 
mencapai konservasi yang mendorong penyelamatan 
dari nilai-nilai keanekaragaman hayati. 
• DBD mendukung pelaksanaan “ tingkat mitigasi " 
pada setiap tahapan yaitu; avoid/menghindari, 
minimize/ restore meminimalkan, dan 
penyeimbang/offset- dengan cara yang transparan 
kepada pelaku dan pengambil kebijakan, dengan 
melengkapi proses pengkajian lingkungan.
Avoid Minimize/Restore Offset 
Biodiversity 
breakeven 
point 
No net loss for biodiversity 
Net positive output 
for biodiversity 
+ 
- (Zero impact) 
Anticipated 
impacts 
Residual 
impacts 
Avoided 
impacts 
Minimize/ 
Restore 
Avoided 
impacts 
Offset for 
impacts 
Avoided 
impacts 
Positive contributions to 
biodiversity 
Size of offset 
Residual 
impacts 
Minimize/ 
Restore 
TIME 
1. Conforming with 
mitigation hierarchy: 
avoid vs. offset 
2. Selecting suitable 
offset sites 
3. Achieving no net loss 
Kiesecker, J.M, H. Copeland, A. Pocewicz, N. Nibbelink, B. McKenney J. Dahlke, M. Holloran and D. Stroud 2009 A Framework 
for Implementing Biodiversity Offsets: Selecting Sites and Determining Scale. BioScience 59:77-84. 
Kiesecker, J.M., H. Copeland, A. Pocewicz, B. McKenney et al. Development by Design: Blending Landscape Level Planning with 
the Mitigation Hierarchy. Frontiers In Ecology and the Environment
Kerangka Dasar DbD 
• Menentukan Prioritas : konservasi, jasa lingkungan, 
nilai-nilai lain (kajian ecoregional, HCV, HCS) 
• Mengukur Dampak: untuk banyak tujuan, dampak 
komulatif, “early warning” konflik, mengidentifikasi 
hal-hal yang harus dihindari, peluang untuk hasil yang 
berkelanjutan 
• Mengidentifikasi Pilihan Terbaik: peluang-peluang 
untuk menentukan strategi mitigasi untuk mengatasi 
dampak padatingkat site (avoid, minimize, restore, 
offset) 
• Mengukur Tahapan Perkembangan: tahap lanjutan 
untuk melihat kegiatan mengatasi dampak dan 
mendukung tujuan-tujuan perlindungan. 
Pada 
tingkat 
landscape 
Pada 
tingkat 
proyek
Tahapan Pelaksanaan 
• Step 1: Develop a landscape conservation plan: 
Menentukan dimana prioritas area untuk konservasi dan jasa 
lingkungan? 
• Step 2: Blend landscape planning with mitigation 
hierarchy: Menentukan bagaimana pembangunan dipadukan 
dengan hirarki mitigasi (mis; dimana dampak dapat dihindari 
dan dimana offset dapat diterapkan)? 
• Step 3: Determine project impacts and identify portfolio 
of best offset opportunities: Menentukan bagaimana pilihan 
offset mampu memberikan nilai ekologi yang minimal 
sebanding dengan kehilangan, diwilayah yang terkena dampak, 
dan berkontribusi pada tujuan perlindungan 
landscape/wilayah? 
• Step 4: Evaluate potential offset contribution to 
conservation goals: Sampai tingkatan apa kompensasi dari 
offset dapat mencapai tujuan penghilangan dampak/menuju 
dampak positive? Pilihan terbaik yang mendukung konservasi 
terbaik pada suatu kegiatan pembangunan– nilai konservasi 
tertinggi berdasarkan nilai dan resiko?
Peluang Penerapan DbD pada 
Sektor HTI (contoh wilayah Kaltim) 
• Sektor HTI merupakan sektor berbasis lahan 
yang jika tidak dikelola dengan baik akan 
memberikan kontribusi pada tujuan 
kegiatan penurunan emisi. Alokasi ruang HTI 
di Kaltim pada kawasan HP yang tidak 
seluruhnya adalah kawasan kritis/tidak 
produktif. 
• Pendekatan pada sektor HTI akan 
memberikan masukan dalam kebijakan 
mitigasi dan praktek dibidang HTI. 
• Pendekatan ini akan mampu mencegah 
kerusakan hutan dan menjaga wilayah 
penting konservasi dengan memberikan 
pilihan-pilihan mitigasi yang sesuai pada 
konteks pembangunan HTI.
Prioritas Konservasi Kalimantan 
30% Goal Scenario 
Source: TNC Marxan analysis 2008 
(May 2008, Sept 2008 Workshop revised) 
Kilometers 
0 50 100 200 300 400 500 
Base Legend 
Stratif ication Boundary 
Project area is split (stratified) by major 
watersheds in order to get representation across 
entire project area. 
Selected River (2 per strata)* 
Recommended portfolio to capture goals** 
* Used as a lock-in (or anchor) for defining portfol io. 
** See report for goals used for this analyisis. 
Timur
• Menggabungkan aspek 
konservasi dalam 
penentuan alokasi ruang 
untuk HTI 
– Habitat species dilindungi 
– Kawasan hutan primer 
dan gambut 
– HCV (High Conservation 
Value (HCV ) 
– HCS (High Carbon Stock) 
• Memasukkan aspek-aspek 
konservasi dalam 
pengelolaan kawasan 
konsesi 
– Melindungi kawasan-kawasan 
penting 
konservasi
Pilihan Mitigasi 
AVOID 
MINIMIZE/ 
RESTORE 
OFFSET 
Jika memang tidak dapat dihindari 
• Mendukung aspek konservasi (melalui trust 
fund) 
• Land swapping
Perencanaan Mitigasi 
AVOID MINIMIZE/ 
RESTORE 
OFFSET
Mengukur Dampak 
• Menilai dampak kebijakan alokasi ruang HTI dengan 
menggunakan KLHS sesuai amanah UU 32 tahun 2009. 
• Mengukur dampak secara general dengan 
menggunakan beberapa skenario seperti skenario 
BAU, skenario skenario pilihan mitigasi. 
• TNC menggunakan aplikasi Marxan with Zone untuk 
mengukur dampak terhadap biodiversity dengan 
beberapa skenario. 
• Menghitung dampak lingkungan dan dampak ekonomi 
dengan mengunakan beberapa pendekatan seperti 
Invest (NatCap) dan pendekatan ekonomi dengan 
menghitung produktifitas/ha. 
• Menghitung dampak berdasarkan Kebijakan Ijin 
Lingkungan (AMDAL).
Mengevaluasi Pilihan Offset Pada 
Dampak Konservasi 
• Kebijakan-kebijakan yang mendukung offset, 
insentif dan disentif. 
o Insentif untuk pelaksana BMP 
• Offset melalui MoU dengan pemerintah lokal 
o Membangun mekanisme untuk strategi offset pada 
tingkat pemerintahan lokal (mis: PKHB, DDPI, Lembaga 
REDD) 
• Offset yang dikaitkan dengan kegiatan komitmen 
perlindungan masyarakat. 
o Program CSR untuk mendukung masyarakat yang 
melakukan perlindungan atas kawasan penting bagi 
perlindungan alam.
Pilihan Offset pada kebijakan HTI 
• Offset dikaitkan dengan kebijakan lembaga 
keuangan (misalnya Equatorial Principles). 
• Pilihan offset yang didukung oleh kebijakan-kebijakan 
pemerintah (misalnya AMDAL, 
Kebijakan pajak, kebijakan perijinan). 
• Offset dikaitkan dengan pelaksanaan FSC 
prinsip 6 terkait konservasi biodiversity, 
water, soil dan ekosistem.
Rekomendasi 
• Sesuai dengan amanah UU no 32/2009 bahwa review Rencana 
Tata Ruang Wilayah dilakukan dengan KLHS dengan 
menerapkan ‘valuing nature’ dalam mempertimbangkan 
derajat sensitivitas dari aspek ekologis, physik, sosial-budaya, 
economi, dan stok karbon. 
• Pendekatan DbD dapat menjadi masukan dalam pengambilan 
kebijakan di sektor HTI. Dengan pilihan mitigasi nya dan meng-adopsi 
pendekatan HCV dan HCS akan memberikan 
rekomendasi yang dapat diimplementasikan. 
• Sektor HTI memiliki trend perkembangan kedepan yang besar 
dimana prduksi dari hutan alam semakin berkurang. 
• Sebagai sebuah kegiatan berbasis lahan, maka pelaksanaan 
mitigasi yang tepat pada sektor HTI akan mampu berkontribusi 
pada tujuan-tujuan pembangunan rendah emisi.
Peluang-peluang 
• Menggunakan KPH sebagai institusi yang mampu 
melakukan proses verifikasi kesesuaian alokasi ruang 
untuk HTI. 
• Perbaikan kebijakan alokasi ruang makro dan mikro 
untuk memperbaiki proses penentuan kawasan. 
• Menggali peluang untuk memadukan konsep HTI 
dan konsep pengelolaan hutan alam. 
• Menerapkan Insentif dan Disinsentif Melalui 
Mekanisme Fiscal untuk mendukung aspek 
keberlanjutan. 
• Menggali peluang-peluang offset biodiversity 
melalui skema multi sektoral (mis: Trust Fund untuk 
Konservasi).
Terima Kasih

More Related Content

PPTX
Mewujudkan REDD+ Strategi nasional dan pilihan kebijakan
DOCX
journal studi reklamasi lahan pasca tambang dengan metode revegetasi
PPTX
Development by design bahasa indonesia
PPT
Inisiatif kebijakan daerah untuk redd
PDF
Sains Bicara Indonesia Masa Depan dan Tatakelolanya: Pengantar Dialog
PPTX
Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...
PDF
Modul Kebijakan Nasional Perubahan Iklim - Indonesia
PPTX
IPS Geografi
Mewujudkan REDD+ Strategi nasional dan pilihan kebijakan
journal studi reklamasi lahan pasca tambang dengan metode revegetasi
Development by design bahasa indonesia
Inisiatif kebijakan daerah untuk redd
Sains Bicara Indonesia Masa Depan dan Tatakelolanya: Pengantar Dialog
Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...
Modul Kebijakan Nasional Perubahan Iklim - Indonesia
IPS Geografi

Similar to Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI (20)

PPTX
03. Penataan-Ruang-Berkelanjutan-untuk-Masa-Depan.pptx
PDF
Panduan-Menyusun-Rencana-Konservasi-di-wilayah-Pesisir-dengan-Pendekatan-Kons...
PPT
Redd dari berbagai sudut
PPTX
GREEN INVESTMENT MENUJU INDNESIA HIJAU DAN KUAT
PPTX
Hukum Lingkungan
PDF
Manajemen logistik konstruksi
PDF
ProKlim Sebagai Kegiatan Kemasyarakatan.pdf
PPTX
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
PDF
Arah Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove
PDF
Impact Evaluation Study in East Kalimantan: Green Growth Compact
PPTX
INOVASI PERITAPEKU Provinsi Kalimantan Utara.pptx
PPTX
kurikulum 2013 geografi bab 6
PPTX
Bab 6 geo xi rev
PPT
2 3 proklim-pengelolaan-sdh-berbasis-masyarakat
PDF
Farhan helmy seberapa penting uu perubahan iklim revised26062013
PDF
Workshop_perubahan_iklim_Bappeda_Maluku.pdf
PDF
Faq bp redd+
PPTX
Tata Laksana Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
PPTX
Modul pengantar klhs
PPTX
(AMDAL) Kearifan Dalam Pemanfaatan SDA
03. Penataan-Ruang-Berkelanjutan-untuk-Masa-Depan.pptx
Panduan-Menyusun-Rencana-Konservasi-di-wilayah-Pesisir-dengan-Pendekatan-Kons...
Redd dari berbagai sudut
GREEN INVESTMENT MENUJU INDNESIA HIJAU DAN KUAT
Hukum Lingkungan
Manajemen logistik konstruksi
ProKlim Sebagai Kegiatan Kemasyarakatan.pdf
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
Arah Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Impact Evaluation Study in East Kalimantan: Green Growth Compact
INOVASI PERITAPEKU Provinsi Kalimantan Utara.pptx
kurikulum 2013 geografi bab 6
Bab 6 geo xi rev
2 3 proklim-pengelolaan-sdh-berbasis-masyarakat
Farhan helmy seberapa penting uu perubahan iklim revised26062013
Workshop_perubahan_iklim_Bappeda_Maluku.pdf
Faq bp redd+
Tata Laksana Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Modul pengantar klhs
(AMDAL) Kearifan Dalam Pemanfaatan SDA
Ad

More from Musnanda Satar (16)

PPTX
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
PDF
Bekerja dengan data online arcgis server
PPTX
Proses Pelaksanaan KLHS RTRW dan RPJM di Kabupaten
PPTX
Analisis forest fire kaltim+kaltara
PPTX
Analisis spatial lokasi hti kalimantan timur
PDF
Manual ArcGIS
PPSX
Tata Cara Penyusunan RPJMD Kabupaten
PPSX
Tata Cara Penyusunan RPJP/M D Kabupaten
PPTX
Presentation Adaptasi Mitigasi Perubahan Iklim
PPTX
Proses penyusunan renstra skpd
PPTX
Web mapping
PPTX
Infrastruktur data spatial
PPTX
Tahapan penyelenggaraan KLHS
PPTX
PPSX
Metadata Dalam GIS
PPTX
Aplikasi GIS dalam penataan ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Bekerja dengan data online arcgis server
Proses Pelaksanaan KLHS RTRW dan RPJM di Kabupaten
Analisis forest fire kaltim+kaltara
Analisis spatial lokasi hti kalimantan timur
Manual ArcGIS
Tata Cara Penyusunan RPJMD Kabupaten
Tata Cara Penyusunan RPJP/M D Kabupaten
Presentation Adaptasi Mitigasi Perubahan Iklim
Proses penyusunan renstra skpd
Web mapping
Infrastruktur data spatial
Tahapan penyelenggaraan KLHS
Metadata Dalam GIS
Aplikasi GIS dalam penataan ruang
Ad

Recently uploaded (11)

PDF
MATERI PENYUSUNAN DOKUMEN HSE BATCH 4 MAKIN AHLI 2025.pdf
PPTX
TANGGAP DARURAT MATERI TRAINING safety.pptx
PPT
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN materi 7 des-bang-1-kesesuai-lahan.ppt
PPTX
Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia Presentasi Pendidikan Krem dan K...
PPTX
ARSITEKTUR PERKOTAAN AKIBAT DARI PANDEMIK.pptx
PPTX
Pembuatan_Pupuk_Organik.pptx oke dan tepat
PPTX
Pengukuran dan Pemeriksaan Limbah Cair.pptx
PPTX
Pencemaran_Lingkungan_IPAS_SMK.ppt oke dan top
PPTX
Teknik Sampling sanitasi dan penendalian penyakit pptx.
PPTX
Hitam Vintage Sederhana Presentasi Mengenal Sejarah_20250825_202032_0000.pptx
PPTX
Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia Presentasi Pendidikan Krem dan K...
MATERI PENYUSUNAN DOKUMEN HSE BATCH 4 MAKIN AHLI 2025.pdf
TANGGAP DARURAT MATERI TRAINING safety.pptx
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN materi 7 des-bang-1-kesesuai-lahan.ppt
Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia Presentasi Pendidikan Krem dan K...
ARSITEKTUR PERKOTAAN AKIBAT DARI PANDEMIK.pptx
Pembuatan_Pupuk_Organik.pptx oke dan tepat
Pengukuran dan Pemeriksaan Limbah Cair.pptx
Pencemaran_Lingkungan_IPAS_SMK.ppt oke dan top
Teknik Sampling sanitasi dan penendalian penyakit pptx.
Hitam Vintage Sederhana Presentasi Mengenal Sejarah_20250825_202032_0000.pptx
Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia Presentasi Pendidikan Krem dan K...

Peluang implementasi Development by Design (DbD) di Sektor HTI

  • 1. Peluang Penerapan Development by Design (DbD) Pada Sektor HTI The Viewpoint by Non-Governmental Organization (NGO) Regarding Sustainable Pulp & Paper Industry in accordance with Eco-friendly Environment Musnanda Satar
  • 2. Outline • Kajian Singkat HTI • Konsep Development by Design (DbD) • Peluang Penerapan DbD pada sektor HTI: Studi Kasus Kalimantan Timur • Rekomendasi
  • 3. PEMBANGUNAN ADALAH KEHARUSAN KEBERLANJUTAN ADALAH KENISCAYAAN KEADILAN dengan dimensi:: 1. Spatial 2. Volume/nilai 3. Antar Generasi. Disadur dari: Wardojo, 2014
  • 4. Pentingnya Pendekatan Berkelanjutan di Sektor HTI • HTI merupakan pilihan sektor kehutanan dimana semakin berkurangnya hutan alam untuk produksi harus disubstitusi dengan HTI. • Pengelolaan HTI belum dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor keberlanjutan secara penuh. • Isu-isu dalam sektor HTI ada banyak seperti misalnya pengelolaan kawasan yang belum maksimal, dimana luas konsesi dengan realisasi penanaman masih minim. • Implementasi kebijakan di Kaltim untuk lokasi HTI belum dilakukan dengan baik. Dimana seharusnya HTI berada dikawasan HP yang tidak prduktif. Area konsesi vs Realisasi 7087812 7154832 Penanaman Planting Concession Area 10046839.4 86730168975375.43 3 9834744 9931516 412892 305465 279959 457776 374728 399176 188107 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
  • 5. Alokasi ruang untuk konsesi HPH terus berkurang 70 60 50 40 30 20 10 0 23.41 Area of HPH Sementara itu alokasi ruang untuk HTI meningkat 12,000,000 10,046,839 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 - Area of HTI
  • 6. Kajian Singkat sektor HTI • Sampai tahun 2013 diketahui jumlah konsesi HTI di Kaltim sejumlah 48 konsesi dengan total luas lahan 2,063,314 ha • Kapasitas produksi industri pengolahan di Kaltim adalah 6,995,509 m3 sementara realiasi produksi hanya pada kisaran 31 %. • Analisis produksi di Kaltim menunjukkan bahwa kapasitas produksi dapat dipenuhi tanpa harus membuka kawasan konsesi yang baru. 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 - LARGE MEDIUM SMALL UNKNOWN 18% 20% 30% 22% 21% 27% 32% 31% 23% 33% 36% 37% 45% 33% 35% 29% 24% 22% 0% 2% 3% 12% 3% 3% 2% 1% 7% 2% 5% 0% 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sawn Wood Plywood & Veneer Laminated Lumber Pulp Wood Chip Veneer
  • 7. Konsep DbD • Development by Design (DBD) adalah proses perencanaan mitigasi berbasis ilmu pengetahuan yang menyeimbangkan kebutuhan perencanaan pembangunan seperti perkebunan, kehutanan, minyak dan gas, pertambangan, dan infrastruktur, dengan aspek konservasi keanekaragaman hayati. Tujuannya adalah untuk efisiensi dalam perencanaan pembangunan dan mitigasi dampak, sementara mencapai konservasi yang mendorong penyelamatan dari nilai-nilai keanekaragaman hayati. • DBD mendukung pelaksanaan “ tingkat mitigasi " pada setiap tahapan yaitu; avoid/menghindari, minimize/ restore meminimalkan, dan penyeimbang/offset- dengan cara yang transparan kepada pelaku dan pengambil kebijakan, dengan melengkapi proses pengkajian lingkungan.
  • 8. Avoid Minimize/Restore Offset Biodiversity breakeven point No net loss for biodiversity Net positive output for biodiversity + - (Zero impact) Anticipated impacts Residual impacts Avoided impacts Minimize/ Restore Avoided impacts Offset for impacts Avoided impacts Positive contributions to biodiversity Size of offset Residual impacts Minimize/ Restore TIME 1. Conforming with mitigation hierarchy: avoid vs. offset 2. Selecting suitable offset sites 3. Achieving no net loss Kiesecker, J.M, H. Copeland, A. Pocewicz, N. Nibbelink, B. McKenney J. Dahlke, M. Holloran and D. Stroud 2009 A Framework for Implementing Biodiversity Offsets: Selecting Sites and Determining Scale. BioScience 59:77-84. Kiesecker, J.M., H. Copeland, A. Pocewicz, B. McKenney et al. Development by Design: Blending Landscape Level Planning with the Mitigation Hierarchy. Frontiers In Ecology and the Environment
  • 9. Kerangka Dasar DbD • Menentukan Prioritas : konservasi, jasa lingkungan, nilai-nilai lain (kajian ecoregional, HCV, HCS) • Mengukur Dampak: untuk banyak tujuan, dampak komulatif, “early warning” konflik, mengidentifikasi hal-hal yang harus dihindari, peluang untuk hasil yang berkelanjutan • Mengidentifikasi Pilihan Terbaik: peluang-peluang untuk menentukan strategi mitigasi untuk mengatasi dampak padatingkat site (avoid, minimize, restore, offset) • Mengukur Tahapan Perkembangan: tahap lanjutan untuk melihat kegiatan mengatasi dampak dan mendukung tujuan-tujuan perlindungan. Pada tingkat landscape Pada tingkat proyek
  • 10. Tahapan Pelaksanaan • Step 1: Develop a landscape conservation plan: Menentukan dimana prioritas area untuk konservasi dan jasa lingkungan? • Step 2: Blend landscape planning with mitigation hierarchy: Menentukan bagaimana pembangunan dipadukan dengan hirarki mitigasi (mis; dimana dampak dapat dihindari dan dimana offset dapat diterapkan)? • Step 3: Determine project impacts and identify portfolio of best offset opportunities: Menentukan bagaimana pilihan offset mampu memberikan nilai ekologi yang minimal sebanding dengan kehilangan, diwilayah yang terkena dampak, dan berkontribusi pada tujuan perlindungan landscape/wilayah? • Step 4: Evaluate potential offset contribution to conservation goals: Sampai tingkatan apa kompensasi dari offset dapat mencapai tujuan penghilangan dampak/menuju dampak positive? Pilihan terbaik yang mendukung konservasi terbaik pada suatu kegiatan pembangunan– nilai konservasi tertinggi berdasarkan nilai dan resiko?
  • 11. Peluang Penerapan DbD pada Sektor HTI (contoh wilayah Kaltim) • Sektor HTI merupakan sektor berbasis lahan yang jika tidak dikelola dengan baik akan memberikan kontribusi pada tujuan kegiatan penurunan emisi. Alokasi ruang HTI di Kaltim pada kawasan HP yang tidak seluruhnya adalah kawasan kritis/tidak produktif. • Pendekatan pada sektor HTI akan memberikan masukan dalam kebijakan mitigasi dan praktek dibidang HTI. • Pendekatan ini akan mampu mencegah kerusakan hutan dan menjaga wilayah penting konservasi dengan memberikan pilihan-pilihan mitigasi yang sesuai pada konteks pembangunan HTI.
  • 12. Prioritas Konservasi Kalimantan 30% Goal Scenario Source: TNC Marxan analysis 2008 (May 2008, Sept 2008 Workshop revised) Kilometers 0 50 100 200 300 400 500 Base Legend Stratif ication Boundary Project area is split (stratified) by major watersheds in order to get representation across entire project area. Selected River (2 per strata)* Recommended portfolio to capture goals** * Used as a lock-in (or anchor) for defining portfol io. ** See report for goals used for this analyisis. Timur
  • 13. • Menggabungkan aspek konservasi dalam penentuan alokasi ruang untuk HTI – Habitat species dilindungi – Kawasan hutan primer dan gambut – HCV (High Conservation Value (HCV ) – HCS (High Carbon Stock) • Memasukkan aspek-aspek konservasi dalam pengelolaan kawasan konsesi – Melindungi kawasan-kawasan penting konservasi
  • 14. Pilihan Mitigasi AVOID MINIMIZE/ RESTORE OFFSET Jika memang tidak dapat dihindari • Mendukung aspek konservasi (melalui trust fund) • Land swapping
  • 15. Perencanaan Mitigasi AVOID MINIMIZE/ RESTORE OFFSET
  • 16. Mengukur Dampak • Menilai dampak kebijakan alokasi ruang HTI dengan menggunakan KLHS sesuai amanah UU 32 tahun 2009. • Mengukur dampak secara general dengan menggunakan beberapa skenario seperti skenario BAU, skenario skenario pilihan mitigasi. • TNC menggunakan aplikasi Marxan with Zone untuk mengukur dampak terhadap biodiversity dengan beberapa skenario. • Menghitung dampak lingkungan dan dampak ekonomi dengan mengunakan beberapa pendekatan seperti Invest (NatCap) dan pendekatan ekonomi dengan menghitung produktifitas/ha. • Menghitung dampak berdasarkan Kebijakan Ijin Lingkungan (AMDAL).
  • 17. Mengevaluasi Pilihan Offset Pada Dampak Konservasi • Kebijakan-kebijakan yang mendukung offset, insentif dan disentif. o Insentif untuk pelaksana BMP • Offset melalui MoU dengan pemerintah lokal o Membangun mekanisme untuk strategi offset pada tingkat pemerintahan lokal (mis: PKHB, DDPI, Lembaga REDD) • Offset yang dikaitkan dengan kegiatan komitmen perlindungan masyarakat. o Program CSR untuk mendukung masyarakat yang melakukan perlindungan atas kawasan penting bagi perlindungan alam.
  • 18. Pilihan Offset pada kebijakan HTI • Offset dikaitkan dengan kebijakan lembaga keuangan (misalnya Equatorial Principles). • Pilihan offset yang didukung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah (misalnya AMDAL, Kebijakan pajak, kebijakan perijinan). • Offset dikaitkan dengan pelaksanaan FSC prinsip 6 terkait konservasi biodiversity, water, soil dan ekosistem.
  • 19. Rekomendasi • Sesuai dengan amanah UU no 32/2009 bahwa review Rencana Tata Ruang Wilayah dilakukan dengan KLHS dengan menerapkan ‘valuing nature’ dalam mempertimbangkan derajat sensitivitas dari aspek ekologis, physik, sosial-budaya, economi, dan stok karbon. • Pendekatan DbD dapat menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan di sektor HTI. Dengan pilihan mitigasi nya dan meng-adopsi pendekatan HCV dan HCS akan memberikan rekomendasi yang dapat diimplementasikan. • Sektor HTI memiliki trend perkembangan kedepan yang besar dimana prduksi dari hutan alam semakin berkurang. • Sebagai sebuah kegiatan berbasis lahan, maka pelaksanaan mitigasi yang tepat pada sektor HTI akan mampu berkontribusi pada tujuan-tujuan pembangunan rendah emisi.
  • 20. Peluang-peluang • Menggunakan KPH sebagai institusi yang mampu melakukan proses verifikasi kesesuaian alokasi ruang untuk HTI. • Perbaikan kebijakan alokasi ruang makro dan mikro untuk memperbaiki proses penentuan kawasan. • Menggali peluang untuk memadukan konsep HTI dan konsep pengelolaan hutan alam. • Menerapkan Insentif dan Disinsentif Melalui Mekanisme Fiscal untuk mendukung aspek keberlanjutan. • Menggali peluang-peluang offset biodiversity melalui skema multi sektoral (mis: Trust Fund untuk Konservasi).

Editor's Notes

  • #2: Dipresentasikan 10 sept 2014, IPPC meeting 2014
  • #5: 1. Kebijakan FSC yang menekankan bahwa kawasan hutan yang didentifikasi sejak tahun 1994 harus dicegah untuk dikonversi menjadi fungsi lain. Under the FSC's current rules, areas of natural forest that have been cut down and converted into industrial tree plantations later than 1994. 2.   
  • #8: http://www.nature.org/ourinitiatives/urgentissues/smart-development/publications/index.htm http://www.nature.org/ourinitiatives/urgentissues/smart-development/ Development by design: blending landscape level planning with the mitigation hierarchy; 2010 merupakan satu artikel yang menjelaskan mengenai konsep DbD diterbitkan dalam jurnal frontiersinecology.org TNC telah melakukan di US (Wyoming), Australia (Western Australia), Mongolia
  • #13: 1. TNC melakukan kajian ecoregion berbasis pulau tahun 2008-2009 2. TNC telah melakukan kajian ecoregional wilayah Kaltim pada tahun 2010 3. TNC melakukan kajian HCV untuk Kaltim dan fokus di Berau dan Kutai Timur tahun 2010, dan update terbaru yang saat ini sedang dilakukan.
  • #17: UNEP (2014) memperkirakan nilai ekonomi hutan alam tropika mencapai angka sekitar US $ 6.120/ha/tahun dari berbagai peran dan jasanya secara langsung maupun tidak langsung. INVEST - InVEST models are spatially-explicit, using maps as information sources and producing maps as outputs. InVEST returns results in either biophysical terms (e.g., tons of carbon sequestered) or economic terms (e.g., net present value of that sequestered carbon). InVEST models are based on production functions that define how an ecosystem's structure and function affect the flows and values of environmental services. The models account for both service supply (e.g. living habitats as buffers for storm waves) and the location and activities of people who benefit from services (e.g. location of people and infrastructure potentially affected by coastal storms). http://www.naturalcapitalproject.org/InVEST.html. Dasar hukum AMDAL PP no 27 tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan, PermenLH no 16 tahun 2012 tentang Tata cara AMDAL.
  • #18: Offset dapat dilakukan dengan skema Mandatory atau Voluntary. Biodiversity Offsets: Voluntary and Compliance Regimes, UNEP, August 2012 telah menggunakan pilihan-pilihan mitigasi yang sama dengan pendekatan DbD. Lebih lengkap mengenai biodiversity offset dapat dilihat dalam http://bbop.forest-trends.org/ yang merupakan kerjasama UNDP, GEF, MacArthur Foundation, BOP's Advisory Group is a collaboration of more than 75 different companies, financial institutions, government agencies, civil society organizations and service providers.   The Advisory Group provides a global, multi-stakeholder forum for networking and reaching agreement upon standards of best practice for biodiversity offsets and conservation banking. The Equator Principles (EPs) are a credit risk management framework for determining, assessing and managing environmental and social risks in project finance transactions. They are adopted voluntarily by financial institutions and are applied where total project capital costs exceed USD 10 million. The EPs are primarily intended to provide a minimum standard for due diligence to support responsible risk decision-making. (31)
  • #19: 1. The Equator Principles (EPs) is a risk management framework, adopted by financial institutions, for determining, assessing and managing environmental and social risk in projects and is primarily intended to provide a minimum standard for due diligence to support responsible risk decision-making. The EP apply globally, to all industry sectors and to four financial products 1) Project Finance Advisory Services 2) Project Finance 3) Project-Related Corporate Loans and 4) Bridge Loans. The relevant thresholds and criteria for application is described in detail in the Scope section of the EP. Currently 80 Equator Principles Financial Institutions (EPFIs) in 34 countries have officially adopted the EPs, covering over 70 percent of international Project Finance debt in emerging markets. 2. Dikaitkan dengan FSC (Forest Stewardship Council) principle 6 Forest management shall conserve biological diversity and its associated values, water resources, soils, and unique and fragile ecosystems and landscapes, and, by so doing, maintain the ecological functions and the integrity of the forest.