PPT FILSAFAT KEL 4 tentang hubungan knowledge techology budaya
1. KELOMPOK 4:
1. Arva Athallah Susanto 244232009
2. Listiana Juwita 244241013
3. La Himmah Il Princes Choris 244241017
Hubungan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Budaya
terhadap Perkembangan Pemikiran Filsafat
2. Latar Belakang
• Sejak zaman kuno, manusia telah didorong oleh rasa ingin tahu yang tak terpuaskan untuk
memahami dunia di sekitarnya.
• Ilmu pengetahuan sebagai sistematisasi pengetahuan tentang alam semesta dan segala isinya,
telah memberikan landasan empiris bagi perkembangan pemikiran manusia.
• Teknologi, sebagai penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan manusia, telah mengubah cara kita hidup dan berinteraksi dengan dunia.
• Budaya sebagai sistem nilai, norma, dan kepercayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi,
juga memainkan peran penting dalam membentuk pemikiran filsafat.
• Interaksi dinamis antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya telah menciptakan lanskap
pemikiran yang terus berubah.
• Globalisasi, digitalisasi, dan perubahan iklim adalah beberapa contoh fenomena yang menuntut
kita untuk memikirkan kembali pertanyaan-pertanyaan filsafat yang mendasar.
3. Ilmu pengetahuan menawarkan cara berpikir kritis yang sistematis dan
didasarkan pada bukti yang dapat diuji, sehingga membedakannya dari bentuk
pengetahuan lain seperti mitos atau kepercayaan takhayul (Whitehead, 1947).
Para filsuf ilmu pengetahuan mempertanyakan bagaimana manusia bisa
mendapatkan pengetahuan, apa batasan dari ilmu pengetahuan, serta
bagaimana kita dapat memvalidasi pengetahuan yang diperoleh.
Konsep-konsep seperti hukum alam, evolusi, dan teori relativitas mendorong
filsuf untuk memikirkan ulang konsep waktu, ruang, kausalitas, dan kehidupan
itu sendiri. Ini menandai transformasi besar dalam cara manusia memahami
keberadaan, dari pendekatan metafisik ke pendekatan ilmiah yang lebih empiris
(Laplane et al., 2019).
Arti Ilmu Pengetahuan
4. Tidak hanya dalam sains alam, tetapi ilmu pengetahuan sosial juga memberikan
kontribusi signifikan terhadap perkembangan pemikiran filsafat.
ilmu pengetahuan tidak hanya penting bagi kemajuan teknologi, tetapi juga esensial
dalam mengarahkan diskusi filsafat mengenai moralitas, eksistensi, dan masa depan
umat manusia (Shapere, 1982)
Meskipun ilmu pengetahuan sering dianggap sebagai sumber kebenaran yang
obyektif, terdapat pula kritik filosofis terhadap ilmuwanisme atau pandangan bahwa
ilmu pengetahuan adalah satu-satunya cara untuk memahami dunia.
Pada akhirnya, ilmu pengetahuan dan filsafat memiliki hubungan yang saling
melengkapi. Ilmu pengetahuan memberi filsafat alat untuk menguji konsep-konsep
abstrak, sementara filsafat memberikan kerangka reflektif bagi ilmu pengetahuan
untuk mengevaluasi dampaknya pada masyarakat dan budaya.
Arti Ilmu Pengetahuan
5. • Teknologi secara sederhana didefinisikan sebagai penerapan ilmu
pengetahuan untuk menciptakan alat dan metode yang mempermudah
kehidupan manusia.
• Teknologi adalah hasil dari pemikiran ilmiah yang diterapkan dalam bentuk
konkret (Ihde, 2004).
• Dalam sejarah pemikiran filsafat, teknologi sering dianggap sebagai bentuk
kekuasaan manusia atas alam.
• Heidegger (1977) berpendapat bahwa teknologi cenderung mereduksi dunia
menjadi sumber daya yang dapat dieksploitasi, sehingga menghilangkan
hubungan yang lebih mendalam antara manusia dan alam.
Arti Teknologi
6. ARTI BUDAYA
Dalam bahasa Inggris
kebudayaan disebut culture
yang berasal dari kata colere
yaitu mengolah atau
mengerjakan.
Kata culture dapat diartikan
juga sebagai mengolah
tanah atau bertani,yang
dalam bahasa Indonesia
sering diterjemahkan
sebagai kultur.
Kebudayaan berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal
manusia.
7. Pengertian Budaya menurut Ahli
Raymond Williams
Williams, seorang sosiolog dan
kritikus budaya, menyatakan bahwa
budaya merupakan "cara hidup," yang
mencakup berbagai praktik, nilai, dan
pengalaman yang dihasilkan dalam
konteks sosial tertent mereka.
Anthony Giddens
Giddens, seorang sosiolog, mengartikan budaya
sebagai "kumpulan praktik, nilai, dan norma
yang berkembang dalam konteks masyarakat
tertentu dan dihasilkan melalui interaksi sosial."
Definisi ini menekankan sifat dinamis dan
evolutif dari budaya.
8. Pengertian Budaya menurut Ahli
Joko Tri Prasetya
dalam bukunya “ilmu budaya
dasar” mendefinisikan
budaya sebagai daya dari
budi yang berupa cipta,
karsa, dan rasa, sehingga
kebudayaan adalah hasil dari
cipta, karsa dan rasa itu
sendiri.
Edward B. Tylor
Tylor, seorang antropolog
Inggris, mendefinisikan
budaya sebagai "sekumpulan
pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, adat, dan
kebiasaan lainnya yang
diperoleh oleh manusia
sebagai anggota masyarakat."
Clifford Geertz
Geertz, seorang antropolog
terkemuka, menjelaskan budaya
sebagai "sistem tanda yang
berarti," yang berfungsi sebagai
cara untuk memahami realitas
sosial. Dalam pandangannya,
budaya adalah kumpulan simbol
dan makna yang dihasilkan dan
dibagikan dalam konteks sosial
9. UNSUR UNSUR BUDAYA
Budaya merupakan hasil dari interaksi
antara manusia dengan segala isi.
Budaya terdiri dari berbagai unsur
yang saling berinteraksi dan
membentuk cara hidup masyarakat.
BAHASA
01
AGAMA
02
NILAI-NILAI
03
NORMA
04
05 TRADISI
10. KAITAN BUDAYA DAN FILSAFAT
Budaya dan filsafat memiliki hubungan yang sangat erat, di mana masing-
masing saling mempengaruhi dan membentuk satu sama lain. Budaya
mencakup keseluruhan cara hidup masyarakat, termasuk nilai, norma,
tradisi, bahasa, dan praktik sosial. Filsafat, di sisi lain, merupakan disiplin
ilmu yang berusaha memahami dan menjelaskan fenomena yang ada,
mencari kebenaran, makna, dan tujuan dari kehidupan.
11. Relevansi Masa Kini: Penerapan Pemahaman Budaya dan Filsafat dalam Masyarakat Modern
Memahami budaya dalam konteks pemikiran filsafat sangat penting karena budaya
memberikan kerangka acuan yang membentuk pertanyaan, nilai, dan norma yang menjadi
dasar bagi berbagai aliran pemikiran. Budaya tidak hanya menentukan cara berpikir individu,
tetapi juga mempengaruhi interaksi sosial dan identitas kolektif.
Ada beberapa cara di mana pemahaman budaya dan filsafat dapat diterapkan dalam
masyarakat modern dengan cara:
Mengatasi Isu Sosial dan Kultural
Mendorong Toleransi dan Penghargaan Terhadap Keragaman
Pengembangan Identitas yang Seimbang
embelajaran Berbasis Kultural
Membangun Masyarakat Berkelanjutan
12. Statistics
Revenue Growth
80%
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur
adipiscing elit. Integer nec sagittis mauris, vitae
vehicula urna. Curabitur ultrices urna sit amet
magna ultricies ornare. Curabitur ligula.
Return on
Investment
10%
Customer
Acquisition Cost
20%
Customer
Satisfaction
75%
Dalam perkembangan kebudayaan ini dapat mengkaitan dengan makna
filosofi yang terdapat dalam tradisi perang ketupat ini, yakni ialah sebuah
anyaman dari daun kelapa muda yang berisi beras putih dan dijadikan sebagai
alat perang atau senjata dalam tradisi ini. Dalam penganyaman janur ini
memiliki makna yang menggambarkan bahwa betapa pentingnya untuk tetap
memelihara dan mempertahankan sebuah kelompok atau dalam bergotong
royong dalam mempersatukan dan kesatuan yang kokoh sebuah tradisi
perang ketupat ini
13. Hubungan ilmu, teknologi, dan budaya terhadap
perkembangan pemikiran filsafat
Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Zaman
Yunani Kuno
Zaman
Revolusi Ilmiah
Abad ke-17
14. Martin Heidegger, seorang filsuf Jerman, dalam esainya
The Question Concerning Technology, membahas
teknologi sebagai fenomena yang mengubah cara
manusia memandang dunia. Menurut Heidegger,
teknologi modern tidak hanya berfungsi sebagai alat,
tetapi juga membentuk cara manusia memahami dan
berinteraksi dengan realitas. Teknologi menciptakan
sebuah "kerangka" yang mengubah dunia menjadi
sumber daya yang dapat dieksploitasi, dan dalam
proses ini, manusia dapat kehilangan hubungan
autentik dengan alam dan diri mereka sendiri
Teknologi dan Filsafat
15. Budaya dan Filsafat
Budaya modern yang sangat dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi sering kali diwarnai oleh
kapitalisme, konsumerisme, dan globalisasi. Filsafat mencoba
untuk menganalisis bagaimana perkembangan budaya ini
membentuk pandangan dunia manusia serta bagaimana nilai-
nilai baru ini berinteraksi dengan konsep-konsep tradisional
tentang moralitas, identitas, dan komunitas. Misalnya, para
filsuf postmodern seperti Michel Foucault dan Jean Baudrillard
banyak membahas bagaimana teknologi komunikasi dan
media massa mengubah cara manusia memahami realitas dan
identitas mereka dalam dunia yang semakin terhubung.
16. Ketiga elemen—ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya
—saling berinteraksi dalam membentuk pemikiran filsafat.
Ilmu pengetahuan menyediakan dasar teoritis dan bukti
empiris yang mendukung perkembangan teknologi.
Teknologi, pada gilirannya, mempengaruhi bagaimana
budaya berkembang dan menyebar, yang pada akhirnya
mempengaruhi pemikiran filsafat. Sebaliknya, filsafat tidak
hanya menanggapi perkembangan ini, tetapi juga
memberikan perspektif kritis yang membantu masyarakat
untuk merenungkan dampak jangka panjang dari ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Interaksi antara Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Budaya
17. Judul:
Islamic Economics: Still in Search of an Identity
Nama Peneliti:
Abdulkader Cassim Mahomedy
Jurnal yang Dituju:
International Journal of Social Economics
Case Study Based on Journal
18. Latar Belakang
Latar belakang paper ini berfokus pada tantangan yang dihadapi oleh ekonomi Islam dalam upayanya untuk
berdiri sendiri dan tidak terjebak dalam paradigma ekonomi konvensional yang didominasi oleh pemikiran
Barat. Penulis mengamati bahwa banyak literatur tentang ekonomi Islam cenderung terperangkap dalam
kerangka acuan ekonomi Barat, yang mengakibatkan ekonomi Islam menjadi sekadar tiruan yang buruk dari
sistem yang ingin digantikan. Ada seruan dari para intelektual dan ekonom Islam untuk mengembangkan
ekonomi Islam secara terpisah dari ekonomi arus utama, karena mereka percaya bahwa ketergantungan ini
telah menghilangkan tujuan asli dari ekonomi Islam. Selain itu, terdapat kebutuhan untuk membangun
kerangka ontologis dan epistemologis yang autentik berdasarkan prinsip Tawhid, yang dapat
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu sosial untuk menghasilkan pemahaman yang lebih holistik tentang
perilaku manusia dalam konteks ekonomi.
Case Study Based on Journal
19. State of the Art
State of the art dalam ekonomi Islam menunjukkan bahwa meskipun ada upaya yang
signifikan untuk mengembangkan disiplin ini, banyak tujuan yang belum tercapai baik dalam
pengembangan intelektual maupun penerapannya dalam praktik. Para ekonom Islam masih
kesulitan untuk mengartikulasikan paradigma teoretis yang koheren dan menunjukkan
bagaimana hal itu dapat diterapkan dalam ekonomi nyata. Selain itu, terdapat kesadaran
bahwa pendekatan yang diambil dalam pengembangan ekonomi Islam sering kali terjebak
dalam kerangka pemikiran ekonomi Barat, yang mengakibatkan kurangnya koherensi dalam
cara ilmu ini dikembangkan.
Case Study Based on Journal
20. Islamic economics as socio-political doctrine
Ekonomi Islam sebagai doktrin sosial-politik muncul sebagai respons terhadap dominasi ekonomi konvensional yang banyak dipengaruhi oleh
paradigma Barat. Bidang studi ini bertujuan untuk menetapkan alternatif yang layak terhadap sistem ekonomi yang ada dengan fokus pada
subjek, orientasi nilai, metodologi, tujuan, dan hasil yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Diskursus seputar ekonomi Islam sering kali dibingkai dalam bahasa dan konsep ekonomi neoklasik arus utama, yang mengakibatkan berbagai
interpretasi dan jalur dalam literaturnya. Para kontributor di bidang ini dipengaruhi oleh spesialisasi mereka, bias pribadi, predisposisi ideologis,
serta konteks budaya dan politik di mana mereka beroperasi. Pengaruh ideologis ini signifikan dalam membentuk karakter dan arah ekonomi
Islam sebagai disiplin yang berbeda.
Tokoh-tokoh kunci dalam gerakan kebangkitan Islam menekankan bahwa Islam menetapkan ideologi ekonominya sendiri, yang mendorong para
sarjana dari berbagai latar belakang untuk mengeksplorasi dan menganalisis bidang yang sedang berkembang ini. Literatur telah berkembang
pesat, dengan banyak publikasi dan konferensi yang bertujuan untuk menetapkan identitas ekonomi Islam. Pertumbuhan ini mencerminkan
aspirasi sosial-politik yang lebih luas untuk menghidupkan kembali dan memulihkan institusi dan nilai-nilai Islam dalam ranah ekonomi,
terutama dalam konteks masyarakat Muslim pasca-kolonial.
Secara keseluruhan, ekonomi Islam tidak hanya berusaha untuk memberikan kerangka ekonomi alternatif tetapi juga untuk menangani isu-isu
sosial-politik seperti keadilan dan pengentasan kemiskinan, yang menjadi pusat tujuannya.
Case Study Based on Journal
21. Islamic Economics as a “science”
Ekonomi Islam sebagai ilmu merupakan upaya untuk mengembangkan paradigma ekonomi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Meskipun
ada pengakuan bahwa sumber-sumber tekstual Islam dapat menjadi dasar untuk pemikiran ekonomi Islam, banyak ekonom Islam meragukan
klaim tentang adanya ilmu ekonomi Islam yang khas. Mereka mengamati bahwa para pendukung ekonomi Islam sering kali kesulitan untuk
mengaitkan ide-ide teoretis mereka dengan dasar teologis Islam dan epistemologinya. Kritik juga diarahkan kepada mereka yang hanya
menambahkan warna budaya atau folkloristik pada konsep-konsep Barat dan kemudian menyajikannya sebagai "Islamik".
Perkembangan ekonomi Islam sebagai ilmu sosial yang berdedikasi telah menarik perhatian yang signifikan di negara-negara Muslim dan non-
Muslim. Namun, meskipun ada upaya yang dilakukan, para ekonom Islam masih menghadapi kesulitan dalam merumuskan paradigma teoretis
yang koheren dan menunjukkan bagaimana hal itu dapat diterapkan dalam praktik ekonomi nyata. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada
kemajuan, tujuan yang diharapkan dalam pengembangan ilmu ini belum sepenuhnya tercapai.
Dalam konteks ini, penting bagi para pendukung ekonomi Islam untuk menyelesaikan kesulitan teoretis dan praktis yang ada dengan
memperjelas pandangan dunia (Weltanschauung) mereka serta mengembangkan konten dan bentuk yang sesuai. Tanpa langkah-langkah ini,
ekonomi Islam mungkin tidak dapat memenuhi tujuan utamanya sebagai ilmu yang relevan dan aplikatif dalam konteks ekonomi nyata.
Case Study Based on Journal
22. Critique
Kritik terhadap ekonomi Islam mencakup berbagai aspek yang menunjukkan bahwa disiplin ini belum sepenuhnya berhasil dalam membentuk
paradigma yang khas. Salah satu kritik utama adalah bahwa para pendukung ekonomi Islam sering kali terjebak dalam kerangka pemikiran
ekonomi neoklasik, yang seharusnya ingin mereka ganti. Meskipun ada argumen bahwa ekonomi Islam didasarkan pada etika moral yang kuat,
akar epistemologisnya tetap terikat pada rasionalisme dan empirisme, sehingga tidak mampu melepaskan diri dari pengaruh paradigma yang
ingin ditinggalkan.
Selain itu, kritik juga diarahkan kepada pendekatan yang diambil oleh para ekonom Islam yang lebih fokus pada apa yang tidak mereka setujui
daripada mengembangkan konten positif untuk ekonomi Islam itu sendiri. Banyak penulis yang lebih banyak membahas penolakan terhadap
ideologi sekuler Barat, yang mengakibatkan ekonomi Islam digambarkan dalam istilah apa yang bukan, alih-alih mengembangkan substansi yang
konstruktif.
Kritik lain menyoroti perlunya kejelasan dalam pandangan dunia (Weltanschauung) yang mendasari ekonomi Islam, serta pengembangan konten
dan bentuk yang sesuai agar disiplin ini dapat memenuhi tujuan utamanya. Tanpa langkah-langkah ini, ekonomi Islam berisiko menjadi sekadar
tiruan yang buruk dari sistem yang ingin mereka ganti, dan tidak dapat memenuhi relevansinya dalam konteks ekonomi nyata.
Case Study Based on Journal
23. The need for intellectual clarity
Kebutuhan akan kejelasan intelektual dalam ekonomi Islam sangat penting mengingat berbagai kritik yang menunjukkan bahwa disiplin ini
belum sepenuhnya berhasil dalam membentuk paradigma yang khas. Banyak pengamat, termasuk para kritikus terkemuka, berpendapat bahwa
pertumbuhan fenomenal dalam ekonomi Islam lebih merupakan bagian dari upaya luas oleh umat Muslim untuk mempertahankan budaya dan
tradisi mereka, tanpa agenda ekonomi yang jelas. Mereka menganggap bahwa proyek ini lebih merupakan latihan dalam politik identitas daripada
pengembangan ilmu ekonomi yang substantif.
Selain itu, ada kesadaran bahwa ekonomi Islam tidak dapat berkembang dalam kekosongan; ia dipengaruhi oleh konteks intelektual dan sosial-
politik di mana ia berada. Meskipun ada upaya untuk merumuskan konsep-konsep ekonomi yang mencerminkan disiplin ini, hasilnya belum
memenuhi harapan para pelopornya. Para ekonom Islam sendiri mengakui bahwa ada sesuatu yang serius yang tidak beres, yang mengarah pada
seruan untuk introspeksi mendalam dan upaya terkoordinasi untuk mengembangkan disiplin ini agar dapat berperan secara berarti di masa depan.
Case Study Based on Journal
24. Kesimpulan
Kesimpulan dari dokumen ini menekankan bahwa ekonomi Islam memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang berharga bagi ilmu
ekonomi, namun untuk mencapai hal tersebut, para pendukungnya perlu melakukan upaya yang terkoordinasi dan mendalam dalam
mengembangkan disiplin ini. Meskipun motivasi untuk mengembangkan ekonomi Islam diakui secara luas, tantangan yang ada, termasuk
kesulitan teoretis dan praktis, harus diatasi dengan memperjelas pandangan dunia (Weltanschauung) yang mendasarinya serta mengembangkan
konten dan bentuk yang sesuai. Tanpa langkah-langkah ini, ekonomi Islam berisiko menjadi sekadar tiruan dari sistem yang ingin digantikan dan
tidak dapat memenuhi relevansinya dalam konteks ekonomi nyata.
Case Study Based on Journal
25. Arya: Ada unsur tauhid dalam ekonomi Islam, bagaimana memvalidasi tauhid dalam unsur filsafat
ekonomii Islam. Padahal menurut saya itu bukan unsur yang ilmiah tapi Aqidah
Nuerhelina: Dari pemakalah sendiri menyampaikan dari review jurnal. Pengembangan ekonomi islam
terjebak dalam kerangka pemikiran ekonomi barat. Terkait dengan hal tersebut, yaitu adanya pengaruh
dari mereka. Apakah ini memberikan ekspansi Islam yang cepat untuk berinteraksi pada budaya dan
pemikiran?