SlideShare a Scribd company logo
PEMBERIAN INFUS DENGAN KECEPATAN
KONSTAN
PRINSIP STEADY STATE
 Steady state (SS) atau kondisi tunak adalah
suatu keadaan yang mana tidak terjadi
perubahan jumlah atau konsentrasi obat di
dalam tubuh dengan bertambahnya waktu.
 Bila kecepatan masuknya (input rate) obat ke
dalam tubuh adalah konstan (order nol)
sedangkan kecepatan eliminasi (output rate)
adalah eksponensial, maka obat akan
terakumulasi sampai kondisi tunak dicapai.
 Dengan demikian steady state dapat
dipertahankan apabila kecepatan infus
dipertahankan.
. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI STEADYSTATE
R k
………………………….. SS: R = k A
A
t
Gambar 4.1. Plot jumlah obat di dalam tubuh versus t
R = Kecepatan pemberian infus
A = Jumlah obat dalam tubuh dalam waktu t
K = Konstanta kecepatan eliminasi untuk reaksi order pertama
Selama infus diberikan, kecepatan perubahan jumlah obat di
dalam tubuh dengan pertambahan waktu (dA/dt) adalah selisih
antara kecepatan pemberian dengan kecepatan eliminasi, maka:
dA
= Kecepatan pemberian infus - kecepatan eliminasi
dt
dA
= R– kA....................................................................(1)
dt
Pada kondisi tunak (steady state) tidak ada perubahan jumlah
obat di dalam tubuh dengan adanya pertambahan waktu atau:
dA
= 0
dt
Maka:
R = k Ass
Atau jumlah obat pada steady state (Ass) dapat dituliskan sebagai
berikut:
Ass =
R ............................................................................
(2)
k
Dari persamaan (2), jelaslah bahwa jumlah obat pada steady state:
 Berbanding lurus dengan kecepatan pemberian infus
 Berbanding terbalik dengan konstanta kecepatan eliminasi
Persamaan (2) dapat ditulis sebagai berikut:
Css V =
R
Atau Css =
R
k kV
Css =
R............................................................................
(3)
Cl
Dari persamaan (3) dapat diambil kesimpulan bahwa:
 semua obat yang diinfuskan dengan kecepatan yang sama
dan mempunyai clearance yang sama, akan mencapai
steady state yangsama
 peninggian kecepatan infus dengan faktor X akan
menghasilkan peninggian konsentrasi Steady State
dengan faktor yang sama
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KONSENTRASI OBAT SELAMA INFUS
DIBERIKAN
Dari persamaan (1) diketahui bahwa:
dA
= R – kA
dt
A =
R
(1- e-kt
)… ..............................................................(4)
k
A = Jumlah obat di dalam tubuh selama pemberian infus
Mengingat bahwa jumlah (A) adalah hasil kali antara volume (V)
dengan konsentrasi (C), maka:
VC =
R
(1 – e-kt
)
k
atau C =
R
(1 – e-kt
); Css =
R
kV kV
Maka akan diperoleh persamaan (4):
C = Css (1 – e-kt
)….......................................................... (4)
 Konsentrasi obat selama infus diberikan:
 Berbanding lurus dengan kecepatan pemberian
infus
 Berbanding terbalik dengan konstanta kecepatan
eliminasi
 Berbanding terbalik dengan volume distribusi
4.4. Waktu yang Dibutuhkan untuk Mencapai Steady State
Misalkan n adalah jumlah waktu paruh yang dilalui setelah infus
diberikan, maka: n =
t
atau t = n t ½; k =
t1/ 2
0,693
t1/ 2
Bila nilai k dan t disubtitusikan ke dalam persamaan (4), maka
akan diperoleh:
C = Css [1 – e-0,693/ t
½
. n t
½ ]
C = Css ( 1 – e -0,693 n
) = Css (1 – ( ½ ) n
)
Fraksi steady state dapat dihitung dengan persamaan (5):
C/Css = 1 – (1/2)n ............................................................... (5)
Bila n = 1:
Bila n = 2:
Bila n = 3:
C
= 1 – (1/2) = 0,50
Css
C
= 1 – (1/2)2
= 0,75
Css
C
= 1 – (1/2)3
= 0,88
Css
Bila n = 3.3:
C
= 1 – (1/2)3.3
= 0,90
Css
Praktisnya, steady state dianggap dicapai dalam waktu 3.3 t ½
setelah obat diberikan atau 90 % SS.
Dari persamaan (5):
C
= 1 – (1/2)n
Css
Dengan demikian waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
steady state (SS):
 Hanya tergantung kepada t1/2
 Tidak tergantung kepada dosis atau kecepatan pemberian
infus
Semakin singkat waktu paruh obat semakin cepat steady state
dicapai.
KOMBINASI INTRAVENA BOLUS
DAN INFUS
Seperti telah diuraikan pada bagian 4.4 bahwa steady state hanya
ditentukan oleh waktu paruh obat. Semakin panjang waktu paruh
obat, maka semakin lama waktu yang diperlukan agar dicapai
steady state. Dengan demikian, obat yang mempunyai waktu
paruh panjang tidak praktis apabila hanya diberikan secara infus
kecepatan konstan saja, karena membutuhkan waktu yang lama
sampai diperoleh efek pengobatan. Kombinasi pemberian
intravena bolus dengan infus kecepatan konstan seperti tertera
pada Gambar
4.2 sering dilakukan agar efek pengobatan segera diperoleh dan
dipertahankan.
Gambar
4.2 sering dilakukan agar efek pengobatan segera diperoleh dan
dipertahankan.
Infus
C
intavena
Gambar 4.2. Plot konsentrasi versus waktu untuk rute
infus dan intravena
Dalam hal ini, pemberian intravena bolus berperan sebagai dosis
Dalam hal ini, pemberian intravena bolus berperan sebagai dosis
muatan (loading dose, LD), sedangkan pemberian infus
kecepatan konstan berperan sebagai dosis pertahanan
(maintenance dose, MD).
Dosis muatan dihitung dengan menggunakan
rumus: LD = Css.V
Dosis pertahanan dihitung dengan menggunakan
rumus: MD = Cl.Css
KONSENTRASI OBAT DI DALAM
PLASMA SETELAH INFUS DIHENTIKAN
Profil konsentrasi obat di dalam plasma setelah infus dihentikan
adalah sama dengan profil konsentrasi obat setelah diberikan
secara intravena seperti tertera pada Gambar 4.3.
………………………… Css
C
Setelah
infus dihentikan
Jumlah t ½
Gambar 4.3. Plot konsentrasi versus jumlah t
½ setelah infus dihentikan
C = Konsentrasi obat di dalam plasma
Selama infus diberikan, maka:
C = Css (1 – e –kt
)
Setelah infus dihentikan, maka:
C = Css e –kt .......................................................... (6)
ESTIMASI PARAMETER
FARMAKOKINETIKA
Parameter farmakokinetika dapat dianalisis berdasarkan kepada
persamaan (4):
C = Css ( 1 – e –
kt
) C = Css - Css
e –kt
In ( Css - C) = In Css – kt… ..............................(7)
Persamaan (7) merupakan persamaan linier, bila ln (Css - C)
diplot terhadap waktu (t), maka akan diperoleh garis lurus seperti
tertera pada Gambar 4.4.
…………………………. Intercept = Css
Ln (Css – C) …………… Slope = -k
t
Gambar 4.4. Plot ln (Css - C) versus t
 K = Slope dari ln (Css – C) versus t
 t 1/2 =
 Cl T =
0,693
k
R
R = ClT . Css
Css
 V =
Cl
k
semoga ini bisa dihapus harus bisa inimah
CONTOH
1. 5 Fluorouracil mempunyai t1/2 = 7,5 menit. Kapan dicapai
konsentrasi tunak (Css)?
Jawab:
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi tunak
adalah 3,3 t1/2 = 3,3 x 7,5 menit = 25 menit.
2. Phenobarbital mempunyai t1/2 = 5 hari. Kapan dicapai
konsentrasi tunak (Css)?
Jawab:
Konsentrasi tunak dicapai setelah 3,3 x 5 hari = 16,5 hari
1. Hitunglah loading dose dan maintenance dose theophylline
yang dibutuhkan untuk memperoleh dan mempertahankan
konsentrasi di dalam darah sebesar 10 mcg/ml. Diketahui
volume distribusi (V) = 0,5 1iter/kg ; t1/2 = 8 jam.
Jawab:
Loading dose = Css V
= 10 mcg/ml x 0,5 1iter/kg = 5 mg/kg
K =
0,693
=
t1/ 2
0,69 3
8 jam
= 0,087 jam -1
Cl = kV = 0,087 jam-1
x 0,5 1iter/kg = 0,04 1iter/kg jam
Maintenance dose = Cl . Css
= 0,04 1iter/kg jam x 10 mg/liter
= 0,4 mg/kg jam
1. Pada pasien dengan kebiasaan merokok, clearance theophylline
biasanya meningkat sampai 1.5 – 2 kali dibandingkan dengan
pasien yang bukan perokok, karena nicotine yang terdapat
dalam rokok menginduksi kerja enzim cytochrome P450
sehingga mempercepat metabolisme obat. Apakah penyesuaian
dosis dibutuhkan untuk pasien tersebut?
Jawab:
Dosis untuk pasien dengan kebiasaan merokok perlu disesuaikan.
Kecepatan pemberian infuse untuk pasien perokok tersebut
adalah 1,5 x 0,4 mg/kg jam sampai 2 x 0,4 mg/kg jam atau
0,6 mg/kg jam sampai 0,8 mg/kg jam.
1 . Suatu obat diberikan secara infus dengan kecepatan konstan
(R = 300 mcg/menit) selama 60 menit. Hubungan antara
konsentrasi obat dan waktu adalah seperti tertera pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1. Hubungan antara konsentrasi dan waktu setelah obat
diinfuskan
Waktu
(menit)
Konsentrasi
Dalam Plasma
( mcg / 100 ml )
(CSS – C)
10
20
30
40
50
60
23
35
42
48
50
51.8
28.8
16.8
9.8
3.8
1.8
0
Konsentrasi steady state (Css) dicapai pada akhir pemberian
infus.
a. Hitunglah k dan V
b . Berapa konsentrasi obat setelah 20 menit infus dihentikan ?
c. Jika kecepatan infus 600 mcg / menit, berapa konsentrasi
obat setelah
20, 40 dan 60 menit infuse diberikan?
d . Berapa dosis muatan yang dibutuhkan untuk memperoleh
70 mcg / 100 ml dengan segera dan berapa kecepatan pemberiaan
infus untuk mempertahankan konsentrasi ini?
Jawab:
a. R = 300 mcg / menit, CSS = 51,8 mcg / ml
Dari grafik diperoleh t1/2 = 10 menit
k = 0 ,6 9 3


t1 / 2
0 ,6 9 3
1 0 m enit
0 ,0 6 9 3 m e n it -1
R = CSS x Cl  Cl =
= 579 ml/menit
3 0 0 m c g / m e n it
5 1 ,8 m c g /1 0 0 m l
V =
C l

5 7 9 m l / m e n it 8 3 5 4 ,9 8 m l 8 ,4 lite r
k 0 ,0 6 9 3 m e n it-1
a . C = CSS . e-kt
C20 = 51,8 mcg / 100 ml x e- 0,693 x 20 menit
= 0,518 mcg / ml x e-1,386
= 0,518 mcg / ml
e – 1,386
C20 =
C20 =
0,518mcg / ml
3,9988
= 0,1295 mcg/ml
Jika
a. Jika kecepatan pemberian infus (R) = 600 mcg / menit
maka konsentrasi obat dalam plasma akan menjadi
600/300 (dua kali lipat). Jadi:
Konsentrasi setelah 20 menit obat diinfuskan adalah 70
mcg / 100 ml
Konsentrasi setelah 40 menit obat diinfuskan adalah 96
mcg / 100 ml.
Konsentrasi setelah 60 menit obat diinfuskan adalah
103.6 mcg / 100 ml.
d. Dosis muatan yang dibutuhkan untuk memperoleh
konsentrasi 0.70 mcg / ml dengan segera = CSS x V
= 0,70 mcg / ml x 8355 ml
= 5848,5 mcg
= 5,85 mg.
Dosis pertahanan:
R = Cl x Css = 579 ml / menit x 0,70 mcg / ml = 405,3
mcg / menit.
Terima kasih

More Related Content

PPTX
fdokumen.com_2-infusi-intravenabahan.pptx
PPTX
Farmakokinetika_P6.pptx
PPTX
Penentuan dosis-Dose Adjustment
PPTX
penentuandosis14112017-181217021554.pptx
PPT
Biofarmasetika i
PPT
FARMAKOKINETIKA_INFUS_INTRAVENA 10-11.ppt
PPT
Biofarmasetika ( i ) new2
PPTX
infusi intravena dan pemberian dosis berganda iv pertemuan ke-5.pptx
fdokumen.com_2-infusi-intravenabahan.pptx
Farmakokinetika_P6.pptx
Penentuan dosis-Dose Adjustment
penentuandosis14112017-181217021554.pptx
Biofarmasetika i
FARMAKOKINETIKA_INFUS_INTRAVENA 10-11.ppt
Biofarmasetika ( i ) new2
infusi intravena dan pemberian dosis berganda iv pertemuan ke-5.pptx

Similar to semoga ini bisa dihapus harus bisa inimah (19)

PPT
Infusi intra vena
PPTX
TUGAS FARMAKOKINETIK KLINIK.pptx
PDF
Tugas Hitungan Parameter Farmakokinetika dan Infus Intravena
PPTX
1. Pharmakokinetik-Pharmakodinamik_INTRODUCTION.pptx
PPTX
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinis
PPTX
5-6.-KOMPARTEMEN-2-TERBUKA-IVV_2024.pptx
PPT
Farmakokinetika Pemberian Obat Secara Intravena (i.v)
PDF
76288543-Pediatrik-Praktis-PPC-IJ.pdf
PPTX
Konversi dosis
PPTX
3. Kompartemen Dua Intravena-revisi.pptx
DOC
Pembahasan farkin fix
PPTX
dokumen.tips_contoh-penyelesaian-soal-ujian-1pptx.pptx
PPTX
Farmakokinetika pengaturan dosis
PPTX
terapi cairan terbaru.pptx NNNNNNNNNNNNN
PPTX
TDM- Konversi Infus IV ke oral farmasiii
DOCX
Nisrina muslihin farmasi
PDF
3-Uji stabilitas dan penentuan shelf life.pdf
PPTX
Cara Pemberian Obat High Konsentrat.pptx
PPTX
terapi cairan .HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH
Infusi intra vena
TUGAS FARMAKOKINETIK KLINIK.pptx
Tugas Hitungan Parameter Farmakokinetika dan Infus Intravena
1. Pharmakokinetik-Pharmakodinamik_INTRODUCTION.pptx
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinis
5-6.-KOMPARTEMEN-2-TERBUKA-IVV_2024.pptx
Farmakokinetika Pemberian Obat Secara Intravena (i.v)
76288543-Pediatrik-Praktis-PPC-IJ.pdf
Konversi dosis
3. Kompartemen Dua Intravena-revisi.pptx
Pembahasan farkin fix
dokumen.tips_contoh-penyelesaian-soal-ujian-1pptx.pptx
Farmakokinetika pengaturan dosis
terapi cairan terbaru.pptx NNNNNNNNNNNNN
TDM- Konversi Infus IV ke oral farmasiii
Nisrina muslihin farmasi
3-Uji stabilitas dan penentuan shelf life.pdf
Cara Pemberian Obat High Konsentrat.pptx
terapi cairan .HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH
Ad

Recently uploaded (20)

PPTX
JML CKG bulan juli 2025 di kecamatan dan kabupaten
PPTX
cara hidup sehat orang dewasa yang dapat diteladani.pptx
PPTX
tamasya Quickwin.pptx Taman Asik Sayang Anak
PPTX
1-3_Anatomi Histologi Fisiologi Serviks PIT-2.pptx
PPTX
PPTpresentasianak24shhsiwiwj.72829-9@‘ususi.pptx
PPT
HIV KESGA UPT PUSKESMAS SUNGAI TURAK KAB HSU
PDF
Novel Heroisme Cinta Dari Akreditasi Puskesmas 2018, ke Pandemi Covid-19, ke ...
PPTX
GAGAL JANTUdcdscssssssssssssssssssssssssssssssssssnkNG.pptx
PPTX
Terapi Antibodi Monoklonal pada Antifosfolipid Sindrom.pptx
PPTX
Sosialisasi PPI Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.pptx
PPTX
GATI Quickwin Gerakan Ayah Teladan Indonesia
PPTX
Materi 7 Persepsi dan Motivasi Sehat Sakit.pptx
PPTX
Materi Penyuluhan Stunting PPT – Cegah Stunting, Wujudkan Generasi Hebat.pptx
PPTX
PROLANIS EDELWEIS DESMBER.pptxPROLANIS EDELWEIS DESMBER.pptx
PPT
HERNIA bagian ilmu bedah digestif .ppt
PPTX
PAPARAN berAKHLAK satuan pendidikan.pptx
PPTX
MODUL-Keperawatan-Pada-Pasien-Di-Wilayah-Komunitas.pptx
PPTX
32. Necrotizing Entero Cholitis (NEC)_.pptx
PPTX
PRA PROPOSAL TEUKU REVANDI JOHAS (1).pptx
PPTX
Kebijakan yanfar medication safety-1609.pptx
JML CKG bulan juli 2025 di kecamatan dan kabupaten
cara hidup sehat orang dewasa yang dapat diteladani.pptx
tamasya Quickwin.pptx Taman Asik Sayang Anak
1-3_Anatomi Histologi Fisiologi Serviks PIT-2.pptx
PPTpresentasianak24shhsiwiwj.72829-9@‘ususi.pptx
HIV KESGA UPT PUSKESMAS SUNGAI TURAK KAB HSU
Novel Heroisme Cinta Dari Akreditasi Puskesmas 2018, ke Pandemi Covid-19, ke ...
GAGAL JANTUdcdscssssssssssssssssssssssssssssssssssnkNG.pptx
Terapi Antibodi Monoklonal pada Antifosfolipid Sindrom.pptx
Sosialisasi PPI Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.pptx
GATI Quickwin Gerakan Ayah Teladan Indonesia
Materi 7 Persepsi dan Motivasi Sehat Sakit.pptx
Materi Penyuluhan Stunting PPT – Cegah Stunting, Wujudkan Generasi Hebat.pptx
PROLANIS EDELWEIS DESMBER.pptxPROLANIS EDELWEIS DESMBER.pptx
HERNIA bagian ilmu bedah digestif .ppt
PAPARAN berAKHLAK satuan pendidikan.pptx
MODUL-Keperawatan-Pada-Pasien-Di-Wilayah-Komunitas.pptx
32. Necrotizing Entero Cholitis (NEC)_.pptx
PRA PROPOSAL TEUKU REVANDI JOHAS (1).pptx
Kebijakan yanfar medication safety-1609.pptx
Ad

semoga ini bisa dihapus harus bisa inimah

  • 1. PEMBERIAN INFUS DENGAN KECEPATAN KONSTAN
  • 2. PRINSIP STEADY STATE  Steady state (SS) atau kondisi tunak adalah suatu keadaan yang mana tidak terjadi perubahan jumlah atau konsentrasi obat di dalam tubuh dengan bertambahnya waktu.  Bila kecepatan masuknya (input rate) obat ke dalam tubuh adalah konstan (order nol) sedangkan kecepatan eliminasi (output rate) adalah eksponensial, maka obat akan terakumulasi sampai kondisi tunak dicapai.  Dengan demikian steady state dapat dipertahankan apabila kecepatan infus dipertahankan.
  • 3. . FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STEADYSTATE R k ………………………….. SS: R = k A A t Gambar 4.1. Plot jumlah obat di dalam tubuh versus t R = Kecepatan pemberian infus A = Jumlah obat dalam tubuh dalam waktu t K = Konstanta kecepatan eliminasi untuk reaksi order pertama
  • 4. Selama infus diberikan, kecepatan perubahan jumlah obat di dalam tubuh dengan pertambahan waktu (dA/dt) adalah selisih antara kecepatan pemberian dengan kecepatan eliminasi, maka: dA = Kecepatan pemberian infus - kecepatan eliminasi dt dA = R– kA....................................................................(1) dt Pada kondisi tunak (steady state) tidak ada perubahan jumlah obat di dalam tubuh dengan adanya pertambahan waktu atau: dA = 0 dt
  • 5. Maka: R = k Ass Atau jumlah obat pada steady state (Ass) dapat dituliskan sebagai berikut: Ass = R ............................................................................ (2) k Dari persamaan (2), jelaslah bahwa jumlah obat pada steady state:  Berbanding lurus dengan kecepatan pemberian infus  Berbanding terbalik dengan konstanta kecepatan eliminasi Persamaan (2) dapat ditulis sebagai berikut: Css V = R Atau Css = R k kV Css = R............................................................................ (3) Cl
  • 6. Dari persamaan (3) dapat diambil kesimpulan bahwa:  semua obat yang diinfuskan dengan kecepatan yang sama dan mempunyai clearance yang sama, akan mencapai steady state yangsama  peninggian kecepatan infus dengan faktor X akan menghasilkan peninggian konsentrasi Steady State dengan faktor yang sama
  • 7. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSENTRASI OBAT SELAMA INFUS DIBERIKAN Dari persamaan (1) diketahui bahwa: dA = R – kA dt A = R (1- e-kt )… ..............................................................(4) k A = Jumlah obat di dalam tubuh selama pemberian infus Mengingat bahwa jumlah (A) adalah hasil kali antara volume (V) dengan konsentrasi (C), maka: VC = R (1 – e-kt ) k atau C = R (1 – e-kt ); Css = R kV kV Maka akan diperoleh persamaan (4): C = Css (1 – e-kt )….......................................................... (4)
  • 8.  Konsentrasi obat selama infus diberikan:  Berbanding lurus dengan kecepatan pemberian infus  Berbanding terbalik dengan konstanta kecepatan eliminasi  Berbanding terbalik dengan volume distribusi
  • 9. 4.4. Waktu yang Dibutuhkan untuk Mencapai Steady State Misalkan n adalah jumlah waktu paruh yang dilalui setelah infus diberikan, maka: n = t atau t = n t ½; k = t1/ 2 0,693 t1/ 2 Bila nilai k dan t disubtitusikan ke dalam persamaan (4), maka akan diperoleh: C = Css [1 – e-0,693/ t ½ . n t ½ ] C = Css ( 1 – e -0,693 n ) = Css (1 – ( ½ ) n )
  • 10. Fraksi steady state dapat dihitung dengan persamaan (5): C/Css = 1 – (1/2)n ............................................................... (5) Bila n = 1: Bila n = 2: Bila n = 3: C = 1 – (1/2) = 0,50 Css C = 1 – (1/2)2 = 0,75 Css C = 1 – (1/2)3 = 0,88 Css Bila n = 3.3: C = 1 – (1/2)3.3 = 0,90 Css Praktisnya, steady state dianggap dicapai dalam waktu 3.3 t ½ setelah obat diberikan atau 90 % SS. Dari persamaan (5): C = 1 – (1/2)n Css
  • 11. Dengan demikian waktu yang dibutuhkan untuk mencapai steady state (SS):  Hanya tergantung kepada t1/2  Tidak tergantung kepada dosis atau kecepatan pemberian infus Semakin singkat waktu paruh obat semakin cepat steady state dicapai.
  • 12. KOMBINASI INTRAVENA BOLUS DAN INFUS Seperti telah diuraikan pada bagian 4.4 bahwa steady state hanya ditentukan oleh waktu paruh obat. Semakin panjang waktu paruh obat, maka semakin lama waktu yang diperlukan agar dicapai steady state. Dengan demikian, obat yang mempunyai waktu paruh panjang tidak praktis apabila hanya diberikan secara infus kecepatan konstan saja, karena membutuhkan waktu yang lama sampai diperoleh efek pengobatan. Kombinasi pemberian intravena bolus dengan infus kecepatan konstan seperti tertera pada Gambar 4.2 sering dilakukan agar efek pengobatan segera diperoleh dan dipertahankan.
  • 13. Gambar 4.2 sering dilakukan agar efek pengobatan segera diperoleh dan dipertahankan. Infus C intavena Gambar 4.2. Plot konsentrasi versus waktu untuk rute infus dan intravena Dalam hal ini, pemberian intravena bolus berperan sebagai dosis
  • 14. Dalam hal ini, pemberian intravena bolus berperan sebagai dosis muatan (loading dose, LD), sedangkan pemberian infus kecepatan konstan berperan sebagai dosis pertahanan (maintenance dose, MD). Dosis muatan dihitung dengan menggunakan rumus: LD = Css.V Dosis pertahanan dihitung dengan menggunakan rumus: MD = Cl.Css
  • 15. KONSENTRASI OBAT DI DALAM PLASMA SETELAH INFUS DIHENTIKAN Profil konsentrasi obat di dalam plasma setelah infus dihentikan adalah sama dengan profil konsentrasi obat setelah diberikan secara intravena seperti tertera pada Gambar 4.3. ………………………… Css C Setelah infus dihentikan Jumlah t ½ Gambar 4.3. Plot konsentrasi versus jumlah t ½ setelah infus dihentikan
  • 16. C = Konsentrasi obat di dalam plasma Selama infus diberikan, maka: C = Css (1 – e –kt ) Setelah infus dihentikan, maka: C = Css e –kt .......................................................... (6)
  • 17. ESTIMASI PARAMETER FARMAKOKINETIKA Parameter farmakokinetika dapat dianalisis berdasarkan kepada persamaan (4): C = Css ( 1 – e – kt ) C = Css - Css e –kt In ( Css - C) = In Css – kt… ..............................(7) Persamaan (7) merupakan persamaan linier, bila ln (Css - C) diplot terhadap waktu (t), maka akan diperoleh garis lurus seperti tertera pada Gambar 4.4. …………………………. Intercept = Css Ln (Css – C) …………… Slope = -k t Gambar 4.4. Plot ln (Css - C) versus t
  • 18.  K = Slope dari ln (Css – C) versus t  t 1/2 =  Cl T = 0,693 k R R = ClT . Css Css  V = Cl k
  • 20. CONTOH 1. 5 Fluorouracil mempunyai t1/2 = 7,5 menit. Kapan dicapai konsentrasi tunak (Css)? Jawab: Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi tunak adalah 3,3 t1/2 = 3,3 x 7,5 menit = 25 menit. 2. Phenobarbital mempunyai t1/2 = 5 hari. Kapan dicapai konsentrasi tunak (Css)? Jawab: Konsentrasi tunak dicapai setelah 3,3 x 5 hari = 16,5 hari
  • 21. 1. Hitunglah loading dose dan maintenance dose theophylline yang dibutuhkan untuk memperoleh dan mempertahankan konsentrasi di dalam darah sebesar 10 mcg/ml. Diketahui volume distribusi (V) = 0,5 1iter/kg ; t1/2 = 8 jam. Jawab: Loading dose = Css V = 10 mcg/ml x 0,5 1iter/kg = 5 mg/kg K = 0,693 = t1/ 2 0,69 3 8 jam = 0,087 jam -1 Cl = kV = 0,087 jam-1 x 0,5 1iter/kg = 0,04 1iter/kg jam Maintenance dose = Cl . Css = 0,04 1iter/kg jam x 10 mg/liter = 0,4 mg/kg jam
  • 22. 1. Pada pasien dengan kebiasaan merokok, clearance theophylline biasanya meningkat sampai 1.5 – 2 kali dibandingkan dengan pasien yang bukan perokok, karena nicotine yang terdapat dalam rokok menginduksi kerja enzim cytochrome P450 sehingga mempercepat metabolisme obat. Apakah penyesuaian dosis dibutuhkan untuk pasien tersebut? Jawab: Dosis untuk pasien dengan kebiasaan merokok perlu disesuaikan. Kecepatan pemberian infuse untuk pasien perokok tersebut adalah 1,5 x 0,4 mg/kg jam sampai 2 x 0,4 mg/kg jam atau 0,6 mg/kg jam sampai 0,8 mg/kg jam.
  • 23. 1 . Suatu obat diberikan secara infus dengan kecepatan konstan (R = 300 mcg/menit) selama 60 menit. Hubungan antara konsentrasi obat dan waktu adalah seperti tertera pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hubungan antara konsentrasi dan waktu setelah obat diinfuskan Waktu (menit) Konsentrasi Dalam Plasma ( mcg / 100 ml ) (CSS – C) 10 20 30 40 50 60 23 35 42 48 50 51.8 28.8 16.8 9.8 3.8 1.8 0 Konsentrasi steady state (Css) dicapai pada akhir pemberian infus. a. Hitunglah k dan V b . Berapa konsentrasi obat setelah 20 menit infus dihentikan ? c. Jika kecepatan infus 600 mcg / menit, berapa konsentrasi obat setelah 20, 40 dan 60 menit infuse diberikan? d . Berapa dosis muatan yang dibutuhkan untuk memperoleh 70 mcg / 100 ml dengan segera dan berapa kecepatan pemberiaan infus untuk mempertahankan konsentrasi ini?
  • 24. Jawab: a. R = 300 mcg / menit, CSS = 51,8 mcg / ml Dari grafik diperoleh t1/2 = 10 menit k = 0 ,6 9 3   t1 / 2 0 ,6 9 3 1 0 m enit 0 ,0 6 9 3 m e n it -1 R = CSS x Cl  Cl = = 579 ml/menit 3 0 0 m c g / m e n it 5 1 ,8 m c g /1 0 0 m l V = C l  5 7 9 m l / m e n it 8 3 5 4 ,9 8 m l 8 ,4 lite r k 0 ,0 6 9 3 m e n it-1 a . C = CSS . e-kt C20 = 51,8 mcg / 100 ml x e- 0,693 x 20 menit = 0,518 mcg / ml x e-1,386 = 0,518 mcg / ml e – 1,386 C20 = C20 = 0,518mcg / ml 3,9988 = 0,1295 mcg/ml Jika
  • 25. a. Jika kecepatan pemberian infus (R) = 600 mcg / menit maka konsentrasi obat dalam plasma akan menjadi 600/300 (dua kali lipat). Jadi: Konsentrasi setelah 20 menit obat diinfuskan adalah 70 mcg / 100 ml Konsentrasi setelah 40 menit obat diinfuskan adalah 96 mcg / 100 ml. Konsentrasi setelah 60 menit obat diinfuskan adalah 103.6 mcg / 100 ml. d. Dosis muatan yang dibutuhkan untuk memperoleh konsentrasi 0.70 mcg / ml dengan segera = CSS x V = 0,70 mcg / ml x 8355 ml = 5848,5 mcg = 5,85 mg. Dosis pertahanan: R = Cl x Css = 579 ml / menit x 0,70 mcg / ml = 405,3 mcg / menit.