SlideShare a Scribd company logo
Smk12 kimiaindustri-suparni
Suparni Setyowati Rahayu
Sari Purnavita




KIMIA INDUSTRI

SMK

JILID 3




      Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
      Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
      Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang




KIMIA INDUSTRI
Untuk SMK


JILID 3

Penulis                 : Suparni Setyowati Rahayu
                          Sari Purnavita

Editor                  : Setia Budi Sasongko, DEA

Perancang Kulit         : TIM



Ukuran Buku             :   17,6x 25 cm



 RAH      RAHAYU, Suparni Setyowati
 k                Kimia Industri untuk SMK Jilid 3 /oleh Suparni Setyowati
          Rahayu, Sari Purnavita ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
          Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
          Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
             xxii, 211 hlm
             Daftar Pustaka : LAMPIRAN A.
             Glosarium       : LAMPIRAN B.
             ISBN            : 978-602-8320-41-2
             ISBN            : 978-602-8320-44-3


Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK.

Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi
masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada d luar negeri untuk
                                                    i
mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada
para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan.



                                           Jakarta, 17 Agustus 2008
                                           Direktur Pembinaan SMK
iv
KATA PENGANTAR


Dengan memanjatkan puji syukur ke hadlirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat, taufik dan hidayahNya, maka tersusunlah buku ini
dengan judul “KIMIA INDUSTRI”

Tujuan disusunnya buku ini adalah untuk memenuhi kebutuhan program
pendidikan dan pengajaran Kimia Industri yang disesuikan dengan
perkembangan teknologi dan industri.
Dalam kaitannya dengan upaya untuk hal tersebut di atas, maka penulis
berpedoman pada kurikulum tahun 2004 dan disesuaikan dengan kaidah-
kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam dunia
industri, sehingga isi dan materi bersifat tekstual dan kontekstual. Materi
yang disajikan menyangkut juga indikator-indikator yang mampu
mendorong siswa dalam aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
yang terdiri atas Pengenalan Kimia Industri, Bahan Baku Untuk produk
Industri, Teknologi Proses, Instrumentasi dan Pengukuran, Utilitas Pabrik,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta limbah.
.
Keseluruhan materi diharapkan mampu mendukung kompetensi lulusan
SMK Kimia Industri sesuai dengan kebutuhan pasar kerja industri dan jika
dimungkinkan mampu kerja mandiri.

Manfaat yang dapat diperoleh dari buku ini dalam proses pembelajaran
adalah bahwa guru akan bertambah sumber belajarnya yang lebih
aplikatif terutama ilmu terapan, sehingga guru akan bertambah
wawasannya terutama dalam bidang kimia industri. Sedangkan bagi
siswa akan bertambah buku pegangannya untuk lebih mudah belajar
kimia industri, karena buku ini penyusunnannya baik dalam sistematika
dan materinya disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa dalam
proses pembelajaran.

Penulis dalam menyusun buku ini sudah berupaya secara maksimal dan
berupaya memberikan yang terbaik, namun masih disadari adanya
kekurangan-kekurangan, sehingga diharapkan adanya kritik dan saran
dari berbagai pihak guna menyempurnakan keberadaan buku ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan buku ini kami sangat berterima kasih, dan semoga menjadi
amal jariyah. Mudah-mudahan buku ini dapat mendorong generasi muda
Indonesia labih maju dalam berkarya dalam era globalisasi dan teknologi.


                                                        Penulis




                                                                         v
vi
DAFTAR ISI


KATA SAMBUTAN ..........................................................................              iii
KATA PENGANTAR ........................................................................                v
DAFTAR ISI .....................................................................................     vii
SINOPSIS ........................................................................................    xi
DESKRIPSI KONSEP PENULISAN ................................................                         xiii
PETA KOMPETENSI .......................................................................             xix


JILID 1
BAB I         PENGENALAN KIMIA INDUSTRI ...................                                          1
              1.1. PENDAHULUAN .........................................................             1
              1.2. DEFINISI KIMIA INDUSTRI.......................................                    1
              1.3. SISTEM MANAJEMEN DALAM SUATU INDUSTRI ......                                      7
              1.4. PENGELOLAAN LINGK UNGAN KERJA..................                                  17
              RANGKUMAN ..................................................................          21
              CONTOH SOAL ...............................................................           23
              LATIHAN SOAL ................................................................         25

BAB II BAHAN BAKU DAN PRODUK INDUSTRI ......                                                        27
               2.1. PENANGANAN BAHAN BAKU DAN
                     PENUNJANG..........................................................            28
               2.2. PENYIMPANAN BAHAN BAKU DAN
                     PENUNJANG..........................................................            29
               2.3. PENYIMPANAN BAHAN BAKU DAN
                     PENUNJANG YANG TERSISA .............................                           30
               2.4. MENEMUKAN PERMASALAHAN DAN
                     PELUANG PENYIMPANAN BAHAN BAKU
                     DAN BAHAN PENUNJANG....................................                         30
               2.5. LOGAM .....................................................................      33
               2.6. BAHAN NON METAL ..............................................                  104
               RANGKUMAN..................................................................          145
               CONTOH SOAL...............................................................           147
               LATIHAN SOAL ...............................................................         148



                                                                                                     vii
BAB III INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN..........                                               149
         3.1. DEFINISI....................................................................   149
         3.2. STANDARD DAN SATUAN......................................                      150
         3.3. ANGKA PENTING DAN GALAT ..............................                         153
         3.4. KLASIFIKASI ALAT UKUR .......................................                  155
         3.5. PENCATATAN SKALA UKUR .................................                        167
         3.6. KELAINAN SKALA UKUR .........................................                  168
         3.7. KLASIFIKASI ALAT UKUR ........................................                 171
         3.8. KLASIFIKASI INSTRUMENTASI .............................                        196
         3.9. ALAT KENDALI KETINGGIAN .................................                      197
         RANGKUMAN ...................................................................       201
         CONTOH SOAL ................................................................        203
         LATIHAN SOAL ................................................................       211


JILID 2
BAB IV TEKNOLOGI PROSES ....................................                                 213
         4.1. DIAGRAM ALIR PROSES.......................................                     214
         4.2. IDENTIFIKASI SATUAN PROSES DAN OPERASI
               PADA KIMIA INDUSTRI..........................................                 240
         4.3. PROSES MENGUBAH UKURAN BAHAN PADAT                                             241
         4.4. PROSES PENCAMPURAN BAHAN ......................                                243
         4.5. PENYULINGAN (Distillation)...................................                  248
         4.6. ADSORPSI..............................................................         269
         4.7. ABSORBSI ..............................................................        271
         4.8 EKSTRAKSI.............................................................          277
         4.9. FILTRASI .................................................................     294
         4.10. SUBLIMASI..............................................................       299
         4.11. EVAPORASI............................................................         302
         4.12. PENUKAR PANAS ..................................................              303
         4.13. SATUAN PROSES KIMIA (REAKSI KIMIA
               DAN KATALIS) .......................................................          307
         RANGKUMAN ...................................................................       327
         CONTOH SOAL................................................................         328
         LATIHAN SOAL ................................................................       339




viii
BAB V UTILITAS PABRIK ..........................................                               341
         5.1. UNIT PENYEDIAAN LISTRIK..................................                        342
         5.2. UNIT PENYEDIAAN AIR .........................................                    343
         5.3. UNIT PENGADAAN UAP.........................................                      358
         5.4. SISTEM UTILITAS UDARA TEKAN ........................                             363
         5.5. BAHAN BAKAR ........................................................             371
         5.6. OPERASI PEMBAKARAN .......................................                       384
         5.7. PETUNJUK UNTUK OPERATOR ..........................                               385
         5.8. LABORATORIUM PENUNJANG INDUSTRI KIMIA                                            388
         RANGKUMAN .................................................................           410
         CONTOH SOAL ...............................................................           414
         LATIHAN SOAL ................................................................         420

BAB VI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA .                                                       421
         6.1. PENDAHULUAN ......................................................               421
         6.2. MANAJEMEN RESIKO ............................................                    483
         6.3. BAHAYA BAHAN KIMIA ...........................................                   507
         6.4. LIMBAH INDUSTRI...................................................               528
         6.5. PEMBUATAN LAPORAN INFENTARISASI BAHAN
              KIMIA.........................................................................   549
         6.6. PEDOMAN KESELAMATAN KERJA YANG
              BERHUBUNGAN DENGAN PERALATAN...............                                      552
         6.7. PEMERIKSAAN KEAMANAN SEBELUM
              MENGHIDUPKAN PERALATAN ..............................                            553
         RANGKUMAN ..................................................................          558
         CONTOH SOAL ...............................................................           559
         LATIHAN SOAL ................................................................         559




                                                                                                ix
JILID 3
BAB VII LIMBAH INDUSTRI ......................................                           561
         7.1. PENCEMARAN DAN LINGKUNGAN.......................                           562
         7.2. JENIS LIMBAH INDUSTRI .......................................              574
         7.3. LIMBAH GAS DAN PARTIKEL.................................                   586
         7.4. LIMBAH PADAT ........................................................      593
         7.5. NILAI AMBANG BATAS ...........................................             605
         RANGKUMAN ...................................................................   742
         CONTOH SOAL ................................................................    742
         LATIHAN SOAL ................................................................   744

LAMPIRAN A. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN B. GLOSARIUM




x
SINOPSIS


        Buku merupakan salah satu masukkan (input) dalam proses
pembelajaran dengan demikian akan mempunyai pengaruh terhadap
keluaran (output). Buku sebagai bagian dari proses pada dasarnya
merupakan suatu kumpulan dari teori-teori yang masih berlaku dan dalam
bidang kejuruan teknik teori tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk
nyata untuk mempermudah kehidupan manusia. Buku dengan judul
“Kimia-Industri” merupakan buku yang diperuntukkan bagi siswa maupun
pengajar dalam bidang kejuruan teknik khususnya kimia.
        Buku ini diawali (dalam bab I) dengan membahas mengenai
pengenalan Kimia Industri, yaitu aplikasi (bagian utama dalam bidang
kejuruan teknik) dari ilmu kimia maupun ilmu penunjang yang lain seperti
fisika untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dalam skala industri.
Pengenalan ini cukup penting, karena aplikasi kimia dalam skala industri
diperlukan ilmu-ilmu penunjang tersebut. Membahas skala industri,
tentunya akan mempunyai interpretasi produk dalam skala yang besar
(baik kuantitas maupun kualitas). Oleh karenanya akan diperlukan bahan
baku dan juga manusia sebagai salah satu bagian dari “sumber daya”,
telah dibahas pada bab I. Sedangkan bab-bab selanjutnya merupakan
pembahasan lebih lanjut dari bab I.
        Bab II membahas bahan baik awal (sebagai bahan baku) maupun
akhir (sebagai bagian dari produk) yang merupakan tujuan utama dari
seseorang yang bergerak dibidang kejuruan teknik khususnya kimia.
Sedangkan bagaimana mengubah dari bahan baku menjadi suatu produk
akan dibahas pada bab IV mengenai teknologi proses.
        Dalam memproduksi suatu bahan dalam skala industri, tentunya
selain mempertimbangkan kuantitas juga perlu mempertimbangkan
kualitas. Untuk menjaga kualitas dari suatu produk, maka diperlukan
instrumen untuk mengendalikannya sistem proses yang dibahas pada
bab III. Sedangkan satuan (unit) penunjang dalam suatu industri berupa
pembangkit tenaga listrik, pembangkit uap, pengolahan air proses
maupun pengolahan air limbah dibahas pada bab VII.
        Kesan industri sebagai bagian sistem yang mengeksplorasi dari
“sumber daya” perlu mendapat perhatian khusus agar tidak merusakkan
sumber daya tersebut sehingga kelestariannya dapat dipertahankan.
Permasalahan ini dibahas pada bab VI. Dua hal yang perlu diperhatikan
keterkaitannya dengan sumber daya, yaitu sumber daya alam dan
sumber daya manusia. Sumber daya alam menyangkut permasalahan


                                                                      xi
penggunaan bahan baku khususnya yang langsung diambil dari alam dan
juga bahan yang dibuang ke alam. Bahan hasil produksi yang dibuang
ke alam baik berupa bahan padat, cair maupun gas dibahas dalam sub-
bab mengenai masalah limbah. Sedangkan untuk melestarikan sumber
daya manusia sebagai bagian dari pada kehidupan, dibahas lebih
mendalam pada sub bab K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

                        Garis Besar Isi Buku




                                      7




                              4




                                  3




xii
DESKRIPSI KONSEP PENULISAN


Era globalisasi sedang berlangsung baik dalam bidang perdagangan
maupun bidang lainnya, seperti informatika dan pendidikan. Globalisasi
ini membawa dampak positif, antara lain kebebasan pertukaran informasi,
perdagangan dan perindustrian, yang pada akhirnya dapat memajukan
masyarakat karena terjadinya peningkatan ilmu pengetahuan.
Menyikapi kondisi tersebut, penulis menyusun buku Kimia Industri
sebagai buku pegangan siswa agar mempunyai wawasan, jika nantinya
bekerja di dunia industri.
Adapun konsep penulisan sebagai berikut :
        Manusia – Organisas
            Area kerja          K 3 dan Limbah
              Bab 1              Bab 6 dan 7




   Bahan Baku                     Proses                     Produk
     Bab 2                       Bab 1 & 4                   Bab 2




                Instrumentasi     Utilitas Pabrik
                    Bab 3              Bab 5



Bab 1 : Pengenalan Kimia Industri
Kimia Industri mencakup hal yang cukup luas. Pada bagian ini akan
diperkenalkan mengenai Kimia Industri, yang akan dimulai berdasarkan
akar katanya, yaitu Kimia dan Industri. Selanjutnya pada sub bab
selanjutnya akan dibahas mengenai sistem manajemen dalam suatu
industri dan area kerja, khususnya industri besar dimana pada bagian ini
akan terlihat pembagian pelaksanaan tugas mulai dari tingkat pelaksana


                                                                      xiii
yang dalam hal ini diduduki oleh seseorang dengan klasifikasi pendidikan
minimal Sekolah Menengah Kejuruan Teknik / STM sampai dengan
tingkat manajer puncak dengan kalsifikasi pendidikan minimal sarjana.
Dengan demikian diharapkan dapat sebagai gambaran kompetensi yang
diperlukan apabila seseorang bekerja pada bidang industri kimia.

Bab II : Bahan Baku untuk Produk Industri
Menjelaskan persiapan bahan baku dan bahan penunjang serta
persiapan bahan kimia untuk menghasilkan suatu produk. Selain itu juga
pengelolaan bahan-bahan cadangan.

Bab III : Instrumentasi dan Pengukuran
        Setiap alat yang digunakan dan dioperasikan dalam sebuah
pabrik dilengkapi dengan instrumen untuk mengukur parameter-
parameter tertentu sesuai kondisi operasi yang harus selalu dipantau
setiap saat. Instrumen yang dimaksud terdiri dari dua macam yaitu
instrumen lokal dan instrumen panel. Skala ukur yang terbaca dalam
instrumen lokal merupakan kontrol terhadap skala ukur instrumen panel.
        Untuk mendasari pengetahuan yang diperlukan dalam kegiatan
mengukur maka di bawah ini dibahas tentang satuan dan standardnya,
konsep angka penting dan galat serta kelainan skala ukur. Alat-alat ukur
yang banyak digunakan dalam industri dapat diklasifikasikan terdiri dari
alat pengukur suhu, alat pengukur tekanan, alat pengukur aliran, dan alat
pengukur sifat kimiawi: pH atau keasaman, COD, BOD.

Bab IV : Teknologi Proses
Kata teknologi mempunyai arti aplikasi dari ilmu pengetahuan (scientific)
yang digunakan dalam rangka untuk memepermudah kehidupan
manusia. Dengan teknologi, maka manusia akan dapat melakukan
sesuatu menjadi lebih mudah. Sedangkan proses secara umum
merupakan perubahan dari masukkan (input) dalam hal ini bahan baku
setelah melalui proses maka akan menjadi keluaran (output) dalam
bentuk produk. Ada tiga kata kunci dalam mengartikan proses, yaitu
input, perubahan dan output.
        Dengan demikian “teknologi proses” merupakan aplikasi dari ilmu
pengetahuan untuk merubah bahan baku menjadi produk atau bahan
yang mempunyai nilai lebih (added value), dimana perubahan dapat
berupa perubahan yang bersifat fisik maupun perubahan yang bersifat
kimia dalam skala besar atau disebut dengan skala industri. Perubahan
yang bersifat fisik disebut dengan satuan operasi (unit operation),
sedangkan yang bersifat perubahan kimia disebut dengan satuan proses
(unit process).



xiv
Untuk bisa memahami suatu proses yang terjadi di industri kimia
maka terlebih dahulu harus bisa membaca diagram alir proses serta
mengenal simbol dan jenis-jenis peralatan yang digunakan pada industri
kimia.
        Untuk bisa mengoperasikan peralatan industri kimia maka perlu
memahami beberapa satuan operasi, mulai dari (1) Proses mengubah
ukuran bahan padat dengan menggunakan mesin pemecah (crusher),
mesin giling (grinder), dan mesin potong (cutting machine), (2)
Pencampuran bahan yang merupakan peristiwa menyebarnya bahan-
bahan secara acak, dimana bahan yang satu menyebar ke dalam bahan
yang lain demikian pula sebaliknya, sedang bahan-bahan itu sebelumnya
terpisah dalam keadaan dua fase atau lebih yang akhirnya membentuk
hasil yang lebih seragam (homogen), (3) Distilasi (penyulingan) adalah
proses pemisahan komponen dari suatu campuran yang berupa larutan
cair-cair dimana karakteristik dari campuran tersebut adalah mampu-
campur dan mudah menguap, selain itu komponen-komponen tersebut
mempunyai perbedaan tekanan uap dan hasil dari pemisahannya
menjadi komponen-komponennya atau kelompok-kelompok komponen.
Karena adanya perbedaan tekanan uap, maka dapat dikatakan pula
proses penyulingan merupakan proses pemisahan komponen-
komponennya berdasarkan perbedaan titik didihnya. Baik distilasi
dengan peralatan skala laboratorium maupun skala industri, (4) Adsorpsi
atau penjerapan adalah proses pemisahan bahan dari campuran gas
atau cair, bahan yang akan dipisahkan ditarik oleh permukaan zat padat
yang menyerap (adsorben). Misalnya, limbah industri pencuciankain batik
diadsorpsi zat warnanya dengan menggunakan arang tempurung kelapa
yang sudah diaktifkan. Limbah elektroplating yang mengandung nikel,
logam berat nikel diadsorpsi dengan zeolit yang diaktifkan, (5) Absorpsi
adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair
yang diikuti dengan pelarutan. Tujuan nya untuk meningkatkan nilai
guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya, (6) Ekstraksi adalah
pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat
terlarut antara dua pelarut yang tidak dapta tercampur untuk mengambil
zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain, (7) Filtrasi
adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan
melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum, dimana zat
padat itu tertahan. Pada industri, filtrasi ini meliputi ragam operasi mulai
dari penyaringan sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Fluida
yang difiltrasi dapat berupa cairan atau gas; aliran yang lolos dari


                                                                         xv
saringan mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya. Filtrasi dengan
peralatan skala laboratorium sampai slaka pilot plant/industri baik batch
maupun kontinyu, (8) Operasi evaporasi atau penguapan pada dasarnya
merupakan operasi pendidihan khusus, dimana terjadi peristiwa
perpindahan panas dalam cairan mendidih. Tujuan operasi evaporasi
adalah untuk memperoleh larutan pekat dari larutan encer dengan jalan
pendidihan dan penguapan, (9) Penukar panas atau dalam industri kimia
populer dengan istilah bahasa Inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah
suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi
sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium
pemanas dipakai uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa
sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa
mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara
efisien.
         Satuan Proses Kimia merupakan proses yang melibatkan reaksi
Kimia dan katalis. Reaksi kimia merupakan suatu proses dimana bahan
sebelum diproses disebut dengan reaktan dan hasilnya produk. Lambang
dari reaksi kimia sebelum dan sesudah proses menggunakan tanda
panah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi adalah
ukuran partikel/zat, suhu dan katalis. Jenis-jenis reaksi kimia yang
banyak digunakan diindustri adalah reaksi katalitik (reaksi dengan katalis)
dan reaksi netralisasi. Contoh Proses Kimia dengan Reaksi Katalitik
pada Industri Kecil – Menengah : Industri pembuatan biodiesel dari bahan
alami yang terbarukan (minyak nabati) dan katalis kimia atau biologis.
Sedangkan industri minyak jagung adalah contoh untuk proses kimia
yang melibatkan reaksi netralisasi.

Bab V : Utilitas Pabrik
        Sebuah pabrik mempunyai dua sistem proses utama, yaitu sistem
pereaksian dan sistem proses pemisahan & pemurnian. Kedua sistem
tersebut membutuhkan kondisi operasi pada suhu dan tekanan tertentu.
Dalam pabrik, panas biasanya ‘disimpan’ dalam fluida yang dijaga pada
suhu dan tekanan tertentu. Fluida yang paling umum digunakan adalah
air panas dan uap air karena alasan murah dan memiliki kapasitas panas
tinggi. Fluida lain biasanya digunakan untuk kondisi pertukaran panas
pada suhu di atas 100 oC pada tekanan atmosfer. Air atau uap air
bertekanan (dinamakan kukus atau steam) mendapatkan panas dari ketel
uap (boiler).
        Sistem pemindahan panas bertugas memberikan panas dan
menyerap panas. Misalnya, menyerap panas dari sistem proses yang


xvi
menghasilkan energi seperti sistem proses yang melibatkan reaksi
eksotermik atau menyerap panas agar kondisi sistem di bawah suhu
ruang atau suhu sekitar. Sistem pemroses yang melakukan ini adalah
cooling tower.
        Cooling tower, boiler dan tungku pembakaran merupakan sistem-
sistem pemroses untuk sistem penyedia panas dan sistem pembuang
panas. Kedua sistem proses ini bersama-sama dengan sistem penyedia
udara bertekanan, sistem penyedia listrik dan air bersih untuk kebutuhan
produksi merupakan sistem penunjang berlangsungnya sistem proses
utama yang dinamakan sistem utilitas. Kebutuhan sistem utilitas dan
kinerjanya tergantung pada seberapa baik sistem utilitas tersebut mampu
‘melayani’ kebutuhan sistem proses utama dan tergantung pada efisiensi
penggunaan bahan baku dan bahan bakar.
        Proses kimia sangat membutuhkan kelengkapan laboratorium
kimia untuk pengontrolan kualitas bahan baku dan produk.

Bab VI : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
        Seirama dengan derap langkah pembangunan negara dewasa ini,
kita akan memajukan industri yang maju dan mandiri dalam rangka
mewujudkan Era industrialisasi. Proses industrialisasi maju ditandai
antara lain dengan mekanisme, elektrifikasi dan modernisasi.
        Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin-mesin,
pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya
semakin meningkat. Hal tersebut disamping memberi kemudahan proses
produksi dapat pula menambah jumlah dan ragam sumber bahaya di
tempat kerja. Didalam hal lain akan terjadi pula lingkungan kerja yang
kurang memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaa,i yang berbahaya,
serta peningkatan intensitas kerja operasional tenaga kerja. Masalah
tersebut diatas akan sangat memepengaruhi dan mendorong
peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan.
        Untuk itu semua pihak yang terlibat dalam usaha berproduksi
khususnya para pengusaha dan tenaga kerja diharapkan dapat mengerti,
memahami dan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja masing-masing. Agar terdapat keseragaman dalam pengertian,
pamahaman dan persepsi K3, maka perlu adanya suatu pola yang baku
tenting keselamatan dan kesehatan kerja itu sendiri. Buku ini disusun
sebagai materi pengantar K3 agar lebih memudahkan untuk mempelajari
Iebih jauh tentang keselamatan dan kesehatan kerja.




                                                                    xvii
Bab VII : Limbah Industri
        Adalah konsekuensi logis dari setiap pendidian pabrik meskipun
tidak semua pabrik memporduk limbah. Limbah yang mengandung
senyawa kimia berbahaya dan beracun dengan konsentrasi tertentu
lepas ke dalam lingkungan menciptakan pencemaran dalam wadah
penerima baik sungai, tanah maupun udara.
        Pemahaman akan pencemaran sangat penting artinya bagi
masyarakat      maupun    pengusaha.      Seringkali    pencemaran   itu
diinterpretasikan secara sempit sehingga jangkauan pemahaman pun
terbatas pada hal-hal yang sifatnya insidentil pula. Padahal pencemaran
dan akibat yang ditimbulkan dapat diketahui setelah puluhan tahun
berlangsung.
        Banyak industri berdiri tanpa program pencegahan dan
pengendalian pencemaran. Ketika menyadari bahwa program itu
merupakan prioritas pengembangan usaha, ditemui berbagai rintangan
seperti lahan yang terbatas, perlu investasi tambahan, perlu tenaga ahli
dan sejumlah kekurangan lain yang perlu segera ditangulangi.




xviii
PETA KOMPETENSI KIMIA INDUSTRI TINGKAT PELAKSANA (1)

                                                                                     KELOMPOK DASAR                                                                                                                                                                                               KELOMPOK UTAMA




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    KIN.UP.12.020.01
                                                                                     KIN.BP.11.005.01

                                                                                                        KIN.BP.11.006.01

                                                                                                                           KIN.BP.11.007.01

                                                                                                                                              KIN.BP.11.008.01




                                                                                                                                                                                                                          KIN.BP.11.012.01
                                                                                                                                                                 KIN.TP.11.009.01




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            KIN.TP.12.018.01

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 KIN.TP.12.019.01




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       KIN.TP.12.021.01
         KIN.KL.11.001.01




                                               KIN.KL.11.003.01

                                                                  KIN.KL.11.004.01




                                                                                                                                                                                    KIN.KL.11.010.01




                                                                                                                                                                                                                                                                KIN.KL.12.014.01
                            KIM.IP.11.002.01




                                                                                                                                                                                                       KIN.IP.11.011.01




                                                                                                                                                                                                                                             KIN.IP.12.013.01




                                                                                                                                                                                                                                                                                   KIN.IP.12.015.01

                                                                                                                                                                                                                                                                                                      KIN.IP.12.016.01

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         KIN.IP.12.017.01
MATERI




B.1      Pengenalan Kimia Industri
1.1                                                                                                                                                              v
1.2                                                                                                                                                              v                                                                                                                                                                                               v
1.3      v
1.4      v
B.2      Bahan dan Produk
2.1                           v                                                                                            v
2.2                           v
B.3      Instrumentasi dan Pengukuran
3.1            v
3.2            v
3.3            v                                                                                                                                                                                                                                                                                                         v
3.4                      v                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             v
3.5                      v
3.6                      v
B.4      Teknologi Proses
4.1                                                                                                                                                              v
4.2                                                                                                                                                              v
4.3                                            v                                                                                                                                                                                                                                                                                            v
4.4                                                                                                     v                                                                                                                                                                                                                                                        v
4.5                                                                                                                                                              v
4.6                                                                                                                                                              v
4.7                                                                                                                                                              v
4.8                                                                                                                                                              v
4.9                                                                                                                                                              v
4.10                                                                                                                                                             v
4.11                                                                                                                                                             v
4.12                                                                                                                                                             v
4.13                                                                                                                                                             v
B.5      Utilitas Pabrik
5.1      v
5.2                                                                                                     v
5.3                                            v
5.4                                                                                  v                                                                                                                                                                                                                                                                                              v
5.5                                            v
5.6                                                                                                     v
5.7                         v
5.8      v                   v    v    v                                                                                                                                                               v
B.6      K3 (Kesehatan & Keselamatan Kerja)
6.1                v    v                                                                                                                                                                                                 v                  v
6.2                                                                                                                                                                                                                       v                  v
6.3                                                                                                     v                                                                                              v                  v



                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               xix
MATERI




     7.3
     7.2
     7.1
     6.4
     B.7



     v
     v
     v
                  KIN.KL.11.001.01




     Limbah
                  KIM.IP.11.002.01




xx
     v
     v
     v
                  KIN.KL.11.003.01

                  KIN.KL.11.004.01

                  KIN.BP.11.005.01

                  KIN.BP.11.006.01

                  KIN.BP.11.007.01

                  KIN.BP.11.008.01
                                     KELOMPOK DASAR




              v




                  KIN.TP.11.009.01

                  KIN.KL.11.010.01

                  KIN.IP.11.011.01
     v
     v
     v
              v




                  KIN.BP.11.012.01
     v
     v
     v




                  KIN.IP.12.013.01

                  KIN.KL.12.014.01

                  KIN.IP.12.015.01

                  KIN.IP.12.016.01

                  KIN.IP.12.017.01

                  KIN.TP.12.018.01
                                     KELOMPOK UTAMA




                  KIN.TP.12.019.01

                  KIN.UP.12.020.01

                  KIN.TP.12.021.01
PETA KOMPETENSI KIMIA INDUSTRI TINGKAT PELAKSANA (2)
                                                                                     KELOMPOK DASAR                                                                                                                                                                                               KELOMPOK UTAMA




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    KIN.UP.12.020.01
                                                                                     KIN.BP.11.005.01

                                                                                                        KIN.BP.11.006.01

                                                                                                                           KIN.BP.11.007.01

                                                                                                                                              KIN.BP.11.008.01




                                                                                                                                                                                                                          KIN.BP.11.012.01
                                                                                                                                                                 KIN.TP.11.009.01




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            KIN.TP.12.018.01

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 KIN.TP.12.019.01




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       KIN.TP.12.021.01
         KIN.KL.11.001.01




                                               KIN.KL.11.003.01

                                                                  KIN.KL.11.004.01




                                                                                                                                                                                    KIN.KL.11.010.01




                                                                                                                                                                                                                                                                KIN.KL.12.014.01
                            KIM.IP.11.002.01




                                                                                                                                                                                                       KIN.IP.11.011.01




                                                                                                                                                                                                                                             KIN.IP.12.013.01




                                                                                                                                                                                                                                                                                   KIN.IP.12.015.01

                                                                                                                                                                                                                                                                                                      KIN.IP.12.016.01

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         KIN.IP.12.017.01
MATERI




B.1      Pengenalan Kimia Industri
1.1      v
1.2      v        v    v           v                                                                                                          v                                                                                                                 v                  v
1.3      v        v                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 v
1.4
B.2      Bahan dan Produk
2.1                v
2.2                           v
B.3      Instrumentasi dan Pengukuran
3.1                      v
3.2                v
3.3                      v
3.4                           v
3.5                                                                                                                        v
3.6                                                                                                                                                                                 v
B.4      Teknologi Proses
4.1                     v
4.2                                                                                                     v
4.3                                                                                                                                           v
4.4                         v
4.5                                                               v                                                                                                                                    v
4.6                                                                                                     v
4.7                                                                                                     v
4.8                                                                                                                                           v
4.9                                                                                                                                                                                                                                                                                v
4.10                                                                                                                                                                                                                                                            v
4.11                                                                                                                                                                                                                                                            v
4.12                 v                                                                                                                                                                                                                                                                                                   v
4.13     v
B.5      Utilitas Pabrik
5.1                                                                                                     v
5.2                                                                                                                                           v                                                                                                                                                                                                                  v                                     v
5.3                                            v
5.4                         v                                                                                                                 v
5.5                                                                                  v
5.6                                                                                  v
5.7                                                                                  v
5.8                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 v
B.6      K3 (Kesehatan & Keselamatan Kerja)
6.1                                                                                                                                                                                                                                          v
6.2                                                                                                                                                                                                                                                                                v
6.3                                                                                                                                                                                                                                                             v
6.4                                                                                                                                                                                                                       v                                                                           v



                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               xxi
MATERI




       7.3
       7.2
       7.1
       B.7
                            KIN.KL.11.001.01




                   Limbah
                            KIM.IP.11.002.01




xxii
                            KIN.KL.11.003.01

                            KIN.KL.11.004.01

                            KIN.BP.11.005.01

                            KIN.BP.11.006.01

                            KIN.BP.11.007.01

                            KIN.BP.11.008.01
                                               KELOMPOK DASAR




                            KIN.TP.11.009.01

                            KIN.KL.11.010.01

                            KIN.IP.11.011.01
               v




                            KIN.BP.11.012.01

                            KIN.IP.12.013.01
           v




                            KIN.KL.12.014.01

                            KIN.IP.12.015.01
       v




                            KIN.IP.12.016.01

                            KIN.IP.12.017.01

                            KIN.TP.12.018.01
                                               KELOMPOK UTAMA




                            KIN.TP.12.019.01

                            KIN.UP.12.020.01

                            KIN.TP.12.021.01
BAB VII
                         LIMBAH INDUSTRI


       Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak
mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar
yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah
B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan
sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi
mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya.
Bahan beracun dan berbahaya banyak dijumpai sehari-hari, baik sebagai
keperluan rumah tangga maupun industri yang tersimpan, diproses,
diperdagangkan, diangkut dan lain-lain. Insektisida, herbisida, zat pelarut,
cairan atau bubuk pembersih deterjen, amoniak, sodium nitrit, gas dalam
tabung, zat pewarna, bahan pengawet dan masih banyak lagi untuk
menyebutnya satu per satu. Bila ditinjau secara kimia bahan-bahan ini
terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Terdapat lima juta jenis
bahan kimia telah dikenal dan di antaranya 60.000 jenis sudah
dipergunakan dan ribuan jenis lagi bahan kimia baru setiap tahun
diperdagangkan.

      Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama
yang bersumber dari pabrik industriy Bahan beracun dan berbahaya
banyak digunakan sebagai bahan baku industri maupun sebagai
penolong. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik
dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya.
Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara lain
mudah terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi
bukan radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain.
Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat
merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan
lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam
lingkungan pada waktu tertentu.
      Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun danberbahaya
pada suatu ruang dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang
batas, yang artinya dalam jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh


                                                                        561
lingkungan sehingga tidak membahayakan lingkungan ataupun pemakai.
Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya telah
ditetapkan nilai ambang batasnya.
      Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung
pada jenis dan karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Dalam jangka waktu relatif singkat tidak memberikan
pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka panjang cukup fatal bagi
lingkungan. Oleh sebab itu pencegahan dan penanggulangan haruslah
merumuskan akibat-akibat pada suatu jangka waktu yang cukup jauh.
      Melihat pada sifat-sifat limbah, karakteristik dan akibat yang
ditimbulkan pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang
diperlukan langkah pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan.

7.1. Pencemaran dan Lingkungan
      Pembangunan industri di Indonesia berdasarkan konsepsi Wilayah
Pusat Pertumbuhan Industri yang mencerminkan keterpaduan dan
keterkaitan serta bertumpu pada potensi sumberdaya alam dan energi.
Atas dasar ini dilakukan dua macam pendekatakan yaitu pendekatan
sektoral dan pendekatan regional. Pendekatan sektoral dilakukan melalui
pembangunan industri dasar sedangkan pendekatan regional dilakukan
melalui pengembangan wilayah industri, meliputi wilayah pusat
pertumbuhan industri, zona indus tri, kawasan industri, pemukiman
industri kecil dan sentra-sentra industri kecil.
      Pada      dasarnya    pengembangan         wilayah adalah  usaha
pembangunan daerah yang memperhitungkan keterpaduan program sek-
toral seperti pertanian, pertambangan, aspirasi masyarakat dan potensi
loin dengan memperhatikan kondisi lingkungan.
      Pembangunan industri dasar berorientasi pada lokasi tersedianya
sumber pembangunan lain. Pada umumnya lokasi industri dasar belum
tersentuh pembangunan, baik dalam arti kualitatif maupun kuantitatif
bahkan masih bersifat alami. Adanya pembangunan industri ini akan
mengakibatkan perubahan lingkungan seperti berkembangnya jaringan
infra struktur dan akan menumbuhkan kegiatan lain untuk menunjang
kegiatan yang ada.
      Pembangunan di satu pihak menunjukkan dampak positif terhadap
lingkungan dan masyarakat seperti tersedianya jaringan jalan,



562
telekomunikasi, listrik, air, kesempatan kerja serta produknya sendiri
memberi manfaat bagi masyarakat luas dan juga meningkatkan
pendapatan bagi daerah yang bersangkutan. Masyarakat sekitar pabrik
langsung atau tidak langsung dapat menikmati sebagian dari hasil
pembangunannya. Di pihak lain apabila pembangunan ini tidak diarahkan
akan menimbulkan berbagai masalah seperti konflik kepentingan,
pencemaran lingkungan, kerusakan, pengurasan sumberdaya alam,
masyarakat konsumtif serta dampak sosial lainnya yang pada dasarnya
merugikan masyarakat.
      Pembangunan industri pada gilirannya membentuk suatu
lingkungan kehidupan zona industri. Dalam zona industri kehidupan
masyarakat makin berkembang; zona industri secara bertahap dilengkapi
pembangunan sektor ekonomi lain seperti peternakan, perikanan, home
industry, dan pertanian sehingga diperlukan rencana pembangunan
wilayah berdasarkan konsep tata ruang. Tujuan rencana tata ruang ini
untuk meningkatkan asas manfaat berbagai sumberdaya yang ada dalam
lingkungan seperti meningkatkan fungsi perlindungan terhadap tanah,
hutan, air, flora, fungsi industri, fungsi pertanian, fungsi pemukiman dan
fungsi lain. Peningkatan fungsi setiap unsur dalam lingkungan artinya
meningkatkan dampak positif semaksimum mungkin sedangkan dampak
negatif harus ditekan sekecil mungkin. Konsepsi pembangunan wilayah
dengan dasar tata ruang sangat dibutuhkan dalam upaya pembangunan
industri berwawasan lingkungan.
7.1.1 Industri dan Klasifikasinya
        Industri diklasifikasi menjadi 3 bagian, yaitu (1) Industri dasar atau
hulu, (2)-Industri hilir dan (3)-Industri kecil. Sesuai dengan program
Pemerintah untuk lebih memudahkan dalam pembinaannya, industri
dasar dirinci menjadi Industri Kimia Dasar dan Industri Mesin dan Logam.
Dasar, sedangkan industri hilir sering juga disebutkan dengan Aneka
Industri.
        Selain penggolongan tersebut industri juga diklasifikasikan
menjadi 3, yaitu: industri primer, industri yang mengubah bahan mentah
menjadi setengah jadi; industri sekunder, adalah industri yang merubah
barang setengah jadi menjadi barang jadi; industri tertier, sebagian besar
meliputi industri jasa ataupun industri lanjutan yang mengolah bahan
industri sekunder.



                                                                         563
Ciri masing-masing industri adalah sebagai berikut:
      Industri hulu mempunyai ciri-ciri padat modal, berskala besar,
menggunakan teknologi maju dan teruji. Lokasinya selalu dipilih dekat
dengan bahan baku yang mempunyai sumber energi sendiri, dan pada
umumnya lokasi ini belum tersentuh pembangunan. Karena itu diperlukan
perencanaan yang matang beserta tahapan pembangunan, mulai dari
perencanaan sampai operasional.

         INPUT              PROSES             OUTPUT            LIMBAH

        - Bahan baku     - Industri primair   - Produk utama   - Nilai ekonomis
        - Tenaga kerja   - Industri           - Produk         - Tidak bernilai
        - Mesin &          sekundair            sampingan        ekonomis
          peralatan      - Industri tertier   - Limbah
        - Limbah
         Gambar 7.18. Sistem input-output industri dan kemungkinan limbah


       Dari sudut lain diperlukan pengaturan tata ruang, rencana
pemukiman, pengembangan kehidupan perekonomian, pencegahan
kerusakan lingkungan dan lain-lain. Pembangunan industri ini akan
mengakibatkan perubahan lingkungan baik dari aspek sosial ekonomi
dan budaya dan pencemaran. Terjadi perubahan tatanan sosial, pola
konsumsi, bentang alam, tingkah laku, habitat binatang, permukaan
tanah, sumber air, kemunduran kualitas udara, pengurangan sumberdaya
alam lainnya.
              Industri hilir. Industri ini sebagai perpanjangan proses dari
               industri hulu. Pada umumnya industri ini mengolah bahan
               setengah jadi menjadi barang jadi. Lokasinya selalu
               diupayakan dekat pasar. Menggunakan teknologi madya dan
               teruji. Banyak menyerap tenaga kerja.
              Industri kecil. Industri ini banyak berkembang di pedesaan
               maupun di kota. Industri kecil peralatannya sederhana.
               Walaupun hakekat produksi sama dengan industri hilir, tapi
               sistem pengolahannya lebih sederhana. Sistem tata letak
               pabrik, pengolahan limbah belum mendapat perhatian.
               Industri ini banyak menyerap tenaga kerja.

7.1.2     Industri sebagai Sumber Pencemaran

          Pada dasarnya fungsi industri mengolah input menjadi output.


564
Sebagai input meliputi bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja mesin
dan tenaga ahli dan lain-lain.
        Pilihan klasifikasi industri tergantung pada jenis bahan baku
sehingga pengelompokannya dapat dilakukan dengan mudah apakah
suatu industri itu termasuk dalam kelompok industri primair, sekunder
ataupun tertier. Untuk beberapa hal industri primer dapat diidentifikasi
sebagai industri hulu karena pada dasarnya industri itu mengolah bahan
baku menjadi bahan setengah jadi, seperti pengolahan hasil pertanian,
perkebunan, pertambangan dan obatobatan.
        Sebagai output industri diklasifikasikan produk utama, sampingan
dan limbah yang dapat diuraikan menjadi limbah bernilai ekonomis dan
nonekonomis.
        Penyelidikan sumber pencemaran dapat dilaksanakan pada input,
proses maupun pada output-nya dengan melihat jenis dan spesifikasi
limbah yang diproduksi.
        Bagan 1 menggambarkan hubungan antara subkegiatan dengan
kegiatan lain yang terdapat kemungkinan limbah diproduksi.
        Pencemaran yang ditimbulkan industri karena ada limbah keluar
pabrik mengandung bahan beracun dan berbahaya. Bahan pencemar
keluar bersama bahan buangan melalui media udara, air dan bahan
padatan. Bahan buangan yang keluar dari pabrik masuk dalam
lingkungan dapat diidentifikasi sebagai sumber pencemar. Sebagai
sumber pencemar perlu diketahui jenis bahan pencemar yang keluar,
jumlah dan jangkauannya. Antara pabrik satu dengan yang lain berbeda
jenis, dan jumlahnya tergantung pada penggunaan bahan baku, sistem
proses, dan cara kerja karyawan dalam pabrik.
        Untuk mengidentifikasi industri sebagai pencemar maka perlu
diketahui jenis industrinya, bahan baku, sistem proses dan pengolahan
akhir.

7.1.3   Industri Versus Lingkungan

         Pencemaran terjadi akibat bahan beracun dan berbahaya dalam
limbah lepas masuk lingkungan hingga terjadi perubahan kualitas
lingkungan. Sumber bahan beracun dan berbahaya dapat
diklasifikasikan: (1) industri kimia organik maupun anorganik, (2)
penggunaan bahan beracun dan berbahaya sebagai bahan baku atau
bahan penolong dan (3) peristiwa kimia-fisika, biologi dalam pabrik.


                                                                    565
Lingkungan sebagai badan penerima akan menyerap bahan
tersebut sesuai dengan kemampuan. Sebagai badan penerima adalah
udara, permukaan tanah, air sungai, danau dan lautan yang masing-
masing mempunyai karakteristik berbeda. Air di suatu waktu dan tempat
tertentu berbeda karakteristiknya dengan air pada tempat yang sama
dengan waktu yang berbeda. Air berbeda karakteristiknya akibat
peristiwa alami serta pengaruh faktor lain.
        Kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri sendiri karena
interaksi pengaruh luar disebut daya dukung lingkungan. Daya dukung
lingkungan antara tempat satu dengan tempat yang lain berbeda.
Komponen lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya turut
menetapkan nilai daya dukung.
        Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan akan bereaksi
dengan satu atau lebih komponen lingkungan. Perubahan komponen
lingkungan secara fisika, kimia dan biologis sebagai akibat dari bahan
pencemar, membawa perubahan nilai lingkungan yangdisebut perobahan
kualitas.
        Limbah yang mengandung bahan pencemar akan merubah
kualitas lingkungan bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan
kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada padanya. Oleh karena
itu penting diketahui sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang
terkandung.
        Pada beberapa daerah di Indonesia sudah ditetapkan nilai kuali-
tas limbah air dan udara. Namun baru sebagian kecil. Sedangkan kualitas
lingkungan belum ditetapkan. Perlunya penetapan kualitas lingkungan
mengingat program industrialisasi sebagai salah satu sektor yang
memerankan andil besar terhadap perekonomlan dan kemakmuran bagi
suatu bangsa.
        Penggunaan air yang berlebihan, sistem pembuangan yang belum
memenuhi syarat, karyawan yang tidak terampil, adalah faktor yang
harus dipertimbangkan dalam mengidentifikasikan sumber pencemar.
Produk akhir, seperti pembungkusan, pengamanan tabung dan kotak,
sistem pengangkutan, penyimpanan, pemakaian dengan aturan dan
persyaratan yang tidak memenuhi ketentuan merupakan sumber
pencemar juga.
        Bagan berikut menunjukkan sistimatika identifikasi pencemar
pada pabrik.


566
Pengadaan: Bahan baku diangkut dari sumbemya menuju pabrik.
         Untuk hal tersebut perlu diketahui sifat bahan baku, bagaimana
         cara pengambilannya, di mana diambil, melalui apa diangkut dan
         bagaimana cara mengangkut terbuka atau tertutup merupakan
         keadaan yang perlu dikaji secara mendalam. Misalnya sumber
         pengambilan bahan baku berdekatan dengan sumber mata air
         yang mengakibatkan konflik kepentingan. Kemudian pepyimpanan
         bahan baku di mana dilakukan dan selama penyimpanan
         berlangsung harus diketahui sifat-sifatnya: mudah busuk, mudah
         berkarat dan lain-lain.
         Praproses: Di antara bahan baku memerlukan proses
         pendahuluan sebelum dilakukan pengolahan. Bahan baku kayu
         untuk plywood perlu dipotong-potong dahulu, lalu dicuci.
         Pencucian memerlukan banyak air dan menimbulkan Lumpur.
         Bahan baku ubi kayu mendapat perlakuan pendahuluan. Banyak
         bahan baku yang membutuhkan pencucian, pencampuran dengan
         bahan baku kimia, kemudian disimpan beberapa lama sampai
         pada waktunya diproses.
         Proses: Pada waktu proses berlangsung perlu diteliti bagian yang
         banyak menggunakan air, menghasilkan bahan buangan antara
         bocoran dan jenis mesin yang dipergunakan. Dalam hal ini perlu
         dilihat bagian mana yang potensial menciptakan limbah dan
         penghasil limbah. Kemudian limbah ini memerlukan daur ulang.
         Kalau masih bernilai ekonomis maka limbah tadi dikembalikan
         untuk memperoleh bahan yang masih bernilai ekonomi. Limbah
         yang tidak mempunyai nilai ekonomis, diolah sampai memenuhi
         syarat buangan, baru selanjutnya dibuang.
         Produk: Produk suatu pabrik secara rinci dapat diklasifikasikan
menjadi produk utama, produk sampingan, produk antara dan buangan.
Produk sampingan dan antara memerlukan pengolahan lanjut,
sedangkan buangan harus segera ditangani. Buangan akhir ini juga perlu
diteliti apakah mempunyai nilai ekonomi atau tidak. Bila masih terdapat
nilai ekonomis maka limbah didaur ulang, sedangkan bila tidak
mempunyai nilai ekonomis, limbah tersebut dibuang setelah memenuhi
syarat buangan.
         Perlu pula diteliti tingkat ketrampilan dan kesadaran pimpinan
perusahaan dan karyawan dalam menjaga kelestarian lingkungan.


                                                                     567
Terjadinya penggunaan air yang berlebihan, tercecernya bahan dalam
pabrik, timbulnya limpahan air yang seharusnya dapat dihindari,
terdapatnya bocoran air yang seharusnya tidak perlu dan masalah lain
yang serupa, menunjukkan bahwa perusahaan kurang tanggap terhadap
lingkungan atau keterampilan mereka terbatas dalam menjalankan teknik
produksi.
Pengadan         Bahan baku       Pra porses                               - Produk
- Penyimpanan    Bahan penolong   - Pencucian                                utama
- Pengangkutan   Air              - Pencampuran    Daur ulang     Limbah   - Sampingan
- Perlakuan      Bahan bakar      - Pengolahan                             - Produk
                                  - Penyimpanan                              antara
                                                      PROSES               - Waste




                                                        Limbah

                                    Daur ulang

                                                  - Bocoran           Tidak bernilai
                                                  - Tumpahan          ekonomis
                                                  - Kecerobohan
                                                  - Tidak dapat
                                                    dihindari




                   Gambar 7.19. Proses pengolahan limbah
        Kualitas lingkungan pada suatu periode dan lokasi tertentu perlu
diketahui dalam kaitannya dengan perencanaan proyek industri. Setiap
industri yang akan berdiri pada lokasi tersebut harus mengetahui kondisi
lingkungan sehingga kehadiran pabrik tidak menyebabkan rusaknya
lingkungan. Monitoring terhadap pengaruh limbah pabrik dapat dilakukan
setiap saat sampai kualitas lingkungan mengalami perubahan dan
langkah yang dilaksanakan untuk menjaga kelestarian lingkungan.
        Daya dukung lingkungan juga belum ditetapkan. Hal ini perlu
dibuat dalam rangka menetapkan standar kualitas buangan. Kualitas
yang ditetapkan seharusnya merupakan indikasi bahwa dalam kondisi
tersebut lingkungan masih mampu menerima. Artinya dengan kualitas
limbah tersebut kualitas lingkungan tidak mengalami perubahan.
        Hubungan antara kualitas dan daya dukung lingkungan serta
kualitas limbah merupakan hubungan yang saling ketergantungan dan
perlu distandarkan.


568
A. Daya Dukung Lingkungan

        Lingkungan secara alami memiliki kemampuan untuk memulihkan
keadaannya. Pemulihan keadaan ini merupakan suatu prinsip bahwa
sesungguhnya lingkungan itu senantiasa arif menjaga keseimbangannya.
Sepanjang belum ada gangguan "paksa" maka apapun yang terjadi,
lingkungan itu sendiri tetap bereaksi secara seimbang. Perlu ditetapkan
daya dukung lingkungan untuk mengetahui kemampuan lingkungan
menetralisasi parameter pencemar dalam rangka pemulihan kondisi
lingkungan seperti semula.
        Apabila bahan pencemar berakumulasi terus menerus dalam
suatu lingkungan, sehingga lingkungan tidak punya kemampuan alami
untuk menetralisasinya yang mengakibatkan perubahan kualitas. Pokok
permasalahannya adalah sejauh mana perubahan ini diperkenankan.
        Tanaman tertentu menjadi rusak dengan adanya asap dari suatu
pabrik, tapi tidak untuk sebahagian tanaman lainnya. Contoh lain: dengan
buangan air pada suatu sungai mengakibatkan peternakan ikan mas
tidak baik pertumbuhannya, tapi cukup baik untuk ikan lele dan ikan
gabus. Berarti daya dukung lingkungan untuk kondisi kehidupan ikan
emas berbeda dengan daya dukung lingkungan untuk kondisi kehidupan
ikan lelelgabus. Kenapa demikian, tidak lain karena parameter yang
terdapat dalam air tidak dapat dinetralisasi lingkungan untuk kehidupan
ikan emas.
        Ada saatnya makhluk tertentu dalam lingkungan punya
kemampuan yang luar biasa beradaptasi dengan lingkungan lain, tapi
ada kalanya menjadi pasif terhadap faktor luar. Jadi faktor daya dukung
tergantung pada parameter pencemar dan makhluk yang ada dalam
lingkungan.

B. Kualitas Lingkungan

        Pengaruh pencemar lingkungan diukur dengan perubahan
kualitas lingkungan. Kualitas lingkungan ditetapkan pada suatu periode
dan tempat tertentu. Kualitas adalah suatu numerik yang ditetapkan
berdasarkan situasi dan kondisi tertentu dengan mempertimbangkan
berbagai faktoryang mempengaruhi lingkungan. Kualitas lingkungan
mengalami perubahan pada suatu periode tertentu sesuai dengan
interaksi komponen lingkungan.



                                                                    569
Dengan adanya kegiatan baru dalam lingkungan timbul interaksi
baru antara satu kegiatan atau lebih dengan satu atau lebih komponen
lingkungan. Interaksi tersebut menyebabkan saling pengaruh
mempengaruhi dan pada gilirannya akan menimbulkan dampak positip
maupun negatip.
        Masuknya limbah pada lingkungan, katakanlah air buangan pabrik
kelapa sawit, masuk pada badan air tentu akan menimbulkan perubahan
sekecil apa sekalipun. Perubahan ini dapat membuat air menjadi keruh,
berwarna, berbau dan sebagainya atau sebaliknya tidak menimbulkan
pengaruh yang berarti. Bila limbah tidak memberikan perubahan kondisi
air, berarti badan air masih mampu menetralisasinya. Artinya kualitas air
belum mengalami perubahan yang berarti dan dengan demikian makhluk-
makhluk dan tanam-tanaman dalam air hidup "tenteram" biasa.
        Perlunya penetapan kualitas lingkungan adalah salah satu upaya
untuk memantau kondisi lingkungan dan perubahannya akibat suatu
kegiatan baru. Nilai kualitas ini berkaitan erat dengan kualitas limbah.
Kualitas lingkungan diukur dari berbagai komponen yang ada dalam
lingkungan, termasuk toleransinya.

C. Kualitas Limbah

         Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari
kandungan pencemar dalam limbah. Kandungan pencemar dalam limbah
terdiri dari berbagai parameter. Semakin sedikit parameter dan semakin
kecil konsentrasi, menunjukkan peluang pencemar terhadap lingkungan
semakin kecil. Limbah yang diproduksi pabrik berbeda satu dengan yang
lain, masing-masing memiliki karakteristik tersendiri pula. Karakteristik ini
diketahui berdasarkan parameternya.
         Apabila limbah masuk ke dalam lingkungan, ada beberapa
kemungkinan yang diciptakan. Kemungkinan pertama, lingkungan tidak
mendapat pengaruh yang berarti; kedua, ada pengaruh perubahan tapi
tidak menyebabkan pencemaran; ketiga, memberi perubahan dan
menimbulkan pencemaran. Ada berbagai alasan untuk mengatakan
demikian. Tidak memberi pengaruh terhadap lingkungan karena volume
limbah kecil dan parameter pencemar yang terdapat di dalamnya sedikit
dengan konsentrasi kecil. Karena itu andaikata masuk pun dalam
lingkungan ternyata lingkungan mamp, u menetralisasinya. Kandungan
bahan yang terdapat dalam limbah konsentrasinya barangkali dapat


570
diabaikan karena kecilnya. Ada berbagai parameter pencemar yang
menimbulkan perubahan kualitas lingkungan namun tidak menimbulkan
pencemaran. Artinya lingkungan itu memberikan toleransi terhadap
perubahan serta tidak menimbulkan dampak negatip.
        Kualitas limbah dipengaruhi berbagai faktor. Yaitu volume air
limbah, kandungan bahan pencemar, frekuensi pembuangan lim bah?
Penetapan standar kualitas limbah harus dihubungkan dengan kualitas
lingkungan.
        Kualitas lingkungan dipengaruhi berbagai komponen yang ada
dalam lingkungan itu seperti kualitas air, kepadatan penduduk, flora dan
fauna, kesuburan tanah, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Adanya
perubahan konsentrasi limbah menyebabkan terjadinya perubahan
keadaan badan penerima. Semakin lama badan penerima dituangi air
limbah, semakin tinggi pula konsentrasi bahan pencemar di dalamnya.
Pada suatu saat badan penerima tidak mampu lagi. memulihkan
keadaannya. Zat-zat pencemar yang masuk sudah terlalu banyak dan
mengakibatkan tidak ada lagi kemampuannya menetralisasinya.
        Atas dasar ini perlu ditetapkan batas konsentrasi air limbah yang
masuk dalam lingkungan badan penerima. Dengan demikian walau
dalam jangka waktu seberapa pun lingkungan tetap mampu mento-
lerirnya. Toleransi ini menunjukkan kemampuan lingkungan untuk
menetralisasi ataupun mengeliminasi bahan pencemaran sehingga
perubahan kualitas negatif dapat dicegah. Dalam hal inilah perlunya
batasan-batasan konsentrasi yang disebut dengan standar kualitas
limbah.
        Pada jangka waktu yang cukup jauh akan timbul kesulitan
menetapkan perubahan kualitas karena periode waktu yang demikian
jauh. Dengan konsentrasi limbah tertentu, tidak terjadi perubahan kualitas
lingkungan. Artinya perubahan kualitas lingki.ngan tidak muncul dalam
waktu relatif pendek bila hanya berdasarkan standar kualitas limbah.
Perubahan hanya dapat dipantau pada masa-masa 20 atau 25 tahun
yang akan datang. Dengan demikian maka standar kualitas lingkungan
perlu ditetapkan sebagai bagian dari penetapan kualitas limbah. Sebagai
air limbah diukur dengan parameter standar kualitas limbah dan sebagai
badan penerima diukur dengan standar kualitas lingkungan.
        Di bawah ini diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
limbah.


                                                                      571
   Volume Air
          Kualitas limbah ditentukan dari banyaknya parameter dalam
          limbah dan konsentrasi setiap parameter. Semakin banyak
          volume air yang bercampur dengan limbah semakin kecil
          konsentrasi pencemar. Badan penerima yang menerima
          limbah sering tidak mendapat pengaruh.

         Kualitas Air
          Kualitas air badan penerima mengandung bahan/senyawa
          tertentu sebelum menerima buangan. Kualitas tersebut
          menetapkan arah penggunaan air. Adanya bahan pencemar
          yang sama, tidak akan mempengaruhi konsentrasi bahan
          dalam air penerima. Tetapi bila konsentrasi bahan pencemar
          dalam limbah lebih besar dari konsentrasi bahan pencemar
          dalam badan penerima (kemungkinan juga tidak ada), maka
          konsentrasi bahan pencemar setelah bercampur akan menjadi
          lebih kecil. Sejauh mana konsentrasi tersebut dapat ditoleransi
          sesuai dengan standar kualitas lingkungan agar kualitas
          lingkungan tidak mengalami perubahan sebagai yang telah
          distandarkan.
         Kegunaan Air
          Air dibutuhkan untuk bermacam-macam keperluan. Kualitas
          air untuk keperluan minum berbeda dengan untuk keperluan
          industri.

         Kepadatan Penduduk
          Kepadatan penduduk dalam suatu lokasi tertentu turut
          mempengaruhi tingkat pencemaran lingkungan. Hal ini
          dikaitkan dengan tingkat kesadaran penduduk dalam
          memelihara lingkungan yang sehat dan bersih.
          Buangan air rumah tangga, padatan berupa sampah yang
          dibuang ke sungai, air cucian kamar mandi maupun buangan
          tinja akan mempengaruhi tingkatkandungan BOD, COD dan
          bakteri coli dalam air sungai. Semakin padat penduduk suatu
          lingkungan semakin banyak limbah yang harus dikendalikan.

         Lingkungan
          Lingkungan seperti hutan, perkebunan, peternakan, alam yang


572
luas mempengaruhi kondisi badan penerima. Dalam keadaan
    tertentu badan-badan pencemar akan ternetralisasi secara
    alamiah. Lintasan air sungai yang panjang dengan turbulensi
    yang keras akan mempengaruhi tingkat penyerapan oksigen
    ke dalam air. Adanya sinar matahari yang langsung masuk
    dalam badan penerima terjadi fotosintesa hingga sejumlah
    bakteri tertentu akan terancam. Adanya tumbuhan tertentu
    dalam badan penerima akan menetralisasi senyawa pencemar
    sebab sesuai dengan kondisi pertumbuhan.
    Phosphat dalam air buangan menyuburkan tumbuh-tumbuhan
    tertentu, tapi tumbuhan itu sendiri akan merusak lingkungan.

   Volume Air Limbah
    Seluruh air dalam pabrik pada umumnya ditampung dalam
    saluran-saluran untuk kemudian disatukan dalam saluran yang
    lebih besar. Banyak saluran dan volume saluran disesuaikan
    dengan keadaan pabrik dan jumlah air yang akan dibuang.
    Volume air limbah akan menentukan konsentrasi bahan
    pencemar. Bahan pencemar dari suatu pabrik tergantung
    kepada banyaknya bahan-bahan yang terbuang. Dengan
    asumsi bahwa semua terkendali dengan baik. Pengendalian
    hanya terbatas pada bahan pencemar yang tidak dapat
    dihindari, maka konsentrasi bahan pencemaran telah dapat
    diperkirakan jumlahnya. Penambahan volume air hanya
    menyebabkan konsentrasi turun. Dengan perkataan lain
    bahwa      akibat  pengenceran     otomatis   menyebabkan
    konsentrasi turun.

   Frekuensi Pembuangan Limbah
    Limbah dari suatu pabrik ada kalanya tidak tetap volumenya.
    Untuk beberapa pabrik tertentu limbah airnya mengalir dalam
    jumlah yang sama setiap hari, tetapi ada lain yang
    mengalirkan limbah pada jam-jam (waktu) tertentu bahkan
    pada satu minggu atau satu bulan. Bercampurnya limbah air
    pada jumlah yang berbeda-beda mengakibatkan konsentrasi
    bahan pencemar pada badan penerima bervariasi. Kondisi ini
    menunjukkan bahwa standar kualitas lingkungan juga
    mengalami perubahan sesuai dengan limbah yang diterima.


                                                            573
Dari uraian di atas, kualitas limbah dapat diukur pada dua tempat
yaitu, pada titik sebelum dan sesudah bercampur dengan badan
penerima. Penetapan kualitas limbah ini perlu mendapat penegasan
karena beberapa hal yang mendasari yaitu: bila limbah tidak dibuang ke
tempat umum dibuatkan tempat tersendiri dan tidak bercampur dengan
badan penerima. Biasanya hal seperti ini terjadi untuk limbah air.


               Standar kualitas                  Standar kualitas
                 lingkungan                          limbah




                                  Daya dukung
                                   lingkungan


      Gambar 7.20. Hubungan ketergantungan standar kualitas lingkungan,
                         limbah dan daya dukung.


7.2. Jenis Limbah Industri

        Limbah berdasarkan nilai ekonominya dirinci menjadi limbah yang
mempunyai nilai ekonomis dan limbah nonekonomis. Limbah yang
mempunyai nilai ekonomis yaitu limbah dengan proses lanjut akan
memberikan nilai tambah. Misalnya: tetes merupakan limbah pabrik gula.
Tetes menjadi bahan baku untuk pabrik alkohol. Ampas tebu dapat
dijadikan bahan baku untuk pabrik kertas, sebab ampas tebu melalui
proses sulfinasi dapat menghasilkan bubur pulp. Banyak lagi limbah
pabrik tertentu yang dapat diolah untuk menghasilkan produk baru dan
menciptakan nilai tambah.
       Limbah nonekonomis adalah limbah yang diolah dalam proses
bentuk apapun tidak akan memberikan nilai tambah, kecuali
mempermudah sistem pembuangan. Limbah jenis ini yang sering menjadi
persoalan pencemaran dan merusakkan lingkungan; Dilihat dari sumber
limbah dapat merupakan hasil sampingan dan juga dapat merupakan
semacam "katalisator". Karena sesuatu bahan membutuhkan a pada  ir
permulaan proses, sedangkan pada akhir proses air ini harus dibuang


574
lagi yang ternyata telah mengandung sejumlah zat berbahaya dan
beracun. Di samping itu ada pula sejumlah air terkandung dalam bahan
baku harus dikeluarkan bersama buangan lain. Ada limbah yang
terkandung dalam bahan dan harus dibuang setelah proses produksi.
Tapi ada pula pabrik menghasilkan limbah karena penambahan bahan
penolong.
       Sesuai dengan sifatnya, limbah digolongkan menjadi 3 bagian,
yaitu: limbah cair, limbah gas/asap dan limbah padat. Ada industri
tertentu menghasilkan limbah cair dan limbah padat yang sukar
dibedakan. Ada beberapa hal yang sering keliru mengidentifikasi limbah
cair, yaitu buangan air yang berasal dari pendinginan. Sebuah pabrik
membutuhkan air untuk pendinginan mesin, lalu memanfaatkan air
sungai yang sudah tercemar disebabkan oleh sektor lain. Karena
kebutuhan air hanya untuk pendinginan dan tidak untuk lain-lain, tidaklah
tepat bila air yang sudah tercemar itu dikatakan bersumber dari pabrik
tersebut. Pabrik hanya menggunakan air yang sudah air yang sudah
tercemar pabrik harus selalu dilakukan pada berbagai tempat dengan
waktu berbeda agar sampel yang diteliti benar-benar menunjukkan
keadaan sebenarnya.
       Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai
media. Pabrik mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui udara,
dibantu angin memberikan jangkauan pencemaran yang cukup luas. Gas,
asap dan lain-lain berakumulasi/bercampur dengan udara basah
mengakibatkan partikel tambah berat dan malam hari turun bersama
embun.
       Limbah padat adalah limbah yang sesuai dengan sifat benda padat
merupakan sampingan hasil proses produksi. Pada beberapa industri
tertentu limbah ini sering menjadi masalah baru sebab untuk proses
pembuangannya membutuhkan satu pabrik pula. Limbah penduduk kota
menjadikan kota menghadapi problema kebersihan. Kadang-kadang
bukan hanya sistem pengolahannya menjadi persoalan tapi bermakna,
dibuang setelah diolah.
       Menurut sifat dan bawaan limbah mempunyai karakteristik baik
fisika, kimia maupun biologi. Limbah air memiliki ketiga karakteristik ini,
sedangkan limbah gas yang sering dinilai berdasarkan satu karakteristik
saja seperti halnya limbah padat. Berbeda dengan limbah padat yang
menjadi penilaian adalah karakteristik fisikanya, sedangkan karakteristik



                                                                       575
kimia dan biologi mendapat penilaian dari sudut akibat. Limbah padat
dilihat dari akibat kualitatif sedangkan limbah air dan limbah gas dilihat
dari sudut kualitatif maupun kuantitatif.
       Sifat setiap jenis limbah tergandung dari sumber limbah. Uraian di
bawah ini menjelaskan karakteristik masing-masing limbah.


7.2.1. Limbah Cair
      Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula
bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air
harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang
misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum
diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian di-proses
dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan
buangan air.
      Pada beberapa. pabrik tertentu - misalnya pabrik pengolahan kawat,
seng, besi baja - sebagian besar air dipergunakan untuk pendinginan
mesin ataupun dapur pengecoran. Air ini dipompa dari sumbernya lalu
dilewatkan pada bagian-bagian yang membutuhkan pendinginan,
kemudian dibuang. Oleh sebab itu pada saluran pabrik terlihat air
mengalir dalam volume yang cukup besar.
      Air ketel akan dibuang pada waktu-waktu tertentu setelah melalui
pemeriksaan laboratorium, sebab air ini tidak memenuhi syarat lagi
sebagai air ketel dan karenanya harus dibuang. Bersamaan dengan itu
dibutuhkan pula sejumlah air untuk mencuci bagian dalam ketel. Air
pencuci ini juga harus dibuang.
      Pencucian lantai pabrik setiap hari untuk beberapa pabrik tertentu
membutuhkan air dalam jumlah banyak. Pabrik pengalengan ikan
membutuhkan air pencuci dalam jumlah yang relatif harus banyak.
Jumlah air terus menerus diperlukan mencuci peralatan, lantai dan lain-
lain. Karat perlu dicuci sebelum masuk pencincangan dan pada saat
dicincang air terus-menerus mengalir untuk menghilangkan pasir abu
yang terbawa.
      Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang
larut maupun mengendap. Bahan ini ada yangkasar dan halus. Kerap kali
air dari pabrik berwarna keruh dan temperaturnya tinggi.
      Air yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya
mempunyai sifat tersendiri. Air limbah yang telah tercemar memberikan


576
ciri yang dapat diidentifikasi secara visual dapat diketahui dari kekeruhan,
warna air, rasa, bau yang ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan
identifikasi secara laboratorium, ditandai dengan perubahan sifat kimia air
di mana air telah mengandung bahan kimia yang beracun dan berbahaya
dalam konsentrasi yang melebihi batas dianjurkan.
       Jenis industri menghasilkan limbah cair di antaranya adalah
industri-industri pulp dan rayon, pengolahan crumb rubber, minyak kelapa
sawit, baja dan besi, minyak goreng, kertas, tekstil, kaustiksoda, elektro
plating, plywood, tepung tapioka, pengalengan, pencelupan dan
pewarnaan, daging dan lain-lain. Jumlah limbah yang dikeluarkan
masing-masing industri ini tergantung pada banyak produksi yang
dihasilkan, serta jenis produksi. Industri pulp dan rayon menghasilkan
limbah air sebanyak 30 m 3 setiap ton pulp yang diproduksi. Untuk industri
ikan dan makanan laut limbah air berkisar antara 79 m3 sampai dengan
500 m3 per hari; industri pengolahan crumb rubber limbah air antara 100
m 3 s/d 2000 m3 per hari, industri pengolahan kelapa sawit mempunyai
limbah air: rata-rata 120 m 3 per hari skala menengah.
A. Sifat Air

       Untuk memperoleh air dalam keadaan murni, sangat sulit kecuali
       setelah melalui proses pengolahan. Sebagaimana sudah
       dijelaskan di depan, air dikelompokkan menjadi 5 bagian dan yang
       kita bahas di sini adalah air dalam kaitannya dengan limbah
       industri.
              Lingkungan penerima dikelompokkan menjadi berbagai
       kelompok sesuai dengan fungsi dan peranan air. Fungsi dan
       peranannya sebagai sarana pembuangan limbah keadaannya
       tidak menjadi sulit bila limbah dapat langsung dibuang. Tetapi lain
       halnya bila air digunakan untuk pengairan sawah atau ternak
       udang, maka limbah air itu harus memenuhi persyaratan untuk
       ikan, udang dan tanaman padi.
              Dalam air buangan ditemukan senyawa yang dapat diidenti-
       fikasi melalui visual maupun laboratorium. Warna air, rasa, bau,
       kekeruhan dapat dikenal melalui cara umum dengan mata d         an
       indera biasa, sedangkan senyawa kimia seperti kandungan fenol,
       kandungan oksigen, besi dan lain-lain harus dilakukan melalui
       penelitian laboratorium.



                                                                        577
Pada umumnya persenyawaan yang sering dijumpai dalam
      air antarif lain: padatan terlarut, padatan tersuspensi, padatan
      tidak larut, mikroorganisme dan kimia organik.
             Berdasarkan persenyawaan yang ditemukan dalam air
      buangan maka sifat air dirinci menjadi karakteristik fisika, kimia
      dan biologi. Padatan terlarut yang banyak dijumpai dalam air
      adalah golongan senyawaan alkalinitas seperti karbonat,
      bikarbonatdan hidroksida. Di samping itu terdapat pula unsur
      kimia anorganik ditemukan dalam air yang mempengaruhi kualitas
      air.
             Pengamatan unsur fisika, kimia dan biologi terhadap air
      sangat penting untuk menetapkan jenis parameter pencemar yang
      terdapat di dalamnya. Kondisi alkalinitas ini menghasilkan dua
      macam sifat air yaitu sifat basa dan sifat asam. Air cenderung
      menjadi asam bila pH lebih kecil 7 sedangkan pH lebih besar 7
      menunjukkan air cenderung bersifat basa.
             Dalam pengolahan air bahan alkalinitas akan bereaksi
      dengan koagulan yang memungkinkan lumpur cepat mengendap.
      Selain itu ada sifat air yang lain, yaitu kesadahan. Penyebab
      kesadahan adalah karena air mengandung magnesium, kalium,
      strontium dan barium. Garam-garam ini terdapat dalam bentuk
      karbonat, sulfat, chlorida, nitrat, fospat, dan lain-lain. Air yang
      mempunyai kesadahan tinggi membuat air sukar berbuih dan sulit
      dipergunakan untuk pencucian.
             Gas yang larut dalam air seperti CO 2, oksigen, nitrogen,
      hidrogen dan methane, sering dijumpai menyebabkan bersifat
      asam, berbau dan korosif. Sulfida menyebabkan air berwarna
      hitam dan berbau.
             Padatan tidak larut adalah senyawa kimia yang terdapat
      dalam air baik dalam keadaan melayang, terapung maupun
      mengendap. Senyawa-senyawa ini dijumpai dalam bentuk organik
      maupun anorganik.
             Padatan tidak larut menyebabkan air berwarna keruh.
      Sebagaimana padatan dan gas yang larut, mikroorganisme juga
      banyak       dijumpai   dalam     air.   Mikroorganisme      sangat
      membahayakan bagi pemakai air. Air minum harus bebas dari
      bakteri pathogen. Air untuk pendingin harus bebas dari besi dan


578
mangan. Tabel 2 menggambarkan hubungan antara karakteristik
      dan sumber-sumber.

             Sifat kimia dan fisika masing-masing parameter
      menunjukkan akibat yang ditimbulkan terhadap lingkungan?
      Ditinjau dari sifat air maka karakteristik air yang tercemar dapat
      dirinci menjadi: Sifat perubahan secara fisik, kimia dan biologi.
B. Karakteristik Fisika

      Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah
      yaitu: padatan, kekeruhan, bau, temperatur, daya hantar listrik dan
      warna.
              Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik
      yang larut, mengendap maupun suspensi. Bahan ini akan
      mengendap pada dasar air yang lama kelamaan menimbulkan
      pendangkalan pada dasar badan penerima. Akibat lain dari
      padatan ini menimbulkan tumbuhnya tanaman air tertentu dan
      dapat menjadi racun bagi makhluk lain. Banyak padatan
      menunjukkan banyaknya lumpur terkandung dalam air.
              Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang menyebabkan
      pembiasan cahaya ke dalam air. Kekeruhan membatasi
      pencahayaan ke dalam air. Sekalipun ada pengaruh padatan
      terlarut atau partikel yang melayang dalam air namun penyerapan
      cahaya ini dipengaruhi juga bentuk dan ukurannya. Kekeruhan ini
      terjadi karena adanya b    ahan yang terapung dan terurainya zat
      tertentu seperti bahan organik, jasad renik, lumpur tanah liat dan
      benda lain yang melayang ataupun terapung dan sangat halus
      sekali.
              Nilai kekeruhan air dikonversikan ke dalam ukuran SiO 2
      dalam satuan mg/1. Semakin keruh air semakin tinggi daya hantar
      listrik dan semakin banyak pula padatannya.




                                                                     579
Tabel 7.5. Hubungan antara sumber limbah dan karakteristik

          Karakteristik                         Sumber limbah
      Fisika:
      Warna                 Bahan organik buangan industri dan domestik.
      Bau                   Penguraian limbah dan buangan industri.
      Padatan               Sumber air, buangan industri dan domestik.
      Temperatur            Buangan domestik dan industri.

      Kimia:
      Organik
      Karbohidrat           Buangan industri, perdagangan dan domestik.
      Minyak dan lemak      Buangan industri, perdagangan dan domestik.
      Pestisida             Buangan hasil pertanian.
      Fenol                 Buangan industri.
      Anorganik
      Alkali                Sumber air, buangan domestik, infiltrasi air tanah,
                            buangan air ketel.
      Cholorida             Sumber air, buangan domestik, pelemakan air.
      Logam berat           Buangan industri.
      Nitrogen              Limbah pertanian dan domestik.
      pH                    Limbah industri.
      Phospor               Limbah industri, domestik dan alamiah.
      Sulfur                Limbah industri, domestik.
      Bahan beracun         Perdagangan, limbah industri.

      Biologi :
      Virus                 Limbah domestik.


              Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganik yang
        menguraikan zat organik menghasilkan gas tertentu. Di samping
        itu bau juga timbul karena terjadinya reaksi kimia yang
        menimbulkan gas. Kuat tidaknya bau yang dihasilkan limbah
        tergantung pada jenis dan banyak gas yang ditimbulkan.
              Temperatur air limbah mempengaruhi badan penerima bila
        terdapat perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur air
        limbah akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata
        kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas
        kimiawi biologis pada benda padat dan gas dalam air.
        Pembusukan terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan oksidasi
        zat organik jauh lebih besar pada suhu yang tinggi.



580
Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk
      mengalirkan arus listrik dan kemampuan tercermin dari kadar
      padatan total dalam air dan suhu pada saat pengukuran.
      Konduktivitas arus listrik mengalirkan arusnya tergantung pada
      mobilitas ion dan kadar yang terlarut. Senyawa anorganik
      merupakan konduktor kuat dibandingkan dengan senyawa
      organik. Pengukuran daya hantar listrik ini untuk melihat
      keseimbangan kimiawi dalam air dan pengaruhnya terhadap
      kehidupan biota.
             Warna timbul akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi
      dalam air, di samping adanya bahan pewarna tertentu yang
      kemungkinan mengandung logam berat. Bau disebabkan karena
      adanya campuran dari nitrogen, fospor, protein, sulfur, amoniak,
      hidrogen sulfida, carbon disulfida dan zat organik lain. Kecuali bau
      yang disebabkan bahan beracun, jarang merusak kecepatan
      manusia tapi mengganggu ketenangan bekerja.
C. Karakteristik Kimia

             Bahan kimia yang terdapat dalam air akan menentukan
      sifatairbaik dalam tingkat keracunan maupun bahaya yang
      ditimbulkan. Semakin besar konsentrasi bahan pencemar dalam
      air semakin terbatas penggunaan air. Karakteristik kimia terdiri
      dari kimia anorganik dan kimia organik. Secara umum sifat air ini
      dipengaruhi oleh kedua macam kandungan bahan kimia tersebut.

         Keasaman Air
          Keasaman air diukur dengan pll meter. Keasaman ditetapkan
          berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam
          air. Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah
          menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh
          mikroorganisme air yang diperlukan. Demikian juga makhluk
          lain, misalnya ikan tidak dapat hidup. Air yang mempunyai pH
          rendah membuat air menjadi korosif terhadap bahan
          konstruksi seperti besi.
          Buangan yang bersifat alkalis (basa) bersumber dari buangan
          mengandung bahan anorganik seperti senyawa karbonat,
          bikarbonat dan hidroksida. Buangan asam berasal dari bahan
          kimia yang bersifat asam, misalnya buangan mengandung


                                                                      581
asam khlorida, asam sulfat dan lain-lain.

         Alkalinitas
          Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan senyawa karbonat,
          bikarbonat, garam hidroksida, kalium, magnesium dan natrium
          dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit
          air membuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan
          air yang mempunyai kesadahan rendah karena zat tersebut
          dalam konsentrasi tinggi menimbulkan terjadinya kerak pada
          dinding dalam ketel maupun pada pipa pendingin.
          Oleh sebab itu untuk menurunkan kesadahan air dilakukan
          pelunakan air. Pengukuran alkalinitas air adalah pengukuran
          kandungan ion CaCO3, ion Ca, ion Mg, bikarbonat, karbonat
          dan lain-lain.

         Besi dan Mangan
          Besi dan mangan yang teroksida dalam air berwarna
          kecoklatan dan tidak larut, menyebabkan penggunaan air
          menjadi terbatas. Air tidak dapat dipergunakan untuk
          keperluan rumah tangga dan industri. Kedua macam bahan ini
          berasal dari larutan batu-batuan yang mengandung senyawa
          Fe atau Mn seperti pyrit, kematit, mangan dan lain-lain. Dalam
          limbah industri, besi berasal dari korosi pipa-pipa air, material
          logam sebagai hasil reaksi elektro kimia yang terjadi pada
          permukaan. Air yang mengandung padatan larut mempunyai
          sifat mengantarkan listrik dan ini mempercepat terjadinya
          korosi.

         Chlorida
          Chlorida banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda.
          Bahan ini berasal dari proses elektrolisa, penjernihan garam
          dan lain-lain. Chlorida merupakan zat terlarut dan tidak
          menyerap. Sebagai Chlor bebas berfungsi desinfektans, tapi
          dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium
          menyebabkan air menjadi asin dan merusak pipa-pipa
          instalasi.
         Phosphat
          Kandungan phosphat yang tinggi menyebabkan suburnya


582
algae dan organisme lainnya. Phosphat kebanyakan berasal
    dari bahan pembersih yang mengandung senyawa phosphat.
    Dalam industri kegunaan phosphat terdapat pada ketel uap
    untuk mencegah kesadahan. Maka pada saat penggantian air
    ketel, buangan ketel ini menjadi sumber phosphat.
    Pengukuran kandungan phosphat dalam air limbah berfungsi
    untuk mencegah tingginya kadar phosphat sehingga tidak
    merangsang pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dalam air.
    Sebab pertumbuhan subur akan menghalangi kelancaran arus
    air. Pada danau suburnya tumbuh-tumbuhan airakan
    mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dan kesuburan
    tanaman lainnya.

   Sulfur
    Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion
    sulfat dapat terjadi secara proses alamiah. Sulfur dioxida
    dibutuhkan pada sintesa. Pada industri kaustik soda ion sulfat
    terdapat sewaktu pemurnian garam. Ion sulfat oleh bakteri
    direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan
    selanjutnya sulfida diubah menjadi hidrogen sulfida. Dalam
    suasana aerob hidrogen sulfida teroksidasi secara
    bakteriologis menjadi sulfat. Dalam bentuk H S bersifat racun
                                                 2

    dan berbau busuk. Pada proses digester lumpur gas H2S yang
    bercampur dengan metan CH4 dan CO2 akan bersifat korosif.
    H2S akan menghitamkan air dan lumpur yang bila terikat
    dengan senyawa besi membentuk Fe2 S.

                       bakteri
       2S + O2 + H2O          S2O3 + 2H+ . SO4 + 2C + 2H2O
       2HS + 2O2              S2O3 + H2O . 1 HCO3 + H2S.
       H2S + 2O2           H2SO4.

   Nitrogen
    Nitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam
    bentuk organik dan oleh bakteri berubah menjadi amonia.
    Dalam kondisi aerobik dan dalam waktu tertentu bakteri dapat
    mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat. Nitrat dapat
    digunakan oleh algae dan tumbuh-tumbuhan lain untuk


                                                              583
membentuk protein tanaman dan oleh hewan untuk
          membentuk protein hewan. Perusakan protein tanam an dan
          hewan oleh bakteri menghasilkan amonia.
          Nitrit menunjukkan jumlah zat nitrogen yang teroksidasi. Nitrit
          merupakan hasil reaksi dan menjadi amoniak ataudioksidasi
          menjadi nitrit. Kehadiran nitrogen ini sering sekali dijumpai
          sebagai nitrogen nitrit.

         Logam Berat dan Beracun
          Logam berat pada umumnya seperti cuprum (tembaga),
          perak, seng, cadmium, air raksa, timah, chromium, besi dan
          nikel. Metal lain yang juga termasuk metal berat adalah arsen,
          selenium, cobalt, mangan dan aluminium.
          Cadmium ditemukan dalam buangan industri tekstil, elektro
          plating, pabrik kimia. Chromium dijumpai dalam 2 bentuk yaitu
          chrom valensi enam dan chrom valensi tiga. Chrom valensi
          enam ditemukan pada buangan pabrik aluminium dan cat,
          sedang chrom trivalen ditemukan pada pabrik tekstil, industri
          gelas dan keramik.
          Plumbum terdapat dalam buangan pabrik baterai, pencelupan
          dolt cat. Logam ini dalam konsentrasi tertentu membahayakan
          bagi manusia.
         Fenol
          Istilah fenol dalam air limbah tidak hanya terbatas pada fenol
          (C6H5 - OH) tapi bermacam-macam campuran organik yang
          terdiri dari satu atau lebih gugusan hidroxil. Fenol yang
          dengan konsentrasi 0,005/liter dalam air minum menciptakan
          rasa dan bau apabila bereaksi dengan chlor membentuk
          chlorophenol.
          Sumber fenol terdapat pada industri pengolahan minyak, batu-
          bara, pabrik kimia, pabrik resin, pabrik kertas, tekstil.

         Biochemical Oxigen Demand (BOD)
          Dalam air buangan terdapat zat organik yang terdiri, dari unsur
          karbon, hidrogen dan oksigen dengan unsur tambahan yang
          lain seperti nitrogen, belerang dan lain-lain yang cenderung
          menyerap oksigen. Oksigen tersebut dipergunakan untuk
          menguraikan senyawa organik. Pada akhirnya kadar oksigen


584
dalam air buangan menjadi keruh dan kemungkinan berbau.
    Pengukuran terhadap nilai Biochemical Oxigen Demand
    (BOD) adalah kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air
    buangan yang dipergunakan untuk menguraikan senyawa
    organik dengan bantuan mikroorganisme pada kondisi
    tertentu. Pada umumnya proses penguraian terjadi secara
    baik yaitu pada temperatur 20°C dan waktu 5 hari. Oleh
    karena itu satuannya biasanya dinyatakan dalam mg perliter
    atau kg.

   Chemical Oxigen Demand (COD)
    Bentuk lain untuk mengukur kebutuhan oksigen ini adalah
    COD. Pengukuran ini diperlukan untuk mengukur kebutuhan
    oksigen terhadap zat organik yang sukar dihancurkan secara
    oksidasi. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan pereaksi
    oksidator yang kuat dalam suasana asam. Nilai BOD selalu
    lebih kecil daripada nilai COD diukur pada senyawa organik
    yang dapat diuraikan maupun senyawa organik yang tidak
    dapat berurai.

   Lemak dan Minyak
    Lemak dan minyak ditemukan mengapung di atas permukaan
    air meskipun sebagian terdapat di bawah permukaan air.
    Lemak dan minyak merupakan senyawa ester dari turunan
    alkohol yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen dan
    oksigen. Lemak sukar diuraikan bakteri tapi dapat dihidrolisa
    oleh alkali sehingga membentuk senyawa sabun yang mudah
    larut. Minyak pelumas yang berasal dari minyak bumi dipakai
    dalam pabrik dan terbawa air cucian ketika dibersihkan.
    Sebagai alat pencuci Bering Pula digunakan minyak pelarut.
    Adanya minyak dan lemak di atas permukaan air merintangi
    proses biologi dalam air sehingga tidak terjadi fotosintesa.

   Karbohidrat dan Protein
    Karbohidrat dalam air buangan diperoleh dalam bentuk
    sellulosa, kanji, tepung dextrim yang terdiri dari senyawa
    karbon, hidrogen dan oksigen, baik terlarut maupun tidak larut.
    Pada protein yang berasal dari bulu binatang seperti sutra
    dengan unsur persenyawaan yang cukup kompleks


                                                               585
mengandung unsur nitrogen. Baik protein maupun karbohidrat
           mudah rusak oleh mikroorganisme dan bakteri.

          Zat Warna dan Surfaktan
           Timbulnya dalam air buangan adalah karena adanya senyawa
           organik yang larut dalam air. Zat aktif permukaan ini
           (surfaktan) sangat sukar berurai oleh aktivitas mikro-
           organisme. Demikian juga zat warna yang merupakan
           senyawa aromatik sukar berurai. Di antara zat warna ini ada
           yang mengandung logam berat seperti chrom atau tembaga.

7.3.   Limbah Gas dan Partikel

          Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas
   atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara.
   Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2,
   CO2, H2 dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui
   kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas
   udara.
          Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua
   bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih
   rnungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap,
   kabut dan fume-Sedangkan pencemaran berbentuk gas tanya aapat
   dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat
   langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx , CO, CO2, hidrokarbon
   dan lain-lain.
          Untuk beberapa bahan tertentu zat pencemar ini berbentuk
   padat dan cair. Karena suatu kondisi temperatur ataupun tekanan
   tertentu bahan padat/cair itu dapat berubah menjadi gas. Baik partikel
   maupun gas membawa akibat terutama bagi kesehatan, manusia
   seperti debu batubara, asbes, semen, belerang, asap pembakaran,
   uap air, gas sulfida, uap amoniak, dan lain-lain.
          Pencemaran yang ditimbulkannya tergantung pada jenis
   limbah, volume yang lepas di udara bebas dan lamanya berada
   dalam udara. Jangkauan pencemaran melalui udara dapat berakibat
   luas karena faktor cuaca dan iklim turut mempengaruhi.
          Pada malam hari zat yang berada dalam udara turun kembali
   ke bumi bersamaan dengan embun. Adanya partikel kecil secara



586
terus menerus jatuh di atap rumah, di permukaan daun pada pagi hari
menunjukkan udara mengandung partikel. Kadang-kadang terjadi
hujan masam.
       Arah angin mempengaruhi daerah pencemaran karena sifat
gas dan partikel yang ringan mudah terbawa. Kenaikan konsentrasi
partikel dan gas dalam udara di beberapa kota besar dan daerah
industri banyak menimbulkan pengaruh, misalnya gangguan jarak
pandang oleh asap kendaraan bermotor, gangguan pernafasan dan
timbulnya beberapa jenis penyakit tertentu.
       Jenis industri yang menjadi sumber pencemaran melalui udara
di antaranya:
 industri besi dan baja
   industri semen
   industri kendaraan bermotor
   industri pupuk
   industri aluminium
   industri pembangkit tenaga listrik
   industri kertas
   industri kilang minyak
   industri pertambangan

      Jenis industri semacam ini akumulasinya di udara dipengaruhi
arah angin, tetapi karena sumbernya bersifat stationer maka
lingkungan sekitar menerima resiko yang sangat tinggi dampak
pencemaran.
      Berdasarkan ini maka konsentrasi bahan pencemar dalam
udara perlu ditetapkan sehingga tidak menimbulkan gangguan
terhadap manusia dan makhluk lain sekitarnya.
      Jenis industri yang menghasilkan partikel dan gas adalah
sebagai tertera dalam tabel 6..




                                                               587
Tabel 7.6. Jenis industri dan limbahnya

      No              Jenis Industri                        Jenis Limbah
      1.   Industri pupuk                        Uap asam, NH3, bau, partikel
      2.   Pabrik pangan (ikan, daging,          Hidrokarbon, bau,
           minyak makan, bagase, bir             partikel, CO, H 2S dan uap asam.
      3.   Industri pertambangan (mineral)       NOx, SO x,CO, HK,
           semen, aspal, kapur, batu bara,       bau, partikel.
           karbida, serat gelas.
      4.   Industri metalurgi (tembaga, baja-    Nox, SO, CO, HK, H 2S, chlor,
           seng, timah hitam, aluminium)         bau dan partikel.
      5.   Industri kimia (sulfat, serat rayon   HK, CO, NH3, bau dan partikel.
           PVC, amonia, cat dan lain- lain
      6.   Industri pulp.                        SOx CO, NH3, H 2S, bau.



7.3.1. Karakteristik Limbah Gas dan Partikel

              Pada umumnya limbah gas dari pabrik bersumber dari
       penggunaan bahan baku, proses, dan hasil serta sisa
       pembakaran. Pada saat pengolahan pendahuluan, limbah gas
       maupun partikel timbul karena perlakuan bahan-bahan sebelum
       diproses lanjut. Limbah yang terjadi disebabkan berbagai hal
       antara lain; karena reaksi kimia, kebocoran gas, hancuran bahan-
       bahan dan lain-lain.
              Pada waktu proses pengolahan, gas juga timbul sebagai
       akibat reaksi kimia maupun fisika. Adakalnya limbah yang terjadi
       sulit dihindari sehingga harus dilepaskan ke udara. Namun
       dengan adanya kemajuan teknologi, setiap gas yang timbul pada
       rangkaian proses telah dapat diupayakan pengendaliannya.
              Sebagian besar gas maupun partikel terjadi pada ruang
       pembakaran, sebagai sisa yang tidak dapat dihindarkan dan
       karenanya harus dilepaskan melalui cerobong asap. Banyak jenis
       gas dan partikel gas lepas dari pabrik melalui cerobong asap
       ataupun penangkap debu harus ditekan sekecil mungkin dalam
       upaya mencegah kerusakan lingkungan.
              Jenis gas yang bersifat racun antara lain SO2, CO, NO.,
       timah hitam, amoniak, asam sulfida dan hidrokarbon. Pencemaran
       yang terjadi dalam udara dapat merupakan reaksi antara dua atau
       lebih zat pencemar. Misalnya reaksi fotokimia, yaitu reaksi yang
       terjadi karena bantuan sinar ultra violet dari sinar matahari.


588
Kemudian reaksi oksidasi gas dengan partikel logam dengan
udara sebagai katalisator.
     Konsentrasi bahan pencemar dalam udara dipengaruhi
berbagai macam faktor antara lain: volume bahan pencemar, sifat
bahan, kondisi iklim dan cuaca, topografi.
   Oksida Nitrogen
    Oksida nitrogen lazim dikenal dengan NO . bersumber dari
    instalasi pembakaran pabrik dan minyak bumi. Dalam udara,
    NO dioksidasi menjadi NO 2 dan bila bereaksi dengan
    hidrokarbon yang terdapat dalam udara akan membentuk
    asap. NO 2 akan berpengaruh terhadap tanam-tanaman dan
    sekaligus menghambat pertumbuhan.
    Pabrik yang menghasilkan NO di antaranya adalah pabrik pulp
    dan rayon, almunium, turbin gas, nitrat, bahan peledak,
    semen, galas, batubara, timah hitam, song dan peleburan
    magnesium.

   Fluorida
    Fluorida adalah racun bersifat kumulatif dan dapat
    berkembang d atmosfer karena amat reaktif. Dalam bentuk
    fluorine, zat ini tidak dihisap tanah tapi langsung masuk ke
    dalam daun-daun menyebabkan daun berwarna kuning-
    kecoklatan. Binatang yang memakan daunan tersebut bisa
    menderita penyakit gigi rontok. Pabrik yang menjadi sumber
    fluor antara lain pabrik pengecoran aluminium pabrik pupuk,
    pembakaran batubara, pengecoran baja dan lainnya

   Sulfurdioksida
    Gas SO2 dapat merusak tanaman, sehingga daunnya menjadi
    kuning kecoklatan atau merah kecoklatan dan berbintik-bintik.
    Gas ini juga menyebabkan hujan asam, korosi pada
    permukaan logam dan merusak bahan nilon dan lain-lain.
    Gas SO2 menyebabkan terjadinya kabut dan mengganggu
    reaks foto sintesa pada permukaan daun. Dengan air, gas SO2
    membentuk asam sulfat dan dalam udara tidak stabil. Sumber
    gas SO2 adalal pabrik belerang, pengecoran biji logam, pabrik
    asam sulfat, pabrik semen, peleburan tembaga, timah hitam
    dan lain-lain. Dalam konsentrasi melebihi nilai ambang batas


                                                             589
dapat mematikan.

         Ozon
          Ozon dengan rumus molekul O3 disebut oksidan merpakan
          reaksi foto kimiawi antara NO 2 dengan hidrokarbon karena
          pengaruh ultra violet sinar matahari. Sifat ozon merusak daun
          tumbuh-tumbuhan, tekstil dan melunturkan warna. Reaksi
          pembentukan ozon sebagai berikut:

                     ultra violet
             NO2                    NO + On
             O2 + On                O3
             NO + On                NO2

          Peroksil asetel nitrat merupakan reaksi NO 2 dalam fotosintesa
          merusakkan tanaman.

         Amonia
          Gas amonia dihasilkan pabrik pencelupan, eksplorasi minyak
          dan pupuk. Gas ini berbahaya bagi pemanfaatan dan baunya
          sangat merangsang. Pada konsentrasi 25% mudah meledak.

         Partikel
          Partikel merupakan zat dispersi terdapat dalam atmosfer,
          berbagai larutan, mempunyai sifat fisis dan kimia.
          Partikel dalam udara terdiri dari:
          1. Asap, merupakan hasil dari suatu pembakaran.
          2. Debu, partikel kecil dengan diameter 1 mikron.
          3. Kabut, partikel cairan dengan garis tengah tertentu.
          4. Aerosol, merupakan inti dari kondensasi uap.
          5. Fume, merupakan hasil penguapan.
7.3.2. Bahan Lain yang Berbahaya dalam Pabrik

            Di samping pada bahan pencemar yang lepas ke udara
      terdapat pula bahan tertentu yang tersimpan ataupun masih
      dalam proses di pabrik. Bahan ini karena sifat fisis dan kimianya
      cukup berbahaya bagi lingkungan apabila terlepas dengan
      sengaja ataupun tidak sengaja. Sifat racun suatu bahan belum
      tentu sama dengan sifat bahaya. Bahan yang bersifat racun


590
belum tentu men imbulkan/merupakan bahaya apabila bahan
tersebut digunakan secara tepat. Sifat racun menunjukkan efek
biologis atau kemampuan untuk melukai tubuh, sedang sifat
bahaya menunjukkan kemungkinan kerugian. Bahan semacam ini
banyak digunakan sebagai bahan penolong ataupun bahan utama
pabrik kimia. Juga banyak diperoleh sebagai hasil jadi atau
sampingan.
       Tingkat bahaya yang ditimbulkan sebagai racun sangat
membahayakan bagi manusia karena menimbulkan bermacam -
macam gangguan seperti: merusakkan kulit, menyulitkan
pernafasan, akut maupun kronis, bahkan dapat mematikan. Di
samping itu mempunyai daya ledak, mudah terbakar, mudah
menyala, sehingga pengelolaannya harus dilakukan dengan
sangat herhati-hati.
       Bensena, siklo hexanol, asam sulfat, amonium hidroksida,
amonium sulfat, amonium nitrat, hidrogen karbon dioksida,
belerang dioksida dan lain-lain yang terdiri dari 90 macam bahan,
telah diklasifikasikan sebagai bahan racun dan berbahaya.
       Masalah yang sering dijumpai dalam kaitannya dengan
bahan tersebut ialah tentang penyimpanan, pengolahan,
pengemasan dan transportasi. Oleh sebab itu pengawasan dan
pengamanan terhadap bahan ini harus ditingkatkan dari waktu ke
waktu menyangkut sifat fisis dankimia. Besarnya resiko kerusakan
lingkungan akibat bahan tersebut telah banyak terbukti seperti
tragedi Chernobyl di Uni Soviet ataupun Bhopal di India.
Kerusakan yang ditimbulkannya selain mengancam kehidupan
manusia juga akan mengancam biota lainnya baik dalam jangka
panjang maupun pendek.
       Kehadiran bahan beracun dan berbahaya sebagai limbah
seperti mata rantai yang tak berujung. Bila kita bertolak dari sudut
pengadaan akan jelas bahwa kebutuhan bahan tersebut selalu
harus terpenuhi. Pengadaan dilakukan dari pabrik (produksi)
maupun import. Bahan ini dalam bentuknya sesuai dengan
sifatnya harus tersimpan secara baik. L   okasi penyimpanan dan
wadahnya juga harus memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan
klasifikasi yang ditetapkan.



                                                                591
Barang-barang tersebut bila hendak dipindahkan/diangkut
       untuk kebutuhan proses industri membutuhkan angkutan
       tersendiri, mungkin dibutuhkan desain khusus alat pengangkut
       sampai kepada proses, sehingga menjadi barang jadi atau
       setengah jadi untuk kemudian dikonsumsi oleh industri hilir atau
       konsumen langsung. Oleh pihak industri maupun konsumen untuk
       sebagian terbuang sebagai limbah. Sebagai limbah yang
       ekonomis dapat didaur ulang dan sebagai limbah nonekonomis
       akan dibuang melalui proses pangolahan.

                                       Pengadaan
                                                       Penyimpana n
                     Limbah ekonomis
                                                       Pengangkutan
                       Proses
                                                            Proses
      Buangan
      nonekonomi s
                        Limbah                            Hasil jadi
                                                             
                                                       Setengah jadi

                                 Industri  Konsumen


             Bila dilihat dalam mata rantai tersebut, setiap titik akan
       menimbulkan peluang untuk mencemarkan dan atau merusakkan
       lingkungan. Kriteria beracun dan berbahaya akan memenuhi
       setiap mata rantai tersebut. Berbahaya dan beracun yang
       dimaksudkan karena dapat mematikan seketika atau pun
       beberapa lama, dapat secara biologis, dapat berakumulasi dalam
       lingkungan dan terakhir tidak bisa terdegradasi.
             Ditinjau dari sudut pengawasan dan pengamanan bahan ini
       pengelolaannya harus dilaksanakan mulai dari pengadaan sampai
       kepada distribusi. Mengingat seringnya terjadi kecelakaan yang
       ditimbulkan bahan beracun dan berbahaya maka setiap
       pengusaha dianjurkan untuk membuat label setiap jenis bahan
       tersebut. Label itu menunjukkan jenis bahan, sifat kimia maupun


592
fisikanya sehingga setiap orang dapat melihat dan membaca. Dari
       penjelasan. dalam label mungkin juga terdapat beberapa usaha
       pencegahan andaikata terjadi hal-hal yang tidak sesuai menurut
       prosedur.

7.4.   Limbah Padat

         Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan,
   lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini
   dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yaitu
   dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua
   limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis.
         Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat
   ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu
   tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar. Perlakuan
   limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis sebagian besar
   dilakukan sebagai berikut:
   1. Ditumpuk pada Areal Tertentu

              Penimbunan     limbah    padat    pada     areal  tertentu
       membutuhkan areal yang luas dan merusakkan pemandangan di
       sekeliling penimbunan. Penimbunan.            ini mengakibatkan
       pembusukan yang menimbulkan bau di sekitarnya, karena adanya
       reaksi kimia yang rnenghasilkan gas tertentu.
              Dengan penimbunan, permukaan tanah menjadi rusak dan
       air yang meresap ke dalam tanah mengalami kontaminasi dengan
       bakteri tertentu yang mengakibatkan turunnya kualitas air tanah.
       Pada musim kemarau timbunan mengalami kekeringan dan ini
       mengundang bahaya kebakaran.
   2. Pembakaran

             Limbah padat yang dibakar menimbulkan asap, bau dan
       debu. Pembakaran ini menjadi sumber pencemaran melalui udara
       dengan timbulnya bahan pencemar baru seperti NO R ,
       hidrokarbon, karbon monoksida, bau, partikel dan sulfur dioksida.
   3. Pembuangan

            Pembuangan      tanpa   rencana    sangat   membahayakan



                                                                     593
lingkungan. Di antara beberapa pabrik membuang limbah
      padatnya ke sungai karena diperkirakan larut ataupun membusuk
      dalam air. Ini adalah perkiraan yang keliru, sebab setiap
      pembuangan bahan padatan apakah namanya lumpur atau
      buburan, akan menambah total solid dalam air sungai.
            Sumber limbah padat di antaranya adalah pabrik gula, pulp
      dan rayon, plywood, pengawetan buah, ikan dan daging dan lain-
      lain. Secara garis besar limbah padat dapat diklasifikasikan
      sebagai berikut:
      1. Limbah padat yang mudah terbakar
      2. Limbah padat yang sukar terbakar
      3. Limbah padat yang mudah membusuk
      4. Limbah berupa debu
      5. Lumpur
      6. Limbah yang dapat didaurulang
      7. Limbah radio aktip
      8. Limbah yang menimbulkan penyakit
      9. Bongkaran bangunan
            Berdasarkan klasifikasi limbah padat serta akibat-akibat
      yang ditimbulkannya sistem pengelolaan dilakukan menurut:
      1. Limbah padat yang dapat ditimbun tanpa membahayakan.
      2. Limbah padat yang dapat ditimbun tetapi berbahaya.
      3. Limbah padat yang tidak dapat ditimbun.

            Di dalam pengolahannya dilakukan melalui tiga cara yaitu
      pemisahan, penyusutan ukuran dan pengomposan. Dimaksud
      dengan pemisahan adalah pengambilan bahan tertentu kemudian
      diolah kembali sehingga mempunyai nilai ekonomis. Penyusutan
      ukuran bertujuan untuk memudahkan pengolahan limbah
      selanjutnya, misalnya pembakaran. Dengan ukuran lebih kecil
      akan lebih mudah membawa atau membakar pada tungku
      pembakaran. Jadi tujuannya adalah pengurangan volume maupun
      berat. Pengomposan adalah proses melalui biokimia yaitu zat
      organik dalam limbah dipecah sehingga menghasilkan humus
      yang berguna untuk memperbaiki struktur tanah. Banyak jenis
      limbah padat dari pabrik yang upaya pengelolaannya dilakukan
      menurut kriteria yang telah ditetapkan.


594
7.4.1. Dampak Pencemaran Terhadap Lingkungan

       Pencemaran lingkungan berakibat terhadap kesehatan manusia,
tata kehidupan, pertumbuhan flora dan fauna yang berada dalam
jangkauan pencemaran. Gejala pencemaran dapat terlihat pada jangka
waktu singkat maupun panjang, yaitu pada tingkah laku dan
pertumbuhan. Pencemaran dalam waktu relatif singkat, terjadi seminggu
sampai dengan setahun sedangkan pencemaran dalam jangka panjang
terjadi setelah masa 20 tahun atau lebih. Gejala pencemaran yang terjadi
dalam waktu singkat dapat diatasi dengan melihat sumber pencemaran
lalu mengendalikannya.
       Tanda-tanda pencemaran ini gampang terlihat pada komponen
lingkungan yang terkena pencemaran. Berbeda halnya dengan
pencemaran yang terjadi dalam waktu yang cukup lama. Bahan
pencemar sedikit demi sedikit berakumulasi. Dampak pencemaran
semula tidak begitu kelihatan. Namun setelah menjalani waktu yang
relatif panjang dampak pencemaran kelihatan nyata dengan berbagai
akibat yang ditimbulkan. Unsur-unsur lingkungan, mengalami perubahan
kehidupan habitat. Tanaman yang semula hidup cukup subur menjadi
gersang dan digantikan dengan tanaman lain. Jenis binatang tertentu
yang semula berkembang secara wajar beberapa tahun kemudian
menjadi langka, karena mati atau mencari tempat lain. Kondisi kesehatan
manusia juga menunjukkan perubahan; misalnya, timbul penyakit baru
yang sebelumnya tidak ada.
       Kondisi air, mikroorganisme, unsur hara dan nilai estetika
mengalami perubahan yang cukup menyedihkan. Bahan pencemar yang
terdapat dalam limbah industri ternyata telah memberikan dampak serius
mengancam satu atau lebih unsur lingkungan: Jangkauan pencemar
dalam jangka pendek maupun panjang tergantung pada sifat limbah,
jenis, volume limbah, frekuensinya dan lamanya limbah berperan.
A. Bahan Beracun dan Berbahaya sebagai Pencemar Lingkungan

         Bahan pencemar yang terkandung dalam limbah terdiri dari
   bahan beracun dan atau berbahaya. Beracun artinya dapat
   membunuh manusia atau makhluk lain bila takarannya melebihi
   ukuran yang disyaratkan. Sedangkan berbahaya masuk tubuh belum
   tentu beracun tapi juga dapat merusakkan tubuh. Parameter limbah
   menunjukkan daya racun dan berbahaya bila salah satu atau lebih


                                                                    595
dari sifat berikut ini dipenuhi, yaitu:
          1. Bahannya sendiri bersifat racun
          2. Mudah terbakar dan menyala
          3. Oksidator dan reduktor
          4. Mudah meledak
          5. Bahan peledak
          6. Korosif
          7. Iritatif
          8. Radio aktif
          9. Gas bertekanan
          10. Membahayakan ekosistem
          Ada beberapa bahan kimia yang sangat besar manfaatnya dan
   dipergunakan sehari-hari tapi mempunyai daya racun yang cukup
   tinggi, misalnya racun yang dipergunakan untuk membunuh tikus,
   serangga, nyamuk, dan racun lainnya sejenis pestisida. Sebagai
   bahan organik yang siap pakai senantiasa diberikan tanda-tanda
   peringatan ataupun catatan pada pembungkus/paching sehingga
   merupakan petunjuk bagi si pemakai.
          Bahan yang mudah menyala dan terbakar disebabkan bereaksi
   dengan oksigen bila dekat dengan sumber panas pada suhu atau
   tekanan tertentu akan menimbulkan ledakan maupun api.
          Misalnya amonia (NH3) berbentuk gas tidak berwarna, baunya
   khas: Disimpan dalam keadaan cair pada tekanan 10 atmosfir. Titik
   leleh: - 77°C dan titik didih: -33°C. Akan menyala sendiri pada suhu
   629°C. Gas ini mempengaruhi kulit, pencernaan dan pernafasan.
   Meledak dari wadahnya bila terkena nyala api.
          Terjadinya pencemaran karena perlakuan yang tidak
   semestinya terhadap bahan tersebut, mulai dari penanganan awal
   sampai kepada distribusi. Kontak dengan hawa panas, wadah
   terbuka, kebocoran dan tercecer menyebabkan bahan ini terbuang
   dengan media pencemar udara ataupun air.

B. Jenis Pencemar

        Berbagai jenis pencemar ditemukan dalam limbah ataupun
   bahan untuk keperluan rumah tangga. Bahan ini dapat ditemukan
   sebagai bahan kimia organik atau anorganik, di dalam limbah maupun



596
tidak. Daya pencemaran yang ditimbulkan selain dari sifat yang
  dimiliki juga tergantung pada volume. Tabel 6 adalah contoh bahan
  yang secara umum ditemukan baik sebagai bahan baku, penolong
  dan bahan jadi maupun juga ditemukan sebagai limbah.

C. Volume Limbah
         Semakin besar volume limbah, pada umumnya, bahan
  pencemarnya semakin banyak. Hubungan ini biasanya terjadi secara
  linier. Oleh sebab itu dalam pengendalian limbah sering juga
  ditipayakan pengurangan volume limbah. Kaitan antara volume
  limbah dengan volume badan penerima juga sering digunakan
  sebagai indikasi pencemaran. Perbandingan yang mencolok
  jumlahnya antara volume limbah dan volume penerima limbah juga
  menjadi ukuran tingkat pencemaran yang ditimbulkan terhadap
  lingkungan. Misalnya limbah sebanyak 100 m3 air per 8 jam
  mempunyai konsentrasi plumbum 4 mg/hari dialirkan ke suatu sungai
  yang mempunyai debit 8.000 m3 per jam.

D. Frekuensi Pembuangan Limbah
        Pabrik yang secara kontinu membuang limbah berbeda dengan
  pabrik yang membuang limbah secara periodik walau konsentrasi
  pencemar sama, dan jumlah buangannya pun sama. Pengaruh
  terhadap lingkungan mengalami perbedaan.
        Dalam hal sering tidaknya suatu pabrik membuang limbah
  tergantung terhadap proses pengolahan dalam pabrik. Artinya volume
  air buangannya tergantung dari volume produksinya. Semakin tinggi
  produksi semakin tinggi volume limbahnya. Ada pabrik yang dalam
  periode tertentu jumlah airnya melebihi daripada kondisi sehari-hari.
  Setiap lima hari dalam sebulan volume limbahnya sangat berlebih,
  kecuali bila pabrik blow down. Atau ada pabrik yang hanya
  membuang limbah sekali dalam seminggu sedangkan pada hari-hari
  lainnya tidak. Semakin banyak frekuensi pembuangan limbah,
  semakin tinggi tingkat pencemaran yang ditimbulkan.
E. Dampak Pencemaran

         Dampak pencemaran limbah terhadap lingkungan harus dilihat
  dari jenis parameter pencemar dan konsentrasinya dalam air limbah.


                                                                   597
Dari satu sisi suatu limbah mempunyai parameter tunggal dengan
  konsentrasi yang relatif tinggi, misalnya Fe. Di sisi lain ada limbah
  dengan 10 parameter tapi dengan konsentrasi yang juga melewati
  ambang batas. Persoalannya bukan yang mana lebih baik daripada
  yang terburuk, melainkan yang manakah seharusnya lebih mendapat
  prioritas.
  1. Pencemaran Limbah Cair
            Parameter fisika, kimia dan biologis diukur melalui
      komponen bahan yang terdapat dalam air limbah. Tabel berikut
      menunjukkan jenis parameter umum yang diukur dari berbagai
      kepentingan dengan kegiatan pengendalian lingkungan.
       Parameter Fisika
         Yang dimaksud dengan parameter fisika adalah berbagai sifat
         air yang dapat ditetapkan dengan cara pengukuran secara
         fisis seperti kekeruhan, salinitas, daya hantar listrik, bau, suhu,
         lumpur dan lain-lain. Kekeruhan air menunjukkan bahwa
         dalam air banyak partikel yang larut, terendap, melayang dan
         terapung yang terdiri dari berbagai persenyawaan. Partikel ini
         berupa peruraian dari zat organik, jasad renik, lumpur dan
         tanah fiat. Adanya partikel tersebut membatasi cahaya sinar
         matahari masuk dalam air sehingga menghalangi reaksi foto
         sintesa. Di antara partikel ini ada yang bersifat membawa
         kesuburan bagi tanaman air tertentu.
         Berbeda halnya dengan kadar salinitas yang menunjukkan
         kadar garam dalam air. Semakin tinggi kadar garam air
         semakin asin dan penggunaannya pun terbatas. Tingkat
         konduktifitas air diukur dengan daya air untuk mengantarkan
         arus listrik. Tingginya konduktifitas air menyatakan bahwa
         terdapat ion yang cukup baik menghantarkan listrik terutama
         ion logam. Padatan yang terdapat dalam air limbah yaitu
         bahan yang tersisa apabila limbah disaring atau divapkan.
         Padatan ini terdiri padatan terlarut, mengendap dan
         tercampur.
         Jenis parameter pencemar secara fisis dalam kapasitas
         tertentu mengakibatkan perubahan badan penerima. Adanya
         perubahan itu maka fungsi penggunaan air tidak sesuai lagi


598
dengan peruntukannya. Keruh, berbau, berwarna, rasa asin
    dari lain-lain adalah indikasi yang menyatakan perubahan
    kualitas badan penerima. Apabila kondisi pencemaran ini tidak
    mengalami perubahan, berarti daya dukung lingkungan tidak
    mampu menetralisasi parameter pencemar tersebut.
   Parameter Kimia
    Sebagian besar senyawa kimia dalam air termasuk dalam
    kategori kimia organik maupun anorganik. Parameter kimia
    paling dominan dalam mengukur kondisi badan air akibat
    buangan industri. Barangkali parameter ini yang paling hanya
    menciptakan kecemaran dan bahaya terhadap lingkungan.
    Oksigen mempunyai peranan penting dalam air. Kekurangan
    oksigen dalam air mengakibatkan tumbuhnya mikroorganisme
    dan bakteri. Bakteri berfungsi untuk menguraikan zat organik
    dalam air. Dalam air terjadi reaksi oksigen dengan zat organik
    oleh adanya bakteri aerohik. Atas dasar reaksi ini dapat
    diperkirakan bahan pencemar oleh zat organik.
   Keasaman Air
    Nilai keasaman air (pH) ditentukan oleh banyaknya ion
    hidrogen yang terlarut dalam air. Keasaman mempunyai nilai
    antara 1-14. Kondisi air normal, bila tingkat keasaman berkisar
    antara 6,5 s/d 8,5. Air yang mempunyai tingkat keasaman
    tinggi mengakibatkan kehidupan makhluk dalam air menjadi
    terancam. Yang membuat air menjadi asam adalah buangan
    yang mengandung asam, seperti asam sulfat dan klorida.
    Keasaman air yang rendah membuat air sukar berbuih, karena
    mengandung zat seperti kalium, natrium. Keasaman tinggi
    maupun rendah membuat air menjadi steril yang
    mengakibatkan tidak dapat dipergunakan.

   Logam Berat
    Yang termasuk logam berat adalah besi, air raksa (merkuri),
    cadmium, chromium, nikel, plumbum dan lain-lain. Sebagian
    besar logam ini ditemukan dalam buangan berbentuk
    anorganik. Kandungan logam dalam buangan dan badan
    penerima mengurangi penggunaan air. Logam termasuk
    bahan beracun.


                                                               599
Tabel 6.7. Jenis parameter pencemar yang diukur dalam air limbah


No                     Parameter                     Satuan       Keterangan
 I    Yang termasuk parameter pencemaran
      fisika :
      1. Warna                                        Pt Co
      2. Kekeruhan                                    mg/1
      3. Salinitas                                    0/00
      4. Konduktifitas                               M ohms
      5. Padatan total                                mg/1
      6. Suspensi solid                               mg/1
      7. Padatan terlarut
      8. Bau                                            -
      9. Temperatur                                    oC
II    Yang    termasuk      parameter      kimia
      anorganik
      1. Konsentrasi ion hidrogen                       -
      2. Zat-zat organik                              mg/1
      3. COD                                           -“-
      4. BOD
      5. Kesadahan                                      -“-
      6. Kalsium
      7.    Magnesium                                   -“-
      8.    P. alkalinitas
      9.    M. alkalinitas                              -“-
      10.   CO2
      11.   Garam-garam karbonat
      12.   Nitrit                                      -“-
      13.   Nitrat                                      ^_
      14.   Chlorida
      15.   Sianida
      16.   Silika                                      -“-
      17.   Phosphat
      18.   Amoniak
      19.   Besi                                        -“-
      20.   Timbal
      21.   Natrium
      22.   Kalium                                      -“-
      23.   Tembaga




600
No                      Parameter             Satuan      Keterangan
      24. Seng mg/1
      25. Arsen
      26. Mangan                                 -“-
      27.   Chrom
      28.   Air raksa
      29.   Nikel
      30.   Fluorida

      Organik :
      1.    Minyak dan lemak mg/1
      2.    Pestisida                            -“-
      3.    Hidrokarbon
      4.    Chloroforen
      5.    Protein mg/1
      6.    Fenol
III   Yang termasuk parameter biologis
      1. Bakteri dan jenis-jenisnya          Banyak per
                                               100 ml
      2.    Organisme phatogen.              Banyak per
                                               100 ml
IV    Radioaktif
      1. Radium 226                            Pci / l
      2.    Strontium 90                       Pci / l


             Dalam konsentrasi tertentu bila termakan manusia
       membahayakan kesehatan bahkan mengancam kehidupan.
       Plumbum dapat menyebabkan mabuk dan merupakan racun yang
       berakumulasi. Nikel dan chrom bersifat racun dan dapat
       menyebabkan kanker walaupun dalam jumlah kecil. Adanya
       logam tersebut mengakibatkan terganggunya kehidupan dalam
       air, penggunaan air sebagai air minum, air untuk pertanian, air
       untuk perikanan.
             Plumbum sangatberacun. Dalam air minum hanya diizinkan
       50 mg/liter. Plumbum dapat diendapkan dengan CaOH atau
       NaOH dalam bentuk Pb (OH) 2; dengan NaCO3 dalam bentuk
       PbCO3.
             Merkuri sangat beracun dan dalam air minum hanya
       diizinkan 2 mg/liter. Untuk menghilangkan merkuri dalam air


                                                                  601
dilakukan penyesuaian pH : 5 – 6, dengan asam sulfur dan
      kemudian ditam bahkan sodium sulfida. Diperoleh sulfida yang
      tidak larut yang selanjutnya dapat difiltrasi.
            Minyak dan lemak dalam gugusan ester akan
      terdekomposisi menjadi unsur karbon, hidrogen dan oksigen pada
      suhu tinggi melalui reaksi bahan kimia lain. Sebagian dari minyak
      dan lemak mengapung dan menutup permukaan air sedangkan
      sebagian lagi mengendap berbentuk lumpur. Penghilangan
      minyak dan lemak dalam limbah cair dibahas pada bab
      selanjutnya.
            Fenol menjadi racun bagi ikan pada konsentrasi 2 mg/liter,
      berbau dan terasa pada air minum pada konsentrasi 0,005
      mg/liter. Pada umumnya konsentrasi fenol ditetapkan 0,1 mg/liter
      untuk Best Practical Control Technology Currently Available pada
      tahun 1977 dan 0,02 mg/liter untuk Best Available Control
      Technology Economically Achievable. Untuk mengurangi
      konsentrasi fenol dalam air buangan ada beberapa metode
      perlakuannya antara lain incineration, absorbtion, chemical
      oxidation, biological, daur ulang dan lain-lain. Proses daur ulang
      bila effluent ada sekitar 200 liter/menit dengan konsentrasi 2000
      mg/liter. Ekstraksi menggunakan packed column influent 3000
      mg/liter, efisiensi mencapai 93%.
  2. Pencemaran Limbah Padat

            Pencemaran lingkungan yang ditimbulkan limbah padat
      kemungkinan adalah timbulnya gas beracun, di antaranya asam
      sulfida, amoniak methan, CO2, CO. Limbah dari berbagai macam
      bentuk dan jenis bertumpuk pada satu tempat mengakibatkan
      terjadinya pembusukan dengan bantuan mikroorganisme. Adanya
      musim hujan dan kemarau ganti-berganti, proses pemecahan
      bahan organik oleh bakteri penghancur dalam suasana aerob
      maupun anerob menimbulkan gas.
       Penurunan Kualitas Udara
          Pengaruh terhadap kualitas udara akibat timbulnya gas hasil
          reaksi kimia dalam timbunan limbah. Gas seperti H S, NH 3,
                                                            2

          methane akan terkonsentrasi di udara dengan nilai tartentu.
          Dalam konsentrasi 50 ppm H S membuat mabuk dan pusing.
                                      2




602
Konsentrasi H2S yang diizinkan 30 mg per meter kubik udara.
      Karbon monoksida (CO) berasal dari sisa pembakaran yang
      tidak sempurna. Nilai ambang batas CO 100 ppm = 110 mg
      per meterkubik udara. Amoniak yang berupa gas pada suhu
      dan tekanan normal mempunyai nilai ambang batas 35 mg per
      meter kubik udara.
      Serat asbestos, hidrokarbon, fenol, natrium sulfida, oksida
      logam dari pembakaran, seng, oksida, SO2 yang berasal dari
      bahan padat merupakan racun bagi manusia.

     Penurunan Kualitas Air
      Buangan jenis padat berupa lumpur, buburan dengan tidak
      disadari dibuang bersama air limbah. Demikian juga bentuk
      padatan lain yang tidak ekonomis dibuang langsung ke
      perairan. Padatan tersebut dalam air dipecah dan berurai
      menjadi bahan pencemar lain seperti padatan larut, padatan
      mengendap dan zat organik lain. Kekeruhan air, warna dan
      rasa air berubah. Air menjadi beracun akibat limbah padat
      tersebut.

     Kerusakan Permukaan Tanah
      Timbunan sampah menghasilkan gas nitrogen, hidrogen,
      amoniak dan asam sulfida. Adanya zat merkuri, chrom dan
      arsen menimbulkan gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan,
      merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lain
      seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun dalam areal
      permukaan tanah, menjadi racun.
3. Pencemaran Limbah Gas

        Gas tertentu yang lepas ke udara dalam konsentrasi tertentu
  akan membunuh manusia. Konsen trasi fluorida yang
  diperkenankan dalam udara 2,5 mg/meter kubik. Fluorida dan
  persenyawaannya adalah racun dan mengganggu metabolisme
  kalsium dan enzim. Sedangkan hidrogen fluorida sangat initatif
  terhadap jaringan kulit, merusak paru-paru dan menimbulkan
  penyakit pneumonia.
        Asam sulfida, garam sulfida dan karbon disulfida adalah
  persenyawaan yang mengandung sulfur. Persenyawaan sulfida



                                                               603
dapat terurai dan lepas ke udara menyebabkan kerusakan pada
      sel susunan saraf. Dalam kadar rendah tidak berbau dan bila
      kadar bertambah menyebabkan bau yang tidak enak gejalanya
      cepat menghebat menimbulkan pusing, batuk dan mabuk.
            Uap, yaitu bentuk gas dari zat tertentu tidak kelihatan dan
      dalam ruangan berdifusi mengisi seluruh ruang. Yang harus
      diketahui adalah jenis uap yang terdapat dalam ruangan karena
      untuk setiap zat berbeda.daya reaksinya. Zat-zat yang mudah
      menguap adalah amoniak, chlor, nitrit, nitrat dan lain-lain.
            Debu yaitu partikel zat padat yang timbul pada proses
      industri sepeti pengolahan, penghancuran dan peledakan, baik
      berasal dari bahan organik maupun dad anorganik. Debu, karena
      ringan, akan melayang di udara dan turun karena gaya tarik bumi.
      Debu yang membahayakan adalah debu kapas, debu asbes,
      debu silicosis, debu stannosis pada pabrik timah putih, debu
      siderosis, debu yang mengandung Fe2O3.
            Penimbunan debu dalam paru-paru akibat lingkungan
      mengandung debu yaitu pada manusia yang ada di sekitarnya
      bekerja atau bertempat tinggal. Kerusakan kesehatan akibat debu
      tergantung pada lamanya kontak, konsentrasi debu dalam udara,
      jenis debu itu sendiri dan lain-lain.
            Asap adalah partikel dari zat karbon yang keluar dari
      cerobong asap industri karena pembakaran tidak sempurna dari
      bahan-bahan yang mengandung karbon. Asap bercampur dengan
      kabut/uap air pada malam hari akan turun ke bumi bergantungan
      pada daun-daunan ataupun berada di atas atap rumah.
            Bahan yang bersifat partikel menurut sifatnya akan
      menimbulkan:
       Ransangan saluran pernafasan
       Kematian karena bersifat racun
       Alergi
       Fibrosis
       Penyakit demam

      Bahan yang bersifat gas dan uap menurut sifat-sifatnya akar
      berakibat:
      1. Merangsang penciuman seperti: HC1, H2S, NH3


604
2. Merusak alat-alat dalam tubuh, misalnya CaCI
         3. Merusak susunan saraf: uap plumbum, fluorida
         4. Merusak susunan darah: benzena
               Untuk menghindari dampak yang diakibatk'an limbah melalui
         udara selain menghilangkan sumbernya juga dilakukan
         pengendalian dengan penetapan nilai ambang batas. Nilai
         ambang batas adalah kadar tertinggi suatu zat dalam udara yang
         diperkenankan, sehingga manusia dan makhluk lainnya tidak
         mengdlami gangguan penyakit atau menderita karena zat
         tersebut. Di samping itu masih ada rumusan lain yang diberikan
         khusus bagi para pekerja dalam lingkungan itu. Karena waktu
         kerja manusia pada umumnya 8 jam sehari, 40 jam seminggu,
         maka nilai ambang batas bagi mereka berbeda dengan nilai
         ambang batas pada umumnya. Suatu zat yang sama akan
         berbeda pengetrapannya terhadap kedua obyek yang berbeda,
         misalnya antara manusia dan hewan, antara manusia dengan
         manusia sendiri dalam dua lingkungan yang berbeda.

7.5.     Nilai Ambang Batas

             Daya racun suatu bahan tergantung pada kualitas dan
       kuantitas bahan tersebut. Dengan jumlah sedikit sudah
       membahayakan manusia ini tidak lain karena kualitasnya cukup
       memadai untuk membunuh. Oleh sebab itu pengetahuan akan sifat
       fisika dan kimia bahan beracun dan berbahaya sangat penting bagi
       karyawan yang bekerja dalam pabrik. Kegunaan bahan, akibatnya
       terhadap manusia dan lingkungan, tanaman dan hewan, walau
       sebagai pengetahuan umum sangat penting peranannya. Demikian
       juga sifat bahan terhadap pengaruh temperatur tinggi, terhadap air,
       terhadap benturan dan sebagainya perlu dipahami oleh para
       karyawan di pabrik.
             Nilai ambang batas pada mulanya ditujukan pada karyawan
       yang bekerja di perusahaan industri yaitu untuk menjamin kesehatan
       dan keselamatan kerja selama mereka bekerja dalam pabrik.
       Sebagai karyawan yang bekerja untuk puluhan tahun harus terjamin
       kesehatannya akibat kondisi udara dan lingkungan kerjanya. Udara
       sekelilingnya haruslah memenuhi syarat kesehatan walaupun
       mengandung bahan tertentu.


                                                                      605
Agar udara memenuhi syarat kesehatan maka konsentrasi
      bahan dalam udara ditetapkan batasannya. Artinya konsentrasi
      bahan tersebut tidak mengakibatkan penyakit atau kelainan selama
      delapan jam bekerja sehari atau 40 jam seminggu. Ini menunjukkan
      bahwa di tempat kerja tidak mungkin bebas polusi udara. Nilai
      ambangbatas adalah alternatif bahwa walau apapun yang terdapat
      dalam lingkungan kerjanya, manusia merasa aman. Dalam
      perkataan lain, nilai ambangbatas juga diidentikkan dengan kadar
      maksimum yang diperkenankan.
            Kedua pengertian ini mempunyai tujuan sama. Daya tahan
      manusia atau reaksi fisiologi manusia berbeda terhadap bahan
      tertentu seperti misalnya reaksi suatu bangsa terhadap penyakit
      tertentu. Di samping itu efek cuaca dan dan musim turut
      mempengaruhi konsentrasi sehingga antara satu periode perlu
      mendapat perubahan. Untuk keadaan lain nilai ambang batas ini
      diambil secara rata-rata.
            Pada umumnya satuan yang dipakai untuk nilai ambang batas
      adalah mg/m 3 yaitu bagian dalam sejuta yang disingkat dengan bds
      atau ppm (part per million). Satuan mg/m 3 biasanya dikonversikan
      kepada satuan mg/liter melalui:
                   mg / liter            273  t o C   760
           ppm               X 22,400 X             X
                     M                      273         P

      ppm = part per million (bagian dalam sejuta)
      M    = berat molekul
      p    = tekanan dalam mm. Hg.
      t    = suhu dalam derajat Celcius
      mg/1 = satuan untuk ppm

           Antara satu senyawa dengan senyawa lain berbeda nilai
      ambang batasnya dan antara senyawa itu sendiri juga berbeda untuk
      waktu yang berbeda pula.
           Tabel kualitas udara standar untuk gas dan debu di Amerika
      sebagai ppm.




606
Tabel 7.8. Konsentrasi zat tertentu yang diizinkan dalam lingkungan kerja
                                          Waktu
         Senyawa                                                     Wilayah
                            24 jam        1 jam       P jam

Carbon monoksida           -           120 ppm     30 ppm       Kalifornia.
                           -           60          15           New York
Iluurida sebagai HP        0,001       -           -            New York
                                                                Rural
                           0,002       -           -            New York - Urban
                           0,004       -           -            New York -
                                                                Industrial
Ilidrogen sulfida          -           -           0,05         Kalifornia
                                                   (30 menit)
Nitrogen dioksida          -           0,25        -            Kalifornia
Sulfur dioksida            0,08        0,21        -            Rural
                           0,15        0,32        -            Industrial
Plurnbum (debu)            -           -           0,005        Montana
                                                   (30 hari)
Sulfat sebagai H 2SO4      -                       - 0,01
(suspended)                                        (30 hari)
Particulate                -           -           0,12         Kolorado (3
                                                                bulan)
Matter


       Tabel 7.9. Beberapa zat pencemar dan jenis gangguan yang ditimbulkan
             Bahan                                            Jenis gangguan
No.                                Sumber
          pencemar                                           yang ditimbulkan
1              2                          3                          4
1.      Aldehid          - Pemanasan lemak,           - gangguan pada rongga
                           minyak dan gliserol          saluran pernapasan
2.      Amoniak          - proses kimia dari          - radang saluran pernafasan
                           pembuatan celup,
                           eksplosif dan pupuk
3.      Arsen            - pengolahan metal           - merusak sel darah, ginjal dan
                           atau asam yang               menyebabkan penyakit kuning
                           Mengandung arsen,
                           pematrian
4.      Hidrogen         - fumigasi: perapian tungku, - mengganggu sel saraf,
                           industri kimia               menyebabkan kekeningan
                           dan metal pialing            kerongkongan, penglihatan
                                                        kabur dan sakit perut
5.      Chlorine         - Pengelantangan tekstil     - mengganggu sistern
                           dan pencucian fluor, serta   pernafasan dan selaput mato
                           proses kimia                 serta menyebabkan kerusakan
                                                        paru-paru



                                                                                  607
Bahan                                            Jenis gangguan
 No.                             Sumber
        pencemar                                          yang ditimbulkan
   6. Natrium           - Sisa pembakaran           - gangguan aktivitas "cilia”
                          kendaraan bermotor, soft-   sehingga debu langsung
                          coal                        masuk paru-paru
   7. Phosgenes         - industri kimia dan celup  - batuk-batuk dan kadang-
                                                      kadang gatal pada paru-paru

   8. Suspendid         - pembakaran sampah            - paru-paru bengkak, gangguan
      partikel (abu,      atauindustri                   pada mata dan mungkin
      asap)                                              kanker
   9. Karbon          - pembakaran tak                 - kapasitas angkut O2 darah
      monoksida         sempurna bahan yang              menurun gangguan janin
                        mengandung carbon                dalam kandungan
                      - proses industri/pabrik         - gangguan pada pembuluh
                        asap rokok                       darah jantung, fungsi panca
                      - Kebakaran hutan                  indera berkurang
 10.   Oksida foto    - pembusukan bahan               - kemampuan belajar/berpikir
       kimiawi (kabut- organik                           berkurang
       asap, smog)    - polusi bersifat oksidasi (di   - sakit pernafasan
                        perkotaan)                     - penyakit nadi jantung
                      - akibat kombinasi uap HC        - gangguan pada math
                        yang bersenyawa dengan         - mengurangi fungsi ozon
                        NO dan kena sinar                menahan sinar infra me rah
                        matahari, menghasilkan           matahari sehingga menaikkan
                        ozon dan lain-lain               kematian
                      - knalpot mobil & kombinasi
                        dengan zat lain
 11.   Sulfat         - reaksi atmosfer SO,            - penyakit pernafasan (asthma,
                      - mobil dengan alat untuk          bronchitis kronis)
                        mengurangi HC dan CO
                        (mobil baru dengan
                        catalytic converters)
 12.   Timah hitam    - Pabrik baterai/aki             -
                                                      gangguan jiwa/perilaku
       (Plumbum, Pb) - asap mobil                      -
                                                      kekurangan darah
                      - radiator mobil                 -
                                                      muntah, kejang-kejang
                      - timah hitam di udara           -
                                                      gangguan fungsi ginjal
                      - dari pabrik pengecoran         -
                                                      gangguan sistem syaraf
                        metal bukan besi               -
                                                      gangguan otak
                                                       -
                                                      kelihatan lekas tua
                                                       -
                                                      berat badan berkurang
                                                       -
                                                      kelainan jenis dalam
                                                      kandungan
 13.   Oksida bale-     - hasil pembakaran (batu    - gangguan sensofik dan
       rang             - bara, minyak bahan cellu-   pernafasan serta gangguan



608
Bahan                                                Jenis gangguan
No.                              Sumber
        pencemar                                              yang ditimbulkan
                       - losa), proses industri           kesehatan lainnya
                                                        - kerusakan pabrik dan korosi
14.   Benda bentuk     -   kebakaran hutan              - asthma dan pernafasan
      butiran          -   gunung meletus                 terganggu
                       -   PLTB                         - batuk bertambah
                       -   proses dalam pabrik dan      - menambah kematian
                           lain-lain.
15.   Sulfur diok-     -   pengecoran biji logam        -   gangguan pernafasan
      sida (SO2)           yang mengandung              -   asthma, bronchitis
                           belerang                     -   kronis, emfisema paru
                       -   pembakaran bahan bakar       -   mata terganggu (berair)
                           fosil yang mengandung        -   menambah kematian
                           belerang
16.   Nitrogen oksi-   -   pembakaran dalam mesin       - penyakit paru (emfisema)
      da NO.           -   pembakaran strasioner        - penyakit pembuluh darah
                       -   pabrik bahan peledak           jantung
                                                        - radang ginjal kronis
17.   Fluorida         - pemanasan dengan suhu          - merusak tanaman jeruk dan
      hidrogen           tinggi danbijih2, tanah liat     hasil pertanian lain; kerusakan
                         dan flux yang                    pada gigi dan tulang ternak
                         mengandung fluorine              yang makanannya mendapat
                         berasal dari pabrik              kontaminasi (pencemaran) itu
                         keramik, pabrik reduksi
                         aluminium , pabrik
                         suprafosfat
18.   Nikel (Ni)       - industri stainless             - dermavitis (perusak kulit)
                       - industri baja, anode plat      - nikel karbonal menyebabkan
                       - listrik                          kanker paru dan hidung
                       - pembakaran minyak bumi,        - pusing, sakit dada dan
                         batu bara                        muntah-muntah
                       - racun dalam makanan
                         (gandum) dan minuman
                         (air buah)
19.   Vinilchlorida    - pabrik PVC (palyvinil          - bisa menggugurkan
      (VC)               chlorida)                        kandungan
                       - plastik pembungkus             - janin abnormal
                         makanan                        - kanker hati
                       - kaleng aerosol
                       - kosmetika, parfum
                       - wall paper
                       - alat-alat dapur




                                                                                      609
Bahan                                                 Jenis gangguan
 No.                             Sumber
         pencemar                                                yang ditimbulkan
 20.   Policromi-       - campuran termoplastik         -   reproduksi terganggu
       natphenyl        - plastik pada mesin tik,       -   kerusakan fungsi hati
                          mesin hitung, alat baca       -   gangguan fungsi syaraf
                          mikro film, radio, alat TV,   -   teratogenic agent
                        - termostat                     -   leukemia
                        - alami (batu, tanah, sinar     -   kanker tulang
                          kosmos)                       -   gangguan pada genetika
                        - pengetesan senjata nuklir
 21.   Strontium -90    - pusat tenaga nuklir
       dan lain-lain    - tambang uranium
 22.   Warangan         - bahan pestisida               - peradangan pada usus
       (arsenoas)       - bahan herbisida               - detak jantung tak teratur
                        - industri cat,                 - kelemahan otot
                        - galas dan keramik             - kehilangan nafsu makan
                        - pengawet kayu                 - susah buang air besar
                        - pembakaran batu               - Karcinogenik
                        - bara                          - Peradangan hidung dan
                        - pengecoran Pb                   selaput lendir
 23.   Asbes            - tambang/pabrik ashes          - asbestosis
                        - bahan penolak kebakaran       - karcinogenik, terutama
                        - gedung/bangunan yang            menyerang paru dan usus
                          mengandung asbes
 24.   Barium (Ba)      - dicampur dengan bahan         - baritosis
                          bakar di sel                  - gangguan jantung dan
                        - barium sulfat tak beracun       hipertensi
                                                        - gangguan ginjal
 25.   Berilium         - industri perunggu        - berilosis
                        - industri pembuatan lampu - peradangan seluruh sistern
                          neon                       pernafasan
                                                   - lemah badan
                                                   - berat badan berkurang
 26.   Hidrokarbon      Bahan racun jenis:         - keracunan, dengan gejala
       berchlori        - DDt                        pening, nafsu makan
       - DDT            - Hexachlorida               berkurang, fungsi hati
       - Hexachlorida   - Dieldrin                   terganggu, hiperaktivitas
       - Dieldrin       - Aldrin                   - bahan karcinogenik
       - Aldrin         - Endrin                   - perubahan genetika
       - Endrin         - Chioridan
       - Chlordan
       - dll.
 27.   Organofosfat     Bahan racun jenis:              - gejala keracunan: pening,
       - paratnion      - malathion                       muntah, kram perut, kejang-
                        - diazinon                        kejang, dan mati. Jika tak fatal,



610
Bahan                                           Jenis gangguan
No.                           Sumber
        pencemar                                         yang ditimbulkan
                   - atrazin                        dapat mengganggu fungsi hati,
                   - simazin                        gangguan syaraf, kelainan
                                                    waktu lahir.
28.   Carbamat     - baygon                       - gejala     keracunan     pada
                   - carbaryl dll.                  umumnya        sama    dengan
                                                    organo fosfat.
29.   Herbisida    - pemusnah rumput              - sebagai bahan karcinogenik
      (pemusnah    - turunan urea
      daunan)
30.   Fungisida    - captan phatalimida           - bahan karcinogenik
                                                  - bahan teratogenik
                                                  - bahan mutagenik (efek seperti
                                                    thalidomid)
31.   Cadmium      - industri plat                - melalui       saluran      dan
                   - listrik                        pencernaan makanan
                   - baterai nikel                - lelah, gugup, mulut kering
                   - cadmium                      - pancaindera terganggu
                   - pewarna plastik              - radang tenggorokan
                   - pewarna cat                  - emphisema
                   - pipa galvanisasi             - cirhosis hepatitis
                   - racun dalam makanan          - air kencing keruh
                     kaleng                       - hipertensi
32.   Chlorine     - pemrosesan chlotine          - edema paru-paru
      (C.)           dalam pabrik kertas          - bronchitis
33.   Chromium     - industri stainless steel     - kanker saluran pernaasan
      (CT)         - penyamakan kulit             - infeksi kulit (dermatitis)
                   - industri film
                   - pembakaran batu-bara
                     dan sampah
34.   Fluorida     - pabrik pupuk fosfat          - kekurangan fluor:
                   - pembakaran batu bara           caries gigi
                   - pabrik logam, aluminium,     - kelebihan fluor:
                     baja, galas, ubin            - akumulasi protein pada otot,
                                                    tulang, resobsi tulang
                                                  - kelahiran mongoloid
35.   Air raksa    -   industri pemakai air raksa - keracunan metil Hg:
                                                    kelainan syaraf
                   -   penggunaan pestisida air - kesulitan menelan,
                       raksa "                    - buta, tuli, lumpuh
                   -   industri kertas            - kelainan fungsi ginjal
                   -   ikan dengan keracunan air - cacat lahir
                       raksa dimakan manusia      - membawa kematian




                                                                                 611
Bahan                                             Jenis gangguan
 No.                             Sumber
         pencemar                                           yang ditimbulkan
 36.   Oksidan-          - reaksi fotokimia di       - gangguan sensorik dan
       oksidan             atmosfer oksida nitrogen,   pernafasan serta kes ehatan
                           gas organik, uap-uap dan    lain
                           radiasi rnatahari         - pengurangan ketajaman
                                                       penglihatan karena aerosol
                                                       fotokimia
 37.   Monoksida         - kendaraan yang memakai - penurunan dari daya tampung
       karbon              bahan bakar minyak,         darah untuk oksigen
                         - pembakaran minyak,
                           proses industri
 38.   Hidrokarbon     - pembakaran minyak,          - penurunan penglihatan,
       total berbentuk   proses                        gangguan sensorik, gangguan
       gas             - industri, penguapan           kerusakan pabrik
                         hidrokarbon
 39.   Oksida nitrogen - pembakaran m inyak,         - penurunan penglihatan,
                         proses industri               gangguan sensorik, gangguan
                                                       k&sehatan lain
 40.   Aldehid           - pembakaran minyak,        - gangguan sensorik,
       alipatik total,     pembakaran limbah,          pengurangan penglihatan,
       formaldehida        reaksi fotokimia di         gangguan kesehatan lainnya
       dan ecrolein        atmosfer
       fluorine
 41    Bahan-bahan       - pembakaran mesin,         - pengurangan penglihatan,
       partikel            proses industri, proses     pengotoran permukaan
                           alami
 42    Sulfida           - coke, destilasi ter,      - gangguan bau dan dapat
                           penyulingan minyak dan      menyebabkan kematian dalam
                           gas alam, pembuatan         dosis yang tinggi
                         - viscoserayon dan proses
                           kimia tertentu



7.5.1. Pengolahan Limbah Industri

      Bagi pengusaha yang belum sadar terhadap akibat buangan
mencemarkan lingkungan, tidak punya program pengendalian dan
pencegahan pencemaran. Oleh sebab itu bahan buangan yang keluar
dari pabrik langsung dibuang ke alam bebas. Kalau limbah cair langsung
mempergunakan sungai atau parit sebagai sarana pembuangan limbah.
Kalau limbah padat memanfaatkan tanah kosong sebagai tempat
pembuangan. Kalau limbah gas/asap cerobong dianggap sarana yang
baik pembuangan limbah.



612
Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung
senyawa pencemaran yangberakibat menciptakan kerusakan terhadap
lingkungan atau paling tidak potensial menciptakan pencemaran. Suatu
perkiraan harus dibuat lebih dahulu dengan jalan mengidentifikasi:
sumber pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem pengolahan,
banyaknya buangan dan jenisnya, kegunaan bahan beracun dan
berbahaya yang terdapat dalam pabrik.
      Dengan adanya perkiraan tersebut maka program pengendalian
dan penanggulangan pencemaran perlu dibuat. Sebab limbah tersebut
baik dalam jumlah besar atau sedikit dalam jangka panjang atau jangka
pendek akan membuat perubahan terhadap lingkungan, maka diperlukan
pengolahan agar limbah yang dihasilkan tidak sampai mengganggu
struktur lingkungan. Namun demikian tidak selamanya harus diolah
sebelum dibuang ke lingkungan. Ada limbah yang langsung dapat
dibuang tanpa pengolahan, ada limbah yang setelah diolah dimanfaatkan
kembali. Dimaksudkan tanpa pengolahan adalah limbah yang begitu
keluar dari pabrik langsung diambil dan dibuang. Ada beberapa jenis
limbah yang perlu diolah dahulu sebab mengandung pollutant yang dapat
mengganggu keles tarian lingkungan Limbah diolah dengan tujuan untuk
mengambil barang-barang berbahaya di dalamnya dan atau mengurangi/
menghilangkan senyawa-senyawa kimia atau nonkimia yang berbahaya
dan beracun. Mekanisme pengolahan limbah dapat dilihat pada bagan
7.22.




                                                                 613
Bahan baku
                        Sumber Daya Lingkungan



                                  Industri



                                                              Produk

        Limbah             Beracun & Berbahaya


                                                         Konsumen

                           Pengolahan




      Daur ulang                        Pembuangan            Limbah




       Produk



                                                               Pengolahan

      Konsumen                          Limbah



                                                       Pembuangan
                                                      Memenuhi Syarat


                   Gambar 7.22. Mekanisme Pengolahan Limbah




614
Pengolahan limbah berkaitan dengan sistem pabrik. Ada pabrik
yang telah mempergunakan peralatan dengan kadar buangan rendah
sehingga buangan yang dihasilkannya tidak lagi perlu mengalami
pengolahan. Bagi pabrik seperti ini memang telah dirancang dari awal
pembangunan. Buangan dari pabrik berbeda satu dengan yang lain.
Perbedaan ini menyangkut pula dengan perbedaan bahan baku,
perbedaan proses. Suatu pabrik sama-sama mengeluarkan limbah air
namun terdapat senyawa kimia yang berbeda pula.
       Karena banyaknya variasi pencemar antara satu pabrik dengan
pabrik lain maka banyak pula sistem pengolahan. Demikian banyak
macam parameter pencemar dalam suatu buangan, akibatnya
membutuhkan berbagai tingkatan proses pula. Limbah memerlukan
penanganan awal. Kemudian pengolahan berikutnya. Pengolahan
pendahuluan akan turut menentukan pengolahan kedua, ketiga dan
seterusnya.
       Kekeliruan penetapan pengolahan pendahuluan akan turut
mempengaruhi pengolahan berikutnya. Di dalam penetapan pilihan
metode keadaan limbah sudah seharusnya diketahui sebelumnya.
Parameter limbah yang mempunyai peluang untuk mencemarkan
lingkungan harus ditetapkan. Misalnya terdapat senyawa fenol dalam air
sebesar 2 mg/liter, phosphat 30 mg/liter dan seterusnya.
       Dengan mengetahui jenis-jenis parameter di dalam limbah maka
dapat ditetapkan metode pengolahan dan pilihan jenis peralatan. Sekali
sudah ditetapkan inetode dan jenis peralatan maka langkah berikutnya
adalah sampai tingkat mana diinginkan menghilangkan/ pengurangan
senyawa pencemarnya. Berapa persenkah kita inginkan pengurangan
dan sampai di mana efisiensi peralatan harus dicapai pada tingkat
maksimum.
       Penetapan efisiensi peralatan, dan standar buangan yang
diinginkan akan mempengaruhi ketelitian alat, volume air limbah, sistem
pemipaan, pemasangan pipa, pilihan bahan kimia dan lain-lain.
       Dalam mendesain peralatan, variabel tadi harus dapat dihitung
secara tepat. Belum ada suatu jaminan hahwa satu unit peralatan dapat
mengendalikan limbah sesuai dengan yang dikehendaki. Sebab di dalam
satu unit peralatan terdiri dari berbagai macam kegiatan mulai dari
kegiatan pendahuluan sampai kegiatan akhir.



                                                                   615
Walaupun terdiri dari berbagai kegiatan namun tidak semua
jeniskegiatan dipraktekkan, mungkin dengan kombinasi dari beberapa
kegiatan saja limbah sudah bebas polusi.
      Adapun jenis kegiatan dalam pengolahan air limbah dapat diuraikan
dalam tabel 7.10.
                          Tabel 7.10 Jenis kegiatan dan tujuannya
 No.         Jenis kegiatan               Peralatan            Tujuan pengolahan
 1.    Penyaringan                  Barscreen                Untuk menyaring bahan
                                    dan Macks kasar          kasar dan padat
 2.    Menangkap pasir              Grit chamber             Menghilangkan pasir
                                                             dan }coral
 3.    Menangkap lemak              Skimmer &                Memisahkan bahan-
       dan buih                     Greasetrap               bahan terapung
 4.    Perataan air                 Tangki ekualisasi        Meratakan konsentrasi
 5.    Nctralisasi                  Bahan kimia              Menetralkan air
 6.    Pengendapan                  Tangki pengendap         Mengendapkan lumpur
                                                             dengan bahan kimia
 7.    Pengapungan.                 Tangki Pengapung         Menghilangkan senyawa
                                                             terlarut dengan bantuan
                                                             udara
 8.    Lumpur aktif                 Bak (kolam)              Menghilangkan larutan
                                                             organik biologis
 9.    Trickling filter             Saringan                 Menghilangkan larutan
                                                             organik biologis
10.    Acrasi                       Tangki dan Scompresor    Menghilangkan larutan
                                                             organik
11.    Karbon aktif                 Saringan dengan          Menghilangkan senyawa
                                    karbon aktif             organik yang tidak dapat
                                                             berurai
12.    Pengendapan ki-              Tangki pengendap dan     Mengendapkan bahan
       min                          bahan kimia              kimia
13.    Nitrifikasi                  Menara                   Menghilangkan nitrat dan
                                                             nitrit
14.    Chlorinasi                   Bahan kimia              Menghancurkan bakteri
                                                             pathogen


      Pengolahan limbah sexing harus menggunakan kombinasi dari
berbagai metode, terutama limbah berat yang banyak mengandung jenis
parameter/Jarang perusahaan mempergunakan satu proses dan hasilnya
baik. Pilihan peralatan berkaitap dengan biaya, pemeliharaan, tenaga ahli
dan kualitas lingkungan. Untuk beberapa jenis pencemar telah ditetapkan



616
metode treatment-nya. Pilihan ini didasarkan atas beberapa referensi dan
pengalaman yang telah dicoba berulang kali sampai diperoleh hasil
maksimum .
    Di bawah ini disajikan jenis pencemar dengan metodenya.

   Tabel 7.11. Beberapa parameter pencemar dan pilihan peralatan pengolahan

 No.     Parameter pencemar                Pilihan metode peralatan
  1.   Suspensi solid          Sedimentasi, clarification,
                               floatation, coagulation,
                               flocculation, filtration,
                               microscreening.
  2.   Minyak dan lemak        Crauityseparation, skimming
                               dissolved air flotation,
                               autsorbtion filtration.
  3.   Bahan-bahan anorganik   Aeration & sedimentation, coagulation &
                               sedimentation, ion exchange, softening dan
                               filtration.
  4.   Cuper (tembaga)         Coagulation & precipitation, ion exchange.
  5.   Chromium                Reduction dan precipitation, ion exchange,
                               electro chemical.
  6.   Phosphor                Chemical precipitation, ion exchange, chemical
                               precipitation.
  7.   Seng                    Chemical precipitation, ion exchange, chcmi
                               cal preciplalion.
  8.   Total dissolved solid   Reverse osmosis, ion exchange, evaporation,
                               electrodalysis distalation.
  9.   Sludge                  Flotation, thickening, evaporation coagulation
                               & flocculation, centrifugation, land fill,
                               anaerobic, incineration, kolam atabilisasi.
 10.   Keasaman dan Kebasan    Netralisasi


    Air limbah mungkin terdiri dari satu atau lebih parameter pencemar
melampaui nilai yang ditetapkan. Kemungkinan di dalamnya terdapat
minyak dan lemak, bahan anorganik seperti besi, aluminium, nikel,
plumbum, barium, fenol dan lain-lain sehingga perlu kombinasi dari
beberapa alat. Untuk menurunkan BOD dan COD dapat dilakukan
dengan metode aerasi dan ternyata metode ini juga cukup baik untuk
melakukan pengeridapan suspensi solid.
    Ada beberapa proses yang dilalui air limbah agar limbah ini benar-
benar bebas dari unsur pencemaran. Tingkatan proses dimaksudkan



                                                                                617
adalah sesuai dengan tingkatan berat ringannya. Pada mulanya air
limbah harut dibebaskan dari benda terapung atau padatan melayang.
Untuk itu diperlukan treatment pendahuluan. Pengolahan selanjutnya
adalah    mengendapkan     partikel-partikel  halus   kemudian   lagi
menetralisasinya. Demikian tingkatan ini dilaksanakan sampai seluruh
parameter pencemar dalam air buangan dapat dihilangkan.


7.5.2. Pengolahan Limbah Cair

      Pada bab ini akan dibahas aspek perencanaan dan perhitungan
dari beberapa teknologi pengolahan limbah secara sederhana yang
ditujukan bagi para praktisi yang ingin mengetahui lebih mendalam
masalah teknologi pengolahan limbah, rumus-rumus yang dipakai
dalam buku ini telah disederhanakan dan banyak menggunakan
pengalaman emoiric dari para ahli yang telah menggeluti dan banyak
melakukan percobaan dari teknologi tersebut.



                USAHA/             PROSES            PRODUK
               INDUSTRI


                                   LIMBAH



           PERATURAN
           PER-UU-AN,            PENGELOLAAN
           PERSY, IZIN



          PERUSH.
                                LINGK. AMAN             MASY.
       (TERCIPTANYA
                                                        AMAN
        IKLIM SEJUK


  Gambar 7.23 . Pinsip dasar usaha kegiatan yang berwawasan lingkungan


Dalam perencanaan terdapat berbagai ragam istilah yang lazim
digunakan dalam menentukan ukuran/dimensi atau tingkat beban dari
limbah yang akan ciproses. Pengertian dasar dari berbagai ragam


618
istilah tsb adalah sbb:
a) Hydraulic Load : Artinya adalah jumlah volume limbah yang
                        perlu diolah dalam sehari, biasanya dalam
                        bentuk m3/hari.
                        Misalnya hydraulic load limbah dari suatu
                        asrama adalah 40 m3/hari, maka artinya
                        volume limbah yang dihasilkan dari penghuni
                        dan kegiatan asrama tersebut setiap harinya
                        adalah 40 m3.
b) Flow time          : Artinya berapa lama seluruh volume limbah
                        tersebut mengalir karena pada kenyataannya
                        aktivitas manusia yang menghasilkan limbah
                        tidak konstant sehari penuh. Mis alnya flow time
                        dari asrama tersebut diatas adalah 14 jam.
                        Artinya limbah mengalir hanya dalam periode
                        14 jam (mis dari jam 6.00 s/d jam 20.00) dan
                        seterusnya selama 10 jam aliran berhenti.
c) Flow rate          : Artinya adalah volume aliran limbah per jam.
                        Misalnya untuk kasus diatas maka Peak flow
                        adalah 40 m3/14 jam = 2.86 m3/jam.
d) Peak Flow          : Aca waktu waktu tertentu dimana aliran limbah
                        lebih banyak dibanding waktu lainnya, misalnya
                        kegiatan pada pagi hari dimana seluruh
                        penghuni asrama pada mandi, cuci pakaian,
                        dlsb. Tetapi sebaliknya juga ada waktu tertentu
                        dimana aliran limbah hanya sedikit, sehingga
                        biasanya untuk basis perhitungan diambil
                        secara rata rata (Flow Rate)
e) Organic Load : Istilah yang mencerminkan jumlah beban
                        organik yang ada didalam limbah yang akan
                        diolah dan ini ditunjukkan oleh kandungan BOD
                        dan COD. Ada beberapa satuan yang lazim
                        dipakai ialah mg/Itr, kg/m3, kg,'hari, dlsb.
                        Lepas dari apa satuan yang dipakai tetapi pada
                        intinya sama saja.
                        Misalnya limbah asrama tersabut diatas
                        mempunyai BOD = 300 mg/Itr dan COD = 400


                                                                    619
mg/Itr. Maka bisa juga disebut bahwa : BOD
                       load limbah asrama = 12 kg/hari COD load
                       limbah asrama = 16 kg/hari
f) Hydraulic Retention Time atau Detention time                                  :
                       Sering juga disingkat dengan istilah HRT yang
                       artinya adalah berapa lama limbah akan menginap
                       didalam sistem pengolahan. Lebih lama limbah
                       menginap maka proses pengolahan lebih baik tetapi
                       konstruksi menjadi besar. Sebaliknya bile terlampau
                       cepat maka praktis hanya lewat saja hingga tidak
                       terjadi proses pengolahan.
g) Ratio SS/COD terendap :
                       Sering juga disebut sebagai settleable SS/COD ratio.
                       SS (suspended solid) adalah jumlah banan padat
                       yang melayang dalam air (mg/Itr). Sebagian dapat
                       diendapkan dan jumlah yang mudah terendapkan
                       dibanding dengan kandungan COD, disebut sebagai
                       ratio SS/COD terendap.
                       Untuk limbah domestik ratio ini biasanya berkisar
                       antara 0.35 s/d 0.45.
h) Desludging interval : Artinya jangka waktu yang kita inginkan untuk
                        menguras lumpur dalam sistem pengolahan limbah
                        (misalnya sekali setahun, sekali tiap lima tahun,
                        dlsb). Perlu diketahui bahwa sistem pengolahan
                        limbah selalu menghasilkan lumpur. Banyak
                        sedikitnya lumpur ini tergantung dari sistem/
                        teknologi yang dipakai. Lumpur tersebut secara
                        periodik perlu dikuras dan bila kita inginkan interval
                        yang lama (misalnya sekali dalam waktu lima tahun)
                        maka konstruksi yang dibutuhkan menjadi besar.
                        Sebaliknya bila intervalnya singkat (misalnya sekali
                        tiap bulan) maka konstruksi bisa lebih kecil. Tetapi
                        bila terlampau sering menguras jelas akan sangat
                        merepotkan.
i) Strength          : Arti harafiahnya adalah kekuatan tetapi dalam
                        urusan limbah artinya adalah tingkat pencemaran-
                        nya (yang ditunjukkan dengan COD atau BOD). Jadi


620
limbah dengan high strength artinya kadar
                         BOD/COD nya tinggi. Sedangkan limbah low
                         strength artinya kadar BOD/COD nya rendah.

Sebelum melangkah pada pemilihan teknologi, kita harus mengetahui dan
menentukan beberapa hal pokok seperti :
        Asal / sumber limbah cair
        Volume limbah yang akan diolah
        Bahan pencemar yang terkandung dalam limbah
        Kandungan apa saja yang akan dihilangkan
        Effluentnya akan dibuang kemana
        Regulasi yang berlaku
        Aspirasi non teknis yang terkait dengan perencanaan dan
          pemilihan sistim.
Semua data tersebut berkaitan erat untuk perencanaan dan pemilihan sistim
pengolahan yang akan dipakai.

          Type of         Aerobic Treatment          Anaerobic Treatment
         Treatment
                          Activated Sludge             Septic Tank
                          Modified Activated           Imhoff Tank
                          Sludge xtended,              Anaerobic Lagoon
         Suspended        Carousscl)                   Uplift Anaerobic Sludge
          Biomass    •    Aerated Lagoon               Blanket (UASB)
                     •    Oxydation Ponds              Anaerobic contact. Baffled
                                                       Septic Tank
                         Oxydation Ditch, Facultative Pond, Jokasso, SBR
         Attached         Trickling Filter             Anaerobic Filter
         Biomass          Rotating Biological
                          Contactor ( RBC)
                          Contact Aeration




A. PRETREATMENT
a. Screen / Saringan

Saringan biasanya dipasang pada awal pemasukan pada unit
pengolahan limbah cair, gunanya untuk menyaring sampah padat yang
terikut dalam aliran air limbah. Bentuk dan fungsinya sangat beragam
tergantung dari padatan yang akan disaring. Type screen dibedakan dari



                                                                               621
cara pembersihannya, ada yang pembersihannya dengan manual dan
ada yang secara mekanik dengan motor listrik.




                 Gambar 7.24. Pengolahan Pretreatment


Type screen yang umum dijumpai adalah :
Grease Trap & Grit Chamber (Perangkap Lemak Dan Penangkap
Padatan)
   Pemisahan grit pada instalasi pengolahan limbah cair adalah
   untuk menjaga/melindungi pompa dan peralatan mekanik lainnya
   dari kerusakan karena tergerus oleh padatan inorganik (grit)
   seperti pasir, kerikil, lumpur, pecahan kaca, logam, dlsb. Selain
   merusak peralatan mekanik, padatan inorganik yang tidak dapat
   diuraikan oleh bakteri/ microorganisme akan membentuk endapan
   yang akan membebani settling tank, unit aerasi dan digester,
   dimana pada unit tersebut memerlukan pengurasan berkala.
   Bangunan untuk memisahankan grit dari b     ahan organik lainnya
   disebut sebagai Grit chamber, dimana sistim pemisahan grit nya
   adalah dengan mengatur kecepatan aliran/velocity nya atau
   dengan aerasi, teknik baru yang lebih efisien adalah dengan
   sistim hydrocyclone.
   Bahan padat yang dapat terurai (biodegreable) seperti kotoran
   manusia tidak boleh mengendap disini. Karena itu retention time
   pada grit chamber relatif singkat hanya berkisar antara 3 ski 5


622
menit.
   Lemak pada limbah cair terdiri dari bermacam bentuk material
   antara lain lemak, malam/lilin, fatic-acid, sabun, mineral-oil dan
   material non-volatil lainnya. Lemak sebetulnya bisa diuraikan oleh
   bakteri/microorganisme, tetapi karena lemak ini mudah
   mengapung dan dipisahkan dari air limbah, maka dengan
   menangkap/menghilangkan lemak sebelum masuk pada unit
   pengolahan, akan mengurangi beban/load organik yang ada,
   sehingga berdampak pada desain dan besaran konstruksi.
   Bangunan penangkap lemak sering juga disebut sebaga; Grease
   Trap, Prinsip dari konstruksi ini adalah bahan yang ringan
   (minyak, lemak, dst) akan mengapung jika kondisi airnya tenang,
   sehingga biasanya konstruksi grease trap adalah bak dengan
   sekat sekat untuk menghilangkan turbulensi.
   Melihat dari kedua sifat yang ada tersebut yaitu bahan yang
   ringan (minyak, lemak, dlsb.) akan mengapung, sedangkan bahan
   yang berat (pasir, kerikil, pecahan kaca, logam, dlsb.) akan
   mengendap, maka akan lebih menghemat jika hisa
   menggabungkan konstruksi Grit Chamber dan Grease Trap dalam
   satu konstruksi.
   Untuk menghindari agar bahan yang biodegreable tidak
   mengendap disini dianjurkan agar dasar dari konstruksi ini dibuat
   tirus hingga kecepatan aliran pada bagian bawah lebih besar. Hal
   penting yang perlu dilakukan adalah pembersihan dari lemak dan
   bahan padat lainnya secara periodik, dengan kata lain
   sungguhpun konstruksi penangkap lemak. dan bahan padat telah
   dibuat, tetapi bila tidak dilakukan pembersihan secara periodik
   maka manfaatnya sama sekali tidak ada.
   Periode pembersihan ini sangat tergantung pada jumlah bahan
   padat dan lemak yang terikut. Tetapi rata rata sekali tiap minggu
   sampai maksimum sekali tiap bulan merupakan praktek yang
   lazim.
Contoh sketsa konstruksi gabungan Grit chamber dan Grease trap
dapat dilihat pada gambar berikut ini:




                                                                 623
Gambar 7.25 . Grit chamber


   Ukuran diatas hanya bersifat illustratif. Ukuran sebenarnya perlu
   dihitung dan disesuaikan dengan jumlah aliran limbah yang akan
   ditangani.




               Gambar 7.26 . Grit chamber dan Grease trap


Contoh soal :
Diketahui :
Limbah dari asrama Perawat RS berjumlah 40 m3 per hari. Limbah
tersebut dari WC penghuni asrama tersebut dan juga berbagai
kegiatan yang dilakukan seperti dapur dan cusian Total produksi
limbah per hari 40 m3, waktu produksi limbah rata rata 8 jam dalam
satu hari
Direncanakan untuk membangun suatu grease trap dan grit chamber
sebelum limbah tersebut masuk ke unit pengoiahan.
Berapa kira kira volume dari konstruksi tersebut ??




624
Perhitungan :
Flow rate adalah     = 40 m3 / 8 jam = 5 m3/jam
                     = 500J liter / 60 menit
                     = 83.33 liter / menit
Retention time dalam konstruksi diambil 3 menit
Maka volume konstruksi yang dibutuhkan = 83.33 It/menit x 3 menit
                                           = 250 liter atau 0.25 m3.
Dimensi kita tentukan dulu lebarnya, misal dasar trapesium 20 cm an,
lebar = 60 cm, dan panjang nya 2x lebar = 120 cm.
Karena kemiringan 60° maka tinggi trapesium = 34,64 cm bulatkan
jadi 35 cm.
                           0 .6  0 .2
Volume trapesium (A) = (               x 0 .35) x1.2  0.168 m 3
                                2
Volume chamber = Vol (A) + vol (B)       Vol (B) = 0.25 m3 – 0.168 m3
                                 (0.6 x 1.2 x T) = 0.082 m3
                                 TB (tinggi B) = 0.114 m = 11.4 cm
                                                   (+Freeboard ±20cm)
                                                 = 30 cm
Tinggi total (A) + (B) = 35 + 30 = 65 cm




                                                                   625
b. Equalisasi

Equalisasi bukan m erupakan suatu proses pengoiahan tetapi
merupakan suatu cara / teknik untuk meningkatkan efektivitas dari
proses pengolahan selanjutnya. Keluaran dari bak equalisasi adalah
adalah parameter operasional bagi unit pengolahan sellanjutnya
seperti flow, level/derajat kandungan polutant, temperatur, padatan,
dsb.




                     Gambar 7.27. Bak equalisasi


Kegunaan dari equalisasi adalah :
- Membagi dan meratakan volume pasokan (influent) untuk masuk
   pada proses treatment.
- Meratakan variabel & fluktuasi dari beban organik untuk
   menghindari shock loading pada sistem pengolahan biologi
- Meratakan pH untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada
   proses netralisasi.
- Meratakan kandungan padatan (SS, koloidal, dls b) untuk
   meminimalkan kebutuhan chemical pada proses koagulasi dan
   flokulasi.



626
Sehingga dilihat dari fungsinya tersebut, unit bak equalisasi
sebaiknya dilengkapi dengan mixer, atau secara sederhana
konstruksi/peletakan dari pipa inlet dan outlet diatur sedemikian
rupa sehingga menimbulkan efek turbulensi!mixing.
Idealnya pengeluaran (discharge) dari equalisasi dijaga konstan
selama periode 24 jam, biasanya dengan cara pemompaan maupun
cara cara lain yang memungkinkan.

Menghitung volume bak equalisasi.
Untuk menentukan kebutuhan volume bagi bak equalisasi, perlu
diketahui dahulu flow patern dari discharge limbah yang ada, seperti
kita ketahui sangatlah jarang dan langka discharge limbah yang
konstan dari waktu ke waktu, karena jika discharge dan bebannya
sudah konstar maka tidaklah perlu dibuat bak equalisasi. Untuk
mendapatkan data flow patern perlu dilakukan pengukuran debit
limbah secara periodik (misalnya setiap 30 menit atau setiap jam)
dalam kurun waktu tertentu, tergantung pada proses yang ada ( 24
jam, 1 minggu, 1 bulan. dlsb.) artinya adalah : ada siklus proses
yang selesai dalam 1 hari dan diulang ulang lagi proses tersebut
pada hari berikutnya, untuk kasus tersebut pengukuran debit limbah
cukup dilakukan selama 24 jam, tetapi ada kasus lain dimana siklus
prosesing memakan waktu sampai beberapa hari, artinya proses
hari ini berbeda dengan proses esok harinya dan berbeda juga pada
hari lusanya dar, seterusnya, sehingga pada kasus ini perlu diamati
terus minimal selama 1 siklus.

Contoh soal.
Dari pengukuran debit limbah yang dilakukan siswa SMK Kimia di
pabrik kulit Mandala, didapat data seperti tertulis pada tabel dibawah
ini, desainlah suatu bak equalisasi dimana limbah dari bak terseaut
akan dialiran ke unit pengolahan biologi selanjutnya secara konstan
(dipompa) dalam 24 jam.




                                                                  627
Jam         Pengukuran                  m3         Akumulasi 
pengukuran      (Lt/menit)                               (m3)
   08.00            50                      3            37,72
   09.00            40                     2,4            5,4
   10.00            62                    3,75            9,12
   11.00           310                    18,6            2,72
   12.00           270                    16,2           43,92
   13.00           140                     8,4           52,32
   14.00            90                     5,4           57,72
   15.00           110                     6,6           64,32
   16.00            80                     4,8           69,12
   17.00           150                      9            78,12
   18.00           230                     3,8           91,92
   19.00           305                    18,3          110,22
   20.00            30                    22,8          133,02
   21.00           200                     12           145,02
   22.00            80                     4,8          149,82
   23.00            60                     3,6          153,42
   24.00            70                     4,2          157,62
   01.00            55                     3,3          160,92
   02.00            40                     2,4          163,32
   03.00            70                     4,2          167,52
   04.00            75                     4,5          172,02
   05.00            45                     2,7          174,72
   06.00            55                     3,3          178,02
   07.00            35                     2,1          180,12
                                         180,12

Vol. limbah per hari = 180,12 m 3
Dibagi / dikeluarkan secara kontinyu dalam waktu 24 jam,
Debit pengeluaran (pompa)         = 180,12 : 24 = 7.5 m3/jam




628
Flow patern




                               Jam

Volume bak equalisasi = V1 + V2
                      = 4 0 m 3 + 1 3 r 1 3 = 53 m3
untuk keamanan tambah 10 %    53 m3 x 1,1 = 58.3 m3

Bentuk bak bisa dibuat persegi, bulat maupun oval dengan
konstruksi pasangan batu atau beton bertulang.
Misal bak berbentuk persegi dengan
      Panjang      =5m
      Lebar        = 4,5 m
      Dalam        = 2,6 m
      Maka, volume = 5 x 4,5 x 2,6 = 58,5 m3 (siip)

    Untuk kedalaman ditambah free-board 30 cm, sehingga total
    kedalaman konstruksi bak menjadi 2,9 m
Gambar Sketsa dari perhitungan di atas dapat dilihat pada:




                                                          629
c. Netralisasi
   Sebagian besar limbah cair dari industri mengandung bahan
   bahan yang bersifat asam (Acidic) ataupun Basa (alkaline) yang
   perlu dinetralkan sebelum dibuang kebadan air maupun sebelum
   lim bah masuk pada proses pengolahan, baik pengolahan secara
   biologic maupun secara kimiawi, proses netralisasi tersebut bisa
   dilakukan sebelum atau sesudah proses equalisasi.
   Untuk mengoptimalkan pertumbuhan microorganisme pada
   pengolahan secara biologi, pH perlu dijaga pada kondisi antara pH
   6,5 - 8,5, karena sebagian besar microb aktif atau hidup pada
   kondisi pH tersebut. Proses koagulasi dan flokulasi juga akan lebih
   efisien dan efektif jika dilakukan pada kondisi pH netral.




                      Gambar 7.28 . Bak netralisasi




630
Netralisasi adalah penambahan Basa (alkali) pada limbah yang
  bersifat asam (pH < 7), atau penambahan Asam (acid) pada
  limbah yang bersifat Basa (pH>7).
  Pemilihan bahan/reagen untuk proses netralisasi banyak
  ditentukan oleh harga/biaya dan praktis-nya, Bahan (reagen) yang
  biasa digunakan tersebut adalah :
      Asam :        - Sulfuric acid ( H2SO 4 )
                    - Hydrochloric acid ( HCI )
                    - Carbon dioxide ( CCG2 )
                    - Sulfur dioxide
                    - Nitric acid
      Basa :        - Caustic soda (NaOH) Ammonia
                    - Soda Ash (Na 2CO3) Limestone (CaCO3)

d. Sedimentasi / Pengendapan
   Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung
   dalam limbah cair oleh gaya gravitasi, pada umumnya proses
   Sedimentasi dilakukan setelah proses Koagulasi dan Flokulasi
   dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan
   sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu
   lebih singkat.
   Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari
   unit sistim pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi,
   sebaiknya dilakukan proses sedimentasi awal (primary
   sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan
   demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya.
   Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir
   treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur
   dari proses sebelumnya (activated sludge, OD, dlsb) dimana
   lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit pengolahan
   lumpur tersendiri.




                                                              631
Gambar 7.29. Bak sedimentasi


  Sedimen dari limbah cair mengandung bahan bahan organik yang
  akan mengalam i proses dekomposisi, pada proses tersebut akan
  timbul formasi gas seperti carbon dioxida, methane, dlsb. Gas
  tersebut terperangkap dalam partikel lumpur dimana sevvaktu gas
  naik keatas akan mengangkat pule partikel lumpur tersebut,
  proses ini selain menim bulkan efek turbulensi juga akan merusak
  sedimen yang telah terbentuk. Pada Septic-tank, Imhoff-tank dan
  Baffle-reactor, konstruksinya didesain sedemikian rupa guna
  menghindari efek dari timbulnya gas supaya tidak mengaduk/
  merusak partikel padatan yang sudah mapan (settle) didasar
  tangki, sedangkan pada UASB (Uplift Anaerobic Sludge Blanket)
  justru menggunakan efek dari proses tersebut untuk mengaduk
  aduk partikel lumpur supaya terjadi kondisi seimbang antara gaya
  berat dan gaya angkat pada partikel lumpur, sehingga partikel
  lumpur tersebut melayang-layang/mubal mubal.
  Setelah proses dekomposisi dan pelepasan gas, kondisi lumpur
  tersebut disebut sudah stabil dan akan menetap secara permanen



632
pada dasar tangki, sehingga sering juga proses sedimentasi
   dalam waktu yang cukup lama disebut dengan proses Stabilisasi.
   Akumulasi lumpur (Volume) dalam periode waktu tertentu
   (desludging-interval) merupakan parameter penting dalam
   perencanaan pengolahan limbah dengan proses sedimentasi dan
   stabilisasi lumpur.

   Tangki Pengendapan / Settling Tank
   Settling tank disebut juga Clarifier ataupun sedimentation tank,
   desain dasar dari settling tank adalah untuk memisahan phase
   solid dan liquid dari limbah, bentuk sederhananya seperti hopper,
   bisa berbentuk persegi maupun berbentuk bulat dengan dasar
   dibuat mir ing (konus/tirus) guna memudahkan pengumpulan dan
   penyedotan lumpurnya.

Secara umum bentuk konstruksi settling tank adalah :
1. Static settling tank.
   1.a Tanpa sludge scrapers (serok lumpur), sludge suction (sedot
        lumpur)
   1.b Dengan scapers atau dengan sludge suction.




                                                                633
Gambar 7 .30. Static settling tank.


2. Plate and Tube Settlers
   Efisiensi pemisahan lumpur berkaitan langsung dengan
   kecepatan pengendapannya, dan tidak ada hubungannya dengan
   kedalaman tangki. Dari kenyataan ini bisa disimpulkan bahwa
   tangki sedimentasi harusnya dibuat sedangkal mungkin untuk
   menaikan efisiensi pemisahan.

  Dari hal tersebut dikembangkanlah pengendapan dengan bentuk
  plat yang disusun berlapis lapis dengan jarak tertentu, ataupun
  bent,ik pipa yang disusun bertumpuk tumpuk.
  Dengan sistim ini waktu pengendapan dapat direduksi secara
  drastis.




634
Gambar 7.31. Plate and Tube Settlers


Weir (celah luapan air)
Umumnya weir berbentuk V dengan sudut 90°, dengan tinggi (dalam)
50 mm dan jarak center antara 150 mm – 300 mm




Parameter utara dalam perhitungan sedimentasi adalah :
1. Detention time.
   Gunanya untuk memberikan waktu yang cukup bagi solid partikel
   untuk turun dan m engendap, secara empiris HRT diambil: > 3 jam
2. Surface Loading.
   Hubungan antara volume limbah yang masuk dalam 1 hari (m3)
   (yang berisi sejumlah partikel padatan yang akan diendapkan),
   berbading dengan luas permukaan tangki. Secara empiris Surface
   Loading diambil : < 10 m3/m2 .hari Dimensi tangki sedimentasi
   dipengaruhi berbagai faktor seperti besarnya instalasi, kondisi
   lapangan yang ada, perhitungan ekonomis, dlsb. Sebagai
   gambaran misal untuk flow rate yang kecil bisa dipakai settling
   tank sederhana (tanpa scrapers) sudut kemiringannya antara 45°



                                                              635
– 60°, pada flow rate besar / konstruksi besar akan sulit membuat
   sudut kemiringan sebesar itu (konst. jadi dalam banget), sehingga
   dipakailah mechanical scrapers, pada kasus ini kemiringan hanya
   berkisar 1% (pada bentuk persegi panjang) dan 8% (pada bentuk
   silinder).

Contoh soal .
Diketahui :
Volume limbah su,itu pabrLk = 50 per hari, sebeluni masuk pada unit
pengolahan biclogis, padatan pada lmbah tersebut akan diendapkan
teriebih dahulu pada tangki sedimentasi berbentuk bujur sangkar
dengan dasar trapesium. Hitunglah dimensi tangki tersebut.

Perhitungan :
Kita ambil detention time > 3 jam, dan surface loadingnya < 10 m3/
m 2.hari.
    Surface area (A) = Vol. Limbah per hari : Surface loading
                     = 50 m 3 /hari : 10m 3/m 2 . hari
                   A = 5m 2
   panjang sisi belah ketupat a = vA = v 5
                                 = 2.23m dibulatkan => 2,2 m
   Volume tangki     = Vol Limbah per jam x Detention time
                     = (50 m 3/hari : 24 jam/hari) x 3 jam
                     = 6.25 m 3




636
Karena sudut kemiringan 45o, maka
      H2 = a / 2 = 1,1 m
Volume efektif = A x H1 + .................

         6.25    = (A.H1) + { 7/24 (A.H2)}
         6.25    = (5. H1)+7/24 (5 x 1,1) 4,64 = 5 H1
         H1      = 0,93 m = 93 cm      ; Freeboard = 20 cm

Gambar :

Weir Loading max = 30 m3 / m.hari
Check weir loadng = Vol. Limbah masuk : pajang weir
                   = 50 m3 / hari : (2.2 m – 0,3) x 4
                   = 6,7 m3 / m.hari < 30 (okee)



B. Anaerobic Treatment
1. Septic Tank

Septic tank adalah teknik pengolahan limbah yang amat lazim
digunakan didunia untuk pengolahan limbah setempat dan skala
kecil. Pada intinya proses yang terjadi pada septic tank adalah
sedim entasi (pengendapan) dan dilanjutkan dengan stabilisasi dari
bahan bahan yang diendapkan tersebut lewat proses anaerobic .
Keuntungan dari septic tank adalah murah, konstruksinya scderhana
dan dengan operasi yang baik umur teknis nya amat panjang.
Tetapi kelemahan dari septic tank adalah treatment efficiency yang
relutif rendah (15% - 40% BOD) dan effluent yang dihasilkan masih
berbau karena mengandung bahan yang belum terdekomposisi
sempurna.
Konstruksi Septic tank terdiri dari minimum 2 ruang (chamber) dan
bisa juga Iebih.
Pada ruang pertama (treatment chamber 1) berkisar 70% (2/3) dari
total volume desain, karena sebagian besar dari lumpur/sludge don
scum akan terjadi di ruang ini, dan ruang kedua 30% (1/3) total
volume untuk menangkap partikel padatan yang lobs dari ruang
pertama.


                                                              637
Gambar 7.32. Septic tank


Pada ruang pertama ini limbah cair yang masuk akan menjadi 3
bagian ialah:
   Lumpur/sludge yang mengendap pada bagian bawah dan untuk
   seterusnya lumpur ini akan terurai lewat proses anaerobik.
   Supernatant, ialah cairan yang telah terkurangi unsur
   padatannya dan untuk seterusnya akan mengalir menuju ke
   chamber 2
   Scum (buih atau langit-langit) yang merupakan bahan yang lebih
   ringan dari air seperti minyak, lemak, dan bahan ikutan lain.
   Scum ini bertambah lama bertambah tebal. Karena itu perlu
   dihilangkan secara periodik (biasanya sekali dalam 1 tahun).
   Scum ini sebenarnya tidak mengganggu reaksi yang terjadi
   selama proses pengolahan, tetapi bila terlampau tebal akan
   memakan tempat hingga kapasitas treatment akan berkurang.


638
Sedangkan pada ruang kedua (dan berikutnya) yang terjadi adalah:
   Endapan lumpur/sludge, khususnya partikel yang tidak
   terendapkan pada ruang pertama.
   Supernatant yang seterusnya menjadi effluent untuk dibuang ke
   alam atau diresapkan kedalam tanah.

Design kriteria dan Iangkah perencanaan untuk Septic tank.
Untuk mempermudah pemahaman didalam merencanakan maka
uraian design criteria dan langkah perencanaan diuraikan dalam
bentuk contoh kasus.

Kasus 1.
Data:
   Jum lah limbah yang dihasilkan dari suatu asrama adalah 13
   m3/hari
   Setelah dilakukan pengamatan ternyata limbah tersebut mengalir
   selama 12 jam, ialah dari jam 7.00 pagi sampai jam 19.00
   malam.
   Limbah tersebut merupakan campuran dari limbah WC, kantin,
   dan kegiatan lain di asrama tersebut.
   Sample limbah telah di test di laboratoriw-n dan hasilnya adalah:
   BOD = 340 mg/Itr dan COD = 630 mg/Itr
   Hydraulic retention time (HRT) ditentukan sebesar 18 jam.
   Sedangkan pimpinan asrama menetapkan interval pengurasan
   (desludging interval) adalah sekali setiap tahun atau sekali
   setiap 12 bulan.
   Data lain yang sebenarnya harus diteliti adalah ratio SS/COD
   terendap (settleable SS/COD ratio). Ratio ini sangat diperigaruhi
   dari jenis limbah yang akan diolah.
   Untuk berbagai ragam limbah domestik telah dilakukan banyak
   uji coba empiris di negera berkembang dan ratio SS/COD
   terendap tersebut lazimnya herkisar antara 0.35 - 0.45.
   Karena itu gunakan saja pengalaman empiris tersebut. untuk
   kasus ini misalnya ditetapkan 0.42.

Output yang diharapkan untuk anda kerjakan:
   Berapa volume dan dimensi dari Septic tank yang diperlukan


                                                                639
untuk menangani limbah dari asrama tersebut ?
   Skets konstruksi dari septic tank tersebut ?
   Perkiraan kwalitas dari effluent ?

Perhitungan :
Pengolahan limbah akan melibatkan proses fisika (misalnya
pengendapan, settlement, pemisahan) dan juga proses biologis serta
kimiawi yang amat komplex. Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi
proses tersebut amat banyak dan tidak dapat dihitung secaia eksak
seperti perhitungan aljabar.
Karena itu dianjurkari untuk menggunakan kaidah dan pengalaman
empiris yang telah dikembangkan oleh ahli ahli yang berkecimpung
dalam masalah ini dengan tetap peka terhadap faktor faktor lain yang
sifatnya site spesifik.
    Dari data diatas maka Flow rate = 13/12
                                     = 1.08 m3/jam
    Seperti telah disinggung diatas proses utama yang terjadi dalam
    sistem septic tank adalah pengendapan (settling).
    Selama pengendapan ini terjadi pengurangan (removal) dari
    organic load.

Dengan HRT 18 jam, dari grafik empiris diatas didapatkan faktor
pengali kira kira 0.5.
Maka COD removal rate dihitung = 0.42 (ratio SS/COD) dibagi
                                    angka 0.6 dan dikalikan faktor
                                    pengali tsb.
                                    (angka 0.6 adalah faktor yang
                                    didapat dari pengalaman)
                                 = (0.42/0.6) x 0.5
                                 = 0.35 atau 35%
Maka kadar COD dari effluent     = (1-0.35) x 630
                                 = 409.5 mg/lt
   Pengurangan BOD selama pengolahan limbah pada septic tank
   tidak linear dengan pengurangan COD. Untuk limbah domestik
   hubungan empiris dapat dilihat pada grafik ini




640
Dari grafik terlihat bahwa COD removal 35% maka diperoleh faktor =
1.06. Maka pengurangan BOD (BOD removal) = 1.06 x COD removal =
1.06x35% = 37.1%
Karena itu perkiraan kadar BOD effluent = (100% - 37.1%) x 330 = 207.5
mg/Itr
Berikutnya adalah langkah untuk perhitungan volume dan dimensi septic
tank. Yang harus diingat disini adalah volume yang dibutuhkan untuk
menampung limbah selama hydraulic retention time yang kita inginkan
dan juga volume yang dibutuhkan untuk menampung lumpur yang terjadi.
Misalnya Limbah yang masuk mempunyai kadar BOD sebesar A
sedangkan yang keluar BOD nya sudah berkurang menjadi B. Selisih (A-
B) inilah yang yang diendapkan dalam septic tank dan menjadi
lumpur/sludge. Pertanyaannya adalah setiap kg BOD tsb menjadi lumpur
berapa liter ? Pertanyaan berikutnya adalah apakah lumpur tsb bila
disimpan cukup lama tidak termampatkan hingga volumenya berkurang ?
Lumpur bila disimpan dalam waktu yang cukup lama akan termampatkan
dan berkurang volumenya dan percobaan empiris untuk limbah domestik
menghasilkan grafik dibawah ini:




                                                                  641
Dari grafik diatas maka untuk desludging interval 12 bulan (sekali
setahun) akan diperoleh faktor 83%.
Sebagai patokan tanpa effek pemampatan karena penyimpanan,
volume dar sludge yang terjadi dari 1 gram BOD adalah 0.005 liter.
Istilahnya adalah Sludge Itr/gram DOD removal = 0.005 Tetapi dalam
kasus ini akan terjadi pengurangan volume karena periode
pengurasan (desludging interval) adalah 12 bulan. Karena itu = 83%
x 0.005 = 0.0042 Itr/gr BOD rem Patokan untuk perhitungan Volume
Septic tank adalah:

Selama periode pengurasan (desludging interval) yang dicanangkan
Total akumulasi endapan sludge/lumpur jangan sampai lebih dari
50% (separo) dari volume konstruksi.
Bila tidak maka proses tidak akan bedalan seperti yang diharapkan
dan malahan bisa terjadi berbagai masalah yang akan sangat
merepotkan




Marilah ditinjau satu demi satu:
   Volume sludge yang akan terjadi adalah:
       = 0.042 x (330 - 207.5)/1000 x 12 bin x 30 hr x 13
       = 2.4 m3


642
Ingat volume sludge ini tidak terjadi sekaligus tetapi tumpukan
   selama 12 bulan sesuai dengan desludging interval yang kita
   inginkan.
   Karena hydraulic retention time (HRT) yang ditetapkan adalah 18
   jam dan flow rate nya a d a l a h 1.08 m3/jam, maka volume yang
   dibutuhkan untuk menginapkan limbah selama 18 jam tersebut
   adalah:
       = 18 x 1.08
       = 19.44 m3
   Bayangkan pada setelah hampir satu tahun maka kapasitas yang
   dibutuhkan agar sistem tetap bekerja dengan baik adalah:
       = 2.4 + 19.44
       = 21.84 m3 ...... untuk mudahnya disebut A
   Sesuai data diatas jumlah limbah setiap hari nya adalah 13 m 3
   Karena HRT ditetapkan 18 jam (padahal satu hari adalah 24 jam)
   maka untuk menginapkan selama 18 jam dibutuhkan volume
   sebesar:
       = 13 x 18/24
       = 9.75 m3
   Diatas telah disebut bahwa total akumulasi lumpur dan limbah
   jangan sampai lebih dari separo konstruksi.
   Maka = 2 x 9.75 m3 = 19.5 m3 untuk m udahnya disebut B

   Bila A < B      cukup dipakai volume B untuk desain
   Tetapi bila A > B   dianjurkan memakai volume A untuk desain

     Dalam kasus ini A > B, maka volume desain septic tank adalah
     21.84 m3.
Bagian atas tembok kira kira harus 15 a 20 cm lebih tinggi dari muka
air, atau volume keseluruhannya ditambah kira kira 10%
Karena itu volume keseluruhan kira-kira 23.5 m3.
Untuk kasus ini lahan tidak menjadi masalah dan lebar bagian dalam
dari septic tank tersebut ditetapkan 2.5 meter.
Sedangkan kadalaman minimum (moncong outlet) ditetapkan 2 meter.
Berdasarkan hal tsb maka:
Panjang bak pertama (chamber 1) = 3.1 mtr
Skets dari septic tank yang anda desain menjadi sbb:


                                                                643
2. Imhoff Tank
Prinsip kerja dan proses yang terjadi pada Imhoff tank mirip dengan
yang terjadi pada Septic tank, ialah pengendapan dan dilaniutkan
dengan stabilisasi lewat proses anaerobik.
Pada intinya Imhoff tank dikembangkan untuk menanggulangi
berbagai masalah yang timbul pada septic tank.
Misalnya effluent dari septic tank masih bau karena kemungkinan
terjadinya kontak antara limbah yang baru masuk dengan sludge/
lumpur.
Pada Imhoff tank hal tersebut dihindari dengan memisahkan limbah
yang masuk dan endapan lumpur yang terjadi. Pemisahan tersebut
dilakukan dengan membuat konstruksi tirus (funnel type) seperti pada
sketsa dibawah.




644
Gambar 7.33. Imhof tank


Tetapi disamping kelebihan yang telah diuraikan diatas, kelemahan
dari Imhoff tank adalah konstruksinya yang lebih rumit.
Akibatnya untuk konstruksi yang kecil (kurang dari 4 m3 per hari)
tidak dimungkinkan karena ruang pemisah akan menjadi kecil dan sulit
untuk pembersihan.
Seperli pada septic tank, didalam Imhoff tank akan terjadi lapisan
sludge/lumpur di bagian bawah, scum di bagian atas dan
supernatant.
Efficiency nya juga hampir sama dan berkisar antara 25% - 50%
COD removal.

Kriteria desain dan Iangkah perencanaan untuk Imhoff Tank
Terdapat beberapa patokan yang perlu diperhatikan dalam desain
Imhoff tank, diantaranya adalah:




                                                                645
   Chamber2 Etau kompartemen2 yang terletak dibagian atas
    (bagian yang tirus) harus di desain untuk minimum 2 jam HRT
    pada Peak Flow.
 Sedangkan hydraulic load nya harus kurang dari 1.5 m3/jam per
    m 2 luas area permukaan dari chamber2.
Untuk mempemiudah pemahaman didalam merencanakan maka
uraian design criteria dan langkah perencanaan diuraikan dalam
bentuk contoh kasus.

    Kasus 1.
    Data:
JICA akan membantu untuk membuat pusat pelatihan dan asrama
bagi pendidikan non formal. Para siswa akan tinggal di dalam asrama
dan disamping itu juga akan ada kantin dan unit pelatihan untuk
teknologi makanan dimana para siswa akan diajarkan membuat keju
dan fondu.
Setelah dihitung jumlah lim bah yang akan dihasilkan adalah 25 m3
per hari. Setelah dilakukan pengamatan ternyata limbah tersebut
mengalir selama rata rata 12 jam, ialah dari jam 7.00 pagi sampai
jam 19.00 malam.
Disamping peralatan untuk proyek Langit Biru, kebetulan Swiss
contact mempunyai peralatan testing untuk air limbah. Dari hasil
testing ternyata limbah tersebut mempunyai BOD = 340 mg/ltr dan
COD = 630 mg/Itr
Seperti telah disinggung diatas Hydraulic retention time (HRT) pada
chamber 1 atau flow tank minimum adalah 1.5 jam.
Sedangkan pimpinan proyek menetapkan interval pengurasan
(desludging interval) adalah sekali setiap tahun atau sekali setiap 12
bulan. Karena interval pengurasan yang lebih sering dianggap
merepotkun.
Data lain yang sebenarnya harus diteliti adalah ratio SS/COD
terendap (settleable SS/COD ratio). Ratio ini sangat dipengaruhi dari
jenis limbah yang akan diolah.
Untuk berbagai ragam limbah domestik telah dilakukan banyak uji
coba empiris di negera berkembang dan ratio SS/COD terendap
tersebut lazimnya berkisar antara 0.35 – 0.45.
Karena itu untuk kasus ini perencana menetapkan ratio sebesar 0.42


646
Informasi lain adalah sistem pengolahnn yang diminta harus mhoff
                                                           I
Tank, berhubung si pimpro bernama tuan Bierhoff. Jadi agar mirip
namanya maka dia menetapkan harus pakai Imhoff tank.

Output yang diharapkan untuk anda kerjakan:
   Berapa volume dan dimensi dari Imhoff tank yang diperlukan
    untuk menangani limbah dari pusat pelatihan tersebut ?
   Skets konstruksi dari Imhoff talk tersebut ?
   Perkiraan kwalitas dari effluent ?

Perhitungan :
   O Flow rate = 25/12
                = 2.08 m3/jam
   HRT path flow tank = 1.5 jam
    Mungkin timbul pertanyaan mengapa HRT hanya 1.5 jam ? Pada
    sistem Imhoff tank tujuan dari chamber 1 dibagian atas (yang
    dikenal dengan sebutan flow tank) hanyalah sekedar sebagai
    sarana agar bahan padat (suspended solid) mengendap untuk
    kemudian terperosok kedalam chamber 2 dan seterusnya di
    stabilisasi kan lewat proses anaerobik. Untuk sekedar fungsi
    tersebut maka HRT tidak perlu lama.
    Lihat Graf 1 : Dengan HRT sebesar 1.5 jam maka akan diperoleh
                   faktor pengali sebesar 0.32
    Formula untuk m enghitung COD removal rate =
                    (Ratio SS/COD terendap/0.5) x faktor pengali
                    (0.42/0.5) x 0.32
                    0.27 atau 27%
                    (Perbedaan dengan septic tank adalah pada
                    angka pembagi, pada septic tank = 0.6 sedang
                    pada Imhoff tank = 0.5)
    Maka kadar COD dari effluent = (1-0.27) x 630
                                      = 460 mg/It
   Seperti pada septic tank maka penurunan BOD (BOD removal)
    tidak s ama dengan penurunan COD.
    Lihat Graf 2 : Untuk COD removal kurang dari 50% diperoleh
                   faktor pengali sebesar 1.06.
    Maka BO[) removal rate = 1.06 x 27% = 28.62%


                                                             647
Dengan demikian kadar BOD dari effluent = (1-0.2862) x 330
                                            = 235.5 mg/Itr
   Volume dari flow tank (atau chamber1) adalah Peak flow rate dari
    limbah dikalikan HRT pada flow tank :
               = 2.08 m3/jam x 1.5 jam
               = 3.13 m3
    Dari sini anda sudah bisa mulai mereka-reka model dan ukuran
    flow tank. Misalnya anda tetapkan lebar flow tank = 1.3 meter dan
    ukuran lain lihat Dada skets dibawah ini.

Berikutnya adalah menghitung volume chamber 2. Pada intinya
chamber 2 tidak lain hanyalah bak untuk menyimpan bahan padat
tersuspensi (suspended solid) yang mengendap.
Pendek kata anggap saja sebagai gudang untuk menyimpan. Karena
itu voiumenya tergantung pada volume barang yang akan disimpan
dalam periode tertentu (selama periode desludging interval).
Seperti pada septic tank percent pemampatan sludge bila disimpan
dapat dilihat pada Graf 3.
Untuk desludging interval 12 bulan diperoleh faktor 83%.
Maka volume sludge (dim liter) dibanding BOD removal setiap gram
nya adalah = 0.005 x 83%
                 0.0042
Jumlah sludge selama periode pengurasan (desludging interval)
dengan demikianmenjadi =12 x 30 x 25 x 0.0042x(330 – 235.5)/1000
                           = 3.6 m3
Selanjutnya anda perlu menetapkan lebar dari bak chamber 2
Dalam hal ini patokannya adalah sedemikian hingga lebih lebar dari
flow tank dan agar orang masih bisa bekerja dengan mudah
(khususnya pada waktu desludging seperti memasukkan alat
penyedot, dlsb).
Jarak (gab) agar memungkinkan pekerjaan desludging masih dapat
dilakukan dengan praktis adalah minimum 55 cm.
Jarak (gab) tersebut bisa berbeda antara bagian kiri dan kanan,
karena pada kenyataannya hanya dibutuhkan satu sisi saja untuk
pekerjaan desludging dan operational pada umumnya. Dengan kata
lain penempatan flow tank tidak harus ditengah tengah. Beberapa
kombinas i dapat dilihat pada skets dibawah:


648
Untuk kasus ini misalnya kita memilih model yang kedua; dan jarak
antara dinding flow tank ke satu bagian kita berikan 0.55 meter dan
yang lainnya hanya 0.25 meter.
Maka total lebar (bag dalam) dari konstruksi Imhoff tank ini adalah:
                  = 0.55 + 1.3 + 0.25 + 2 x 0.07 (7 cm adalah tebal
                    dinding flow tank)
                  = 2.24 meter.
Sungguhpun jumlah sludge yang akan terbentuk selama setahun
(dengan kondisi seperti sesuai dengan karakteristik limbah yang akan
diolah hanyalah 3.6 m3 ), tetapi tidak mungkin anda membuat ukuran
chamber 2 persis seperti volume tersebut.
Karena timbunan sludge tersebut harue terletak dibawah sedemikian
hingga tidak menutup moncong dari flow tank.
Maka langkah berikutnya adalah memperkirakan tinggi dari timbunan
sludge tersebut.
Tinggi dari timbunan sludge = Volume sludge/luas
                               = 3.6/(2.24 x 2.83)
                               = 0.57 meter
Dengan kata lain selama 12 bulan (interval desluiging) timbunan
lumpur yang akan terjadi tebalnya adalah 0.57 meter.
Ketinggian Imhoff tank (sampai posisi pipa outlet) menjadi :
       = 0.57 meter (tinggi sludge) + 1.1 meter + 0.3 meter + 0.3
          meter (freeboard)
       = 2.27 meter
Dengan demikian skets teknis dari rencana Imhoff Tank untuk pusat
pelatihan tsb adalah sbb:




                                                                649
3. Baffle Septic Tank
   Seperti telah disinggung didepan, septic tank biasanya terdiri dari
   2 bagian (chamber). Tetapi bila anda inginkan bisa juga dibuat
   menjadi lebih banyak chamber (misalnya 3, 4 atau 5 chamber).
   Tetapi sungguhpun dibuat menjadi banyak ruang, proses yang
   terjadi tetap sama ialah sekedar pengendapan (settling).
   Tetapi yang dimaksud dengan sistem septic tank susun (juga
   dikenal dengan sebutan baffled septic tank atau baffled reactor)
   bukan sekedar septic tank yang ditambah kotak chambemya.
   Karena proses yang terjadi dalam sistem septic tank susun
   adalah berbagai ragam kombinasi proses anaerobik hingga hasil
   akhirnya lebih baik. Pada intinya bentuk septic tank susun atau
   baffled reactor adalah sbb:




                 Ga m b a r 7 . 3 3 . B a f f l e S e p t i c T a n k




650
Di ruang pertama proses yang terjadi ialah proses settling (sama
seperti yang terjadi pada septic tank). Pada ruang berikutnya
proses penguraian karena kontak antara limbah dengan akumulasi
microorganism dengan pola fluidized bed (hampir mirip dengan
proses yang terjadi pada UASB).
Baffled reactor yang baik mempunyai minimum chamber
sebanyak 4 buah. Variabel yang penting dan harus benar benar
diperhatikan dalam design adalah waktu kontak yang ditunjukkan
dengan kecepatan aliran keatas (uplift atau upstream velocity)
didalam chamber 2-5.
Bila terlampau cepat maka proses penguraian tidak terjadi
dengan semestinya dan malahan konstruksi yang anda buat
percuma saja. Kecepatan aliran uplift ini jarrgan lebih dari 2
m/jam. Untuk HRT tertentu uplift velocity ini tergantung dari luas
penampang (panjang dan lobar). Dalam hal ini faktor tinggi
(kedalaman chamber) tidak berpengaruh atau tidak berfungsi
sebagai variabel dalam design. Dengan kata lain mbok dalamnya
dibuat berapa saja ..ndak ada pengaruhnya.
Konsekwensinya model bak yang dibutuhkan adalah yang
penampangnya luas tetapi dangkal. Karena itu sistem ini relatif
membutuhkan lahan yang luas hingga kurang ekonomis untuk unit
besar. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa penelitian
mengenai sistem baffled reactor masih sediKit dibandingkan
penelitian sistem lain.
Tetapi untuk unit kecil atau menenegah baffled septic tank cukup
ideal. Lebih lebih goncangan hydraulic dan organic load tidak
begitu mempengaruhi unjuk kerja sistem ini.

Variabel design berikutnya adalah hubungan antara panjang (L)
dengan tinggi (h). Agar limbah yang masuk terdistribusi secara
merata maka dianjurkan L antara 0.5 - 0.6 d a r i h.
Dengan demikian sungguhpun h tidak ada pengaruhnya terhadap
uplift velocity (seperti telah disebut diatas), tetapi ratio antare h dan
L perlu diperhatikan agar distribusi limbah bisa merata dan kontak
dengan microorganism effisien. Variabel design yang lain adalah
HRT (hydraulic retention time) pada bagian cair (diatas lumpur)
pada baffle reactor minimum harus 8 jam.


                                                                     651
Agar lebih jelas marilah disimak kasus dan perhitungan dibawah
    ini.

Kasus I
   Limbah yang akan ditangani jumlahnya 25 m3 per hari. Mengalir
   dalam waktu 12 jam setiap harinya. COD nya sama dengan
   contoh lain ialah 633 mg/Itr. BOD nya adalah 333 mg/Itr.
   HRT pada septic tank (sebenarnya lebih cocok disebut settler
   atau chamber 1) adalah 1.5 jam. Sedangkan desludging period
   ditetapkan 1.5 tahun sekali (atau 18 bulan). Limbah yang
   ditangani adalah limbah domestik dan ditetapkan ratio SS
   terendapkan/COD adalah 0.42 mg/Itr / mg/Itr.
   Sistem yang akan dipakai adalah baffled reactor
   Hitunglah ukuran dari baffled reactor dan skets konstruksinya.

Perhitungan:

   Flow rate = 25/12 = 2.08 m3/jam
   Untuk mgnhitung pengurangan COD karena pengendapan lihat
    Graf 1
    Untuk HRT 1.5 jam diperoleh faktor = 0.325
    COD removal pada settling          = (0.42/0.6) x 0.325
                                       = 0.23 atau 23%
   Selanjutnya lihat Graf 2
    Dari grafik ini akan diperoleh faktor BOD/COD removal pada
    proses pengendapan sebesar 1.06
    BOD removal pada settling          = 1.06 x 23%
                                       = 24%
   Kandungan COD dan BOD yang masuk ke baffled reactor adalah
    sbb:
       COD = (1-0.23) x 633 =    489 mg/Itr
       BOD = (1-0.24) x 333 =    253 mg/Itr
   Langkah berikutnya marilah kita hitung volume endapan dan
    ukuran yang dibutuhkan.
    Karena desludging interval ditetapkan = 18 bulan, maka dari graf
    3 akan diperoleh faktor 72%. Angka ini merupakan faktor reduksi



652
dari volume sludge karena di tando selama 18 bulan.
Sebagai patokan tanpa effek pemampatan karena penyimpanan,
volume dari sludge yang terjadi dari 1 gram BOD adalah 0.005
liter.
Istilah nya adalah Sludge Itr/gram BOD removal = 0.005
Karena itu = 72% x 0.005 = 0.0036 Itr/gr BOD rem
     Volume sludge yang akan terjadi adalah:
     = 0,0036 x (333 – 2530 / 1000 X 18 bln x 30 hr x 25
     = 3,88 m 3
    ingat volume sludge ini tidak terjadi sekaligus tetapi tumpukan
    selama 18 bulan sesuai dengan desludging interval yang kita
    inginkan.
     Karena hydraulic retention time (HRT) yang ditetapkan adalah
     1.5 jam dan flow rate nya (peak) adalah 2.08 m3/jam, maka
     volume yang dibutuhkan untuk menginapkan limbah selama
     1.5 jam tersebut adalah:
                  = 1.5 x 2.08
                  = 3.12 m3
     Bayangkan pada setelah hampir 1.5 tahun sesuai dengan
     desludging interval yang ditetapkan, maka kapasitas yang
     dibutuhkan agar sistem tetap bekerja dengan baik adalah:
                  = 3.88 + 3.12
                  = 7 m3 ..................... untuk mudahnya disebut A
     Sesuai data diatas jumlah limbah setiap hari nya adalah 25 m 3
     Karena HRT ditetapkan 1.5 jam (padahal satu hari adalah 24
     jam) maka untuk menginapkan selama 1.5 jam dibutuhkan
     volume sebesar:
                  = 25 x 1.5/24 = 1.56 m3
     Diatas telah disebut bahwa total akumulasi lumpur dan limbah
     jangan sampai lebih lebih dari separo konstruksi.
     Maka = 2 x 1.56 m3 = 3.12 m3 …. untuk mudahnya disebut B
     Bila A < B    cukup dipakai volume B untuk desaiin
     Tetapi bila A > B     dianjurkan memakai volume A
     Dalam kasus iri A > B, maka volume desain septic tank*
     adalah 7 m3.
     * = sebenarnya istilah ini agak salah kaprah karena
          keseluruhan sistem ini disebut baffled septic tank. Dalam


                                                                   653
hal ini yang dimaksud adalah chamber pertama atau
            settler atau pengendap.
Misalnya lebar dari settler ditetapkan 2 meter dan kedalamannya 1.5
meter.
Maka panjang dari settler/ pengendap = 7/(2x1.5)
                                          = 2.33 m dibulatkan 2.4 m
Berikutnya langkah langkah untuk menghitung baffled reactor. Seperti
telah disebut diatas salah satu variable design dalam menghitung baffled
reactor adalah uplift velocity yang dalam hal ini jangan lebih dari 2
m/jam. Bila lebih dari 2 m/jam maka percuma saja anda membuat baffled
reactor karena proses yang terjadi hanya sekedar sebagai settling.
Dalam kasus ini misalnya anda menetapkan uplift velocity = 1.8
m/jam Variabel design yang lain adalah minimum jumlah chamber
untuk baffled reactor adalah 4 buah. Dalam kasus ini misalnya anda
tetapkan 5 buah. Berikutnya yang perlu anda tetapkan adalah
kedalaman air pada outlet dari baffled reactor. Biasanya penetapan ini
dipengaruhi oleh situasi dari lokasi dimana anda membuat konstruksi
ini. Dalam kasus ini misalnya ditetapkan bahwa kedalaman pada
outlet = 1.5 meter.
Variabel design yang berikutnya (lihat ulasan diatas) adalah panjang
(L) adalah 0.5 — 0.6 dari dalam (h).
Dalam kasus ini misalnya anda tetapkan 0.5; maka panjang = 0.75
meter Luas area untuk satu chamber = Flow rate/uplift velocity
                                        = 2.08/1.8
                                        = 1.16 m2
Luas area = panjang x lebar
Maka lebaT deri chamber baffled reactor = 1.16/0.75
                                             = 1.54 meter
Konsekwensinya luas area untuk satu chamber = 2 x 0,75 = 1,5 m 2
Hingga uplift velocity menjadi          = 2,08/1,5
                                        = 1.39 m/jam (lebih baik)
Lebar lorong (istilah menterengnya adalah downflow shaft) pada
baffled reactor terserah dari perencana, tetapi jangan lebih kecil dari
25 cm.
Bila lebih kecil dari itu akan sulit pada perawatan karena terlampau
sempit. Dalam kasus ini misalnya anda tetapkan 25 cm
Maka volume total dari baffled reactor (termasuk volume lorongnya)


654
adalah: = 5 x (2x(0.75 + 0.25) x 1.5)
         = 15 m3
Untuk volume 15 m3 maka limbah yang masuk ke baffled reactor
akan ngendon selama = 15/(25/24)
                        = 14.4 jam
Tetapi ingat bahwa sebagian ruang dalam baffled reactor akan
ditempati oleh sludge dan pengalaman kira kira kan ada paling tidak
5°ro dari ruang tersebut yang ditempati oleh sludge
Karena itu HRT setelah di operasi kan kira kira adalah
                            = 14.4 - 5% nya
                            = 13.8 jam
atau dibulatkan menjadi     = 14 jam
Faktor faktor empiris untuk menghitung removal BOD pada baffled
reactor adalah sbb:

   Faktor akibat waste water strength.
   Seperti telah disinggung diatas yang diartikan strength adalah
   tingkat kandungan organiknya. Dalam hal ini pengertian
   sederhana adalah kenyataan bahwasanya persen pengurangan
   akan lebih tinggi untuk kandungan BOD yang tinggi. Bila
   kandungan BOD nya rendah maka persen pengurangan akan
   lebih rendah.
   Grafik empiris yang memberikan hubungan antara BOD removal
   dengan strength adalah sbb:




                                                               655
Faktor yang diakibatkan oleh temperatur.
  Untuk negara tropis seperti Indonesia faktor ini bisa diabaikan
  karena temperatur biasanya mencapai sekitar 25 s/d 30 C.
  Hingga faktor yang diakibatkan oleh temperatur = 1.
  Bila anda menjumpai situasi dengan temperatur yang tidak lazim
  maka hubungan empiris nya dapat dilihat pada grafik berikut:




  Faktor yang diakibatkan oleh jumlah dari uplift chamber.
  Yang dimaksud dengan uplift chamber adalah bak baffled reactor.
  Bila jumlah bak ini lebih banyak akan diperoleh BOD removal
  yang lebih baik, karena intensitas kontak lebih tingyi hingga
  penguraian lebih baik. Seperti telah disinggung diatas jumlah bak
  baffled reactor minimum adalah 4 buah.



  Dari grafik diatas untuk HRT 14 jam diperoleh faktor = 0.84

  Faktor terakhir yang mempengaruhi BOD removal dalam sistem
  baffled reactor adalah jumlah kg BOD untuk setiap m3 volume
  baffled reactor pada waktu keadaan peak flow rate.
  Istilah yang lazim dipakai untuk issue ini adalah BOD overloading.
  Mengapa kog hal ini dipermasalahkan ??
  Jumlah limbah cair yang akan diolah setiap harinya bila mengalir
  dalam waktu singkat (misalnya hanya 1 jam) akan memberikan
  dampak yang berbeda dibandingkan bila dia mengalir selama 12
  jam.


656
Bila diibaratkan seperti orang makan, maka orang yang "kelolotan"
   gara-gara dalam waktu singkat melalap jatah satu hari.
   Dalam hal ini angkanya adalah:
       = Kadar BOD x peak flow rate x 24/1000/volume baffled
          reactor = 0.84 Kg BOD per m3 per hari.
       = 0.84 Kg BOD/m3 hari
   Grafik empiris yang menunjukkan hubungan antara removal
   dengan BCD overloadina adalah:
               Dari grafik tersebut akan diperoleh faktor = 1
   Dari faktor faktor diatas maka theoritical BUD removal yang dari
   sistem yang anda desain adalah = 0.84 x 1 x 1.02 x 0.84 x 1
                                      = 0.72 atau 72%
   Kadang kadang dari dimansi yang anda buat, perhitungan
   theoritis diatas memberikan angka yang cukup indah misalnya
   sampai mendekati 100%. Tetapi dalam prakteknya tidak demikian.
   Karena itu bila menghadapi kondisi seperti itu BOD removal
   diambil 90% saja.
   Menurut pengalaman angka 90% inilah yang maksimum dapat
   dicapai dalam realita praktek.

Dengan demikian BOD effluent adalah           = (1 – 0.72) x 253
                                              = 70 mg/Itr
Hingga ditinjau secara keseluruhan sistem yang anda desain bisa
diharapkan untuk mengurangi BOD sebanyak = (1 - 70/333)
                                              = 79%
Dari perhitungan diatas skets konstruksi adalah sbb:




                                                                   657
658
C. Anaerobic Filter

Pada sistem septic tank dan imhoff tank yang telah dibahas diatas
proses yang terjadi adalah sedimentasi (pengendapan) dari bahan
bahan yang dapat terendapkan dan seterusnya terjadi proses
digestion/penguraian dari bahan terendapkan tersebut.
Sedangkan kandungan yang masih terikut (tidak terendapkan) praktis
tidak mengalami proses apapun.
Anaerobic Filter (atau dikenal juga dengan sebutan Fixed Bed atau
Fixed Film Reactor) mempunyai prinsip yang berbeda dengan septic
tank & imhoff tank, karena sistem ini justru diharapkan untuk mem-
oroses bahan bahan yang tidak terendapkan dan bahan padat
terlarut (dissolved solid) dengan cara mengkontakkan dengan surplus
mikro organisme. Mikro organisme tersebut akan menguraikan bahan
organic terlarut (dissolved organic) dan bahan organic yg ter dispersi
(dispersed organic) yang ada didalam limbah.
Sebagian besar mikro organisme (untuk selanjutnya disebut sebagai
bakteria) tersebut cenderung tidak mobil. Artinya mereka tidak seperti
singa yang lari kesana kemari than aktif untuk mencari makan, tetapi
cenderung diam dan menunggu makanan yang di dekat kan
kepadanya.
Bakteria ini cenderung menumpel pada dinding atau tempat lain yang
permukaannya dapat digunakan untuk tempelan.
Karena itu yang dimaksudkan sebagai filter disini adalah media
dimana bakteria dapat menempel dan limbah dapat mengalir/Iewat
diantaranya. Selama aliran ini kandungan organik akan diuraikan
oleh berbagai bakteria dan hasilnya adalah pengurangan kandungan
organik pada effluent.
Media yang digunakan bermacam macam tetapi prinsipnya lebih luas
permukaan akan lebih baik fungsinya. Misalnya koral, kerikil, plastik
yang dibuat khusus sebagai media, ijuk, pasir, dlsb.
    Media yang baik luas permukaannya (surface area) kira kira 100 –
    300 m2 per m3 volume yang ditempatinya.
Dengan pola pikir itu maka kita cenderung untuk memilih media yang
mempunyai surface area yang besar dengan harapan hasilnya akan
baik sekali. Misalnya tepung arang, pasir, dlsb.



                                                                  659
Tetapi biasanya media dengan butiran terlampau kecil akan
memberikan performance yang baik beberapa hari saja. Seterusnya
terjadi blocking diakibatkan oleh lapisan bakteria yang menempel
dipermukaannya. Setelah terjadi blocking unjuk kerja nya malahan
buruk sekali.
Padahal       bila   terjadi  blocking,     urusan   membongkar  dan
membersihkannya merupakan pekerjaan yang paling menjengkelkan.
Karena itu media harus sedemikian agar surface areanya cukup luas
tetapi tidak sampai tersumbat / blocking / clogging.
    Istilah teknis nya adalah media yang mempunyai SSA (specific
    surface area) yang luas dan VR (void ratio) yang tinggi.
Urusan media inilah yang kemudian di kutak katik oleh para ahli
teknis dengan mencari bahan serta bentuk yang memberikan surface
area luas tetapi void ratio nya tinggi.
Yang dihasilkan terus diberi nama perdagangan khusus untuk
memukau pembeli. Misalnya ada bentuk seperti seng plastik yang di
tekuk tekuk dengan model tertentu dan dibuat oleh perusahaan
Jerman. Terus diberi nama Bioreactor made in Germany.
Ada juga model lain yang diberi nama Multiple-reactor buatan
Jepang, dlsb. Pendek kata urusan nama boleh macam macam tetaai
prinsip dasarnya sama. Bagi anda yang senang kutak-katik petunjuk
dibawah ini mungkin bermanfaat:
    Cara menghitung void ratio.
    Misalnya anda akan menggunakan kerikil dari dan Gunung Bromo
    untuk media anaerobik filter, karena konon kata orang ...sip
    sekali. Berapa sih void ratio dari kerikil tsb ?
    Caranya adalah :
         Ambil ember.
         Isi ember tersebut dengan air, misalnya sampai 10 liter dan
         sampai 10 liter tsb beri tanda.
         Kosongkan ember.
         Masukkan kerikil
         Masukkan air dan sampai batas tanda tadi hitung berapa liter
         air yar.g masuk; misalnya 4 liter.
         Maka void ratio adalah 4/10 = 40%.




660
Menghitung surface area.
Perhitungan surface area amat complex dan sangat terpengaruh
oleh bentuk dari media. Disamping itu keteraturan (regularity) dari
bentuk juga amat besar pengaruhnya.
Faktor lain yang mempengaruhi surface area adalah porositas dari
media tsb. Secara theoritis bahan yang porositas nya tinggi akan
memberikan surface area yang lebih besar.
Karena itu, untuk bentuk yang komplex dan irregular perhitungan
surface area lebih baik diserahlcan kepada laboratorium material
yang mempunyai sarana lengkap.
Tetapi untuk bentuk sederhana dan relatif teratur (atau dianggap
teratur) contoh perhitungan dibawah ini dapat anda gunakan:
Misalnya: Kelereng dengan bentuk relatif teratur akan anda
           gunakan sebagai media.
           Diameter kelereng in; adalah 3 cm
           Maka volume 1 kelereng adalah = 1/6 n d 3
                                           = 14.13 cm3
           Luas permukaan kelereng         = dz
                                           = 28.26 cm2.
          Seperti contoh diatas misalnya anda masukkan kelereng
          tersebut kedalam ember 10 liter dan setelah diisi air
          lagi hanya bisa masuk sebanyak 4 liter
          Maka void ratio adalah 40% dan volume sisanya
          merupakan volume dari media ialah 6 liter = 6,000 cm3
          Jumlah kelereng = 6000/14.13 = 405 buah
          Surface area nya adalah      = 405 x 28.26
                                       = 11,445 cm2 per 10 liter
          atau                         = 1,144,500 cm2/m3
          atau                         = 114.45 m2/m3



                                                               661
Bila didesain dan di operasi kan dengan baik maka pengurangan
(removal) BOD dengan anaerobik filter dapat mencapai 70% - 90%.
Sistem ini cocok untuk menangani limbah domastik dan industri yang
mempunyai TSS (total suspended solid) rendah.
Disisi lain limbah (baik domestik atau lebih lebih limbah industri) tidak
dapat terjamin TSS nya selalu rendah.
Karena itu sistem anaerobik filter biasanya digunakan setelah prises
pengendapan. Misalnya setelah septic tank, imhoff tank, dlsb.
Hindari penggunaan sistem anaerobik filter secara tersendiri ( tands
alone) karena resiko blocking/clogging tinggi sekali.
Dengan kata lain anaerobik filter sering digunakan sebagai treatment
lanjutan atau sering juga disebut sebagai secondary treatment.




                   Ga m b a r 7 . 3 4 . A n a e r o b i c f i l t e r


Seperti telah disinggung diatas, aktivitas penguraian pada anaerobik
filter baru mulai terjadi setelah terbentuk surplus bakteria yang
berkembang sebagai lapisan tipis (film) pada media. Untuk


662
mempercepat hal ini dapat mengambil bakteria dari septic tank dan
mengumpankannya pada media anaerobik filter.
Biar bagaimanapun unjuk kerja optimal dari anaerobik filter baru
terjadi beberapa bulan setelah dioperasikan. Jadi jangan
bahwasanya bermimpi begitu di operasi kan langsung memberikan
hasil optimal.

Design criteria dan Iangkah perencanaan untuk Anaerobik Filter.
Seperti sistem yang telah diuraikan diatas, untuk mempermudah
pemahaman didalam merencanakan maka uraian design criteria dan
langkah perencanaan diuraikan dalam bentuk contoh kasus.

Kasus
Data: Anda diminta untuk membantu menanggulangi permasaiahan
limbah disuatu industri yang memproduksi makanan seperti biscuit
    Setelah dilakukan pengamatan jumlah limbah dari kegiatan
    tersebut adalah 25 m3/hari.
    Setiap harinya kegiatan tersebut praktis hanya beroperasi selama
    12 jam hingga mayoritas limbah hanya mengalir selama 12 jam
    setiap harinya.
    Sample limbah di teliti di laboratorium dan kadar BOD = 333
    mg/IV dan kadar COD = 633 mg/Itr.
    Di laboraturium juga dilakukan uji coba pengendapan. Setelah limbah
    diendapkan diambil bagian yang tidak terendapkan dan di test COD
    nya. Lewat test ini direkomendasikan ratio SS terendapkan dibanding
    pengurangan COD adalah 0.42.
    Oleh pemer intah daerah limbah yang dihasilkan oleh para
    pengusaha kecil tersebut diharuskan untuk memenuhi standard
    yang telah ditetapkan. Untuk mencapai standard tersebut akan
    dipakai sistem anaerobik filter.
Dengan diskusi bersama rekan rekan anda, diputuskan hal-hal sbb:
    Resiko yang sangat mungkin terjadi pada Sistem anaerobik filter
    adalah terjadinya clogging pada media. Karena itu sebelum
    masuk ke anaerobik filter harus ada sarana untuk mengendapkan
    suspended solid.
    Sarana untuk mengendapkan suspended solid yang dipilih adalah
    sistem septic tank.


                                                                   663
Karena tujuan pokok dari septic tank tersebut adalah untuk
  mengendapkan suspended solid maka hydraulic retention time
  (HRT) pada septic tank tidak perlu lama sekali. Maksudnya agar
  konstruksi menjadi lebih kecil dan hemat. Untuk ini ditetapkan
  HRT pada septic tank adalah 2 jam
   Disamping itu rekan rekan anda yang lama berkecimpung dalam
   urusan pengolahan limbah menyarankan agar deslud g ing interval
   (interval pengurasan) harus cukup lama. Alasannya adalah
   kenyataan bahwa pengusaha kecil biasanya merupakan orang
   yang selalu sibuk hingga biasanya sering enggan untuk
   melakukan pengurasan secara periodik. Dengan pertimbangan ini
   ditetapkan desludging period adalah sekali setiap 3 tahun (atau
   36 bulan).

Output yang diharapkan untuk anda kerjakan:
   Berapa volume dan dimensi dari kombinasi Septic tank dan
   Anaerobik Filter yang diperlukan.
   Perkiraan kwalitas dari effluent ?
   Skets konstruksi dari Imhoff tank tersebut ?

Perhitungan :
Dari kondisi diatas perlu dilakukan perhitungan mengikuti alur proses
treatment, dimulai dari primary treatment (ialah perhitungan septic
tank) untuk kemudian dilanjutkan dengan secondary treatment
(anaerobik filter).
    Peak flow = 25/12 = 2.08 m3/jam
    Langkah berikutnya adalah menghitung pengurangan COD pada
    septic tank karena proses pengendapan.
    Untuk ini sekali lagi lihat Graf 1
    HRT pada septic tank = 2 jam. Dengan HRT sebesar 2 jam maka
    dari graf 1 diperoleh faktor pengali sebesar = 0.36
    Maka COD removal di S.T = (ratio SS terendap/
                                  = (0.42/0.6) x 0.36)
                                  = 0.25 atau 25%
                           Angka empiris untuk septik tank = 0,6
                           Sedangkan untuk imhoff tank = 0.5




664
Dengan demikian kandungan COD yang keluar dari septik tank dan
masuk ke anaerobik filter adalah = (1-0.25) x 633 = 475 mg/Itr
Seperti pada perhitungan septik tank diatas, pengurangan BOD
karena pengendapan tidak identik dengan pengurangan COD.
Untuk ini Iihat Graf 2.
Untuk COD removal kurang dari 50% diperoleh faktor = 1.06.
Maka BOD removal di ST = 1.06 x 25%
                            = 26%
Dengan demikian kandungan BOD yang keluar dari septik tank
(artinya yang masuk ke anaerobik filter) = (1-0.26) x 333
                                         = 247 mg/Itr
Selanjutnya marilah kita hitung dimensi dari septik tank.
Karena desludging interval ditetapkan = 36 bulan, maka dari graf
3 akan diperoleh faktor 50%. Angka ini merupakan faktor reduksi
dari volume sludge karena di tando selama 36 bulan.
Sebagai patokan tanpa effek pemampatan karena penyimpanan,
volume dar sludge yang terjadi dari 1 gram BOD adalah 0.00f,
liter.
Istilah nya adalah Sludge Itr/gram BOD removal = 0.005
Karena itu = 50% x 0.005 = 0.0025 Itr/gr BOD rem
Selanjutnya lihat patokan untuk perhitungan septik tank yang telah
diuraikan dibagian terdahulu.
     Volume sludge yang akan terjadi adalah:
                 = 0.0025 x (333 - 247)/1000 x 36 bin x 30 hr x 25
                 = 5.805 m3
  Ingat volume sludge ini tidak terjadi sekaligus tetapi tumpukan
  selama 36 buian sesuai dengan desludging interval yang kita
  inginkan.
   Karena hydraulic retention time (HRT) yang ditetapkan adalah
   2 jam dan flow rate nya adalah 2.08 m3/jam, maka volume
   yang dibutuhkan untuk menginapkan limbah selama 2 jam
   tersebut adalah:
               = 2 x 2.08
               = 4.16 m3
   Bayangkan pada setelah hampir 3 tahun sesuai dengan
   desludging interval yang ditetapkan, maka kapasitas yang
   dibutuhkan agar sistem tetap bekerja dengan baik adalah:


                                                              665
= 5.805 + 4.16
                   = 9.965 m3 …. untuk mudahnya disebut A
       Sesuai data diatas jumlah limbah setiap hari nya adalah 25 m3
       Karena HRT ditetapkan 2 jam (padahal satu hari adalah 24 jam)
       maka untuk menginapkan selama 2 jam dibutuhkan volume
       sebesar:
                   = 25 x 2/24
                   = 2.08 m3
      Diatas telah disebut bahwa total akuinulasi lumpur dan limbah
      jangan sampai lebih lebih dari separo konstruksi.
      Maka = 2 x 2.08 m3 = 4.16 m3 .......untuk mudahnya disebut B
      Bila    A<B           dipakai volume B untuk desain
     Tetapi bila A > B      dianjurkan memakai volume A
     Dalam kasus ini A > B, maka volume desain septic tank adalah
     9.965 m3 atau dibulatkan menjadi 10 m3.
     Sampai sini urusan perhitungan volume septik tank (primary
     treatment) selesai dan dibawah mulai menginjak urusan
     perhitungan anaerobik filter (secondary treatment).
  Untuk anaerobik filter misalnya anda akan menggunakan media
  tertentu. Specific surface area dari media tsb adalah 100 m2/m3
  Sedangkan void ratio = 35%
  HRT (hydraulic retention time) pada anaerobik filter berkisar
  antara 1 – 2 hari (24 – 48 jam). Angka ini merupakan patokan
  umum mengingat proses degradasi pada proses anaerobik lebih
  lambat dibanding proses aerobik. Untuk kasus ini misalnya HRT
  ditetapkan selama 30 jam.
  Faktor faktor empiris yang digunakan untuk memperhitungkan
  penguraian pada sistem anaerobik filter adalah sbb:




666
Dalam kasus yang sedang anda garap HRT nya adalah 30 jam,
dan dari grafik diatas akan diperoleh faktor = 69%


Variabel lain yang diperoleh dari pengalaman konstruksi
anaerobik filter adalah jumlah chamber (atau jumlah bak), jumlah
bak yang lebih banyak (sungguhpun volume efektifnya sama)
ternyata memberikan effisiensi penguraian yang lebih tinggi.
Contohnya dapat dilihat pada skets dibawah:




Dibagi bagi menjadi beberapa chamber ternyata memberikan
tambahan effisiensi kira-kira sebesar 4% per chamber nya.
Tetapi kebalikannya jangan anda terlampau ambisius dengan
membagi menjadi chamber yang banyak sekali. Bila terlampau
banyak ukuran akan menjadi kecil sekali dan pengerjaannya akan
sulit.
Untuk kasus yang sedang anda kerja kan rencana akan dibagi
menjadi 3 chamber.
Pengurangan COD (COD removal) dihitung sbb:
       = F temp x F strength x F sa x F HRT x (1+(3x0.04))
       = 1 x 0.91 x 1 x 0.69 x (1+0.12)
       = 0.70
Bila hasil diatas < 0.9 maka gunakan hasil tsb untuk perhitungan
anda. Tetapi bila > 0.9 maka gunakan angka 0.9 sebagai upper
ceiling untuk COD removal factor dalam sistem anaerobik filter.
Untuk kasus ini hasil diatas < 0.9
Dengan demikian kadar COD setelah lewat anaerobik filter
(effluent) adalah: = (1-0.7) x 475
                   = 142 mg/Itr
Berarti total pengurangan COD (septik tank/primary treatment dari



                                                             667
anaerobik filter/secondary treatment) = 78%
  Untuk memperkirakan hubungan BOD removal dengan COD
  removal sekali lagi buka Graf.2
  Untuk COD removal 70% akan diperoleh faktor 1.1
  Dari sini dapat diperkirakan BOD removal untuk seluruh sistem
  (septik tank dan anaerobik filter) adalah = 1.1 x 78%
                                              = 85%
  Kandungan BOD effluent dengan demikian adalah:
                               = (100%-85%)x333
                               = 50 mg/Itr
  Ukuran volume anaerobik filter adalah:
                     = HRT padaAF x Volume limbah per hari/24
                     = 30 x 25/24
                     = 31.25 m3
  Berikutnya marilah kita hitung dimensi (panjang, lebar, tinggi,
  dlsb) dari konstruksi kebutuhan volumenya telah dihitung.
  Misalnya dari situasi lahan yang tersedia ditetapkan lebor nya
  adalah 1.75 m. Dan tinggi air dalam septic tank = 2.25 m.
  Septik tank (primary treatment):
  Volume Septik tank sebagai primary treatment = 10 in3
  Maka panjang dari bak 1 septik tank adalah:
                            = (2/3 x 10) / (1.75 x 2.25)
                            = 1.68m
              dibulatkan    = 1.7 m
  Sedangkan panjang dari bak 2 septik tank         = 0.85 m
  Anaerobik filter (secondary treatment)
  Volume anaerobik filter yang dibutuhkan ialah = 31.25 m3
  (ingat ada bagian yang terisi oleh media hingga harus
  diperhitungkan void ratio nya)
  Jumlah chamber telah ditetapkan sebanyak = 3 chamber
  Dalam (depth) dari anaerobik filter misalnya ditetapkan = 2.25 m
  (seperti septik tank)
  Agar terjadi aliran yang baik (khususnya bila anda menetapkan
  aerobik filter dengan multi chamber) dianjurkan agar maksimum
  panjang setiap chamber tidak lebih dari dalamnya.




668
Dalam kasus ini maka panjang chamber 1     =     2.25 m
                     Panjang chamber 2     =     2.25 m
                     Panjang chamber 3     =     2.25 m
                     Total                 =     6.75 m

Tetapi ketebalan media jelas lebih kecil dari kedalaman (depth)
dari anaerobik filter sendiri.
Misalnya plat penahan media letaknya 60 cm dari dasar AF dan
ketebalan plat (biasanya merupakan plat beton yang berlubang
lubang) adalah 5 cm. Sedangkan bagian atas media 40 cm lebih
rendah dibanding lubang effluent.
Maka ketebalan media = 2.25 - 0.6 - 0.05 - 0.4
                     = 1.2 m




Misalnya lebar diberi kode W, maka total volume dari 1 chamber
adalah:
10.42 m3 = (2.25 x 0.25 x w) + (2.25
      x 2.25 x w) – (2.25 x 1.2 x w) x 0.65

maka w = 2.69 meter atau dibulatkan menjadi 2.7 meter
Untuk anaerobik filter setelah urusan menghitung dimensi selesai
perlu dilakukan check kecepatan aliran pada media pada kondisi
peak flow.




                                                            669
Kecepatan aliran pada media:
     V = peak flow / (penampang media x void ratio)
        = 2.08 / (2.25 x 2.69 x 0.35)
        = 0.98 m/jam
  Kecepatan aliran pada media ini tidak boleh lebih dari 2 m/jam.
  Bila terlampau cepat maka proses penguraian tidak berjalan
  dengan effisien dan akibatnya sistem tidak berfungsi seperti yang
  diharapkan.
  Bila pada check ini ternyata kecepatan aliran terlampau tinggi
  maka anda perlu merubah dimensi panjang dan lebar, atau;
  memakai media dengar void ratio yang lebih tinggi.
  Sketsa dari hasil desain yang telah anda hitung dapat dilihat pada
  gambar dibawah ini :




670
Contoh media filter
                  bentuk dan model dal. ; media (untuk proses anaerobik
                  atau aerobik) sedemikian hingga disatu sisi effisiensinya
                  lebih tinggi tetapi disisi lain tidak terjadi clogging
                  (tersumbat).

             Model anyaman plastik berbentuk bola (mirip bola sepak
             takraw) banyak dipakai untuk pengolahan limbah deri industri
             tahu di China & Thailand. Bila mikroorganism cukup tebal
             maka bola tersebut akan bergulir hingga menghindari
             clogging.



                  Bentuk plastik sheet yang dibuat bergelombang
                  (corrugated) dengan permukaan yang dibuat khusus
                  dengan harapan surface area lebih besar hingga
                  mening¼atkan effisiensi




                      Bentuk sarang tawon (honeycomb) dengan bahan
                      porous hingga diharapkan paca media tersebut
                      merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan
                      mikroorganism yang akhirnya dapat meningkatkan
                      effisiensi pengolahan.



D. Aerobic Treatment
1. Proses Lumpur Aktif (Activated Sludge Process)

Sesudah dikembangkan pada 1910 an di Eropa dan Amerika Serikat,
karena efisien dan ekonomis, proses Lumpur aktif mulai banyak
digunakan dan menjadi proses aerobik yang paling popular.
Istilah "lumpur aktif" sering diartikan sebagai nama proses itu sendiri dan
juga sering diartikan sebagai padatan biologik yang merupakan motor di
dalam proses pengolahan.


                                                                       671
Prinsip Proses Lumpur Aktif




                     Gambar 7.35. Proses lumpur aktif


Seperti pada gambar diatas, sesudah equalization tank di mana fluktuasi
kwalitas/ kwantitas influen diratakan, limbah cair dimasukkan ke dalam
tangki aerasi di mana terjadi pencampuran dengan mikroorganisme yang
aktif (lumpur aktif). Mikroorganisme inilah yang melakukan penguraian
dan menghilangkan kandungan organik dari limbah secara aerobik.
Oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi mikroorganisme tersebut diberikan
dengan cara memasukkan udara ke dalam tangki aerasi dengan blower.
Aerasi ini juga berfungsi untuk mencampur limbah cair dengan lumpur
aktif, hingga terjadi kontak yang intensif.
Sesudah tangki aerasi, campuran limbah cair yang sudah diolah dan
lumpur aktif dimasukkan ke tangki sedimentasi di mana lumpur aktif
diendapkan, sedangkan supernatant dikeluarkan sebagai effluen dari
proses.
Sebagian besar lumpur aktif yang diendapkan di tangki sedimentasi
tersebut dikembalikan ke tangki aerasi sebagai return sludge supaya
konsentrasi mikroorganisme dalam tangki aerasinya tetap sama dan
sisanya dikeluarkan sebagai excess sludge.




672
Gambar 7.36. diagram proses lumpur aktif yang dilengkapi sarana pre treatment


Parameter Proses Lumpur Aktif
Beberapa parameter yang digunakan didalam desain sistem pengolahan
lumpur aktif adalah sebagai berikut :

Organic Loading
Organic Loading adalah parameter utama untuk mendesain proses
lumpur aktif dan meng-operasikannya.
Ada dua jenis parameter untuk organic loading, yaitu F/M (Food to
Microorganism Ratio) dan Volumetric BOD Loading.
            F/M = (Lf x Qi) / (V x S) ................... [kg BOD/kg MLSS/hari]
   Lf    : BOD influen                 [kg/m 3]
   Qi    : debit influen               [m 3/hari]
   V     : volume tangki aerasi        [m 3]
   S     : MLSS                        [kg/m 31

               MLSS = Mixed Liquor Suspended Solids

       Volumetric BOD Loading = (Li x Qi)N .... (kg BOD/m 3/hari)
Apabila organic loading tinggi, kwalitas efluen menjadi jelek dan excess
sludge menjadi banyak.
Sedangkan kalau organic loading rendah, kwalitas effluen menjadi baik
dan excess sludgenya menjadi sedikit.


                                                                           673
Akan tetapi, supaya menurunkan organic,oading, harus diadakan tangki
aerasi Iebih hesar dan juga harus memakai lisrik Iebih banyak.

       volumetric BOD Loading = (Lf x Qi) / V …… (kg BOD//hari)




HRT (Hydraulic Retention Time)
Hydraulic Retention Time didefinisikan, rata-rata berapa lama limbah cair
yang dimasukkan ke dalam tangki aerasi berada dalam tangki tersebut.

                       HRT = 24V / Qi       [jam]

Apabila BOD influen, BOD Loading dan MLSS sudah tetap, dengar,
sendirinya HRT akan ditetapkan.
Misalnya, kalau debit influen 100 m3/hari, BOD influen 200 ppm dan BOD
Loading = 0.3 kg BOD/kg MLSS/hari dan MLSS 3,000 ppm, maka mikro-
organisme yang dibutuhkan dalam tangki (Wa kg) aerasi adalah
        Wa = (0.2 x 100/0.3) = 67 kg
Maka volume tangki aerasi (V m3)yang dibutuhkan adalah:
          V = 67/3 = 22 m 3



674
Sehingga, HRT menjadi :
HRT = 24 x 22/100 = 5,3 jam

Oksigen dibutuhkan (Required Oxygen)
Oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi aerobik dalam tangki aerasi bisa
dihitung sebagai berikut:

                  Or=axLr+bxLa

       Or = Oksigen dibutuhkan                        [kg/hari]
       Lr = BOD yang dihilangkan                      [kg/hari]
       La = kwantitas lumpur aktif dalam tangki aerasi [kg]
       a, b                                           = coefficient

Angka biasa a dan b adalah 0.31 – 0.77 dan 0.05 – 0.18 masing-masing.
Coefficient a dan b dipengaruhi oleh SRT (contoh: gambar 5)




pH
Biasanya pH yang optimal untuk reaksi !umpur aktif adalah 6 – 8.

Nutrient Balance
Pada umumnya perbandingan antara BOD, nitrogen dan phosphorous
yang optimal untuk proses lumpur aktif adalah

               BOD : N : P = 100 : 5 : 1
Kalau nutrient balancenya kurang baik, maka kita bisa memperbaiki



                                                                      675
balance tersebut dengan cara menambah kimia yang mengandung
nitrogen atau phosphorous.

      Variasi Proses Lumpur Aktif
Pada gembar 6 dan gambar 7 bisa dilihat berbagai jenis variasi proses
lumpur aktif.

E. Oxidation Ditch

Oxidation ditch adalah salah satu proses lumpur aktif, akan tetapi bentuk
tangki aerasinya oval seperti gambar 7 dan limbah cair dan lumpur aktif
memutar dalam tangki tersebut dengan surface aerator atau mixer/
aerator yang lain.
Dalamnya oxidation ditch 1 - 3 m dan lebar (satu jalur) nya 2 - 6 m.
Seperti extended aeration proses, oxidation ditch juga dioperasikan
dengan BOD loading yang r     endah, maka menghasilkan excess sludge
lebih sedikit dari proses lumpur aktif. Proses ini bisa dioperasikan dalam
kondisi stabil dan bertahan fluktuasi loading dan juga fluktuasi
temperatur. Karena tergantung pada posisi dalam ditch konsentrasi DO
(Dissolved Oxygen, Oksigen terlarut) berbeda, sehingga bisa
mengadakan tidak hanya reaksi aerobik, akan tetapi reaksi anaerobik,
maka bisa menghilangkan nitrogen sampai derajat tertentu.




             Gambar 7.37. Artificial Oxygenatin and Mixing Devices




676
F. Constructed Wet Land

Constructed Wet Land (arti harafiah nya adalah Lahan Basah yang
Sergaja Dibuat) adalah salah satu sistem pengolahan limbah yang
prinsipnya cenderung meniru proses purifikasi yang terjadi di alam.
Sistem ini banyak digunakan untuk penanganan limbah domestik
komunal dan limbah pertanian. Salah satu prasyarat yang diperlukan
adalah tersedianya lahan. Untuk limbah industri sistem ini hanya dapat
digunakan untuk Post Treatment atau proses akhir. Karena beban limbah
industri lazimnya cukup tinggi hingga akan terjadi penyumbatan
(clogging) bila sistem ini digunakan pada tahap awal.

Sistem Pengolahan
Terdapat beberapa tipe sistem pengolahan dasar (basic treatment
system ) yang masuk katagori "constructed wet land":
      a) Treatment diatas permukaan tanah
      b) Filtrasi dergan aliran vertikal
      c) Filtrasi dengan aliran horizontal
Treatment diatas permukaan dilakukan dengan menyebarkan air limbah
secara teratur diatas permukaan tanah dibentuk sedemikian hingga
contour nya bertingkat-tingkat sesuai dengan desain.
Penyebaran air limbah sendiri biasanya dilakukan dengan sprinkler.
Tetapi pola demikian membutuhkan lahan yang cukup luas hingga kurang
cocok untuk limbah industri. Karena lahan di kawasan industri biasanya
terbatas dan mahal hingga penerapan pola ini tidak feasible.

Filtrasi dengan aliran vertikal dilakukan dengan membagi limbah ke
beberapa filter bed (2 atau 3 unit) secara bergantian. Pembagian limbah
secara bergantian tersebut dilakukan dengan pengaturan klep (dosing)
dan untuk itu perlu dilakukan oleh operator. Karena perlu dilakukan
pembagian secara bergantian tersebut, pengoperasian sistem ini rumit
hingga tidak praktis.
Filtrasi dengan aliran horizontal dilakukan dengan mengalirkan limbah
melewati media filter secara horizontal. Cara ini sederhana dan praktis
tidak membutuhkan perawatan, khususnya bila di desain dan dibangun
dengan baik.




                                                                   677
Filtrasi dengan aliran vertikal dan horizontal mempunyai prinsip kerja
yang berbeda. Filtrasi horizontal secara permanen terendam oleh air
limbah dan proses yang terjadi adalah sebagian aerobik dan
sebagian anaerobik.
Sedangkan pada filtrasi vertikal, proses yang terjadi cenderung
anaerobik. Prinsip kerja tersebut dapat dilihat pada sketsa dibawah:




              Gambar 7.38. Proses fitrasi dengan aliran vertikal




             Gambar 7.39. Proses filtrasi dengan aliran horisontal


Mengingat faktor pengelolaan maka untuk finalisasi pengolahan
limbah industri filtrasi dengan aliran horizontal lebih sesuai, hingga
dalam manual ini hanya sistem tersebut yang dibahas dengan lebih
rinci.


678
Penyumbatan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan
didalam filtrasi horizontal. Bila penyumbatan (clogging) ini terjadi
maka konstruksi tersebut tidak akan berfungsi dengan semestinya
dan perlu dilakukan pembongkaran serta penggantian media dan hal
tersebut merupakan pekerjaan yang menyulitkan. Karena itu
pemilihan media merupakan salah satu issue yang amat penting
didalam men desain filtrasi horizontal.
Sungguhpun pada tingkat finalisasi (post treatment), beban organis
dan padatan pada air limbah lebih besar dibanding filtrasi untuk
pengolahan air minum. Karena itu media yang lazim digunakan untuk
filtrasi horizontal adalah gravel (kerikil). Konstruksi demikian sering
juga disebut sebagai : "Constructed Wetland"; "Sub Surface Flow
Wetland (SSF)", atau; "Root Zone Treatment Plant'.
Beberapa syarat yang perlu diperhatikan untuk applikasi Filtrasi
Horizontal adalah:
     Sedimen didalam limbah cair harus cukup rendah. Dalam hal ini
     masukan limbah kedalam Imhoff cone dan setelah kira kira 1 jam
     sedimen nya harus kurang dari 1 ml/I.
     Sedangkan Suspended Solid yang tidak terendapkan harus
     kurang dari 100 ml/I
     Hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah bila COD dari
     settleable solid kurang dari 40% dari Total SS; ada kemungkinan
     bahwa padatan didalam-nya adalah lemak (fat) dalam bentuk
     kolloida. Formasi lemak tersebut dapat menghambat pengaliran
     didalam filtrasi horizontal (mengt. raagi hydraulic conductivity)
     dan konsekwensinya mengurangi umur dan kinerja konstruksi.
     Kasus seperti ini banyak dijumpai pada limbah industri makanan
     misalnya industri dairy, pemotongan hewan, dlsb.
     COD dari limbah tidak lebih dari kira kira 400 mg/I.
     Konsekwensinya cara ini lebih baik digunakan untuk pengolahan
     lanjutan (post treatment) dan bukannya untuk primary treatment.
Proses treatment yang terjadi pada Filtrasi Horizontal amat komplex.
Terdapat beberapa teori dan pendapat yang berusaha menjelaskan
proses yang terjadi. Misalnya bagaimana proses physical filtration,
terjadinya intake udara, pengaruh tanaman pada proses biologis,
dlsb. Tetapi semua pendapat dan teori tersebut masih merupakan
rekaan dan masih terdapat banyak kontroversi.


                                                                   679
Andaikata proses yang terjadi pada tiap bagian dapat dijelaskan,
masih terdapat pertanyaan besar untuk menjelaskan interaksi antar
tiap proses yang terjadi didalam keseluruhan konstruksi ini.
Karena itu terdapat banyak kontroversi mengenai cara perhitungan
secara teoritis. Tetapi terdapat beberapa patokan logis yang perlu
diperhatikan didalam desain dan pelaksanaan konstruksi filtrasi
horizontal, diantaranya adalah:
    Filter bed yang luas dan tidak terlampau dalam lebih baik
    dibanding konstruksi yang terlampau dalam tetapi sempit.
    Zona inlet yang lebih lugs lebih baik.
    Perlu diatur agar aliran terdistribusi secara merata pada seluruh
    lebar zona inlet tersebut.
    Memakai gravel dengan bentuk yang relatif bulat dan ukuran yang
    hampir sama untuk media.
Bentuk gravel yang relatif bulat dan ukuran yang regular memberikan
void ratio yang tinggi. Sebenarnya bentuk demikian akan mengurangi
kinerja dari treatment, tetapi menghindari masalah penyumbatan.
Padahal penyumbatan (clogging) merupakan salah satu masalah
yang amat perlu diperhatikan didalam konstruksi filtrasi horizontal.
Clogging tersebut lazim terjadi karena :
a) Suspended Solid, dan
b) sludge yang terbentuk akibat penguraian bahan organis didalam
     limbah.
Karena itu bagian muka (front part) dari media harus sedemikian
hingga mempunyai void yang kecil hingga dapat menahan SS sebaik
mungkin, tetapi juga harus luas agar dapat meratakan SS tsb agar
tidak mengumpul di s i t u tempat saja.
Berdasar pengalaman empiris, pada bagian ini, pemakaian gravel
dengan bentuk bulat dan uniform dengan ukuran diameter antara 8 -
15 mm adalah paling baik. Agar tidak terjadi percolasi air limbah
karena kebocoran, maka konstruksi filter horizontal lazimnya dibuat
dengan:
          Lapisan tanah liat yang kedap air
          Plastik, atau
          Pasangan (beton atau pasangan batu). Umur
Seperti telah disinggung diatas penyumbatan (clogging) adalah
masalah umum yang sering membuat konstruksi filter horizontal tidak


680
berfungsi.
Bila didesain, dilaksanakan dan di operasi kan dengan baik maka
filter horizontal dapat berfungsi secara optimum selama 15 – 20
tahun. Umur tersebut sangat dipengaruhi oleh ukuran butiran dari
gravel dan strength dari limbah.
Bila fungsinya sudah menurun (ditunjukkan dergan menurunnya
hydraulic conductivity) ada beberapa langkah yang dapat dilakukan
untuk memfungsikan sistem tersebut kembali, ialah:
Mengistirahatkan dan men drain filter horizontal untuk beberapa
waktu. Proses ini lazim disebut "resting". Untuk ini didalam desain
lebih baik membagi seluruh filter bed menjadi beberapa bagian
hingga bila bagian tertentu sedang "resting" bagian lain masih tetup
dapat difungsikan.
         Setelah itu dilakukan pengisian secara bergantian (alternate
         chaiging) dan setelah dianggap cukup dapat difungsikan
         kembali.
         Selama proses resting dan drain lersebut berbagai elemen
         yang meengakibatkan penyumbangan dapat terdekomposisi
         hingga hydraulic conductivity dapat ditingkatkan kembali.
         Tetapi bila turunnya hydraulic conductivity ini disebabkan
         oleh partikel padat yang tidak dapat terurai (misalnya tanah)
         maka tidak ada jalan lain selain membongkar media dan
         melakukan penggantian. Bila hal ini terpaksa dilakukan maka
         lebih baik dilakukan pada bagian inlet. Karena bagian ini
         lazimnya merupakan bagian yang paling sering mengalami
         masalah clogging

   Tanaman digunakan untuk menutup filter media data disamping itu
   dengan adanya tanaman akan melahirkan suatu micro ecosystem
   yang menghasilkan sinergi yang positif terhadap proses
   pengolahan limbah.
   Banyak uji coba empiris yang dilakukan yang masing masing
   melaporkan kelebihan dan kekurangannya. Tetapi akhirnya jenis
   tanaman yang aipilih haruslah yang banyak tersedia (atau mudah
   untuk diadakan) di suatu lokasi.
   Patokan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis tanaman
   yang akan ditanam diatas horizontal filter adalah:


                                                                  681
   Yang dapat hidup pada air limbah.
    Berbagai ragam perdu yang lazim tumbuh di wilayah rawa
    merupakan opsi yang dapat dipilih.
   Yang mempunyai pola perakaran yang dalam dan lugs hingga
    dapat menjalar & menembus seta seta filter media dan
    mencengkerana.
    BORDA (Brement Overseas Research & Development
    Association) melaporkan bahwa Phragmites Australis (Glagah,
    Parumpung, Kasongket) merupakan jenis tanaman yang amat
    baik digunakan pada konstruksi ini. Karena akarnya dalam dan
    menjalar ke berbagai arah hingga membentuk formasi yang baik.
    Disamping itu Typlaa Angustifolia (Tanaman Ekor Kucing) juga
    dilaporkan mempunyai performance yang baik untuk digunakan
    pada filter horizontal. Disamping melahirkan suatu micro
    ecosystem yang komplex yang berdampak positif terhadap proses
    pengolahan, sampai tingkat tertentu sistem perakaran juga
    dilaporkan dapat mereduksi berbagai substansi racun.

      Sketsa dan Contoh konstruksi
      Model 1




    Model ini menggunakan batu kali dengan ukuran besar (15 — 20 cm)
    untuk bagian muka dari konstruksi. Susunan batu kali tersebut berfungsi
    sebagai distributor hingga aliran yang masuk ke media diharapkan
    merata .
    Antara batu kali dengan media digunakan batu pipih yang fungsinya
    untuk memudahkan pengaturan media dan sekaligus juga berfungsi
    untuk meratakan aliran.
    Bagian pertama (kira kim 2/3 panjang) biasanya digunakan gravel
    dengan ukuran yang lebih besar sedarigkan pada bagian akhir dengan



682
ukuran yang lebih kecil. Pada bagian akhir digunakan juga batu kali yang
   didalamnya diletakkan pipa melintang yang berlubang (perforated pipe).
   Untuk mengatur aliran digunakan pipa pengeluaran vertikal yang dapat
   diatur ketinggiannya (swivel pipe atau pipa goyang).
   Untuk menjamin pengaliran horizontal yang merata di seluruh tampang
   dari media, seringkali pada bagian tengah dibuat pasangan batu kali
   tambahan (Lihat skets dibawah)




Model 2

   Pada model ini bagian depan dan belakang (inlet dan outlet) diberi
   tambahan tembok yang ber lubang lubang agar distribusi
   masukan limbah lebih merata. Kesemuanya membentuk gang
   (gallery) pada bagian pemasukan dan pengeluaran. Bentuk
   demikian sering digunakan bila jumlah debit harian limbah cukup
   besar.




   Untuk menghemat biaya, konstruksi horizontai filter yang besar
   sering menggunakan tanah fiat dan lembaran plastik khusus.
   Pemasangan lembaran plastik tersebut dapat dilihat pada sketsa


                                                                       683
dibawah.
   Khusus untuk Indonesia perlu diperhatikan jenis plastik yang
   digunakan. Beberapa uji coba (untuk stabilisasi jalan dan sawah
   plastik) terdapat beberapa jenis plastik yang justru amat digemari
   oleh cricket (sejenis belalang) dan dengan giginya yang bergerigi
   dapat merusak konstruksi tersebut dalam waktu singkat.




   Bibit tanaman yang baru tidak dapat tumbuh diatas air limbah.
   Karena itu pada tahap awal dianjurkan untuk banyak menambah
   air dan muatan limbah bertambah seirama dengan pertumbuhan
   tanaman tsb.
   Setelah mencapai full load, ketinggian pipa goyang mulai diatur
   sesuai dengan debit yang direncanakan.
   Pada waktu hujan, maka air hujan akan jatuh diatasnya dan hal
   tersebut tidak dap dihindari. Tetapi harus dihindari agar air hujan
   yang jatuh disekitarnya tide mengalir menuju ke konstruksi ini;
   karena kandurigan partikel halus yang biasan) terdapat
   didalamnya akan menyumbat sistem filtrasi.
   Berikutnya adalah mencari HRT (hydraulic retention time) yang
   dibutuhkan untuk mencapai BOD removal sesuai dengan yang
   diharapkan.
   Sungguhpun hal tersebut dapat dihitung secara teoritis, tetapi
   pada kenyataannya akan cukup komplex. Karena hal tersebut
   sangat dipengaruhi oleh ukuran dan void ratio dab gravel yang
   digunakan. Lebih lebih gravel yang digunakan tidak mungkin
   bentuknya sama (regular). Ditambah lagi terdapat akar tanaman
   yang diharapkan menembus sela sela filter bed agar diperoleh
   micro ecosystem yang berpengaruh positif terhadap proses
   pengolahan limbah secara keseluruhari. Dengan kata lain
   terdapat berbagai variable dan interaksi nya yang cukup kom p lex
   hingga mau tidak mau diperlukan berbagai uji coba empiris dan
   hasil empiris tersebut kemudian digunakan sebagai pegangan



684
didalam perencanaan.
   Uji coba empiris yang banyak dilakukan adalah untuk limbah
   domestik dan limbah industri makaran dan hasilnya dapat
   digunakan sebagai pegangan awal. Kaitan empiris antara BOD
   removal dengan faktor pengali terhadap HRT dapat dilihat pada
   grafik berikut:




Dengan BOD removal 86% (yang diharapkan) maka Faktor pengali
HRT sebesar kira kira 0.86 luga.
Proses biologis yang terjadi dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur
yang lebih tinggi akan menghasilkan proses yang lebih aktif
dibanding temperatur yang rendah. Dengan kata lain untuk
mencapai BOD removal tertentu pada temperatur yang tinggi akan
lebih cepat dibanding temperatur rendah. Hingga lama limbah harus
menginap (HRT) pada temperatur tinggi lebih sedikit dibanding pada
temperatur rendah.

Hubungan empiris HRT dengan temperatur pada konstruksi gravel
filter horizontal dapat dilihat pada grafik berikut:
Dengan suhu 25 °C maka akan diperoleh perkiraan HRT sebesar
11.2 hari.


                                                                685
Kemiringan dari clasar misalnya diberi 1% (kemiringan dasar jangan
terlampau besar karena akan berpengaruh pada pekerjaan galian
dan kesulitan dalam pengaturan pipa goyang).
Sedangkan kedalaman media diambil 60 cm.
Lazimnya kedalaman media tidak lebih dari 1 meter dan yang paling
lazim berkisar antara 60 -- 80 cm. Karena dengan lebih dalam maka
pengerjaan akan lebih sulit dan effisiensi juga menurun.

Maka Iuas area penampang (cross section) ... (Darcy's Law) =
                 26 (200 x 0,01) = 13m 2 (disebut A)
Disisi lain terdapat pengalaman empiris dari horizontal gravel filter
menunjukkan bahwa load BOD maksimum (pada penampang inlet)
adalah 150 g/m2.

Banyak pengalaman m enunjukkan bahwa load yang lebih besar dari
angka tersebut akan menimbulkan berbagai masalah, hingga umur
dari konstruksi akan cepat menurun atau dibutuhkan penggantian
media yang terlampau sering. Dalam hal ini perlu diperhatikan
bahwa lebih baik membuat suatu konstruksi yang dapat berfungsi
dan digunakan selama 15 -- 20 tahun daripada suatu konstruksi yang
perlu diganti medianya setiap 2 a 3 tahun.




686
Load BOD per hari adalah 26 x 1000 x 215/1000 = 5.590 gr

Dengan basis empiris diatas maka luas area penampang (cross
section) yang dibutuhkan adalah :

              5.590/150 = 37,27 m 2    (disebut B)

Bila A > B    maka gunakanlah angka A
Tetapi bila A < B   Lebih baik gunakan angka B untuk desain.
Dalam hal ini A < B hingga luas area penampang (cross section) =
37,27 m 2 .
   Karena ketinggian filter 0,6 mtr maka lebar dari konstruksi
    adalah: 37,27/0.6 = 62.1 mtr
   Langkah berikutnya adalah menghitung luas area (pandangan
    atas) dari konstruksi horizontal filter.
    Diatas telah dihitung dan diperoleh perkiraan HRT adalah 11,2
    hari. Perlu diingat bahwa HRT tersebut merupakan angka
    teoritis. Pada kenyataannya limbah hanya akan melewati celah
    celah (bagian kosong atau void) dari media. Karena void pada
    med i a yang dipilih adalah 35%, maka HRT real adalah kira kira
    35% x 11.2 hari = 3,92  4 hari.
    Dengan basis HRT tsb maka total luas (pandangan atas) dari
    media adalah:
         26 x 11.2/0.6 - 485,3 m2 (disebut X)

    Tetapi total luas tersebut juga dibatasi oleh beberapa
    pendekatan empiris. Bila load pada penampang inlet dianjurkan
    untuk tidak lebih dari 150 g/m 2. Tetapi setelah diratakan
    dianjurkan agar load pada keseluruhan media tidak lebih dari
    10 g BOD/m2 hari.
    Dengan basis ini maka total luas (pandangan atas) dari media
    adalah:

          26 x 2.15/10 = 559 m 2   (disebut Y)

    Bila Y > X ....... Maka gunakan angka Y
    Bila Y < X .....maka lebih baik gunakan angka X


                                                               687
Dalam kasus ini Y > X ... maka total luas (pandangan atas) dari
   media untuk desain adalah 559 m 2 .
 Dengan lebar 62,1 meter dan total area 559 m2 maka panjang
   dari konstruksi adalah 559/62,1 = 9 meter.
Hingga Dimensi pokok dari desain adalah:
 Media       tinggi = 0,6 mtr
             panjang        = 9 mtr
             lebar          = 62,1  62,5 mtr
   Media menggunakan gravel dengan void ratio 35% dan hydraulic
    conductivity berkisar 200 m/d
   BOD removal yang dapat diharapkan dengan desain tersebut
    kira kira adalah 86%. Dengan demikian setelah melewati
    konstruksi ini diharapkan BOD effluent menjadi kira kira 30 mg/I

Keuntungan dan Kerugian
   Dibutuhkan lahan yang cukup luas dan karena itu hanya cocok
    untuk lokasi dimana lahan yang tersedia cukup luas. Untuk
    lokasi dimana lahan amat terbatas atau dimana harga tanah
    sudah amat mahal, maka konstruksi ini kurang tepat.
   Tidak dapat digunakan untuk pengolahan limbah dimana beban
    suspended solid amat tinggi (lebih dari 100 mg/I) atau limbah
    dengan kandungan sedimen yang tinggi. Disamping itu
    kandungan COD pada limbah yang akan diolah dianjurkan tidak
    lebih dari 400 mg/I.
    Karena itu untuk penanganan limbah industri hanya dianjurkan
    untuk tahap finalisasi (bukan untuk pengolahan tahap awal).
   Bila di desain dan dibuat konstruksi yang baik, operasi nya akan
    mudah dan prosesnya berjalan secara alamiah (micro
    ecosystem); dalam kurun waktu yang cukup lama (10 - 20
    tahun). Dengan kata lain selama periode 10 - 20 tahun tersebut
    berfungsi dengan sendirinya.
    Dengan tambahan sentuhan estetika (misalnya sentuhan arsitek)
    konstruksi ini dapat digabungkan menjadi tempat yang indah dan
    dapat dimanfaatkan untuk fungsi lain seperti taman, dlsb
    (misalnya untuk perhotelan, rumah sakit, dlsb)




688
Gambar 7 .40 . Instalasi pengolah air limbah


B. Limbah Gas
1. Proses Pencemaran Udara

  Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang
  "bersih" disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang
  cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima
  (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebat cemaran (pollutant).
  Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara
  cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer
  dan cemaran sekunder. Cemaran primer adalah cemaran yang
  diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran
  sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di
  atmosfer.




                                                                   689
Gambar 7.41. Pencemaran udara dari gas buang kendaraan bermotor.


  Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap
  kendaraan bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang
  mengemisikan cemaran udara primer ke atmosfer. Ada 2 kategori
  sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti:
  pembangkit energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga,
  jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile source) seperti: truk,
  bus, pesawat terbang, dan kereta api.
  Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih
  dari 90% pencemaran udara global adalah:
    a. Karbon monoksida (CO),
    b. Nitrogen oksida (Nox ),
    c. Hidrokarbon (HC),
    d. Sulfur oksida (SOx )
    e. Partikulat.
  Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran
  yang memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan
  ataupun cemaran yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer
  menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran
  sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal,
  regional maupun global yaitu:
    a. CO2 (karbon monoksida),
    b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog),
    c. Hujan asam,
    d. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),
    e. CH4 (metana).


690
2. Unsur-unsur Pencemar Udara
   a. Karbon monoksida (CO)

       Pencemaran karbon monoksida berasal dari sumber alami
       seperti: kebakaran hutan, oksidasi dari terpene yang diemisikan
       hutan ke atmosfer, produksi CO oleh vegetasi dan kehidupan di
       laut. Sumber CO lainnya berasal dari sumber antropogenik yaitu
       hasil pembakaran bahan bakar fosil yang memberikan
       sumbangan 78,5% dari emisi total. Pencemaran dari sumber
       antropogenik 55,3% berasal dari pembakaran bensin pada
       otomotif.




           Gambar 7.42. Gas buang kendaraan yang mengandung CO


Perkiraan emisi per satuan berat bahan bakar disajikan pada Tabel 12.
      Tabel 12. Perkiraan emisi CO per satuan berat bahan bakar
          Sumber Bahan Bakar      Faktor Emisi CO %   Emisi CO Kg/Ton BB

       Batu bara
        Pembangkit listrik              0,025                0,25
        Industri                        0,15                 1,5
      Bensin                            51,0                510,0
      Kayu dan BB non-komersial
        Insinerasi                       3,5                 35,0
        Kebakaran Hutan                  5,0                 50,0



   b. Nitrogen oksida (NOx)

       Cemaran nitrogen oksida yang penting berasal dari sumber
       antropogenik yaitu: NO dan NO 2. Sumbangan sumber
       antropogenik terhadap emisi total ± 10,6%.




                                                                     691
Gambar 7.43. Siklus Nitrongen Atmosfer-Tanah


Perkiraan emisi NOx per satuan berat bahan bakar disajikan pada
Tabel berikut.




692
Tabel 7.13. Perkiraan emisi NOx per satuan berat bahan bakar

          Sumber Bahan Bakar       Faktor Emisi CO %    Emisi NO 2 kg.ton BB
       Batu bara
         Pembangkit listrik                1                 10 kg/ton
         Industri                          1                 10 kg/ton
       Minyak Bumi
         Bensin                            2                 20 kg/ton
         Kerosen                          1,3                13 kg/ton
         Solar (Fuel Oil )               1,25               12,5 kg/ton
         Minyak residu                    1,8                18 kg/ton
       Gas alam
         Pembangkit listrik              0,6*                 6 kg/m 3
         Industri                        0,3*                  Kg/m 3
       Kebakaran hutan                   0,25                2,5 kg/ton


c.   Sulfur oksida (SOX)

Senyawa sulfur di atmosfer terdiri dari H2S, merkaptan, SO2, SO3, H2SO4
garam-garam sulfit, garam-garam sulfat, dan aerosol sulfur organik. Dari
cemaran tersebut yang paling penting adalah SO2 yang memberikan
sumbangan ± 50% dari emisi total. Cemaran garam sulfat dan sulfit
dalam bentuk aerosol yang berasal dari percikan air laut memberikan
sumbangan 15% dari emisi total.




            Gambar 7.44. Gas buang industri yang mengandung Sox


Perkiraan emisi sulfur dioksida per satuan berat bahan bakar disajikan
pada Tabel berikut.


                                                                          693
Tabel 7.14. Perkiraan emisi SO2 per satuan berat bahan bakar

           Sumber Bahan Bakar        Faktor Emisi CO %     Emisi SO2 kg.ton BB
        Batu bara
          Pembangkit listrik                45                      45 kg/ton
          Industri                          40                      40 kg/ton
        Minyak Bumi
          Bensin                             -
          Kerosen                            -
          Solar (Fuel Oil )                  -
          Minyak residu                      -
        Gas alam
          Pembangkit listrik                 -
          Industri


d. Hidrokarbon (HC)

      Cemaran hidrokarbon yang paling penting adalah CH4 (metana) +
      860/ dari emisi total hidrokarbon, dimana yang berasal dari sawah
      11%, dari rawa 34%, hutan tropis 36%, pertambangan dan lain-lain
      5%. Cemaran hidrokarbon lain yang cukup penting adalah emisi
      terpene (a-pinene p-pinene, myrcene, d-Iimonene) dari tumbuhan ±
      9,2 % emisi hidrokarbon total. Sumbangan emisi hidrokarbon d   ari
      sumber antrofogenik 5% lebih kecil daripada yang berasal dari
      pembakaran bensin 1,8%, dari insineratc dan penguapan solvent
      1,9%.




                     Gambar 7.45. Emisi HC dari kegiatan industri




694
Tabel 7.15. Perkiraan emisi HC per satuan berat bahan bakar


          Sumber Bahan Bakar       Faktor Emisi CO %       Emisi Hidrokarbon
                                                               kg.ton BB
       Batu bara
         Pembangkit listrik              0,016                    0,16
         Industri                        0,051                    0,51
       Bensin
         Pembakaran                       9,0                    60,0
         Evaporasi dan transfer          2,06                    20,6
       Kerosen                           < 0,1                   < 1,0
       Solar (Fuel Oil )                 0,035                   0,35
       Minyak residu                     0,039                   0,39
       Kayu                              0,15                     1,5
       Kebakaran hutan                   0,37                     3,7




e.   Partikulat

     Cemaran partikulat meliputi partikel dari ukuran molekul s/d > 10 μm.
     Partikel dengan ukuran > 10 μm akan diendapkan secara gravitasi
     dari atmosfer, dan ukuran yang lebih kecil dari 0,1 μm pada
     umumnya tidak menyebabkan masalah lingkungan. Oleh karena itu
     cemaran partikulat yang penting adalah dengan kisaran ukuran 0,1 -
     10 μm. Sumber utama partikulat adalah pembakaran bahan bakar ±
     13% - 59% dan insinerasi.

      Tabel 16. Perkiraan Faktor Emisi Partikulat
               Sumber Bahan Bakar                Faktor Emisi Partikulat
       Gas Alam
                                                                 3       3
        Pembangkit listrik                             0,24 kg/10 m
                                                                 3  3
        Industri                                       0,29 kg/10 m
       Distilat minyak bumi
                                                                  3
         Industri                                        1,8 kg/m
                                                                  3
         Rumah tangga                                    1,0 kg/m
       Minyak residu
                                                                     3
        Pembangkit listrik                               1,20 kg/m
                                                                   3
        Kayu                                             2,75 kg/m




                                                                             695
f.    Karbondioksida (CO2)

      Emisi cemaran CO2 berasal dari pembakaran bahan bakar dan
      sumber alami. Sumber cemaran antropogenik utama adalah
      pembakaran batubara 52%, gas alam 8,5%, dan kebakaran hutan
      2,8%




              Gambar 7.46. Emisi CO 2 dari pembakaran bahan bakar


       Tabel 7.17. Perkiraan emisi CO2 per satuan berat bahan bakar


           Sumber Bahan Bakar        Faktor Emisi CO %     Emisi CO2 kg.ton BB

        Batu bara                           248                     2,48
          Minyak bumi                       317                     3,17
          Gas alam                          275                     2,75
        Kayu                                146                     1,46
        Kebakaran hutan                     120                     1,20




g. Metana (CH4)

      Metana merupakan cemaran gas yang bersama-sama dengan CO2,
      CFC, dan N2O menyebabkan efek rumah kaca sehingga
      menyebabkan pemanasan global. Sumber cemaran CH4 adalah
      sawah (11%), rawa (34%), hutan tropis (36%), pertambangan dll
      (5%). Efek rumah kaca dapat dipahami dari Gambar 30. Sinar
      matahari yang masuk ke atmosfer sekitar 51% diserap oleh
      permukaan bumi dan sebagian disebarkan serta dipantulkan dalam


696
bentuk radiasi panjang gelombang pendek (30%) dan sebagian
     dalam bentuk radiasi inframerah (70%). Radiasi inframerah yang
     dipancarkan oleh permukaan bumi tertahan oleh awan. Gas-gas
     CH4, CFC, N2O, CO2 yang berada di atmosfer mengakibatkan radiasi
     inframerah yang tertahan akan meningkat yang pada gilirannya akan
     mengakibatkan pemanasan global.




                 Gambar 7.47. Penyerapn radiasi UV oleh Ozon


h. Asap kabut fotokimia

     Asap kabut merupakan cemaran hasil reaksi fotokimia antara O3,
     hidrokarbon dan NO X membentuk senyawa baru aldehida (RHCO)
     dan Peroxy Acil Nitrat (PAN) (RCNO 5).

i.   Hujan asam
     Bila konsentrasi cemaran NOx dan SOX di atmosfer tinggi, maka
     akan diubah menjadi HNO 3 dan H2SO4.
     Adanya hidrokarbon, NO 2, oksida logam Mn (II), Fe (II), Ni (II), dan
     Cu (II) mempercepat reaksi SO2 menjadi H2SO4.
     HNO3 dan H2SO4 bersama-sama dengan HCI dari emisi HCI
     menyebabkan derajad keasaman (pH) hujan menjadi rendah < 5,7.
     pada umumnya kisaran pH hujan asam 4 - 5,5




                                                                      697
3. Pencemaran Udara Ambien

Kualitas udara ambien merupakan tahap awal untuk memahami dampak
negatif cemaran udara terhadap lingkungan. Kualitas udara ambien
ditentukan oleh: (1) kuantitas emisi cemaran dari sumber cemaran; (2)
proses transportasi, konversi dan penghilangan cemaran di atmosfer.
Kualitas udara ambien akan menentukan dampak negatif cemaran udara
terhadap kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat
(tumbuhan, hewan, material dan Iain-Iainnya)

                                                                     Efek Pencemaran
   Emesi Dari Sumber      Proses Transportasi        Koncentrasi    Terhadap Kesehatan
                                                                     dan Kesejahteraan
       Cemaran         Konversi dan Penghilangan   Cemaran Ambien
                                                                        Masyarakat


            Gambar 7.48. Skema Rantai Emisi - Dampak Cemaran Udara


Informasi mengenai efek pencemaran udara terhadap kesehatan berasal
dari data pemaparan pada binatang, kajian epidemiologi, dan pada kasus
yang terbatas kajian pemaparan pada manusia. Penelitian secara terus
menerus dilakukan dengan tujuan:
      (1) Menetapkan secara lebih baik konsentrasi dimana efek negatif
           dapat dideteksi,
      (2) Menentukan korelasi antara respon manusia dan hewan
           terhadap cemaran,
      (3) Mendapatkan informasi epidemiologi lebih banyak, dan
      (4) Menjembatani gap informasi dan mengurangi ketidakpast'an
           baku mutu yang sekarang diberlakukan.

Baku mutu kualitas udara lingkungan/ambien ditetapkan untuk cemaran
yaitu: O3 (ozon), CO (karbon monoksida), NO X (nitrogen oksida), SO2
(sulfur oksida), hidrokarbon non-metana, dan partikulat. Baku Mutu
Kualitas Udara Nasional Amerika (Tabel 13) yang telah dikaji oleh
National Academics of Science and Environmental Protection Agency
(NEPA) menetapkan baku mutu primer dan baku mutu sekunder.




698
Tabel 7.18. Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Nasional (USA)


                               Buku            Buku
                 Waktu
   Cemaran                     mutu            mutu           Sasaran umum
                rata-rata
                              primer        sekunder
  Ozon          1 jam       240 μg/m 3      240 μg/m 3   Untuk mencegah iritasi
                            (0,12 ppm)      (0,12 ppm)   mata dan kemungkinan
                                                         gangguan fungsi paru pada
                                                         orang dengan penyakit paru
                                                         kronis,   dan    mencegah
                                                         kerusakan tumbuhan.
   Karbon       8 jam       10 μg/m3        10 μg/m3     Untuk mencegah gangguan
   monoksida                (9 ppm)         (9 ppm)      transportasi oksigen pada
                1 jam       40 μg/m 3       40 μg/m3     darah.
                            (35 ppm)        (35 ppm)
   Nitrogen     Rerata      100 μg/m 3      100 μg/m '   Untuk mencegah resiko
   dioksida     tahunan     (0,05 ppm)      (0,05 ppm)   pada            kesehatan
                                                         masyarakat dan pelunturan
                                                         warna kain
   Sulfur       Rerata      80 μg/m 3       -            Untuk mencegah iritasi paru
   dioksida     tahunan     (0,03ppm)       -
                24 jam      365 μg/m 3      -
                3 jam       -               1300 g/m 3   Untuk mencegah bau
                                            (0,05 ppm)
  Partikulat    Rata-rata   75 μg/m 3       60 μg/m 3    Untuk    mencegah    efek
  tersuspensi   geometrik                                terhadap kesehatan akibat
                                        3
                24 jam      260 μg/m        150 μg/m 3   pemaparan terus menerus
                                                         dan lama
  Hidrokarbon   3 jam       160 μg/m 3      160 μg/m 3   Untuk          mencegah
                            (0,24 ppm)      (0,24 ppm)   pembentukan oksidan.


Baku mutu primer ditetapkan untuk melindungi pada batas keamanan
yang mencukupi (adequate margin safety) kesehatan masyarakat dimana
secara umum ditetapkan untuk melindungi sebagian masyarakat (15-
20%) yang rentan terhadap pencemaran udara. Baku mutu sekunder
ditetapkan untuk melindungi kesejahteraan masyarakat (material,
tumbuhan, hewan) dari setiap efek negatif pencemaran udara yang telah
diketahui atau yang dapat diantisipasi. Baku Mutu Kualitas Udara Ambien
Indonesia yang ditetapkan dengan mempertimbangkan dan mengacu
baku mutu negara lain di antara Baku Mutu Kualitas Udara Ambien USA
disajikan pada Tabel berikut.




                                                                                  699
Tabel 7.19. Baku Mutu Udara Ambien (Indonesia)

                                Waktu
              Parameter                      Baku Mutu          Metoda Analisis
                             Pengukuran
       Sulfur dioksida     24 jam         260 μg/m          Para-rosanilin
                                          (0,10 ppm)
       Karbon monoksida    B jam          2260 μg/m 3       Non Dispersive
                                          (20 ppm) 3        Infrarred (NDIR)
       Oksida nitrogen     24 jam         92,5 μg/m         Saltzman
                                          (0,05 ppm)
       Oksidan             I jam          200 μg/m 3        Chemiluminescent
                                          (0,10ppm)
       Debu                24 jam         0,26 μg/m 3       Gravimetri
       Timah hitam         24 jam         0,06 μg/m 3       Gravimetrik
                                                            Absorpsi atom


Berdasarkan baku mutu kualitas udara ambien ditentukan baku mutu
emisi berdasarkan antisipasi bahwa dengan emisi cemaran dibawah baku
mutu dan adanya proses transportasi, konversi, dan penghilangan
cemaran maka kualitas udara ambien tidak akan melampaui baku
mutunya. Salah satu contoh baku mutu emisi adalah untuk Pembangkit
Daya Uap dengan Bahan Bakar Batubara disajikan pada Tabel 6.19.

      Tabel 7.20. Baku Mutu Emisi untuk Pembangkit Daya dengan
                        Bahan Bakar Batubara
                   Parameter             Batas Maksimum (mg/m3)
           1. Partikulat total                           300
           2. Sulfur dioksida                            1500
           3. Nitrogen oksida                            1700



1.    Prediksi Pencemaran Udara
Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun
sebagai hasil aktivitas manusia. Pada umumnya pencemaran yang
diakibatkan oleb sumber alami sukar diketahui besarnya, walaupun
demikian masih mungkin kita memperkirakan banyaknya polutan udara
clan aktivitas ini. Polutan udara sebagai hasil aktivitas manusia,
umumnya lebih mudah diperkirakan banyaknya, terlebih lagi jika diketahui
jenis bahan, spesifikasi bahan, proses berlangsungnya aktivitas tersebut,


700
serta spesifikasi satuan operasi yang digunakan dalam proses maupun
pasca proses nya. Selain itu sebaran polutan ke atmosfir dapat pula
diperkirakan dengan berbagai macam pendekatan. Bagaimana cara
memperkirakan banyaknya polutan yang keluar dari sistem operasi
tertentu, serta pendekatan yang digunakan untuk memprediksi sebaran
polutan tersebut ke atmosfir akan diuraikan pada pembahasan berikut ini.

2. Faktor emisi
Apabila sejumlah tertentu bahan bakar dibakar, maka akan keluar
sejumlah tertentu gas hasil pembakarannya. Sebagai contoh misalnya
batu bara yang umumnya . ditulis dalam rumus kimianya sebagai C
(karbon), jika dibakar sempurna dengan 02 (oksigen) akan dihasilkan
CO2 (karbon dioksida). Namun pada kenyataannya tidaklah demikian.
Ternyata untuk setiap batubara yang dibakar dihasilkan pula produk lain
selain CO2, yaitu CO2 (karbon monoksida), HCHO (aldehid), CH4
(metana), NO 2 (nitrogen dioksida), SO2 (sulfur dioksida) maupun Abu.
Produk hasil pembakaran selain CO2 tersebut, umumnya disebut sebagai
polutan (zat pencemar).




                  Gambar 7.49. Asap dari kegiatan industri


Faktor emisi disini didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu polutan
yang dihasilkan oleh terbakarnya sejumlah bahan bakar se/ama kurun
waktu tertentu. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa jika faktor emisi
sesuatu polutan diketahui, maka banyaknya polutan yang lolos dari
proses pembakarannya dapat diketahui jumlahnya persatuan waktu.



                                                                     701
Contoh 1:
Dirancang sebuah pembangkit listrik tenaga uap menggunakan batubara
sebagai bahan bakarnya. Kadar abunya 8%, kadar sulfurnya 0,5%, nilai
kalornya 11.000 Btu/lb. Daya yang akan dibangkitkan sebesar 2.250 MW
dengan efisiensi thermal sebesar 38%. Perkiraan banyaknya partikulat,
NO2 dan SO2 yang teremisikan dari sistem ini adalah sebagai berikut:

Faktor emisi masing-masing polutan akibat terbakarnya batubara (dalam
lb/ton batubara yang terbakar), adalah: partikulat = 16A, NO 2 = 20; SO 2 =
38 S dengan A dan S adalah prosen abu dan prosen sulfur dalam bahan
bakar. (1 lb = 453,6 gram)
Energi yang diperlukan untuk menghasilkan daya sebesar 2250 MW
adalah:
2.250 MW / 0,38        = 5.930 x 106 Watt
                       = 20.200 x 10 6 Btu/Jam
                          (Watt = 3,4114 Btu/jam).

Dari kebutuhan energi, maka kebutuhan bahan bakarnya adalah:
(20.200 x 106 Btu/jam) /(11.000 Btu/lb)        = 1.834 x 103 lb/jam
                                                      = 917 ton/jam.
Besarnya emisi masing-masing polutan dapat diperkirakan sebesar:
Partikulat       : (16 x 8 lb/ton) x 917 ton/jam      = 117.300 lb/jam
NO2              : (20 lb/ton) x 917 ton/jam          = 18.340 lb/jam
SO2              : (38 x 0,5 Ibton) x 917 ton/jam     = 17.400 lb/jam

Jumlah emisi partikulat dapat dikurangi jika pada sistem tersebut
dilengkapi dengan satuan operasi lain (alat pengendali emisi partikulat)
seperti elektrostatik presipitator misalnya,

Contoh 2:
Perkiraan emisi partikulat dari sistem di atas, jika sistem dilengkapi
dengan EP yang mempunyai spesifikasi:

       Ukuran partikel, pm     0-5      5-10     10-20    20-44    >44

       Efisiensi, %            75       94,5     97       99,5     100




702
Partikulat yang teremisikan ke udara mempunyai spesifikasi:

      Ukuran partikel, μm        0-5        5-10          10-20       20-44      >44

      % berat                    15         17            20          23         25



     Emisi partikulat ke udara setelah menggunakan EP adalah:

      Ukuran partikel, μm        Emisi partikel, lb/jam

       0-5              = (100-75,0)% x 15% x 117.300             =        4.398,75

       5-10             = (100-94,5)% x 17% x 117.300             =        1.096,76

       10-20            = (100-97,0)% x 20% x 117.300             =        703,80

       20-44            = (100-99,5)% x 23% x 117.300             =        134,90

       > 44             = (100-100)% x 25% x 117.300              =        0,0

       Jumlah           =……………………………………………=                                6.334,2



Atau sebanyak (6.334,21/117.300) x 100% = 5,4 % dari total partikulat.

Contoh 3:

Sebuah Tempat Penampungan Akhir (TPA) sampah dengan sistem
pembakaran terbuka mengemisikan 7,71 kg partikulat per ton sampah
yang dibakar. Jika jumlah penduduk Semarang 1.300.000 orang, setiap
orang rata-rata membuang sampah sebanyak 2,7 kg per hari selama 7
hari per minggu, maka perkiraan jumlah sampah dan partikulat yang
teremisikan per hari adalah sebagai berikut:

Jumlah sampah:

     1.300.000 orang x 2,7 kg/hari/orang                       = 3.510.000 kg/hari
                                                               = 3.510 ton/hari
Emisi partikulat:
7,71 kg/ton sampah x 3.510 ton sampah/hari = 27.062 kg/hari
Faktor emisi dari berbagai jenis bahan bakar tersebut diperoleh atas hasil
pengukuran berulang pada berbagai sumber emisi dengan tipe sistem



                                                                                       703
yang sama. Oleh karena itu walaupun bahan bakarnya sama, jika tipe
sistemnya berbeda, maka emisi polutannya akan berbeda besarnya.
Beberapa contoh Faktor Emisi (FE) berbagai bahan bakar maupun
berbagai tipe sistem yang digunakan disajikan pada Tabel 7.21.

 Tabel 7.21. Faktor Emisi Polutan pada pembakaran batubara, lb/ton coal


                                                          Rumah tangga /
  No              Polutan        Power Plant   Industri
                                                             Kantor
  1.     Aldehid, HCHO              0,005       0,005         0,005
  2.     Karbon Monoksida, CO        0,5          3            50
  3.     Hidrokarbon, CH4            0,2          1            10
  4.     Oksida Nitrogen, NO2        20          20             8
  5.     Sulfur Dioksida             38S         38S           38S
  6.     Partikulat                  16A         16A           16A


        S = sulfur dalam batubara ; A = % abu dalam batubara

Jika kadar abu dalam batubara 10%, kadar sulfurnya 0,8%, maka emisi
masing-masing:
Partikulat = 16A =16 x 10 lb/ton batubara
SO2        = 38S =38 x 0,8 lb/ton batubara

 Tabel 7.22. Faktor Emisi Polutan pada pembakaran Gas Alam, Ib/106 NG


                                                          Rumah Tangga/
  No              Polutan        Power Plant   Industri
                                                             Kantor
   1.    Aldehid, HCHO                1            2            N
   2.    Karbon Monoksida, CO         N           0,4          0,4
   3.    Hidrokarbon, CH4             N            N            N
   4.    Oksida Nitrogen, NO2        390          214         116
   5.    Sulfur Dioksida             0,4          0,4          0,4
   6.    Partikulat                  15           18           19




704
Tabel 7.23. Faktor Emisi Polutan pada pembakaran
                        Fuel Oil, lb/1000 gallon FO
                                                                  Rumah
     No                Polutan         Power Rant   Industri
                                                               Tangga/Kantor
     1.   Aldehid, HCHO                     0,6        2             2
     2.   Karbon Monoksida, CO             0,04        2             2
     3.   Hidrokarbon                       3,2        2             3
     4.   Oksida Nitrogen, NO2              104       72            72
          Sulfur Dioksida, SO2             157S      157S          157S
     6.   Sulfur Trioksida, SO3            2,4S       2S            2S
     6.   Partikulat                         10       23             8


Beberapa contoh di atas baru menunjukkan banyaknya polutan yang
teremisikan ke udara dalam satuan berat per satuan waktu, namun belum
dalam satuan berat per satuan volume gas yang keluar dari sistem. Untuk
mengkonversinya dapat dilakukan jika laju volumetris gas keluar sistem
(m3/jam) diketahui. Pada umumnya baku mutu emisi dinyatakan dalam
kondisi standar/normal (tekanan 1 atm, suhu 25° C), sedang polutan gas
keluar sistem umumnya berada pada kondisi lain. Untuk
mengkonversikan dapat digunakan rumusan praktis sebagai berikut:
                                       P  
                                        
                                  c1  T 1 
                                    
                                  cn  P  
                                        
                                       T  n 
dengan:
c 1 ; c n = konsentrasi polutan pada kondisi 1 dan kondisi normal. (P,T)1 ;
(P,T)n = tekanan dan suhu pada kondisi 1 dan kondisi normal

3.    Sebaran polutan

Polutan yang diemisikan dari sistem akan tersebar ke atmosfer.
Konsentrasi polutan di udara sebagai hasil sebaran polutan dari sumber
emisi dapat diperkirakan dengan berbagai pendekatan, diantaranya
adalah dengan model kotak hitam (black box model), model distribusi
normal Gaussian (Gaussian Model), dan model lainnya.




                                                                         705
a. Model kotak hitam
   Polutan yang terdistribusi dianggap homogen dan mengalir keatas
   membentuk kolom udara, pada kecepatan angin (v). Pada keadaan
   ajeg, konsentrasi polutan dalam kolom udara di atas sumber emisi
   adalah:




 Gambar 7.50. Model Kotak Hitam (Black Box) Standar dan Profil Konsentrasinya


                     Cj = (Qj)/(v.W.D)
      dengan:        Cj = konsentrasi polutan j, mg/m 3
                     v = kecepatan angin, dianggap konstan, m/det
                     Q, = laju emisi polutan j, mg/det
                     D = tinggi kolom udara, m
                     W = lebar kolom udara, m
  Selain model di atas dapat digunakan model kotak tertutup, terutama
  jika kecepatan angin sangat rendah (mendekati nol) sebagai berikut:




         Gambar 7.51. Model Kotak Hitm Tertutup (Closed System) dan
                            Profil Konsentrasinya

                       Cj     = (Qj. t)/(x. . W. D)
      dengan:          Cj     = konsentrasi polutan j, mg/m 3
                       x      = panjang kolom udara, m
                       Qj     = laju emisi polutan j, mg/det
                       D      = tinggi kolom udara, m
                       W      = lebar kolom udara, m
                       t      = waktu emisi, detik


706
Model kotak hitam umumnya digunakan untuk sumber emisi diam
  yang berada di tanah, misalnya tempat parkir, pemukiman, tempat
  pembakaran

b. Model Gaussian

  Pada kenyataannya dispersi polutan sesungguhnya tersebar ke segala
  arah dengan konsentrasi bervariasi, mengingat kondisi atmosfer yang
  sangat kompleks. Untuk mengakomodasikan berbagai variabel lain
  yang mempengaruhi sebaran polutan, dilakukan penyusunan model
  lain. The American Society of Mechanical Engineers (ASME)
  mempublikasikan Model Gaussian untuk kepentingan memprediksi
  dampak. Model tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan
  besarnya konsentrasi polutan (gas) di suatu posisi dari sumber emisi
  diam (di tanah, dari cerobong asap), maupun dari sumber bergerak.
      1. Pencemaran Udara dari Sumber Bergerak
         C(x,y,z) = [(2Q/L)]/[(2)1/2 v.tz2)] [exp {-(z2/2.tz2)}]
      2. Pencemaran Udara dari Sumber Tetap yang teremisikan Melalui
         Cerobong Asap
         C(x,y.z) = (Q/2.v.tz)[exp-(y2 /2.t z2)][exp{-(z-H)2/2.t z}+ exp {-z+H) 2/2.
        tz2}]
     3. Pencemaran Udara dari Sumber Tetap di Tanah
        C(x,y,z) = (Q/.v.ty .tz)exp [-y2/2.Ty2 - z 2/2.T,2)]
  Untuk polutan partikulat dapat digunakan pendekatan:
       C(x.y.z) = (Q/.v.ty .tz)exp [-y2/2. ty 2] [exp -1/2(H-z-xVp/v)2]

     Keterangan:
     Q,       = Laju emisi, mg/det
     C(x,y,z) = Konsentrasi polutan pada koordinat x,y,z dari sumber
                 emisi, mg/m
     v        = Kecepatan angin pada arah x, m/det
     ty .tz   = Koefisien dispersi polutan ke arah y dan z, m
     H        = Tinggi efektif cerobong asap (h + Hs), m
     h        = Tinggi kepulan asap, m
     Hs       = tinggi aktual cerobong asap, m
     L        = panjang jalur jalan yang dilewati, m
     Vp       = Kecepatan jatuh partikulat, m/det


                                                                                707
Penggunaan Model Gaussian memerlukan informasi tentang koefisien
dispersi dan variasinya yang tergantung pada stabilitas atmosfer, maupun
jarak ke arah mengalirnya angin. Koefisien dispersi secara empiris telah
diperkenalkan oleh Pasquil-Gifford, Tennese Valley Authority (TVA),
maupun American Society of Mechanical Engineers (ASME).
Kategori stabilitas atmosferik diberikan oleh tuner, 1970 seperti dilihat
pada tabel 7.23.

                          Tabel 7.24. stabilitas atmosferik
       Kec. Angin pada              Siang                     Malam
        ketinggian 110                                          Cerah hingga
                           Kuat   Sedang    Lemah     Berawan
           m, m/det                                               berawan
              <2            A       A-B        B         -            -
              2-3          A-B       B         C         E           F
              3-5           B       B-C        C         D           E
              5-6           C       C-D        D         D           D
              >6            C        D         D         D           D


c. Plume rise (kenaikan kepulan asap)
   Gerakan ke atas dari kepulan gas dari ketinggian cerobong (stack),
   hingga asap mengalir secara horisontal dikenal sebagai "plume rise"
   atau kenaikan kepulan asap. Kenaikan ini disebabkan adanya
   momentum akibat kecepatan vertikal gas maupun perbedaan suhu
   "flue gas" dengan udara ambien. Karena adanya plume rise ini, tinggi
   stack secara fisik tidak dapat digunakan pada persamaan Gauss.
   Sebagai gantinya, tinggi stack perlu ditambah dengan tinggi kenaikan
   kepulan asap sehingga dikenal adanya tinggi stack efektif.
   Beberapa kemungkinan kenaikan kepulan asap, h dapat dihitung
   dengan rumus pendekatan sebagai berikut:

      1.   Beda suhu antara flue gas dengan udara ambien < 10 °C;
                      h = D, (Vgt )/vt )1,4
           dengan: Dt = diameter bagian dalam stack (bagian atas), ml
                   Vgt = kecepatan alir gas, m/det
                   vt = kecepatan angin, m/det
      2.   Beda suhu lebih besar atau sama dengan 50 °C, volume flue
           gas kurang dari 50 m 3/det. maka besarnya plume rise,
                    h = [Vgt . Dt /vt ][1,5 + (36 x 10-4.Bt .Dt .(Tgt Tta)/Tgt ],


708
dengan: Bt = Tekanan udara ambien, mm Hg
                  T9t = suhu flue gas, °K
                  Tat = suhu udar ambien, °K

     Harga harus dikoreksi atas dasar stabilitas atmosferiknya.
             Klas Stabilitas                    Faktor Koreksi
     Sangat tidak stabil, A-B                        1,15
     Tidak stabil, C                                 1,10
     Netral, D                                       1,00
     Stabil, E-F                                     0,85

     3.   Beda suhu lebih besar atau sama dengan 50 °C, volume flue
          gas lebih dari atau sama dengan 50 m3/det. maka besarnya
          plume rise,

          Untuk kondisi stabil

          h = 3, 44 [Vgt . Dt 2/vt.Bt 2/7][Tat /Tgt ][(Tgt -Tat )/(Tat /z)],
          dengan: Tat /z = (  T,t /  z) + 0,01, °C/m
          Untuk kondisi nefral dan tidak stabil
          h = [10/vt ][Vgt .Dt 2.H2.(Tgt -Tat )/Tgt ],

Contoh 4.
Perkiraan konsentrasi SO2 pada sisi hilir dari sebuah PLTU 1.000 MIW
pada jarak 1 km dan 5 km, yang menggunakan 10.000 ton batubara per
hari sebagai bahan bakarnya, kadar sulfur 1%, tinggi stack efektif 250 m,
angin bergerak dengan kecepatan 3m/det, diukur pada kondisi sedikit
cerah, siang hari pada ketinggian 10 m.

           x, km                 Ty, 117            Tz, m
             1                    140                125
             5                    540                500

Kondisi atmosferik tidak stabil, kecepatan angin pada ketinggian stack
efektif adalah sebesar:
       v = v1 (H/z 1)n = 3(250/10) 0,25 = 6,6 m/det.




                                                                                 709
Jumlah sulfur
       = 10.000 ton/hari x 1/100
       = 100 ton/hari (27.777.700 mg/detik)

      Emisi SO 2
       = (64/32)(27.777.700)mg/det
       = 55.555.400 mg/det.

Pada ground level concentration maximum (GLC), konsentrasi SO2
adalah:

      C1km   = [55.555.400/3,14.6,6x 140 x125] exp-[{2502/2(125)2}]
             = 750 μg/m'
      C5km   = [55.555.400 /3,14.6,6x540 x 500] exp-[{2502/2(500)2}]
             = 315 μg/m 2




                     Gambar 7.52. Koefisien dispersi ke arah z.




710
Gambar 7.53. Koefisien dispersi ke arah y.




Gambar 7.54. Simulasi sebaran polutan gas ke berbagai posisi




                                                               711
Gambar 7.55. Tinggi kepulan asap dan tinggi stack efektif


d. Korelasi Antara Pencemaran Udara dan Kesehatan

Pencemaran udara dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada
manusia melalui berbagai cara, antara lain dengan merangsang
timbulnya atau sebagai faktor pencetus sejumlah penyakit. Kelompok
yang terkena terutama bayi, orang tua dan golongan berpenghasilan
rendah yang biasanya tinggal di kota-kota besar dengan kondisi
perumahan dan lingkungan yang buruk. Menelaah korelasi antara
pencemaran udara dan kesehatan, cukup sulit. Hal ini karena:
1. Jumlah dan jenis zat pencemar yang bermacam -macam.
2. Kesulitan dalam mendeteksi zat pencemar yang dapat menimbulkan
    bahaya pada konsentrasi yang sangat rendah.
3. Interaksi sinergestik di antara zat-zat pencemar.
4. Kesulitan dalam mengisolasi faktor tunggal yang menjadi penyebab,
    karena manusia terpapar terhadap sejumlah banyak zat-zat
    pencemar yang berbahaya untuk jangka waktu yang sudah cukup
    lama.
5. Catatan penyakit dan kematian yang tidak lengkap dan kurang dapat
    dipercaya.
6. Penyebab jamak dan masa inkubasi yang lama dari penyakit-
    penyakit (misalnya: emphysema, bronchitis kronik, kanker, penyakit


712
jantung).
7. Masalah dalam ekstrapolasi hasil percobaan laboratorium binatang
     ke manusia.
Terdapat korelasi yang kuat antara pencemaran udara dengan penyakit
bronchitis kronik (menahun). Walaupun merokok hampir selalu menjadi
urutan tertinggi sebagai penyebab dari penyakit pernafasan menahun
akan tetapi sulfur oksida, asam sulfur, partikulat, dan nitrogen dioksida
telah menunjukkan sebagai penyebab dan pencetusnya asthma
brochiale, bronchitis menahun dan emphysema paru.
Hasil-hasil penelitian di Amerika Serikat sekitar tahun 70-an menunjukkan
bahwa bronchitis kronik menyerang 1 di antara 5 orang laki-laki Amerika
umur antara 40-60 tahun dan keadaan ini berhubungan dengan merokok
dan tinggal di daerah perkotaan yang udaranya tercemar.
Hubungan yang sebenarnya antara pencemaran udara dan kesehatan
ataupun timbulnya penyakit yang disebabkannya sebetulnya masih belum
dapat diterangkan dengan jelas betul dan merupakan problema yang
sangat komplek. Banyak faktor-faktor lain yang ikut menentukan
hubungan sebab akibat ini. Namun dari data statistik dan epidemiologik
hubungan ini dapat dilihat dengan nyata.
Pada umumnya data morbiditas dapat dianggap lebih penting dan
berguna daripada data mengenai mortalitas. Apalagi penemuan-
penemuan kelainan fisiologik pada kehidupan manusia yang terjadi lebih
dini sebelum tanda-tanda penyakit dapat dilihat atau pun dirasa, sebagai
akibat dari pencemaran udara, jelas lebih penting lagi artinya. Tindakan
pencegahan mestinya telah perlu dilaksanakan pada tingkat yang sedini
mungkin.
WHO Inter Regional Symposium on Criteria for Air Quality and Method of
Measurement telah menetapkan beberapa tingkat konsentrasi
pencemaran udara dalam hubungan dengan akibatnya terhadap
kesehatan/ lingkungan sebagai berikut:
   Tingkat I    : Konsentrasi dan waktu expose di mana tidak ditemui
                  akibat apa-apa, baik secara langsung maupun tidak
                  langsung.
   Tingkat II : Konsentrasi di mana mungkin dapat ditemui iritasi pada
                  panca indera, akibat berbahaya pada tumbuh-tumbuhan,
                  pembatasan penglihatan atau akibat-akibat lain yang
                  merugikan pada lingkungan (adverse level).


                                                                     713
Tingkat III : Konsentrasi di mana mungkin timbul hambatan pada
                fungsi-fungsi faali yang fital serta perubahan yang
                mungkin dapat menimbulkan penyakit menahun atau
                pemendekan umur (serious level).
  Tingkat IV : Konsentrasi di mana mungkin terjadi penyakit akut atau
                kematian pada golongan populasi yang peka
                (emergency level).

Beberapa cara menghitung/memeriksa pengaruh pencemaran udara
terhadap kesehatan adalah antara lain dengan mencatat: jumlah absensi
pekerjaan/dinas, jumlah sertifikat/surat keterangan dokter, jumlah
perawatan dalam rumah sakit, jumlah morbiditas pada anak-anak, jumlah
morbiditas pada orang-orang usia lanjut, jumlah morbiditas anggota-
anggota tentara penyelidikan pada penderita dengan penyakit tertentu
misalnya penyakit jantung, paru dan sebagainya.
Penyelidikan-penyelidikan ini harus dilakukan secara prospektif dan
komparatif antara daerah-daerah dengan pencemaran udara hebat dan
ringan, dengan juga memperhitungkan faktor-faktor lain yang mungkin
berpengaruh (misalnya udara, kebiasaan makan, merokok, data
meteorologik, dan sebagainya).

a. Beberapa data epidemiologik

Fairbairn & Reid menemukan bahwa incidence bronchitis, lebih banyak
pada pengantar pos di daerah dengan pedut tebal. Juga di London
incidence penyakit kanker paru terbesar di bagian timur taut kota, di
mana angin membawa pencemaran udara dari pusat dan bagian selatan
kota. Dalam penyelidikan di Cracow (Polandia) tahun 1965 prevalensi
gejalagejala penyakit pernafasan lebih besar didapatkan pada orang-
orang yang tinggal di daerah pencemaran udara berat. Juga penyelidikan
di Rotterdam terhadap 1000 anak sekolah yang tinggal di pusat kota
(pencemaran tinggi) dan daerah permukiman baru di pinggiran kota
menunjukkan bahwa anak-anak di daerah pinggiran kota rata-rata lebih
tinggi dan lebih berat badannya. Colley dan Reid (1970) juga menemukan
angka bronkhitis terendah di daerah pedesaan dan angka tertinggi di
daerah yang terkena pencemaran berat. Hal ini terutama dijumpai pada
anak-anak dan pekerja-pekerja yang setengah terlatih dan tidak terlatih


714
Beberapa penulis lain menemukan angka kematian karena kanker paru
10 kali lebih tinggi di dalam kota daripada di daerah rural. Juga pada
bukan perokok angka-angka di daerah perkotaan untuk kanker paru ini
120% lebih tinggi daripada di daerah pedesaan. Dengan sebab yang
belum jelas juga angka kematian karena kanker lambung 2 kali lebih
tinggi di daerah dengan pencemaran tinggi.

b. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara

Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh pencemaran udara
adalah:
1) Bronchitis kronika. Pengaruh pada wanita maupun pria kurang lebih
   sama. Hal ini membuktikan bahwa prevalensinya tak dipengaruhi oleh
   macam pekerjaan sehari-hari. Dengan membersihkan udara dapat
   terjadi penurunan 40% dari angka mortalitas.
2) Emphysema pulmonum.
3) Bronchopneumonia.
4) Asthma bronchiale.
5) Cor pulmonale kronikum.
   Di daerah industri di Republik Ceko umpamanya, dapat ditemukan
   prevalensi tinggi penyakit ini. Demikian juga di India bagian utara di
   mana penduduk tinggal di rumah-rumah tanah liat tanpa jendela dan
   menggunakan kayu api untuk pemanas rumah.
6) Kanker paru. Stocks & Campbell menemukan mortalitas pada non-
   smokers di daerah perkotaan 10 kali lebih besar daripada daerah
   pedesaan.
7) Penyakit jantung, juga ditemukan 2 kali lebih besar morbiditasnya di
   daerah dengan pencemaran udara tinggi. Karbon-monoksida ternyata
   dapat menyebabkan bahaya pada jantung, apalagi bila telah ada
   tanda-tanda penyakit jantung ischemik sebelumnya. Afinitas CO
   terhadap hemoglobin adalah 210 kali lebih besar daripada O2
   sehingga bila kadar COI-Ib sama atau lebih besar dari 50%, akin
   dapat terjadi nekrosis otot jantung. Kadar lebih rendah dari itu pun
   telah dapat mengganggu faal jantung. Scharf dkk (1974) melaporkan
   suatu kasus dengan infark myocard transmural setelah terkena CO.
8) Kanker lambung, ditemukan 2 kali Iebih banyak pada daerah dengan
   pencemaran tinggi.


                                                                     715
9) Penyakit-penyakit lain, umpamanya iritasi mata, kulit dan sebagainya
   banyak juga dihubungkan dengan pencemaran udara. Juga
   gangguan pertumbuhan anak dan kelainan hematologik pernah
   diumumkan. Di Rusia pernah ditemukan hambatan pembentukan
   antibodi terhadap influenza vaccin di daerah kota dengan tingkat
   pencemaran tinggi, sedangkan di daerah lain pembentukannya
   normal.
Di Jepang sekarang secara resmi telah diakui oleh pemerintah pusat
maupun daerah, sejumlah 7 macam penyakit yang berhubungan dengan
pencemaran (pollution related diseases). yaitu:
 Bronchitis kronika
 Asthma bronchiale
 Asthrnatik bronchitis
   Emphysema pulmonum dan komplikasinya
   Minamata disease (karena pencemaran air dengan methyl-Hg)
   Itai-itai disease (karena keracunan cadmium khronik)
   Chronic arsenik poisoning (pencemaran air dan udara di tambang-
    tambang AS).

Orang-orang dengan keterangan sah menderita penyakit ini, yang
dianggap disebabkan oleh salah satu macam bahaya pencemaran, akan
mendapat kompensasi akibat kerugian dan biaya perawatan dari
penyakitnya oleh polluters.

4. Pengendalian Pencemaran Udara
a. Sumber dan Jenis Pencemaran Udara
Pencemaran udara ditinjau dari asalnya dapat dibagi menjadi dua.
Pertama, yaitu pencemaran udara yang diakibatkan oleh aktivitas alam
seperti hembusan angin yang membuat debu beterbangan, letusan
gunung berapi yang mengeluarkan gas dan debu ke udara, aroma yang
dikeluarkan flora dan fauna, kebakaran hutan, serbuk sari dari bunga,
pembusukan hewan, dan tumbuh-tumbuhan, radioaktivitas alam. Dalam
beberapa kasus pencemaran alamiah ini berskala sangat besar sperti
letusan gunung berapi yang sekali meletus bisa mengeluarkan jutaan ton
gas dan debu ke udara, ataupun kebakaran hutan yang asapnya bisa
menyebar menutupi suatu kawasan yang sangat luas. Pencemaran udara


716
akibat aktivitas alam ini sangat sulit dikontrol oleh manusia, hanya
kebakaran hutan saja yang bisa dikontrol.
Kedua, pencemaran udara yang diakibatkan oleh aktivitas manusia,
seperti alat transportasi, pembangkit tenaga listrik non-PLTA, industri
yang kesemuanya menghasilkan 5 macam polutan utama yang
berbahaya yaitu partikulat, karbon monoksida, hidrokarbon, nitrogen
oksida dan belerang oksida.
Pencemaran udara akibat aktivitas manusia sekarang ini sudah sangat
berat. Sebagai contoh, diperkirakan polutan yang ditimbulkan oleh
aktivitas manusia di Amerika Serikat saja dalam satu tahun sebesar 300
juta ton (bandingkan dengan polusi belerang dioksida akibat pembakaran
bahan bakar di Indonesia sekitar 160.000 ton/th dari batubara dan 3500
ton/th dari bahan bakar minyak). Pencemaran udara akibat aktivitas
manusia ini yang akan dibahas dan care penanggulangannya agar tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Sudah terbukti bahwa polutan bisa menimbulkan akibat negatif, antara
lain kesehatan manusia seperti penyakit saluran pernafasan dan pare-
paru, iritasi mata-kulit, alergi, dan lain-lainnya. Terhadap binatang selain
pernafasan juga makanan seperti yang terjadi terdap tumbuh-tumbuhan,
antara lain kerusakan hutan akibat hujan asam, rusaknya warna daun,
bunga, buah dan sebagainya. Tidak bisa diabaikan adalah kerusakan
material akibat korosi, perubahan warna, pemecahan rantai molekul,
kotor akibat debu, berkurangnya jarak pandang dan lainnya. Terhadap
clam: adanya zat CFC/HCFC yang merusak lapisan ozon (pelindung
bumi dari radiasi sinar ultra-violet matahari.
Aerosol di udara bersifatmenyerap energi radiasi sinar ultraviolet
matahari dan mengubahnya jadi panas yang membuat udara menjadi
lebih panas. Naiknya kandungan gas karbon monoksida di atmosfer akan
mengakibatkan terhalangnya pantulan panas bumi ke angkasa luar hal ini
mengakibatkan terperangkapnya panas di atmosfer, sehingga suhu bumi
menjadi naik dan akibat lanjutannya antara lain adalah naiknya
permukaan air laut akibat meleburnya lapisan es di kutub bumi.
Secara garis besar ada dua macam zat pencemar di udara yang berasal
dari emisi peralatan yang berkaitan dengan aktivitas manusia yaitu Gas
dan Partikulat.




                                                                        717
a. Gas

1.   Senyawa belerang: SO2, SO3, H2S
2.   Karbon Oksida: CO, CO 2
3.   Nitrogen Oksida: NO, NO 2, NO3
4.   Halogen, Halida: HF, HCI, Cl2. CFC
5.   Cyanida: HCN
6.   Amonia: NH3
7.   Organik: Hidrokarbon seperti metana, etana, benzena, asam organik,
     formaldehida, alkohol, dll.

Beberapa jenis gas tersebut di atas mempunyai bau yang spesifik yang
dapat dipakai sebagai indikator adanya pencemaran udara.

b. Partikulat
Partikulat dapat berbentuk zat padat atau cairan yang ukurannya lebih
besar dari ukuran 1 molekul, tetapi kurang dari 1000 μm. Partikulat yang
terdispersi di udara di sebut Aerosol. Debu adalah hasil pemecahan zat
padat sehingga berukuran 1 sampai 200 Etm. Asap adalah padatan atau
butiran cairan hasil pembakaran zat organik dan berukuran antara 0,01
sampai 1 μm, demikian halusnya ukurannya sehingga bisa terdispersi
cukup lama di udara.
Polutan gas dan partikulat dilihat d sumbernya dapat dibagi menjadi
                                    ari
dua. Pertama, sumber bergerak, misalnya alat transportasi seperti mobil,
bis, truk, pesawat udara, kapal, kereta api, dimana gas asap sisa hasil
pembakaran di buang langsung ke udara. Kedua, sumber tidak bergerak,
yaitu industri/pabrik yang emisi polutannya sebagian besar dikeluarkan
lewat cerobong asap, sebagian lagi as ke Iingkungan karena operasi
peralatan pabrik yang tidak sempurna atau terbuka sehingga gas/
partikulat dapat lolos ke udara.

2. Prinsip Dasar Pengendalian Pencemaran Udara
Dengan mengetahui jenis dan sumber zat-zat pencemar udara, maka
dapat dilakukan dua tindakan untuk pengendalian pencernaran udara,
yaitu: DI DALAM PROSES dan DI LUAR PROSES.




718
a. Pengendalian di dalam proses
1.   Memperbaiki proses agar sisa pembakaran seminimal mungkin.
     Ada empat hal yang bisa digunakan untuk meminimalisasi polutan
     di dalam emisi gas hasil pembakaran. Pertama, yaitu pemakaian
     bahan bakar yang bersih dan ramah lingkungan dengan kandungan
     belerang dan logam berat yang seminimal mungkin, seperti bensin
     yang tidak mengandung timbal (Pb) Kedua, yaitu pengaturan
     efisiensi pembakaran dengan mengatur perbandingan bahan bakar
     dan udara yang optimal. Ketiga, yaitu perancangan sistem
     pembakaran yang bagus agar pembakaran bisa berlangsung
     sempurna. Keempat, yaitu penerapan sistem energi terintegrasi
     dimana kebutuhan energi untuk pemanasan dan sisa energi yang
     akan di buang dihitung, kemudian aliran panas yang akan dibuang
     dimanfaatkan semaksimal mungkin sehingga secara netto energi
     simpan baru yang diperlukan bisa seminimal mungkin.
2.   Memperbaiki proses agar bahan yang diproses terisolasi dari
     lingkungan.
     Semua proses diusahakan dijalankan secara tertutup sehingga
     kalau ada emisi gas dan partikulat bisa dilokalisir untuk selanjutnya
     dialirkan ke unit pengolahan gas buang.
3.   Memperbaiki kondisi proses .
     Suhu, tekanan, kecepatan alir, kecepatan putaran, konsentrasi, dan
     lainnya agar efisiensi proses meningkat yang akhirnya akan
     membuat gas dan partikulat yang terbuang bisa minimal.
4.   Memperbaiki peralatan agar tidak terjadi kebocoran lingkungan,
     dengan cara merawat peralatan secara rutin dan teliti, contohnya
     kran-kran, packing pompa-kompressor-flange.
5.   Pemasangan alat penangkap polutan pada aliran gas yang akan
     dibuang ke lingkungan contohnya elektrostatik precipitatot cyclone,
     separator, absorbser; katalitik konverter, bag filter, incinerator;
     absorbser karbon aktif, kondensor, dan lain-lain.
6.   Perancangan dan pemasangan cerobong yang sesuai dengan
     ketentuan dan dengan memperhatikan kondisi lingkungan.
     Khusus untuk perancangan dan pemasangan cerobong perlu
     diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
      Tinggi cerobong sebaiknya minimal 2,5 kali tinggi bangunan di
          sekitarnya agar lingkungan sekitar tidak terkena turbulensi asap.


                                                                       719
   Kecepatan aliran gas yang keluar cerobong sebaiknya
          berkecepatan minimal 20 m/detik agar gas yang keluar
          cerobong akan terhindar dari turbulensi.
         Perlu diingat bahwa untuk cerobong yang diameternya kurang
          dari 5 feet dan tingginya kurang dari 200 feet akan
          mengakibatkan konsentrasi di bagian bawah akan menjadi
          tinggi.
         Konsentrasi maksimum bagian permukaan tanah dari cerobong
          biasanya terjadi pada jarak 10 sampai 20 kali tinggi cerobong
          sesuai arah angin (down wind).
         Konsentrasi maksimum zat polutan berkisar 0,001% - 1% dari
          konsentrasi zat polutan di dalam cerobong.
         Semakin tinggi cerobong, semakin rendah konsentrasi
          maksimum zat polutan di permukaan.
         Cerobong      dilengkapi    dengan    sampling   point   untuk
          mempermudah pengontrolan kualitas gas buang.

b. Pengendalian di luar proses
Pemilihan lokasi pabrik yang tepat dengan memperhatikan lingkungan
sekitar permukiman, daerah industri, dan jenis industri. Penanaman
potion tinggi di sekeliling pabrik dan pinggir jalan, pengaturan
perbandingan yang memadai antara Iuas daerah hijau dan luasan daerah
terpakai. Pohon-pohon ini dapat berfungsi sebagai buffer/penyangga agar
pengaruh negatif emisi gas buang dapat ditekan karena dengan adanya
pohon-pohon tersebut sebagian gas buang seperti karbon dioksida dapat
terserap.

c. Pengendalian dari Sumber Emisi
Sebelum membahas pengendalian pencemaran udara dari sumber emisi,
lebih dulu perlu dikertahui karakteristik berbagai jenis peralatan
pengendalian pencemaran udara di dalam proses dan faktor-faktor yang
mendasari pemilihannya. Dengan demikian alat-alat tersebut harus
dipasang sebelum cerobong. Dengan mengetahui jenis alat yang dipakai,
bisa dihitung konsentrasi zat polutan yang akan dibuang lewat cerobong
sudah memenuhi baku mutu atau belum. Apakah alat yang dipakai perlu
diganti dengan jenis lain yang efisiensi prosesnya lebih tinggi. Dengan
memperhatikan standar baku mutu udara ambien dapat dirancang tinggi


720
cerobong yang diperlukan untuk mendispersikan sisa zat polutan di
permukaan agar tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan.

    Pemilihan jenis peralatan
   Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan jenis
   peralatan pengendalian pencemaran u      dara, beberapa di antaranya
   adalah:
   1. Jenis proses produksi yang akan dikendalikan jenis gas.
   2. Beban dan konsentrasi outlet yang diperlukan.
   3. Kelembaban inlet.
   4. Temperatur inlet.
   5. Tekanan inlet.
   6. Jenis, ukuran dan bet jenis partikulat.
   7. Konsentrasi partikulat pada inlet alat.
   8. Volume feed gas.
   9. Karakteristik alat: efisiensi pemisahannya.
   10. Biaya operasional.




               Gambar 7.56. Methode nitrifikasi dengan filler


     Media yang dipakai batu berukuran antara 1,0 – 1,5 inchi, gravel
0,5 cm antrasit dan plastik 1,8 mm



                                                                   721
B. Pengolahan Limbah Gas
         Ada beberapa metode yang telah dikembangkan untuk
   penyederhanaan buangan gas. Dasar pengembangan yang dilakukan
   adalah absorbsi, pembakaran, penyerap ion, kolam netralisasi dan
   pembersihan partikel.
         Pilihan peralatan dilakukan atas dasar faktor berikut:
         – Jenis bahan pencemar (polutan)
         – Komposisi
         – Konsentrasi
         – Kecepatan air polutan
         – Daya racun polutan
         – Berat jenis
         – Reaktivitas
         – Kondisi lingkungan
         Desain peralatan disesuaikan dengan variabel tersebut untuk
   memperoleh tingkat efisiensi yang maksimum.
         Kesulitannya sering terbentuk pada persediaan alat di pasaran.
   Pilihan desain yang diinginkan tidak sesuai dengan kondisi limbah,
   sebab itu harus dibentuk desain baru. Kemampuan untuk mendesain
   peralatan membutuhkan keahlian tersendiri dan ini merupakan
   masalah tersendiri pula.
         Di samping itu ada faktor lain yang harus dipertimbangkan yaitu
   nilai ekonomis peralatan. Tidakkah peralatan mencakup sebagian
   besar investasi yang tentu harus dibebankan pada harga pokok
   produksi. Permasalahannya bahwa ternyata kemudian biaya pengen-
   dalian menjadi beban konsumen.
         Atas dasar pemikiran ini maka pilihan teknologi . pengolahan
   harus merupakan kebijaksanaan perlindungan konsumen baik dari
   sudut pencemaran itu sendiri maupun dari segi biaya.
         Pada umumnya jenis pencemar melalui udara terdiri dari
   bermacam -macam senyawa kimia baik berupa limbah maupun bahan
   beracun dan berbahaya yang tersimpan dalam pabrik.
         Limbah gas, asap dan debu melalui udara adalah:
         1. Debu                  : Berupa padatan halus
         2. Karbon monoksida : Gas tidak berwarna dan tidak berbau
         3. Karbon dioksida       : Gas, tidak berwarna, tidak berbau
         4. Oksida nitrogen       : Gas, berwarna dan berbau


722
5. Asap                  : Campuran gas dan partikel berwarna
                                hitam: CO2 dan SO2
     6. Belerang dioksida     : Tidak berwarna dan herbau tajam
     7. Soda api              : Kristal
     8. Asam chlorida         : Berupa larutan dan uap
     9. Asam sulfat           : Cairan kental
     10. Amoniak              : Gas tidak berwarna, berbau
     11. Timah hitam          : Gas tidak berwarna
     12. Nitro karbon         : Gas tidak berwarna
     13. Hlidrogen fluorida   : Gas tidak berwarna
     14. Nitrogen sulfida     : Gas, berbau
     15. Chlor                : Gas, larutan dan berbau
     16. Merkuri              : Tidak berwarna, larutan

     Berikut ini adalah jenis peralatan yang dipilihkan untuk
pengolahan limbah gas.




                 Gambar 7.57. Seruber Model Tegak




                                                              723
Gambar 7.58. Menara Penyemprot



C. Pengoperasian Al at pengumpul debu
         Tujuannya untuk mengurangi pencemaran udara akibat adanya
debu agar memenuhi baku mutu emisi yang ditetapkan pemerintah yang
diterima dari segi ekonomi.
         Untuk menentukan sistem pencegahan pencemaran debu-
partikulat, diperlukan informasi mengenai :
1.    Proses Produksi yang mengeluarkan gas dengan pencemar debu-
      partikulat.
       Jenis proses maupun karakteristik proses (misalnya : batch atau
       kontinyu dan siklis atau non siklis, bahan baku yang digunakan)
       yang mengeluarkan gas buang dengan pencemar partikulat dapat
       digunakan untuk memprediksi kondisi dan komposisi gas buang
       dan kandungan debu-partikulat yang mungkin terbawa : suhu,


724
tekanan, debit, fasanya zat pencemar : padat atau cair, distribusi
     ukuran debu partikulat. komposisi gas pembawanya.
2.   Sifat fisik dan kimia gas pembawa debu — partikulat :
     Suhu, tekanan, debit, komposisi kimia dan sifat kimiawinya dapat
     diukur, ditentukan dengan menganalisa secara kimiawi sehingga
     diperoleh data-data riil yang berguna dalam pemilihan dan
     perancangan sistim yang sesuai.
3.   Sifat fisik dan kimia debu — partikulat pencemar.
     Fasanya berupa padat atau cair, konsantrasi debu-partikulat,
     bentuk dan distribusi ukuran partikel, sifat kelistrikannya maupun
     sifat kimiawinya akan sangat menentukan dalam pemilihan sistim
     peralatan yang sesuai.

        Sebagai contoh dalam industri peleburan besi-baja dimana bahan
bakunya mengandung kurang dari 1 % senyawa Sodium dan Potassium,
tetapi dengan tingginya suhu peleburan akan membuat hampir semua
senyawa tersebut menguap sehingga dalam gas buang kandungan fume-
partikel padat berbentuk bola yang sangat halus menjadi komponen
utama dalam gas buang tanur. Selain itu tanur umumnya bekerja secara
batch dan siklis sehingga debit, komposisi, sifat fisik dan kimia gas dan
partikelnya setiap saat bisa berbeda-beda. Komposisi bahan baku utama
dan bahan pembantu juga penting karena apabila bijih besinya
mengandung belerang, maka kemungkinan akan keluar sebagai gas
belerang dioksida yang bersifat korosif. Kondisi-kondisi inilah yang sangat
menentukan tipe dan bahan peralatan penangkap yang tepat.

Persiapan peralatan dust collector :
1. Prinsip dasar yang digunakan dalam alat-alat pembersih gas dari
    debu -partikulat tipe ini adalah adanya gaya centripetal yang diterima
    oleh partikel debu yang berputar (spinning) dalam jalur sirkuler.
    Besarnya gaya ini :
            F = MV2 / R
    Dimana F : Gaya yang diterima partikel
              M : Massa partikel
              V : Kecepatan gas pembawa
              R : Radius lingkar – putaran
                            2
2. Percepatan partikel V / R dapat diatur dengan memilih harga-harga


                                                                       725
V dan R yang tepat agar nilai akselerasi ini menjadi beberapa kali
      nilai gravitasi : g , sehingga gaya centripetal yang dihasilkannya juga
      meningkat.

Pengoperasian alat dust collector :
1. Menggunakan dasar dust collector untuk memisahkan debu-
   partikulat dari gas pembawanya adalah dengan mengalirkan gas
   yang membawa partikulat tersebut masuk silinder dust collector
   melalui horizontal tangential inlet sehingga aliran gas dalam dust
   collector menjadi berputar-cepat. Sehingga partikel debu akan
   mendapatkan gaya centripetal – terlempar kearah luar putaran gas –
   mendekati dinding dust collector.
2. Partikel akan     terkonsentrasi di dekat dinding, turun berputar
   kebawah dan keluar dari bagian bawah dust collector.
3. Aliran gas akan berputar kebawah, dan berbalik arah naik keatas
   melalui bagian tengah dust collector dan keluar dari alas melalui pipa
   tengah.

Hawksley menurunkan rumus yang digunakan untuk menghltung efisiensi
pemisahan debu di dalam dust collector sebagai berikut :
                      δ d 2 Vc
                ? =
                      18 μ D
dimana        ? : effisiensi pemisahan dust collector
              d : densitas partikel
              d : diameter partikel
              Vc : kecepatan gas di inlet dust collector
              μ : viscositas gas
              D : diameter dust collector
Dari rumusan diatas dapat ditarik kesimpulan utama mengenai efisiensi
dust collector :
o Diameter dust collector : efisiensi dust collector akan meningkat
   dengan menurunnya diameter dust collector.
o Dust collector capacity : efisiensi dust collector akan meningkatnya
   kapasitas dust collector. Kapasitas dust collector akan meningkat
   dengan meningkatnya kecepatan aliran gas masuk. Hal ini juga
   berarti dengan meningkatnya kapasitas dust collector maka ukuran



726
diameter partikel yang bisa dipisahkan akan menurun (semakin kecil
    ukuran partikelnya).
o Suhu gas : gas dengan massa yang sama bila dinaikkan suhunya
    maka akan meningkat volumenya, sehingga kecepatan gas masuk
    akan meningkat akibatnya akan meningkatkan efisiensi. Tetapi kalau
    dilihat dari viskositasnya, dimana bila suhu meningkat viskositas gas
    akan meningkat, maka hasil akhirnya adalah penurunan efisiensi dust
    collector.
Masih banyak parameter yang sebetulnya mempengaruhi efisiensi dust
collector, sehingga banyak bentuk persamaan matematis yang diturunkan
untuk menghitungnya. Beberapa persamaan lain memasukkan faktor
panjang body dust collector, dimana semakin panjang body dust collector
ataupun panjang dust collector akan semakin tinggi efisiensinya.
Demikian juga efisiensi akan meningkat dengan meningkatnya rasio
diameter body dust collector dengan gas outlet diameter. Selain itu
kenaikan pressure drop dalam dust collector akan menurunkan efisiensi,
sehingga belokan tajam dalam dust collector harus dikurangi, agar
hambatan aliran gas berkurang. Dust collector geometri diketahui juga
besar pengaruhnya pada efisiensi, sehingga banyak sekali
dikembangkan beberapa modifikasi geometri dust collector.
Salah satu persamaan matematis yang banyak digunakan untuk
mengevaluasi kinerja dust collector adalah persamaan Lapple :
                                 1/ 2
                 9 μ B 2 H 
       d0,5   =             
                 ρ p Qg θ 
                            
dimana : d0,5    : diameter partikel dimana efisiensi pemisahannya 50%
          μ      : viscositas gas, Pa . s
          B      : lebar lubang inlet gas, m
          H      : Tinggi lubang inlet gas, m
          ?p     : densitas partikel, kg/m 3
          Qg     : flow rate gas, m 3 / s
          ?      : Jumlah putaran efektif gas dalam dust collector, yang
                   dihitung dari rumus
                                         π
                                    ?=     (2 L1 + L2)
                                         H
          L1     : panjang cylinder
          L2     : panjang dust collector


                                                                     727
Gambar 7.59. Pemisahan udara dan debu dengan “Wet Seruber”
                        dan kolam pengendapan




728
1. Scrubber
          Alat ini digunakan untuk membersihkan gas yang mudah
   bereaksi dengan air. Prinsip kerjanya adalah mencampurkan air
   dengan uap dalam satu kolam. Pada umumnya arah aliran
   berlawanan agar kontak uap/gas dengan air dapat sempurna. Alat
   terdiri dari beberapa tipe: penyemprot, kolam, piringan dan putaran.

   Menara Penyemprot
         Gas kotor masuk dari bagiah dasar akibat tekanan. Gas
   membubung ke atas sementara dari atas dimasukkan pipa air yang
   dilengkapi dengan sprayer (penyemprot), sehingga air keluar
   merupakan titik-titik air memenuhi menara. Karena gaya berat, titik air
   turun sementara gas naik bersama udara. Gas yang terkandung
   dalam udara bereaksi dengan air dan turun ke bawah lalu ditampung
   dan dialirkan ke tempat tertentu. Udara yang bersih keluar melalui
   cerobong atas. Faktor yang perlu diperhatikan adalah waktu kontak.
         Jenis lain dari menara penyemprot yaitu packet tower dilengkapi
   dengan paking yang berfungsi memperluas permukaan kontak uap
   penceipar dengan air.
         Plate tower adalah bentuk lain yaitu paking digantung dengan
   piringan yang berlobang-lobang. Air berada di atas piringan dan turun
   melalui lubang-lubang, sementara udara dan gas mengalir dari
   bawah.
         Scrubber model tegak hampir mirip dengan menara
   penyemprot. Air dialirkan melalui pipa tegak (sejajar dengan kolam)
   berada di tengah-tengah liolam dan di sekeliling pipa dibuat lubang
   untuk menyemprotkan air. Gambar 22, 23 dan 24 adalah bagan alat
   pengolahan gas.

2. Pengolahan dengan Penyerapan (Absorbsi)
   Prinsip penyerapan (absorbsi) adalah pemisahan zat pencemar
   bentuk gas melalui cairan penyerap yang tidak mudah menguap.
   Udara yang mengandung zat pencemar dialirkan melalui cairan
   penyerap yang tidak mudah menguap (seperti air) sehingga zat-zat
   tersebut terserap. Penyerapan berlangsung dengan mudah apabila
   kontak permukaan cukup luas. Untuk itu dilakukan dengan
   membentuk butiran cairan atau membentuk cairan yang berbentuk


                                                                      729
film yang mem buat gelembung gas.




                       Gambar 7.60. Menara isi




                    Gambar 7.61. Penyerap mekanis




730
Gambar 7.62. Menara penyemprot tipe cyclone


Di samping itu perlu juga diperhatikan zat pencemar yang mudah dah
bereaksi dengan zat penyerap seperti asam dengan alkohol.
Ada 5 (lima) metode kerja absorbsi yaitu:




                  Gambar 7.63. Menara semprot




                                                              731
Gambar 7.64. Menara piringan




       Gambar 7.65. Menara kotak




732
a. Menara Isi
   Menara berbentuk silinder tegak diisi butiran pengisi untuk
   memperluas kontak permukaan. Cairan mengalir melalui butiran.
   Sementara itu gas dapat mengalir searah atau berlawanan arah
   dengan cairan penyerap.
   Efektivitas alat sangat dipengaruhi distribusi gas yang mengalir
   melalui butiran pengisi. Butiran dapat dibuat dari bahan plastik atau
   karbon dengan ukuran 2,5 cm / s/d 5 cm. Lihat gambar 25, 26 dan
   27.

b. Menara Semprot
   Menggunakan cairan penyerap yang disemprotkan ke dalam
   menara dan cairan ini mudah bereaksi dengan gas, seperti gas
   chlor. Yang penting gas mudah larut dalam cairan.
   Gas masuk dari bagian samping bawah silinder sementara butir
   cairan masuk dari samping silinder sebelah tengah. Gas dan
   butiran padat akan larut bersama cairan penyerap dan terbawa ke
   bawah sementara gas bersih keluar melalui pembuangan sebelah
   atas.

c. Penyerapan dengan Tarikan Cairan
   Berfungsi untuk menarik partikel dari buangan gas. Cairan
   penyerap dibangkitkan dan terjadi kontak dengan partikel,
   sehingga terjadi ikatan partikel dengan cairan. Sementara gas
   terbuang melalui lubang pembuangan atas.

d. Semprot Cyclone
   Alat ini merupakan silinder tegak yang sebelah bawah terdapat alat
   penyemprot. Gas masuk ke dalam silinder melalui saluran yang
   berbentuk tangensial. Aliran gas yang berjalan mengelilingi cairan
   menabrak butiran cairan sehingga terjadi penyerapan.

e. Penyerapan Mekanis
   Alat diisi cairan penyerap dan diputar dengan kipas. Gas kotor
   masuk ke dalam cairan. Reaksi antara cairan dan gas berlangsung
   dengan cukup baik. Gas dan partikel yang mudah bereaksi tinggal
   bersama cairan sementara gas keluar sudah bersih.


                                                                    733
Absorbsi oleh Benda Padat
   Absorbsi adalah penyerapan gas dengan bahan padat. Zat padat
   dikontakkan dengan buangan gas, sehingga zat pencemar yang
   mudah bereaksi akan terikat bersama bahan padat. Penyerapan ini
   dapat berlangsung secara fisika maupun secara kimia. Penyerapan
   secara fisika yaitu merupakan kondensasi gas pada permukaan zat
   padat, sedangkan penyerapan kimia berupa reaksi yang membentuk
   molekul baru.

D. Limbah Gas
   1. Pengolahan Limbah Padat
           Pengolahan limbah padat menurut sifatnya dapat dilakukan
      melalui 2 cara yaitu:
      1. Limbah padat tanpa pengolahan.
      2. Limbah padat dengan pengolahan.

             Limbah padat tanpa pengolahan dapat dibuang ke tempat
      tertentu sebagai tempat pembuangan akhir karena tidak ada
      unsur kimia yang beracun dan berbahaya terkandung di
      dalamnya. Limbah semacam ini dapat langsung dibuang ke
      tempat tertentu, misalnya areal daratan atau laut.
             Berbeda dengan limbah padat yang mengandung senyawa
      kimia berbahaya dan beracun atau setidak-tidaknya dapat
      menimbulkan reaksi kimia baru.
             Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum
      lirnbah diolah yaitu:
      a) Jumlah Limbah
           Dapatkah limbah ditanggulangi sendiri dalam pabrik tanpa
           memerlukan peralatan pengolahan ataupun pengangkutan.
           Limbah dalam jumlah relatif sedikit tidak membutuhkan
           penanganan khusus, seperti tempat pembuangan dan sarana
           pembuangan. Tetapi kalau yang harus dibuang misalnya 4 m3
           setiap hari, sudah tentu memerlukan tempat pembuangan
           akhir dan mungkin memerlukan sarana angkutan tersendiri
           pula.




734
b) Sifat Fisik dan Kimia Limbah
   Limbah padat terdiri dari berbagai macam wujud dan bentuk,
   tergantung pada jenis industrinya. Sifat fisik limbah akan
   mempengaruhi pilihan tempat pembuangan, sarana
   pengangkutan dan pilihan pengolahan. Limbah logam (kaleng,
   seng, potongan besi dan sebagainya) berbeda dengan limbah
   plastik atau kertas dan berbeda pula dengan limbah padat
   tepung tapioka. Limbah kertas dan plastik kemungkinan dapat
   diolah kembali untuk memperoleh produk baru.
   Di samping sifat fisik limbah; sifat kimia suatu hal yang tidak
   dapat diabaikan. Sifat kimia limbah padat akan merusak dan
   rnencemari lingkungan secara kimia yang dapat menimbulkan
   reaksi membentuk senyawa baru.
   Limbah padat lumpur dari pabrik pulp dan rayon akan
   mencemari air tanah melalui penyerapan ke dalam tanah.
   Apakah limbah mengandung sulftur atau sianida dan lain-lain.

c) Kemungkinan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
   Lingkungan terdiri dari berbagai komponen. Baik peka
   maupun tidak terhadap komponen pencemaran. Perlu
   diketahui pula komponen lingkungan yang rusak akibat
   pencemaran pada tempat buangan akhir. Unsur manakah
   yang terkena dan bagaimanakah tingkat pencemaran yang
   ditimbulkan.
   Apakah cukup penting kehadiran komponen lingkungan
   tersebut dalam lingkungan itu sendiri atau memang perlu
   ditiadakan kehadirannya.

d) Tujuan Akhir yang Akan Dicapai
   Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam upaya
   pengelolaan limbah. Tujuan ini tergantung pada tingkat limbah
   yang bersifat ekonomis maupun nonekonomis. Bagi limbah
   yang    nonekonomis     pengelolaannya      ditujukan    pada
   pencegahan dan kerusakan lingkungan, sedangkan limbah
   yang mempunyai nilai ekonomis dirinci dengan tujuan
   meningkatkan efisiensi pabrik secara keseluruhan dan untuk
   mengambil kembali bahan yang masih berguna dengan tujuan


                                                              735
lain.
      Bagaimanapun pengolahan akhir harus mendapat perhatian
      utama yaitu mau dikemanakan limbah? Karena itu perlu
      dilakukan pengolahan sebelumnya untuk memperoleh limbah
      yang lebih mudal mengelolanya, seperti mudah memindahkan,
      mengangkut, tidak menimbulkan bau sewaktu dibawa dan
      lain-lain.
      Berdasarkan pertimbangan di atas pengolahan limbah dapat
      dilakukan melalui proses sebagai berikut:

      a. Pemisahan
      Pemisahan dilakukan karena dalam limbah terdapat berbagai
      ukuran yarig berbeda dan kandungan bahan tertentu.
      Pemisahan perlu dilakukan untuk menyesuaikan dengan
      kondisi peralatan dan sekaligus mencegah kerusakan
      peralatan (mesin) yang tidak cocok dengan komponen bahan
      pencemar dalam limbah.
      Pemisahan dilakukan sebagai berikut:
      1) Sistem balistik. Pemisahan cara ini untuk memperoleh
         ukuran yang lebih seragam, misalnya berat mendekati
         seragam atau ukuran volume yang lebih seragam pula.
      2) Sistem grafitasi
         Pemisahan dilakukan berdasarkan gaya berat, misalnya
         bahan yang mudah terapung dengan bahan yang berat.
         Atau pada pemisahan biji sawit dengan serat dilakukan
         berdasarkan hembusan angin.
      3) Sistem magnetis
         Bahan yang bersifat maknet akan menempel pada magnet
         sedangkan yang tidak mempunyai sifat magnetis akan
         langsung berpisah. Alat ini banyak digunakan untuk
         memisahkan bahan yang bercampur antara logam dan
         nonlogam.

      b. Penyusutan Ukuran
      Ukuran perlu diperkecil unttik memperoleh ukuran yang lebih
      homogen sehingga lebih mudah memberi perlakuan terhadap
      pengolahan berikutnya dengan tujuan:


736
1) Bahan mempunyai ukuran yang lebih kecil dapat
   mencapai ukuran 1".
2) Bahan mempunyai volume lebih kecil (bahan lebih
   dipadatkan).
3) Bahan mempunyai berat yang lebih ringan dan volume
   lebih kecil. Cara ini pada umumnya dilakukan dengan
   pernbakaran.

c. Pengomposan
Bahan organik yang terdapat dalam limbah diuraikan secara
biokimia sehingga menghasilkan bahan organik baru yang
lebih berguna. Hasil pengomposan dapat dijadikan pupuk
tanaman.    Sebelum     dilakukan    proses pengomposan
kemungkinan diperlukan pernisahan ataupun penyusutan
ukuran agar hasil kompos lebih baik.
Pengomposan banyak dilakukan terhadap buangan yang
mudah membusuk, sampah kota, buangan hewan, lumpur
pabrik dan sebagainya.

d. Pembuangan Limbah
Setelah salah satu atau lebih proses dilakukan maka proses
akhir adalah tempat pembuangan limbah. Tempat
pembuangan limbah ada 2 macam yaitu:

1) Pembuangan di Laut
Laut cukup luas dan diperkirakan kecil sekali pengaruhnya
terhadap kualitas air laut yang kemungkinan besar dapat
menetralisasi bahan beracun dan berbahaya.
Pembuangan ke laut juga harus memperhatikan penggunaan
laut oleh masyarakat di sekitar tempat buangan, seperti taman
rekreasi, tempat nelayan mencari ikan, taman laut dan lain-
lain. Di samping itu perlu diperhatikan dangkal tidaknya tempat
pembuangan. Dari uraian ini jelas bahwa tidak semua limbah
padat dapat dibuang ke laut terutama limbah yang
mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya, seperti
limbah radio aktif dan lain-lain. Di samping itu juga walaupun
tidak ada bahan beracun dan berbahaya d      alam limbah, tapi


                                                           737
mengingat pemanfaatan laut sebagai tempat rekreasi, lalu
         lintas kapal dan nelayan untuk mencari makan, maka
         pembuangan tidak dapat dilakukan di sembarang tempat.

          2) Pembuangan Darat (Sanitary Landfill)
          Penetapan tempat pembuangan di darat membutuhkan
          pertimbangan lebih seksama mengingat tidak semua daratan
          dapat dijadikan tempat pembuangan. Sebagaimana sudah
          disinggung bahwa pada tempat pembuangan harus
          diperhatikan komponen lingkungan yang mungkin harus
          dikorbankan terlepas dari nilainya apakah diperlukan atau
          tidak, tapi mengingat kepentingan yang lebih besar maka hal-
          hal yang lebih kecil harus kalah. Pemilihan lokasi landfill harus
          mempertimbangkan pengaruh iklim, temperatur, angin,
          keadaan struktur tanah, jaraknya dengan pemukiman
          penduduk, kemungkinan pengaruhnya terhadap sumber air,
          perkebunan, perikanan, peternakan, flora-fauna dan lain-lain.
          Hendaknya lokasi yang ditetapkan adalah lokasi yang benar-
          benar tidak ekonomis lagi untuk kepentingan apa pun.
             Menurut keadaan lokasinya landfill dibedakan sebagai
      berikut:
      1. Landfill lembah atau landai
         Lerengnya terjal dan berbentuk lembah. Limbah dimasukkan
         secara bertahap dan bertingkat sampai sama datarnya dengan
         permukaan tanah di atas. Demikian dilakukan terus menerus.
      2. Landfill galian
         Tanah sengaja digali sesuai dengan keperluannya. Limbah
         dimasukkan ke dalam lubang galian dan bila sudah rata
         dengan permukaan tanah limbah ditutup dengan tanah lalu
         dipadatkan.
      3. Landfill tanah datar
         Limbah ditumpukkan pada tempat tertentu kemudian
         dipadatkan. Sesudah itu ditutup dengan tanah lalu dipadatkan
         lagi dan disusul lagi dengan timbunan berikutnya sampai
         berlapis-lapis. Bagian atas sekali ditutup dengan tanah lalu
         dipadatkan.



738
Tabel di bawah ini memuat jenis limbah padat dan sumbernya:
No. Jenis Pabrik              Jenis Limbah               Sumber
 1          2                       3                        4
     Pabrik tekstil    Selulose                     Bagian cotton
                       Serat asbestas               Wool grease
 2 Pabrik Kertas       Selulose 50%                 - Kulit kayu
                       Liqnin                       - Pernikel kayu
                       Pentosan
                       Bahan padatan
                       Lumpur CaCO3
  3. Pabrik kulit      Collagan                     Potongan kulit
                       Tanah/pasir                  Debu kulit Bulu
                       Kotoran
                       Endapan
 4   Pabrik Kimia      Selulose
                       Polimer
  5. Pabrik            Tawas                        Besi
     batubara          NaNO3                        NaOH
     minyak dan        Deterjen
     pabrik energi     Silika                       Kapur
                       Al2O3                        Kapur
                       Serfikan                     Pemotongan
                       Tanah hat                    Cetakan
                       Kaolin                       Bahan penolong
 6   Pabrik industri   Silika                       Residu furnace
     logam dasar       kapur                        Precipitator
                       Besi                         Kerak
                                                    Batu kapur
 7   Pabrikuningan     Cupper                       Pemotongan
                       sang
 8   Pengecoran        Tanah liat
     besi              Pasir                        Cetakan
     Penyulingan       Bahan organik
     minyak atsiri




                                                                  739
Pada beberapa pabrik tertentu limbah air mengalir bersama
      limbah padat. Pada pengolahan limbah zat padat tersebut akan
      tinggal pada dasar wadah. Bila limbah langsung dialirkan ke
      sungai akan mengendap pada dasar sungai mengakibatkan
      pendangkalan secara perlahan-lahan.
             Dalam hal lain terdapat pula limbah padat pada
      prapengolahan. Bahan baku membutuhkan pengolahan
      pendahuluan sebelum. memasuki proses. Misalnya pembuangan
      kulit, penghancuran dan lain-lain.
             Pabrik kertas menghasilkan limbah padat berupa lumpur
      dari bahan penolongnya sendiri. Kolam pengolahan air limbah
      seperti kolam pengendapan atau kolam aerasi harus dikuras
      untuk mengeluarkan lumpur yang bertambah hari bertambah
      menebal. Lumpur hasil kurasan ini pun membutuhkan tempat
      pembuangan baru.
             Pabrik buah-buahan menghasilkan kulit dan serat-serat
      yang dalam tempo relatif singkat menciptakan bau tidak enak.
      Untuk mengatasi limbah tersebut perlu upaya pengendalian dan
      penanggulangan baik untuk tujuan daur ulang maupun untuk
      memenuhi syarat buangan.
             Untuk beberapa jenis buangan tertentu barangkali tidak
      membutuhkan pengomposan tapi pembakaran. Untuk itu tahapan
      yang dilakukan pada umumnya meliputi sebagai berikut:
      1. Pemekatan: untuk memudahkan penghancuran ditambahkan
          sejumlah air dengan bahan kimia tertentu. Dengan demikian
          bahan menjadi lebih lunak dan mudah menghancurkannya.
      2. Penghancuran: bahan yang masih keras dihancurkan
          sehingga ukurannya lebih seragam, yang tidak dapat
          dihancurkan dibuang pada tempat yang telah tersedia.
      3. Pengurangan air: melalui alat press atau penghisapan, kadar
          air dalam bahan dapat dikurangi. Pengurangan air sebelum
          proses lanjut memudahkan proses pengeringan. Apabila kadar
          air dalam suatu bahan meliputi 50% maka pada proses
          pengeringan kandungan air paling banyak kurang lebih 25%.
      4. Pembakaran: bahan padat yang telah cukup kering dapat
          dibakar dengan mudah bila konsentrasi air kurang dari 10%.



740
5. Buangan: abu sisa pembakaran, sisa penghancuran, air dapat
    dibuang ke tempat yang telah ditetapkan.
      Skema pengolahan bahan padat dapat dilihat pada bagan
12. Terdapat jenis pabrik tertentu yang banyak membuang limbah
padal baik padatan bercampur air maupun padatan yang berdiri
sendiri limbah ini pada umumnya sisa hasil olahan ikut bersama
air buang an ataupun sisa bahan penolong yang tidak
termanfaatkan lagi.
      Tanah, pasir dan kotoran kadang-kadang ikut bersama
bahan dan setelah melalui proses terbuang bersama air dan
menimbulkan endapan.
                       Bahan buangan padat




           Pemekatan



          Penghancuran



         Pengurangan air



           Pengeringan



           Pembakaran



             Buangan

       Gambar 7.66. sistem pengolahan buangan padat



                                                          741
RANGKUMAN :

1. Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung
   dalam limbah cair oleh gaya gravitasi.
2. Septic tank adalah teknik pengolahan limbah yang amat lazim
   digunakan didunia untuk pengolahan limbah setempat dan skala
   kecil.
3. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung
   dari sumber cemaran.
4. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia
   di atmosfer.
5. Faktor emisi disini didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu
   polutan yang dihasilkan oleh terbakarnya sejumlah bahan bakar
   se/ama kurun waktu tertentu.
6. Gerakan ke atas dari kepulan gas dari ketinggian cerobong (stack),
   hingga asap mengalir secara horisontal dikenal sebagai "plume rise"
   atau kenaikan kepulan asap.

CONTOH SOAL :

Contoh 1:
Dirancang sebuah pembangkit listrik tenaga uap menggunakan batubara
sebagai bahan bakarnya. Kadar abunya 8%, kadar sulfurnya 0,5%, nilai
kalornya 11.000 Btu/lb. Daya yang akan dibangkitkan sebesar 2.250 MW
dengan efisiensi thermal sebesar 38%. Perkiraan banyaknya partikulat,
NO2 dan SO2 yang teremisikan dari sistem ini adalah sebagai berikut:

Faktor emisi masing-masing polutan akibat terbakarnya batubara (dalam
lb/ton batubara yang terbakar), adalah: partikulat = 16A, NO 2 = 20; SO 2 =
38 S dengan A dan S adalah prosen abu dan prosen sulfur dalam bahan
bakar. (1 lb = 453,6 gram)
Energi yang diperlukan untuk menghasilkan daya sebesar 2250 MW
adalah:
2.250 MW / 0,38        = 5.930 x 106 Watt
                       = 20.200 x 10 6 Btu/Jam
                          (Watt = 3,4114 Btu/jam).



742
Dari kebutuhan energi, maka kebutuhan bahan bakarnya adalah:
(20.200 x 106 Btu/jam) /(11.000 Btu/lb)        = 1.834 x 103 lb/jam
                                                      = 917 ton/jam.
Besarnya emisi masing-masing polutan dapat diperkirakan sebesar:
Partikulat       : (16 x 8 lb/ton) x 917 ton/jam      = 117.300 lb/jam
NO2              : (20 lb/ton) x 917 ton/jam          = 18.340 lb/jam
SO2              : (38 x 0,5 Ibton) x 917 ton/jam     = 17.400 lb/jam

Jumlah emisi partikulat dapat dikurangi jika pada sistem tersebut
dilengkapi dengan satuan operasi lain (alat pengendali emisi partikulat)
seperti elektrostatik presipitator misalnya,

Contoh 2:
Perkiraan emisi partikulat dari sistem di atas, jika sistem dilengkapi
dengan EP yang mempunyai spesifikasi:

       Ukuran partikel, pm       0-5        5-10          10-20       20-44        >44

       Efisiensi, %              75         94,5          97          99,5         100



      Partikulat yang teremisikan ke udara mempunyai spesifikasi:

       Ukuran partikel, μm       0-5        5-10          10-20       20-44        >44

       % berat                   15         17            20          23           25



     Emisi partikulat ke udara setelah menggunakan EP adalah:

      Ukuran partikel, μm        Emisi partikel, lb/jam

       0-5              = (100-75,0)% x 15% x 117.300             =          4.398,75

       5-10             = (100-94,5)% x 17% x 117.300             =          1.096,76

       10-20            = (100-97,0)% x 20% x 117.300             =          703,80

       20-44            = (100-99,5)% x 23% x 117.300             =          134,90

       > 44             = (100-100)% x 25% x 117.300              =          0,0

       Jumlah           =……………………………………………=                                  6.334,2




                                                                                         743
Atau sebanyak (6.334,21/117.300) x 100% = 5,4 % dari total partikulat.
Contoh 3:

Sebuah Tempat Penampungan Akhir (TPA) sampah dengan sistem
pembakaran terbuka mengemisikan 7,71 kg partikulat per ton sampah
yang dibakar. Jika jumlah penduduk Semarang 1.300.000 orang, setiap
orang rata-rata membuang sampah sebanyak 2,7 kg per hari selama 7
hari per minggu, maka perkiraan jumlah sampah dan partikulat yang
teremisikan per hari adalah sebagai berikut:

Jumlah sampah:

      1.300.000 orang x 2,7 kg/hari/orang          = 3.510.000 kg/hari
                                                   = 3.510 ton/hari
Emisi partikulat:
7,71 kg/ton sampah x 3.510 ton sampah/hari = 27.062 kg/hari


LATIHAN SOAL :

1. Jelaskan tentang mekanisme pengolahan limbah?
2. Bagaimana cara penanggulangan pencemaran udara?
3. Apa fungsi dari dust collector?
4. Bagaimana untuk menetralisir bau yang terdapat pada limbah cair
   tahu?
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan COD, BOP, HRT?




744
DAFTAR PUSTAKA


A.K.SHAHA. 1997, Combustion Engineering and Fuel Technology OXFORD
      & IBH PUBLISHING CO.

Abdul Kadir, Prof., Ir., 1993. “Pengantar Tenaga Listrik”, Edisi Revisi, PT
       Pustaka LP3ES, Jakarta.

Bernasconi B., Gerster H., Hauser H., Stäuble H., Schneiter E., “Chemiche
       Technologie 2” (alih bahasa) M.Eng., M. Handojo Lienda Dr. Ir.,
       1995. “Kimia Teknologi 2”, PT. Pradnya Paramita, Bandung.

Bernasconi B., Gerster H., Hauser H., Stäuble H., Schneiter E., 1995.
       “Chemiche Technologie 1” (alih bahasa) M.Eng., M. Handojo Lienda
       Dr. Ir., “Kimia Teknologi 1”, PT. Pradnya Paramita, Bandung.

Brace, 1998. “Technology of Anodizing”, Robert Draper Ltd., Teddington.

Champbell, 1998. Prinsip of Manufacturing Materials & Processes, New
     Delhi.

Corbitt, R. E., 1989. Standard Handbook of Environmental Engineering,
        McGraw-Hill Book Co., New York.

Dennis, 2002. "Nickel and Chromium-Plating", Newnes-Butterworths.

Don A. Watson, 2000. CONSTRUCTION MATERIALS AND PROCESSES.
       Mc Graw-Hill Book Company, Sidney.

Erlinda N, Ir., 2004. "Korosi Umum", Seminar Masalah Penanggulangan
        Korosi dengan Bahan Pengubah Karat, LMN-LIPI.

Gabe, 1998. "Principle of Metal. Surface Treatment and Protection", 2nd
      edition, Pergamon Press, London.

George T Austin, E. Jasjfi (alih bahasa), 1995. “Industri Proses Kimia”, Jilid
      1, Edisi 5, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Handojo, L, 1995, ”Teknologi Kimia”, Jilid 2, PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Katz, (Ed.) 1997. Methods Of Air Sampling and Analysis. Interdiscipplinary
        Books and Periodical, APHA, Washington.

Kenneth N.Derucher, Conrad P. Heins 1996. MATERIALS. FOR CIVIL AND
       HIGHWAY ENGINEERIG. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey

                                                              LAMPIRAN A1
Kertiasa Nyoman, 2006. “Laboratorium Sekolah & Pengelolaannya”, Pudak
        Scientific, Bandung.

Kusmulyana, 1993. Pemantauan Kualitas Udara. Pelatihan Pengelolaan dan
      Teknologi Limbah, ITB, Bandung.

Lainer, 2000, “Modern Electroplating”, Israel Program for Scientific
       Translations, Jerusalem.

Lawrence H Van Vlack, 2000. Elements of Materials Science & Engineering.
      Addison-Wesley Publishing Company. Fourth edition.

]Lowenheim, F.A., 2000. "Modern Electroplating", John Wiley & Sons.

M.G., Fontana, N.D. Greene, 2002. "Corrosion Engineering", Mc. Graw Hill
       Book Co.

McCabe L. Warren, Smith C. Julian, Harriot Peter, “Unit Operation Of
      Chemical Enginering fourth Edition” (alih bahasa) M. Sc. Jasjfi E.,
      Ir., 1999 “Operasi Teknik Kimia”, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

McCabe L. Warren, Smith C. Julian, Harriot Peter, 1999. “Unit Operation Of
      Chemical Enginering fourth Edition” (alih bahasa) M. Sc. Jasjfi E.,
      Ir., “Operasi Teknik Kimia”, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Misnah Pantono BE, Suhardi, Bsc., 1979. “Pesawat Tenaga Kalor/Ketel Uap
       1”, Edisi Pertama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan –
       Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

N. Jackson. 1992, CIVIL NGINEERING MATERIALS. The Mac Millan Press
       Ltd. New Jersey.

Noil and Miller, 1997. Air Monitoring Survey Design. Ann Arbor Science,
       Michigan.

Oetoyo Siswono, Drs, 1982. “Proses Kimia Industri” Akademi Perindustrian
       Yogyakarta.

Perkins, H.C., 1994. Air Pollution. McGraw-Hill Kogakusha, Ltd, Tokyo.

S. Juhanda, Ir., 1993. "Pengantar Lapis Listrpk", Proceeding Diklat TPLS
       Bidang Elektroplating, LMN-LIPI.

Sarengat, N., 2000. Dampak Kualitas Udara. Kursus AMDAL A, Bintari-
      UGM-UNDIP, Semarang.


LAMPIRAN A2
Silman, H., BSc., 1998. “Protective and Decorative Coating for Me tals”,
       Finishing Publications Ltd., London.

Slamet Setiyo, Ir., Margono B.Sc., 1982. “Mesin dan Instrumentasi 2”,
       Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Pendidikan
       Menengah Kejuruan, Jakarta.

Soedomo M. 1998. Pehigelolaan Limbah Gas dan Partikulat Lingkungan
      Perkotaan (Sumber Bergerak). Pelatihan Pengelolaan dan Teknologi
      Limbah, ITB, Bandung.

Stern, A.C., 1996, Air Pollution, Third edition, Volume III Measuring,
       monitoring, and surveillance of air pollution. Academic Press, New
       York.

Tata Surdia Ir. Msc Met E; Kenji Chijiwa Prof. Dr. 2000, Teknik
      Pengecoran Logam. Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta.

Ulrich D. Gael, 1984. “A Guide To Chemical Engineering Process Design
        And Economics” John Wiley & Sons, USA.

Ulrich, Gael D., 1984, “A guide to chemical Engineering Process Design and
        Economics” John Wiley and Sons.

W.H.Taylor, 1999. CONCRETE TECHNOLOGY AND PRACTICE. Mc Graw-
      Hill Book Company, Sidney.

Wahyudin, K., 1990. “Kursus Elektroplating dan Penerapannya”, Lembaga
      Metallurgi Nasional-LIPI - BENGPUSMAT III.

Bahan Bakar Dan Pembakaran,
www.c hemeng.vi.ac.id/wulan/materi/cecture%20notes/umum

Http://www.chem.itb.ac.id/safety/Tim Keselamatan Kerja Departemen Kimia
Institut Teknologi Bandung, 2002

http://www.iaeste.ch/Trainees/Events/2007/IndustrialSightLeibstadt/

http://www.gc3.com/techdb/manual/cooltext.htm

http://www.indiamart.com/maitreyaenterprises/engineered-products.html

http://commons.wikimedia.org/wiki/Image:Didcot_power_station_cooling_tow
er_zootalures.jpg



                                                            LAMPIRAN A3
http://www.lenntech.com/fran%C3%A7ais/chaudi%C3%A8re/eau-
alimentation-chaudiere.htm

http://www.queensindustrial.com/service.htm

http://www.geothermie.de/egec-geothernet/prof/heat_exchangers.htm

http://www.sensorsmag.com/sensors/Level+and+Leak+Detection/A-Dozen-
Ways-to-Measure-Fluid-Level-and-How-They-
W/ArticleStandard/Article/detail/360729

Integrated Biodiesel Plant & Palm Oil Mill, Agus Kismanto, BPPT,
http://bfuel.biz/files/ako_integrated_Biodiesel_Plant_Palm_Oil_Read_Only_p
df
Teknologi         Proses       Produksi     Biodiesel,   Martini   Rahayu,
www.geocities.com/markal_bppt/pubilsh/biofbbm/biraha.pdf
US Department of Energy (US DOE), Energy Efficiency and Renewable
Energy. Improving.

Compressed Air System Performance. DEO/GO-102003-1822. 2003.
www.oit.doe.gov/bestpractices/compressed_air

Wiki, Instrumentasi, 3 Januari 2008, Wikipedia Ensiklopedia Bebas,
Availabel [online]:<http://id.wikipedia.org/wiki/Instrumentasi>[19 Januari
2008]
www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20-
%20Compressors%20and%20Compressed%20Air%20Sy
www_process-controls_cod-Metex-Aqualytic-images
reaktore_klein_jpg_filescod_reactor.htm

United Nations Environment Programme, “Peralatan Pemantauan”, 2006,
Available[online]< Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia –
www.energyefficiencyasia.org>




LAMPIRAN A4
DAFTAR ISTILAH



Batch                :    Tumpak, Lompok
Bubble Point         :    Titik gelembung
Boiling point        :    Titik Didih
Ball Mill            :    Penggiling Bola
BAPEDALS             :    Badan Pengendali Dampak Lingkungan
Continuous           :    Sinambung
Change of phase      :    Perubah fase
Crushing             :    Penghancuran
Dew Point            :    Titik Embun
Double pipe HE       :    Alat penukar panas tipe pipa ganda
DoT                  :    Departemen of Transportastion
B3                   :    Bahan Berbahaya dan Beracun
Equipment            :    Peralatan
EP                   :    Effisiensi Pembakaran
EPA                  :    Environmental Policy Act
Furnace              :    Tungku
Grinding             :    Penggerusan
Generator            :    Penimbul Limbah
Handling             :    Penanganan
                     :    Penukar Kalor, Penukar Panas
Heat Exhanger
                          Penukar Bahang
LD50                 :    Lethal Dose Fifty
Piping system        :    Sistem pemipaan
Reboiler             :    Pendidih ulang
Rotary Drum Filter   :    Filter drum berputar
RCRA                 :    Resource Conservation and Recovery Act
Separation           :    Pemisahan
                     :    Alat penukar panas tipe tabung
Shell – Tube HE
                          selongsong
Size reduction       :    Pengecilan ukuran
Steady state         :    Keadaan tunak
Treatment            :    Perlakuan
TCLP                 :    Toxicity Characteristic Leaching Procedur
Unit Operation       :    Satuan Operasi
Unit Process         :    Satuan Proses
USDOT                :    US Department of Transportation Act




                                                     LAMPIRAN B.1
LAMPIRAN B.2
Smk12 kimiaindustri-suparni

More Related Content

PDF
Smk10 kimiaindustri-suparni
PDF
Smk11 kimiaindustri-suparni
PDF
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
DOCX
2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi
PDF
Riski skripsi gabungan revisi
PDF
Tugas akhir mikotik hotspot user manager
PDF
SMK MAK kelas10 smk kria tekstil budiyono
PDF
Teknik bodi otomotif_jilid_3
Smk10 kimiaindustri-suparni
Smk11 kimiaindustri-suparni
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
2. halaman persetujuan, pengesahan, pengantar, daftar isi
Riski skripsi gabungan revisi
Tugas akhir mikotik hotspot user manager
SMK MAK kelas10 smk kria tekstil budiyono
Teknik bodi otomotif_jilid_3

What's hot (19)

PDF
Teknik bodi otomotif_jilid_1
PDF
Proses Pengolahan Migas dan Petrokim
PDF
File 1
PDF
ajeng
DOCX
Sistem jaringan berbasis mikrotik os
PDF
Teknik bodi otomotif_jilid_2
DOC
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
PDF
REKAYASA PERANGKAT LUNAK UNTUK SMK Jilid 2
PDF
Rpl jilid 3
PDF
Smk10 rekayasa perangkatlunak aunur
PDF
Rpl jilid 1
PDF
penulangan kolom, balok dan plat bangunan gedung
PDF
Sk 206112106
PDF
Kkp162008 08 16
PDF
Buku simulasi dan komunikasi digital Bagian 2
DOCX
Laporan prakerin smk pariwisata baitul hamdi barnas
PDF
Ilmu pengetahuan alam_2_kelas_2_sarjati_purwo_s_triyatno_suwarmin_tri_sunarni...
PDF
rekayasa perangkat lunak jilid 1
PDF
Contoh Kkp MI
Teknik bodi otomotif_jilid_1
Proses Pengolahan Migas dan Petrokim
File 1
ajeng
Sistem jaringan berbasis mikrotik os
Teknik bodi otomotif_jilid_2
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
REKAYASA PERANGKAT LUNAK UNTUK SMK Jilid 2
Rpl jilid 3
Smk10 rekayasa perangkatlunak aunur
Rpl jilid 1
penulangan kolom, balok dan plat bangunan gedung
Sk 206112106
Kkp162008 08 16
Buku simulasi dan komunikasi digital Bagian 2
Laporan prakerin smk pariwisata baitul hamdi barnas
Ilmu pengetahuan alam_2_kelas_2_sarjati_purwo_s_triyatno_suwarmin_tri_sunarni...
rekayasa perangkat lunak jilid 1
Contoh Kkp MI
Ad

More from Dian Fery Irawan (20)

PDF
Kelas 2 sma_developing_english_competencies_achmad_doddy
PDF
Smk10 fisikanonteknologi-mashuri
PDF
Smk11 fisikateknik-endarko
PDF
20090610171757 kelas 11_fisika_2_sri_handayani
PDF
Kelas2 biologi eva_latifah_hanum(2)
PDF
Kelas2 biologi eva_latifah_hanum
PDF
Smk12 kimiakesehatan-zulfikar
PDF
Smk12 fisikateknologi-endarko
PDF
Kelas11 kimia2 siti_poppy
PDF
Smk10 fisikateknologi-endarko
PDF
Soal olimpiade-matematika-kabupaten-2010(2)
PPT
Konsep termokimia 2
PPT
Turunan trigonometri bilingual
PDF
Trigonometry formulas
PPT
Trigonometry
PDF
Trigonometri untuk sma
PPT
Trigonometri 3-(bentuk cos x + sin x)
PPT
Trigonometri 2
PPT
Trigonometri
PDF
Trigonometri
Kelas 2 sma_developing_english_competencies_achmad_doddy
Smk10 fisikanonteknologi-mashuri
Smk11 fisikateknik-endarko
20090610171757 kelas 11_fisika_2_sri_handayani
Kelas2 biologi eva_latifah_hanum(2)
Kelas2 biologi eva_latifah_hanum
Smk12 kimiakesehatan-zulfikar
Smk12 fisikateknologi-endarko
Kelas11 kimia2 siti_poppy
Smk10 fisikateknologi-endarko
Soal olimpiade-matematika-kabupaten-2010(2)
Konsep termokimia 2
Turunan trigonometri bilingual
Trigonometry formulas
Trigonometry
Trigonometri untuk sma
Trigonometri 3-(bentuk cos x + sin x)
Trigonometri 2
Trigonometri
Trigonometri
Ad

Smk12 kimiaindustri-suparni

  • 2. Suparni Setyowati Rahayu Sari Purnavita KIMIA INDUSTRI SMK JILID 3 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
  • 3. Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang KIMIA INDUSTRI Untuk SMK JILID 3 Penulis : Suparni Setyowati Rahayu Sari Purnavita Editor : Setia Budi Sasongko, DEA Perancang Kulit : TIM Ukuran Buku : 17,6x 25 cm RAH RAHAYU, Suparni Setyowati k Kimia Industri untuk SMK Jilid 3 /oleh Suparni Setyowati Rahayu, Sari Purnavita ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. xxii, 211 hlm Daftar Pustaka : LAMPIRAN A. Glosarium : LAMPIRAN B. ISBN : 978-602-8320-41-2 ISBN : 978-602-8320-44-3 Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008
  • 4. KATA SAMBUTAN Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada d luar negeri untuk i mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan. Jakarta, 17 Agustus 2008 Direktur Pembinaan SMK
  • 5. iv
  • 6. KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur ke hadlirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat, taufik dan hidayahNya, maka tersusunlah buku ini dengan judul “KIMIA INDUSTRI” Tujuan disusunnya buku ini adalah untuk memenuhi kebutuhan program pendidikan dan pengajaran Kimia Industri yang disesuikan dengan perkembangan teknologi dan industri. Dalam kaitannya dengan upaya untuk hal tersebut di atas, maka penulis berpedoman pada kurikulum tahun 2004 dan disesuaikan dengan kaidah- kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam dunia industri, sehingga isi dan materi bersifat tekstual dan kontekstual. Materi yang disajikan menyangkut juga indikator-indikator yang mampu mendorong siswa dalam aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang terdiri atas Pengenalan Kimia Industri, Bahan Baku Untuk produk Industri, Teknologi Proses, Instrumentasi dan Pengukuran, Utilitas Pabrik, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta limbah. . Keseluruhan materi diharapkan mampu mendukung kompetensi lulusan SMK Kimia Industri sesuai dengan kebutuhan pasar kerja industri dan jika dimungkinkan mampu kerja mandiri. Manfaat yang dapat diperoleh dari buku ini dalam proses pembelajaran adalah bahwa guru akan bertambah sumber belajarnya yang lebih aplikatif terutama ilmu terapan, sehingga guru akan bertambah wawasannya terutama dalam bidang kimia industri. Sedangkan bagi siswa akan bertambah buku pegangannya untuk lebih mudah belajar kimia industri, karena buku ini penyusunnannya baik dalam sistematika dan materinya disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. Penulis dalam menyusun buku ini sudah berupaya secara maksimal dan berupaya memberikan yang terbaik, namun masih disadari adanya kekurangan-kekurangan, sehingga diharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak guna menyempurnakan keberadaan buku ini. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan buku ini kami sangat berterima kasih, dan semoga menjadi amal jariyah. Mudah-mudahan buku ini dapat mendorong generasi muda Indonesia labih maju dalam berkarya dalam era globalisasi dan teknologi. Penulis v
  • 7. vi
  • 8. DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN .......................................................................... iii KATA PENGANTAR ........................................................................ v DAFTAR ISI ..................................................................................... vii SINOPSIS ........................................................................................ xi DESKRIPSI KONSEP PENULISAN ................................................ xiii PETA KOMPETENSI ....................................................................... xix JILID 1 BAB I PENGENALAN KIMIA INDUSTRI ................... 1 1.1. PENDAHULUAN ......................................................... 1 1.2. DEFINISI KIMIA INDUSTRI....................................... 1 1.3. SISTEM MANAJEMEN DALAM SUATU INDUSTRI ...... 7 1.4. PENGELOLAAN LINGK UNGAN KERJA.................. 17 RANGKUMAN .................................................................. 21 CONTOH SOAL ............................................................... 23 LATIHAN SOAL ................................................................ 25 BAB II BAHAN BAKU DAN PRODUK INDUSTRI ...... 27 2.1. PENANGANAN BAHAN BAKU DAN PENUNJANG.......................................................... 28 2.2. PENYIMPANAN BAHAN BAKU DAN PENUNJANG.......................................................... 29 2.3. PENYIMPANAN BAHAN BAKU DAN PENUNJANG YANG TERSISA ............................. 30 2.4. MENEMUKAN PERMASALAHAN DAN PELUANG PENYIMPANAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENUNJANG.................................... 30 2.5. LOGAM ..................................................................... 33 2.6. BAHAN NON METAL .............................................. 104 RANGKUMAN.................................................................. 145 CONTOH SOAL............................................................... 147 LATIHAN SOAL ............................................................... 148 vii
  • 9. BAB III INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN.......... 149 3.1. DEFINISI.................................................................... 149 3.2. STANDARD DAN SATUAN...................................... 150 3.3. ANGKA PENTING DAN GALAT .............................. 153 3.4. KLASIFIKASI ALAT UKUR ....................................... 155 3.5. PENCATATAN SKALA UKUR ................................. 167 3.6. KELAINAN SKALA UKUR ......................................... 168 3.7. KLASIFIKASI ALAT UKUR ........................................ 171 3.8. KLASIFIKASI INSTRUMENTASI ............................. 196 3.9. ALAT KENDALI KETINGGIAN ................................. 197 RANGKUMAN ................................................................... 201 CONTOH SOAL ................................................................ 203 LATIHAN SOAL ................................................................ 211 JILID 2 BAB IV TEKNOLOGI PROSES .................................... 213 4.1. DIAGRAM ALIR PROSES....................................... 214 4.2. IDENTIFIKASI SATUAN PROSES DAN OPERASI PADA KIMIA INDUSTRI.......................................... 240 4.3. PROSES MENGUBAH UKURAN BAHAN PADAT 241 4.4. PROSES PENCAMPURAN BAHAN ...................... 243 4.5. PENYULINGAN (Distillation)................................... 248 4.6. ADSORPSI.............................................................. 269 4.7. ABSORBSI .............................................................. 271 4.8 EKSTRAKSI............................................................. 277 4.9. FILTRASI ................................................................. 294 4.10. SUBLIMASI.............................................................. 299 4.11. EVAPORASI............................................................ 302 4.12. PENUKAR PANAS .................................................. 303 4.13. SATUAN PROSES KIMIA (REAKSI KIMIA DAN KATALIS) ....................................................... 307 RANGKUMAN ................................................................... 327 CONTOH SOAL................................................................ 328 LATIHAN SOAL ................................................................ 339 viii
  • 10. BAB V UTILITAS PABRIK .......................................... 341 5.1. UNIT PENYEDIAAN LISTRIK.................................. 342 5.2. UNIT PENYEDIAAN AIR ......................................... 343 5.3. UNIT PENGADAAN UAP......................................... 358 5.4. SISTEM UTILITAS UDARA TEKAN ........................ 363 5.5. BAHAN BAKAR ........................................................ 371 5.6. OPERASI PEMBAKARAN ....................................... 384 5.7. PETUNJUK UNTUK OPERATOR .......................... 385 5.8. LABORATORIUM PENUNJANG INDUSTRI KIMIA 388 RANGKUMAN ................................................................. 410 CONTOH SOAL ............................................................... 414 LATIHAN SOAL ................................................................ 420 BAB VI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA . 421 6.1. PENDAHULUAN ...................................................... 421 6.2. MANAJEMEN RESIKO ............................................ 483 6.3. BAHAYA BAHAN KIMIA ........................................... 507 6.4. LIMBAH INDUSTRI................................................... 528 6.5. PEMBUATAN LAPORAN INFENTARISASI BAHAN KIMIA......................................................................... 549 6.6. PEDOMAN KESELAMATAN KERJA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERALATAN............... 552 6.7. PEMERIKSAAN KEAMANAN SEBELUM MENGHIDUPKAN PERALATAN .............................. 553 RANGKUMAN .................................................................. 558 CONTOH SOAL ............................................................... 559 LATIHAN SOAL ................................................................ 559 ix
  • 11. JILID 3 BAB VII LIMBAH INDUSTRI ...................................... 561 7.1. PENCEMARAN DAN LINGKUNGAN....................... 562 7.2. JENIS LIMBAH INDUSTRI ....................................... 574 7.3. LIMBAH GAS DAN PARTIKEL................................. 586 7.4. LIMBAH PADAT ........................................................ 593 7.5. NILAI AMBANG BATAS ........................................... 605 RANGKUMAN ................................................................... 742 CONTOH SOAL ................................................................ 742 LATIHAN SOAL ................................................................ 744 LAMPIRAN A. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN B. GLOSARIUM x
  • 12. SINOPSIS Buku merupakan salah satu masukkan (input) dalam proses pembelajaran dengan demikian akan mempunyai pengaruh terhadap keluaran (output). Buku sebagai bagian dari proses pada dasarnya merupakan suatu kumpulan dari teori-teori yang masih berlaku dan dalam bidang kejuruan teknik teori tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk nyata untuk mempermudah kehidupan manusia. Buku dengan judul “Kimia-Industri” merupakan buku yang diperuntukkan bagi siswa maupun pengajar dalam bidang kejuruan teknik khususnya kimia. Buku ini diawali (dalam bab I) dengan membahas mengenai pengenalan Kimia Industri, yaitu aplikasi (bagian utama dalam bidang kejuruan teknik) dari ilmu kimia maupun ilmu penunjang yang lain seperti fisika untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dalam skala industri. Pengenalan ini cukup penting, karena aplikasi kimia dalam skala industri diperlukan ilmu-ilmu penunjang tersebut. Membahas skala industri, tentunya akan mempunyai interpretasi produk dalam skala yang besar (baik kuantitas maupun kualitas). Oleh karenanya akan diperlukan bahan baku dan juga manusia sebagai salah satu bagian dari “sumber daya”, telah dibahas pada bab I. Sedangkan bab-bab selanjutnya merupakan pembahasan lebih lanjut dari bab I. Bab II membahas bahan baik awal (sebagai bahan baku) maupun akhir (sebagai bagian dari produk) yang merupakan tujuan utama dari seseorang yang bergerak dibidang kejuruan teknik khususnya kimia. Sedangkan bagaimana mengubah dari bahan baku menjadi suatu produk akan dibahas pada bab IV mengenai teknologi proses. Dalam memproduksi suatu bahan dalam skala industri, tentunya selain mempertimbangkan kuantitas juga perlu mempertimbangkan kualitas. Untuk menjaga kualitas dari suatu produk, maka diperlukan instrumen untuk mengendalikannya sistem proses yang dibahas pada bab III. Sedangkan satuan (unit) penunjang dalam suatu industri berupa pembangkit tenaga listrik, pembangkit uap, pengolahan air proses maupun pengolahan air limbah dibahas pada bab VII. Kesan industri sebagai bagian sistem yang mengeksplorasi dari “sumber daya” perlu mendapat perhatian khusus agar tidak merusakkan sumber daya tersebut sehingga kelestariannya dapat dipertahankan. Permasalahan ini dibahas pada bab VI. Dua hal yang perlu diperhatikan keterkaitannya dengan sumber daya, yaitu sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sumber daya alam menyangkut permasalahan xi
  • 13. penggunaan bahan baku khususnya yang langsung diambil dari alam dan juga bahan yang dibuang ke alam. Bahan hasil produksi yang dibuang ke alam baik berupa bahan padat, cair maupun gas dibahas dalam sub- bab mengenai masalah limbah. Sedangkan untuk melestarikan sumber daya manusia sebagai bagian dari pada kehidupan, dibahas lebih mendalam pada sub bab K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Garis Besar Isi Buku 7 4 3 xii
  • 14. DESKRIPSI KONSEP PENULISAN Era globalisasi sedang berlangsung baik dalam bidang perdagangan maupun bidang lainnya, seperti informatika dan pendidikan. Globalisasi ini membawa dampak positif, antara lain kebebasan pertukaran informasi, perdagangan dan perindustrian, yang pada akhirnya dapat memajukan masyarakat karena terjadinya peningkatan ilmu pengetahuan. Menyikapi kondisi tersebut, penulis menyusun buku Kimia Industri sebagai buku pegangan siswa agar mempunyai wawasan, jika nantinya bekerja di dunia industri. Adapun konsep penulisan sebagai berikut : Manusia – Organisas Area kerja K 3 dan Limbah Bab 1 Bab 6 dan 7 Bahan Baku Proses Produk Bab 2 Bab 1 & 4 Bab 2 Instrumentasi Utilitas Pabrik Bab 3 Bab 5 Bab 1 : Pengenalan Kimia Industri Kimia Industri mencakup hal yang cukup luas. Pada bagian ini akan diperkenalkan mengenai Kimia Industri, yang akan dimulai berdasarkan akar katanya, yaitu Kimia dan Industri. Selanjutnya pada sub bab selanjutnya akan dibahas mengenai sistem manajemen dalam suatu industri dan area kerja, khususnya industri besar dimana pada bagian ini akan terlihat pembagian pelaksanaan tugas mulai dari tingkat pelaksana xiii
  • 15. yang dalam hal ini diduduki oleh seseorang dengan klasifikasi pendidikan minimal Sekolah Menengah Kejuruan Teknik / STM sampai dengan tingkat manajer puncak dengan kalsifikasi pendidikan minimal sarjana. Dengan demikian diharapkan dapat sebagai gambaran kompetensi yang diperlukan apabila seseorang bekerja pada bidang industri kimia. Bab II : Bahan Baku untuk Produk Industri Menjelaskan persiapan bahan baku dan bahan penunjang serta persiapan bahan kimia untuk menghasilkan suatu produk. Selain itu juga pengelolaan bahan-bahan cadangan. Bab III : Instrumentasi dan Pengukuran Setiap alat yang digunakan dan dioperasikan dalam sebuah pabrik dilengkapi dengan instrumen untuk mengukur parameter- parameter tertentu sesuai kondisi operasi yang harus selalu dipantau setiap saat. Instrumen yang dimaksud terdiri dari dua macam yaitu instrumen lokal dan instrumen panel. Skala ukur yang terbaca dalam instrumen lokal merupakan kontrol terhadap skala ukur instrumen panel. Untuk mendasari pengetahuan yang diperlukan dalam kegiatan mengukur maka di bawah ini dibahas tentang satuan dan standardnya, konsep angka penting dan galat serta kelainan skala ukur. Alat-alat ukur yang banyak digunakan dalam industri dapat diklasifikasikan terdiri dari alat pengukur suhu, alat pengukur tekanan, alat pengukur aliran, dan alat pengukur sifat kimiawi: pH atau keasaman, COD, BOD. Bab IV : Teknologi Proses Kata teknologi mempunyai arti aplikasi dari ilmu pengetahuan (scientific) yang digunakan dalam rangka untuk memepermudah kehidupan manusia. Dengan teknologi, maka manusia akan dapat melakukan sesuatu menjadi lebih mudah. Sedangkan proses secara umum merupakan perubahan dari masukkan (input) dalam hal ini bahan baku setelah melalui proses maka akan menjadi keluaran (output) dalam bentuk produk. Ada tiga kata kunci dalam mengartikan proses, yaitu input, perubahan dan output. Dengan demikian “teknologi proses” merupakan aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk merubah bahan baku menjadi produk atau bahan yang mempunyai nilai lebih (added value), dimana perubahan dapat berupa perubahan yang bersifat fisik maupun perubahan yang bersifat kimia dalam skala besar atau disebut dengan skala industri. Perubahan yang bersifat fisik disebut dengan satuan operasi (unit operation), sedangkan yang bersifat perubahan kimia disebut dengan satuan proses (unit process). xiv
  • 16. Untuk bisa memahami suatu proses yang terjadi di industri kimia maka terlebih dahulu harus bisa membaca diagram alir proses serta mengenal simbol dan jenis-jenis peralatan yang digunakan pada industri kimia. Untuk bisa mengoperasikan peralatan industri kimia maka perlu memahami beberapa satuan operasi, mulai dari (1) Proses mengubah ukuran bahan padat dengan menggunakan mesin pemecah (crusher), mesin giling (grinder), dan mesin potong (cutting machine), (2) Pencampuran bahan yang merupakan peristiwa menyebarnya bahan- bahan secara acak, dimana bahan yang satu menyebar ke dalam bahan yang lain demikian pula sebaliknya, sedang bahan-bahan itu sebelumnya terpisah dalam keadaan dua fase atau lebih yang akhirnya membentuk hasil yang lebih seragam (homogen), (3) Distilasi (penyulingan) adalah proses pemisahan komponen dari suatu campuran yang berupa larutan cair-cair dimana karakteristik dari campuran tersebut adalah mampu- campur dan mudah menguap, selain itu komponen-komponen tersebut mempunyai perbedaan tekanan uap dan hasil dari pemisahannya menjadi komponen-komponennya atau kelompok-kelompok komponen. Karena adanya perbedaan tekanan uap, maka dapat dikatakan pula proses penyulingan merupakan proses pemisahan komponen- komponennya berdasarkan perbedaan titik didihnya. Baik distilasi dengan peralatan skala laboratorium maupun skala industri, (4) Adsorpsi atau penjerapan adalah proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair, bahan yang akan dipisahkan ditarik oleh permukaan zat padat yang menyerap (adsorben). Misalnya, limbah industri pencuciankain batik diadsorpsi zat warnanya dengan menggunakan arang tempurung kelapa yang sudah diaktifkan. Limbah elektroplating yang mengandung nikel, logam berat nikel diadsorpsi dengan zeolit yang diaktifkan, (5) Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan. Tujuan nya untuk meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya, (6) Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapta tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain, (7) Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum, dimana zat padat itu tertahan. Pada industri, filtrasi ini meliputi ragam operasi mulai dari penyaringan sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa cairan atau gas; aliran yang lolos dari xv
  • 17. saringan mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya. Filtrasi dengan peralatan skala laboratorium sampai slaka pilot plant/industri baik batch maupun kontinyu, (8) Operasi evaporasi atau penguapan pada dasarnya merupakan operasi pendidihan khusus, dimana terjadi peristiwa perpindahan panas dalam cairan mendidih. Tujuan operasi evaporasi adalah untuk memperoleh larutan pekat dari larutan encer dengan jalan pendidihan dan penguapan, (9) Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah bahasa Inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Satuan Proses Kimia merupakan proses yang melibatkan reaksi Kimia dan katalis. Reaksi kimia merupakan suatu proses dimana bahan sebelum diproses disebut dengan reaktan dan hasilnya produk. Lambang dari reaksi kimia sebelum dan sesudah proses menggunakan tanda panah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi adalah ukuran partikel/zat, suhu dan katalis. Jenis-jenis reaksi kimia yang banyak digunakan diindustri adalah reaksi katalitik (reaksi dengan katalis) dan reaksi netralisasi. Contoh Proses Kimia dengan Reaksi Katalitik pada Industri Kecil – Menengah : Industri pembuatan biodiesel dari bahan alami yang terbarukan (minyak nabati) dan katalis kimia atau biologis. Sedangkan industri minyak jagung adalah contoh untuk proses kimia yang melibatkan reaksi netralisasi. Bab V : Utilitas Pabrik Sebuah pabrik mempunyai dua sistem proses utama, yaitu sistem pereaksian dan sistem proses pemisahan & pemurnian. Kedua sistem tersebut membutuhkan kondisi operasi pada suhu dan tekanan tertentu. Dalam pabrik, panas biasanya ‘disimpan’ dalam fluida yang dijaga pada suhu dan tekanan tertentu. Fluida yang paling umum digunakan adalah air panas dan uap air karena alasan murah dan memiliki kapasitas panas tinggi. Fluida lain biasanya digunakan untuk kondisi pertukaran panas pada suhu di atas 100 oC pada tekanan atmosfer. Air atau uap air bertekanan (dinamakan kukus atau steam) mendapatkan panas dari ketel uap (boiler). Sistem pemindahan panas bertugas memberikan panas dan menyerap panas. Misalnya, menyerap panas dari sistem proses yang xvi
  • 18. menghasilkan energi seperti sistem proses yang melibatkan reaksi eksotermik atau menyerap panas agar kondisi sistem di bawah suhu ruang atau suhu sekitar. Sistem pemroses yang melakukan ini adalah cooling tower. Cooling tower, boiler dan tungku pembakaran merupakan sistem- sistem pemroses untuk sistem penyedia panas dan sistem pembuang panas. Kedua sistem proses ini bersama-sama dengan sistem penyedia udara bertekanan, sistem penyedia listrik dan air bersih untuk kebutuhan produksi merupakan sistem penunjang berlangsungnya sistem proses utama yang dinamakan sistem utilitas. Kebutuhan sistem utilitas dan kinerjanya tergantung pada seberapa baik sistem utilitas tersebut mampu ‘melayani’ kebutuhan sistem proses utama dan tergantung pada efisiensi penggunaan bahan baku dan bahan bakar. Proses kimia sangat membutuhkan kelengkapan laboratorium kimia untuk pengontrolan kualitas bahan baku dan produk. Bab VI : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Seirama dengan derap langkah pembangunan negara dewasa ini, kita akan memajukan industri yang maju dan mandiri dalam rangka mewujudkan Era industrialisasi. Proses industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme, elektrifikasi dan modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya semakin meningkat. Hal tersebut disamping memberi kemudahan proses produksi dapat pula menambah jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja. Didalam hal lain akan terjadi pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaa,i yang berbahaya, serta peningkatan intensitas kerja operasional tenaga kerja. Masalah tersebut diatas akan sangat memepengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Untuk itu semua pihak yang terlibat dalam usaha berproduksi khususnya para pengusaha dan tenaga kerja diharapkan dapat mengerti, memahami dan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja masing-masing. Agar terdapat keseragaman dalam pengertian, pamahaman dan persepsi K3, maka perlu adanya suatu pola yang baku tenting keselamatan dan kesehatan kerja itu sendiri. Buku ini disusun sebagai materi pengantar K3 agar lebih memudahkan untuk mempelajari Iebih jauh tentang keselamatan dan kesehatan kerja. xvii
  • 19. Bab VII : Limbah Industri Adalah konsekuensi logis dari setiap pendidian pabrik meskipun tidak semua pabrik memporduk limbah. Limbah yang mengandung senyawa kimia berbahaya dan beracun dengan konsentrasi tertentu lepas ke dalam lingkungan menciptakan pencemaran dalam wadah penerima baik sungai, tanah maupun udara. Pemahaman akan pencemaran sangat penting artinya bagi masyarakat maupun pengusaha. Seringkali pencemaran itu diinterpretasikan secara sempit sehingga jangkauan pemahaman pun terbatas pada hal-hal yang sifatnya insidentil pula. Padahal pencemaran dan akibat yang ditimbulkan dapat diketahui setelah puluhan tahun berlangsung. Banyak industri berdiri tanpa program pencegahan dan pengendalian pencemaran. Ketika menyadari bahwa program itu merupakan prioritas pengembangan usaha, ditemui berbagai rintangan seperti lahan yang terbatas, perlu investasi tambahan, perlu tenaga ahli dan sejumlah kekurangan lain yang perlu segera ditangulangi. xviii
  • 20. PETA KOMPETENSI KIMIA INDUSTRI TINGKAT PELAKSANA (1) KELOMPOK DASAR KELOMPOK UTAMA KIN.UP.12.020.01 KIN.BP.11.005.01 KIN.BP.11.006.01 KIN.BP.11.007.01 KIN.BP.11.008.01 KIN.BP.11.012.01 KIN.TP.11.009.01 KIN.TP.12.018.01 KIN.TP.12.019.01 KIN.TP.12.021.01 KIN.KL.11.001.01 KIN.KL.11.003.01 KIN.KL.11.004.01 KIN.KL.11.010.01 KIN.KL.12.014.01 KIM.IP.11.002.01 KIN.IP.11.011.01 KIN.IP.12.013.01 KIN.IP.12.015.01 KIN.IP.12.016.01 KIN.IP.12.017.01 MATERI B.1 Pengenalan Kimia Industri 1.1 v 1.2 v v 1.3 v 1.4 v B.2 Bahan dan Produk 2.1 v v 2.2 v B.3 Instrumentasi dan Pengukuran 3.1 v 3.2 v 3.3 v v 3.4 v v 3.5 v 3.6 v B.4 Teknologi Proses 4.1 v 4.2 v 4.3 v v 4.4 v v 4.5 v 4.6 v 4.7 v 4.8 v 4.9 v 4.10 v 4.11 v 4.12 v 4.13 v B.5 Utilitas Pabrik 5.1 v 5.2 v 5.3 v 5.4 v v 5.5 v 5.6 v 5.7 v 5.8 v v v v v B.6 K3 (Kesehatan & Keselamatan Kerja) 6.1 v v v v 6.2 v v 6.3 v v v xix
  • 21. MATERI 7.3 7.2 7.1 6.4 B.7 v v v KIN.KL.11.001.01 Limbah KIM.IP.11.002.01 xx v v v KIN.KL.11.003.01 KIN.KL.11.004.01 KIN.BP.11.005.01 KIN.BP.11.006.01 KIN.BP.11.007.01 KIN.BP.11.008.01 KELOMPOK DASAR v KIN.TP.11.009.01 KIN.KL.11.010.01 KIN.IP.11.011.01 v v v v KIN.BP.11.012.01 v v v KIN.IP.12.013.01 KIN.KL.12.014.01 KIN.IP.12.015.01 KIN.IP.12.016.01 KIN.IP.12.017.01 KIN.TP.12.018.01 KELOMPOK UTAMA KIN.TP.12.019.01 KIN.UP.12.020.01 KIN.TP.12.021.01
  • 22. PETA KOMPETENSI KIMIA INDUSTRI TINGKAT PELAKSANA (2) KELOMPOK DASAR KELOMPOK UTAMA KIN.UP.12.020.01 KIN.BP.11.005.01 KIN.BP.11.006.01 KIN.BP.11.007.01 KIN.BP.11.008.01 KIN.BP.11.012.01 KIN.TP.11.009.01 KIN.TP.12.018.01 KIN.TP.12.019.01 KIN.TP.12.021.01 KIN.KL.11.001.01 KIN.KL.11.003.01 KIN.KL.11.004.01 KIN.KL.11.010.01 KIN.KL.12.014.01 KIM.IP.11.002.01 KIN.IP.11.011.01 KIN.IP.12.013.01 KIN.IP.12.015.01 KIN.IP.12.016.01 KIN.IP.12.017.01 MATERI B.1 Pengenalan Kimia Industri 1.1 v 1.2 v v v v v v v 1.3 v v v 1.4 B.2 Bahan dan Produk 2.1 v 2.2 v B.3 Instrumentasi dan Pengukuran 3.1 v 3.2 v 3.3 v 3.4 v 3.5 v 3.6 v B.4 Teknologi Proses 4.1 v 4.2 v 4.3 v 4.4 v 4.5 v v 4.6 v 4.7 v 4.8 v 4.9 v 4.10 v 4.11 v 4.12 v v 4.13 v B.5 Utilitas Pabrik 5.1 v 5.2 v v v 5.3 v 5.4 v v 5.5 v 5.6 v 5.7 v 5.8 v B.6 K3 (Kesehatan & Keselamatan Kerja) 6.1 v 6.2 v 6.3 v 6.4 v v xxi
  • 23. MATERI 7.3 7.2 7.1 B.7 KIN.KL.11.001.01 Limbah KIM.IP.11.002.01 xxii KIN.KL.11.003.01 KIN.KL.11.004.01 KIN.BP.11.005.01 KIN.BP.11.006.01 KIN.BP.11.007.01 KIN.BP.11.008.01 KELOMPOK DASAR KIN.TP.11.009.01 KIN.KL.11.010.01 KIN.IP.11.011.01 v KIN.BP.11.012.01 KIN.IP.12.013.01 v KIN.KL.12.014.01 KIN.IP.12.015.01 v KIN.IP.12.016.01 KIN.IP.12.017.01 KIN.TP.12.018.01 KELOMPOK UTAMA KIN.TP.12.019.01 KIN.UP.12.020.01 KIN.TP.12.021.01
  • 24. BAB VII LIMBAH INDUSTRI Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya. Bahan beracun dan berbahaya banyak dijumpai sehari-hari, baik sebagai keperluan rumah tangga maupun industri yang tersimpan, diproses, diperdagangkan, diangkut dan lain-lain. Insektisida, herbisida, zat pelarut, cairan atau bubuk pembersih deterjen, amoniak, sodium nitrit, gas dalam tabung, zat pewarna, bahan pengawet dan masih banyak lagi untuk menyebutnya satu per satu. Bila ditinjau secara kimia bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Terdapat lima juta jenis bahan kimia telah dikenal dan di antaranya 60.000 jenis sudah dipergunakan dan ribuan jenis lagi bahan kimia baru setiap tahun diperdagangkan. Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari pabrik industriy Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan baku industri maupun sebagai penolong. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya. Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi bukan radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain. Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu. Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun danberbahaya pada suatu ruang dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh 561
  • 25. lingkungan sehingga tidak membahayakan lingkungan ataupun pemakai. Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya telah ditetapkan nilai ambang batasnya. Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka waktu relatif singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka panjang cukup fatal bagi lingkungan. Oleh sebab itu pencegahan dan penanggulangan haruslah merumuskan akibat-akibat pada suatu jangka waktu yang cukup jauh. Melihat pada sifat-sifat limbah, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang diperlukan langkah pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan. 7.1. Pencemaran dan Lingkungan Pembangunan industri di Indonesia berdasarkan konsepsi Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri yang mencerminkan keterpaduan dan keterkaitan serta bertumpu pada potensi sumberdaya alam dan energi. Atas dasar ini dilakukan dua macam pendekatakan yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan regional. Pendekatan sektoral dilakukan melalui pembangunan industri dasar sedangkan pendekatan regional dilakukan melalui pengembangan wilayah industri, meliputi wilayah pusat pertumbuhan industri, zona indus tri, kawasan industri, pemukiman industri kecil dan sentra-sentra industri kecil. Pada dasarnya pengembangan wilayah adalah usaha pembangunan daerah yang memperhitungkan keterpaduan program sek- toral seperti pertanian, pertambangan, aspirasi masyarakat dan potensi loin dengan memperhatikan kondisi lingkungan. Pembangunan industri dasar berorientasi pada lokasi tersedianya sumber pembangunan lain. Pada umumnya lokasi industri dasar belum tersentuh pembangunan, baik dalam arti kualitatif maupun kuantitatif bahkan masih bersifat alami. Adanya pembangunan industri ini akan mengakibatkan perubahan lingkungan seperti berkembangnya jaringan infra struktur dan akan menumbuhkan kegiatan lain untuk menunjang kegiatan yang ada. Pembangunan di satu pihak menunjukkan dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat seperti tersedianya jaringan jalan, 562
  • 26. telekomunikasi, listrik, air, kesempatan kerja serta produknya sendiri memberi manfaat bagi masyarakat luas dan juga meningkatkan pendapatan bagi daerah yang bersangkutan. Masyarakat sekitar pabrik langsung atau tidak langsung dapat menikmati sebagian dari hasil pembangunannya. Di pihak lain apabila pembangunan ini tidak diarahkan akan menimbulkan berbagai masalah seperti konflik kepentingan, pencemaran lingkungan, kerusakan, pengurasan sumberdaya alam, masyarakat konsumtif serta dampak sosial lainnya yang pada dasarnya merugikan masyarakat. Pembangunan industri pada gilirannya membentuk suatu lingkungan kehidupan zona industri. Dalam zona industri kehidupan masyarakat makin berkembang; zona industri secara bertahap dilengkapi pembangunan sektor ekonomi lain seperti peternakan, perikanan, home industry, dan pertanian sehingga diperlukan rencana pembangunan wilayah berdasarkan konsep tata ruang. Tujuan rencana tata ruang ini untuk meningkatkan asas manfaat berbagai sumberdaya yang ada dalam lingkungan seperti meningkatkan fungsi perlindungan terhadap tanah, hutan, air, flora, fungsi industri, fungsi pertanian, fungsi pemukiman dan fungsi lain. Peningkatan fungsi setiap unsur dalam lingkungan artinya meningkatkan dampak positif semaksimum mungkin sedangkan dampak negatif harus ditekan sekecil mungkin. Konsepsi pembangunan wilayah dengan dasar tata ruang sangat dibutuhkan dalam upaya pembangunan industri berwawasan lingkungan. 7.1.1 Industri dan Klasifikasinya Industri diklasifikasi menjadi 3 bagian, yaitu (1) Industri dasar atau hulu, (2)-Industri hilir dan (3)-Industri kecil. Sesuai dengan program Pemerintah untuk lebih memudahkan dalam pembinaannya, industri dasar dirinci menjadi Industri Kimia Dasar dan Industri Mesin dan Logam. Dasar, sedangkan industri hilir sering juga disebutkan dengan Aneka Industri. Selain penggolongan tersebut industri juga diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: industri primer, industri yang mengubah bahan mentah menjadi setengah jadi; industri sekunder, adalah industri yang merubah barang setengah jadi menjadi barang jadi; industri tertier, sebagian besar meliputi industri jasa ataupun industri lanjutan yang mengolah bahan industri sekunder. 563
  • 27. Ciri masing-masing industri adalah sebagai berikut: Industri hulu mempunyai ciri-ciri padat modal, berskala besar, menggunakan teknologi maju dan teruji. Lokasinya selalu dipilih dekat dengan bahan baku yang mempunyai sumber energi sendiri, dan pada umumnya lokasi ini belum tersentuh pembangunan. Karena itu diperlukan perencanaan yang matang beserta tahapan pembangunan, mulai dari perencanaan sampai operasional. INPUT PROSES OUTPUT LIMBAH - Bahan baku - Industri primair - Produk utama - Nilai ekonomis - Tenaga kerja - Industri - Produk - Tidak bernilai - Mesin & sekundair sampingan ekonomis peralatan - Industri tertier - Limbah - Limbah Gambar 7.18. Sistem input-output industri dan kemungkinan limbah Dari sudut lain diperlukan pengaturan tata ruang, rencana pemukiman, pengembangan kehidupan perekonomian, pencegahan kerusakan lingkungan dan lain-lain. Pembangunan industri ini akan mengakibatkan perubahan lingkungan baik dari aspek sosial ekonomi dan budaya dan pencemaran. Terjadi perubahan tatanan sosial, pola konsumsi, bentang alam, tingkah laku, habitat binatang, permukaan tanah, sumber air, kemunduran kualitas udara, pengurangan sumberdaya alam lainnya.  Industri hilir. Industri ini sebagai perpanjangan proses dari industri hulu. Pada umumnya industri ini mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi. Lokasinya selalu diupayakan dekat pasar. Menggunakan teknologi madya dan teruji. Banyak menyerap tenaga kerja.  Industri kecil. Industri ini banyak berkembang di pedesaan maupun di kota. Industri kecil peralatannya sederhana. Walaupun hakekat produksi sama dengan industri hilir, tapi sistem pengolahannya lebih sederhana. Sistem tata letak pabrik, pengolahan limbah belum mendapat perhatian. Industri ini banyak menyerap tenaga kerja. 7.1.2 Industri sebagai Sumber Pencemaran Pada dasarnya fungsi industri mengolah input menjadi output. 564
  • 28. Sebagai input meliputi bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja mesin dan tenaga ahli dan lain-lain. Pilihan klasifikasi industri tergantung pada jenis bahan baku sehingga pengelompokannya dapat dilakukan dengan mudah apakah suatu industri itu termasuk dalam kelompok industri primair, sekunder ataupun tertier. Untuk beberapa hal industri primer dapat diidentifikasi sebagai industri hulu karena pada dasarnya industri itu mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi, seperti pengolahan hasil pertanian, perkebunan, pertambangan dan obatobatan. Sebagai output industri diklasifikasikan produk utama, sampingan dan limbah yang dapat diuraikan menjadi limbah bernilai ekonomis dan nonekonomis. Penyelidikan sumber pencemaran dapat dilaksanakan pada input, proses maupun pada output-nya dengan melihat jenis dan spesifikasi limbah yang diproduksi. Bagan 1 menggambarkan hubungan antara subkegiatan dengan kegiatan lain yang terdapat kemungkinan limbah diproduksi. Pencemaran yang ditimbulkan industri karena ada limbah keluar pabrik mengandung bahan beracun dan berbahaya. Bahan pencemar keluar bersama bahan buangan melalui media udara, air dan bahan padatan. Bahan buangan yang keluar dari pabrik masuk dalam lingkungan dapat diidentifikasi sebagai sumber pencemar. Sebagai sumber pencemar perlu diketahui jenis bahan pencemar yang keluar, jumlah dan jangkauannya. Antara pabrik satu dengan yang lain berbeda jenis, dan jumlahnya tergantung pada penggunaan bahan baku, sistem proses, dan cara kerja karyawan dalam pabrik. Untuk mengidentifikasi industri sebagai pencemar maka perlu diketahui jenis industrinya, bahan baku, sistem proses dan pengolahan akhir. 7.1.3 Industri Versus Lingkungan Pencemaran terjadi akibat bahan beracun dan berbahaya dalam limbah lepas masuk lingkungan hingga terjadi perubahan kualitas lingkungan. Sumber bahan beracun dan berbahaya dapat diklasifikasikan: (1) industri kimia organik maupun anorganik, (2) penggunaan bahan beracun dan berbahaya sebagai bahan baku atau bahan penolong dan (3) peristiwa kimia-fisika, biologi dalam pabrik. 565
  • 29. Lingkungan sebagai badan penerima akan menyerap bahan tersebut sesuai dengan kemampuan. Sebagai badan penerima adalah udara, permukaan tanah, air sungai, danau dan lautan yang masing- masing mempunyai karakteristik berbeda. Air di suatu waktu dan tempat tertentu berbeda karakteristiknya dengan air pada tempat yang sama dengan waktu yang berbeda. Air berbeda karakteristiknya akibat peristiwa alami serta pengaruh faktor lain. Kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri sendiri karena interaksi pengaruh luar disebut daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan antara tempat satu dengan tempat yang lain berbeda. Komponen lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya turut menetapkan nilai daya dukung. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan akan bereaksi dengan satu atau lebih komponen lingkungan. Perubahan komponen lingkungan secara fisika, kimia dan biologis sebagai akibat dari bahan pencemar, membawa perubahan nilai lingkungan yangdisebut perobahan kualitas. Limbah yang mengandung bahan pencemar akan merubah kualitas lingkungan bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada padanya. Oleh karena itu penting diketahui sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang terkandung. Pada beberapa daerah di Indonesia sudah ditetapkan nilai kuali- tas limbah air dan udara. Namun baru sebagian kecil. Sedangkan kualitas lingkungan belum ditetapkan. Perlunya penetapan kualitas lingkungan mengingat program industrialisasi sebagai salah satu sektor yang memerankan andil besar terhadap perekonomlan dan kemakmuran bagi suatu bangsa. Penggunaan air yang berlebihan, sistem pembuangan yang belum memenuhi syarat, karyawan yang tidak terampil, adalah faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengidentifikasikan sumber pencemar. Produk akhir, seperti pembungkusan, pengamanan tabung dan kotak, sistem pengangkutan, penyimpanan, pemakaian dengan aturan dan persyaratan yang tidak memenuhi ketentuan merupakan sumber pencemar juga. Bagan berikut menunjukkan sistimatika identifikasi pencemar pada pabrik. 566
  • 30. Pengadaan: Bahan baku diangkut dari sumbemya menuju pabrik. Untuk hal tersebut perlu diketahui sifat bahan baku, bagaimana cara pengambilannya, di mana diambil, melalui apa diangkut dan bagaimana cara mengangkut terbuka atau tertutup merupakan keadaan yang perlu dikaji secara mendalam. Misalnya sumber pengambilan bahan baku berdekatan dengan sumber mata air yang mengakibatkan konflik kepentingan. Kemudian pepyimpanan bahan baku di mana dilakukan dan selama penyimpanan berlangsung harus diketahui sifat-sifatnya: mudah busuk, mudah berkarat dan lain-lain. Praproses: Di antara bahan baku memerlukan proses pendahuluan sebelum dilakukan pengolahan. Bahan baku kayu untuk plywood perlu dipotong-potong dahulu, lalu dicuci. Pencucian memerlukan banyak air dan menimbulkan Lumpur. Bahan baku ubi kayu mendapat perlakuan pendahuluan. Banyak bahan baku yang membutuhkan pencucian, pencampuran dengan bahan baku kimia, kemudian disimpan beberapa lama sampai pada waktunya diproses. Proses: Pada waktu proses berlangsung perlu diteliti bagian yang banyak menggunakan air, menghasilkan bahan buangan antara bocoran dan jenis mesin yang dipergunakan. Dalam hal ini perlu dilihat bagian mana yang potensial menciptakan limbah dan penghasil limbah. Kemudian limbah ini memerlukan daur ulang. Kalau masih bernilai ekonomis maka limbah tadi dikembalikan untuk memperoleh bahan yang masih bernilai ekonomi. Limbah yang tidak mempunyai nilai ekonomis, diolah sampai memenuhi syarat buangan, baru selanjutnya dibuang. Produk: Produk suatu pabrik secara rinci dapat diklasifikasikan menjadi produk utama, produk sampingan, produk antara dan buangan. Produk sampingan dan antara memerlukan pengolahan lanjut, sedangkan buangan harus segera ditangani. Buangan akhir ini juga perlu diteliti apakah mempunyai nilai ekonomi atau tidak. Bila masih terdapat nilai ekonomis maka limbah didaur ulang, sedangkan bila tidak mempunyai nilai ekonomis, limbah tersebut dibuang setelah memenuhi syarat buangan. Perlu pula diteliti tingkat ketrampilan dan kesadaran pimpinan perusahaan dan karyawan dalam menjaga kelestarian lingkungan. 567
  • 31. Terjadinya penggunaan air yang berlebihan, tercecernya bahan dalam pabrik, timbulnya limpahan air yang seharusnya dapat dihindari, terdapatnya bocoran air yang seharusnya tidak perlu dan masalah lain yang serupa, menunjukkan bahwa perusahaan kurang tanggap terhadap lingkungan atau keterampilan mereka terbatas dalam menjalankan teknik produksi. Pengadan Bahan baku Pra porses - Produk - Penyimpanan Bahan penolong - Pencucian utama - Pengangkutan Air - Pencampuran Daur ulang Limbah - Sampingan - Perlakuan Bahan bakar - Pengolahan - Produk - Penyimpanan antara PROSES - Waste Limbah Daur ulang - Bocoran Tidak bernilai - Tumpahan ekonomis - Kecerobohan - Tidak dapat dihindari Gambar 7.19. Proses pengolahan limbah Kualitas lingkungan pada suatu periode dan lokasi tertentu perlu diketahui dalam kaitannya dengan perencanaan proyek industri. Setiap industri yang akan berdiri pada lokasi tersebut harus mengetahui kondisi lingkungan sehingga kehadiran pabrik tidak menyebabkan rusaknya lingkungan. Monitoring terhadap pengaruh limbah pabrik dapat dilakukan setiap saat sampai kualitas lingkungan mengalami perubahan dan langkah yang dilaksanakan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Daya dukung lingkungan juga belum ditetapkan. Hal ini perlu dibuat dalam rangka menetapkan standar kualitas buangan. Kualitas yang ditetapkan seharusnya merupakan indikasi bahwa dalam kondisi tersebut lingkungan masih mampu menerima. Artinya dengan kualitas limbah tersebut kualitas lingkungan tidak mengalami perubahan. Hubungan antara kualitas dan daya dukung lingkungan serta kualitas limbah merupakan hubungan yang saling ketergantungan dan perlu distandarkan. 568
  • 32. A. Daya Dukung Lingkungan Lingkungan secara alami memiliki kemampuan untuk memulihkan keadaannya. Pemulihan keadaan ini merupakan suatu prinsip bahwa sesungguhnya lingkungan itu senantiasa arif menjaga keseimbangannya. Sepanjang belum ada gangguan "paksa" maka apapun yang terjadi, lingkungan itu sendiri tetap bereaksi secara seimbang. Perlu ditetapkan daya dukung lingkungan untuk mengetahui kemampuan lingkungan menetralisasi parameter pencemar dalam rangka pemulihan kondisi lingkungan seperti semula. Apabila bahan pencemar berakumulasi terus menerus dalam suatu lingkungan, sehingga lingkungan tidak punya kemampuan alami untuk menetralisasinya yang mengakibatkan perubahan kualitas. Pokok permasalahannya adalah sejauh mana perubahan ini diperkenankan. Tanaman tertentu menjadi rusak dengan adanya asap dari suatu pabrik, tapi tidak untuk sebahagian tanaman lainnya. Contoh lain: dengan buangan air pada suatu sungai mengakibatkan peternakan ikan mas tidak baik pertumbuhannya, tapi cukup baik untuk ikan lele dan ikan gabus. Berarti daya dukung lingkungan untuk kondisi kehidupan ikan emas berbeda dengan daya dukung lingkungan untuk kondisi kehidupan ikan lelelgabus. Kenapa demikian, tidak lain karena parameter yang terdapat dalam air tidak dapat dinetralisasi lingkungan untuk kehidupan ikan emas. Ada saatnya makhluk tertentu dalam lingkungan punya kemampuan yang luar biasa beradaptasi dengan lingkungan lain, tapi ada kalanya menjadi pasif terhadap faktor luar. Jadi faktor daya dukung tergantung pada parameter pencemar dan makhluk yang ada dalam lingkungan. B. Kualitas Lingkungan Pengaruh pencemar lingkungan diukur dengan perubahan kualitas lingkungan. Kualitas lingkungan ditetapkan pada suatu periode dan tempat tertentu. Kualitas adalah suatu numerik yang ditetapkan berdasarkan situasi dan kondisi tertentu dengan mempertimbangkan berbagai faktoryang mempengaruhi lingkungan. Kualitas lingkungan mengalami perubahan pada suatu periode tertentu sesuai dengan interaksi komponen lingkungan. 569
  • 33. Dengan adanya kegiatan baru dalam lingkungan timbul interaksi baru antara satu kegiatan atau lebih dengan satu atau lebih komponen lingkungan. Interaksi tersebut menyebabkan saling pengaruh mempengaruhi dan pada gilirannya akan menimbulkan dampak positip maupun negatip. Masuknya limbah pada lingkungan, katakanlah air buangan pabrik kelapa sawit, masuk pada badan air tentu akan menimbulkan perubahan sekecil apa sekalipun. Perubahan ini dapat membuat air menjadi keruh, berwarna, berbau dan sebagainya atau sebaliknya tidak menimbulkan pengaruh yang berarti. Bila limbah tidak memberikan perubahan kondisi air, berarti badan air masih mampu menetralisasinya. Artinya kualitas air belum mengalami perubahan yang berarti dan dengan demikian makhluk- makhluk dan tanam-tanaman dalam air hidup "tenteram" biasa. Perlunya penetapan kualitas lingkungan adalah salah satu upaya untuk memantau kondisi lingkungan dan perubahannya akibat suatu kegiatan baru. Nilai kualitas ini berkaitan erat dengan kualitas limbah. Kualitas lingkungan diukur dari berbagai komponen yang ada dalam lingkungan, termasuk toleransinya. C. Kualitas Limbah Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari kandungan pencemar dalam limbah. Kandungan pencemar dalam limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin sedikit parameter dan semakin kecil konsentrasi, menunjukkan peluang pencemar terhadap lingkungan semakin kecil. Limbah yang diproduksi pabrik berbeda satu dengan yang lain, masing-masing memiliki karakteristik tersendiri pula. Karakteristik ini diketahui berdasarkan parameternya. Apabila limbah masuk ke dalam lingkungan, ada beberapa kemungkinan yang diciptakan. Kemungkinan pertama, lingkungan tidak mendapat pengaruh yang berarti; kedua, ada pengaruh perubahan tapi tidak menyebabkan pencemaran; ketiga, memberi perubahan dan menimbulkan pencemaran. Ada berbagai alasan untuk mengatakan demikian. Tidak memberi pengaruh terhadap lingkungan karena volume limbah kecil dan parameter pencemar yang terdapat di dalamnya sedikit dengan konsentrasi kecil. Karena itu andaikata masuk pun dalam lingkungan ternyata lingkungan mamp, u menetralisasinya. Kandungan bahan yang terdapat dalam limbah konsentrasinya barangkali dapat 570
  • 34. diabaikan karena kecilnya. Ada berbagai parameter pencemar yang menimbulkan perubahan kualitas lingkungan namun tidak menimbulkan pencemaran. Artinya lingkungan itu memberikan toleransi terhadap perubahan serta tidak menimbulkan dampak negatip. Kualitas limbah dipengaruhi berbagai faktor. Yaitu volume air limbah, kandungan bahan pencemar, frekuensi pembuangan lim bah? Penetapan standar kualitas limbah harus dihubungkan dengan kualitas lingkungan. Kualitas lingkungan dipengaruhi berbagai komponen yang ada dalam lingkungan itu seperti kualitas air, kepadatan penduduk, flora dan fauna, kesuburan tanah, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Adanya perubahan konsentrasi limbah menyebabkan terjadinya perubahan keadaan badan penerima. Semakin lama badan penerima dituangi air limbah, semakin tinggi pula konsentrasi bahan pencemar di dalamnya. Pada suatu saat badan penerima tidak mampu lagi. memulihkan keadaannya. Zat-zat pencemar yang masuk sudah terlalu banyak dan mengakibatkan tidak ada lagi kemampuannya menetralisasinya. Atas dasar ini perlu ditetapkan batas konsentrasi air limbah yang masuk dalam lingkungan badan penerima. Dengan demikian walau dalam jangka waktu seberapa pun lingkungan tetap mampu mento- lerirnya. Toleransi ini menunjukkan kemampuan lingkungan untuk menetralisasi ataupun mengeliminasi bahan pencemaran sehingga perubahan kualitas negatif dapat dicegah. Dalam hal inilah perlunya batasan-batasan konsentrasi yang disebut dengan standar kualitas limbah. Pada jangka waktu yang cukup jauh akan timbul kesulitan menetapkan perubahan kualitas karena periode waktu yang demikian jauh. Dengan konsentrasi limbah tertentu, tidak terjadi perubahan kualitas lingkungan. Artinya perubahan kualitas lingki.ngan tidak muncul dalam waktu relatif pendek bila hanya berdasarkan standar kualitas limbah. Perubahan hanya dapat dipantau pada masa-masa 20 atau 25 tahun yang akan datang. Dengan demikian maka standar kualitas lingkungan perlu ditetapkan sebagai bagian dari penetapan kualitas limbah. Sebagai air limbah diukur dengan parameter standar kualitas limbah dan sebagai badan penerima diukur dengan standar kualitas lingkungan. Di bawah ini diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah. 571
  • 35. Volume Air Kualitas limbah ditentukan dari banyaknya parameter dalam limbah dan konsentrasi setiap parameter. Semakin banyak volume air yang bercampur dengan limbah semakin kecil konsentrasi pencemar. Badan penerima yang menerima limbah sering tidak mendapat pengaruh.  Kualitas Air Kualitas air badan penerima mengandung bahan/senyawa tertentu sebelum menerima buangan. Kualitas tersebut menetapkan arah penggunaan air. Adanya bahan pencemar yang sama, tidak akan mempengaruhi konsentrasi bahan dalam air penerima. Tetapi bila konsentrasi bahan pencemar dalam limbah lebih besar dari konsentrasi bahan pencemar dalam badan penerima (kemungkinan juga tidak ada), maka konsentrasi bahan pencemar setelah bercampur akan menjadi lebih kecil. Sejauh mana konsentrasi tersebut dapat ditoleransi sesuai dengan standar kualitas lingkungan agar kualitas lingkungan tidak mengalami perubahan sebagai yang telah distandarkan.  Kegunaan Air Air dibutuhkan untuk bermacam-macam keperluan. Kualitas air untuk keperluan minum berbeda dengan untuk keperluan industri.  Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk dalam suatu lokasi tertentu turut mempengaruhi tingkat pencemaran lingkungan. Hal ini dikaitkan dengan tingkat kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungan yang sehat dan bersih. Buangan air rumah tangga, padatan berupa sampah yang dibuang ke sungai, air cucian kamar mandi maupun buangan tinja akan mempengaruhi tingkatkandungan BOD, COD dan bakteri coli dalam air sungai. Semakin padat penduduk suatu lingkungan semakin banyak limbah yang harus dikendalikan.  Lingkungan Lingkungan seperti hutan, perkebunan, peternakan, alam yang 572
  • 36. luas mempengaruhi kondisi badan penerima. Dalam keadaan tertentu badan-badan pencemar akan ternetralisasi secara alamiah. Lintasan air sungai yang panjang dengan turbulensi yang keras akan mempengaruhi tingkat penyerapan oksigen ke dalam air. Adanya sinar matahari yang langsung masuk dalam badan penerima terjadi fotosintesa hingga sejumlah bakteri tertentu akan terancam. Adanya tumbuhan tertentu dalam badan penerima akan menetralisasi senyawa pencemar sebab sesuai dengan kondisi pertumbuhan. Phosphat dalam air buangan menyuburkan tumbuh-tumbuhan tertentu, tapi tumbuhan itu sendiri akan merusak lingkungan.  Volume Air Limbah Seluruh air dalam pabrik pada umumnya ditampung dalam saluran-saluran untuk kemudian disatukan dalam saluran yang lebih besar. Banyak saluran dan volume saluran disesuaikan dengan keadaan pabrik dan jumlah air yang akan dibuang. Volume air limbah akan menentukan konsentrasi bahan pencemar. Bahan pencemar dari suatu pabrik tergantung kepada banyaknya bahan-bahan yang terbuang. Dengan asumsi bahwa semua terkendali dengan baik. Pengendalian hanya terbatas pada bahan pencemar yang tidak dapat dihindari, maka konsentrasi bahan pencemaran telah dapat diperkirakan jumlahnya. Penambahan volume air hanya menyebabkan konsentrasi turun. Dengan perkataan lain bahwa akibat pengenceran otomatis menyebabkan konsentrasi turun.  Frekuensi Pembuangan Limbah Limbah dari suatu pabrik ada kalanya tidak tetap volumenya. Untuk beberapa pabrik tertentu limbah airnya mengalir dalam jumlah yang sama setiap hari, tetapi ada lain yang mengalirkan limbah pada jam-jam (waktu) tertentu bahkan pada satu minggu atau satu bulan. Bercampurnya limbah air pada jumlah yang berbeda-beda mengakibatkan konsentrasi bahan pencemar pada badan penerima bervariasi. Kondisi ini menunjukkan bahwa standar kualitas lingkungan juga mengalami perubahan sesuai dengan limbah yang diterima. 573
  • 37. Dari uraian di atas, kualitas limbah dapat diukur pada dua tempat yaitu, pada titik sebelum dan sesudah bercampur dengan badan penerima. Penetapan kualitas limbah ini perlu mendapat penegasan karena beberapa hal yang mendasari yaitu: bila limbah tidak dibuang ke tempat umum dibuatkan tempat tersendiri dan tidak bercampur dengan badan penerima. Biasanya hal seperti ini terjadi untuk limbah air. Standar kualitas Standar kualitas lingkungan limbah Daya dukung lingkungan Gambar 7.20. Hubungan ketergantungan standar kualitas lingkungan, limbah dan daya dukung. 7.2. Jenis Limbah Industri Limbah berdasarkan nilai ekonominya dirinci menjadi limbah yang mempunyai nilai ekonomis dan limbah nonekonomis. Limbah yang mempunyai nilai ekonomis yaitu limbah dengan proses lanjut akan memberikan nilai tambah. Misalnya: tetes merupakan limbah pabrik gula. Tetes menjadi bahan baku untuk pabrik alkohol. Ampas tebu dapat dijadikan bahan baku untuk pabrik kertas, sebab ampas tebu melalui proses sulfinasi dapat menghasilkan bubur pulp. Banyak lagi limbah pabrik tertentu yang dapat diolah untuk menghasilkan produk baru dan menciptakan nilai tambah. Limbah nonekonomis adalah limbah yang diolah dalam proses bentuk apapun tidak akan memberikan nilai tambah, kecuali mempermudah sistem pembuangan. Limbah jenis ini yang sering menjadi persoalan pencemaran dan merusakkan lingkungan; Dilihat dari sumber limbah dapat merupakan hasil sampingan dan juga dapat merupakan semacam "katalisator". Karena sesuatu bahan membutuhkan a pada ir permulaan proses, sedangkan pada akhir proses air ini harus dibuang 574
  • 38. lagi yang ternyata telah mengandung sejumlah zat berbahaya dan beracun. Di samping itu ada pula sejumlah air terkandung dalam bahan baku harus dikeluarkan bersama buangan lain. Ada limbah yang terkandung dalam bahan dan harus dibuang setelah proses produksi. Tapi ada pula pabrik menghasilkan limbah karena penambahan bahan penolong. Sesuai dengan sifatnya, limbah digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu: limbah cair, limbah gas/asap dan limbah padat. Ada industri tertentu menghasilkan limbah cair dan limbah padat yang sukar dibedakan. Ada beberapa hal yang sering keliru mengidentifikasi limbah cair, yaitu buangan air yang berasal dari pendinginan. Sebuah pabrik membutuhkan air untuk pendinginan mesin, lalu memanfaatkan air sungai yang sudah tercemar disebabkan oleh sektor lain. Karena kebutuhan air hanya untuk pendinginan dan tidak untuk lain-lain, tidaklah tepat bila air yang sudah tercemar itu dikatakan bersumber dari pabrik tersebut. Pabrik hanya menggunakan air yang sudah air yang sudah tercemar pabrik harus selalu dilakukan pada berbagai tempat dengan waktu berbeda agar sampel yang diteliti benar-benar menunjukkan keadaan sebenarnya. Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Pabrik mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui udara, dibantu angin memberikan jangkauan pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-lain berakumulasi/bercampur dengan udara basah mengakibatkan partikel tambah berat dan malam hari turun bersama embun. Limbah padat adalah limbah yang sesuai dengan sifat benda padat merupakan sampingan hasil proses produksi. Pada beberapa industri tertentu limbah ini sering menjadi masalah baru sebab untuk proses pembuangannya membutuhkan satu pabrik pula. Limbah penduduk kota menjadikan kota menghadapi problema kebersihan. Kadang-kadang bukan hanya sistem pengolahannya menjadi persoalan tapi bermakna, dibuang setelah diolah. Menurut sifat dan bawaan limbah mempunyai karakteristik baik fisika, kimia maupun biologi. Limbah air memiliki ketiga karakteristik ini, sedangkan limbah gas yang sering dinilai berdasarkan satu karakteristik saja seperti halnya limbah padat. Berbeda dengan limbah padat yang menjadi penilaian adalah karakteristik fisikanya, sedangkan karakteristik 575
  • 39. kimia dan biologi mendapat penilaian dari sudut akibat. Limbah padat dilihat dari akibat kualitatif sedangkan limbah air dan limbah gas dilihat dari sudut kualitatif maupun kuantitatif. Sifat setiap jenis limbah tergandung dari sumber limbah. Uraian di bawah ini menjelaskan karakteristik masing-masing limbah. 7.2.1. Limbah Cair Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian di-proses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air. Pada beberapa. pabrik tertentu - misalnya pabrik pengolahan kawat, seng, besi baja - sebagian besar air dipergunakan untuk pendinginan mesin ataupun dapur pengecoran. Air ini dipompa dari sumbernya lalu dilewatkan pada bagian-bagian yang membutuhkan pendinginan, kemudian dibuang. Oleh sebab itu pada saluran pabrik terlihat air mengalir dalam volume yang cukup besar. Air ketel akan dibuang pada waktu-waktu tertentu setelah melalui pemeriksaan laboratorium, sebab air ini tidak memenuhi syarat lagi sebagai air ketel dan karenanya harus dibuang. Bersamaan dengan itu dibutuhkan pula sejumlah air untuk mencuci bagian dalam ketel. Air pencuci ini juga harus dibuang. Pencucian lantai pabrik setiap hari untuk beberapa pabrik tertentu membutuhkan air dalam jumlah banyak. Pabrik pengalengan ikan membutuhkan air pencuci dalam jumlah yang relatif harus banyak. Jumlah air terus menerus diperlukan mencuci peralatan, lantai dan lain- lain. Karat perlu dicuci sebelum masuk pencincangan dan pada saat dicincang air terus-menerus mengalir untuk menghilangkan pasir abu yang terbawa. Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang larut maupun mengendap. Bahan ini ada yangkasar dan halus. Kerap kali air dari pabrik berwarna keruh dan temperaturnya tinggi. Air yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya mempunyai sifat tersendiri. Air limbah yang telah tercemar memberikan 576
  • 40. ciri yang dapat diidentifikasi secara visual dapat diketahui dari kekeruhan, warna air, rasa, bau yang ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan identifikasi secara laboratorium, ditandai dengan perubahan sifat kimia air di mana air telah mengandung bahan kimia yang beracun dan berbahaya dalam konsentrasi yang melebihi batas dianjurkan. Jenis industri menghasilkan limbah cair di antaranya adalah industri-industri pulp dan rayon, pengolahan crumb rubber, minyak kelapa sawit, baja dan besi, minyak goreng, kertas, tekstil, kaustiksoda, elektro plating, plywood, tepung tapioka, pengalengan, pencelupan dan pewarnaan, daging dan lain-lain. Jumlah limbah yang dikeluarkan masing-masing industri ini tergantung pada banyak produksi yang dihasilkan, serta jenis produksi. Industri pulp dan rayon menghasilkan limbah air sebanyak 30 m 3 setiap ton pulp yang diproduksi. Untuk industri ikan dan makanan laut limbah air berkisar antara 79 m3 sampai dengan 500 m3 per hari; industri pengolahan crumb rubber limbah air antara 100 m 3 s/d 2000 m3 per hari, industri pengolahan kelapa sawit mempunyai limbah air: rata-rata 120 m 3 per hari skala menengah. A. Sifat Air Untuk memperoleh air dalam keadaan murni, sangat sulit kecuali setelah melalui proses pengolahan. Sebagaimana sudah dijelaskan di depan, air dikelompokkan menjadi 5 bagian dan yang kita bahas di sini adalah air dalam kaitannya dengan limbah industri. Lingkungan penerima dikelompokkan menjadi berbagai kelompok sesuai dengan fungsi dan peranan air. Fungsi dan peranannya sebagai sarana pembuangan limbah keadaannya tidak menjadi sulit bila limbah dapat langsung dibuang. Tetapi lain halnya bila air digunakan untuk pengairan sawah atau ternak udang, maka limbah air itu harus memenuhi persyaratan untuk ikan, udang dan tanaman padi. Dalam air buangan ditemukan senyawa yang dapat diidenti- fikasi melalui visual maupun laboratorium. Warna air, rasa, bau, kekeruhan dapat dikenal melalui cara umum dengan mata d an indera biasa, sedangkan senyawa kimia seperti kandungan fenol, kandungan oksigen, besi dan lain-lain harus dilakukan melalui penelitian laboratorium. 577
  • 41. Pada umumnya persenyawaan yang sering dijumpai dalam air antarif lain: padatan terlarut, padatan tersuspensi, padatan tidak larut, mikroorganisme dan kimia organik. Berdasarkan persenyawaan yang ditemukan dalam air buangan maka sifat air dirinci menjadi karakteristik fisika, kimia dan biologi. Padatan terlarut yang banyak dijumpai dalam air adalah golongan senyawaan alkalinitas seperti karbonat, bikarbonatdan hidroksida. Di samping itu terdapat pula unsur kimia anorganik ditemukan dalam air yang mempengaruhi kualitas air. Pengamatan unsur fisika, kimia dan biologi terhadap air sangat penting untuk menetapkan jenis parameter pencemar yang terdapat di dalamnya. Kondisi alkalinitas ini menghasilkan dua macam sifat air yaitu sifat basa dan sifat asam. Air cenderung menjadi asam bila pH lebih kecil 7 sedangkan pH lebih besar 7 menunjukkan air cenderung bersifat basa. Dalam pengolahan air bahan alkalinitas akan bereaksi dengan koagulan yang memungkinkan lumpur cepat mengendap. Selain itu ada sifat air yang lain, yaitu kesadahan. Penyebab kesadahan adalah karena air mengandung magnesium, kalium, strontium dan barium. Garam-garam ini terdapat dalam bentuk karbonat, sulfat, chlorida, nitrat, fospat, dan lain-lain. Air yang mempunyai kesadahan tinggi membuat air sukar berbuih dan sulit dipergunakan untuk pencucian. Gas yang larut dalam air seperti CO 2, oksigen, nitrogen, hidrogen dan methane, sering dijumpai menyebabkan bersifat asam, berbau dan korosif. Sulfida menyebabkan air berwarna hitam dan berbau. Padatan tidak larut adalah senyawa kimia yang terdapat dalam air baik dalam keadaan melayang, terapung maupun mengendap. Senyawa-senyawa ini dijumpai dalam bentuk organik maupun anorganik. Padatan tidak larut menyebabkan air berwarna keruh. Sebagaimana padatan dan gas yang larut, mikroorganisme juga banyak dijumpai dalam air. Mikroorganisme sangat membahayakan bagi pemakai air. Air minum harus bebas dari bakteri pathogen. Air untuk pendingin harus bebas dari besi dan 578
  • 42. mangan. Tabel 2 menggambarkan hubungan antara karakteristik dan sumber-sumber. Sifat kimia dan fisika masing-masing parameter menunjukkan akibat yang ditimbulkan terhadap lingkungan? Ditinjau dari sifat air maka karakteristik air yang tercemar dapat dirinci menjadi: Sifat perubahan secara fisik, kimia dan biologi. B. Karakteristik Fisika Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah yaitu: padatan, kekeruhan, bau, temperatur, daya hantar listrik dan warna. Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang larut, mengendap maupun suspensi. Bahan ini akan mengendap pada dasar air yang lama kelamaan menimbulkan pendangkalan pada dasar badan penerima. Akibat lain dari padatan ini menimbulkan tumbuhnya tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun bagi makhluk lain. Banyak padatan menunjukkan banyaknya lumpur terkandung dalam air. Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang menyebabkan pembiasan cahaya ke dalam air. Kekeruhan membatasi pencahayaan ke dalam air. Sekalipun ada pengaruh padatan terlarut atau partikel yang melayang dalam air namun penyerapan cahaya ini dipengaruhi juga bentuk dan ukurannya. Kekeruhan ini terjadi karena adanya b ahan yang terapung dan terurainya zat tertentu seperti bahan organik, jasad renik, lumpur tanah liat dan benda lain yang melayang ataupun terapung dan sangat halus sekali. Nilai kekeruhan air dikonversikan ke dalam ukuran SiO 2 dalam satuan mg/1. Semakin keruh air semakin tinggi daya hantar listrik dan semakin banyak pula padatannya. 579
  • 43. Tabel 7.5. Hubungan antara sumber limbah dan karakteristik Karakteristik Sumber limbah Fisika: Warna Bahan organik buangan industri dan domestik. Bau Penguraian limbah dan buangan industri. Padatan Sumber air, buangan industri dan domestik. Temperatur Buangan domestik dan industri. Kimia: Organik Karbohidrat Buangan industri, perdagangan dan domestik. Minyak dan lemak Buangan industri, perdagangan dan domestik. Pestisida Buangan hasil pertanian. Fenol Buangan industri. Anorganik Alkali Sumber air, buangan domestik, infiltrasi air tanah, buangan air ketel. Cholorida Sumber air, buangan domestik, pelemakan air. Logam berat Buangan industri. Nitrogen Limbah pertanian dan domestik. pH Limbah industri. Phospor Limbah industri, domestik dan alamiah. Sulfur Limbah industri, domestik. Bahan beracun Perdagangan, limbah industri. Biologi : Virus Limbah domestik. Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganik yang menguraikan zat organik menghasilkan gas tertentu. Di samping itu bau juga timbul karena terjadinya reaksi kimia yang menimbulkan gas. Kuat tidaknya bau yang dihasilkan limbah tergantung pada jenis dan banyak gas yang ditimbulkan. Temperatur air limbah mempengaruhi badan penerima bila terdapat perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur air limbah akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimiawi biologis pada benda padat dan gas dalam air. Pembusukan terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan oksidasi zat organik jauh lebih besar pada suhu yang tinggi. 580
  • 44. Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik dan kemampuan tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat pengukuran. Konduktivitas arus listrik mengalirkan arusnya tergantung pada mobilitas ion dan kadar yang terlarut. Senyawa anorganik merupakan konduktor kuat dibandingkan dengan senyawa organik. Pengukuran daya hantar listrik ini untuk melihat keseimbangan kimiawi dalam air dan pengaruhnya terhadap kehidupan biota. Warna timbul akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, di samping adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam berat. Bau disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, fospor, protein, sulfur, amoniak, hidrogen sulfida, carbon disulfida dan zat organik lain. Kecuali bau yang disebabkan bahan beracun, jarang merusak kecepatan manusia tapi mengganggu ketenangan bekerja. C. Karakteristik Kimia Bahan kimia yang terdapat dalam air akan menentukan sifatairbaik dalam tingkat keracunan maupun bahaya yang ditimbulkan. Semakin besar konsentrasi bahan pencemar dalam air semakin terbatas penggunaan air. Karakteristik kimia terdiri dari kimia anorganik dan kimia organik. Secara umum sifat air ini dipengaruhi oleh kedua macam kandungan bahan kimia tersebut.  Keasaman Air Keasaman air diukur dengan pll meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan. Demikian juga makhluk lain, misalnya ikan tidak dapat hidup. Air yang mempunyai pH rendah membuat air menjadi korosif terhadap bahan konstruksi seperti besi. Buangan yang bersifat alkalis (basa) bersumber dari buangan mengandung bahan anorganik seperti senyawa karbonat, bikarbonat dan hidroksida. Buangan asam berasal dari bahan kimia yang bersifat asam, misalnya buangan mengandung 581
  • 45. asam khlorida, asam sulfat dan lain-lain.  Alkalinitas Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan senyawa karbonat, bikarbonat, garam hidroksida, kalium, magnesium dan natrium dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air membuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air yang mempunyai kesadahan rendah karena zat tersebut dalam konsentrasi tinggi menimbulkan terjadinya kerak pada dinding dalam ketel maupun pada pipa pendingin. Oleh sebab itu untuk menurunkan kesadahan air dilakukan pelunakan air. Pengukuran alkalinitas air adalah pengukuran kandungan ion CaCO3, ion Ca, ion Mg, bikarbonat, karbonat dan lain-lain.  Besi dan Mangan Besi dan mangan yang teroksida dalam air berwarna kecoklatan dan tidak larut, menyebabkan penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan industri. Kedua macam bahan ini berasal dari larutan batu-batuan yang mengandung senyawa Fe atau Mn seperti pyrit, kematit, mangan dan lain-lain. Dalam limbah industri, besi berasal dari korosi pipa-pipa air, material logam sebagai hasil reaksi elektro kimia yang terjadi pada permukaan. Air yang mengandung padatan larut mempunyai sifat mengantarkan listrik dan ini mempercepat terjadinya korosi.  Chlorida Chlorida banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda. Bahan ini berasal dari proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain-lain. Chlorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai Chlor bebas berfungsi desinfektans, tapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi asin dan merusak pipa-pipa instalasi.  Phosphat Kandungan phosphat yang tinggi menyebabkan suburnya 582
  • 46. algae dan organisme lainnya. Phosphat kebanyakan berasal dari bahan pembersih yang mengandung senyawa phosphat. Dalam industri kegunaan phosphat terdapat pada ketel uap untuk mencegah kesadahan. Maka pada saat penggantian air ketel, buangan ketel ini menjadi sumber phosphat. Pengukuran kandungan phosphat dalam air limbah berfungsi untuk mencegah tingginya kadar phosphat sehingga tidak merangsang pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dalam air. Sebab pertumbuhan subur akan menghalangi kelancaran arus air. Pada danau suburnya tumbuh-tumbuhan airakan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dan kesuburan tanaman lainnya.  Sulfur Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi secara proses alamiah. Sulfur dioxida dibutuhkan pada sintesa. Pada industri kaustik soda ion sulfat terdapat sewaktu pemurnian garam. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana aerob hidrogen sulfida teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat. Dalam bentuk H S bersifat racun 2 dan berbau busuk. Pada proses digester lumpur gas H2S yang bercampur dengan metan CH4 dan CO2 akan bersifat korosif. H2S akan menghitamkan air dan lumpur yang bila terikat dengan senyawa besi membentuk Fe2 S. bakteri 2S + O2 + H2O S2O3 + 2H+ . SO4 + 2C + 2H2O 2HS + 2O2 S2O3 + H2O . 1 HCO3 + H2S. H2S + 2O2 H2SO4.  Nitrogen Nitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam bentuk organik dan oleh bakteri berubah menjadi amonia. Dalam kondisi aerobik dan dalam waktu tertentu bakteri dapat mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat. Nitrat dapat digunakan oleh algae dan tumbuh-tumbuhan lain untuk 583
  • 47. membentuk protein tanaman dan oleh hewan untuk membentuk protein hewan. Perusakan protein tanam an dan hewan oleh bakteri menghasilkan amonia. Nitrit menunjukkan jumlah zat nitrogen yang teroksidasi. Nitrit merupakan hasil reaksi dan menjadi amoniak ataudioksidasi menjadi nitrit. Kehadiran nitrogen ini sering sekali dijumpai sebagai nitrogen nitrit.  Logam Berat dan Beracun Logam berat pada umumnya seperti cuprum (tembaga), perak, seng, cadmium, air raksa, timah, chromium, besi dan nikel. Metal lain yang juga termasuk metal berat adalah arsen, selenium, cobalt, mangan dan aluminium. Cadmium ditemukan dalam buangan industri tekstil, elektro plating, pabrik kimia. Chromium dijumpai dalam 2 bentuk yaitu chrom valensi enam dan chrom valensi tiga. Chrom valensi enam ditemukan pada buangan pabrik aluminium dan cat, sedang chrom trivalen ditemukan pada pabrik tekstil, industri gelas dan keramik. Plumbum terdapat dalam buangan pabrik baterai, pencelupan dolt cat. Logam ini dalam konsentrasi tertentu membahayakan bagi manusia.  Fenol Istilah fenol dalam air limbah tidak hanya terbatas pada fenol (C6H5 - OH) tapi bermacam-macam campuran organik yang terdiri dari satu atau lebih gugusan hidroxil. Fenol yang dengan konsentrasi 0,005/liter dalam air minum menciptakan rasa dan bau apabila bereaksi dengan chlor membentuk chlorophenol. Sumber fenol terdapat pada industri pengolahan minyak, batu- bara, pabrik kimia, pabrik resin, pabrik kertas, tekstil.  Biochemical Oxigen Demand (BOD) Dalam air buangan terdapat zat organik yang terdiri, dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti nitrogen, belerang dan lain-lain yang cenderung menyerap oksigen. Oksigen tersebut dipergunakan untuk menguraikan senyawa organik. Pada akhirnya kadar oksigen 584
  • 48. dalam air buangan menjadi keruh dan kemungkinan berbau. Pengukuran terhadap nilai Biochemical Oxigen Demand (BOD) adalah kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air buangan yang dipergunakan untuk menguraikan senyawa organik dengan bantuan mikroorganisme pada kondisi tertentu. Pada umumnya proses penguraian terjadi secara baik yaitu pada temperatur 20°C dan waktu 5 hari. Oleh karena itu satuannya biasanya dinyatakan dalam mg perliter atau kg.  Chemical Oxigen Demand (COD) Bentuk lain untuk mengukur kebutuhan oksigen ini adalah COD. Pengukuran ini diperlukan untuk mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat organik yang sukar dihancurkan secara oksidasi. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam. Nilai BOD selalu lebih kecil daripada nilai COD diukur pada senyawa organik yang dapat diuraikan maupun senyawa organik yang tidak dapat berurai.  Lemak dan Minyak Lemak dan minyak ditemukan mengapung di atas permukaan air meskipun sebagian terdapat di bawah permukaan air. Lemak dan minyak merupakan senyawa ester dari turunan alkohol yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Lemak sukar diuraikan bakteri tapi dapat dihidrolisa oleh alkali sehingga membentuk senyawa sabun yang mudah larut. Minyak pelumas yang berasal dari minyak bumi dipakai dalam pabrik dan terbawa air cucian ketika dibersihkan. Sebagai alat pencuci Bering Pula digunakan minyak pelarut. Adanya minyak dan lemak di atas permukaan air merintangi proses biologi dalam air sehingga tidak terjadi fotosintesa.  Karbohidrat dan Protein Karbohidrat dalam air buangan diperoleh dalam bentuk sellulosa, kanji, tepung dextrim yang terdiri dari senyawa karbon, hidrogen dan oksigen, baik terlarut maupun tidak larut. Pada protein yang berasal dari bulu binatang seperti sutra dengan unsur persenyawaan yang cukup kompleks 585
  • 49. mengandung unsur nitrogen. Baik protein maupun karbohidrat mudah rusak oleh mikroorganisme dan bakteri.  Zat Warna dan Surfaktan Timbulnya dalam air buangan adalah karena adanya senyawa organik yang larut dalam air. Zat aktif permukaan ini (surfaktan) sangat sukar berurai oleh aktivitas mikro- organisme. Demikian juga zat warna yang merupakan senyawa aromatik sukar berurai. Di antara zat warna ini ada yang mengandung logam berat seperti chrom atau tembaga. 7.3. Limbah Gas dan Partikel Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih rnungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume-Sedangkan pencemaran berbentuk gas tanya aapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx , CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain. Untuk beberapa bahan tertentu zat pencemar ini berbentuk padat dan cair. Karena suatu kondisi temperatur ataupun tekanan tertentu bahan padat/cair itu dapat berubah menjadi gas. Baik partikel maupun gas membawa akibat terutama bagi kesehatan, manusia seperti debu batubara, asbes, semen, belerang, asap pembakaran, uap air, gas sulfida, uap amoniak, dan lain-lain. Pencemaran yang ditimbulkannya tergantung pada jenis limbah, volume yang lepas di udara bebas dan lamanya berada dalam udara. Jangkauan pencemaran melalui udara dapat berakibat luas karena faktor cuaca dan iklim turut mempengaruhi. Pada malam hari zat yang berada dalam udara turun kembali ke bumi bersamaan dengan embun. Adanya partikel kecil secara 586
  • 50. terus menerus jatuh di atap rumah, di permukaan daun pada pagi hari menunjukkan udara mengandung partikel. Kadang-kadang terjadi hujan masam. Arah angin mempengaruhi daerah pencemaran karena sifat gas dan partikel yang ringan mudah terbawa. Kenaikan konsentrasi partikel dan gas dalam udara di beberapa kota besar dan daerah industri banyak menimbulkan pengaruh, misalnya gangguan jarak pandang oleh asap kendaraan bermotor, gangguan pernafasan dan timbulnya beberapa jenis penyakit tertentu. Jenis industri yang menjadi sumber pencemaran melalui udara di antaranya:  industri besi dan baja  industri semen  industri kendaraan bermotor  industri pupuk  industri aluminium  industri pembangkit tenaga listrik  industri kertas  industri kilang minyak  industri pertambangan Jenis industri semacam ini akumulasinya di udara dipengaruhi arah angin, tetapi karena sumbernya bersifat stationer maka lingkungan sekitar menerima resiko yang sangat tinggi dampak pencemaran. Berdasarkan ini maka konsentrasi bahan pencemar dalam udara perlu ditetapkan sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap manusia dan makhluk lain sekitarnya. Jenis industri yang menghasilkan partikel dan gas adalah sebagai tertera dalam tabel 6.. 587
  • 51. Tabel 7.6. Jenis industri dan limbahnya No Jenis Industri Jenis Limbah 1. Industri pupuk Uap asam, NH3, bau, partikel 2. Pabrik pangan (ikan, daging, Hidrokarbon, bau, minyak makan, bagase, bir partikel, CO, H 2S dan uap asam. 3. Industri pertambangan (mineral) NOx, SO x,CO, HK, semen, aspal, kapur, batu bara, bau, partikel. karbida, serat gelas. 4. Industri metalurgi (tembaga, baja- Nox, SO, CO, HK, H 2S, chlor, seng, timah hitam, aluminium) bau dan partikel. 5. Industri kimia (sulfat, serat rayon HK, CO, NH3, bau dan partikel. PVC, amonia, cat dan lain- lain 6. Industri pulp. SOx CO, NH3, H 2S, bau. 7.3.1. Karakteristik Limbah Gas dan Partikel Pada umumnya limbah gas dari pabrik bersumber dari penggunaan bahan baku, proses, dan hasil serta sisa pembakaran. Pada saat pengolahan pendahuluan, limbah gas maupun partikel timbul karena perlakuan bahan-bahan sebelum diproses lanjut. Limbah yang terjadi disebabkan berbagai hal antara lain; karena reaksi kimia, kebocoran gas, hancuran bahan- bahan dan lain-lain. Pada waktu proses pengolahan, gas juga timbul sebagai akibat reaksi kimia maupun fisika. Adakalnya limbah yang terjadi sulit dihindari sehingga harus dilepaskan ke udara. Namun dengan adanya kemajuan teknologi, setiap gas yang timbul pada rangkaian proses telah dapat diupayakan pengendaliannya. Sebagian besar gas maupun partikel terjadi pada ruang pembakaran, sebagai sisa yang tidak dapat dihindarkan dan karenanya harus dilepaskan melalui cerobong asap. Banyak jenis gas dan partikel gas lepas dari pabrik melalui cerobong asap ataupun penangkap debu harus ditekan sekecil mungkin dalam upaya mencegah kerusakan lingkungan. Jenis gas yang bersifat racun antara lain SO2, CO, NO., timah hitam, amoniak, asam sulfida dan hidrokarbon. Pencemaran yang terjadi dalam udara dapat merupakan reaksi antara dua atau lebih zat pencemar. Misalnya reaksi fotokimia, yaitu reaksi yang terjadi karena bantuan sinar ultra violet dari sinar matahari. 588
  • 52. Kemudian reaksi oksidasi gas dengan partikel logam dengan udara sebagai katalisator. Konsentrasi bahan pencemar dalam udara dipengaruhi berbagai macam faktor antara lain: volume bahan pencemar, sifat bahan, kondisi iklim dan cuaca, topografi.  Oksida Nitrogen Oksida nitrogen lazim dikenal dengan NO . bersumber dari instalasi pembakaran pabrik dan minyak bumi. Dalam udara, NO dioksidasi menjadi NO 2 dan bila bereaksi dengan hidrokarbon yang terdapat dalam udara akan membentuk asap. NO 2 akan berpengaruh terhadap tanam-tanaman dan sekaligus menghambat pertumbuhan. Pabrik yang menghasilkan NO di antaranya adalah pabrik pulp dan rayon, almunium, turbin gas, nitrat, bahan peledak, semen, galas, batubara, timah hitam, song dan peleburan magnesium.  Fluorida Fluorida adalah racun bersifat kumulatif dan dapat berkembang d atmosfer karena amat reaktif. Dalam bentuk fluorine, zat ini tidak dihisap tanah tapi langsung masuk ke dalam daun-daun menyebabkan daun berwarna kuning- kecoklatan. Binatang yang memakan daunan tersebut bisa menderita penyakit gigi rontok. Pabrik yang menjadi sumber fluor antara lain pabrik pengecoran aluminium pabrik pupuk, pembakaran batubara, pengecoran baja dan lainnya  Sulfurdioksida Gas SO2 dapat merusak tanaman, sehingga daunnya menjadi kuning kecoklatan atau merah kecoklatan dan berbintik-bintik. Gas ini juga menyebabkan hujan asam, korosi pada permukaan logam dan merusak bahan nilon dan lain-lain. Gas SO2 menyebabkan terjadinya kabut dan mengganggu reaks foto sintesa pada permukaan daun. Dengan air, gas SO2 membentuk asam sulfat dan dalam udara tidak stabil. Sumber gas SO2 adalal pabrik belerang, pengecoran biji logam, pabrik asam sulfat, pabrik semen, peleburan tembaga, timah hitam dan lain-lain. Dalam konsentrasi melebihi nilai ambang batas 589
  • 53. dapat mematikan.  Ozon Ozon dengan rumus molekul O3 disebut oksidan merpakan reaksi foto kimiawi antara NO 2 dengan hidrokarbon karena pengaruh ultra violet sinar matahari. Sifat ozon merusak daun tumbuh-tumbuhan, tekstil dan melunturkan warna. Reaksi pembentukan ozon sebagai berikut: ultra violet NO2 NO + On O2 + On O3 NO + On NO2 Peroksil asetel nitrat merupakan reaksi NO 2 dalam fotosintesa merusakkan tanaman.  Amonia Gas amonia dihasilkan pabrik pencelupan, eksplorasi minyak dan pupuk. Gas ini berbahaya bagi pemanfaatan dan baunya sangat merangsang. Pada konsentrasi 25% mudah meledak.  Partikel Partikel merupakan zat dispersi terdapat dalam atmosfer, berbagai larutan, mempunyai sifat fisis dan kimia. Partikel dalam udara terdiri dari: 1. Asap, merupakan hasil dari suatu pembakaran. 2. Debu, partikel kecil dengan diameter 1 mikron. 3. Kabut, partikel cairan dengan garis tengah tertentu. 4. Aerosol, merupakan inti dari kondensasi uap. 5. Fume, merupakan hasil penguapan. 7.3.2. Bahan Lain yang Berbahaya dalam Pabrik Di samping pada bahan pencemar yang lepas ke udara terdapat pula bahan tertentu yang tersimpan ataupun masih dalam proses di pabrik. Bahan ini karena sifat fisis dan kimianya cukup berbahaya bagi lingkungan apabila terlepas dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Sifat racun suatu bahan belum tentu sama dengan sifat bahaya. Bahan yang bersifat racun 590
  • 54. belum tentu men imbulkan/merupakan bahaya apabila bahan tersebut digunakan secara tepat. Sifat racun menunjukkan efek biologis atau kemampuan untuk melukai tubuh, sedang sifat bahaya menunjukkan kemungkinan kerugian. Bahan semacam ini banyak digunakan sebagai bahan penolong ataupun bahan utama pabrik kimia. Juga banyak diperoleh sebagai hasil jadi atau sampingan. Tingkat bahaya yang ditimbulkan sebagai racun sangat membahayakan bagi manusia karena menimbulkan bermacam - macam gangguan seperti: merusakkan kulit, menyulitkan pernafasan, akut maupun kronis, bahkan dapat mematikan. Di samping itu mempunyai daya ledak, mudah terbakar, mudah menyala, sehingga pengelolaannya harus dilakukan dengan sangat herhati-hati. Bensena, siklo hexanol, asam sulfat, amonium hidroksida, amonium sulfat, amonium nitrat, hidrogen karbon dioksida, belerang dioksida dan lain-lain yang terdiri dari 90 macam bahan, telah diklasifikasikan sebagai bahan racun dan berbahaya. Masalah yang sering dijumpai dalam kaitannya dengan bahan tersebut ialah tentang penyimpanan, pengolahan, pengemasan dan transportasi. Oleh sebab itu pengawasan dan pengamanan terhadap bahan ini harus ditingkatkan dari waktu ke waktu menyangkut sifat fisis dankimia. Besarnya resiko kerusakan lingkungan akibat bahan tersebut telah banyak terbukti seperti tragedi Chernobyl di Uni Soviet ataupun Bhopal di India. Kerusakan yang ditimbulkannya selain mengancam kehidupan manusia juga akan mengancam biota lainnya baik dalam jangka panjang maupun pendek. Kehadiran bahan beracun dan berbahaya sebagai limbah seperti mata rantai yang tak berujung. Bila kita bertolak dari sudut pengadaan akan jelas bahwa kebutuhan bahan tersebut selalu harus terpenuhi. Pengadaan dilakukan dari pabrik (produksi) maupun import. Bahan ini dalam bentuknya sesuai dengan sifatnya harus tersimpan secara baik. L okasi penyimpanan dan wadahnya juga harus memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan. 591
  • 55. Barang-barang tersebut bila hendak dipindahkan/diangkut untuk kebutuhan proses industri membutuhkan angkutan tersendiri, mungkin dibutuhkan desain khusus alat pengangkut sampai kepada proses, sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi untuk kemudian dikonsumsi oleh industri hilir atau konsumen langsung. Oleh pihak industri maupun konsumen untuk sebagian terbuang sebagai limbah. Sebagai limbah yang ekonomis dapat didaur ulang dan sebagai limbah nonekonomis akan dibuang melalui proses pangolahan. Pengadaan Penyimpana n Limbah ekonomis Pengangkutan Proses Proses Buangan nonekonomi s Limbah Hasil jadi  Setengah jadi Industri  Konsumen Bila dilihat dalam mata rantai tersebut, setiap titik akan menimbulkan peluang untuk mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan. Kriteria beracun dan berbahaya akan memenuhi setiap mata rantai tersebut. Berbahaya dan beracun yang dimaksudkan karena dapat mematikan seketika atau pun beberapa lama, dapat secara biologis, dapat berakumulasi dalam lingkungan dan terakhir tidak bisa terdegradasi. Ditinjau dari sudut pengawasan dan pengamanan bahan ini pengelolaannya harus dilaksanakan mulai dari pengadaan sampai kepada distribusi. Mengingat seringnya terjadi kecelakaan yang ditimbulkan bahan beracun dan berbahaya maka setiap pengusaha dianjurkan untuk membuat label setiap jenis bahan tersebut. Label itu menunjukkan jenis bahan, sifat kimia maupun 592
  • 56. fisikanya sehingga setiap orang dapat melihat dan membaca. Dari penjelasan. dalam label mungkin juga terdapat beberapa usaha pencegahan andaikata terjadi hal-hal yang tidak sesuai menurut prosedur. 7.4. Limbah Padat Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar. Perlakuan limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis sebagian besar dilakukan sebagai berikut: 1. Ditumpuk pada Areal Tertentu Penimbunan limbah padat pada areal tertentu membutuhkan areal yang luas dan merusakkan pemandangan di sekeliling penimbunan. Penimbunan. ini mengakibatkan pembusukan yang menimbulkan bau di sekitarnya, karena adanya reaksi kimia yang rnenghasilkan gas tertentu. Dengan penimbunan, permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah mengalami kontaminasi dengan bakteri tertentu yang mengakibatkan turunnya kualitas air tanah. Pada musim kemarau timbunan mengalami kekeringan dan ini mengundang bahaya kebakaran. 2. Pembakaran Limbah padat yang dibakar menimbulkan asap, bau dan debu. Pembakaran ini menjadi sumber pencemaran melalui udara dengan timbulnya bahan pencemar baru seperti NO R , hidrokarbon, karbon monoksida, bau, partikel dan sulfur dioksida. 3. Pembuangan Pembuangan tanpa rencana sangat membahayakan 593
  • 57. lingkungan. Di antara beberapa pabrik membuang limbah padatnya ke sungai karena diperkirakan larut ataupun membusuk dalam air. Ini adalah perkiraan yang keliru, sebab setiap pembuangan bahan padatan apakah namanya lumpur atau buburan, akan menambah total solid dalam air sungai. Sumber limbah padat di antaranya adalah pabrik gula, pulp dan rayon, plywood, pengawetan buah, ikan dan daging dan lain- lain. Secara garis besar limbah padat dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Limbah padat yang mudah terbakar 2. Limbah padat yang sukar terbakar 3. Limbah padat yang mudah membusuk 4. Limbah berupa debu 5. Lumpur 6. Limbah yang dapat didaurulang 7. Limbah radio aktip 8. Limbah yang menimbulkan penyakit 9. Bongkaran bangunan Berdasarkan klasifikasi limbah padat serta akibat-akibat yang ditimbulkannya sistem pengelolaan dilakukan menurut: 1. Limbah padat yang dapat ditimbun tanpa membahayakan. 2. Limbah padat yang dapat ditimbun tetapi berbahaya. 3. Limbah padat yang tidak dapat ditimbun. Di dalam pengolahannya dilakukan melalui tiga cara yaitu pemisahan, penyusutan ukuran dan pengomposan. Dimaksud dengan pemisahan adalah pengambilan bahan tertentu kemudian diolah kembali sehingga mempunyai nilai ekonomis. Penyusutan ukuran bertujuan untuk memudahkan pengolahan limbah selanjutnya, misalnya pembakaran. Dengan ukuran lebih kecil akan lebih mudah membawa atau membakar pada tungku pembakaran. Jadi tujuannya adalah pengurangan volume maupun berat. Pengomposan adalah proses melalui biokimia yaitu zat organik dalam limbah dipecah sehingga menghasilkan humus yang berguna untuk memperbaiki struktur tanah. Banyak jenis limbah padat dari pabrik yang upaya pengelolaannya dilakukan menurut kriteria yang telah ditetapkan. 594
  • 58. 7.4.1. Dampak Pencemaran Terhadap Lingkungan Pencemaran lingkungan berakibat terhadap kesehatan manusia, tata kehidupan, pertumbuhan flora dan fauna yang berada dalam jangkauan pencemaran. Gejala pencemaran dapat terlihat pada jangka waktu singkat maupun panjang, yaitu pada tingkah laku dan pertumbuhan. Pencemaran dalam waktu relatif singkat, terjadi seminggu sampai dengan setahun sedangkan pencemaran dalam jangka panjang terjadi setelah masa 20 tahun atau lebih. Gejala pencemaran yang terjadi dalam waktu singkat dapat diatasi dengan melihat sumber pencemaran lalu mengendalikannya. Tanda-tanda pencemaran ini gampang terlihat pada komponen lingkungan yang terkena pencemaran. Berbeda halnya dengan pencemaran yang terjadi dalam waktu yang cukup lama. Bahan pencemar sedikit demi sedikit berakumulasi. Dampak pencemaran semula tidak begitu kelihatan. Namun setelah menjalani waktu yang relatif panjang dampak pencemaran kelihatan nyata dengan berbagai akibat yang ditimbulkan. Unsur-unsur lingkungan, mengalami perubahan kehidupan habitat. Tanaman yang semula hidup cukup subur menjadi gersang dan digantikan dengan tanaman lain. Jenis binatang tertentu yang semula berkembang secara wajar beberapa tahun kemudian menjadi langka, karena mati atau mencari tempat lain. Kondisi kesehatan manusia juga menunjukkan perubahan; misalnya, timbul penyakit baru yang sebelumnya tidak ada. Kondisi air, mikroorganisme, unsur hara dan nilai estetika mengalami perubahan yang cukup menyedihkan. Bahan pencemar yang terdapat dalam limbah industri ternyata telah memberikan dampak serius mengancam satu atau lebih unsur lingkungan: Jangkauan pencemar dalam jangka pendek maupun panjang tergantung pada sifat limbah, jenis, volume limbah, frekuensinya dan lamanya limbah berperan. A. Bahan Beracun dan Berbahaya sebagai Pencemar Lingkungan Bahan pencemar yang terkandung dalam limbah terdiri dari bahan beracun dan atau berbahaya. Beracun artinya dapat membunuh manusia atau makhluk lain bila takarannya melebihi ukuran yang disyaratkan. Sedangkan berbahaya masuk tubuh belum tentu beracun tapi juga dapat merusakkan tubuh. Parameter limbah menunjukkan daya racun dan berbahaya bila salah satu atau lebih 595
  • 59. dari sifat berikut ini dipenuhi, yaitu: 1. Bahannya sendiri bersifat racun 2. Mudah terbakar dan menyala 3. Oksidator dan reduktor 4. Mudah meledak 5. Bahan peledak 6. Korosif 7. Iritatif 8. Radio aktif 9. Gas bertekanan 10. Membahayakan ekosistem Ada beberapa bahan kimia yang sangat besar manfaatnya dan dipergunakan sehari-hari tapi mempunyai daya racun yang cukup tinggi, misalnya racun yang dipergunakan untuk membunuh tikus, serangga, nyamuk, dan racun lainnya sejenis pestisida. Sebagai bahan organik yang siap pakai senantiasa diberikan tanda-tanda peringatan ataupun catatan pada pembungkus/paching sehingga merupakan petunjuk bagi si pemakai. Bahan yang mudah menyala dan terbakar disebabkan bereaksi dengan oksigen bila dekat dengan sumber panas pada suhu atau tekanan tertentu akan menimbulkan ledakan maupun api. Misalnya amonia (NH3) berbentuk gas tidak berwarna, baunya khas: Disimpan dalam keadaan cair pada tekanan 10 atmosfir. Titik leleh: - 77°C dan titik didih: -33°C. Akan menyala sendiri pada suhu 629°C. Gas ini mempengaruhi kulit, pencernaan dan pernafasan. Meledak dari wadahnya bila terkena nyala api. Terjadinya pencemaran karena perlakuan yang tidak semestinya terhadap bahan tersebut, mulai dari penanganan awal sampai kepada distribusi. Kontak dengan hawa panas, wadah terbuka, kebocoran dan tercecer menyebabkan bahan ini terbuang dengan media pencemar udara ataupun air. B. Jenis Pencemar Berbagai jenis pencemar ditemukan dalam limbah ataupun bahan untuk keperluan rumah tangga. Bahan ini dapat ditemukan sebagai bahan kimia organik atau anorganik, di dalam limbah maupun 596
  • 60. tidak. Daya pencemaran yang ditimbulkan selain dari sifat yang dimiliki juga tergantung pada volume. Tabel 6 adalah contoh bahan yang secara umum ditemukan baik sebagai bahan baku, penolong dan bahan jadi maupun juga ditemukan sebagai limbah. C. Volume Limbah Semakin besar volume limbah, pada umumnya, bahan pencemarnya semakin banyak. Hubungan ini biasanya terjadi secara linier. Oleh sebab itu dalam pengendalian limbah sering juga ditipayakan pengurangan volume limbah. Kaitan antara volume limbah dengan volume badan penerima juga sering digunakan sebagai indikasi pencemaran. Perbandingan yang mencolok jumlahnya antara volume limbah dan volume penerima limbah juga menjadi ukuran tingkat pencemaran yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Misalnya limbah sebanyak 100 m3 air per 8 jam mempunyai konsentrasi plumbum 4 mg/hari dialirkan ke suatu sungai yang mempunyai debit 8.000 m3 per jam. D. Frekuensi Pembuangan Limbah Pabrik yang secara kontinu membuang limbah berbeda dengan pabrik yang membuang limbah secara periodik walau konsentrasi pencemar sama, dan jumlah buangannya pun sama. Pengaruh terhadap lingkungan mengalami perbedaan. Dalam hal sering tidaknya suatu pabrik membuang limbah tergantung terhadap proses pengolahan dalam pabrik. Artinya volume air buangannya tergantung dari volume produksinya. Semakin tinggi produksi semakin tinggi volume limbahnya. Ada pabrik yang dalam periode tertentu jumlah airnya melebihi daripada kondisi sehari-hari. Setiap lima hari dalam sebulan volume limbahnya sangat berlebih, kecuali bila pabrik blow down. Atau ada pabrik yang hanya membuang limbah sekali dalam seminggu sedangkan pada hari-hari lainnya tidak. Semakin banyak frekuensi pembuangan limbah, semakin tinggi tingkat pencemaran yang ditimbulkan. E. Dampak Pencemaran Dampak pencemaran limbah terhadap lingkungan harus dilihat dari jenis parameter pencemar dan konsentrasinya dalam air limbah. 597
  • 61. Dari satu sisi suatu limbah mempunyai parameter tunggal dengan konsentrasi yang relatif tinggi, misalnya Fe. Di sisi lain ada limbah dengan 10 parameter tapi dengan konsentrasi yang juga melewati ambang batas. Persoalannya bukan yang mana lebih baik daripada yang terburuk, melainkan yang manakah seharusnya lebih mendapat prioritas. 1. Pencemaran Limbah Cair Parameter fisika, kimia dan biologis diukur melalui komponen bahan yang terdapat dalam air limbah. Tabel berikut menunjukkan jenis parameter umum yang diukur dari berbagai kepentingan dengan kegiatan pengendalian lingkungan.  Parameter Fisika Yang dimaksud dengan parameter fisika adalah berbagai sifat air yang dapat ditetapkan dengan cara pengukuran secara fisis seperti kekeruhan, salinitas, daya hantar listrik, bau, suhu, lumpur dan lain-lain. Kekeruhan air menunjukkan bahwa dalam air banyak partikel yang larut, terendap, melayang dan terapung yang terdiri dari berbagai persenyawaan. Partikel ini berupa peruraian dari zat organik, jasad renik, lumpur dan tanah fiat. Adanya partikel tersebut membatasi cahaya sinar matahari masuk dalam air sehingga menghalangi reaksi foto sintesa. Di antara partikel ini ada yang bersifat membawa kesuburan bagi tanaman air tertentu. Berbeda halnya dengan kadar salinitas yang menunjukkan kadar garam dalam air. Semakin tinggi kadar garam air semakin asin dan penggunaannya pun terbatas. Tingkat konduktifitas air diukur dengan daya air untuk mengantarkan arus listrik. Tingginya konduktifitas air menyatakan bahwa terdapat ion yang cukup baik menghantarkan listrik terutama ion logam. Padatan yang terdapat dalam air limbah yaitu bahan yang tersisa apabila limbah disaring atau divapkan. Padatan ini terdiri padatan terlarut, mengendap dan tercampur. Jenis parameter pencemar secara fisis dalam kapasitas tertentu mengakibatkan perubahan badan penerima. Adanya perubahan itu maka fungsi penggunaan air tidak sesuai lagi 598
  • 62. dengan peruntukannya. Keruh, berbau, berwarna, rasa asin dari lain-lain adalah indikasi yang menyatakan perubahan kualitas badan penerima. Apabila kondisi pencemaran ini tidak mengalami perubahan, berarti daya dukung lingkungan tidak mampu menetralisasi parameter pencemar tersebut.  Parameter Kimia Sebagian besar senyawa kimia dalam air termasuk dalam kategori kimia organik maupun anorganik. Parameter kimia paling dominan dalam mengukur kondisi badan air akibat buangan industri. Barangkali parameter ini yang paling hanya menciptakan kecemaran dan bahaya terhadap lingkungan. Oksigen mempunyai peranan penting dalam air. Kekurangan oksigen dalam air mengakibatkan tumbuhnya mikroorganisme dan bakteri. Bakteri berfungsi untuk menguraikan zat organik dalam air. Dalam air terjadi reaksi oksigen dengan zat organik oleh adanya bakteri aerohik. Atas dasar reaksi ini dapat diperkirakan bahan pencemar oleh zat organik.  Keasaman Air Nilai keasaman air (pH) ditentukan oleh banyaknya ion hidrogen yang terlarut dalam air. Keasaman mempunyai nilai antara 1-14. Kondisi air normal, bila tingkat keasaman berkisar antara 6,5 s/d 8,5. Air yang mempunyai tingkat keasaman tinggi mengakibatkan kehidupan makhluk dalam air menjadi terancam. Yang membuat air menjadi asam adalah buangan yang mengandung asam, seperti asam sulfat dan klorida. Keasaman air yang rendah membuat air sukar berbuih, karena mengandung zat seperti kalium, natrium. Keasaman tinggi maupun rendah membuat air menjadi steril yang mengakibatkan tidak dapat dipergunakan.  Logam Berat Yang termasuk logam berat adalah besi, air raksa (merkuri), cadmium, chromium, nikel, plumbum dan lain-lain. Sebagian besar logam ini ditemukan dalam buangan berbentuk anorganik. Kandungan logam dalam buangan dan badan penerima mengurangi penggunaan air. Logam termasuk bahan beracun. 599
  • 63. Tabel 6.7. Jenis parameter pencemar yang diukur dalam air limbah No Parameter Satuan Keterangan I Yang termasuk parameter pencemaran fisika : 1. Warna Pt Co 2. Kekeruhan mg/1 3. Salinitas 0/00 4. Konduktifitas M ohms 5. Padatan total mg/1 6. Suspensi solid mg/1 7. Padatan terlarut 8. Bau - 9. Temperatur oC II Yang termasuk parameter kimia anorganik 1. Konsentrasi ion hidrogen - 2. Zat-zat organik mg/1 3. COD -“- 4. BOD 5. Kesadahan -“- 6. Kalsium 7. Magnesium -“- 8. P. alkalinitas 9. M. alkalinitas -“- 10. CO2 11. Garam-garam karbonat 12. Nitrit -“- 13. Nitrat ^_ 14. Chlorida 15. Sianida 16. Silika -“- 17. Phosphat 18. Amoniak 19. Besi -“- 20. Timbal 21. Natrium 22. Kalium -“- 23. Tembaga 600
  • 64. No Parameter Satuan Keterangan 24. Seng mg/1 25. Arsen 26. Mangan -“- 27. Chrom 28. Air raksa 29. Nikel 30. Fluorida Organik : 1. Minyak dan lemak mg/1 2. Pestisida -“- 3. Hidrokarbon 4. Chloroforen 5. Protein mg/1 6. Fenol III Yang termasuk parameter biologis 1. Bakteri dan jenis-jenisnya Banyak per 100 ml 2. Organisme phatogen. Banyak per 100 ml IV Radioaktif 1. Radium 226 Pci / l 2. Strontium 90 Pci / l Dalam konsentrasi tertentu bila termakan manusia membahayakan kesehatan bahkan mengancam kehidupan. Plumbum dapat menyebabkan mabuk dan merupakan racun yang berakumulasi. Nikel dan chrom bersifat racun dan dapat menyebabkan kanker walaupun dalam jumlah kecil. Adanya logam tersebut mengakibatkan terganggunya kehidupan dalam air, penggunaan air sebagai air minum, air untuk pertanian, air untuk perikanan. Plumbum sangatberacun. Dalam air minum hanya diizinkan 50 mg/liter. Plumbum dapat diendapkan dengan CaOH atau NaOH dalam bentuk Pb (OH) 2; dengan NaCO3 dalam bentuk PbCO3. Merkuri sangat beracun dan dalam air minum hanya diizinkan 2 mg/liter. Untuk menghilangkan merkuri dalam air 601
  • 65. dilakukan penyesuaian pH : 5 – 6, dengan asam sulfur dan kemudian ditam bahkan sodium sulfida. Diperoleh sulfida yang tidak larut yang selanjutnya dapat difiltrasi. Minyak dan lemak dalam gugusan ester akan terdekomposisi menjadi unsur karbon, hidrogen dan oksigen pada suhu tinggi melalui reaksi bahan kimia lain. Sebagian dari minyak dan lemak mengapung dan menutup permukaan air sedangkan sebagian lagi mengendap berbentuk lumpur. Penghilangan minyak dan lemak dalam limbah cair dibahas pada bab selanjutnya. Fenol menjadi racun bagi ikan pada konsentrasi 2 mg/liter, berbau dan terasa pada air minum pada konsentrasi 0,005 mg/liter. Pada umumnya konsentrasi fenol ditetapkan 0,1 mg/liter untuk Best Practical Control Technology Currently Available pada tahun 1977 dan 0,02 mg/liter untuk Best Available Control Technology Economically Achievable. Untuk mengurangi konsentrasi fenol dalam air buangan ada beberapa metode perlakuannya antara lain incineration, absorbtion, chemical oxidation, biological, daur ulang dan lain-lain. Proses daur ulang bila effluent ada sekitar 200 liter/menit dengan konsentrasi 2000 mg/liter. Ekstraksi menggunakan packed column influent 3000 mg/liter, efisiensi mencapai 93%. 2. Pencemaran Limbah Padat Pencemaran lingkungan yang ditimbulkan limbah padat kemungkinan adalah timbulnya gas beracun, di antaranya asam sulfida, amoniak methan, CO2, CO. Limbah dari berbagai macam bentuk dan jenis bertumpuk pada satu tempat mengakibatkan terjadinya pembusukan dengan bantuan mikroorganisme. Adanya musim hujan dan kemarau ganti-berganti, proses pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancur dalam suasana aerob maupun anerob menimbulkan gas.  Penurunan Kualitas Udara Pengaruh terhadap kualitas udara akibat timbulnya gas hasil reaksi kimia dalam timbunan limbah. Gas seperti H S, NH 3, 2 methane akan terkonsentrasi di udara dengan nilai tartentu. Dalam konsentrasi 50 ppm H S membuat mabuk dan pusing. 2 602
  • 66. Konsentrasi H2S yang diizinkan 30 mg per meter kubik udara. Karbon monoksida (CO) berasal dari sisa pembakaran yang tidak sempurna. Nilai ambang batas CO 100 ppm = 110 mg per meterkubik udara. Amoniak yang berupa gas pada suhu dan tekanan normal mempunyai nilai ambang batas 35 mg per meter kubik udara. Serat asbestos, hidrokarbon, fenol, natrium sulfida, oksida logam dari pembakaran, seng, oksida, SO2 yang berasal dari bahan padat merupakan racun bagi manusia.  Penurunan Kualitas Air Buangan jenis padat berupa lumpur, buburan dengan tidak disadari dibuang bersama air limbah. Demikian juga bentuk padatan lain yang tidak ekonomis dibuang langsung ke perairan. Padatan tersebut dalam air dipecah dan berurai menjadi bahan pencemar lain seperti padatan larut, padatan mengendap dan zat organik lain. Kekeruhan air, warna dan rasa air berubah. Air menjadi beracun akibat limbah padat tersebut.  Kerusakan Permukaan Tanah Timbunan sampah menghasilkan gas nitrogen, hidrogen, amoniak dan asam sulfida. Adanya zat merkuri, chrom dan arsen menimbulkan gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun dalam areal permukaan tanah, menjadi racun. 3. Pencemaran Limbah Gas Gas tertentu yang lepas ke udara dalam konsentrasi tertentu akan membunuh manusia. Konsen trasi fluorida yang diperkenankan dalam udara 2,5 mg/meter kubik. Fluorida dan persenyawaannya adalah racun dan mengganggu metabolisme kalsium dan enzim. Sedangkan hidrogen fluorida sangat initatif terhadap jaringan kulit, merusak paru-paru dan menimbulkan penyakit pneumonia. Asam sulfida, garam sulfida dan karbon disulfida adalah persenyawaan yang mengandung sulfur. Persenyawaan sulfida 603
  • 67. dapat terurai dan lepas ke udara menyebabkan kerusakan pada sel susunan saraf. Dalam kadar rendah tidak berbau dan bila kadar bertambah menyebabkan bau yang tidak enak gejalanya cepat menghebat menimbulkan pusing, batuk dan mabuk. Uap, yaitu bentuk gas dari zat tertentu tidak kelihatan dan dalam ruangan berdifusi mengisi seluruh ruang. Yang harus diketahui adalah jenis uap yang terdapat dalam ruangan karena untuk setiap zat berbeda.daya reaksinya. Zat-zat yang mudah menguap adalah amoniak, chlor, nitrit, nitrat dan lain-lain. Debu yaitu partikel zat padat yang timbul pada proses industri sepeti pengolahan, penghancuran dan peledakan, baik berasal dari bahan organik maupun dad anorganik. Debu, karena ringan, akan melayang di udara dan turun karena gaya tarik bumi. Debu yang membahayakan adalah debu kapas, debu asbes, debu silicosis, debu stannosis pada pabrik timah putih, debu siderosis, debu yang mengandung Fe2O3. Penimbunan debu dalam paru-paru akibat lingkungan mengandung debu yaitu pada manusia yang ada di sekitarnya bekerja atau bertempat tinggal. Kerusakan kesehatan akibat debu tergantung pada lamanya kontak, konsentrasi debu dalam udara, jenis debu itu sendiri dan lain-lain. Asap adalah partikel dari zat karbon yang keluar dari cerobong asap industri karena pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon. Asap bercampur dengan kabut/uap air pada malam hari akan turun ke bumi bergantungan pada daun-daunan ataupun berada di atas atap rumah. Bahan yang bersifat partikel menurut sifatnya akan menimbulkan:  Ransangan saluran pernafasan  Kematian karena bersifat racun  Alergi  Fibrosis  Penyakit demam Bahan yang bersifat gas dan uap menurut sifat-sifatnya akar berakibat: 1. Merangsang penciuman seperti: HC1, H2S, NH3 604
  • 68. 2. Merusak alat-alat dalam tubuh, misalnya CaCI 3. Merusak susunan saraf: uap plumbum, fluorida 4. Merusak susunan darah: benzena Untuk menghindari dampak yang diakibatk'an limbah melalui udara selain menghilangkan sumbernya juga dilakukan pengendalian dengan penetapan nilai ambang batas. Nilai ambang batas adalah kadar tertinggi suatu zat dalam udara yang diperkenankan, sehingga manusia dan makhluk lainnya tidak mengdlami gangguan penyakit atau menderita karena zat tersebut. Di samping itu masih ada rumusan lain yang diberikan khusus bagi para pekerja dalam lingkungan itu. Karena waktu kerja manusia pada umumnya 8 jam sehari, 40 jam seminggu, maka nilai ambang batas bagi mereka berbeda dengan nilai ambang batas pada umumnya. Suatu zat yang sama akan berbeda pengetrapannya terhadap kedua obyek yang berbeda, misalnya antara manusia dan hewan, antara manusia dengan manusia sendiri dalam dua lingkungan yang berbeda. 7.5. Nilai Ambang Batas Daya racun suatu bahan tergantung pada kualitas dan kuantitas bahan tersebut. Dengan jumlah sedikit sudah membahayakan manusia ini tidak lain karena kualitasnya cukup memadai untuk membunuh. Oleh sebab itu pengetahuan akan sifat fisika dan kimia bahan beracun dan berbahaya sangat penting bagi karyawan yang bekerja dalam pabrik. Kegunaan bahan, akibatnya terhadap manusia dan lingkungan, tanaman dan hewan, walau sebagai pengetahuan umum sangat penting peranannya. Demikian juga sifat bahan terhadap pengaruh temperatur tinggi, terhadap air, terhadap benturan dan sebagainya perlu dipahami oleh para karyawan di pabrik. Nilai ambang batas pada mulanya ditujukan pada karyawan yang bekerja di perusahaan industri yaitu untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja selama mereka bekerja dalam pabrik. Sebagai karyawan yang bekerja untuk puluhan tahun harus terjamin kesehatannya akibat kondisi udara dan lingkungan kerjanya. Udara sekelilingnya haruslah memenuhi syarat kesehatan walaupun mengandung bahan tertentu. 605
  • 69. Agar udara memenuhi syarat kesehatan maka konsentrasi bahan dalam udara ditetapkan batasannya. Artinya konsentrasi bahan tersebut tidak mengakibatkan penyakit atau kelainan selama delapan jam bekerja sehari atau 40 jam seminggu. Ini menunjukkan bahwa di tempat kerja tidak mungkin bebas polusi udara. Nilai ambangbatas adalah alternatif bahwa walau apapun yang terdapat dalam lingkungan kerjanya, manusia merasa aman. Dalam perkataan lain, nilai ambangbatas juga diidentikkan dengan kadar maksimum yang diperkenankan. Kedua pengertian ini mempunyai tujuan sama. Daya tahan manusia atau reaksi fisiologi manusia berbeda terhadap bahan tertentu seperti misalnya reaksi suatu bangsa terhadap penyakit tertentu. Di samping itu efek cuaca dan dan musim turut mempengaruhi konsentrasi sehingga antara satu periode perlu mendapat perubahan. Untuk keadaan lain nilai ambang batas ini diambil secara rata-rata. Pada umumnya satuan yang dipakai untuk nilai ambang batas adalah mg/m 3 yaitu bagian dalam sejuta yang disingkat dengan bds atau ppm (part per million). Satuan mg/m 3 biasanya dikonversikan kepada satuan mg/liter melalui: mg / liter 273  t o C 760 ppm  X 22,400 X X M 273 P ppm = part per million (bagian dalam sejuta) M = berat molekul p = tekanan dalam mm. Hg. t = suhu dalam derajat Celcius mg/1 = satuan untuk ppm Antara satu senyawa dengan senyawa lain berbeda nilai ambang batasnya dan antara senyawa itu sendiri juga berbeda untuk waktu yang berbeda pula. Tabel kualitas udara standar untuk gas dan debu di Amerika sebagai ppm. 606
  • 70. Tabel 7.8. Konsentrasi zat tertentu yang diizinkan dalam lingkungan kerja Waktu Senyawa Wilayah 24 jam 1 jam P jam Carbon monoksida - 120 ppm 30 ppm Kalifornia. - 60 15 New York Iluurida sebagai HP 0,001 - - New York Rural 0,002 - - New York - Urban 0,004 - - New York - Industrial Ilidrogen sulfida - - 0,05 Kalifornia (30 menit) Nitrogen dioksida - 0,25 - Kalifornia Sulfur dioksida 0,08 0,21 - Rural 0,15 0,32 - Industrial Plurnbum (debu) - - 0,005 Montana (30 hari) Sulfat sebagai H 2SO4 - - 0,01 (suspended) (30 hari) Particulate - - 0,12 Kolorado (3 bulan) Matter Tabel 7.9. Beberapa zat pencemar dan jenis gangguan yang ditimbulkan Bahan Jenis gangguan No. Sumber pencemar yang ditimbulkan 1 2 3 4 1. Aldehid - Pemanasan lemak, - gangguan pada rongga minyak dan gliserol saluran pernapasan 2. Amoniak - proses kimia dari - radang saluran pernafasan pembuatan celup, eksplosif dan pupuk 3. Arsen - pengolahan metal - merusak sel darah, ginjal dan atau asam yang menyebabkan penyakit kuning Mengandung arsen, pematrian 4. Hidrogen - fumigasi: perapian tungku, - mengganggu sel saraf, industri kimia menyebabkan kekeningan dan metal pialing kerongkongan, penglihatan kabur dan sakit perut 5. Chlorine - Pengelantangan tekstil - mengganggu sistern dan pencucian fluor, serta pernafasan dan selaput mato proses kimia serta menyebabkan kerusakan paru-paru 607
  • 71. Bahan Jenis gangguan No. Sumber pencemar yang ditimbulkan 6. Natrium - Sisa pembakaran - gangguan aktivitas "cilia” kendaraan bermotor, soft- sehingga debu langsung coal masuk paru-paru 7. Phosgenes - industri kimia dan celup - batuk-batuk dan kadang- kadang gatal pada paru-paru 8. Suspendid - pembakaran sampah - paru-paru bengkak, gangguan partikel (abu, atauindustri pada mata dan mungkin asap) kanker 9. Karbon - pembakaran tak - kapasitas angkut O2 darah monoksida sempurna bahan yang menurun gangguan janin mengandung carbon dalam kandungan - proses industri/pabrik - gangguan pada pembuluh asap rokok darah jantung, fungsi panca - Kebakaran hutan indera berkurang 10. Oksida foto - pembusukan bahan - kemampuan belajar/berpikir kimiawi (kabut- organik berkurang asap, smog) - polusi bersifat oksidasi (di - sakit pernafasan perkotaan) - penyakit nadi jantung - akibat kombinasi uap HC - gangguan pada math yang bersenyawa dengan - mengurangi fungsi ozon NO dan kena sinar menahan sinar infra me rah matahari, menghasilkan matahari sehingga menaikkan ozon dan lain-lain kematian - knalpot mobil & kombinasi dengan zat lain 11. Sulfat - reaksi atmosfer SO, - penyakit pernafasan (asthma, - mobil dengan alat untuk bronchitis kronis) mengurangi HC dan CO (mobil baru dengan catalytic converters) 12. Timah hitam - Pabrik baterai/aki - gangguan jiwa/perilaku (Plumbum, Pb) - asap mobil - kekurangan darah - radiator mobil - muntah, kejang-kejang - timah hitam di udara - gangguan fungsi ginjal - dari pabrik pengecoran - gangguan sistem syaraf metal bukan besi - gangguan otak - kelihatan lekas tua - berat badan berkurang - kelainan jenis dalam kandungan 13. Oksida bale- - hasil pembakaran (batu - gangguan sensofik dan rang - bara, minyak bahan cellu- pernafasan serta gangguan 608
  • 72. Bahan Jenis gangguan No. Sumber pencemar yang ditimbulkan - losa), proses industri kesehatan lainnya - kerusakan pabrik dan korosi 14. Benda bentuk - kebakaran hutan - asthma dan pernafasan butiran - gunung meletus terganggu - PLTB - batuk bertambah - proses dalam pabrik dan - menambah kematian lain-lain. 15. Sulfur diok- - pengecoran biji logam - gangguan pernafasan sida (SO2) yang mengandung - asthma, bronchitis belerang - kronis, emfisema paru - pembakaran bahan bakar - mata terganggu (berair) fosil yang mengandung - menambah kematian belerang 16. Nitrogen oksi- - pembakaran dalam mesin - penyakit paru (emfisema) da NO. - pembakaran strasioner - penyakit pembuluh darah - pabrik bahan peledak jantung - radang ginjal kronis 17. Fluorida - pemanasan dengan suhu - merusak tanaman jeruk dan hidrogen tinggi danbijih2, tanah liat hasil pertanian lain; kerusakan dan flux yang pada gigi dan tulang ternak mengandung fluorine yang makanannya mendapat berasal dari pabrik kontaminasi (pencemaran) itu keramik, pabrik reduksi aluminium , pabrik suprafosfat 18. Nikel (Ni) - industri stainless - dermavitis (perusak kulit) - industri baja, anode plat - nikel karbonal menyebabkan - listrik kanker paru dan hidung - pembakaran minyak bumi, - pusing, sakit dada dan batu bara muntah-muntah - racun dalam makanan (gandum) dan minuman (air buah) 19. Vinilchlorida - pabrik PVC (palyvinil - bisa menggugurkan (VC) chlorida) kandungan - plastik pembungkus - janin abnormal makanan - kanker hati - kaleng aerosol - kosmetika, parfum - wall paper - alat-alat dapur 609
  • 73. Bahan Jenis gangguan No. Sumber pencemar yang ditimbulkan 20. Policromi- - campuran termoplastik - reproduksi terganggu natphenyl - plastik pada mesin tik, - kerusakan fungsi hati mesin hitung, alat baca - gangguan fungsi syaraf mikro film, radio, alat TV, - teratogenic agent - termostat - leukemia - alami (batu, tanah, sinar - kanker tulang kosmos) - gangguan pada genetika - pengetesan senjata nuklir 21. Strontium -90 - pusat tenaga nuklir dan lain-lain - tambang uranium 22. Warangan - bahan pestisida - peradangan pada usus (arsenoas) - bahan herbisida - detak jantung tak teratur - industri cat, - kelemahan otot - galas dan keramik - kehilangan nafsu makan - pengawet kayu - susah buang air besar - pembakaran batu - Karcinogenik - bara - Peradangan hidung dan - pengecoran Pb selaput lendir 23. Asbes - tambang/pabrik ashes - asbestosis - bahan penolak kebakaran - karcinogenik, terutama - gedung/bangunan yang menyerang paru dan usus mengandung asbes 24. Barium (Ba) - dicampur dengan bahan - baritosis bakar di sel - gangguan jantung dan - barium sulfat tak beracun hipertensi - gangguan ginjal 25. Berilium - industri perunggu - berilosis - industri pembuatan lampu - peradangan seluruh sistern neon pernafasan - lemah badan - berat badan berkurang 26. Hidrokarbon Bahan racun jenis: - keracunan, dengan gejala berchlori - DDt pening, nafsu makan - DDT - Hexachlorida berkurang, fungsi hati - Hexachlorida - Dieldrin terganggu, hiperaktivitas - Dieldrin - Aldrin - bahan karcinogenik - Aldrin - Endrin - perubahan genetika - Endrin - Chioridan - Chlordan - dll. 27. Organofosfat Bahan racun jenis: - gejala keracunan: pening, - paratnion - malathion muntah, kram perut, kejang- - diazinon kejang, dan mati. Jika tak fatal, 610
  • 74. Bahan Jenis gangguan No. Sumber pencemar yang ditimbulkan - atrazin dapat mengganggu fungsi hati, - simazin gangguan syaraf, kelainan waktu lahir. 28. Carbamat - baygon - gejala keracunan pada - carbaryl dll. umumnya sama dengan organo fosfat. 29. Herbisida - pemusnah rumput - sebagai bahan karcinogenik (pemusnah - turunan urea daunan) 30. Fungisida - captan phatalimida - bahan karcinogenik - bahan teratogenik - bahan mutagenik (efek seperti thalidomid) 31. Cadmium - industri plat - melalui saluran dan - listrik pencernaan makanan - baterai nikel - lelah, gugup, mulut kering - cadmium - pancaindera terganggu - pewarna plastik - radang tenggorokan - pewarna cat - emphisema - pipa galvanisasi - cirhosis hepatitis - racun dalam makanan - air kencing keruh kaleng - hipertensi 32. Chlorine - pemrosesan chlotine - edema paru-paru (C.) dalam pabrik kertas - bronchitis 33. Chromium - industri stainless steel - kanker saluran pernaasan (CT) - penyamakan kulit - infeksi kulit (dermatitis) - industri film - pembakaran batu-bara dan sampah 34. Fluorida - pabrik pupuk fosfat - kekurangan fluor: - pembakaran batu bara caries gigi - pabrik logam, aluminium, - kelebihan fluor: baja, galas, ubin - akumulasi protein pada otot, tulang, resobsi tulang - kelahiran mongoloid 35. Air raksa - industri pemakai air raksa - keracunan metil Hg: kelainan syaraf - penggunaan pestisida air - kesulitan menelan, raksa " - buta, tuli, lumpuh - industri kertas - kelainan fungsi ginjal - ikan dengan keracunan air - cacat lahir raksa dimakan manusia - membawa kematian 611
  • 75. Bahan Jenis gangguan No. Sumber pencemar yang ditimbulkan 36. Oksidan- - reaksi fotokimia di - gangguan sensorik dan oksidan atmosfer oksida nitrogen, pernafasan serta kes ehatan gas organik, uap-uap dan lain radiasi rnatahari - pengurangan ketajaman penglihatan karena aerosol fotokimia 37. Monoksida - kendaraan yang memakai - penurunan dari daya tampung karbon bahan bakar minyak, darah untuk oksigen - pembakaran minyak, proses industri 38. Hidrokarbon - pembakaran minyak, - penurunan penglihatan, total berbentuk proses gangguan sensorik, gangguan gas - industri, penguapan kerusakan pabrik hidrokarbon 39. Oksida nitrogen - pembakaran m inyak, - penurunan penglihatan, proses industri gangguan sensorik, gangguan k&sehatan lain 40. Aldehid - pembakaran minyak, - gangguan sensorik, alipatik total, pembakaran limbah, pengurangan penglihatan, formaldehida reaksi fotokimia di gangguan kesehatan lainnya dan ecrolein atmosfer fluorine 41 Bahan-bahan - pembakaran mesin, - pengurangan penglihatan, partikel proses industri, proses pengotoran permukaan alami 42 Sulfida - coke, destilasi ter, - gangguan bau dan dapat penyulingan minyak dan menyebabkan kematian dalam gas alam, pembuatan dosis yang tinggi - viscoserayon dan proses kimia tertentu 7.5.1. Pengolahan Limbah Industri Bagi pengusaha yang belum sadar terhadap akibat buangan mencemarkan lingkungan, tidak punya program pengendalian dan pencegahan pencemaran. Oleh sebab itu bahan buangan yang keluar dari pabrik langsung dibuang ke alam bebas. Kalau limbah cair langsung mempergunakan sungai atau parit sebagai sarana pembuangan limbah. Kalau limbah padat memanfaatkan tanah kosong sebagai tempat pembuangan. Kalau limbah gas/asap cerobong dianggap sarana yang baik pembuangan limbah. 612
  • 76. Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa pencemaran yangberakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan atau paling tidak potensial menciptakan pencemaran. Suatu perkiraan harus dibuat lebih dahulu dengan jalan mengidentifikasi: sumber pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem pengolahan, banyaknya buangan dan jenisnya, kegunaan bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik. Dengan adanya perkiraan tersebut maka program pengendalian dan penanggulangan pencemaran perlu dibuat. Sebab limbah tersebut baik dalam jumlah besar atau sedikit dalam jangka panjang atau jangka pendek akan membuat perubahan terhadap lingkungan, maka diperlukan pengolahan agar limbah yang dihasilkan tidak sampai mengganggu struktur lingkungan. Namun demikian tidak selamanya harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan. Ada limbah yang langsung dapat dibuang tanpa pengolahan, ada limbah yang setelah diolah dimanfaatkan kembali. Dimaksudkan tanpa pengolahan adalah limbah yang begitu keluar dari pabrik langsung diambil dan dibuang. Ada beberapa jenis limbah yang perlu diolah dahulu sebab mengandung pollutant yang dapat mengganggu keles tarian lingkungan Limbah diolah dengan tujuan untuk mengambil barang-barang berbahaya di dalamnya dan atau mengurangi/ menghilangkan senyawa-senyawa kimia atau nonkimia yang berbahaya dan beracun. Mekanisme pengolahan limbah dapat dilihat pada bagan 7.22. 613
  • 77. Bahan baku Sumber Daya Lingkungan Industri Produk Limbah Beracun & Berbahaya Konsumen Pengolahan Daur ulang Pembuangan Limbah Produk Pengolahan Konsumen Limbah Pembuangan Memenuhi Syarat Gambar 7.22. Mekanisme Pengolahan Limbah 614
  • 78. Pengolahan limbah berkaitan dengan sistem pabrik. Ada pabrik yang telah mempergunakan peralatan dengan kadar buangan rendah sehingga buangan yang dihasilkannya tidak lagi perlu mengalami pengolahan. Bagi pabrik seperti ini memang telah dirancang dari awal pembangunan. Buangan dari pabrik berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini menyangkut pula dengan perbedaan bahan baku, perbedaan proses. Suatu pabrik sama-sama mengeluarkan limbah air namun terdapat senyawa kimia yang berbeda pula. Karena banyaknya variasi pencemar antara satu pabrik dengan pabrik lain maka banyak pula sistem pengolahan. Demikian banyak macam parameter pencemar dalam suatu buangan, akibatnya membutuhkan berbagai tingkatan proses pula. Limbah memerlukan penanganan awal. Kemudian pengolahan berikutnya. Pengolahan pendahuluan akan turut menentukan pengolahan kedua, ketiga dan seterusnya. Kekeliruan penetapan pengolahan pendahuluan akan turut mempengaruhi pengolahan berikutnya. Di dalam penetapan pilihan metode keadaan limbah sudah seharusnya diketahui sebelumnya. Parameter limbah yang mempunyai peluang untuk mencemarkan lingkungan harus ditetapkan. Misalnya terdapat senyawa fenol dalam air sebesar 2 mg/liter, phosphat 30 mg/liter dan seterusnya. Dengan mengetahui jenis-jenis parameter di dalam limbah maka dapat ditetapkan metode pengolahan dan pilihan jenis peralatan. Sekali sudah ditetapkan inetode dan jenis peralatan maka langkah berikutnya adalah sampai tingkat mana diinginkan menghilangkan/ pengurangan senyawa pencemarnya. Berapa persenkah kita inginkan pengurangan dan sampai di mana efisiensi peralatan harus dicapai pada tingkat maksimum. Penetapan efisiensi peralatan, dan standar buangan yang diinginkan akan mempengaruhi ketelitian alat, volume air limbah, sistem pemipaan, pemasangan pipa, pilihan bahan kimia dan lain-lain. Dalam mendesain peralatan, variabel tadi harus dapat dihitung secara tepat. Belum ada suatu jaminan hahwa satu unit peralatan dapat mengendalikan limbah sesuai dengan yang dikehendaki. Sebab di dalam satu unit peralatan terdiri dari berbagai macam kegiatan mulai dari kegiatan pendahuluan sampai kegiatan akhir. 615
  • 79. Walaupun terdiri dari berbagai kegiatan namun tidak semua jeniskegiatan dipraktekkan, mungkin dengan kombinasi dari beberapa kegiatan saja limbah sudah bebas polusi. Adapun jenis kegiatan dalam pengolahan air limbah dapat diuraikan dalam tabel 7.10. Tabel 7.10 Jenis kegiatan dan tujuannya No. Jenis kegiatan Peralatan Tujuan pengolahan 1. Penyaringan Barscreen Untuk menyaring bahan dan Macks kasar kasar dan padat 2. Menangkap pasir Grit chamber Menghilangkan pasir dan }coral 3. Menangkap lemak Skimmer & Memisahkan bahan- dan buih Greasetrap bahan terapung 4. Perataan air Tangki ekualisasi Meratakan konsentrasi 5. Nctralisasi Bahan kimia Menetralkan air 6. Pengendapan Tangki pengendap Mengendapkan lumpur dengan bahan kimia 7. Pengapungan. Tangki Pengapung Menghilangkan senyawa terlarut dengan bantuan udara 8. Lumpur aktif Bak (kolam) Menghilangkan larutan organik biologis 9. Trickling filter Saringan Menghilangkan larutan organik biologis 10. Acrasi Tangki dan Scompresor Menghilangkan larutan organik 11. Karbon aktif Saringan dengan Menghilangkan senyawa karbon aktif organik yang tidak dapat berurai 12. Pengendapan ki- Tangki pengendap dan Mengendapkan bahan min bahan kimia kimia 13. Nitrifikasi Menara Menghilangkan nitrat dan nitrit 14. Chlorinasi Bahan kimia Menghancurkan bakteri pathogen Pengolahan limbah sexing harus menggunakan kombinasi dari berbagai metode, terutama limbah berat yang banyak mengandung jenis parameter/Jarang perusahaan mempergunakan satu proses dan hasilnya baik. Pilihan peralatan berkaitap dengan biaya, pemeliharaan, tenaga ahli dan kualitas lingkungan. Untuk beberapa jenis pencemar telah ditetapkan 616
  • 80. metode treatment-nya. Pilihan ini didasarkan atas beberapa referensi dan pengalaman yang telah dicoba berulang kali sampai diperoleh hasil maksimum . Di bawah ini disajikan jenis pencemar dengan metodenya. Tabel 7.11. Beberapa parameter pencemar dan pilihan peralatan pengolahan No. Parameter pencemar Pilihan metode peralatan 1. Suspensi solid Sedimentasi, clarification, floatation, coagulation, flocculation, filtration, microscreening. 2. Minyak dan lemak Crauityseparation, skimming dissolved air flotation, autsorbtion filtration. 3. Bahan-bahan anorganik Aeration & sedimentation, coagulation & sedimentation, ion exchange, softening dan filtration. 4. Cuper (tembaga) Coagulation & precipitation, ion exchange. 5. Chromium Reduction dan precipitation, ion exchange, electro chemical. 6. Phosphor Chemical precipitation, ion exchange, chemical precipitation. 7. Seng Chemical precipitation, ion exchange, chcmi cal preciplalion. 8. Total dissolved solid Reverse osmosis, ion exchange, evaporation, electrodalysis distalation. 9. Sludge Flotation, thickening, evaporation coagulation & flocculation, centrifugation, land fill, anaerobic, incineration, kolam atabilisasi. 10. Keasaman dan Kebasan Netralisasi Air limbah mungkin terdiri dari satu atau lebih parameter pencemar melampaui nilai yang ditetapkan. Kemungkinan di dalamnya terdapat minyak dan lemak, bahan anorganik seperti besi, aluminium, nikel, plumbum, barium, fenol dan lain-lain sehingga perlu kombinasi dari beberapa alat. Untuk menurunkan BOD dan COD dapat dilakukan dengan metode aerasi dan ternyata metode ini juga cukup baik untuk melakukan pengeridapan suspensi solid. Ada beberapa proses yang dilalui air limbah agar limbah ini benar- benar bebas dari unsur pencemaran. Tingkatan proses dimaksudkan 617
  • 81. adalah sesuai dengan tingkatan berat ringannya. Pada mulanya air limbah harut dibebaskan dari benda terapung atau padatan melayang. Untuk itu diperlukan treatment pendahuluan. Pengolahan selanjutnya adalah mengendapkan partikel-partikel halus kemudian lagi menetralisasinya. Demikian tingkatan ini dilaksanakan sampai seluruh parameter pencemar dalam air buangan dapat dihilangkan. 7.5.2. Pengolahan Limbah Cair Pada bab ini akan dibahas aspek perencanaan dan perhitungan dari beberapa teknologi pengolahan limbah secara sederhana yang ditujukan bagi para praktisi yang ingin mengetahui lebih mendalam masalah teknologi pengolahan limbah, rumus-rumus yang dipakai dalam buku ini telah disederhanakan dan banyak menggunakan pengalaman emoiric dari para ahli yang telah menggeluti dan banyak melakukan percobaan dari teknologi tersebut. USAHA/ PROSES PRODUK INDUSTRI LIMBAH PERATURAN PER-UU-AN, PENGELOLAAN PERSY, IZIN PERUSH. LINGK. AMAN MASY. (TERCIPTANYA AMAN IKLIM SEJUK Gambar 7.23 . Pinsip dasar usaha kegiatan yang berwawasan lingkungan Dalam perencanaan terdapat berbagai ragam istilah yang lazim digunakan dalam menentukan ukuran/dimensi atau tingkat beban dari limbah yang akan ciproses. Pengertian dasar dari berbagai ragam 618
  • 82. istilah tsb adalah sbb: a) Hydraulic Load : Artinya adalah jumlah volume limbah yang perlu diolah dalam sehari, biasanya dalam bentuk m3/hari. Misalnya hydraulic load limbah dari suatu asrama adalah 40 m3/hari, maka artinya volume limbah yang dihasilkan dari penghuni dan kegiatan asrama tersebut setiap harinya adalah 40 m3. b) Flow time : Artinya berapa lama seluruh volume limbah tersebut mengalir karena pada kenyataannya aktivitas manusia yang menghasilkan limbah tidak konstant sehari penuh. Mis alnya flow time dari asrama tersebut diatas adalah 14 jam. Artinya limbah mengalir hanya dalam periode 14 jam (mis dari jam 6.00 s/d jam 20.00) dan seterusnya selama 10 jam aliran berhenti. c) Flow rate : Artinya adalah volume aliran limbah per jam. Misalnya untuk kasus diatas maka Peak flow adalah 40 m3/14 jam = 2.86 m3/jam. d) Peak Flow : Aca waktu waktu tertentu dimana aliran limbah lebih banyak dibanding waktu lainnya, misalnya kegiatan pada pagi hari dimana seluruh penghuni asrama pada mandi, cuci pakaian, dlsb. Tetapi sebaliknya juga ada waktu tertentu dimana aliran limbah hanya sedikit, sehingga biasanya untuk basis perhitungan diambil secara rata rata (Flow Rate) e) Organic Load : Istilah yang mencerminkan jumlah beban organik yang ada didalam limbah yang akan diolah dan ini ditunjukkan oleh kandungan BOD dan COD. Ada beberapa satuan yang lazim dipakai ialah mg/Itr, kg/m3, kg,'hari, dlsb. Lepas dari apa satuan yang dipakai tetapi pada intinya sama saja. Misalnya limbah asrama tersabut diatas mempunyai BOD = 300 mg/Itr dan COD = 400 619
  • 83. mg/Itr. Maka bisa juga disebut bahwa : BOD load limbah asrama = 12 kg/hari COD load limbah asrama = 16 kg/hari f) Hydraulic Retention Time atau Detention time : Sering juga disingkat dengan istilah HRT yang artinya adalah berapa lama limbah akan menginap didalam sistem pengolahan. Lebih lama limbah menginap maka proses pengolahan lebih baik tetapi konstruksi menjadi besar. Sebaliknya bile terlampau cepat maka praktis hanya lewat saja hingga tidak terjadi proses pengolahan. g) Ratio SS/COD terendap : Sering juga disebut sebagai settleable SS/COD ratio. SS (suspended solid) adalah jumlah banan padat yang melayang dalam air (mg/Itr). Sebagian dapat diendapkan dan jumlah yang mudah terendapkan dibanding dengan kandungan COD, disebut sebagai ratio SS/COD terendap. Untuk limbah domestik ratio ini biasanya berkisar antara 0.35 s/d 0.45. h) Desludging interval : Artinya jangka waktu yang kita inginkan untuk menguras lumpur dalam sistem pengolahan limbah (misalnya sekali setahun, sekali tiap lima tahun, dlsb). Perlu diketahui bahwa sistem pengolahan limbah selalu menghasilkan lumpur. Banyak sedikitnya lumpur ini tergantung dari sistem/ teknologi yang dipakai. Lumpur tersebut secara periodik perlu dikuras dan bila kita inginkan interval yang lama (misalnya sekali dalam waktu lima tahun) maka konstruksi yang dibutuhkan menjadi besar. Sebaliknya bila intervalnya singkat (misalnya sekali tiap bulan) maka konstruksi bisa lebih kecil. Tetapi bila terlampau sering menguras jelas akan sangat merepotkan. i) Strength : Arti harafiahnya adalah kekuatan tetapi dalam urusan limbah artinya adalah tingkat pencemaran- nya (yang ditunjukkan dengan COD atau BOD). Jadi 620
  • 84. limbah dengan high strength artinya kadar BOD/COD nya tinggi. Sedangkan limbah low strength artinya kadar BOD/COD nya rendah. Sebelum melangkah pada pemilihan teknologi, kita harus mengetahui dan menentukan beberapa hal pokok seperti :  Asal / sumber limbah cair  Volume limbah yang akan diolah  Bahan pencemar yang terkandung dalam limbah  Kandungan apa saja yang akan dihilangkan  Effluentnya akan dibuang kemana  Regulasi yang berlaku  Aspirasi non teknis yang terkait dengan perencanaan dan pemilihan sistim. Semua data tersebut berkaitan erat untuk perencanaan dan pemilihan sistim pengolahan yang akan dipakai. Type of Aerobic Treatment Anaerobic Treatment Treatment Activated Sludge Septic Tank Modified Activated Imhoff Tank Sludge xtended, Anaerobic Lagoon Suspended Carousscl) Uplift Anaerobic Sludge Biomass • Aerated Lagoon Blanket (UASB) • Oxydation Ponds Anaerobic contact. Baffled Septic Tank Oxydation Ditch, Facultative Pond, Jokasso, SBR Attached Trickling Filter Anaerobic Filter Biomass Rotating Biological Contactor ( RBC) Contact Aeration A. PRETREATMENT a. Screen / Saringan Saringan biasanya dipasang pada awal pemasukan pada unit pengolahan limbah cair, gunanya untuk menyaring sampah padat yang terikut dalam aliran air limbah. Bentuk dan fungsinya sangat beragam tergantung dari padatan yang akan disaring. Type screen dibedakan dari 621
  • 85. cara pembersihannya, ada yang pembersihannya dengan manual dan ada yang secara mekanik dengan motor listrik. Gambar 7.24. Pengolahan Pretreatment Type screen yang umum dijumpai adalah : Grease Trap & Grit Chamber (Perangkap Lemak Dan Penangkap Padatan) Pemisahan grit pada instalasi pengolahan limbah cair adalah untuk menjaga/melindungi pompa dan peralatan mekanik lainnya dari kerusakan karena tergerus oleh padatan inorganik (grit) seperti pasir, kerikil, lumpur, pecahan kaca, logam, dlsb. Selain merusak peralatan mekanik, padatan inorganik yang tidak dapat diuraikan oleh bakteri/ microorganisme akan membentuk endapan yang akan membebani settling tank, unit aerasi dan digester, dimana pada unit tersebut memerlukan pengurasan berkala. Bangunan untuk memisahankan grit dari b ahan organik lainnya disebut sebagai Grit chamber, dimana sistim pemisahan grit nya adalah dengan mengatur kecepatan aliran/velocity nya atau dengan aerasi, teknik baru yang lebih efisien adalah dengan sistim hydrocyclone. Bahan padat yang dapat terurai (biodegreable) seperti kotoran manusia tidak boleh mengendap disini. Karena itu retention time pada grit chamber relatif singkat hanya berkisar antara 3 ski 5 622
  • 86. menit. Lemak pada limbah cair terdiri dari bermacam bentuk material antara lain lemak, malam/lilin, fatic-acid, sabun, mineral-oil dan material non-volatil lainnya. Lemak sebetulnya bisa diuraikan oleh bakteri/microorganisme, tetapi karena lemak ini mudah mengapung dan dipisahkan dari air limbah, maka dengan menangkap/menghilangkan lemak sebelum masuk pada unit pengolahan, akan mengurangi beban/load organik yang ada, sehingga berdampak pada desain dan besaran konstruksi. Bangunan penangkap lemak sering juga disebut sebaga; Grease Trap, Prinsip dari konstruksi ini adalah bahan yang ringan (minyak, lemak, dst) akan mengapung jika kondisi airnya tenang, sehingga biasanya konstruksi grease trap adalah bak dengan sekat sekat untuk menghilangkan turbulensi. Melihat dari kedua sifat yang ada tersebut yaitu bahan yang ringan (minyak, lemak, dlsb.) akan mengapung, sedangkan bahan yang berat (pasir, kerikil, pecahan kaca, logam, dlsb.) akan mengendap, maka akan lebih menghemat jika hisa menggabungkan konstruksi Grit Chamber dan Grease Trap dalam satu konstruksi. Untuk menghindari agar bahan yang biodegreable tidak mengendap disini dianjurkan agar dasar dari konstruksi ini dibuat tirus hingga kecepatan aliran pada bagian bawah lebih besar. Hal penting yang perlu dilakukan adalah pembersihan dari lemak dan bahan padat lainnya secara periodik, dengan kata lain sungguhpun konstruksi penangkap lemak. dan bahan padat telah dibuat, tetapi bila tidak dilakukan pembersihan secara periodik maka manfaatnya sama sekali tidak ada. Periode pembersihan ini sangat tergantung pada jumlah bahan padat dan lemak yang terikut. Tetapi rata rata sekali tiap minggu sampai maksimum sekali tiap bulan merupakan praktek yang lazim. Contoh sketsa konstruksi gabungan Grit chamber dan Grease trap dapat dilihat pada gambar berikut ini: 623
  • 87. Gambar 7.25 . Grit chamber Ukuran diatas hanya bersifat illustratif. Ukuran sebenarnya perlu dihitung dan disesuaikan dengan jumlah aliran limbah yang akan ditangani. Gambar 7.26 . Grit chamber dan Grease trap Contoh soal : Diketahui : Limbah dari asrama Perawat RS berjumlah 40 m3 per hari. Limbah tersebut dari WC penghuni asrama tersebut dan juga berbagai kegiatan yang dilakukan seperti dapur dan cusian Total produksi limbah per hari 40 m3, waktu produksi limbah rata rata 8 jam dalam satu hari Direncanakan untuk membangun suatu grease trap dan grit chamber sebelum limbah tersebut masuk ke unit pengoiahan. Berapa kira kira volume dari konstruksi tersebut ?? 624
  • 88. Perhitungan : Flow rate adalah = 40 m3 / 8 jam = 5 m3/jam = 500J liter / 60 menit = 83.33 liter / menit Retention time dalam konstruksi diambil 3 menit Maka volume konstruksi yang dibutuhkan = 83.33 It/menit x 3 menit = 250 liter atau 0.25 m3. Dimensi kita tentukan dulu lebarnya, misal dasar trapesium 20 cm an, lebar = 60 cm, dan panjang nya 2x lebar = 120 cm. Karena kemiringan 60° maka tinggi trapesium = 34,64 cm bulatkan jadi 35 cm. 0 .6  0 .2 Volume trapesium (A) = ( x 0 .35) x1.2  0.168 m 3 2 Volume chamber = Vol (A) + vol (B) Vol (B) = 0.25 m3 – 0.168 m3 (0.6 x 1.2 x T) = 0.082 m3 TB (tinggi B) = 0.114 m = 11.4 cm (+Freeboard ±20cm) = 30 cm Tinggi total (A) + (B) = 35 + 30 = 65 cm 625
  • 89. b. Equalisasi Equalisasi bukan m erupakan suatu proses pengoiahan tetapi merupakan suatu cara / teknik untuk meningkatkan efektivitas dari proses pengolahan selanjutnya. Keluaran dari bak equalisasi adalah adalah parameter operasional bagi unit pengolahan sellanjutnya seperti flow, level/derajat kandungan polutant, temperatur, padatan, dsb. Gambar 7.27. Bak equalisasi Kegunaan dari equalisasi adalah : - Membagi dan meratakan volume pasokan (influent) untuk masuk pada proses treatment. - Meratakan variabel & fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock loading pada sistem pengolahan biologi - Meratakan pH untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses netralisasi. - Meratakan kandungan padatan (SS, koloidal, dls b) untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses koagulasi dan flokulasi. 626
  • 90. Sehingga dilihat dari fungsinya tersebut, unit bak equalisasi sebaiknya dilengkapi dengan mixer, atau secara sederhana konstruksi/peletakan dari pipa inlet dan outlet diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek turbulensi!mixing. Idealnya pengeluaran (discharge) dari equalisasi dijaga konstan selama periode 24 jam, biasanya dengan cara pemompaan maupun cara cara lain yang memungkinkan. Menghitung volume bak equalisasi. Untuk menentukan kebutuhan volume bagi bak equalisasi, perlu diketahui dahulu flow patern dari discharge limbah yang ada, seperti kita ketahui sangatlah jarang dan langka discharge limbah yang konstan dari waktu ke waktu, karena jika discharge dan bebannya sudah konstar maka tidaklah perlu dibuat bak equalisasi. Untuk mendapatkan data flow patern perlu dilakukan pengukuran debit limbah secara periodik (misalnya setiap 30 menit atau setiap jam) dalam kurun waktu tertentu, tergantung pada proses yang ada ( 24 jam, 1 minggu, 1 bulan. dlsb.) artinya adalah : ada siklus proses yang selesai dalam 1 hari dan diulang ulang lagi proses tersebut pada hari berikutnya, untuk kasus tersebut pengukuran debit limbah cukup dilakukan selama 24 jam, tetapi ada kasus lain dimana siklus prosesing memakan waktu sampai beberapa hari, artinya proses hari ini berbeda dengan proses esok harinya dan berbeda juga pada hari lusanya dar, seterusnya, sehingga pada kasus ini perlu diamati terus minimal selama 1 siklus. Contoh soal. Dari pengukuran debit limbah yang dilakukan siswa SMK Kimia di pabrik kulit Mandala, didapat data seperti tertulis pada tabel dibawah ini, desainlah suatu bak equalisasi dimana limbah dari bak terseaut akan dialiran ke unit pengolahan biologi selanjutnya secara konstan (dipompa) dalam 24 jam. 627
  • 91. Jam Pengukuran m3 Akumulasi  pengukuran (Lt/menit) (m3) 08.00 50 3 37,72 09.00 40 2,4 5,4 10.00 62 3,75 9,12 11.00 310 18,6 2,72 12.00 270 16,2 43,92 13.00 140 8,4 52,32 14.00 90 5,4 57,72 15.00 110 6,6 64,32 16.00 80 4,8 69,12 17.00 150 9 78,12 18.00 230 3,8 91,92 19.00 305 18,3 110,22 20.00 30 22,8 133,02 21.00 200 12 145,02 22.00 80 4,8 149,82 23.00 60 3,6 153,42 24.00 70 4,2 157,62 01.00 55 3,3 160,92 02.00 40 2,4 163,32 03.00 70 4,2 167,52 04.00 75 4,5 172,02 05.00 45 2,7 174,72 06.00 55 3,3 178,02 07.00 35 2,1 180,12 180,12 Vol. limbah per hari = 180,12 m 3 Dibagi / dikeluarkan secara kontinyu dalam waktu 24 jam, Debit pengeluaran (pompa) = 180,12 : 24 = 7.5 m3/jam 628
  • 92. Flow patern Jam Volume bak equalisasi = V1 + V2 = 4 0 m 3 + 1 3 r 1 3 = 53 m3 untuk keamanan tambah 10 % 53 m3 x 1,1 = 58.3 m3 Bentuk bak bisa dibuat persegi, bulat maupun oval dengan konstruksi pasangan batu atau beton bertulang. Misal bak berbentuk persegi dengan Panjang =5m Lebar = 4,5 m Dalam = 2,6 m Maka, volume = 5 x 4,5 x 2,6 = 58,5 m3 (siip) Untuk kedalaman ditambah free-board 30 cm, sehingga total kedalaman konstruksi bak menjadi 2,9 m Gambar Sketsa dari perhitungan di atas dapat dilihat pada: 629
  • 93. c. Netralisasi Sebagian besar limbah cair dari industri mengandung bahan bahan yang bersifat asam (Acidic) ataupun Basa (alkaline) yang perlu dinetralkan sebelum dibuang kebadan air maupun sebelum lim bah masuk pada proses pengolahan, baik pengolahan secara biologic maupun secara kimiawi, proses netralisasi tersebut bisa dilakukan sebelum atau sesudah proses equalisasi. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan microorganisme pada pengolahan secara biologi, pH perlu dijaga pada kondisi antara pH 6,5 - 8,5, karena sebagian besar microb aktif atau hidup pada kondisi pH tersebut. Proses koagulasi dan flokulasi juga akan lebih efisien dan efektif jika dilakukan pada kondisi pH netral. Gambar 7.28 . Bak netralisasi 630
  • 94. Netralisasi adalah penambahan Basa (alkali) pada limbah yang bersifat asam (pH < 7), atau penambahan Asam (acid) pada limbah yang bersifat Basa (pH>7). Pemilihan bahan/reagen untuk proses netralisasi banyak ditentukan oleh harga/biaya dan praktis-nya, Bahan (reagen) yang biasa digunakan tersebut adalah : Asam : - Sulfuric acid ( H2SO 4 ) - Hydrochloric acid ( HCI ) - Carbon dioxide ( CCG2 ) - Sulfur dioxide - Nitric acid Basa : - Caustic soda (NaOH) Ammonia - Soda Ash (Na 2CO3) Limestone (CaCO3) d. Sedimentasi / Pengendapan Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam limbah cair oleh gaya gravitasi, pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan setelah proses Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi, sebaiknya dilakukan proses sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya. Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated sludge, OD, dlsb) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit pengolahan lumpur tersendiri. 631
  • 95. Gambar 7.29. Bak sedimentasi Sedimen dari limbah cair mengandung bahan bahan organik yang akan mengalam i proses dekomposisi, pada proses tersebut akan timbul formasi gas seperti carbon dioxida, methane, dlsb. Gas tersebut terperangkap dalam partikel lumpur dimana sevvaktu gas naik keatas akan mengangkat pule partikel lumpur tersebut, proses ini selain menim bulkan efek turbulensi juga akan merusak sedimen yang telah terbentuk. Pada Septic-tank, Imhoff-tank dan Baffle-reactor, konstruksinya didesain sedemikian rupa guna menghindari efek dari timbulnya gas supaya tidak mengaduk/ merusak partikel padatan yang sudah mapan (settle) didasar tangki, sedangkan pada UASB (Uplift Anaerobic Sludge Blanket) justru menggunakan efek dari proses tersebut untuk mengaduk aduk partikel lumpur supaya terjadi kondisi seimbang antara gaya berat dan gaya angkat pada partikel lumpur, sehingga partikel lumpur tersebut melayang-layang/mubal mubal. Setelah proses dekomposisi dan pelepasan gas, kondisi lumpur tersebut disebut sudah stabil dan akan menetap secara permanen 632
  • 96. pada dasar tangki, sehingga sering juga proses sedimentasi dalam waktu yang cukup lama disebut dengan proses Stabilisasi. Akumulasi lumpur (Volume) dalam periode waktu tertentu (desludging-interval) merupakan parameter penting dalam perencanaan pengolahan limbah dengan proses sedimentasi dan stabilisasi lumpur. Tangki Pengendapan / Settling Tank Settling tank disebut juga Clarifier ataupun sedimentation tank, desain dasar dari settling tank adalah untuk memisahan phase solid dan liquid dari limbah, bentuk sederhananya seperti hopper, bisa berbentuk persegi maupun berbentuk bulat dengan dasar dibuat mir ing (konus/tirus) guna memudahkan pengumpulan dan penyedotan lumpurnya. Secara umum bentuk konstruksi settling tank adalah : 1. Static settling tank. 1.a Tanpa sludge scrapers (serok lumpur), sludge suction (sedot lumpur) 1.b Dengan scapers atau dengan sludge suction. 633
  • 97. Gambar 7 .30. Static settling tank. 2. Plate and Tube Settlers Efisiensi pemisahan lumpur berkaitan langsung dengan kecepatan pengendapannya, dan tidak ada hubungannya dengan kedalaman tangki. Dari kenyataan ini bisa disimpulkan bahwa tangki sedimentasi harusnya dibuat sedangkal mungkin untuk menaikan efisiensi pemisahan. Dari hal tersebut dikembangkanlah pengendapan dengan bentuk plat yang disusun berlapis lapis dengan jarak tertentu, ataupun bent,ik pipa yang disusun bertumpuk tumpuk. Dengan sistim ini waktu pengendapan dapat direduksi secara drastis. 634
  • 98. Gambar 7.31. Plate and Tube Settlers Weir (celah luapan air) Umumnya weir berbentuk V dengan sudut 90°, dengan tinggi (dalam) 50 mm dan jarak center antara 150 mm – 300 mm Parameter utara dalam perhitungan sedimentasi adalah : 1. Detention time. Gunanya untuk memberikan waktu yang cukup bagi solid partikel untuk turun dan m engendap, secara empiris HRT diambil: > 3 jam 2. Surface Loading. Hubungan antara volume limbah yang masuk dalam 1 hari (m3) (yang berisi sejumlah partikel padatan yang akan diendapkan), berbading dengan luas permukaan tangki. Secara empiris Surface Loading diambil : < 10 m3/m2 .hari Dimensi tangki sedimentasi dipengaruhi berbagai faktor seperti besarnya instalasi, kondisi lapangan yang ada, perhitungan ekonomis, dlsb. Sebagai gambaran misal untuk flow rate yang kecil bisa dipakai settling tank sederhana (tanpa scrapers) sudut kemiringannya antara 45° 635
  • 99. – 60°, pada flow rate besar / konstruksi besar akan sulit membuat sudut kemiringan sebesar itu (konst. jadi dalam banget), sehingga dipakailah mechanical scrapers, pada kasus ini kemiringan hanya berkisar 1% (pada bentuk persegi panjang) dan 8% (pada bentuk silinder). Contoh soal . Diketahui : Volume limbah su,itu pabrLk = 50 per hari, sebeluni masuk pada unit pengolahan biclogis, padatan pada lmbah tersebut akan diendapkan teriebih dahulu pada tangki sedimentasi berbentuk bujur sangkar dengan dasar trapesium. Hitunglah dimensi tangki tersebut. Perhitungan : Kita ambil detention time > 3 jam, dan surface loadingnya < 10 m3/ m 2.hari. Surface area (A) = Vol. Limbah per hari : Surface loading = 50 m 3 /hari : 10m 3/m 2 . hari A = 5m 2 panjang sisi belah ketupat a = vA = v 5 = 2.23m dibulatkan => 2,2 m Volume tangki = Vol Limbah per jam x Detention time = (50 m 3/hari : 24 jam/hari) x 3 jam = 6.25 m 3 636
  • 100. Karena sudut kemiringan 45o, maka H2 = a / 2 = 1,1 m Volume efektif = A x H1 + ................. 6.25 = (A.H1) + { 7/24 (A.H2)} 6.25 = (5. H1)+7/24 (5 x 1,1) 4,64 = 5 H1 H1 = 0,93 m = 93 cm ; Freeboard = 20 cm Gambar : Weir Loading max = 30 m3 / m.hari Check weir loadng = Vol. Limbah masuk : pajang weir = 50 m3 / hari : (2.2 m – 0,3) x 4 = 6,7 m3 / m.hari < 30 (okee) B. Anaerobic Treatment 1. Septic Tank Septic tank adalah teknik pengolahan limbah yang amat lazim digunakan didunia untuk pengolahan limbah setempat dan skala kecil. Pada intinya proses yang terjadi pada septic tank adalah sedim entasi (pengendapan) dan dilanjutkan dengan stabilisasi dari bahan bahan yang diendapkan tersebut lewat proses anaerobic . Keuntungan dari septic tank adalah murah, konstruksinya scderhana dan dengan operasi yang baik umur teknis nya amat panjang. Tetapi kelemahan dari septic tank adalah treatment efficiency yang relutif rendah (15% - 40% BOD) dan effluent yang dihasilkan masih berbau karena mengandung bahan yang belum terdekomposisi sempurna. Konstruksi Septic tank terdiri dari minimum 2 ruang (chamber) dan bisa juga Iebih. Pada ruang pertama (treatment chamber 1) berkisar 70% (2/3) dari total volume desain, karena sebagian besar dari lumpur/sludge don scum akan terjadi di ruang ini, dan ruang kedua 30% (1/3) total volume untuk menangkap partikel padatan yang lobs dari ruang pertama. 637
  • 101. Gambar 7.32. Septic tank Pada ruang pertama ini limbah cair yang masuk akan menjadi 3 bagian ialah: Lumpur/sludge yang mengendap pada bagian bawah dan untuk seterusnya lumpur ini akan terurai lewat proses anaerobik. Supernatant, ialah cairan yang telah terkurangi unsur padatannya dan untuk seterusnya akan mengalir menuju ke chamber 2 Scum (buih atau langit-langit) yang merupakan bahan yang lebih ringan dari air seperti minyak, lemak, dan bahan ikutan lain. Scum ini bertambah lama bertambah tebal. Karena itu perlu dihilangkan secara periodik (biasanya sekali dalam 1 tahun). Scum ini sebenarnya tidak mengganggu reaksi yang terjadi selama proses pengolahan, tetapi bila terlampau tebal akan memakan tempat hingga kapasitas treatment akan berkurang. 638
  • 102. Sedangkan pada ruang kedua (dan berikutnya) yang terjadi adalah: Endapan lumpur/sludge, khususnya partikel yang tidak terendapkan pada ruang pertama. Supernatant yang seterusnya menjadi effluent untuk dibuang ke alam atau diresapkan kedalam tanah. Design kriteria dan Iangkah perencanaan untuk Septic tank. Untuk mempermudah pemahaman didalam merencanakan maka uraian design criteria dan langkah perencanaan diuraikan dalam bentuk contoh kasus. Kasus 1. Data: Jum lah limbah yang dihasilkan dari suatu asrama adalah 13 m3/hari Setelah dilakukan pengamatan ternyata limbah tersebut mengalir selama 12 jam, ialah dari jam 7.00 pagi sampai jam 19.00 malam. Limbah tersebut merupakan campuran dari limbah WC, kantin, dan kegiatan lain di asrama tersebut. Sample limbah telah di test di laboratoriw-n dan hasilnya adalah: BOD = 340 mg/Itr dan COD = 630 mg/Itr Hydraulic retention time (HRT) ditentukan sebesar 18 jam. Sedangkan pimpinan asrama menetapkan interval pengurasan (desludging interval) adalah sekali setiap tahun atau sekali setiap 12 bulan. Data lain yang sebenarnya harus diteliti adalah ratio SS/COD terendap (settleable SS/COD ratio). Ratio ini sangat diperigaruhi dari jenis limbah yang akan diolah. Untuk berbagai ragam limbah domestik telah dilakukan banyak uji coba empiris di negera berkembang dan ratio SS/COD terendap tersebut lazimnya herkisar antara 0.35 - 0.45. Karena itu gunakan saja pengalaman empiris tersebut. untuk kasus ini misalnya ditetapkan 0.42. Output yang diharapkan untuk anda kerjakan:  Berapa volume dan dimensi dari Septic tank yang diperlukan 639
  • 103. untuk menangani limbah dari asrama tersebut ?  Skets konstruksi dari septic tank tersebut ?  Perkiraan kwalitas dari effluent ? Perhitungan : Pengolahan limbah akan melibatkan proses fisika (misalnya pengendapan, settlement, pemisahan) dan juga proses biologis serta kimiawi yang amat komplex. Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi proses tersebut amat banyak dan tidak dapat dihitung secaia eksak seperti perhitungan aljabar. Karena itu dianjurkari untuk menggunakan kaidah dan pengalaman empiris yang telah dikembangkan oleh ahli ahli yang berkecimpung dalam masalah ini dengan tetap peka terhadap faktor faktor lain yang sifatnya site spesifik. Dari data diatas maka Flow rate = 13/12 = 1.08 m3/jam Seperti telah disinggung diatas proses utama yang terjadi dalam sistem septic tank adalah pengendapan (settling). Selama pengendapan ini terjadi pengurangan (removal) dari organic load. Dengan HRT 18 jam, dari grafik empiris diatas didapatkan faktor pengali kira kira 0.5. Maka COD removal rate dihitung = 0.42 (ratio SS/COD) dibagi angka 0.6 dan dikalikan faktor pengali tsb. (angka 0.6 adalah faktor yang didapat dari pengalaman) = (0.42/0.6) x 0.5 = 0.35 atau 35% Maka kadar COD dari effluent = (1-0.35) x 630 = 409.5 mg/lt Pengurangan BOD selama pengolahan limbah pada septic tank tidak linear dengan pengurangan COD. Untuk limbah domestik hubungan empiris dapat dilihat pada grafik ini 640
  • 104. Dari grafik terlihat bahwa COD removal 35% maka diperoleh faktor = 1.06. Maka pengurangan BOD (BOD removal) = 1.06 x COD removal = 1.06x35% = 37.1% Karena itu perkiraan kadar BOD effluent = (100% - 37.1%) x 330 = 207.5 mg/Itr Berikutnya adalah langkah untuk perhitungan volume dan dimensi septic tank. Yang harus diingat disini adalah volume yang dibutuhkan untuk menampung limbah selama hydraulic retention time yang kita inginkan dan juga volume yang dibutuhkan untuk menampung lumpur yang terjadi. Misalnya Limbah yang masuk mempunyai kadar BOD sebesar A sedangkan yang keluar BOD nya sudah berkurang menjadi B. Selisih (A- B) inilah yang yang diendapkan dalam septic tank dan menjadi lumpur/sludge. Pertanyaannya adalah setiap kg BOD tsb menjadi lumpur berapa liter ? Pertanyaan berikutnya adalah apakah lumpur tsb bila disimpan cukup lama tidak termampatkan hingga volumenya berkurang ? Lumpur bila disimpan dalam waktu yang cukup lama akan termampatkan dan berkurang volumenya dan percobaan empiris untuk limbah domestik menghasilkan grafik dibawah ini: 641
  • 105. Dari grafik diatas maka untuk desludging interval 12 bulan (sekali setahun) akan diperoleh faktor 83%. Sebagai patokan tanpa effek pemampatan karena penyimpanan, volume dar sludge yang terjadi dari 1 gram BOD adalah 0.005 liter. Istilahnya adalah Sludge Itr/gram DOD removal = 0.005 Tetapi dalam kasus ini akan terjadi pengurangan volume karena periode pengurasan (desludging interval) adalah 12 bulan. Karena itu = 83% x 0.005 = 0.0042 Itr/gr BOD rem Patokan untuk perhitungan Volume Septic tank adalah: Selama periode pengurasan (desludging interval) yang dicanangkan Total akumulasi endapan sludge/lumpur jangan sampai lebih dari 50% (separo) dari volume konstruksi. Bila tidak maka proses tidak akan bedalan seperti yang diharapkan dan malahan bisa terjadi berbagai masalah yang akan sangat merepotkan Marilah ditinjau satu demi satu: Volume sludge yang akan terjadi adalah: = 0.042 x (330 - 207.5)/1000 x 12 bin x 30 hr x 13 = 2.4 m3 642
  • 106. Ingat volume sludge ini tidak terjadi sekaligus tetapi tumpukan selama 12 bulan sesuai dengan desludging interval yang kita inginkan. Karena hydraulic retention time (HRT) yang ditetapkan adalah 18 jam dan flow rate nya a d a l a h 1.08 m3/jam, maka volume yang dibutuhkan untuk menginapkan limbah selama 18 jam tersebut adalah: = 18 x 1.08 = 19.44 m3 Bayangkan pada setelah hampir satu tahun maka kapasitas yang dibutuhkan agar sistem tetap bekerja dengan baik adalah: = 2.4 + 19.44 = 21.84 m3 ...... untuk mudahnya disebut A Sesuai data diatas jumlah limbah setiap hari nya adalah 13 m 3 Karena HRT ditetapkan 18 jam (padahal satu hari adalah 24 jam) maka untuk menginapkan selama 18 jam dibutuhkan volume sebesar: = 13 x 18/24 = 9.75 m3 Diatas telah disebut bahwa total akumulasi lumpur dan limbah jangan sampai lebih dari separo konstruksi. Maka = 2 x 9.75 m3 = 19.5 m3 untuk m udahnya disebut B Bila A < B cukup dipakai volume B untuk desain Tetapi bila A > B dianjurkan memakai volume A untuk desain Dalam kasus ini A > B, maka volume desain septic tank adalah 21.84 m3. Bagian atas tembok kira kira harus 15 a 20 cm lebih tinggi dari muka air, atau volume keseluruhannya ditambah kira kira 10% Karena itu volume keseluruhan kira-kira 23.5 m3. Untuk kasus ini lahan tidak menjadi masalah dan lebar bagian dalam dari septic tank tersebut ditetapkan 2.5 meter. Sedangkan kadalaman minimum (moncong outlet) ditetapkan 2 meter. Berdasarkan hal tsb maka: Panjang bak pertama (chamber 1) = 3.1 mtr Skets dari septic tank yang anda desain menjadi sbb: 643
  • 107. 2. Imhoff Tank Prinsip kerja dan proses yang terjadi pada Imhoff tank mirip dengan yang terjadi pada Septic tank, ialah pengendapan dan dilaniutkan dengan stabilisasi lewat proses anaerobik. Pada intinya Imhoff tank dikembangkan untuk menanggulangi berbagai masalah yang timbul pada septic tank. Misalnya effluent dari septic tank masih bau karena kemungkinan terjadinya kontak antara limbah yang baru masuk dengan sludge/ lumpur. Pada Imhoff tank hal tersebut dihindari dengan memisahkan limbah yang masuk dan endapan lumpur yang terjadi. Pemisahan tersebut dilakukan dengan membuat konstruksi tirus (funnel type) seperti pada sketsa dibawah. 644
  • 108. Gambar 7.33. Imhof tank Tetapi disamping kelebihan yang telah diuraikan diatas, kelemahan dari Imhoff tank adalah konstruksinya yang lebih rumit. Akibatnya untuk konstruksi yang kecil (kurang dari 4 m3 per hari) tidak dimungkinkan karena ruang pemisah akan menjadi kecil dan sulit untuk pembersihan. Seperli pada septic tank, didalam Imhoff tank akan terjadi lapisan sludge/lumpur di bagian bawah, scum di bagian atas dan supernatant. Efficiency nya juga hampir sama dan berkisar antara 25% - 50% COD removal. Kriteria desain dan Iangkah perencanaan untuk Imhoff Tank Terdapat beberapa patokan yang perlu diperhatikan dalam desain Imhoff tank, diantaranya adalah: 645
  • 109. Chamber2 Etau kompartemen2 yang terletak dibagian atas (bagian yang tirus) harus di desain untuk minimum 2 jam HRT pada Peak Flow.  Sedangkan hydraulic load nya harus kurang dari 1.5 m3/jam per m 2 luas area permukaan dari chamber2. Untuk mempemiudah pemahaman didalam merencanakan maka uraian design criteria dan langkah perencanaan diuraikan dalam bentuk contoh kasus. Kasus 1. Data: JICA akan membantu untuk membuat pusat pelatihan dan asrama bagi pendidikan non formal. Para siswa akan tinggal di dalam asrama dan disamping itu juga akan ada kantin dan unit pelatihan untuk teknologi makanan dimana para siswa akan diajarkan membuat keju dan fondu. Setelah dihitung jumlah lim bah yang akan dihasilkan adalah 25 m3 per hari. Setelah dilakukan pengamatan ternyata limbah tersebut mengalir selama rata rata 12 jam, ialah dari jam 7.00 pagi sampai jam 19.00 malam. Disamping peralatan untuk proyek Langit Biru, kebetulan Swiss contact mempunyai peralatan testing untuk air limbah. Dari hasil testing ternyata limbah tersebut mempunyai BOD = 340 mg/ltr dan COD = 630 mg/Itr Seperti telah disinggung diatas Hydraulic retention time (HRT) pada chamber 1 atau flow tank minimum adalah 1.5 jam. Sedangkan pimpinan proyek menetapkan interval pengurasan (desludging interval) adalah sekali setiap tahun atau sekali setiap 12 bulan. Karena interval pengurasan yang lebih sering dianggap merepotkun. Data lain yang sebenarnya harus diteliti adalah ratio SS/COD terendap (settleable SS/COD ratio). Ratio ini sangat dipengaruhi dari jenis limbah yang akan diolah. Untuk berbagai ragam limbah domestik telah dilakukan banyak uji coba empiris di negera berkembang dan ratio SS/COD terendap tersebut lazimnya berkisar antara 0.35 – 0.45. Karena itu untuk kasus ini perencana menetapkan ratio sebesar 0.42 646
  • 110. Informasi lain adalah sistem pengolahnn yang diminta harus mhoff I Tank, berhubung si pimpro bernama tuan Bierhoff. Jadi agar mirip namanya maka dia menetapkan harus pakai Imhoff tank. Output yang diharapkan untuk anda kerjakan:  Berapa volume dan dimensi dari Imhoff tank yang diperlukan untuk menangani limbah dari pusat pelatihan tersebut ?  Skets konstruksi dari Imhoff talk tersebut ?  Perkiraan kwalitas dari effluent ? Perhitungan :  O Flow rate = 25/12 = 2.08 m3/jam  HRT path flow tank = 1.5 jam Mungkin timbul pertanyaan mengapa HRT hanya 1.5 jam ? Pada sistem Imhoff tank tujuan dari chamber 1 dibagian atas (yang dikenal dengan sebutan flow tank) hanyalah sekedar sebagai sarana agar bahan padat (suspended solid) mengendap untuk kemudian terperosok kedalam chamber 2 dan seterusnya di stabilisasi kan lewat proses anaerobik. Untuk sekedar fungsi tersebut maka HRT tidak perlu lama. Lihat Graf 1 : Dengan HRT sebesar 1.5 jam maka akan diperoleh faktor pengali sebesar 0.32 Formula untuk m enghitung COD removal rate = (Ratio SS/COD terendap/0.5) x faktor pengali (0.42/0.5) x 0.32 0.27 atau 27% (Perbedaan dengan septic tank adalah pada angka pembagi, pada septic tank = 0.6 sedang pada Imhoff tank = 0.5) Maka kadar COD dari effluent = (1-0.27) x 630 = 460 mg/It  Seperti pada septic tank maka penurunan BOD (BOD removal) tidak s ama dengan penurunan COD. Lihat Graf 2 : Untuk COD removal kurang dari 50% diperoleh faktor pengali sebesar 1.06. Maka BO[) removal rate = 1.06 x 27% = 28.62% 647
  • 111. Dengan demikian kadar BOD dari effluent = (1-0.2862) x 330 = 235.5 mg/Itr  Volume dari flow tank (atau chamber1) adalah Peak flow rate dari limbah dikalikan HRT pada flow tank : = 2.08 m3/jam x 1.5 jam = 3.13 m3 Dari sini anda sudah bisa mulai mereka-reka model dan ukuran flow tank. Misalnya anda tetapkan lebar flow tank = 1.3 meter dan ukuran lain lihat Dada skets dibawah ini. Berikutnya adalah menghitung volume chamber 2. Pada intinya chamber 2 tidak lain hanyalah bak untuk menyimpan bahan padat tersuspensi (suspended solid) yang mengendap. Pendek kata anggap saja sebagai gudang untuk menyimpan. Karena itu voiumenya tergantung pada volume barang yang akan disimpan dalam periode tertentu (selama periode desludging interval). Seperti pada septic tank percent pemampatan sludge bila disimpan dapat dilihat pada Graf 3. Untuk desludging interval 12 bulan diperoleh faktor 83%. Maka volume sludge (dim liter) dibanding BOD removal setiap gram nya adalah = 0.005 x 83% 0.0042 Jumlah sludge selama periode pengurasan (desludging interval) dengan demikianmenjadi =12 x 30 x 25 x 0.0042x(330 – 235.5)/1000 = 3.6 m3 Selanjutnya anda perlu menetapkan lebar dari bak chamber 2 Dalam hal ini patokannya adalah sedemikian hingga lebih lebar dari flow tank dan agar orang masih bisa bekerja dengan mudah (khususnya pada waktu desludging seperti memasukkan alat penyedot, dlsb). Jarak (gab) agar memungkinkan pekerjaan desludging masih dapat dilakukan dengan praktis adalah minimum 55 cm. Jarak (gab) tersebut bisa berbeda antara bagian kiri dan kanan, karena pada kenyataannya hanya dibutuhkan satu sisi saja untuk pekerjaan desludging dan operational pada umumnya. Dengan kata lain penempatan flow tank tidak harus ditengah tengah. Beberapa kombinas i dapat dilihat pada skets dibawah: 648
  • 112. Untuk kasus ini misalnya kita memilih model yang kedua; dan jarak antara dinding flow tank ke satu bagian kita berikan 0.55 meter dan yang lainnya hanya 0.25 meter. Maka total lebar (bag dalam) dari konstruksi Imhoff tank ini adalah: = 0.55 + 1.3 + 0.25 + 2 x 0.07 (7 cm adalah tebal dinding flow tank) = 2.24 meter. Sungguhpun jumlah sludge yang akan terbentuk selama setahun (dengan kondisi seperti sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah hanyalah 3.6 m3 ), tetapi tidak mungkin anda membuat ukuran chamber 2 persis seperti volume tersebut. Karena timbunan sludge tersebut harue terletak dibawah sedemikian hingga tidak menutup moncong dari flow tank. Maka langkah berikutnya adalah memperkirakan tinggi dari timbunan sludge tersebut. Tinggi dari timbunan sludge = Volume sludge/luas = 3.6/(2.24 x 2.83) = 0.57 meter Dengan kata lain selama 12 bulan (interval desluiging) timbunan lumpur yang akan terjadi tebalnya adalah 0.57 meter. Ketinggian Imhoff tank (sampai posisi pipa outlet) menjadi : = 0.57 meter (tinggi sludge) + 1.1 meter + 0.3 meter + 0.3 meter (freeboard) = 2.27 meter Dengan demikian skets teknis dari rencana Imhoff Tank untuk pusat pelatihan tsb adalah sbb: 649
  • 113. 3. Baffle Septic Tank Seperti telah disinggung didepan, septic tank biasanya terdiri dari 2 bagian (chamber). Tetapi bila anda inginkan bisa juga dibuat menjadi lebih banyak chamber (misalnya 3, 4 atau 5 chamber). Tetapi sungguhpun dibuat menjadi banyak ruang, proses yang terjadi tetap sama ialah sekedar pengendapan (settling). Tetapi yang dimaksud dengan sistem septic tank susun (juga dikenal dengan sebutan baffled septic tank atau baffled reactor) bukan sekedar septic tank yang ditambah kotak chambemya. Karena proses yang terjadi dalam sistem septic tank susun adalah berbagai ragam kombinasi proses anaerobik hingga hasil akhirnya lebih baik. Pada intinya bentuk septic tank susun atau baffled reactor adalah sbb: Ga m b a r 7 . 3 3 . B a f f l e S e p t i c T a n k 650
  • 114. Di ruang pertama proses yang terjadi ialah proses settling (sama seperti yang terjadi pada septic tank). Pada ruang berikutnya proses penguraian karena kontak antara limbah dengan akumulasi microorganism dengan pola fluidized bed (hampir mirip dengan proses yang terjadi pada UASB). Baffled reactor yang baik mempunyai minimum chamber sebanyak 4 buah. Variabel yang penting dan harus benar benar diperhatikan dalam design adalah waktu kontak yang ditunjukkan dengan kecepatan aliran keatas (uplift atau upstream velocity) didalam chamber 2-5. Bila terlampau cepat maka proses penguraian tidak terjadi dengan semestinya dan malahan konstruksi yang anda buat percuma saja. Kecepatan aliran uplift ini jarrgan lebih dari 2 m/jam. Untuk HRT tertentu uplift velocity ini tergantung dari luas penampang (panjang dan lobar). Dalam hal ini faktor tinggi (kedalaman chamber) tidak berpengaruh atau tidak berfungsi sebagai variabel dalam design. Dengan kata lain mbok dalamnya dibuat berapa saja ..ndak ada pengaruhnya. Konsekwensinya model bak yang dibutuhkan adalah yang penampangnya luas tetapi dangkal. Karena itu sistem ini relatif membutuhkan lahan yang luas hingga kurang ekonomis untuk unit besar. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa penelitian mengenai sistem baffled reactor masih sediKit dibandingkan penelitian sistem lain. Tetapi untuk unit kecil atau menenegah baffled septic tank cukup ideal. Lebih lebih goncangan hydraulic dan organic load tidak begitu mempengaruhi unjuk kerja sistem ini. Variabel design berikutnya adalah hubungan antara panjang (L) dengan tinggi (h). Agar limbah yang masuk terdistribusi secara merata maka dianjurkan L antara 0.5 - 0.6 d a r i h. Dengan demikian sungguhpun h tidak ada pengaruhnya terhadap uplift velocity (seperti telah disebut diatas), tetapi ratio antare h dan L perlu diperhatikan agar distribusi limbah bisa merata dan kontak dengan microorganism effisien. Variabel design yang lain adalah HRT (hydraulic retention time) pada bagian cair (diatas lumpur) pada baffle reactor minimum harus 8 jam. 651
  • 115. Agar lebih jelas marilah disimak kasus dan perhitungan dibawah ini. Kasus I Limbah yang akan ditangani jumlahnya 25 m3 per hari. Mengalir dalam waktu 12 jam setiap harinya. COD nya sama dengan contoh lain ialah 633 mg/Itr. BOD nya adalah 333 mg/Itr. HRT pada septic tank (sebenarnya lebih cocok disebut settler atau chamber 1) adalah 1.5 jam. Sedangkan desludging period ditetapkan 1.5 tahun sekali (atau 18 bulan). Limbah yang ditangani adalah limbah domestik dan ditetapkan ratio SS terendapkan/COD adalah 0.42 mg/Itr / mg/Itr. Sistem yang akan dipakai adalah baffled reactor Hitunglah ukuran dari baffled reactor dan skets konstruksinya. Perhitungan:  Flow rate = 25/12 = 2.08 m3/jam  Untuk mgnhitung pengurangan COD karena pengendapan lihat Graf 1 Untuk HRT 1.5 jam diperoleh faktor = 0.325 COD removal pada settling = (0.42/0.6) x 0.325 = 0.23 atau 23%  Selanjutnya lihat Graf 2 Dari grafik ini akan diperoleh faktor BOD/COD removal pada proses pengendapan sebesar 1.06 BOD removal pada settling = 1.06 x 23% = 24%  Kandungan COD dan BOD yang masuk ke baffled reactor adalah sbb: COD = (1-0.23) x 633 = 489 mg/Itr BOD = (1-0.24) x 333 = 253 mg/Itr  Langkah berikutnya marilah kita hitung volume endapan dan ukuran yang dibutuhkan. Karena desludging interval ditetapkan = 18 bulan, maka dari graf 3 akan diperoleh faktor 72%. Angka ini merupakan faktor reduksi 652
  • 116. dari volume sludge karena di tando selama 18 bulan. Sebagai patokan tanpa effek pemampatan karena penyimpanan, volume dari sludge yang terjadi dari 1 gram BOD adalah 0.005 liter. Istilah nya adalah Sludge Itr/gram BOD removal = 0.005 Karena itu = 72% x 0.005 = 0.0036 Itr/gr BOD rem Volume sludge yang akan terjadi adalah: = 0,0036 x (333 – 2530 / 1000 X 18 bln x 30 hr x 25 = 3,88 m 3 ingat volume sludge ini tidak terjadi sekaligus tetapi tumpukan selama 18 bulan sesuai dengan desludging interval yang kita inginkan. Karena hydraulic retention time (HRT) yang ditetapkan adalah 1.5 jam dan flow rate nya (peak) adalah 2.08 m3/jam, maka volume yang dibutuhkan untuk menginapkan limbah selama 1.5 jam tersebut adalah: = 1.5 x 2.08 = 3.12 m3 Bayangkan pada setelah hampir 1.5 tahun sesuai dengan desludging interval yang ditetapkan, maka kapasitas yang dibutuhkan agar sistem tetap bekerja dengan baik adalah: = 3.88 + 3.12 = 7 m3 ..................... untuk mudahnya disebut A Sesuai data diatas jumlah limbah setiap hari nya adalah 25 m 3 Karena HRT ditetapkan 1.5 jam (padahal satu hari adalah 24 jam) maka untuk menginapkan selama 1.5 jam dibutuhkan volume sebesar: = 25 x 1.5/24 = 1.56 m3 Diatas telah disebut bahwa total akumulasi lumpur dan limbah jangan sampai lebih lebih dari separo konstruksi. Maka = 2 x 1.56 m3 = 3.12 m3 …. untuk mudahnya disebut B Bila A < B cukup dipakai volume B untuk desaiin Tetapi bila A > B dianjurkan memakai volume A Dalam kasus iri A > B, maka volume desain septic tank* adalah 7 m3. * = sebenarnya istilah ini agak salah kaprah karena keseluruhan sistem ini disebut baffled septic tank. Dalam 653
  • 117. hal ini yang dimaksud adalah chamber pertama atau settler atau pengendap. Misalnya lebar dari settler ditetapkan 2 meter dan kedalamannya 1.5 meter. Maka panjang dari settler/ pengendap = 7/(2x1.5) = 2.33 m dibulatkan 2.4 m Berikutnya langkah langkah untuk menghitung baffled reactor. Seperti telah disebut diatas salah satu variable design dalam menghitung baffled reactor adalah uplift velocity yang dalam hal ini jangan lebih dari 2 m/jam. Bila lebih dari 2 m/jam maka percuma saja anda membuat baffled reactor karena proses yang terjadi hanya sekedar sebagai settling. Dalam kasus ini misalnya anda menetapkan uplift velocity = 1.8 m/jam Variabel design yang lain adalah minimum jumlah chamber untuk baffled reactor adalah 4 buah. Dalam kasus ini misalnya anda tetapkan 5 buah. Berikutnya yang perlu anda tetapkan adalah kedalaman air pada outlet dari baffled reactor. Biasanya penetapan ini dipengaruhi oleh situasi dari lokasi dimana anda membuat konstruksi ini. Dalam kasus ini misalnya ditetapkan bahwa kedalaman pada outlet = 1.5 meter. Variabel design yang berikutnya (lihat ulasan diatas) adalah panjang (L) adalah 0.5 — 0.6 dari dalam (h). Dalam kasus ini misalnya anda tetapkan 0.5; maka panjang = 0.75 meter Luas area untuk satu chamber = Flow rate/uplift velocity = 2.08/1.8 = 1.16 m2 Luas area = panjang x lebar Maka lebaT deri chamber baffled reactor = 1.16/0.75 = 1.54 meter Konsekwensinya luas area untuk satu chamber = 2 x 0,75 = 1,5 m 2 Hingga uplift velocity menjadi = 2,08/1,5 = 1.39 m/jam (lebih baik) Lebar lorong (istilah menterengnya adalah downflow shaft) pada baffled reactor terserah dari perencana, tetapi jangan lebih kecil dari 25 cm. Bila lebih kecil dari itu akan sulit pada perawatan karena terlampau sempit. Dalam kasus ini misalnya anda tetapkan 25 cm Maka volume total dari baffled reactor (termasuk volume lorongnya) 654
  • 118. adalah: = 5 x (2x(0.75 + 0.25) x 1.5) = 15 m3 Untuk volume 15 m3 maka limbah yang masuk ke baffled reactor akan ngendon selama = 15/(25/24) = 14.4 jam Tetapi ingat bahwa sebagian ruang dalam baffled reactor akan ditempati oleh sludge dan pengalaman kira kira kan ada paling tidak 5°ro dari ruang tersebut yang ditempati oleh sludge Karena itu HRT setelah di operasi kan kira kira adalah = 14.4 - 5% nya = 13.8 jam atau dibulatkan menjadi = 14 jam Faktor faktor empiris untuk menghitung removal BOD pada baffled reactor adalah sbb: Faktor akibat waste water strength. Seperti telah disinggung diatas yang diartikan strength adalah tingkat kandungan organiknya. Dalam hal ini pengertian sederhana adalah kenyataan bahwasanya persen pengurangan akan lebih tinggi untuk kandungan BOD yang tinggi. Bila kandungan BOD nya rendah maka persen pengurangan akan lebih rendah. Grafik empiris yang memberikan hubungan antara BOD removal dengan strength adalah sbb: 655
  • 119. Faktor yang diakibatkan oleh temperatur. Untuk negara tropis seperti Indonesia faktor ini bisa diabaikan karena temperatur biasanya mencapai sekitar 25 s/d 30 C. Hingga faktor yang diakibatkan oleh temperatur = 1. Bila anda menjumpai situasi dengan temperatur yang tidak lazim maka hubungan empiris nya dapat dilihat pada grafik berikut: Faktor yang diakibatkan oleh jumlah dari uplift chamber. Yang dimaksud dengan uplift chamber adalah bak baffled reactor. Bila jumlah bak ini lebih banyak akan diperoleh BOD removal yang lebih baik, karena intensitas kontak lebih tingyi hingga penguraian lebih baik. Seperti telah disinggung diatas jumlah bak baffled reactor minimum adalah 4 buah. Dari grafik diatas untuk HRT 14 jam diperoleh faktor = 0.84 Faktor terakhir yang mempengaruhi BOD removal dalam sistem baffled reactor adalah jumlah kg BOD untuk setiap m3 volume baffled reactor pada waktu keadaan peak flow rate. Istilah yang lazim dipakai untuk issue ini adalah BOD overloading. Mengapa kog hal ini dipermasalahkan ?? Jumlah limbah cair yang akan diolah setiap harinya bila mengalir dalam waktu singkat (misalnya hanya 1 jam) akan memberikan dampak yang berbeda dibandingkan bila dia mengalir selama 12 jam. 656
  • 120. Bila diibaratkan seperti orang makan, maka orang yang "kelolotan" gara-gara dalam waktu singkat melalap jatah satu hari. Dalam hal ini angkanya adalah: = Kadar BOD x peak flow rate x 24/1000/volume baffled reactor = 0.84 Kg BOD per m3 per hari. = 0.84 Kg BOD/m3 hari Grafik empiris yang menunjukkan hubungan antara removal dengan BCD overloadina adalah: Dari grafik tersebut akan diperoleh faktor = 1 Dari faktor faktor diatas maka theoritical BUD removal yang dari sistem yang anda desain adalah = 0.84 x 1 x 1.02 x 0.84 x 1 = 0.72 atau 72% Kadang kadang dari dimansi yang anda buat, perhitungan theoritis diatas memberikan angka yang cukup indah misalnya sampai mendekati 100%. Tetapi dalam prakteknya tidak demikian. Karena itu bila menghadapi kondisi seperti itu BOD removal diambil 90% saja. Menurut pengalaman angka 90% inilah yang maksimum dapat dicapai dalam realita praktek. Dengan demikian BOD effluent adalah = (1 – 0.72) x 253 = 70 mg/Itr Hingga ditinjau secara keseluruhan sistem yang anda desain bisa diharapkan untuk mengurangi BOD sebanyak = (1 - 70/333) = 79% Dari perhitungan diatas skets konstruksi adalah sbb: 657
  • 121. 658
  • 122. C. Anaerobic Filter Pada sistem septic tank dan imhoff tank yang telah dibahas diatas proses yang terjadi adalah sedimentasi (pengendapan) dari bahan bahan yang dapat terendapkan dan seterusnya terjadi proses digestion/penguraian dari bahan terendapkan tersebut. Sedangkan kandungan yang masih terikut (tidak terendapkan) praktis tidak mengalami proses apapun. Anaerobic Filter (atau dikenal juga dengan sebutan Fixed Bed atau Fixed Film Reactor) mempunyai prinsip yang berbeda dengan septic tank & imhoff tank, karena sistem ini justru diharapkan untuk mem- oroses bahan bahan yang tidak terendapkan dan bahan padat terlarut (dissolved solid) dengan cara mengkontakkan dengan surplus mikro organisme. Mikro organisme tersebut akan menguraikan bahan organic terlarut (dissolved organic) dan bahan organic yg ter dispersi (dispersed organic) yang ada didalam limbah. Sebagian besar mikro organisme (untuk selanjutnya disebut sebagai bakteria) tersebut cenderung tidak mobil. Artinya mereka tidak seperti singa yang lari kesana kemari than aktif untuk mencari makan, tetapi cenderung diam dan menunggu makanan yang di dekat kan kepadanya. Bakteria ini cenderung menumpel pada dinding atau tempat lain yang permukaannya dapat digunakan untuk tempelan. Karena itu yang dimaksudkan sebagai filter disini adalah media dimana bakteria dapat menempel dan limbah dapat mengalir/Iewat diantaranya. Selama aliran ini kandungan organik akan diuraikan oleh berbagai bakteria dan hasilnya adalah pengurangan kandungan organik pada effluent. Media yang digunakan bermacam macam tetapi prinsipnya lebih luas permukaan akan lebih baik fungsinya. Misalnya koral, kerikil, plastik yang dibuat khusus sebagai media, ijuk, pasir, dlsb. Media yang baik luas permukaannya (surface area) kira kira 100 – 300 m2 per m3 volume yang ditempatinya. Dengan pola pikir itu maka kita cenderung untuk memilih media yang mempunyai surface area yang besar dengan harapan hasilnya akan baik sekali. Misalnya tepung arang, pasir, dlsb. 659
  • 123. Tetapi biasanya media dengan butiran terlampau kecil akan memberikan performance yang baik beberapa hari saja. Seterusnya terjadi blocking diakibatkan oleh lapisan bakteria yang menempel dipermukaannya. Setelah terjadi blocking unjuk kerja nya malahan buruk sekali. Padahal bila terjadi blocking, urusan membongkar dan membersihkannya merupakan pekerjaan yang paling menjengkelkan. Karena itu media harus sedemikian agar surface areanya cukup luas tetapi tidak sampai tersumbat / blocking / clogging. Istilah teknis nya adalah media yang mempunyai SSA (specific surface area) yang luas dan VR (void ratio) yang tinggi. Urusan media inilah yang kemudian di kutak katik oleh para ahli teknis dengan mencari bahan serta bentuk yang memberikan surface area luas tetapi void ratio nya tinggi. Yang dihasilkan terus diberi nama perdagangan khusus untuk memukau pembeli. Misalnya ada bentuk seperti seng plastik yang di tekuk tekuk dengan model tertentu dan dibuat oleh perusahaan Jerman. Terus diberi nama Bioreactor made in Germany. Ada juga model lain yang diberi nama Multiple-reactor buatan Jepang, dlsb. Pendek kata urusan nama boleh macam macam tetaai prinsip dasarnya sama. Bagi anda yang senang kutak-katik petunjuk dibawah ini mungkin bermanfaat: Cara menghitung void ratio. Misalnya anda akan menggunakan kerikil dari dan Gunung Bromo untuk media anaerobik filter, karena konon kata orang ...sip sekali. Berapa sih void ratio dari kerikil tsb ? Caranya adalah : Ambil ember. Isi ember tersebut dengan air, misalnya sampai 10 liter dan sampai 10 liter tsb beri tanda. Kosongkan ember. Masukkan kerikil Masukkan air dan sampai batas tanda tadi hitung berapa liter air yar.g masuk; misalnya 4 liter. Maka void ratio adalah 4/10 = 40%. 660
  • 124. Menghitung surface area. Perhitungan surface area amat complex dan sangat terpengaruh oleh bentuk dari media. Disamping itu keteraturan (regularity) dari bentuk juga amat besar pengaruhnya. Faktor lain yang mempengaruhi surface area adalah porositas dari media tsb. Secara theoritis bahan yang porositas nya tinggi akan memberikan surface area yang lebih besar. Karena itu, untuk bentuk yang komplex dan irregular perhitungan surface area lebih baik diserahlcan kepada laboratorium material yang mempunyai sarana lengkap. Tetapi untuk bentuk sederhana dan relatif teratur (atau dianggap teratur) contoh perhitungan dibawah ini dapat anda gunakan: Misalnya: Kelereng dengan bentuk relatif teratur akan anda gunakan sebagai media. Diameter kelereng in; adalah 3 cm Maka volume 1 kelereng adalah = 1/6 n d 3 = 14.13 cm3 Luas permukaan kelereng = dz = 28.26 cm2. Seperti contoh diatas misalnya anda masukkan kelereng tersebut kedalam ember 10 liter dan setelah diisi air lagi hanya bisa masuk sebanyak 4 liter Maka void ratio adalah 40% dan volume sisanya merupakan volume dari media ialah 6 liter = 6,000 cm3 Jumlah kelereng = 6000/14.13 = 405 buah Surface area nya adalah = 405 x 28.26 = 11,445 cm2 per 10 liter atau = 1,144,500 cm2/m3 atau = 114.45 m2/m3 661
  • 125. Bila didesain dan di operasi kan dengan baik maka pengurangan (removal) BOD dengan anaerobik filter dapat mencapai 70% - 90%. Sistem ini cocok untuk menangani limbah domastik dan industri yang mempunyai TSS (total suspended solid) rendah. Disisi lain limbah (baik domestik atau lebih lebih limbah industri) tidak dapat terjamin TSS nya selalu rendah. Karena itu sistem anaerobik filter biasanya digunakan setelah prises pengendapan. Misalnya setelah septic tank, imhoff tank, dlsb. Hindari penggunaan sistem anaerobik filter secara tersendiri ( tands alone) karena resiko blocking/clogging tinggi sekali. Dengan kata lain anaerobik filter sering digunakan sebagai treatment lanjutan atau sering juga disebut sebagai secondary treatment. Ga m b a r 7 . 3 4 . A n a e r o b i c f i l t e r Seperti telah disinggung diatas, aktivitas penguraian pada anaerobik filter baru mulai terjadi setelah terbentuk surplus bakteria yang berkembang sebagai lapisan tipis (film) pada media. Untuk 662
  • 126. mempercepat hal ini dapat mengambil bakteria dari septic tank dan mengumpankannya pada media anaerobik filter. Biar bagaimanapun unjuk kerja optimal dari anaerobik filter baru terjadi beberapa bulan setelah dioperasikan. Jadi jangan bahwasanya bermimpi begitu di operasi kan langsung memberikan hasil optimal. Design criteria dan Iangkah perencanaan untuk Anaerobik Filter. Seperti sistem yang telah diuraikan diatas, untuk mempermudah pemahaman didalam merencanakan maka uraian design criteria dan langkah perencanaan diuraikan dalam bentuk contoh kasus. Kasus Data: Anda diminta untuk membantu menanggulangi permasaiahan limbah disuatu industri yang memproduksi makanan seperti biscuit Setelah dilakukan pengamatan jumlah limbah dari kegiatan tersebut adalah 25 m3/hari. Setiap harinya kegiatan tersebut praktis hanya beroperasi selama 12 jam hingga mayoritas limbah hanya mengalir selama 12 jam setiap harinya. Sample limbah di teliti di laboratorium dan kadar BOD = 333 mg/IV dan kadar COD = 633 mg/Itr. Di laboraturium juga dilakukan uji coba pengendapan. Setelah limbah diendapkan diambil bagian yang tidak terendapkan dan di test COD nya. Lewat test ini direkomendasikan ratio SS terendapkan dibanding pengurangan COD adalah 0.42. Oleh pemer intah daerah limbah yang dihasilkan oleh para pengusaha kecil tersebut diharuskan untuk memenuhi standard yang telah ditetapkan. Untuk mencapai standard tersebut akan dipakai sistem anaerobik filter. Dengan diskusi bersama rekan rekan anda, diputuskan hal-hal sbb: Resiko yang sangat mungkin terjadi pada Sistem anaerobik filter adalah terjadinya clogging pada media. Karena itu sebelum masuk ke anaerobik filter harus ada sarana untuk mengendapkan suspended solid. Sarana untuk mengendapkan suspended solid yang dipilih adalah sistem septic tank. 663
  • 127. Karena tujuan pokok dari septic tank tersebut adalah untuk mengendapkan suspended solid maka hydraulic retention time (HRT) pada septic tank tidak perlu lama sekali. Maksudnya agar konstruksi menjadi lebih kecil dan hemat. Untuk ini ditetapkan HRT pada septic tank adalah 2 jam Disamping itu rekan rekan anda yang lama berkecimpung dalam urusan pengolahan limbah menyarankan agar deslud g ing interval (interval pengurasan) harus cukup lama. Alasannya adalah kenyataan bahwa pengusaha kecil biasanya merupakan orang yang selalu sibuk hingga biasanya sering enggan untuk melakukan pengurasan secara periodik. Dengan pertimbangan ini ditetapkan desludging period adalah sekali setiap 3 tahun (atau 36 bulan). Output yang diharapkan untuk anda kerjakan: Berapa volume dan dimensi dari kombinasi Septic tank dan Anaerobik Filter yang diperlukan. Perkiraan kwalitas dari effluent ? Skets konstruksi dari Imhoff tank tersebut ? Perhitungan : Dari kondisi diatas perlu dilakukan perhitungan mengikuti alur proses treatment, dimulai dari primary treatment (ialah perhitungan septic tank) untuk kemudian dilanjutkan dengan secondary treatment (anaerobik filter). Peak flow = 25/12 = 2.08 m3/jam Langkah berikutnya adalah menghitung pengurangan COD pada septic tank karena proses pengendapan. Untuk ini sekali lagi lihat Graf 1 HRT pada septic tank = 2 jam. Dengan HRT sebesar 2 jam maka dari graf 1 diperoleh faktor pengali sebesar = 0.36 Maka COD removal di S.T = (ratio SS terendap/ = (0.42/0.6) x 0.36) = 0.25 atau 25% Angka empiris untuk septik tank = 0,6 Sedangkan untuk imhoff tank = 0.5 664
  • 128. Dengan demikian kandungan COD yang keluar dari septik tank dan masuk ke anaerobik filter adalah = (1-0.25) x 633 = 475 mg/Itr Seperti pada perhitungan septik tank diatas, pengurangan BOD karena pengendapan tidak identik dengan pengurangan COD. Untuk ini Iihat Graf 2. Untuk COD removal kurang dari 50% diperoleh faktor = 1.06. Maka BOD removal di ST = 1.06 x 25% = 26% Dengan demikian kandungan BOD yang keluar dari septik tank (artinya yang masuk ke anaerobik filter) = (1-0.26) x 333 = 247 mg/Itr Selanjutnya marilah kita hitung dimensi dari septik tank. Karena desludging interval ditetapkan = 36 bulan, maka dari graf 3 akan diperoleh faktor 50%. Angka ini merupakan faktor reduksi dari volume sludge karena di tando selama 36 bulan. Sebagai patokan tanpa effek pemampatan karena penyimpanan, volume dar sludge yang terjadi dari 1 gram BOD adalah 0.00f, liter. Istilah nya adalah Sludge Itr/gram BOD removal = 0.005 Karena itu = 50% x 0.005 = 0.0025 Itr/gr BOD rem Selanjutnya lihat patokan untuk perhitungan septik tank yang telah diuraikan dibagian terdahulu. Volume sludge yang akan terjadi adalah: = 0.0025 x (333 - 247)/1000 x 36 bin x 30 hr x 25 = 5.805 m3 Ingat volume sludge ini tidak terjadi sekaligus tetapi tumpukan selama 36 buian sesuai dengan desludging interval yang kita inginkan. Karena hydraulic retention time (HRT) yang ditetapkan adalah 2 jam dan flow rate nya adalah 2.08 m3/jam, maka volume yang dibutuhkan untuk menginapkan limbah selama 2 jam tersebut adalah: = 2 x 2.08 = 4.16 m3 Bayangkan pada setelah hampir 3 tahun sesuai dengan desludging interval yang ditetapkan, maka kapasitas yang dibutuhkan agar sistem tetap bekerja dengan baik adalah: 665
  • 129. = 5.805 + 4.16 = 9.965 m3 …. untuk mudahnya disebut A Sesuai data diatas jumlah limbah setiap hari nya adalah 25 m3 Karena HRT ditetapkan 2 jam (padahal satu hari adalah 24 jam) maka untuk menginapkan selama 2 jam dibutuhkan volume sebesar: = 25 x 2/24 = 2.08 m3 Diatas telah disebut bahwa total akuinulasi lumpur dan limbah jangan sampai lebih lebih dari separo konstruksi. Maka = 2 x 2.08 m3 = 4.16 m3 .......untuk mudahnya disebut B Bila A<B dipakai volume B untuk desain Tetapi bila A > B dianjurkan memakai volume A Dalam kasus ini A > B, maka volume desain septic tank adalah 9.965 m3 atau dibulatkan menjadi 10 m3. Sampai sini urusan perhitungan volume septik tank (primary treatment) selesai dan dibawah mulai menginjak urusan perhitungan anaerobik filter (secondary treatment). Untuk anaerobik filter misalnya anda akan menggunakan media tertentu. Specific surface area dari media tsb adalah 100 m2/m3 Sedangkan void ratio = 35% HRT (hydraulic retention time) pada anaerobik filter berkisar antara 1 – 2 hari (24 – 48 jam). Angka ini merupakan patokan umum mengingat proses degradasi pada proses anaerobik lebih lambat dibanding proses aerobik. Untuk kasus ini misalnya HRT ditetapkan selama 30 jam. Faktor faktor empiris yang digunakan untuk memperhitungkan penguraian pada sistem anaerobik filter adalah sbb: 666
  • 130. Dalam kasus yang sedang anda garap HRT nya adalah 30 jam, dan dari grafik diatas akan diperoleh faktor = 69% Variabel lain yang diperoleh dari pengalaman konstruksi anaerobik filter adalah jumlah chamber (atau jumlah bak), jumlah bak yang lebih banyak (sungguhpun volume efektifnya sama) ternyata memberikan effisiensi penguraian yang lebih tinggi. Contohnya dapat dilihat pada skets dibawah: Dibagi bagi menjadi beberapa chamber ternyata memberikan tambahan effisiensi kira-kira sebesar 4% per chamber nya. Tetapi kebalikannya jangan anda terlampau ambisius dengan membagi menjadi chamber yang banyak sekali. Bila terlampau banyak ukuran akan menjadi kecil sekali dan pengerjaannya akan sulit. Untuk kasus yang sedang anda kerja kan rencana akan dibagi menjadi 3 chamber. Pengurangan COD (COD removal) dihitung sbb: = F temp x F strength x F sa x F HRT x (1+(3x0.04)) = 1 x 0.91 x 1 x 0.69 x (1+0.12) = 0.70 Bila hasil diatas < 0.9 maka gunakan hasil tsb untuk perhitungan anda. Tetapi bila > 0.9 maka gunakan angka 0.9 sebagai upper ceiling untuk COD removal factor dalam sistem anaerobik filter. Untuk kasus ini hasil diatas < 0.9 Dengan demikian kadar COD setelah lewat anaerobik filter (effluent) adalah: = (1-0.7) x 475 = 142 mg/Itr Berarti total pengurangan COD (septik tank/primary treatment dari 667
  • 131. anaerobik filter/secondary treatment) = 78% Untuk memperkirakan hubungan BOD removal dengan COD removal sekali lagi buka Graf.2 Untuk COD removal 70% akan diperoleh faktor 1.1 Dari sini dapat diperkirakan BOD removal untuk seluruh sistem (septik tank dan anaerobik filter) adalah = 1.1 x 78% = 85% Kandungan BOD effluent dengan demikian adalah: = (100%-85%)x333 = 50 mg/Itr Ukuran volume anaerobik filter adalah: = HRT padaAF x Volume limbah per hari/24 = 30 x 25/24 = 31.25 m3 Berikutnya marilah kita hitung dimensi (panjang, lebar, tinggi, dlsb) dari konstruksi kebutuhan volumenya telah dihitung. Misalnya dari situasi lahan yang tersedia ditetapkan lebor nya adalah 1.75 m. Dan tinggi air dalam septic tank = 2.25 m. Septik tank (primary treatment): Volume Septik tank sebagai primary treatment = 10 in3 Maka panjang dari bak 1 septik tank adalah: = (2/3 x 10) / (1.75 x 2.25) = 1.68m dibulatkan = 1.7 m Sedangkan panjang dari bak 2 septik tank = 0.85 m Anaerobik filter (secondary treatment) Volume anaerobik filter yang dibutuhkan ialah = 31.25 m3 (ingat ada bagian yang terisi oleh media hingga harus diperhitungkan void ratio nya) Jumlah chamber telah ditetapkan sebanyak = 3 chamber Dalam (depth) dari anaerobik filter misalnya ditetapkan = 2.25 m (seperti septik tank) Agar terjadi aliran yang baik (khususnya bila anda menetapkan aerobik filter dengan multi chamber) dianjurkan agar maksimum panjang setiap chamber tidak lebih dari dalamnya. 668
  • 132. Dalam kasus ini maka panjang chamber 1 = 2.25 m Panjang chamber 2 = 2.25 m Panjang chamber 3 = 2.25 m Total = 6.75 m Tetapi ketebalan media jelas lebih kecil dari kedalaman (depth) dari anaerobik filter sendiri. Misalnya plat penahan media letaknya 60 cm dari dasar AF dan ketebalan plat (biasanya merupakan plat beton yang berlubang lubang) adalah 5 cm. Sedangkan bagian atas media 40 cm lebih rendah dibanding lubang effluent. Maka ketebalan media = 2.25 - 0.6 - 0.05 - 0.4 = 1.2 m Misalnya lebar diberi kode W, maka total volume dari 1 chamber adalah: 10.42 m3 = (2.25 x 0.25 x w) + (2.25 x 2.25 x w) – (2.25 x 1.2 x w) x 0.65 maka w = 2.69 meter atau dibulatkan menjadi 2.7 meter Untuk anaerobik filter setelah urusan menghitung dimensi selesai perlu dilakukan check kecepatan aliran pada media pada kondisi peak flow. 669
  • 133. Kecepatan aliran pada media: V = peak flow / (penampang media x void ratio) = 2.08 / (2.25 x 2.69 x 0.35) = 0.98 m/jam Kecepatan aliran pada media ini tidak boleh lebih dari 2 m/jam. Bila terlampau cepat maka proses penguraian tidak berjalan dengan effisien dan akibatnya sistem tidak berfungsi seperti yang diharapkan. Bila pada check ini ternyata kecepatan aliran terlampau tinggi maka anda perlu merubah dimensi panjang dan lebar, atau; memakai media dengar void ratio yang lebih tinggi. Sketsa dari hasil desain yang telah anda hitung dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 670
  • 134. Contoh media filter bentuk dan model dal. ; media (untuk proses anaerobik atau aerobik) sedemikian hingga disatu sisi effisiensinya lebih tinggi tetapi disisi lain tidak terjadi clogging (tersumbat). Model anyaman plastik berbentuk bola (mirip bola sepak takraw) banyak dipakai untuk pengolahan limbah deri industri tahu di China & Thailand. Bila mikroorganism cukup tebal maka bola tersebut akan bergulir hingga menghindari clogging. Bentuk plastik sheet yang dibuat bergelombang (corrugated) dengan permukaan yang dibuat khusus dengan harapan surface area lebih besar hingga mening¼atkan effisiensi Bentuk sarang tawon (honeycomb) dengan bahan porous hingga diharapkan paca media tersebut merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganism yang akhirnya dapat meningkatkan effisiensi pengolahan. D. Aerobic Treatment 1. Proses Lumpur Aktif (Activated Sludge Process) Sesudah dikembangkan pada 1910 an di Eropa dan Amerika Serikat, karena efisien dan ekonomis, proses Lumpur aktif mulai banyak digunakan dan menjadi proses aerobik yang paling popular. Istilah "lumpur aktif" sering diartikan sebagai nama proses itu sendiri dan juga sering diartikan sebagai padatan biologik yang merupakan motor di dalam proses pengolahan. 671
  • 135. Prinsip Proses Lumpur Aktif Gambar 7.35. Proses lumpur aktif Seperti pada gambar diatas, sesudah equalization tank di mana fluktuasi kwalitas/ kwantitas influen diratakan, limbah cair dimasukkan ke dalam tangki aerasi di mana terjadi pencampuran dengan mikroorganisme yang aktif (lumpur aktif). Mikroorganisme inilah yang melakukan penguraian dan menghilangkan kandungan organik dari limbah secara aerobik. Oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi mikroorganisme tersebut diberikan dengan cara memasukkan udara ke dalam tangki aerasi dengan blower. Aerasi ini juga berfungsi untuk mencampur limbah cair dengan lumpur aktif, hingga terjadi kontak yang intensif. Sesudah tangki aerasi, campuran limbah cair yang sudah diolah dan lumpur aktif dimasukkan ke tangki sedimentasi di mana lumpur aktif diendapkan, sedangkan supernatant dikeluarkan sebagai effluen dari proses. Sebagian besar lumpur aktif yang diendapkan di tangki sedimentasi tersebut dikembalikan ke tangki aerasi sebagai return sludge supaya konsentrasi mikroorganisme dalam tangki aerasinya tetap sama dan sisanya dikeluarkan sebagai excess sludge. 672
  • 136. Gambar 7.36. diagram proses lumpur aktif yang dilengkapi sarana pre treatment Parameter Proses Lumpur Aktif Beberapa parameter yang digunakan didalam desain sistem pengolahan lumpur aktif adalah sebagai berikut : Organic Loading Organic Loading adalah parameter utama untuk mendesain proses lumpur aktif dan meng-operasikannya. Ada dua jenis parameter untuk organic loading, yaitu F/M (Food to Microorganism Ratio) dan Volumetric BOD Loading. F/M = (Lf x Qi) / (V x S) ................... [kg BOD/kg MLSS/hari] Lf : BOD influen [kg/m 3] Qi : debit influen [m 3/hari] V : volume tangki aerasi [m 3] S : MLSS [kg/m 31 MLSS = Mixed Liquor Suspended Solids Volumetric BOD Loading = (Li x Qi)N .... (kg BOD/m 3/hari) Apabila organic loading tinggi, kwalitas efluen menjadi jelek dan excess sludge menjadi banyak. Sedangkan kalau organic loading rendah, kwalitas effluen menjadi baik dan excess sludgenya menjadi sedikit. 673
  • 137. Akan tetapi, supaya menurunkan organic,oading, harus diadakan tangki aerasi Iebih hesar dan juga harus memakai lisrik Iebih banyak. volumetric BOD Loading = (Lf x Qi) / V …… (kg BOD//hari) HRT (Hydraulic Retention Time) Hydraulic Retention Time didefinisikan, rata-rata berapa lama limbah cair yang dimasukkan ke dalam tangki aerasi berada dalam tangki tersebut. HRT = 24V / Qi [jam] Apabila BOD influen, BOD Loading dan MLSS sudah tetap, dengar, sendirinya HRT akan ditetapkan. Misalnya, kalau debit influen 100 m3/hari, BOD influen 200 ppm dan BOD Loading = 0.3 kg BOD/kg MLSS/hari dan MLSS 3,000 ppm, maka mikro- organisme yang dibutuhkan dalam tangki (Wa kg) aerasi adalah Wa = (0.2 x 100/0.3) = 67 kg Maka volume tangki aerasi (V m3)yang dibutuhkan adalah: V = 67/3 = 22 m 3 674
  • 138. Sehingga, HRT menjadi : HRT = 24 x 22/100 = 5,3 jam Oksigen dibutuhkan (Required Oxygen) Oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi aerobik dalam tangki aerasi bisa dihitung sebagai berikut: Or=axLr+bxLa Or = Oksigen dibutuhkan [kg/hari] Lr = BOD yang dihilangkan [kg/hari] La = kwantitas lumpur aktif dalam tangki aerasi [kg] a, b = coefficient Angka biasa a dan b adalah 0.31 – 0.77 dan 0.05 – 0.18 masing-masing. Coefficient a dan b dipengaruhi oleh SRT (contoh: gambar 5) pH Biasanya pH yang optimal untuk reaksi !umpur aktif adalah 6 – 8. Nutrient Balance Pada umumnya perbandingan antara BOD, nitrogen dan phosphorous yang optimal untuk proses lumpur aktif adalah BOD : N : P = 100 : 5 : 1 Kalau nutrient balancenya kurang baik, maka kita bisa memperbaiki 675
  • 139. balance tersebut dengan cara menambah kimia yang mengandung nitrogen atau phosphorous. Variasi Proses Lumpur Aktif Pada gembar 6 dan gambar 7 bisa dilihat berbagai jenis variasi proses lumpur aktif. E. Oxidation Ditch Oxidation ditch adalah salah satu proses lumpur aktif, akan tetapi bentuk tangki aerasinya oval seperti gambar 7 dan limbah cair dan lumpur aktif memutar dalam tangki tersebut dengan surface aerator atau mixer/ aerator yang lain. Dalamnya oxidation ditch 1 - 3 m dan lebar (satu jalur) nya 2 - 6 m. Seperti extended aeration proses, oxidation ditch juga dioperasikan dengan BOD loading yang r endah, maka menghasilkan excess sludge lebih sedikit dari proses lumpur aktif. Proses ini bisa dioperasikan dalam kondisi stabil dan bertahan fluktuasi loading dan juga fluktuasi temperatur. Karena tergantung pada posisi dalam ditch konsentrasi DO (Dissolved Oxygen, Oksigen terlarut) berbeda, sehingga bisa mengadakan tidak hanya reaksi aerobik, akan tetapi reaksi anaerobik, maka bisa menghilangkan nitrogen sampai derajat tertentu. Gambar 7.37. Artificial Oxygenatin and Mixing Devices 676
  • 140. F. Constructed Wet Land Constructed Wet Land (arti harafiah nya adalah Lahan Basah yang Sergaja Dibuat) adalah salah satu sistem pengolahan limbah yang prinsipnya cenderung meniru proses purifikasi yang terjadi di alam. Sistem ini banyak digunakan untuk penanganan limbah domestik komunal dan limbah pertanian. Salah satu prasyarat yang diperlukan adalah tersedianya lahan. Untuk limbah industri sistem ini hanya dapat digunakan untuk Post Treatment atau proses akhir. Karena beban limbah industri lazimnya cukup tinggi hingga akan terjadi penyumbatan (clogging) bila sistem ini digunakan pada tahap awal. Sistem Pengolahan Terdapat beberapa tipe sistem pengolahan dasar (basic treatment system ) yang masuk katagori "constructed wet land": a) Treatment diatas permukaan tanah b) Filtrasi dergan aliran vertikal c) Filtrasi dengan aliran horizontal Treatment diatas permukaan dilakukan dengan menyebarkan air limbah secara teratur diatas permukaan tanah dibentuk sedemikian hingga contour nya bertingkat-tingkat sesuai dengan desain. Penyebaran air limbah sendiri biasanya dilakukan dengan sprinkler. Tetapi pola demikian membutuhkan lahan yang cukup luas hingga kurang cocok untuk limbah industri. Karena lahan di kawasan industri biasanya terbatas dan mahal hingga penerapan pola ini tidak feasible. Filtrasi dengan aliran vertikal dilakukan dengan membagi limbah ke beberapa filter bed (2 atau 3 unit) secara bergantian. Pembagian limbah secara bergantian tersebut dilakukan dengan pengaturan klep (dosing) dan untuk itu perlu dilakukan oleh operator. Karena perlu dilakukan pembagian secara bergantian tersebut, pengoperasian sistem ini rumit hingga tidak praktis. Filtrasi dengan aliran horizontal dilakukan dengan mengalirkan limbah melewati media filter secara horizontal. Cara ini sederhana dan praktis tidak membutuhkan perawatan, khususnya bila di desain dan dibangun dengan baik. 677
  • 141. Filtrasi dengan aliran vertikal dan horizontal mempunyai prinsip kerja yang berbeda. Filtrasi horizontal secara permanen terendam oleh air limbah dan proses yang terjadi adalah sebagian aerobik dan sebagian anaerobik. Sedangkan pada filtrasi vertikal, proses yang terjadi cenderung anaerobik. Prinsip kerja tersebut dapat dilihat pada sketsa dibawah: Gambar 7.38. Proses fitrasi dengan aliran vertikal Gambar 7.39. Proses filtrasi dengan aliran horisontal Mengingat faktor pengelolaan maka untuk finalisasi pengolahan limbah industri filtrasi dengan aliran horizontal lebih sesuai, hingga dalam manual ini hanya sistem tersebut yang dibahas dengan lebih rinci. 678
  • 142. Penyumbatan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan didalam filtrasi horizontal. Bila penyumbatan (clogging) ini terjadi maka konstruksi tersebut tidak akan berfungsi dengan semestinya dan perlu dilakukan pembongkaran serta penggantian media dan hal tersebut merupakan pekerjaan yang menyulitkan. Karena itu pemilihan media merupakan salah satu issue yang amat penting didalam men desain filtrasi horizontal. Sungguhpun pada tingkat finalisasi (post treatment), beban organis dan padatan pada air limbah lebih besar dibanding filtrasi untuk pengolahan air minum. Karena itu media yang lazim digunakan untuk filtrasi horizontal adalah gravel (kerikil). Konstruksi demikian sering juga disebut sebagai : "Constructed Wetland"; "Sub Surface Flow Wetland (SSF)", atau; "Root Zone Treatment Plant'. Beberapa syarat yang perlu diperhatikan untuk applikasi Filtrasi Horizontal adalah: Sedimen didalam limbah cair harus cukup rendah. Dalam hal ini masukan limbah kedalam Imhoff cone dan setelah kira kira 1 jam sedimen nya harus kurang dari 1 ml/I. Sedangkan Suspended Solid yang tidak terendapkan harus kurang dari 100 ml/I Hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah bila COD dari settleable solid kurang dari 40% dari Total SS; ada kemungkinan bahwa padatan didalam-nya adalah lemak (fat) dalam bentuk kolloida. Formasi lemak tersebut dapat menghambat pengaliran didalam filtrasi horizontal (mengt. raagi hydraulic conductivity) dan konsekwensinya mengurangi umur dan kinerja konstruksi. Kasus seperti ini banyak dijumpai pada limbah industri makanan misalnya industri dairy, pemotongan hewan, dlsb. COD dari limbah tidak lebih dari kira kira 400 mg/I. Konsekwensinya cara ini lebih baik digunakan untuk pengolahan lanjutan (post treatment) dan bukannya untuk primary treatment. Proses treatment yang terjadi pada Filtrasi Horizontal amat komplex. Terdapat beberapa teori dan pendapat yang berusaha menjelaskan proses yang terjadi. Misalnya bagaimana proses physical filtration, terjadinya intake udara, pengaruh tanaman pada proses biologis, dlsb. Tetapi semua pendapat dan teori tersebut masih merupakan rekaan dan masih terdapat banyak kontroversi. 679
  • 143. Andaikata proses yang terjadi pada tiap bagian dapat dijelaskan, masih terdapat pertanyaan besar untuk menjelaskan interaksi antar tiap proses yang terjadi didalam keseluruhan konstruksi ini. Karena itu terdapat banyak kontroversi mengenai cara perhitungan secara teoritis. Tetapi terdapat beberapa patokan logis yang perlu diperhatikan didalam desain dan pelaksanaan konstruksi filtrasi horizontal, diantaranya adalah: Filter bed yang luas dan tidak terlampau dalam lebih baik dibanding konstruksi yang terlampau dalam tetapi sempit. Zona inlet yang lebih lugs lebih baik. Perlu diatur agar aliran terdistribusi secara merata pada seluruh lebar zona inlet tersebut. Memakai gravel dengan bentuk yang relatif bulat dan ukuran yang hampir sama untuk media. Bentuk gravel yang relatif bulat dan ukuran yang regular memberikan void ratio yang tinggi. Sebenarnya bentuk demikian akan mengurangi kinerja dari treatment, tetapi menghindari masalah penyumbatan. Padahal penyumbatan (clogging) merupakan salah satu masalah yang amat perlu diperhatikan didalam konstruksi filtrasi horizontal. Clogging tersebut lazim terjadi karena : a) Suspended Solid, dan b) sludge yang terbentuk akibat penguraian bahan organis didalam limbah. Karena itu bagian muka (front part) dari media harus sedemikian hingga mempunyai void yang kecil hingga dapat menahan SS sebaik mungkin, tetapi juga harus luas agar dapat meratakan SS tsb agar tidak mengumpul di s i t u tempat saja. Berdasar pengalaman empiris, pada bagian ini, pemakaian gravel dengan bentuk bulat dan uniform dengan ukuran diameter antara 8 - 15 mm adalah paling baik. Agar tidak terjadi percolasi air limbah karena kebocoran, maka konstruksi filter horizontal lazimnya dibuat dengan: Lapisan tanah liat yang kedap air Plastik, atau Pasangan (beton atau pasangan batu). Umur Seperti telah disinggung diatas penyumbatan (clogging) adalah masalah umum yang sering membuat konstruksi filter horizontal tidak 680
  • 144. berfungsi. Bila didesain, dilaksanakan dan di operasi kan dengan baik maka filter horizontal dapat berfungsi secara optimum selama 15 – 20 tahun. Umur tersebut sangat dipengaruhi oleh ukuran butiran dari gravel dan strength dari limbah. Bila fungsinya sudah menurun (ditunjukkan dergan menurunnya hydraulic conductivity) ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memfungsikan sistem tersebut kembali, ialah: Mengistirahatkan dan men drain filter horizontal untuk beberapa waktu. Proses ini lazim disebut "resting". Untuk ini didalam desain lebih baik membagi seluruh filter bed menjadi beberapa bagian hingga bila bagian tertentu sedang "resting" bagian lain masih tetup dapat difungsikan. Setelah itu dilakukan pengisian secara bergantian (alternate chaiging) dan setelah dianggap cukup dapat difungsikan kembali. Selama proses resting dan drain lersebut berbagai elemen yang meengakibatkan penyumbangan dapat terdekomposisi hingga hydraulic conductivity dapat ditingkatkan kembali. Tetapi bila turunnya hydraulic conductivity ini disebabkan oleh partikel padat yang tidak dapat terurai (misalnya tanah) maka tidak ada jalan lain selain membongkar media dan melakukan penggantian. Bila hal ini terpaksa dilakukan maka lebih baik dilakukan pada bagian inlet. Karena bagian ini lazimnya merupakan bagian yang paling sering mengalami masalah clogging Tanaman digunakan untuk menutup filter media data disamping itu dengan adanya tanaman akan melahirkan suatu micro ecosystem yang menghasilkan sinergi yang positif terhadap proses pengolahan limbah. Banyak uji coba empiris yang dilakukan yang masing masing melaporkan kelebihan dan kekurangannya. Tetapi akhirnya jenis tanaman yang aipilih haruslah yang banyak tersedia (atau mudah untuk diadakan) di suatu lokasi. Patokan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis tanaman yang akan ditanam diatas horizontal filter adalah: 681
  • 145. Yang dapat hidup pada air limbah. Berbagai ragam perdu yang lazim tumbuh di wilayah rawa merupakan opsi yang dapat dipilih.  Yang mempunyai pola perakaran yang dalam dan lugs hingga dapat menjalar & menembus seta seta filter media dan mencengkerana. BORDA (Brement Overseas Research & Development Association) melaporkan bahwa Phragmites Australis (Glagah, Parumpung, Kasongket) merupakan jenis tanaman yang amat baik digunakan pada konstruksi ini. Karena akarnya dalam dan menjalar ke berbagai arah hingga membentuk formasi yang baik. Disamping itu Typlaa Angustifolia (Tanaman Ekor Kucing) juga dilaporkan mempunyai performance yang baik untuk digunakan pada filter horizontal. Disamping melahirkan suatu micro ecosystem yang komplex yang berdampak positif terhadap proses pengolahan, sampai tingkat tertentu sistem perakaran juga dilaporkan dapat mereduksi berbagai substansi racun. Sketsa dan Contoh konstruksi Model 1 Model ini menggunakan batu kali dengan ukuran besar (15 — 20 cm) untuk bagian muka dari konstruksi. Susunan batu kali tersebut berfungsi sebagai distributor hingga aliran yang masuk ke media diharapkan merata . Antara batu kali dengan media digunakan batu pipih yang fungsinya untuk memudahkan pengaturan media dan sekaligus juga berfungsi untuk meratakan aliran. Bagian pertama (kira kim 2/3 panjang) biasanya digunakan gravel dengan ukuran yang lebih besar sedarigkan pada bagian akhir dengan 682
  • 146. ukuran yang lebih kecil. Pada bagian akhir digunakan juga batu kali yang didalamnya diletakkan pipa melintang yang berlubang (perforated pipe). Untuk mengatur aliran digunakan pipa pengeluaran vertikal yang dapat diatur ketinggiannya (swivel pipe atau pipa goyang). Untuk menjamin pengaliran horizontal yang merata di seluruh tampang dari media, seringkali pada bagian tengah dibuat pasangan batu kali tambahan (Lihat skets dibawah) Model 2 Pada model ini bagian depan dan belakang (inlet dan outlet) diberi tambahan tembok yang ber lubang lubang agar distribusi masukan limbah lebih merata. Kesemuanya membentuk gang (gallery) pada bagian pemasukan dan pengeluaran. Bentuk demikian sering digunakan bila jumlah debit harian limbah cukup besar. Untuk menghemat biaya, konstruksi horizontai filter yang besar sering menggunakan tanah fiat dan lembaran plastik khusus. Pemasangan lembaran plastik tersebut dapat dilihat pada sketsa 683
  • 147. dibawah. Khusus untuk Indonesia perlu diperhatikan jenis plastik yang digunakan. Beberapa uji coba (untuk stabilisasi jalan dan sawah plastik) terdapat beberapa jenis plastik yang justru amat digemari oleh cricket (sejenis belalang) dan dengan giginya yang bergerigi dapat merusak konstruksi tersebut dalam waktu singkat. Bibit tanaman yang baru tidak dapat tumbuh diatas air limbah. Karena itu pada tahap awal dianjurkan untuk banyak menambah air dan muatan limbah bertambah seirama dengan pertumbuhan tanaman tsb. Setelah mencapai full load, ketinggian pipa goyang mulai diatur sesuai dengan debit yang direncanakan. Pada waktu hujan, maka air hujan akan jatuh diatasnya dan hal tersebut tidak dap dihindari. Tetapi harus dihindari agar air hujan yang jatuh disekitarnya tide mengalir menuju ke konstruksi ini; karena kandurigan partikel halus yang biasan) terdapat didalamnya akan menyumbat sistem filtrasi. Berikutnya adalah mencari HRT (hydraulic retention time) yang dibutuhkan untuk mencapai BOD removal sesuai dengan yang diharapkan. Sungguhpun hal tersebut dapat dihitung secara teoritis, tetapi pada kenyataannya akan cukup komplex. Karena hal tersebut sangat dipengaruhi oleh ukuran dan void ratio dab gravel yang digunakan. Lebih lebih gravel yang digunakan tidak mungkin bentuknya sama (regular). Ditambah lagi terdapat akar tanaman yang diharapkan menembus sela sela filter bed agar diperoleh micro ecosystem yang berpengaruh positif terhadap proses pengolahan limbah secara keseluruhari. Dengan kata lain terdapat berbagai variable dan interaksi nya yang cukup kom p lex hingga mau tidak mau diperlukan berbagai uji coba empiris dan hasil empiris tersebut kemudian digunakan sebagai pegangan 684
  • 148. didalam perencanaan. Uji coba empiris yang banyak dilakukan adalah untuk limbah domestik dan limbah industri makaran dan hasilnya dapat digunakan sebagai pegangan awal. Kaitan empiris antara BOD removal dengan faktor pengali terhadap HRT dapat dilihat pada grafik berikut: Dengan BOD removal 86% (yang diharapkan) maka Faktor pengali HRT sebesar kira kira 0.86 luga. Proses biologis yang terjadi dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur yang lebih tinggi akan menghasilkan proses yang lebih aktif dibanding temperatur yang rendah. Dengan kata lain untuk mencapai BOD removal tertentu pada temperatur yang tinggi akan lebih cepat dibanding temperatur rendah. Hingga lama limbah harus menginap (HRT) pada temperatur tinggi lebih sedikit dibanding pada temperatur rendah. Hubungan empiris HRT dengan temperatur pada konstruksi gravel filter horizontal dapat dilihat pada grafik berikut: Dengan suhu 25 °C maka akan diperoleh perkiraan HRT sebesar 11.2 hari. 685
  • 149. Kemiringan dari clasar misalnya diberi 1% (kemiringan dasar jangan terlampau besar karena akan berpengaruh pada pekerjaan galian dan kesulitan dalam pengaturan pipa goyang). Sedangkan kedalaman media diambil 60 cm. Lazimnya kedalaman media tidak lebih dari 1 meter dan yang paling lazim berkisar antara 60 -- 80 cm. Karena dengan lebih dalam maka pengerjaan akan lebih sulit dan effisiensi juga menurun. Maka Iuas area penampang (cross section) ... (Darcy's Law) = 26 (200 x 0,01) = 13m 2 (disebut A) Disisi lain terdapat pengalaman empiris dari horizontal gravel filter menunjukkan bahwa load BOD maksimum (pada penampang inlet) adalah 150 g/m2. Banyak pengalaman m enunjukkan bahwa load yang lebih besar dari angka tersebut akan menimbulkan berbagai masalah, hingga umur dari konstruksi akan cepat menurun atau dibutuhkan penggantian media yang terlampau sering. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa lebih baik membuat suatu konstruksi yang dapat berfungsi dan digunakan selama 15 -- 20 tahun daripada suatu konstruksi yang perlu diganti medianya setiap 2 a 3 tahun. 686
  • 150. Load BOD per hari adalah 26 x 1000 x 215/1000 = 5.590 gr Dengan basis empiris diatas maka luas area penampang (cross section) yang dibutuhkan adalah : 5.590/150 = 37,27 m 2 (disebut B) Bila A > B maka gunakanlah angka A Tetapi bila A < B Lebih baik gunakan angka B untuk desain. Dalam hal ini A < B hingga luas area penampang (cross section) = 37,27 m 2 .  Karena ketinggian filter 0,6 mtr maka lebar dari konstruksi adalah: 37,27/0.6 = 62.1 mtr  Langkah berikutnya adalah menghitung luas area (pandangan atas) dari konstruksi horizontal filter. Diatas telah dihitung dan diperoleh perkiraan HRT adalah 11,2 hari. Perlu diingat bahwa HRT tersebut merupakan angka teoritis. Pada kenyataannya limbah hanya akan melewati celah celah (bagian kosong atau void) dari media. Karena void pada med i a yang dipilih adalah 35%, maka HRT real adalah kira kira 35% x 11.2 hari = 3,92  4 hari. Dengan basis HRT tsb maka total luas (pandangan atas) dari media adalah: 26 x 11.2/0.6 - 485,3 m2 (disebut X) Tetapi total luas tersebut juga dibatasi oleh beberapa pendekatan empiris. Bila load pada penampang inlet dianjurkan untuk tidak lebih dari 150 g/m 2. Tetapi setelah diratakan dianjurkan agar load pada keseluruhan media tidak lebih dari 10 g BOD/m2 hari. Dengan basis ini maka total luas (pandangan atas) dari media adalah: 26 x 2.15/10 = 559 m 2 (disebut Y) Bila Y > X ....... Maka gunakan angka Y Bila Y < X .....maka lebih baik gunakan angka X 687
  • 151. Dalam kasus ini Y > X ... maka total luas (pandangan atas) dari media untuk desain adalah 559 m 2 .  Dengan lebar 62,1 meter dan total area 559 m2 maka panjang dari konstruksi adalah 559/62,1 = 9 meter. Hingga Dimensi pokok dari desain adalah:  Media tinggi = 0,6 mtr panjang = 9 mtr lebar = 62,1  62,5 mtr  Media menggunakan gravel dengan void ratio 35% dan hydraulic conductivity berkisar 200 m/d  BOD removal yang dapat diharapkan dengan desain tersebut kira kira adalah 86%. Dengan demikian setelah melewati konstruksi ini diharapkan BOD effluent menjadi kira kira 30 mg/I Keuntungan dan Kerugian  Dibutuhkan lahan yang cukup luas dan karena itu hanya cocok untuk lokasi dimana lahan yang tersedia cukup luas. Untuk lokasi dimana lahan amat terbatas atau dimana harga tanah sudah amat mahal, maka konstruksi ini kurang tepat.  Tidak dapat digunakan untuk pengolahan limbah dimana beban suspended solid amat tinggi (lebih dari 100 mg/I) atau limbah dengan kandungan sedimen yang tinggi. Disamping itu kandungan COD pada limbah yang akan diolah dianjurkan tidak lebih dari 400 mg/I. Karena itu untuk penanganan limbah industri hanya dianjurkan untuk tahap finalisasi (bukan untuk pengolahan tahap awal).  Bila di desain dan dibuat konstruksi yang baik, operasi nya akan mudah dan prosesnya berjalan secara alamiah (micro ecosystem); dalam kurun waktu yang cukup lama (10 - 20 tahun). Dengan kata lain selama periode 10 - 20 tahun tersebut berfungsi dengan sendirinya. Dengan tambahan sentuhan estetika (misalnya sentuhan arsitek) konstruksi ini dapat digabungkan menjadi tempat yang indah dan dapat dimanfaatkan untuk fungsi lain seperti taman, dlsb (misalnya untuk perhotelan, rumah sakit, dlsb) 688
  • 152. Gambar 7 .40 . Instalasi pengolah air limbah B. Limbah Gas 1. Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang "bersih" disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebat cemaran (pollutant). Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer. 689
  • 153. Gambar 7.41. Pencemaran udara dari gas buang kendaraan bermotor. Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti: pembangkit energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile source) seperti: truk, bus, pesawat terbang, dan kereta api. Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90% pencemaran udara global adalah: a. Karbon monoksida (CO), b. Nitrogen oksida (Nox ), c. Hidrokarbon (HC), d. Sulfur oksida (SOx ) e. Partikulat. Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal, regional maupun global yaitu: a. CO2 (karbon monoksida), b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog), c. Hujan asam, d. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon), e. CH4 (metana). 690
  • 154. 2. Unsur-unsur Pencemar Udara a. Karbon monoksida (CO) Pencemaran karbon monoksida berasal dari sumber alami seperti: kebakaran hutan, oksidasi dari terpene yang diemisikan hutan ke atmosfer, produksi CO oleh vegetasi dan kehidupan di laut. Sumber CO lainnya berasal dari sumber antropogenik yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil yang memberikan sumbangan 78,5% dari emisi total. Pencemaran dari sumber antropogenik 55,3% berasal dari pembakaran bensin pada otomotif. Gambar 7.42. Gas buang kendaraan yang mengandung CO Perkiraan emisi per satuan berat bahan bakar disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Perkiraan emisi CO per satuan berat bahan bakar Sumber Bahan Bakar Faktor Emisi CO % Emisi CO Kg/Ton BB Batu bara Pembangkit listrik 0,025 0,25 Industri 0,15 1,5 Bensin 51,0 510,0 Kayu dan BB non-komersial Insinerasi 3,5 35,0 Kebakaran Hutan 5,0 50,0 b. Nitrogen oksida (NOx) Cemaran nitrogen oksida yang penting berasal dari sumber antropogenik yaitu: NO dan NO 2. Sumbangan sumber antropogenik terhadap emisi total ± 10,6%. 691
  • 155. Gambar 7.43. Siklus Nitrongen Atmosfer-Tanah Perkiraan emisi NOx per satuan berat bahan bakar disajikan pada Tabel berikut. 692
  • 156. Tabel 7.13. Perkiraan emisi NOx per satuan berat bahan bakar Sumber Bahan Bakar Faktor Emisi CO % Emisi NO 2 kg.ton BB Batu bara Pembangkit listrik 1 10 kg/ton Industri 1 10 kg/ton Minyak Bumi Bensin 2 20 kg/ton Kerosen 1,3 13 kg/ton Solar (Fuel Oil ) 1,25 12,5 kg/ton Minyak residu 1,8 18 kg/ton Gas alam Pembangkit listrik 0,6* 6 kg/m 3 Industri 0,3* Kg/m 3 Kebakaran hutan 0,25 2,5 kg/ton c. Sulfur oksida (SOX) Senyawa sulfur di atmosfer terdiri dari H2S, merkaptan, SO2, SO3, H2SO4 garam-garam sulfit, garam-garam sulfat, dan aerosol sulfur organik. Dari cemaran tersebut yang paling penting adalah SO2 yang memberikan sumbangan ± 50% dari emisi total. Cemaran garam sulfat dan sulfit dalam bentuk aerosol yang berasal dari percikan air laut memberikan sumbangan 15% dari emisi total. Gambar 7.44. Gas buang industri yang mengandung Sox Perkiraan emisi sulfur dioksida per satuan berat bahan bakar disajikan pada Tabel berikut. 693
  • 157. Tabel 7.14. Perkiraan emisi SO2 per satuan berat bahan bakar Sumber Bahan Bakar Faktor Emisi CO % Emisi SO2 kg.ton BB Batu bara Pembangkit listrik 45 45 kg/ton Industri 40 40 kg/ton Minyak Bumi Bensin - Kerosen - Solar (Fuel Oil ) - Minyak residu - Gas alam Pembangkit listrik - Industri d. Hidrokarbon (HC) Cemaran hidrokarbon yang paling penting adalah CH4 (metana) + 860/ dari emisi total hidrokarbon, dimana yang berasal dari sawah 11%, dari rawa 34%, hutan tropis 36%, pertambangan dan lain-lain 5%. Cemaran hidrokarbon lain yang cukup penting adalah emisi terpene (a-pinene p-pinene, myrcene, d-Iimonene) dari tumbuhan ± 9,2 % emisi hidrokarbon total. Sumbangan emisi hidrokarbon d ari sumber antrofogenik 5% lebih kecil daripada yang berasal dari pembakaran bensin 1,8%, dari insineratc dan penguapan solvent 1,9%. Gambar 7.45. Emisi HC dari kegiatan industri 694
  • 158. Tabel 7.15. Perkiraan emisi HC per satuan berat bahan bakar Sumber Bahan Bakar Faktor Emisi CO % Emisi Hidrokarbon kg.ton BB Batu bara Pembangkit listrik 0,016 0,16 Industri 0,051 0,51 Bensin Pembakaran 9,0 60,0 Evaporasi dan transfer 2,06 20,6 Kerosen < 0,1 < 1,0 Solar (Fuel Oil ) 0,035 0,35 Minyak residu 0,039 0,39 Kayu 0,15 1,5 Kebakaran hutan 0,37 3,7 e. Partikulat Cemaran partikulat meliputi partikel dari ukuran molekul s/d > 10 μm. Partikel dengan ukuran > 10 μm akan diendapkan secara gravitasi dari atmosfer, dan ukuran yang lebih kecil dari 0,1 μm pada umumnya tidak menyebabkan masalah lingkungan. Oleh karena itu cemaran partikulat yang penting adalah dengan kisaran ukuran 0,1 - 10 μm. Sumber utama partikulat adalah pembakaran bahan bakar ± 13% - 59% dan insinerasi. Tabel 16. Perkiraan Faktor Emisi Partikulat Sumber Bahan Bakar Faktor Emisi Partikulat Gas Alam 3 3 Pembangkit listrik 0,24 kg/10 m 3 3 Industri 0,29 kg/10 m Distilat minyak bumi 3 Industri 1,8 kg/m 3 Rumah tangga 1,0 kg/m Minyak residu 3 Pembangkit listrik 1,20 kg/m 3 Kayu 2,75 kg/m 695
  • 159. f. Karbondioksida (CO2) Emisi cemaran CO2 berasal dari pembakaran bahan bakar dan sumber alami. Sumber cemaran antropogenik utama adalah pembakaran batubara 52%, gas alam 8,5%, dan kebakaran hutan 2,8% Gambar 7.46. Emisi CO 2 dari pembakaran bahan bakar Tabel 7.17. Perkiraan emisi CO2 per satuan berat bahan bakar Sumber Bahan Bakar Faktor Emisi CO % Emisi CO2 kg.ton BB Batu bara 248 2,48 Minyak bumi 317 3,17 Gas alam 275 2,75 Kayu 146 1,46 Kebakaran hutan 120 1,20 g. Metana (CH4) Metana merupakan cemaran gas yang bersama-sama dengan CO2, CFC, dan N2O menyebabkan efek rumah kaca sehingga menyebabkan pemanasan global. Sumber cemaran CH4 adalah sawah (11%), rawa (34%), hutan tropis (36%), pertambangan dll (5%). Efek rumah kaca dapat dipahami dari Gambar 30. Sinar matahari yang masuk ke atmosfer sekitar 51% diserap oleh permukaan bumi dan sebagian disebarkan serta dipantulkan dalam 696
  • 160. bentuk radiasi panjang gelombang pendek (30%) dan sebagian dalam bentuk radiasi inframerah (70%). Radiasi inframerah yang dipancarkan oleh permukaan bumi tertahan oleh awan. Gas-gas CH4, CFC, N2O, CO2 yang berada di atmosfer mengakibatkan radiasi inframerah yang tertahan akan meningkat yang pada gilirannya akan mengakibatkan pemanasan global. Gambar 7.47. Penyerapn radiasi UV oleh Ozon h. Asap kabut fotokimia Asap kabut merupakan cemaran hasil reaksi fotokimia antara O3, hidrokarbon dan NO X membentuk senyawa baru aldehida (RHCO) dan Peroxy Acil Nitrat (PAN) (RCNO 5). i. Hujan asam Bila konsentrasi cemaran NOx dan SOX di atmosfer tinggi, maka akan diubah menjadi HNO 3 dan H2SO4. Adanya hidrokarbon, NO 2, oksida logam Mn (II), Fe (II), Ni (II), dan Cu (II) mempercepat reaksi SO2 menjadi H2SO4. HNO3 dan H2SO4 bersama-sama dengan HCI dari emisi HCI menyebabkan derajad keasaman (pH) hujan menjadi rendah < 5,7. pada umumnya kisaran pH hujan asam 4 - 5,5 697
  • 161. 3. Pencemaran Udara Ambien Kualitas udara ambien merupakan tahap awal untuk memahami dampak negatif cemaran udara terhadap lingkungan. Kualitas udara ambien ditentukan oleh: (1) kuantitas emisi cemaran dari sumber cemaran; (2) proses transportasi, konversi dan penghilangan cemaran di atmosfer. Kualitas udara ambien akan menentukan dampak negatif cemaran udara terhadap kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat (tumbuhan, hewan, material dan Iain-Iainnya) Efek Pencemaran Emesi Dari Sumber Proses Transportasi Koncentrasi Terhadap Kesehatan dan Kesejahteraan Cemaran Konversi dan Penghilangan Cemaran Ambien Masyarakat Gambar 7.48. Skema Rantai Emisi - Dampak Cemaran Udara Informasi mengenai efek pencemaran udara terhadap kesehatan berasal dari data pemaparan pada binatang, kajian epidemiologi, dan pada kasus yang terbatas kajian pemaparan pada manusia. Penelitian secara terus menerus dilakukan dengan tujuan: (1) Menetapkan secara lebih baik konsentrasi dimana efek negatif dapat dideteksi, (2) Menentukan korelasi antara respon manusia dan hewan terhadap cemaran, (3) Mendapatkan informasi epidemiologi lebih banyak, dan (4) Menjembatani gap informasi dan mengurangi ketidakpast'an baku mutu yang sekarang diberlakukan. Baku mutu kualitas udara lingkungan/ambien ditetapkan untuk cemaran yaitu: O3 (ozon), CO (karbon monoksida), NO X (nitrogen oksida), SO2 (sulfur oksida), hidrokarbon non-metana, dan partikulat. Baku Mutu Kualitas Udara Nasional Amerika (Tabel 13) yang telah dikaji oleh National Academics of Science and Environmental Protection Agency (NEPA) menetapkan baku mutu primer dan baku mutu sekunder. 698
  • 162. Tabel 7.18. Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Nasional (USA) Buku Buku Waktu Cemaran mutu mutu Sasaran umum rata-rata primer sekunder Ozon 1 jam 240 μg/m 3 240 μg/m 3 Untuk mencegah iritasi (0,12 ppm) (0,12 ppm) mata dan kemungkinan gangguan fungsi paru pada orang dengan penyakit paru kronis, dan mencegah kerusakan tumbuhan. Karbon 8 jam 10 μg/m3 10 μg/m3 Untuk mencegah gangguan monoksida (9 ppm) (9 ppm) transportasi oksigen pada 1 jam 40 μg/m 3 40 μg/m3 darah. (35 ppm) (35 ppm) Nitrogen Rerata 100 μg/m 3 100 μg/m ' Untuk mencegah resiko dioksida tahunan (0,05 ppm) (0,05 ppm) pada kesehatan masyarakat dan pelunturan warna kain Sulfur Rerata 80 μg/m 3 - Untuk mencegah iritasi paru dioksida tahunan (0,03ppm) - 24 jam 365 μg/m 3 - 3 jam - 1300 g/m 3 Untuk mencegah bau (0,05 ppm) Partikulat Rata-rata 75 μg/m 3 60 μg/m 3 Untuk mencegah efek tersuspensi geometrik terhadap kesehatan akibat 3 24 jam 260 μg/m 150 μg/m 3 pemaparan terus menerus dan lama Hidrokarbon 3 jam 160 μg/m 3 160 μg/m 3 Untuk mencegah (0,24 ppm) (0,24 ppm) pembentukan oksidan. Baku mutu primer ditetapkan untuk melindungi pada batas keamanan yang mencukupi (adequate margin safety) kesehatan masyarakat dimana secara umum ditetapkan untuk melindungi sebagian masyarakat (15- 20%) yang rentan terhadap pencemaran udara. Baku mutu sekunder ditetapkan untuk melindungi kesejahteraan masyarakat (material, tumbuhan, hewan) dari setiap efek negatif pencemaran udara yang telah diketahui atau yang dapat diantisipasi. Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Indonesia yang ditetapkan dengan mempertimbangkan dan mengacu baku mutu negara lain di antara Baku Mutu Kualitas Udara Ambien USA disajikan pada Tabel berikut. 699
  • 163. Tabel 7.19. Baku Mutu Udara Ambien (Indonesia) Waktu Parameter Baku Mutu Metoda Analisis Pengukuran Sulfur dioksida 24 jam 260 μg/m Para-rosanilin (0,10 ppm) Karbon monoksida B jam 2260 μg/m 3 Non Dispersive (20 ppm) 3 Infrarred (NDIR) Oksida nitrogen 24 jam 92,5 μg/m Saltzman (0,05 ppm) Oksidan I jam 200 μg/m 3 Chemiluminescent (0,10ppm) Debu 24 jam 0,26 μg/m 3 Gravimetri Timah hitam 24 jam 0,06 μg/m 3 Gravimetrik Absorpsi atom Berdasarkan baku mutu kualitas udara ambien ditentukan baku mutu emisi berdasarkan antisipasi bahwa dengan emisi cemaran dibawah baku mutu dan adanya proses transportasi, konversi, dan penghilangan cemaran maka kualitas udara ambien tidak akan melampaui baku mutunya. Salah satu contoh baku mutu emisi adalah untuk Pembangkit Daya Uap dengan Bahan Bakar Batubara disajikan pada Tabel 6.19. Tabel 7.20. Baku Mutu Emisi untuk Pembangkit Daya dengan Bahan Bakar Batubara Parameter Batas Maksimum (mg/m3) 1. Partikulat total 300 2. Sulfur dioksida 1500 3. Nitrogen oksida 1700 1. Prediksi Pencemaran Udara Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil aktivitas manusia. Pada umumnya pencemaran yang diakibatkan oleb sumber alami sukar diketahui besarnya, walaupun demikian masih mungkin kita memperkirakan banyaknya polutan udara clan aktivitas ini. Polutan udara sebagai hasil aktivitas manusia, umumnya lebih mudah diperkirakan banyaknya, terlebih lagi jika diketahui jenis bahan, spesifikasi bahan, proses berlangsungnya aktivitas tersebut, 700
  • 164. serta spesifikasi satuan operasi yang digunakan dalam proses maupun pasca proses nya. Selain itu sebaran polutan ke atmosfir dapat pula diperkirakan dengan berbagai macam pendekatan. Bagaimana cara memperkirakan banyaknya polutan yang keluar dari sistem operasi tertentu, serta pendekatan yang digunakan untuk memprediksi sebaran polutan tersebut ke atmosfir akan diuraikan pada pembahasan berikut ini. 2. Faktor emisi Apabila sejumlah tertentu bahan bakar dibakar, maka akan keluar sejumlah tertentu gas hasil pembakarannya. Sebagai contoh misalnya batu bara yang umumnya . ditulis dalam rumus kimianya sebagai C (karbon), jika dibakar sempurna dengan 02 (oksigen) akan dihasilkan CO2 (karbon dioksida). Namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Ternyata untuk setiap batubara yang dibakar dihasilkan pula produk lain selain CO2, yaitu CO2 (karbon monoksida), HCHO (aldehid), CH4 (metana), NO 2 (nitrogen dioksida), SO2 (sulfur dioksida) maupun Abu. Produk hasil pembakaran selain CO2 tersebut, umumnya disebut sebagai polutan (zat pencemar). Gambar 7.49. Asap dari kegiatan industri Faktor emisi disini didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu polutan yang dihasilkan oleh terbakarnya sejumlah bahan bakar se/ama kurun waktu tertentu. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa jika faktor emisi sesuatu polutan diketahui, maka banyaknya polutan yang lolos dari proses pembakarannya dapat diketahui jumlahnya persatuan waktu. 701
  • 165. Contoh 1: Dirancang sebuah pembangkit listrik tenaga uap menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Kadar abunya 8%, kadar sulfurnya 0,5%, nilai kalornya 11.000 Btu/lb. Daya yang akan dibangkitkan sebesar 2.250 MW dengan efisiensi thermal sebesar 38%. Perkiraan banyaknya partikulat, NO2 dan SO2 yang teremisikan dari sistem ini adalah sebagai berikut: Faktor emisi masing-masing polutan akibat terbakarnya batubara (dalam lb/ton batubara yang terbakar), adalah: partikulat = 16A, NO 2 = 20; SO 2 = 38 S dengan A dan S adalah prosen abu dan prosen sulfur dalam bahan bakar. (1 lb = 453,6 gram) Energi yang diperlukan untuk menghasilkan daya sebesar 2250 MW adalah: 2.250 MW / 0,38 = 5.930 x 106 Watt = 20.200 x 10 6 Btu/Jam (Watt = 3,4114 Btu/jam). Dari kebutuhan energi, maka kebutuhan bahan bakarnya adalah: (20.200 x 106 Btu/jam) /(11.000 Btu/lb) = 1.834 x 103 lb/jam = 917 ton/jam. Besarnya emisi masing-masing polutan dapat diperkirakan sebesar: Partikulat : (16 x 8 lb/ton) x 917 ton/jam = 117.300 lb/jam NO2 : (20 lb/ton) x 917 ton/jam = 18.340 lb/jam SO2 : (38 x 0,5 Ibton) x 917 ton/jam = 17.400 lb/jam Jumlah emisi partikulat dapat dikurangi jika pada sistem tersebut dilengkapi dengan satuan operasi lain (alat pengendali emisi partikulat) seperti elektrostatik presipitator misalnya, Contoh 2: Perkiraan emisi partikulat dari sistem di atas, jika sistem dilengkapi dengan EP yang mempunyai spesifikasi: Ukuran partikel, pm 0-5 5-10 10-20 20-44 >44 Efisiensi, % 75 94,5 97 99,5 100 702
  • 166. Partikulat yang teremisikan ke udara mempunyai spesifikasi: Ukuran partikel, μm 0-5 5-10 10-20 20-44 >44 % berat 15 17 20 23 25 Emisi partikulat ke udara setelah menggunakan EP adalah: Ukuran partikel, μm Emisi partikel, lb/jam 0-5 = (100-75,0)% x 15% x 117.300 = 4.398,75 5-10 = (100-94,5)% x 17% x 117.300 = 1.096,76 10-20 = (100-97,0)% x 20% x 117.300 = 703,80 20-44 = (100-99,5)% x 23% x 117.300 = 134,90 > 44 = (100-100)% x 25% x 117.300 = 0,0 Jumlah =……………………………………………= 6.334,2 Atau sebanyak (6.334,21/117.300) x 100% = 5,4 % dari total partikulat. Contoh 3: Sebuah Tempat Penampungan Akhir (TPA) sampah dengan sistem pembakaran terbuka mengemisikan 7,71 kg partikulat per ton sampah yang dibakar. Jika jumlah penduduk Semarang 1.300.000 orang, setiap orang rata-rata membuang sampah sebanyak 2,7 kg per hari selama 7 hari per minggu, maka perkiraan jumlah sampah dan partikulat yang teremisikan per hari adalah sebagai berikut: Jumlah sampah: 1.300.000 orang x 2,7 kg/hari/orang = 3.510.000 kg/hari = 3.510 ton/hari Emisi partikulat: 7,71 kg/ton sampah x 3.510 ton sampah/hari = 27.062 kg/hari Faktor emisi dari berbagai jenis bahan bakar tersebut diperoleh atas hasil pengukuran berulang pada berbagai sumber emisi dengan tipe sistem 703
  • 167. yang sama. Oleh karena itu walaupun bahan bakarnya sama, jika tipe sistemnya berbeda, maka emisi polutannya akan berbeda besarnya. Beberapa contoh Faktor Emisi (FE) berbagai bahan bakar maupun berbagai tipe sistem yang digunakan disajikan pada Tabel 7.21. Tabel 7.21. Faktor Emisi Polutan pada pembakaran batubara, lb/ton coal Rumah tangga / No Polutan Power Plant Industri Kantor 1. Aldehid, HCHO 0,005 0,005 0,005 2. Karbon Monoksida, CO 0,5 3 50 3. Hidrokarbon, CH4 0,2 1 10 4. Oksida Nitrogen, NO2 20 20 8 5. Sulfur Dioksida 38S 38S 38S 6. Partikulat 16A 16A 16A S = sulfur dalam batubara ; A = % abu dalam batubara Jika kadar abu dalam batubara 10%, kadar sulfurnya 0,8%, maka emisi masing-masing: Partikulat = 16A =16 x 10 lb/ton batubara SO2 = 38S =38 x 0,8 lb/ton batubara Tabel 7.22. Faktor Emisi Polutan pada pembakaran Gas Alam, Ib/106 NG Rumah Tangga/ No Polutan Power Plant Industri Kantor 1. Aldehid, HCHO 1 2 N 2. Karbon Monoksida, CO N 0,4 0,4 3. Hidrokarbon, CH4 N N N 4. Oksida Nitrogen, NO2 390 214 116 5. Sulfur Dioksida 0,4 0,4 0,4 6. Partikulat 15 18 19 704
  • 168. Tabel 7.23. Faktor Emisi Polutan pada pembakaran Fuel Oil, lb/1000 gallon FO Rumah No Polutan Power Rant Industri Tangga/Kantor 1. Aldehid, HCHO 0,6 2 2 2. Karbon Monoksida, CO 0,04 2 2 3. Hidrokarbon 3,2 2 3 4. Oksida Nitrogen, NO2 104 72 72 Sulfur Dioksida, SO2 157S 157S 157S 6. Sulfur Trioksida, SO3 2,4S 2S 2S 6. Partikulat 10 23 8 Beberapa contoh di atas baru menunjukkan banyaknya polutan yang teremisikan ke udara dalam satuan berat per satuan waktu, namun belum dalam satuan berat per satuan volume gas yang keluar dari sistem. Untuk mengkonversinya dapat dilakukan jika laju volumetris gas keluar sistem (m3/jam) diketahui. Pada umumnya baku mutu emisi dinyatakan dalam kondisi standar/normal (tekanan 1 atm, suhu 25° C), sedang polutan gas keluar sistem umumnya berada pada kondisi lain. Untuk mengkonversikan dapat digunakan rumusan praktis sebagai berikut:  P      c1  T 1   cn  P       T  n  dengan: c 1 ; c n = konsentrasi polutan pada kondisi 1 dan kondisi normal. (P,T)1 ; (P,T)n = tekanan dan suhu pada kondisi 1 dan kondisi normal 3. Sebaran polutan Polutan yang diemisikan dari sistem akan tersebar ke atmosfer. Konsentrasi polutan di udara sebagai hasil sebaran polutan dari sumber emisi dapat diperkirakan dengan berbagai pendekatan, diantaranya adalah dengan model kotak hitam (black box model), model distribusi normal Gaussian (Gaussian Model), dan model lainnya. 705
  • 169. a. Model kotak hitam Polutan yang terdistribusi dianggap homogen dan mengalir keatas membentuk kolom udara, pada kecepatan angin (v). Pada keadaan ajeg, konsentrasi polutan dalam kolom udara di atas sumber emisi adalah: Gambar 7.50. Model Kotak Hitam (Black Box) Standar dan Profil Konsentrasinya Cj = (Qj)/(v.W.D) dengan: Cj = konsentrasi polutan j, mg/m 3 v = kecepatan angin, dianggap konstan, m/det Q, = laju emisi polutan j, mg/det D = tinggi kolom udara, m W = lebar kolom udara, m Selain model di atas dapat digunakan model kotak tertutup, terutama jika kecepatan angin sangat rendah (mendekati nol) sebagai berikut: Gambar 7.51. Model Kotak Hitm Tertutup (Closed System) dan Profil Konsentrasinya Cj = (Qj. t)/(x. . W. D) dengan: Cj = konsentrasi polutan j, mg/m 3 x = panjang kolom udara, m Qj = laju emisi polutan j, mg/det D = tinggi kolom udara, m W = lebar kolom udara, m t = waktu emisi, detik 706
  • 170. Model kotak hitam umumnya digunakan untuk sumber emisi diam yang berada di tanah, misalnya tempat parkir, pemukiman, tempat pembakaran b. Model Gaussian Pada kenyataannya dispersi polutan sesungguhnya tersebar ke segala arah dengan konsentrasi bervariasi, mengingat kondisi atmosfer yang sangat kompleks. Untuk mengakomodasikan berbagai variabel lain yang mempengaruhi sebaran polutan, dilakukan penyusunan model lain. The American Society of Mechanical Engineers (ASME) mempublikasikan Model Gaussian untuk kepentingan memprediksi dampak. Model tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya konsentrasi polutan (gas) di suatu posisi dari sumber emisi diam (di tanah, dari cerobong asap), maupun dari sumber bergerak. 1. Pencemaran Udara dari Sumber Bergerak C(x,y,z) = [(2Q/L)]/[(2)1/2 v.tz2)] [exp {-(z2/2.tz2)}] 2. Pencemaran Udara dari Sumber Tetap yang teremisikan Melalui Cerobong Asap C(x,y.z) = (Q/2.v.tz)[exp-(y2 /2.t z2)][exp{-(z-H)2/2.t z}+ exp {-z+H) 2/2. tz2}] 3. Pencemaran Udara dari Sumber Tetap di Tanah C(x,y,z) = (Q/.v.ty .tz)exp [-y2/2.Ty2 - z 2/2.T,2)] Untuk polutan partikulat dapat digunakan pendekatan: C(x.y.z) = (Q/.v.ty .tz)exp [-y2/2. ty 2] [exp -1/2(H-z-xVp/v)2] Keterangan: Q, = Laju emisi, mg/det C(x,y,z) = Konsentrasi polutan pada koordinat x,y,z dari sumber emisi, mg/m v = Kecepatan angin pada arah x, m/det ty .tz = Koefisien dispersi polutan ke arah y dan z, m H = Tinggi efektif cerobong asap (h + Hs), m h = Tinggi kepulan asap, m Hs = tinggi aktual cerobong asap, m L = panjang jalur jalan yang dilewati, m Vp = Kecepatan jatuh partikulat, m/det 707
  • 171. Penggunaan Model Gaussian memerlukan informasi tentang koefisien dispersi dan variasinya yang tergantung pada stabilitas atmosfer, maupun jarak ke arah mengalirnya angin. Koefisien dispersi secara empiris telah diperkenalkan oleh Pasquil-Gifford, Tennese Valley Authority (TVA), maupun American Society of Mechanical Engineers (ASME). Kategori stabilitas atmosferik diberikan oleh tuner, 1970 seperti dilihat pada tabel 7.23. Tabel 7.24. stabilitas atmosferik Kec. Angin pada Siang Malam ketinggian 110 Cerah hingga Kuat Sedang Lemah Berawan m, m/det berawan <2 A A-B B - - 2-3 A-B B C E F 3-5 B B-C C D E 5-6 C C-D D D D >6 C D D D D c. Plume rise (kenaikan kepulan asap) Gerakan ke atas dari kepulan gas dari ketinggian cerobong (stack), hingga asap mengalir secara horisontal dikenal sebagai "plume rise" atau kenaikan kepulan asap. Kenaikan ini disebabkan adanya momentum akibat kecepatan vertikal gas maupun perbedaan suhu "flue gas" dengan udara ambien. Karena adanya plume rise ini, tinggi stack secara fisik tidak dapat digunakan pada persamaan Gauss. Sebagai gantinya, tinggi stack perlu ditambah dengan tinggi kenaikan kepulan asap sehingga dikenal adanya tinggi stack efektif. Beberapa kemungkinan kenaikan kepulan asap, h dapat dihitung dengan rumus pendekatan sebagai berikut: 1. Beda suhu antara flue gas dengan udara ambien < 10 °C; h = D, (Vgt )/vt )1,4 dengan: Dt = diameter bagian dalam stack (bagian atas), ml Vgt = kecepatan alir gas, m/det vt = kecepatan angin, m/det 2. Beda suhu lebih besar atau sama dengan 50 °C, volume flue gas kurang dari 50 m 3/det. maka besarnya plume rise, h = [Vgt . Dt /vt ][1,5 + (36 x 10-4.Bt .Dt .(Tgt Tta)/Tgt ], 708
  • 172. dengan: Bt = Tekanan udara ambien, mm Hg T9t = suhu flue gas, °K Tat = suhu udar ambien, °K Harga harus dikoreksi atas dasar stabilitas atmosferiknya. Klas Stabilitas Faktor Koreksi Sangat tidak stabil, A-B 1,15 Tidak stabil, C 1,10 Netral, D 1,00 Stabil, E-F 0,85 3. Beda suhu lebih besar atau sama dengan 50 °C, volume flue gas lebih dari atau sama dengan 50 m3/det. maka besarnya plume rise, Untuk kondisi stabil h = 3, 44 [Vgt . Dt 2/vt.Bt 2/7][Tat /Tgt ][(Tgt -Tat )/(Tat /z)], dengan: Tat /z = (  T,t /  z) + 0,01, °C/m Untuk kondisi nefral dan tidak stabil h = [10/vt ][Vgt .Dt 2.H2.(Tgt -Tat )/Tgt ], Contoh 4. Perkiraan konsentrasi SO2 pada sisi hilir dari sebuah PLTU 1.000 MIW pada jarak 1 km dan 5 km, yang menggunakan 10.000 ton batubara per hari sebagai bahan bakarnya, kadar sulfur 1%, tinggi stack efektif 250 m, angin bergerak dengan kecepatan 3m/det, diukur pada kondisi sedikit cerah, siang hari pada ketinggian 10 m. x, km Ty, 117 Tz, m 1 140 125 5 540 500 Kondisi atmosferik tidak stabil, kecepatan angin pada ketinggian stack efektif adalah sebesar: v = v1 (H/z 1)n = 3(250/10) 0,25 = 6,6 m/det. 709
  • 173. Jumlah sulfur = 10.000 ton/hari x 1/100 = 100 ton/hari (27.777.700 mg/detik) Emisi SO 2 = (64/32)(27.777.700)mg/det = 55.555.400 mg/det. Pada ground level concentration maximum (GLC), konsentrasi SO2 adalah: C1km = [55.555.400/3,14.6,6x 140 x125] exp-[{2502/2(125)2}] = 750 μg/m' C5km = [55.555.400 /3,14.6,6x540 x 500] exp-[{2502/2(500)2}] = 315 μg/m 2 Gambar 7.52. Koefisien dispersi ke arah z. 710
  • 174. Gambar 7.53. Koefisien dispersi ke arah y. Gambar 7.54. Simulasi sebaran polutan gas ke berbagai posisi 711
  • 175. Gambar 7.55. Tinggi kepulan asap dan tinggi stack efektif d. Korelasi Antara Pencemaran Udara dan Kesehatan Pencemaran udara dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia melalui berbagai cara, antara lain dengan merangsang timbulnya atau sebagai faktor pencetus sejumlah penyakit. Kelompok yang terkena terutama bayi, orang tua dan golongan berpenghasilan rendah yang biasanya tinggal di kota-kota besar dengan kondisi perumahan dan lingkungan yang buruk. Menelaah korelasi antara pencemaran udara dan kesehatan, cukup sulit. Hal ini karena: 1. Jumlah dan jenis zat pencemar yang bermacam -macam. 2. Kesulitan dalam mendeteksi zat pencemar yang dapat menimbulkan bahaya pada konsentrasi yang sangat rendah. 3. Interaksi sinergestik di antara zat-zat pencemar. 4. Kesulitan dalam mengisolasi faktor tunggal yang menjadi penyebab, karena manusia terpapar terhadap sejumlah banyak zat-zat pencemar yang berbahaya untuk jangka waktu yang sudah cukup lama. 5. Catatan penyakit dan kematian yang tidak lengkap dan kurang dapat dipercaya. 6. Penyebab jamak dan masa inkubasi yang lama dari penyakit- penyakit (misalnya: emphysema, bronchitis kronik, kanker, penyakit 712
  • 176. jantung). 7. Masalah dalam ekstrapolasi hasil percobaan laboratorium binatang ke manusia. Terdapat korelasi yang kuat antara pencemaran udara dengan penyakit bronchitis kronik (menahun). Walaupun merokok hampir selalu menjadi urutan tertinggi sebagai penyebab dari penyakit pernafasan menahun akan tetapi sulfur oksida, asam sulfur, partikulat, dan nitrogen dioksida telah menunjukkan sebagai penyebab dan pencetusnya asthma brochiale, bronchitis menahun dan emphysema paru. Hasil-hasil penelitian di Amerika Serikat sekitar tahun 70-an menunjukkan bahwa bronchitis kronik menyerang 1 di antara 5 orang laki-laki Amerika umur antara 40-60 tahun dan keadaan ini berhubungan dengan merokok dan tinggal di daerah perkotaan yang udaranya tercemar. Hubungan yang sebenarnya antara pencemaran udara dan kesehatan ataupun timbulnya penyakit yang disebabkannya sebetulnya masih belum dapat diterangkan dengan jelas betul dan merupakan problema yang sangat komplek. Banyak faktor-faktor lain yang ikut menentukan hubungan sebab akibat ini. Namun dari data statistik dan epidemiologik hubungan ini dapat dilihat dengan nyata. Pada umumnya data morbiditas dapat dianggap lebih penting dan berguna daripada data mengenai mortalitas. Apalagi penemuan- penemuan kelainan fisiologik pada kehidupan manusia yang terjadi lebih dini sebelum tanda-tanda penyakit dapat dilihat atau pun dirasa, sebagai akibat dari pencemaran udara, jelas lebih penting lagi artinya. Tindakan pencegahan mestinya telah perlu dilaksanakan pada tingkat yang sedini mungkin. WHO Inter Regional Symposium on Criteria for Air Quality and Method of Measurement telah menetapkan beberapa tingkat konsentrasi pencemaran udara dalam hubungan dengan akibatnya terhadap kesehatan/ lingkungan sebagai berikut: Tingkat I : Konsentrasi dan waktu expose di mana tidak ditemui akibat apa-apa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tingkat II : Konsentrasi di mana mungkin dapat ditemui iritasi pada panca indera, akibat berbahaya pada tumbuh-tumbuhan, pembatasan penglihatan atau akibat-akibat lain yang merugikan pada lingkungan (adverse level). 713
  • 177. Tingkat III : Konsentrasi di mana mungkin timbul hambatan pada fungsi-fungsi faali yang fital serta perubahan yang mungkin dapat menimbulkan penyakit menahun atau pemendekan umur (serious level). Tingkat IV : Konsentrasi di mana mungkin terjadi penyakit akut atau kematian pada golongan populasi yang peka (emergency level). Beberapa cara menghitung/memeriksa pengaruh pencemaran udara terhadap kesehatan adalah antara lain dengan mencatat: jumlah absensi pekerjaan/dinas, jumlah sertifikat/surat keterangan dokter, jumlah perawatan dalam rumah sakit, jumlah morbiditas pada anak-anak, jumlah morbiditas pada orang-orang usia lanjut, jumlah morbiditas anggota- anggota tentara penyelidikan pada penderita dengan penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, paru dan sebagainya. Penyelidikan-penyelidikan ini harus dilakukan secara prospektif dan komparatif antara daerah-daerah dengan pencemaran udara hebat dan ringan, dengan juga memperhitungkan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh (misalnya udara, kebiasaan makan, merokok, data meteorologik, dan sebagainya). a. Beberapa data epidemiologik Fairbairn & Reid menemukan bahwa incidence bronchitis, lebih banyak pada pengantar pos di daerah dengan pedut tebal. Juga di London incidence penyakit kanker paru terbesar di bagian timur taut kota, di mana angin membawa pencemaran udara dari pusat dan bagian selatan kota. Dalam penyelidikan di Cracow (Polandia) tahun 1965 prevalensi gejalagejala penyakit pernafasan lebih besar didapatkan pada orang- orang yang tinggal di daerah pencemaran udara berat. Juga penyelidikan di Rotterdam terhadap 1000 anak sekolah yang tinggal di pusat kota (pencemaran tinggi) dan daerah permukiman baru di pinggiran kota menunjukkan bahwa anak-anak di daerah pinggiran kota rata-rata lebih tinggi dan lebih berat badannya. Colley dan Reid (1970) juga menemukan angka bronkhitis terendah di daerah pedesaan dan angka tertinggi di daerah yang terkena pencemaran berat. Hal ini terutama dijumpai pada anak-anak dan pekerja-pekerja yang setengah terlatih dan tidak terlatih 714
  • 178. Beberapa penulis lain menemukan angka kematian karena kanker paru 10 kali lebih tinggi di dalam kota daripada di daerah rural. Juga pada bukan perokok angka-angka di daerah perkotaan untuk kanker paru ini 120% lebih tinggi daripada di daerah pedesaan. Dengan sebab yang belum jelas juga angka kematian karena kanker lambung 2 kali lebih tinggi di daerah dengan pencemaran tinggi. b. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh pencemaran udara adalah: 1) Bronchitis kronika. Pengaruh pada wanita maupun pria kurang lebih sama. Hal ini membuktikan bahwa prevalensinya tak dipengaruhi oleh macam pekerjaan sehari-hari. Dengan membersihkan udara dapat terjadi penurunan 40% dari angka mortalitas. 2) Emphysema pulmonum. 3) Bronchopneumonia. 4) Asthma bronchiale. 5) Cor pulmonale kronikum. Di daerah industri di Republik Ceko umpamanya, dapat ditemukan prevalensi tinggi penyakit ini. Demikian juga di India bagian utara di mana penduduk tinggal di rumah-rumah tanah liat tanpa jendela dan menggunakan kayu api untuk pemanas rumah. 6) Kanker paru. Stocks & Campbell menemukan mortalitas pada non- smokers di daerah perkotaan 10 kali lebih besar daripada daerah pedesaan. 7) Penyakit jantung, juga ditemukan 2 kali lebih besar morbiditasnya di daerah dengan pencemaran udara tinggi. Karbon-monoksida ternyata dapat menyebabkan bahaya pada jantung, apalagi bila telah ada tanda-tanda penyakit jantung ischemik sebelumnya. Afinitas CO terhadap hemoglobin adalah 210 kali lebih besar daripada O2 sehingga bila kadar COI-Ib sama atau lebih besar dari 50%, akin dapat terjadi nekrosis otot jantung. Kadar lebih rendah dari itu pun telah dapat mengganggu faal jantung. Scharf dkk (1974) melaporkan suatu kasus dengan infark myocard transmural setelah terkena CO. 8) Kanker lambung, ditemukan 2 kali Iebih banyak pada daerah dengan pencemaran tinggi. 715
  • 179. 9) Penyakit-penyakit lain, umpamanya iritasi mata, kulit dan sebagainya banyak juga dihubungkan dengan pencemaran udara. Juga gangguan pertumbuhan anak dan kelainan hematologik pernah diumumkan. Di Rusia pernah ditemukan hambatan pembentukan antibodi terhadap influenza vaccin di daerah kota dengan tingkat pencemaran tinggi, sedangkan di daerah lain pembentukannya normal. Di Jepang sekarang secara resmi telah diakui oleh pemerintah pusat maupun daerah, sejumlah 7 macam penyakit yang berhubungan dengan pencemaran (pollution related diseases). yaitu:  Bronchitis kronika  Asthma bronchiale  Asthrnatik bronchitis  Emphysema pulmonum dan komplikasinya  Minamata disease (karena pencemaran air dengan methyl-Hg)  Itai-itai disease (karena keracunan cadmium khronik)  Chronic arsenik poisoning (pencemaran air dan udara di tambang- tambang AS). Orang-orang dengan keterangan sah menderita penyakit ini, yang dianggap disebabkan oleh salah satu macam bahaya pencemaran, akan mendapat kompensasi akibat kerugian dan biaya perawatan dari penyakitnya oleh polluters. 4. Pengendalian Pencemaran Udara a. Sumber dan Jenis Pencemaran Udara Pencemaran udara ditinjau dari asalnya dapat dibagi menjadi dua. Pertama, yaitu pencemaran udara yang diakibatkan oleh aktivitas alam seperti hembusan angin yang membuat debu beterbangan, letusan gunung berapi yang mengeluarkan gas dan debu ke udara, aroma yang dikeluarkan flora dan fauna, kebakaran hutan, serbuk sari dari bunga, pembusukan hewan, dan tumbuh-tumbuhan, radioaktivitas alam. Dalam beberapa kasus pencemaran alamiah ini berskala sangat besar sperti letusan gunung berapi yang sekali meletus bisa mengeluarkan jutaan ton gas dan debu ke udara, ataupun kebakaran hutan yang asapnya bisa menyebar menutupi suatu kawasan yang sangat luas. Pencemaran udara 716
  • 180. akibat aktivitas alam ini sangat sulit dikontrol oleh manusia, hanya kebakaran hutan saja yang bisa dikontrol. Kedua, pencemaran udara yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, seperti alat transportasi, pembangkit tenaga listrik non-PLTA, industri yang kesemuanya menghasilkan 5 macam polutan utama yang berbahaya yaitu partikulat, karbon monoksida, hidrokarbon, nitrogen oksida dan belerang oksida. Pencemaran udara akibat aktivitas manusia sekarang ini sudah sangat berat. Sebagai contoh, diperkirakan polutan yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di Amerika Serikat saja dalam satu tahun sebesar 300 juta ton (bandingkan dengan polusi belerang dioksida akibat pembakaran bahan bakar di Indonesia sekitar 160.000 ton/th dari batubara dan 3500 ton/th dari bahan bakar minyak). Pencemaran udara akibat aktivitas manusia ini yang akan dibahas dan care penanggulangannya agar tidak berdampak negatif terhadap lingkungan hidup. Sudah terbukti bahwa polutan bisa menimbulkan akibat negatif, antara lain kesehatan manusia seperti penyakit saluran pernafasan dan pare- paru, iritasi mata-kulit, alergi, dan lain-lainnya. Terhadap binatang selain pernafasan juga makanan seperti yang terjadi terdap tumbuh-tumbuhan, antara lain kerusakan hutan akibat hujan asam, rusaknya warna daun, bunga, buah dan sebagainya. Tidak bisa diabaikan adalah kerusakan material akibat korosi, perubahan warna, pemecahan rantai molekul, kotor akibat debu, berkurangnya jarak pandang dan lainnya. Terhadap clam: adanya zat CFC/HCFC yang merusak lapisan ozon (pelindung bumi dari radiasi sinar ultra-violet matahari. Aerosol di udara bersifatmenyerap energi radiasi sinar ultraviolet matahari dan mengubahnya jadi panas yang membuat udara menjadi lebih panas. Naiknya kandungan gas karbon monoksida di atmosfer akan mengakibatkan terhalangnya pantulan panas bumi ke angkasa luar hal ini mengakibatkan terperangkapnya panas di atmosfer, sehingga suhu bumi menjadi naik dan akibat lanjutannya antara lain adalah naiknya permukaan air laut akibat meleburnya lapisan es di kutub bumi. Secara garis besar ada dua macam zat pencemar di udara yang berasal dari emisi peralatan yang berkaitan dengan aktivitas manusia yaitu Gas dan Partikulat. 717
  • 181. a. Gas 1. Senyawa belerang: SO2, SO3, H2S 2. Karbon Oksida: CO, CO 2 3. Nitrogen Oksida: NO, NO 2, NO3 4. Halogen, Halida: HF, HCI, Cl2. CFC 5. Cyanida: HCN 6. Amonia: NH3 7. Organik: Hidrokarbon seperti metana, etana, benzena, asam organik, formaldehida, alkohol, dll. Beberapa jenis gas tersebut di atas mempunyai bau yang spesifik yang dapat dipakai sebagai indikator adanya pencemaran udara. b. Partikulat Partikulat dapat berbentuk zat padat atau cairan yang ukurannya lebih besar dari ukuran 1 molekul, tetapi kurang dari 1000 μm. Partikulat yang terdispersi di udara di sebut Aerosol. Debu adalah hasil pemecahan zat padat sehingga berukuran 1 sampai 200 Etm. Asap adalah padatan atau butiran cairan hasil pembakaran zat organik dan berukuran antara 0,01 sampai 1 μm, demikian halusnya ukurannya sehingga bisa terdispersi cukup lama di udara. Polutan gas dan partikulat dilihat d sumbernya dapat dibagi menjadi ari dua. Pertama, sumber bergerak, misalnya alat transportasi seperti mobil, bis, truk, pesawat udara, kapal, kereta api, dimana gas asap sisa hasil pembakaran di buang langsung ke udara. Kedua, sumber tidak bergerak, yaitu industri/pabrik yang emisi polutannya sebagian besar dikeluarkan lewat cerobong asap, sebagian lagi as ke Iingkungan karena operasi peralatan pabrik yang tidak sempurna atau terbuka sehingga gas/ partikulat dapat lolos ke udara. 2. Prinsip Dasar Pengendalian Pencemaran Udara Dengan mengetahui jenis dan sumber zat-zat pencemar udara, maka dapat dilakukan dua tindakan untuk pengendalian pencernaran udara, yaitu: DI DALAM PROSES dan DI LUAR PROSES. 718
  • 182. a. Pengendalian di dalam proses 1. Memperbaiki proses agar sisa pembakaran seminimal mungkin. Ada empat hal yang bisa digunakan untuk meminimalisasi polutan di dalam emisi gas hasil pembakaran. Pertama, yaitu pemakaian bahan bakar yang bersih dan ramah lingkungan dengan kandungan belerang dan logam berat yang seminimal mungkin, seperti bensin yang tidak mengandung timbal (Pb) Kedua, yaitu pengaturan efisiensi pembakaran dengan mengatur perbandingan bahan bakar dan udara yang optimal. Ketiga, yaitu perancangan sistem pembakaran yang bagus agar pembakaran bisa berlangsung sempurna. Keempat, yaitu penerapan sistem energi terintegrasi dimana kebutuhan energi untuk pemanasan dan sisa energi yang akan di buang dihitung, kemudian aliran panas yang akan dibuang dimanfaatkan semaksimal mungkin sehingga secara netto energi simpan baru yang diperlukan bisa seminimal mungkin. 2. Memperbaiki proses agar bahan yang diproses terisolasi dari lingkungan. Semua proses diusahakan dijalankan secara tertutup sehingga kalau ada emisi gas dan partikulat bisa dilokalisir untuk selanjutnya dialirkan ke unit pengolahan gas buang. 3. Memperbaiki kondisi proses . Suhu, tekanan, kecepatan alir, kecepatan putaran, konsentrasi, dan lainnya agar efisiensi proses meningkat yang akhirnya akan membuat gas dan partikulat yang terbuang bisa minimal. 4. Memperbaiki peralatan agar tidak terjadi kebocoran lingkungan, dengan cara merawat peralatan secara rutin dan teliti, contohnya kran-kran, packing pompa-kompressor-flange. 5. Pemasangan alat penangkap polutan pada aliran gas yang akan dibuang ke lingkungan contohnya elektrostatik precipitatot cyclone, separator, absorbser; katalitik konverter, bag filter, incinerator; absorbser karbon aktif, kondensor, dan lain-lain. 6. Perancangan dan pemasangan cerobong yang sesuai dengan ketentuan dan dengan memperhatikan kondisi lingkungan. Khusus untuk perancangan dan pemasangan cerobong perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:  Tinggi cerobong sebaiknya minimal 2,5 kali tinggi bangunan di sekitarnya agar lingkungan sekitar tidak terkena turbulensi asap. 719
  • 183. Kecepatan aliran gas yang keluar cerobong sebaiknya berkecepatan minimal 20 m/detik agar gas yang keluar cerobong akan terhindar dari turbulensi.  Perlu diingat bahwa untuk cerobong yang diameternya kurang dari 5 feet dan tingginya kurang dari 200 feet akan mengakibatkan konsentrasi di bagian bawah akan menjadi tinggi.  Konsentrasi maksimum bagian permukaan tanah dari cerobong biasanya terjadi pada jarak 10 sampai 20 kali tinggi cerobong sesuai arah angin (down wind).  Konsentrasi maksimum zat polutan berkisar 0,001% - 1% dari konsentrasi zat polutan di dalam cerobong.  Semakin tinggi cerobong, semakin rendah konsentrasi maksimum zat polutan di permukaan.  Cerobong dilengkapi dengan sampling point untuk mempermudah pengontrolan kualitas gas buang. b. Pengendalian di luar proses Pemilihan lokasi pabrik yang tepat dengan memperhatikan lingkungan sekitar permukiman, daerah industri, dan jenis industri. Penanaman potion tinggi di sekeliling pabrik dan pinggir jalan, pengaturan perbandingan yang memadai antara Iuas daerah hijau dan luasan daerah terpakai. Pohon-pohon ini dapat berfungsi sebagai buffer/penyangga agar pengaruh negatif emisi gas buang dapat ditekan karena dengan adanya pohon-pohon tersebut sebagian gas buang seperti karbon dioksida dapat terserap. c. Pengendalian dari Sumber Emisi Sebelum membahas pengendalian pencemaran udara dari sumber emisi, lebih dulu perlu dikertahui karakteristik berbagai jenis peralatan pengendalian pencemaran udara di dalam proses dan faktor-faktor yang mendasari pemilihannya. Dengan demikian alat-alat tersebut harus dipasang sebelum cerobong. Dengan mengetahui jenis alat yang dipakai, bisa dihitung konsentrasi zat polutan yang akan dibuang lewat cerobong sudah memenuhi baku mutu atau belum. Apakah alat yang dipakai perlu diganti dengan jenis lain yang efisiensi prosesnya lebih tinggi. Dengan memperhatikan standar baku mutu udara ambien dapat dirancang tinggi 720
  • 184. cerobong yang diperlukan untuk mendispersikan sisa zat polutan di permukaan agar tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan. Pemilihan jenis peralatan Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan jenis peralatan pengendalian pencemaran u dara, beberapa di antaranya adalah: 1. Jenis proses produksi yang akan dikendalikan jenis gas. 2. Beban dan konsentrasi outlet yang diperlukan. 3. Kelembaban inlet. 4. Temperatur inlet. 5. Tekanan inlet. 6. Jenis, ukuran dan bet jenis partikulat. 7. Konsentrasi partikulat pada inlet alat. 8. Volume feed gas. 9. Karakteristik alat: efisiensi pemisahannya. 10. Biaya operasional. Gambar 7.56. Methode nitrifikasi dengan filler Media yang dipakai batu berukuran antara 1,0 – 1,5 inchi, gravel 0,5 cm antrasit dan plastik 1,8 mm 721
  • 185. B. Pengolahan Limbah Gas Ada beberapa metode yang telah dikembangkan untuk penyederhanaan buangan gas. Dasar pengembangan yang dilakukan adalah absorbsi, pembakaran, penyerap ion, kolam netralisasi dan pembersihan partikel. Pilihan peralatan dilakukan atas dasar faktor berikut: – Jenis bahan pencemar (polutan) – Komposisi – Konsentrasi – Kecepatan air polutan – Daya racun polutan – Berat jenis – Reaktivitas – Kondisi lingkungan Desain peralatan disesuaikan dengan variabel tersebut untuk memperoleh tingkat efisiensi yang maksimum. Kesulitannya sering terbentuk pada persediaan alat di pasaran. Pilihan desain yang diinginkan tidak sesuai dengan kondisi limbah, sebab itu harus dibentuk desain baru. Kemampuan untuk mendesain peralatan membutuhkan keahlian tersendiri dan ini merupakan masalah tersendiri pula. Di samping itu ada faktor lain yang harus dipertimbangkan yaitu nilai ekonomis peralatan. Tidakkah peralatan mencakup sebagian besar investasi yang tentu harus dibebankan pada harga pokok produksi. Permasalahannya bahwa ternyata kemudian biaya pengen- dalian menjadi beban konsumen. Atas dasar pemikiran ini maka pilihan teknologi . pengolahan harus merupakan kebijaksanaan perlindungan konsumen baik dari sudut pencemaran itu sendiri maupun dari segi biaya. Pada umumnya jenis pencemar melalui udara terdiri dari bermacam -macam senyawa kimia baik berupa limbah maupun bahan beracun dan berbahaya yang tersimpan dalam pabrik. Limbah gas, asap dan debu melalui udara adalah: 1. Debu : Berupa padatan halus 2. Karbon monoksida : Gas tidak berwarna dan tidak berbau 3. Karbon dioksida : Gas, tidak berwarna, tidak berbau 4. Oksida nitrogen : Gas, berwarna dan berbau 722
  • 186. 5. Asap : Campuran gas dan partikel berwarna hitam: CO2 dan SO2 6. Belerang dioksida : Tidak berwarna dan herbau tajam 7. Soda api : Kristal 8. Asam chlorida : Berupa larutan dan uap 9. Asam sulfat : Cairan kental 10. Amoniak : Gas tidak berwarna, berbau 11. Timah hitam : Gas tidak berwarna 12. Nitro karbon : Gas tidak berwarna 13. Hlidrogen fluorida : Gas tidak berwarna 14. Nitrogen sulfida : Gas, berbau 15. Chlor : Gas, larutan dan berbau 16. Merkuri : Tidak berwarna, larutan Berikut ini adalah jenis peralatan yang dipilihkan untuk pengolahan limbah gas. Gambar 7.57. Seruber Model Tegak 723
  • 187. Gambar 7.58. Menara Penyemprot C. Pengoperasian Al at pengumpul debu Tujuannya untuk mengurangi pencemaran udara akibat adanya debu agar memenuhi baku mutu emisi yang ditetapkan pemerintah yang diterima dari segi ekonomi. Untuk menentukan sistem pencegahan pencemaran debu- partikulat, diperlukan informasi mengenai : 1. Proses Produksi yang mengeluarkan gas dengan pencemar debu- partikulat. Jenis proses maupun karakteristik proses (misalnya : batch atau kontinyu dan siklis atau non siklis, bahan baku yang digunakan) yang mengeluarkan gas buang dengan pencemar partikulat dapat digunakan untuk memprediksi kondisi dan komposisi gas buang dan kandungan debu-partikulat yang mungkin terbawa : suhu, 724
  • 188. tekanan, debit, fasanya zat pencemar : padat atau cair, distribusi ukuran debu partikulat. komposisi gas pembawanya. 2. Sifat fisik dan kimia gas pembawa debu — partikulat : Suhu, tekanan, debit, komposisi kimia dan sifat kimiawinya dapat diukur, ditentukan dengan menganalisa secara kimiawi sehingga diperoleh data-data riil yang berguna dalam pemilihan dan perancangan sistim yang sesuai. 3. Sifat fisik dan kimia debu — partikulat pencemar. Fasanya berupa padat atau cair, konsantrasi debu-partikulat, bentuk dan distribusi ukuran partikel, sifat kelistrikannya maupun sifat kimiawinya akan sangat menentukan dalam pemilihan sistim peralatan yang sesuai. Sebagai contoh dalam industri peleburan besi-baja dimana bahan bakunya mengandung kurang dari 1 % senyawa Sodium dan Potassium, tetapi dengan tingginya suhu peleburan akan membuat hampir semua senyawa tersebut menguap sehingga dalam gas buang kandungan fume- partikel padat berbentuk bola yang sangat halus menjadi komponen utama dalam gas buang tanur. Selain itu tanur umumnya bekerja secara batch dan siklis sehingga debit, komposisi, sifat fisik dan kimia gas dan partikelnya setiap saat bisa berbeda-beda. Komposisi bahan baku utama dan bahan pembantu juga penting karena apabila bijih besinya mengandung belerang, maka kemungkinan akan keluar sebagai gas belerang dioksida yang bersifat korosif. Kondisi-kondisi inilah yang sangat menentukan tipe dan bahan peralatan penangkap yang tepat. Persiapan peralatan dust collector : 1. Prinsip dasar yang digunakan dalam alat-alat pembersih gas dari debu -partikulat tipe ini adalah adanya gaya centripetal yang diterima oleh partikel debu yang berputar (spinning) dalam jalur sirkuler. Besarnya gaya ini : F = MV2 / R Dimana F : Gaya yang diterima partikel M : Massa partikel V : Kecepatan gas pembawa R : Radius lingkar – putaran 2 2. Percepatan partikel V / R dapat diatur dengan memilih harga-harga 725
  • 189. V dan R yang tepat agar nilai akselerasi ini menjadi beberapa kali nilai gravitasi : g , sehingga gaya centripetal yang dihasilkannya juga meningkat. Pengoperasian alat dust collector : 1. Menggunakan dasar dust collector untuk memisahkan debu- partikulat dari gas pembawanya adalah dengan mengalirkan gas yang membawa partikulat tersebut masuk silinder dust collector melalui horizontal tangential inlet sehingga aliran gas dalam dust collector menjadi berputar-cepat. Sehingga partikel debu akan mendapatkan gaya centripetal – terlempar kearah luar putaran gas – mendekati dinding dust collector. 2. Partikel akan terkonsentrasi di dekat dinding, turun berputar kebawah dan keluar dari bagian bawah dust collector. 3. Aliran gas akan berputar kebawah, dan berbalik arah naik keatas melalui bagian tengah dust collector dan keluar dari alas melalui pipa tengah. Hawksley menurunkan rumus yang digunakan untuk menghltung efisiensi pemisahan debu di dalam dust collector sebagai berikut : δ d 2 Vc ? = 18 μ D dimana ? : effisiensi pemisahan dust collector d : densitas partikel d : diameter partikel Vc : kecepatan gas di inlet dust collector μ : viscositas gas D : diameter dust collector Dari rumusan diatas dapat ditarik kesimpulan utama mengenai efisiensi dust collector : o Diameter dust collector : efisiensi dust collector akan meningkat dengan menurunnya diameter dust collector. o Dust collector capacity : efisiensi dust collector akan meningkatnya kapasitas dust collector. Kapasitas dust collector akan meningkat dengan meningkatnya kecepatan aliran gas masuk. Hal ini juga berarti dengan meningkatnya kapasitas dust collector maka ukuran 726
  • 190. diameter partikel yang bisa dipisahkan akan menurun (semakin kecil ukuran partikelnya). o Suhu gas : gas dengan massa yang sama bila dinaikkan suhunya maka akan meningkat volumenya, sehingga kecepatan gas masuk akan meningkat akibatnya akan meningkatkan efisiensi. Tetapi kalau dilihat dari viskositasnya, dimana bila suhu meningkat viskositas gas akan meningkat, maka hasil akhirnya adalah penurunan efisiensi dust collector. Masih banyak parameter yang sebetulnya mempengaruhi efisiensi dust collector, sehingga banyak bentuk persamaan matematis yang diturunkan untuk menghitungnya. Beberapa persamaan lain memasukkan faktor panjang body dust collector, dimana semakin panjang body dust collector ataupun panjang dust collector akan semakin tinggi efisiensinya. Demikian juga efisiensi akan meningkat dengan meningkatnya rasio diameter body dust collector dengan gas outlet diameter. Selain itu kenaikan pressure drop dalam dust collector akan menurunkan efisiensi, sehingga belokan tajam dalam dust collector harus dikurangi, agar hambatan aliran gas berkurang. Dust collector geometri diketahui juga besar pengaruhnya pada efisiensi, sehingga banyak sekali dikembangkan beberapa modifikasi geometri dust collector. Salah satu persamaan matematis yang banyak digunakan untuk mengevaluasi kinerja dust collector adalah persamaan Lapple : 1/ 2  9 μ B 2 H  d0,5 =    ρ p Qg θ    dimana : d0,5 : diameter partikel dimana efisiensi pemisahannya 50% μ : viscositas gas, Pa . s B : lebar lubang inlet gas, m H : Tinggi lubang inlet gas, m ?p : densitas partikel, kg/m 3 Qg : flow rate gas, m 3 / s ? : Jumlah putaran efektif gas dalam dust collector, yang dihitung dari rumus π ?= (2 L1 + L2) H L1 : panjang cylinder L2 : panjang dust collector 727
  • 191. Gambar 7.59. Pemisahan udara dan debu dengan “Wet Seruber” dan kolam pengendapan 728
  • 192. 1. Scrubber Alat ini digunakan untuk membersihkan gas yang mudah bereaksi dengan air. Prinsip kerjanya adalah mencampurkan air dengan uap dalam satu kolam. Pada umumnya arah aliran berlawanan agar kontak uap/gas dengan air dapat sempurna. Alat terdiri dari beberapa tipe: penyemprot, kolam, piringan dan putaran. Menara Penyemprot Gas kotor masuk dari bagiah dasar akibat tekanan. Gas membubung ke atas sementara dari atas dimasukkan pipa air yang dilengkapi dengan sprayer (penyemprot), sehingga air keluar merupakan titik-titik air memenuhi menara. Karena gaya berat, titik air turun sementara gas naik bersama udara. Gas yang terkandung dalam udara bereaksi dengan air dan turun ke bawah lalu ditampung dan dialirkan ke tempat tertentu. Udara yang bersih keluar melalui cerobong atas. Faktor yang perlu diperhatikan adalah waktu kontak. Jenis lain dari menara penyemprot yaitu packet tower dilengkapi dengan paking yang berfungsi memperluas permukaan kontak uap penceipar dengan air. Plate tower adalah bentuk lain yaitu paking digantung dengan piringan yang berlobang-lobang. Air berada di atas piringan dan turun melalui lubang-lubang, sementara udara dan gas mengalir dari bawah. Scrubber model tegak hampir mirip dengan menara penyemprot. Air dialirkan melalui pipa tegak (sejajar dengan kolam) berada di tengah-tengah liolam dan di sekeliling pipa dibuat lubang untuk menyemprotkan air. Gambar 22, 23 dan 24 adalah bagan alat pengolahan gas. 2. Pengolahan dengan Penyerapan (Absorbsi) Prinsip penyerapan (absorbsi) adalah pemisahan zat pencemar bentuk gas melalui cairan penyerap yang tidak mudah menguap. Udara yang mengandung zat pencemar dialirkan melalui cairan penyerap yang tidak mudah menguap (seperti air) sehingga zat-zat tersebut terserap. Penyerapan berlangsung dengan mudah apabila kontak permukaan cukup luas. Untuk itu dilakukan dengan membentuk butiran cairan atau membentuk cairan yang berbentuk 729
  • 193. film yang mem buat gelembung gas. Gambar 7.60. Menara isi Gambar 7.61. Penyerap mekanis 730
  • 194. Gambar 7.62. Menara penyemprot tipe cyclone Di samping itu perlu juga diperhatikan zat pencemar yang mudah dah bereaksi dengan zat penyerap seperti asam dengan alkohol. Ada 5 (lima) metode kerja absorbsi yaitu: Gambar 7.63. Menara semprot 731
  • 195. Gambar 7.64. Menara piringan Gambar 7.65. Menara kotak 732
  • 196. a. Menara Isi Menara berbentuk silinder tegak diisi butiran pengisi untuk memperluas kontak permukaan. Cairan mengalir melalui butiran. Sementara itu gas dapat mengalir searah atau berlawanan arah dengan cairan penyerap. Efektivitas alat sangat dipengaruhi distribusi gas yang mengalir melalui butiran pengisi. Butiran dapat dibuat dari bahan plastik atau karbon dengan ukuran 2,5 cm / s/d 5 cm. Lihat gambar 25, 26 dan 27. b. Menara Semprot Menggunakan cairan penyerap yang disemprotkan ke dalam menara dan cairan ini mudah bereaksi dengan gas, seperti gas chlor. Yang penting gas mudah larut dalam cairan. Gas masuk dari bagian samping bawah silinder sementara butir cairan masuk dari samping silinder sebelah tengah. Gas dan butiran padat akan larut bersama cairan penyerap dan terbawa ke bawah sementara gas bersih keluar melalui pembuangan sebelah atas. c. Penyerapan dengan Tarikan Cairan Berfungsi untuk menarik partikel dari buangan gas. Cairan penyerap dibangkitkan dan terjadi kontak dengan partikel, sehingga terjadi ikatan partikel dengan cairan. Sementara gas terbuang melalui lubang pembuangan atas. d. Semprot Cyclone Alat ini merupakan silinder tegak yang sebelah bawah terdapat alat penyemprot. Gas masuk ke dalam silinder melalui saluran yang berbentuk tangensial. Aliran gas yang berjalan mengelilingi cairan menabrak butiran cairan sehingga terjadi penyerapan. e. Penyerapan Mekanis Alat diisi cairan penyerap dan diputar dengan kipas. Gas kotor masuk ke dalam cairan. Reaksi antara cairan dan gas berlangsung dengan cukup baik. Gas dan partikel yang mudah bereaksi tinggal bersama cairan sementara gas keluar sudah bersih. 733
  • 197. Absorbsi oleh Benda Padat Absorbsi adalah penyerapan gas dengan bahan padat. Zat padat dikontakkan dengan buangan gas, sehingga zat pencemar yang mudah bereaksi akan terikat bersama bahan padat. Penyerapan ini dapat berlangsung secara fisika maupun secara kimia. Penyerapan secara fisika yaitu merupakan kondensasi gas pada permukaan zat padat, sedangkan penyerapan kimia berupa reaksi yang membentuk molekul baru. D. Limbah Gas 1. Pengolahan Limbah Padat Pengolahan limbah padat menurut sifatnya dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu: 1. Limbah padat tanpa pengolahan. 2. Limbah padat dengan pengolahan. Limbah padat tanpa pengolahan dapat dibuang ke tempat tertentu sebagai tempat pembuangan akhir karena tidak ada unsur kimia yang beracun dan berbahaya terkandung di dalamnya. Limbah semacam ini dapat langsung dibuang ke tempat tertentu, misalnya areal daratan atau laut. Berbeda dengan limbah padat yang mengandung senyawa kimia berbahaya dan beracun atau setidak-tidaknya dapat menimbulkan reaksi kimia baru. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum lirnbah diolah yaitu: a) Jumlah Limbah Dapatkah limbah ditanggulangi sendiri dalam pabrik tanpa memerlukan peralatan pengolahan ataupun pengangkutan. Limbah dalam jumlah relatif sedikit tidak membutuhkan penanganan khusus, seperti tempat pembuangan dan sarana pembuangan. Tetapi kalau yang harus dibuang misalnya 4 m3 setiap hari, sudah tentu memerlukan tempat pembuangan akhir dan mungkin memerlukan sarana angkutan tersendiri pula. 734
  • 198. b) Sifat Fisik dan Kimia Limbah Limbah padat terdiri dari berbagai macam wujud dan bentuk, tergantung pada jenis industrinya. Sifat fisik limbah akan mempengaruhi pilihan tempat pembuangan, sarana pengangkutan dan pilihan pengolahan. Limbah logam (kaleng, seng, potongan besi dan sebagainya) berbeda dengan limbah plastik atau kertas dan berbeda pula dengan limbah padat tepung tapioka. Limbah kertas dan plastik kemungkinan dapat diolah kembali untuk memperoleh produk baru. Di samping sifat fisik limbah; sifat kimia suatu hal yang tidak dapat diabaikan. Sifat kimia limbah padat akan merusak dan rnencemari lingkungan secara kimia yang dapat menimbulkan reaksi membentuk senyawa baru. Limbah padat lumpur dari pabrik pulp dan rayon akan mencemari air tanah melalui penyerapan ke dalam tanah. Apakah limbah mengandung sulftur atau sianida dan lain-lain. c) Kemungkinan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Lingkungan terdiri dari berbagai komponen. Baik peka maupun tidak terhadap komponen pencemaran. Perlu diketahui pula komponen lingkungan yang rusak akibat pencemaran pada tempat buangan akhir. Unsur manakah yang terkena dan bagaimanakah tingkat pencemaran yang ditimbulkan. Apakah cukup penting kehadiran komponen lingkungan tersebut dalam lingkungan itu sendiri atau memang perlu ditiadakan kehadirannya. d) Tujuan Akhir yang Akan Dicapai Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam upaya pengelolaan limbah. Tujuan ini tergantung pada tingkat limbah yang bersifat ekonomis maupun nonekonomis. Bagi limbah yang nonekonomis pengelolaannya ditujukan pada pencegahan dan kerusakan lingkungan, sedangkan limbah yang mempunyai nilai ekonomis dirinci dengan tujuan meningkatkan efisiensi pabrik secara keseluruhan dan untuk mengambil kembali bahan yang masih berguna dengan tujuan 735
  • 199. lain. Bagaimanapun pengolahan akhir harus mendapat perhatian utama yaitu mau dikemanakan limbah? Karena itu perlu dilakukan pengolahan sebelumnya untuk memperoleh limbah yang lebih mudal mengelolanya, seperti mudah memindahkan, mengangkut, tidak menimbulkan bau sewaktu dibawa dan lain-lain. Berdasarkan pertimbangan di atas pengolahan limbah dapat dilakukan melalui proses sebagai berikut: a. Pemisahan Pemisahan dilakukan karena dalam limbah terdapat berbagai ukuran yarig berbeda dan kandungan bahan tertentu. Pemisahan perlu dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi peralatan dan sekaligus mencegah kerusakan peralatan (mesin) yang tidak cocok dengan komponen bahan pencemar dalam limbah. Pemisahan dilakukan sebagai berikut: 1) Sistem balistik. Pemisahan cara ini untuk memperoleh ukuran yang lebih seragam, misalnya berat mendekati seragam atau ukuran volume yang lebih seragam pula. 2) Sistem grafitasi Pemisahan dilakukan berdasarkan gaya berat, misalnya bahan yang mudah terapung dengan bahan yang berat. Atau pada pemisahan biji sawit dengan serat dilakukan berdasarkan hembusan angin. 3) Sistem magnetis Bahan yang bersifat maknet akan menempel pada magnet sedangkan yang tidak mempunyai sifat magnetis akan langsung berpisah. Alat ini banyak digunakan untuk memisahkan bahan yang bercampur antara logam dan nonlogam. b. Penyusutan Ukuran Ukuran perlu diperkecil unttik memperoleh ukuran yang lebih homogen sehingga lebih mudah memberi perlakuan terhadap pengolahan berikutnya dengan tujuan: 736
  • 200. 1) Bahan mempunyai ukuran yang lebih kecil dapat mencapai ukuran 1". 2) Bahan mempunyai volume lebih kecil (bahan lebih dipadatkan). 3) Bahan mempunyai berat yang lebih ringan dan volume lebih kecil. Cara ini pada umumnya dilakukan dengan pernbakaran. c. Pengomposan Bahan organik yang terdapat dalam limbah diuraikan secara biokimia sehingga menghasilkan bahan organik baru yang lebih berguna. Hasil pengomposan dapat dijadikan pupuk tanaman. Sebelum dilakukan proses pengomposan kemungkinan diperlukan pernisahan ataupun penyusutan ukuran agar hasil kompos lebih baik. Pengomposan banyak dilakukan terhadap buangan yang mudah membusuk, sampah kota, buangan hewan, lumpur pabrik dan sebagainya. d. Pembuangan Limbah Setelah salah satu atau lebih proses dilakukan maka proses akhir adalah tempat pembuangan limbah. Tempat pembuangan limbah ada 2 macam yaitu: 1) Pembuangan di Laut Laut cukup luas dan diperkirakan kecil sekali pengaruhnya terhadap kualitas air laut yang kemungkinan besar dapat menetralisasi bahan beracun dan berbahaya. Pembuangan ke laut juga harus memperhatikan penggunaan laut oleh masyarakat di sekitar tempat buangan, seperti taman rekreasi, tempat nelayan mencari ikan, taman laut dan lain- lain. Di samping itu perlu diperhatikan dangkal tidaknya tempat pembuangan. Dari uraian ini jelas bahwa tidak semua limbah padat dapat dibuang ke laut terutama limbah yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya, seperti limbah radio aktif dan lain-lain. Di samping itu juga walaupun tidak ada bahan beracun dan berbahaya d alam limbah, tapi 737
  • 201. mengingat pemanfaatan laut sebagai tempat rekreasi, lalu lintas kapal dan nelayan untuk mencari makan, maka pembuangan tidak dapat dilakukan di sembarang tempat. 2) Pembuangan Darat (Sanitary Landfill) Penetapan tempat pembuangan di darat membutuhkan pertimbangan lebih seksama mengingat tidak semua daratan dapat dijadikan tempat pembuangan. Sebagaimana sudah disinggung bahwa pada tempat pembuangan harus diperhatikan komponen lingkungan yang mungkin harus dikorbankan terlepas dari nilainya apakah diperlukan atau tidak, tapi mengingat kepentingan yang lebih besar maka hal- hal yang lebih kecil harus kalah. Pemilihan lokasi landfill harus mempertimbangkan pengaruh iklim, temperatur, angin, keadaan struktur tanah, jaraknya dengan pemukiman penduduk, kemungkinan pengaruhnya terhadap sumber air, perkebunan, perikanan, peternakan, flora-fauna dan lain-lain. Hendaknya lokasi yang ditetapkan adalah lokasi yang benar- benar tidak ekonomis lagi untuk kepentingan apa pun. Menurut keadaan lokasinya landfill dibedakan sebagai berikut: 1. Landfill lembah atau landai Lerengnya terjal dan berbentuk lembah. Limbah dimasukkan secara bertahap dan bertingkat sampai sama datarnya dengan permukaan tanah di atas. Demikian dilakukan terus menerus. 2. Landfill galian Tanah sengaja digali sesuai dengan keperluannya. Limbah dimasukkan ke dalam lubang galian dan bila sudah rata dengan permukaan tanah limbah ditutup dengan tanah lalu dipadatkan. 3. Landfill tanah datar Limbah ditumpukkan pada tempat tertentu kemudian dipadatkan. Sesudah itu ditutup dengan tanah lalu dipadatkan lagi dan disusul lagi dengan timbunan berikutnya sampai berlapis-lapis. Bagian atas sekali ditutup dengan tanah lalu dipadatkan. 738
  • 202. Tabel di bawah ini memuat jenis limbah padat dan sumbernya: No. Jenis Pabrik Jenis Limbah Sumber 1 2 3 4 Pabrik tekstil Selulose Bagian cotton Serat asbestas Wool grease 2 Pabrik Kertas Selulose 50% - Kulit kayu Liqnin - Pernikel kayu Pentosan Bahan padatan Lumpur CaCO3 3. Pabrik kulit Collagan Potongan kulit Tanah/pasir Debu kulit Bulu Kotoran Endapan 4 Pabrik Kimia Selulose Polimer 5. Pabrik Tawas Besi batubara NaNO3 NaOH minyak dan Deterjen pabrik energi Silika Kapur Al2O3 Kapur Serfikan Pemotongan Tanah hat Cetakan Kaolin Bahan penolong 6 Pabrik industri Silika Residu furnace logam dasar kapur Precipitator Besi Kerak Batu kapur 7 Pabrikuningan Cupper Pemotongan sang 8 Pengecoran Tanah liat besi Pasir Cetakan Penyulingan Bahan organik minyak atsiri 739
  • 203. Pada beberapa pabrik tertentu limbah air mengalir bersama limbah padat. Pada pengolahan limbah zat padat tersebut akan tinggal pada dasar wadah. Bila limbah langsung dialirkan ke sungai akan mengendap pada dasar sungai mengakibatkan pendangkalan secara perlahan-lahan. Dalam hal lain terdapat pula limbah padat pada prapengolahan. Bahan baku membutuhkan pengolahan pendahuluan sebelum. memasuki proses. Misalnya pembuangan kulit, penghancuran dan lain-lain. Pabrik kertas menghasilkan limbah padat berupa lumpur dari bahan penolongnya sendiri. Kolam pengolahan air limbah seperti kolam pengendapan atau kolam aerasi harus dikuras untuk mengeluarkan lumpur yang bertambah hari bertambah menebal. Lumpur hasil kurasan ini pun membutuhkan tempat pembuangan baru. Pabrik buah-buahan menghasilkan kulit dan serat-serat yang dalam tempo relatif singkat menciptakan bau tidak enak. Untuk mengatasi limbah tersebut perlu upaya pengendalian dan penanggulangan baik untuk tujuan daur ulang maupun untuk memenuhi syarat buangan. Untuk beberapa jenis buangan tertentu barangkali tidak membutuhkan pengomposan tapi pembakaran. Untuk itu tahapan yang dilakukan pada umumnya meliputi sebagai berikut: 1. Pemekatan: untuk memudahkan penghancuran ditambahkan sejumlah air dengan bahan kimia tertentu. Dengan demikian bahan menjadi lebih lunak dan mudah menghancurkannya. 2. Penghancuran: bahan yang masih keras dihancurkan sehingga ukurannya lebih seragam, yang tidak dapat dihancurkan dibuang pada tempat yang telah tersedia. 3. Pengurangan air: melalui alat press atau penghisapan, kadar air dalam bahan dapat dikurangi. Pengurangan air sebelum proses lanjut memudahkan proses pengeringan. Apabila kadar air dalam suatu bahan meliputi 50% maka pada proses pengeringan kandungan air paling banyak kurang lebih 25%. 4. Pembakaran: bahan padat yang telah cukup kering dapat dibakar dengan mudah bila konsentrasi air kurang dari 10%. 740
  • 204. 5. Buangan: abu sisa pembakaran, sisa penghancuran, air dapat dibuang ke tempat yang telah ditetapkan. Skema pengolahan bahan padat dapat dilihat pada bagan 12. Terdapat jenis pabrik tertentu yang banyak membuang limbah padal baik padatan bercampur air maupun padatan yang berdiri sendiri limbah ini pada umumnya sisa hasil olahan ikut bersama air buang an ataupun sisa bahan penolong yang tidak termanfaatkan lagi. Tanah, pasir dan kotoran kadang-kadang ikut bersama bahan dan setelah melalui proses terbuang bersama air dan menimbulkan endapan. Bahan buangan padat Pemekatan Penghancuran Pengurangan air Pengeringan Pembakaran Buangan Gambar 7.66. sistem pengolahan buangan padat 741
  • 205. RANGKUMAN : 1. Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam limbah cair oleh gaya gravitasi. 2. Septic tank adalah teknik pengolahan limbah yang amat lazim digunakan didunia untuk pengolahan limbah setempat dan skala kecil. 3. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. 4. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer. 5. Faktor emisi disini didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu polutan yang dihasilkan oleh terbakarnya sejumlah bahan bakar se/ama kurun waktu tertentu. 6. Gerakan ke atas dari kepulan gas dari ketinggian cerobong (stack), hingga asap mengalir secara horisontal dikenal sebagai "plume rise" atau kenaikan kepulan asap. CONTOH SOAL : Contoh 1: Dirancang sebuah pembangkit listrik tenaga uap menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Kadar abunya 8%, kadar sulfurnya 0,5%, nilai kalornya 11.000 Btu/lb. Daya yang akan dibangkitkan sebesar 2.250 MW dengan efisiensi thermal sebesar 38%. Perkiraan banyaknya partikulat, NO2 dan SO2 yang teremisikan dari sistem ini adalah sebagai berikut: Faktor emisi masing-masing polutan akibat terbakarnya batubara (dalam lb/ton batubara yang terbakar), adalah: partikulat = 16A, NO 2 = 20; SO 2 = 38 S dengan A dan S adalah prosen abu dan prosen sulfur dalam bahan bakar. (1 lb = 453,6 gram) Energi yang diperlukan untuk menghasilkan daya sebesar 2250 MW adalah: 2.250 MW / 0,38 = 5.930 x 106 Watt = 20.200 x 10 6 Btu/Jam (Watt = 3,4114 Btu/jam). 742
  • 206. Dari kebutuhan energi, maka kebutuhan bahan bakarnya adalah: (20.200 x 106 Btu/jam) /(11.000 Btu/lb) = 1.834 x 103 lb/jam = 917 ton/jam. Besarnya emisi masing-masing polutan dapat diperkirakan sebesar: Partikulat : (16 x 8 lb/ton) x 917 ton/jam = 117.300 lb/jam NO2 : (20 lb/ton) x 917 ton/jam = 18.340 lb/jam SO2 : (38 x 0,5 Ibton) x 917 ton/jam = 17.400 lb/jam Jumlah emisi partikulat dapat dikurangi jika pada sistem tersebut dilengkapi dengan satuan operasi lain (alat pengendali emisi partikulat) seperti elektrostatik presipitator misalnya, Contoh 2: Perkiraan emisi partikulat dari sistem di atas, jika sistem dilengkapi dengan EP yang mempunyai spesifikasi: Ukuran partikel, pm 0-5 5-10 10-20 20-44 >44 Efisiensi, % 75 94,5 97 99,5 100 Partikulat yang teremisikan ke udara mempunyai spesifikasi: Ukuran partikel, μm 0-5 5-10 10-20 20-44 >44 % berat 15 17 20 23 25 Emisi partikulat ke udara setelah menggunakan EP adalah: Ukuran partikel, μm Emisi partikel, lb/jam 0-5 = (100-75,0)% x 15% x 117.300 = 4.398,75 5-10 = (100-94,5)% x 17% x 117.300 = 1.096,76 10-20 = (100-97,0)% x 20% x 117.300 = 703,80 20-44 = (100-99,5)% x 23% x 117.300 = 134,90 > 44 = (100-100)% x 25% x 117.300 = 0,0 Jumlah =……………………………………………= 6.334,2 743
  • 207. Atau sebanyak (6.334,21/117.300) x 100% = 5,4 % dari total partikulat. Contoh 3: Sebuah Tempat Penampungan Akhir (TPA) sampah dengan sistem pembakaran terbuka mengemisikan 7,71 kg partikulat per ton sampah yang dibakar. Jika jumlah penduduk Semarang 1.300.000 orang, setiap orang rata-rata membuang sampah sebanyak 2,7 kg per hari selama 7 hari per minggu, maka perkiraan jumlah sampah dan partikulat yang teremisikan per hari adalah sebagai berikut: Jumlah sampah: 1.300.000 orang x 2,7 kg/hari/orang = 3.510.000 kg/hari = 3.510 ton/hari Emisi partikulat: 7,71 kg/ton sampah x 3.510 ton sampah/hari = 27.062 kg/hari LATIHAN SOAL : 1. Jelaskan tentang mekanisme pengolahan limbah? 2. Bagaimana cara penanggulangan pencemaran udara? 3. Apa fungsi dari dust collector? 4. Bagaimana untuk menetralisir bau yang terdapat pada limbah cair tahu? 5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan COD, BOP, HRT? 744
  • 208. DAFTAR PUSTAKA A.K.SHAHA. 1997, Combustion Engineering and Fuel Technology OXFORD & IBH PUBLISHING CO. Abdul Kadir, Prof., Ir., 1993. “Pengantar Tenaga Listrik”, Edisi Revisi, PT Pustaka LP3ES, Jakarta. Bernasconi B., Gerster H., Hauser H., Stäuble H., Schneiter E., “Chemiche Technologie 2” (alih bahasa) M.Eng., M. Handojo Lienda Dr. Ir., 1995. “Kimia Teknologi 2”, PT. Pradnya Paramita, Bandung. Bernasconi B., Gerster H., Hauser H., Stäuble H., Schneiter E., 1995. “Chemiche Technologie 1” (alih bahasa) M.Eng., M. Handojo Lienda Dr. Ir., “Kimia Teknologi 1”, PT. Pradnya Paramita, Bandung. Brace, 1998. “Technology of Anodizing”, Robert Draper Ltd., Teddington. Champbell, 1998. Prinsip of Manufacturing Materials & Processes, New Delhi. Corbitt, R. E., 1989. Standard Handbook of Environmental Engineering, McGraw-Hill Book Co., New York. Dennis, 2002. "Nickel and Chromium-Plating", Newnes-Butterworths. Don A. Watson, 2000. CONSTRUCTION MATERIALS AND PROCESSES. Mc Graw-Hill Book Company, Sidney. Erlinda N, Ir., 2004. "Korosi Umum", Seminar Masalah Penanggulangan Korosi dengan Bahan Pengubah Karat, LMN-LIPI. Gabe, 1998. "Principle of Metal. Surface Treatment and Protection", 2nd edition, Pergamon Press, London. George T Austin, E. Jasjfi (alih bahasa), 1995. “Industri Proses Kimia”, Jilid 1, Edisi 5, Penerbit Erlangga, Jakarta. Handojo, L, 1995, ”Teknologi Kimia”, Jilid 2, PT Pradnya Paramita, Jakarta. Katz, (Ed.) 1997. Methods Of Air Sampling and Analysis. Interdiscipplinary Books and Periodical, APHA, Washington. Kenneth N.Derucher, Conrad P. Heins 1996. MATERIALS. FOR CIVIL AND HIGHWAY ENGINEERIG. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey LAMPIRAN A1
  • 209. Kertiasa Nyoman, 2006. “Laboratorium Sekolah & Pengelolaannya”, Pudak Scientific, Bandung. Kusmulyana, 1993. Pemantauan Kualitas Udara. Pelatihan Pengelolaan dan Teknologi Limbah, ITB, Bandung. Lainer, 2000, “Modern Electroplating”, Israel Program for Scientific Translations, Jerusalem. Lawrence H Van Vlack, 2000. Elements of Materials Science & Engineering. Addison-Wesley Publishing Company. Fourth edition. ]Lowenheim, F.A., 2000. "Modern Electroplating", John Wiley & Sons. M.G., Fontana, N.D. Greene, 2002. "Corrosion Engineering", Mc. Graw Hill Book Co. McCabe L. Warren, Smith C. Julian, Harriot Peter, “Unit Operation Of Chemical Enginering fourth Edition” (alih bahasa) M. Sc. Jasjfi E., Ir., 1999 “Operasi Teknik Kimia”, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta. McCabe L. Warren, Smith C. Julian, Harriot Peter, 1999. “Unit Operation Of Chemical Enginering fourth Edition” (alih bahasa) M. Sc. Jasjfi E., Ir., “Operasi Teknik Kimia”, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta. Misnah Pantono BE, Suhardi, Bsc., 1979. “Pesawat Tenaga Kalor/Ketel Uap 1”, Edisi Pertama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. N. Jackson. 1992, CIVIL NGINEERING MATERIALS. The Mac Millan Press Ltd. New Jersey. Noil and Miller, 1997. Air Monitoring Survey Design. Ann Arbor Science, Michigan. Oetoyo Siswono, Drs, 1982. “Proses Kimia Industri” Akademi Perindustrian Yogyakarta. Perkins, H.C., 1994. Air Pollution. McGraw-Hill Kogakusha, Ltd, Tokyo. S. Juhanda, Ir., 1993. "Pengantar Lapis Listrpk", Proceeding Diklat TPLS Bidang Elektroplating, LMN-LIPI. Sarengat, N., 2000. Dampak Kualitas Udara. Kursus AMDAL A, Bintari- UGM-UNDIP, Semarang. LAMPIRAN A2
  • 210. Silman, H., BSc., 1998. “Protective and Decorative Coating for Me tals”, Finishing Publications Ltd., London. Slamet Setiyo, Ir., Margono B.Sc., 1982. “Mesin dan Instrumentasi 2”, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta. Soedomo M. 1998. Pehigelolaan Limbah Gas dan Partikulat Lingkungan Perkotaan (Sumber Bergerak). Pelatihan Pengelolaan dan Teknologi Limbah, ITB, Bandung. Stern, A.C., 1996, Air Pollution, Third edition, Volume III Measuring, monitoring, and surveillance of air pollution. Academic Press, New York. Tata Surdia Ir. Msc Met E; Kenji Chijiwa Prof. Dr. 2000, Teknik Pengecoran Logam. Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta. Ulrich D. Gael, 1984. “A Guide To Chemical Engineering Process Design And Economics” John Wiley & Sons, USA. Ulrich, Gael D., 1984, “A guide to chemical Engineering Process Design and Economics” John Wiley and Sons. W.H.Taylor, 1999. CONCRETE TECHNOLOGY AND PRACTICE. Mc Graw- Hill Book Company, Sidney. Wahyudin, K., 1990. “Kursus Elektroplating dan Penerapannya”, Lembaga Metallurgi Nasional-LIPI - BENGPUSMAT III. Bahan Bakar Dan Pembakaran, www.c hemeng.vi.ac.id/wulan/materi/cecture%20notes/umum Http://www.chem.itb.ac.id/safety/Tim Keselamatan Kerja Departemen Kimia Institut Teknologi Bandung, 2002 http://www.iaeste.ch/Trainees/Events/2007/IndustrialSightLeibstadt/ http://www.gc3.com/techdb/manual/cooltext.htm http://www.indiamart.com/maitreyaenterprises/engineered-products.html http://commons.wikimedia.org/wiki/Image:Didcot_power_station_cooling_tow er_zootalures.jpg LAMPIRAN A3
  • 211. http://www.lenntech.com/fran%C3%A7ais/chaudi%C3%A8re/eau- alimentation-chaudiere.htm http://www.queensindustrial.com/service.htm http://www.geothermie.de/egec-geothernet/prof/heat_exchangers.htm http://www.sensorsmag.com/sensors/Level+and+Leak+Detection/A-Dozen- Ways-to-Measure-Fluid-Level-and-How-They- W/ArticleStandard/Article/detail/360729 Integrated Biodiesel Plant & Palm Oil Mill, Agus Kismanto, BPPT, http://bfuel.biz/files/ako_integrated_Biodiesel_Plant_Palm_Oil_Read_Only_p df Teknologi Proses Produksi Biodiesel, Martini Rahayu, www.geocities.com/markal_bppt/pubilsh/biofbbm/biraha.pdf US Department of Energy (US DOE), Energy Efficiency and Renewable Energy. Improving. Compressed Air System Performance. DEO/GO-102003-1822. 2003. www.oit.doe.gov/bestpractices/compressed_air Wiki, Instrumentasi, 3 Januari 2008, Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Availabel [online]:<http://id.wikipedia.org/wiki/Instrumentasi>[19 Januari 2008] www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20- %20Compressors%20and%20Compressed%20Air%20Sy www_process-controls_cod-Metex-Aqualytic-images reaktore_klein_jpg_filescod_reactor.htm United Nations Environment Programme, “Peralatan Pemantauan”, 2006, Available[online]< Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia – www.energyefficiencyasia.org> LAMPIRAN A4
  • 212. DAFTAR ISTILAH Batch : Tumpak, Lompok Bubble Point : Titik gelembung Boiling point : Titik Didih Ball Mill : Penggiling Bola BAPEDALS : Badan Pengendali Dampak Lingkungan Continuous : Sinambung Change of phase : Perubah fase Crushing : Penghancuran Dew Point : Titik Embun Double pipe HE : Alat penukar panas tipe pipa ganda DoT : Departemen of Transportastion B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun Equipment : Peralatan EP : Effisiensi Pembakaran EPA : Environmental Policy Act Furnace : Tungku Grinding : Penggerusan Generator : Penimbul Limbah Handling : Penanganan : Penukar Kalor, Penukar Panas Heat Exhanger Penukar Bahang LD50 : Lethal Dose Fifty Piping system : Sistem pemipaan Reboiler : Pendidih ulang Rotary Drum Filter : Filter drum berputar RCRA : Resource Conservation and Recovery Act Separation : Pemisahan : Alat penukar panas tipe tabung Shell – Tube HE selongsong Size reduction : Pengecilan ukuran Steady state : Keadaan tunak Treatment : Perlakuan TCLP : Toxicity Characteristic Leaching Procedur Unit Operation : Satuan Operasi Unit Process : Satuan Proses USDOT : US Department of Transportation Act LAMPIRAN B.1