2
Most read
4
Most read
9
Most read
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
PUSKESMAS SUNGAI MENANG
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
PUSKESMAS SUNGAI MENANG
Pendahuluan
Deteksi dini dan rujukan kasus balita gizi buruk, gizi kurang atau yang berisiko gizi buruk
merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan mobilisasi masyarakat. Bila kegiatan ini
berjalan dengan optimal maka banyak kasus gizi buruk yang dapat dicegah dan ditangani
dengan cepat dan tepat sehingga kondisi mereka tidak menjadi lebih buruk. Agar deteksi
dini dan rujukan kasus dapat optimal diperlukan kegiatan penemuan dini aktif dan pasif yang
melibatkan semua komponen masyarakat, khususnya orang tua, tokoh masyarakat, kader
dan anggota masyarakat yang terlatih lainnya.
Sasaran
SOP ini ditujukan bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan kegiatan penemuan dini dan
rujukan serta pendampingan kepada kader dan anggota masyarakat yang terlatih lainnya.
Hasil yang Diharapkan
1. Tenaga kesehatan mampu memfasilitasi proses persiapan, pelaksanaan dan
pemantauan deteksi dini dan rujukan kasus mulai dari tingkat masyarakat.
2. Deteksi dini dan rujukan kasus yang optimal dapat dilaksanakan dengan melibatkan
semua anggota masyarakat.
3. Balita gizi buruk atau yang berisiko gizi buruk dapat dideteksi dini dan dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan (fasyankes) untuk mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat.
Langkah-langkah Pelaksanaan
Persiapan Awal
Sebagai awal kegiatan, tenaga kesehatan, kepala daerah, dan pemangku kepentingan
setempat yang terkait melaksanakan kajian masyarakat, yaitu melakukan penilaian kegiatan
mobilisasi masyarakat, termasuk untuk kegiatan deteksi dini kasus oleh anggota masyarakat
terlatih.
Untuk kegiatan deteksi dini dan rujukan masyarakat, komponen yang penting untuk dinilai
adalah:
1. Sumber daya manusia. Siapa saja yang ada dalam wilayah tersebut yang dapat dilatih
dan dapat berperan aktif dalam deteksi dini, contohnya kader Posyandu, kader
dasawisma, guru PAUD, anggota karang taruna, guru kelas pengajian/ guru sekolah
minggu dan anggota masyarakat lain yang berpotensi.
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
PUSKESMAS SUNGAI MENANG
2. Kebutuhan dan sumber pembiayaan. Sumber dana yang tersedia dan dapat
dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan dan anggota masyarakat terlatih untuk melakukan
deteksi dini, khususnya penemuan kasus aktif.
3. Tempat dan kegiatan yang dapat digunakan sebagai titik deteksi dini secara aktif dan
pasif diluar kegiatan pemantauan pertumbuhan bulanan di Posyandu. Tempat atau
kegiatan yang rutin atau yang insidental yang dapat menjadi titik penemuan dini secara
aktif, seperti kelas PAUD, kelas pengajian, sekolah minggu, bulan Vitamin A, kegiatan
sosial kemasyarakatan, atau kegiatan keagamaan.
4. Logistik yang dibutuhkan. Logistik dasar yang dibutuhkan adalah alat antropometri
standar yang diperlukan untuk pemantauan pertumbuhan dan pita Lingkar Lengan Atas
(LiLA) berwarna (hijau, kuning dan merah) yang dapat digunakan untuk kegiatan deteksi
dini secara aktif oleh anggota masyarakat terlatih.
Setelah semua informasi tersebut didapatkan, penting untuk menentukan strategi deteksi
dini dan rujukan kasus berdasarkan informasi tersebut dan membuat kesepakatan bersama
antara semua pemangku kepentingan terkait.
Pelatihan Deteksi Dini dan Rujukan Kasus
Setelah anggota masyarakat dapat dijadikan ‘agen’ untuk deteksi dini kasus, terutama
deteksi kasus secara aktif teridentifikasi dan telah mendapatkan komitmen mereka untuk
terlibat aktif, maka perlu dilakukan penguatan kapasitas terkait dalam deteksi dini dan
rujukan kasus, termasuk langkah awal strategi deteksi dini dan rujukan masyarakat ke
fasilitas layanan kesehatan yang telah disepakati.
Anggota masyarakat tersebut dilatih untuk mampu melakukan:
• Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) balita usia 6–59 bulan dengan menggunakan pita
LiLA berwarna
• Identifikasi balita yang terlihat sangat kurus
• Identifikasi kemungkinan adanya pitting edema bilateral
• Identifikasi bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu
• Identifikasi hambatan pertumbuhan, khususnya untuk kader Posyandu atau anggota
masyarakat lain yang terlibat dalam pemantauan pertumbuhan (misalnya guru PAUD)
• Rujukan kasus
Pelaksanaan Deteksi Dini dan Rujukan Kasus
Deteksi dini kasus:
1. Secara aktif, dilakukan oleh:
a. Anggota masyarakat, khususnya anggota masyarakat yang terlatih di setiap waktu
dan setiap kesempatan.
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
PUSKESMAS SUNGAI MENANG
b. Kader didampingi oleh petugas Kesehatan, melakukan sweeping dan kunjungan
rumah untuk balita yang tidak hadir pada hari Posyandu.
Deteksi dini kasus ini dapat dilakukan dengan:
• Menimbang berat badan balita
• Mengukur lingkar lengan atas (LiLA) balita usia 6–59 bulan dengan menggunakan
pita LiLA berwarna
• Mengidentifikasi balita yang terlihat sangat kurus
• Mengidentifikasi kemungkinan adanya pitting edema bilateral
• Mengidentifikasi bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu
Balita yang perlu dirujuk:
• Balita yang terindikasi mengalami hambatan pertumbuhan
• Balita (6–59 bulan) dengan LiLA di warna kuning (LiLA 11,5 cm - < 12,5 cm) atau
warna merah (< 11,5 cm)
• Balita (6–59 bulan) dengan LiLA di warna hijau namun terlihat sangat kurus
• Balita yang teridentifikasi adanya pitting edema bilateral
• Bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu
2. Secara pasif, saat kegiatan pemantauan pertumbuhan di Posyandu atau titik
pemantauan lain (contoh kelas PAUD) dan saat balita berkunjung ke fasilitas layanan
kesehatan (fasyankes).
Deteksi dini kasus dengan:
• Mengidentifikasi balita dengan hambatan pertumbuhan atau berisiko hambatan
pertumbuhan menggunakan grafik pertumbuhan anak di KMS dan Buku KIA
• Mengukur lingkar lengan atas (LiLA) balita usia 6–59 bulan dengan menggunakan
pita LiLA berwarna untuk semua balita yang datang ke Posyandu
• Pemeriksaan pitting edema bilateral
• Mengidentifikasi bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu
Balita yang perlu dirujuk:
• Balita terindikasi mengalami hambatan pertumbuhan berdasarkan grafik pertumbuhan
anak di KMS dan Buku KIA:
o Garis pertumbuhan anak memotong salah satu garis Z-score
o Garis pertumbuhan anak meningkat atau menurun secara tajam
o Garis pertumbuhan anak terus mendatar, misalnya tidak ada kenaikan berat badan
• Balita 6–59 bulan dengan LiLA diwarna kuning (LiLA 11,5 cm - <12,5 cm) atau warna
merah (<11,5 cm)
• Balita 6–59 bulan dengan LiLA di warna hijau namun terlihat sangat kurus
• Balita yang teridentifikasi adanya pitting edema bilateral
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
PUSKESMAS SUNGAI MENANG
• Bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu
Kader dan anggota masyarakat terlatih lain dibekali cara melakukan rujukan, contoh slip
rujukan (terlampir).
Pencatatan dan Pelaporan
Dalam strategi penemuan dini dan kasus yang telah disepakati, perlu ditentukan sistem
pencatatan dan pelaporan, khususnya untuk deteksi dini secara aktif dan rujukan kasus oleh
anggota masyarakat.
Pemantauan dan Supervisi Fasilitatif
Tenaga kesehatan, kepala daerah, dan pemangku kepentingan terkait melakukan
pemantauan dan supervisi fasilitatif secara berkala untuk kegiatan deteksi dini dan rujukan
kasus balita gizi buruk atau balita yang berisiko gizi buruk.
Dalam kegiatan pemantauan dan supervisi fasilitatif dibicarakan hal-hal yang menjadi
keberhasilan, tantangan atau kendala dan mencari solusi bersama.
Hal-hal yang perlu dipantau, termasuk diantaranya:
1. Cakupan Posyandu
2. Jumlah balita yang diskrining dengan menggunakan pita LiLA
3. Jumlah balita dengan hambatan pertumbuhan
4. Jumlah balita yang dirujuk oleh anggota masyarakat terlatih melalui deteksi kasus aktif
5. Jumlah balita yang dirujuk dengan hambatan pertumbuhan
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
PUSKESMAS SUNGAI MENANG
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
PUSKESMAS SUNGAI MENANG
PENEMUAN KASUS
BALITA DATANG BERKUNJUNG
KE POSYANDU, PAUD DAN BKB
LAPORAN MASYARAKAT/
HASIL PELACAKAN
HASIL PENGUKURAN:
BERAT BADAN TIDAK NAIK
BGM
LiLA WARNA KUNING DAN MERAH
DIRUJUK BILA:
• Balita yang terindikasi mengalami hambatan pertumbuhan
• Balita (6–59 bulan) dengan LiLA warna kuning (11,5 - < 12,5
cm) atau warna merah (< 11,5 cm)
• Balita (6–59 bulan) dengan LiLA warna hijau, terlihat sangat
kurus
• Balita dengan pitting edema bilateral
• Bayi < 6 bulan yang mengalami kesulitan menyusu
PUSKESMAS / FASYANKES
(Konfirmasi status gizi buruk dengan pemeriksaan klinis dan antropometri
menggunakan indikator BB/PB atau BB/TB dan atau LiLA)
Dengan satu atau lebih tanda
berikut:
- BB/PB atau BB/TB -3 SD sd < -2 SD
- LiLA antara 11,5 cm sd < 12,5 cm
(balita usia 6-59 bulan)
- Tidak ada edema
Balita 6–59 bulan:
Dengan satu atau lebih tanda
berikut:
Edema minimal pada kedua
punggung kaki/ tangan
(derajat +1 atau +2)
BB/PB atau BB/TB < -3 SD
LiLA < 11,5 cm
Bayi < 6 bulan:
Dengan satu atau
lebih tanda berikut:
BB/PB < -3 SD
Ada edema
Terlalu lemah untuk
menyusu
BB tidak naik atau
BB turun
Terdapat tanda-
tanda komplikasi
medis
Balita
≥ 6 bulan
dengan
BB < 4
kg
GIZI KURANG
GIZI BURUK
PMT PEMULIHAN,
PENIMBANGAN RUTIN,
KONSELING PMBA,
KONSELING GIZI
SEIMBANG SESUAI USIA
ANAK
GIZI BURUK
TANPA
KOMPLIKASI
MEDIS:
RAWAT JALAN
GIZI BURUK DENGAN
KOMPLIKASI MEDIS:
RAWAT INAP DI
PUSKESMAS/TFC/RS
RAWAT INAP
DI RS
Bagan 1. Alur Deteksi Dini Balita Gizi Buruk
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
PUSKESMAS SUNGAI MENANG
Keterangan Bagan 1:
1. Penemuan kasus balita gizi buruk dapat:
• Penemuan kasus pasif, yaitu balita gizi buruk ditemukan saat datang berkunjung ke
Posyandu atau ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
• Penemuan kasus aktif yaitu penemuan kasus oleh masyarakat atau petugas saat
kunjungan rumah atau saat pelacakan kasus.
2. Balita yang datang ke Posyandu atau ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan:
• Berat badan tidak naik atau
• Balita dengan berat badan berada dibawah garis merah (BGM)
• LiLA warna kuning dan merah
Perlu dirujuk ke Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan untuk dilakukan konfirmasi
status gizinya dengan pemeriksaan klinis dan antropometri menggunakan indikator
BB/PB atau BB/TB dan atau LiLA.
3. Bayi/ balita yang ditemukan pada saat kunjungan rumah atau saat pelacakan kasus
dengan kondisi sebagai berikut:
• Balita yang terindikasi mengalami hambatan pertumbuhan.
• Balita (6–59 bulan) dengan LiLA warna kuning (11,5 - < 12,5 cm), merah (<11,5 cm).
• Balita dengan pitting edema bilateral.
• Balita yang tampak kurus.
• Bayi < 6 bulan yang mengalami kesulitan menyusu baik disebabkan karena faktor
bayi maupun faktor ibu.
Perlu dirujuk ke Puskesmas untuk dilakukan konfirmasi status gizi dengan pemeriksaan
klinis dan antropometri menggunakan indikator BB/PB atau BB/TB atau LiLA.
4. Penentuan status gizi buruk pada balita berdasarkan gejala klinis yaitu adanya edema
bilateral yang bersifat pitting, minimal pada kedua punggung kaki.
5. Cara pemeriksaan edema bilateral:
• Lakukan pemeriksaan pada kedua punggung kaki atau tangan atau kedua tungkai.
• Tekan lembut dengan kedua ibu jari pada bagian punggung kaki atau tangan atau
bagian bawah kaki atau tungkai dan hitung hingga tiga detik, kemudian angkat ibu
jari.
• Jika lekukan bekas tekanan tertinggal pada kedua kaki atau tangan atau tungkai, ini
menunjukkan anak mengalami edema.
6. Balita menderita gizi kurang apabila ditemukan ada satu atau lebih tanda berikut:
• BB/PB atau BB/TB -3 SD sd < -2 SD
• LiLA antara 11,5 cm sd < 12,5 cm (usia 6-59 bulan)
• Tidak ada edema
7. Balita gizi kurang disarankan untuk datang secara rutin ke Posyandu setiap bulan untuk
dipantau berat badannya dan diberikan konseling PMBA dan konseling pemberian
makan sesuai usia anak untuk mencegah terjadinya gizi buruk.
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
PUSKESMAS SUNGAI MENANG
8. Balita menderita gizi buruk apabila ditemukan ada satu atau lebih tanda berikut:
• Edema minimal pada kedua punggung kaki/ tangan
• BB/PB atau BB/TB < -3 SD
• LiLA < 11,5 cm (usia 6 - 59 bulan)
9. Layanan balita gizi buruk:
• Balita gizi buruk tanpa komplikasi medis diberikan layanan rawat jalan.
• Balita gizi buruk dengan komplikasi medis diberikan layanan rawat inap.
10.Tanda-tanda komplikasi medis:
• Anoreksia
• Dehidrasi berat (muntah terus menerus, diare)
• Letargi atau penurunan kesadaran
• Demam tinggi
• Pneumonia berat (sulit bernapas atau bernapas cepat)
• Anemia berat
11.Bayi < 6 bulan menderita gizi buruk apabila ditemukan ada satu atau lebih tanda berikut:
• BB/PB < -3 SD
• Ada edema
12.Bayi < 6 bulan perlu dirawat inap di Rumah Sakit apabila ditemukan ada satu atau lebih
tanda berikut:
• BB/PB < -3 SD
• Ada edema
• Terlalu lemah untuk menyusu
• Berat badan tidak naik atau berat badan turun
• Terdapat tanda-tanda komplikasi medis
13.Bayi < 6 bulan menderita gizi buruk dan balita ≥ 6 bulan dengan BB < 4 kg dirujuk ke
Rumah Sakit untuk mendapatkan layanan rawat inap di Rumah Sakit.
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
PUSKESMAS SUNGAI MENANG
Kartu Rujukan
Kartu Rujukan
Laporan Masyarakat POSYANDU
Kader,TOMA,Desa,LSM,dll
Penemuan Kasus Pasif
Pelacakan Kasus
Penemuan Kasus Aktif
PUSKESMAS
Bayi < 6 Bulan
Gizi Buruk
Balita 6 – 59 Bulan
BB < 4 kg Gizi Buruk
- BB/PB atau BB/TB < - 3 SD
- Edema minimal pada kasus
punggung kaki
- LiLA < 11,5 cm
Dengan
Komplikasi Medis
Tanpa Komplikasi
medis
Rawat Inap di Fasyankes
(Puskesmas/TFC/RS) Rawat Inap
Evaluasi
Cari Faktor
Penyebab
Tidak
Membaik Sembuh Membaik Membaik Tidak
Membaik
Evaluasi/
Cari Faktor
Penyebabnya
Sembuh
Sembuh
Tidak
Membaik
Membaik
(Fase
Rehabilitasi)
Bagan 2. Alur Rujukan Kasus Gizi Buruk
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
PUSKESMAS SUNGAI MENANG
Keterangan Bagan 2:
1. Penemuan kasus balita gizi buruk dapat:
• Penemuan kasus pasif, yaitu balita gizi buruk ditemukan saat datang berkunjung ke
Posyandu atau ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
• Penemuan kasus aktif yaitu penemuan kasus oleh masyarakat atau petugas saat
kunjungan rumah atau saat pelacakan kasus.
2. Balita yang dirujuk ke Puskesmas dilakukan validasi dan konfirmasi status gizinya
dengan pemeriksaan klinis dan antropometri menggunakan indikator BB/PB atau BB/TB
atau LiLA.
3. Berdasarkan hasil validasi dan konfirmasi status gizi balita, ditentukan jenis layanan
yang diberikan:
• Balita gizi buruk tanpa komplikasi medis diberikan layanan rawat jalan.
• Balita gizi buruk dengan komplikasi medis diberikan layanan rawat inap.
4. Bayi < 6 bulan menderita gizi buruk dan balita > 6 bulan dengan BB < 4 kg dirujuk ke RS
untuk mendapatkan layanan rawat inap di RS.
5. Bayi dan balita gizi buruk yang dirawat di RS dan Puskesmas dipantau dan dievaluasi:
• Tidak membaik:
Evaluasi dan cari faktor penyebabnya, bila perlu dirujuk ke fasyankes atau tempat
rujukan yang lebih tinggi.
• Membaik:
Apabila bayi dan balita dirawat inap pada fase rehabilitasi, maka dapat dipindahkan
ke layanan rawat jalan.
• Sembuh:
- Bila dirawat di RS dapat dirujuk balik ke Puskesmas untuk mendapatkan
pengawasan dari Puskesmas dan anjuran kontrol serta pemantauan pertumbuhan
rutin di Posyandu
- Bila dirawat di Puskesmas dianjurkan untuk melakukan pemantauan pertumbuhan
secara rutin di Posyandu

More Related Content

PDF
SOP Penetapan dan Klasifikasi Balita Gizi Buruk PKM SM
PDF
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi buruk
DOCX
1.3 sop gizi buruk
PDF
Standar operasional prosedur pelacakan gizi buruk
PDF
Kerangka acuan kegiatan surveilan gizi buruk
PDF
Standar operasional prosedur konseling gizi
PDF
Standar operasional prosedur pemantauan pertumbuhan di posyandu
PDF
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
SOP Penetapan dan Klasifikasi Balita Gizi Buruk PKM SM
Standar operasional prosedur ttlksana balita gizi buruk
1.3 sop gizi buruk
Standar operasional prosedur pelacakan gizi buruk
Kerangka acuan kegiatan surveilan gizi buruk
Standar operasional prosedur konseling gizi
Standar operasional prosedur pemantauan pertumbuhan di posyandu
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf

What's hot (20)

PPT
Materi i deteksi gizi buruk
PPTX
STUNTING DAN WASTING PPT.pptx
PPT
ASI, ASI EKSLUSIF, DAN MP-ASI
PPTX
GIZI PADA LANSIA.pptx
PPTX
Anemia pada remaja putri
PPTX
CEGAH STUNTING PADA 1000 HPK DENGAN PANGAN AMAN DAN SEHAT.pptx
PPT
6. pemantauan pertumbuhan balita
PDF
Materi 4 [Pelatihan Kader Posyandu]
PPTX
Ppt stunting niken
PPTX
Pmba pada kader
PPT
kelas balita 12-59 bulan.ppt
PDF
Modul Pelatihan Kader Posyandu
PPT
Materi iii tatalaksana gizi buruk
PDF
Buku bumil kek (1 52)
PDF
Brosur hipertensi
PDF
1 paparan stunting-dir.gizi-1222
DOCX
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
PPTX
Analisis Situasi Masalah Kesehatan
PDF
Petunjuk teknis pelaksanaan PIS-PK
PPTX
Diet Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia
Materi i deteksi gizi buruk
STUNTING DAN WASTING PPT.pptx
ASI, ASI EKSLUSIF, DAN MP-ASI
GIZI PADA LANSIA.pptx
Anemia pada remaja putri
CEGAH STUNTING PADA 1000 HPK DENGAN PANGAN AMAN DAN SEHAT.pptx
6. pemantauan pertumbuhan balita
Materi 4 [Pelatihan Kader Posyandu]
Ppt stunting niken
Pmba pada kader
kelas balita 12-59 bulan.ppt
Modul Pelatihan Kader Posyandu
Materi iii tatalaksana gizi buruk
Buku bumil kek (1 52)
Brosur hipertensi
1 paparan stunting-dir.gizi-1222
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
Analisis Situasi Masalah Kesehatan
Petunjuk teknis pelaksanaan PIS-PK
Diet Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia

Recently uploaded (20)

PPTX
Macam-macam Stoma Intestinal digestiv.pptx
PPTX
LJ VN 16082025 Fix.pptx adalah laporan jaga
PDF
NOVEL GERAKAN SASTRA KESEHATAN INDONESIA : KEUNGGULAN NUSANTARA DI PENTAS DUN...
PPTX
Menyusun Rencana Strategi Bisnis Rumah Sakit.pptx
PDF
Ferizal : ilmuwan ASN Lhokseumawe PENEMU ANTI DISRUPSI AI untuk SASTRA KESEHA...
PPTX
Ppt mengenai teknik Sterilisasi alat OK.pptx
PDF
Bantuan Hidup dasar atau BHD pada Medis dan non Medis
PPTX
Pendahuluan tesis mutasi gen X virus hepatitis B.pptx
PDF
Novel Sejarah Lahirnya Puskesmas : Leimena, Soeharto, Siwabessy. KARYA FERIZA...
PDF
Pengorganisasian AMPB-SR di RS.20122024.10.00.pdf
PPTX
Pertemuan 7 RANCANGAN PENELITIAN.pptx,univ
PDF
Teori Sterilisasi Jiwa dan Novel Legenda Trisula Cahaya : Hippocrates, Pierre...
PDF
Novel FLORENCE NIGHTINGALE Ibu Perawat Modern. Karya Ferizal BAPAK SASTRA KES...
PPTX
Pembiayaan Kesehatan bagi rumah sakit dan puskesmas sekitar
PPT
Dasar Pemeriksaan Neurologi sebagai penunjang
PPT
GBS gangguan pada sistem iimunitas tubuh
PDF
Teori Sterilisasi Jiwa dan Novel Legenda Trisula Cahaya : Hippocrates, Pierre...
PPTX
Demam Berdarah definisi dan patfisiologi
PDF
Novel Biografi Ibnu Sina. Karya Ferizal BAPAK SASTRA KESEHATAN INDONESIA
PDF
NOVEL GERAKAN SASTRA KESEHATAN INDONESIA : KEUNGGULAN NUSANTARA DI PENTAS DUN...
Macam-macam Stoma Intestinal digestiv.pptx
LJ VN 16082025 Fix.pptx adalah laporan jaga
NOVEL GERAKAN SASTRA KESEHATAN INDONESIA : KEUNGGULAN NUSANTARA DI PENTAS DUN...
Menyusun Rencana Strategi Bisnis Rumah Sakit.pptx
Ferizal : ilmuwan ASN Lhokseumawe PENEMU ANTI DISRUPSI AI untuk SASTRA KESEHA...
Ppt mengenai teknik Sterilisasi alat OK.pptx
Bantuan Hidup dasar atau BHD pada Medis dan non Medis
Pendahuluan tesis mutasi gen X virus hepatitis B.pptx
Novel Sejarah Lahirnya Puskesmas : Leimena, Soeharto, Siwabessy. KARYA FERIZA...
Pengorganisasian AMPB-SR di RS.20122024.10.00.pdf
Pertemuan 7 RANCANGAN PENELITIAN.pptx,univ
Teori Sterilisasi Jiwa dan Novel Legenda Trisula Cahaya : Hippocrates, Pierre...
Novel FLORENCE NIGHTINGALE Ibu Perawat Modern. Karya Ferizal BAPAK SASTRA KES...
Pembiayaan Kesehatan bagi rumah sakit dan puskesmas sekitar
Dasar Pemeriksaan Neurologi sebagai penunjang
GBS gangguan pada sistem iimunitas tubuh
Teori Sterilisasi Jiwa dan Novel Legenda Trisula Cahaya : Hippocrates, Pierre...
Demam Berdarah definisi dan patfisiologi
Novel Biografi Ibnu Sina. Karya Ferizal BAPAK SASTRA KESEHATAN INDONESIA
NOVEL GERAKAN SASTRA KESEHATAN INDONESIA : KEUNGGULAN NUSANTARA DI PENTAS DUN...

SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM

  • 1. SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK PUSKESMAS SUNGAI MENANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK PUSKESMAS SUNGAI MENANG Pendahuluan Deteksi dini dan rujukan kasus balita gizi buruk, gizi kurang atau yang berisiko gizi buruk merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan mobilisasi masyarakat. Bila kegiatan ini berjalan dengan optimal maka banyak kasus gizi buruk yang dapat dicegah dan ditangani dengan cepat dan tepat sehingga kondisi mereka tidak menjadi lebih buruk. Agar deteksi dini dan rujukan kasus dapat optimal diperlukan kegiatan penemuan dini aktif dan pasif yang melibatkan semua komponen masyarakat, khususnya orang tua, tokoh masyarakat, kader dan anggota masyarakat yang terlatih lainnya. Sasaran SOP ini ditujukan bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan kegiatan penemuan dini dan rujukan serta pendampingan kepada kader dan anggota masyarakat yang terlatih lainnya. Hasil yang Diharapkan 1. Tenaga kesehatan mampu memfasilitasi proses persiapan, pelaksanaan dan pemantauan deteksi dini dan rujukan kasus mulai dari tingkat masyarakat. 2. Deteksi dini dan rujukan kasus yang optimal dapat dilaksanakan dengan melibatkan semua anggota masyarakat. 3. Balita gizi buruk atau yang berisiko gizi buruk dapat dideteksi dini dan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) untuk mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat. Langkah-langkah Pelaksanaan Persiapan Awal Sebagai awal kegiatan, tenaga kesehatan, kepala daerah, dan pemangku kepentingan setempat yang terkait melaksanakan kajian masyarakat, yaitu melakukan penilaian kegiatan mobilisasi masyarakat, termasuk untuk kegiatan deteksi dini kasus oleh anggota masyarakat terlatih. Untuk kegiatan deteksi dini dan rujukan masyarakat, komponen yang penting untuk dinilai adalah: 1. Sumber daya manusia. Siapa saja yang ada dalam wilayah tersebut yang dapat dilatih dan dapat berperan aktif dalam deteksi dini, contohnya kader Posyandu, kader dasawisma, guru PAUD, anggota karang taruna, guru kelas pengajian/ guru sekolah minggu dan anggota masyarakat lain yang berpotensi.
  • 2. SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK PUSKESMAS SUNGAI MENANG 2. Kebutuhan dan sumber pembiayaan. Sumber dana yang tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan dan anggota masyarakat terlatih untuk melakukan deteksi dini, khususnya penemuan kasus aktif. 3. Tempat dan kegiatan yang dapat digunakan sebagai titik deteksi dini secara aktif dan pasif diluar kegiatan pemantauan pertumbuhan bulanan di Posyandu. Tempat atau kegiatan yang rutin atau yang insidental yang dapat menjadi titik penemuan dini secara aktif, seperti kelas PAUD, kelas pengajian, sekolah minggu, bulan Vitamin A, kegiatan sosial kemasyarakatan, atau kegiatan keagamaan. 4. Logistik yang dibutuhkan. Logistik dasar yang dibutuhkan adalah alat antropometri standar yang diperlukan untuk pemantauan pertumbuhan dan pita Lingkar Lengan Atas (LiLA) berwarna (hijau, kuning dan merah) yang dapat digunakan untuk kegiatan deteksi dini secara aktif oleh anggota masyarakat terlatih. Setelah semua informasi tersebut didapatkan, penting untuk menentukan strategi deteksi dini dan rujukan kasus berdasarkan informasi tersebut dan membuat kesepakatan bersama antara semua pemangku kepentingan terkait. Pelatihan Deteksi Dini dan Rujukan Kasus Setelah anggota masyarakat dapat dijadikan ‘agen’ untuk deteksi dini kasus, terutama deteksi kasus secara aktif teridentifikasi dan telah mendapatkan komitmen mereka untuk terlibat aktif, maka perlu dilakukan penguatan kapasitas terkait dalam deteksi dini dan rujukan kasus, termasuk langkah awal strategi deteksi dini dan rujukan masyarakat ke fasilitas layanan kesehatan yang telah disepakati. Anggota masyarakat tersebut dilatih untuk mampu melakukan: • Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) balita usia 6–59 bulan dengan menggunakan pita LiLA berwarna • Identifikasi balita yang terlihat sangat kurus • Identifikasi kemungkinan adanya pitting edema bilateral • Identifikasi bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu • Identifikasi hambatan pertumbuhan, khususnya untuk kader Posyandu atau anggota masyarakat lain yang terlibat dalam pemantauan pertumbuhan (misalnya guru PAUD) • Rujukan kasus Pelaksanaan Deteksi Dini dan Rujukan Kasus Deteksi dini kasus: 1. Secara aktif, dilakukan oleh: a. Anggota masyarakat, khususnya anggota masyarakat yang terlatih di setiap waktu dan setiap kesempatan.
  • 3. SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK PUSKESMAS SUNGAI MENANG b. Kader didampingi oleh petugas Kesehatan, melakukan sweeping dan kunjungan rumah untuk balita yang tidak hadir pada hari Posyandu. Deteksi dini kasus ini dapat dilakukan dengan: • Menimbang berat badan balita • Mengukur lingkar lengan atas (LiLA) balita usia 6–59 bulan dengan menggunakan pita LiLA berwarna • Mengidentifikasi balita yang terlihat sangat kurus • Mengidentifikasi kemungkinan adanya pitting edema bilateral • Mengidentifikasi bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu Balita yang perlu dirujuk: • Balita yang terindikasi mengalami hambatan pertumbuhan • Balita (6–59 bulan) dengan LiLA di warna kuning (LiLA 11,5 cm - < 12,5 cm) atau warna merah (< 11,5 cm) • Balita (6–59 bulan) dengan LiLA di warna hijau namun terlihat sangat kurus • Balita yang teridentifikasi adanya pitting edema bilateral • Bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu 2. Secara pasif, saat kegiatan pemantauan pertumbuhan di Posyandu atau titik pemantauan lain (contoh kelas PAUD) dan saat balita berkunjung ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes). Deteksi dini kasus dengan: • Mengidentifikasi balita dengan hambatan pertumbuhan atau berisiko hambatan pertumbuhan menggunakan grafik pertumbuhan anak di KMS dan Buku KIA • Mengukur lingkar lengan atas (LiLA) balita usia 6–59 bulan dengan menggunakan pita LiLA berwarna untuk semua balita yang datang ke Posyandu • Pemeriksaan pitting edema bilateral • Mengidentifikasi bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu Balita yang perlu dirujuk: • Balita terindikasi mengalami hambatan pertumbuhan berdasarkan grafik pertumbuhan anak di KMS dan Buku KIA: o Garis pertumbuhan anak memotong salah satu garis Z-score o Garis pertumbuhan anak meningkat atau menurun secara tajam o Garis pertumbuhan anak terus mendatar, misalnya tidak ada kenaikan berat badan • Balita 6–59 bulan dengan LiLA diwarna kuning (LiLA 11,5 cm - <12,5 cm) atau warna merah (<11,5 cm) • Balita 6–59 bulan dengan LiLA di warna hijau namun terlihat sangat kurus • Balita yang teridentifikasi adanya pitting edema bilateral
  • 4. SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK PUSKESMAS SUNGAI MENANG • Bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu Kader dan anggota masyarakat terlatih lain dibekali cara melakukan rujukan, contoh slip rujukan (terlampir). Pencatatan dan Pelaporan Dalam strategi penemuan dini dan kasus yang telah disepakati, perlu ditentukan sistem pencatatan dan pelaporan, khususnya untuk deteksi dini secara aktif dan rujukan kasus oleh anggota masyarakat. Pemantauan dan Supervisi Fasilitatif Tenaga kesehatan, kepala daerah, dan pemangku kepentingan terkait melakukan pemantauan dan supervisi fasilitatif secara berkala untuk kegiatan deteksi dini dan rujukan kasus balita gizi buruk atau balita yang berisiko gizi buruk. Dalam kegiatan pemantauan dan supervisi fasilitatif dibicarakan hal-hal yang menjadi keberhasilan, tantangan atau kendala dan mencari solusi bersama. Hal-hal yang perlu dipantau, termasuk diantaranya: 1. Cakupan Posyandu 2. Jumlah balita yang diskrining dengan menggunakan pita LiLA 3. Jumlah balita dengan hambatan pertumbuhan 4. Jumlah balita yang dirujuk oleh anggota masyarakat terlatih melalui deteksi kasus aktif 5. Jumlah balita yang dirujuk dengan hambatan pertumbuhan
  • 5. SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK PUSKESMAS SUNGAI MENANG
  • 6. SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK PUSKESMAS SUNGAI MENANG PENEMUAN KASUS BALITA DATANG BERKUNJUNG KE POSYANDU, PAUD DAN BKB LAPORAN MASYARAKAT/ HASIL PELACAKAN HASIL PENGUKURAN: BERAT BADAN TIDAK NAIK BGM LiLA WARNA KUNING DAN MERAH DIRUJUK BILA: • Balita yang terindikasi mengalami hambatan pertumbuhan • Balita (6–59 bulan) dengan LiLA warna kuning (11,5 - < 12,5 cm) atau warna merah (< 11,5 cm) • Balita (6–59 bulan) dengan LiLA warna hijau, terlihat sangat kurus • Balita dengan pitting edema bilateral • Bayi < 6 bulan yang mengalami kesulitan menyusu PUSKESMAS / FASYANKES (Konfirmasi status gizi buruk dengan pemeriksaan klinis dan antropometri menggunakan indikator BB/PB atau BB/TB dan atau LiLA) Dengan satu atau lebih tanda berikut: - BB/PB atau BB/TB -3 SD sd < -2 SD - LiLA antara 11,5 cm sd < 12,5 cm (balita usia 6-59 bulan) - Tidak ada edema Balita 6–59 bulan: Dengan satu atau lebih tanda berikut: Edema minimal pada kedua punggung kaki/ tangan (derajat +1 atau +2) BB/PB atau BB/TB < -3 SD LiLA < 11,5 cm Bayi < 6 bulan: Dengan satu atau lebih tanda berikut: BB/PB < -3 SD Ada edema Terlalu lemah untuk menyusu BB tidak naik atau BB turun Terdapat tanda- tanda komplikasi medis Balita ≥ 6 bulan dengan BB < 4 kg GIZI KURANG GIZI BURUK PMT PEMULIHAN, PENIMBANGAN RUTIN, KONSELING PMBA, KONSELING GIZI SEIMBANG SESUAI USIA ANAK GIZI BURUK TANPA KOMPLIKASI MEDIS: RAWAT JALAN GIZI BURUK DENGAN KOMPLIKASI MEDIS: RAWAT INAP DI PUSKESMAS/TFC/RS RAWAT INAP DI RS Bagan 1. Alur Deteksi Dini Balita Gizi Buruk
  • 7. SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK PUSKESMAS SUNGAI MENANG Keterangan Bagan 1: 1. Penemuan kasus balita gizi buruk dapat: • Penemuan kasus pasif, yaitu balita gizi buruk ditemukan saat datang berkunjung ke Posyandu atau ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. • Penemuan kasus aktif yaitu penemuan kasus oleh masyarakat atau petugas saat kunjungan rumah atau saat pelacakan kasus. 2. Balita yang datang ke Posyandu atau ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan: • Berat badan tidak naik atau • Balita dengan berat badan berada dibawah garis merah (BGM) • LiLA warna kuning dan merah Perlu dirujuk ke Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan untuk dilakukan konfirmasi status gizinya dengan pemeriksaan klinis dan antropometri menggunakan indikator BB/PB atau BB/TB dan atau LiLA. 3. Bayi/ balita yang ditemukan pada saat kunjungan rumah atau saat pelacakan kasus dengan kondisi sebagai berikut: • Balita yang terindikasi mengalami hambatan pertumbuhan. • Balita (6–59 bulan) dengan LiLA warna kuning (11,5 - < 12,5 cm), merah (<11,5 cm). • Balita dengan pitting edema bilateral. • Balita yang tampak kurus. • Bayi < 6 bulan yang mengalami kesulitan menyusu baik disebabkan karena faktor bayi maupun faktor ibu. Perlu dirujuk ke Puskesmas untuk dilakukan konfirmasi status gizi dengan pemeriksaan klinis dan antropometri menggunakan indikator BB/PB atau BB/TB atau LiLA. 4. Penentuan status gizi buruk pada balita berdasarkan gejala klinis yaitu adanya edema bilateral yang bersifat pitting, minimal pada kedua punggung kaki. 5. Cara pemeriksaan edema bilateral: • Lakukan pemeriksaan pada kedua punggung kaki atau tangan atau kedua tungkai. • Tekan lembut dengan kedua ibu jari pada bagian punggung kaki atau tangan atau bagian bawah kaki atau tungkai dan hitung hingga tiga detik, kemudian angkat ibu jari. • Jika lekukan bekas tekanan tertinggal pada kedua kaki atau tangan atau tungkai, ini menunjukkan anak mengalami edema. 6. Balita menderita gizi kurang apabila ditemukan ada satu atau lebih tanda berikut: • BB/PB atau BB/TB -3 SD sd < -2 SD • LiLA antara 11,5 cm sd < 12,5 cm (usia 6-59 bulan) • Tidak ada edema 7. Balita gizi kurang disarankan untuk datang secara rutin ke Posyandu setiap bulan untuk dipantau berat badannya dan diberikan konseling PMBA dan konseling pemberian makan sesuai usia anak untuk mencegah terjadinya gizi buruk.
  • 8. SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK PUSKESMAS SUNGAI MENANG 8. Balita menderita gizi buruk apabila ditemukan ada satu atau lebih tanda berikut: • Edema minimal pada kedua punggung kaki/ tangan • BB/PB atau BB/TB < -3 SD • LiLA < 11,5 cm (usia 6 - 59 bulan) 9. Layanan balita gizi buruk: • Balita gizi buruk tanpa komplikasi medis diberikan layanan rawat jalan. • Balita gizi buruk dengan komplikasi medis diberikan layanan rawat inap. 10.Tanda-tanda komplikasi medis: • Anoreksia • Dehidrasi berat (muntah terus menerus, diare) • Letargi atau penurunan kesadaran • Demam tinggi • Pneumonia berat (sulit bernapas atau bernapas cepat) • Anemia berat 11.Bayi < 6 bulan menderita gizi buruk apabila ditemukan ada satu atau lebih tanda berikut: • BB/PB < -3 SD • Ada edema 12.Bayi < 6 bulan perlu dirawat inap di Rumah Sakit apabila ditemukan ada satu atau lebih tanda berikut: • BB/PB < -3 SD • Ada edema • Terlalu lemah untuk menyusu • Berat badan tidak naik atau berat badan turun • Terdapat tanda-tanda komplikasi medis 13.Bayi < 6 bulan menderita gizi buruk dan balita ≥ 6 bulan dengan BB < 4 kg dirujuk ke Rumah Sakit untuk mendapatkan layanan rawat inap di Rumah Sakit.
  • 9. SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK PUSKESMAS SUNGAI MENANG Kartu Rujukan Kartu Rujukan Laporan Masyarakat POSYANDU Kader,TOMA,Desa,LSM,dll Penemuan Kasus Pasif Pelacakan Kasus Penemuan Kasus Aktif PUSKESMAS Bayi < 6 Bulan Gizi Buruk Balita 6 – 59 Bulan BB < 4 kg Gizi Buruk - BB/PB atau BB/TB < - 3 SD - Edema minimal pada kasus punggung kaki - LiLA < 11,5 cm Dengan Komplikasi Medis Tanpa Komplikasi medis Rawat Inap di Fasyankes (Puskesmas/TFC/RS) Rawat Inap Evaluasi Cari Faktor Penyebab Tidak Membaik Sembuh Membaik Membaik Tidak Membaik Evaluasi/ Cari Faktor Penyebabnya Sembuh Sembuh Tidak Membaik Membaik (Fase Rehabilitasi) Bagan 2. Alur Rujukan Kasus Gizi Buruk
  • 10. SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK PUSKESMAS SUNGAI MENANG Keterangan Bagan 2: 1. Penemuan kasus balita gizi buruk dapat: • Penemuan kasus pasif, yaitu balita gizi buruk ditemukan saat datang berkunjung ke Posyandu atau ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. • Penemuan kasus aktif yaitu penemuan kasus oleh masyarakat atau petugas saat kunjungan rumah atau saat pelacakan kasus. 2. Balita yang dirujuk ke Puskesmas dilakukan validasi dan konfirmasi status gizinya dengan pemeriksaan klinis dan antropometri menggunakan indikator BB/PB atau BB/TB atau LiLA. 3. Berdasarkan hasil validasi dan konfirmasi status gizi balita, ditentukan jenis layanan yang diberikan: • Balita gizi buruk tanpa komplikasi medis diberikan layanan rawat jalan. • Balita gizi buruk dengan komplikasi medis diberikan layanan rawat inap. 4. Bayi < 6 bulan menderita gizi buruk dan balita > 6 bulan dengan BB < 4 kg dirujuk ke RS untuk mendapatkan layanan rawat inap di RS. 5. Bayi dan balita gizi buruk yang dirawat di RS dan Puskesmas dipantau dan dievaluasi: • Tidak membaik: Evaluasi dan cari faktor penyebabnya, bila perlu dirujuk ke fasyankes atau tempat rujukan yang lebih tinggi. • Membaik: Apabila bayi dan balita dirawat inap pada fase rehabilitasi, maka dapat dipindahkan ke layanan rawat jalan. • Sembuh: - Bila dirawat di RS dapat dirujuk balik ke Puskesmas untuk mendapatkan pengawasan dari Puskesmas dan anjuran kontrol serta pemantauan pertumbuhan rutin di Posyandu - Bila dirawat di Puskesmas dianjurkan untuk melakukan pemantauan pertumbuhan secara rutin di Posyandu