SlideShare a Scribd company logo
Alfiyanti Klarasati (292012187) 
Zenny Mela Analisa (292012205) 
Hamidah (292012215) 
Pramudita Agnityas P (292012216)
 Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf 
yang berarti ‘bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’. 
 Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ‘ilmu mengenai 
bentuk’. 
 Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ‘ilmu 
mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata’
Morfologi Dalam Linguistik Objek Kajian Morfologi 
Wacana Satuan morfologi adalah: 
Morfem (akar atau afiks) dan 
Sintaksis Kata. 
Morfologi Proses morfologi melibatkan 
komponen : 
Dasar (bentuk dasar). 
Alat pembentuk (afiks, 
duplikasi, komposisi, 
akronimisasi, dan konversi). 
Makna gramatikal. 
Fonologi
 Teknik analisis unsur bawahan langsung 
(Immediate Constituent Analysis). 
 Model paradigma (Word and Paradigma Model). 
 Model tata nama (Name and Arrangement Model). 
 Model proses (Name and Prosess Model).
 Morfem adalah satuan gramatikal terkecil 
yang memiliki makna. Umpamanya bentuk 
membeli dapat di analisis menjadi dua 
bentuk terkecil yaitu {me-} dan {beli}.
 Dua bentuk yang sama atau lebih memilik makna yang sama 
merupakan sebuah morfem 
 Dua bentuk yang sama atau lebih bila memilki makna yang 
berbeda merupakan dua morfem yang berbeda 
 Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi memiliki makna yang 
sama, merupakan dua morfem yang berbeda 
 Bentuk-bentuk yang mirip (berbeda sedikit) tetapi maknanya 
sama adalah sebuah morfem yang sama, asal perbedaan 
bentuk itu dapat dijelakan secara fonologis. 
 Bentuk yang hanya muncul dengan pasangan satu-satunya 
adalah juga sebuah morfem. 
 Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih 
besar apabila memiliki makna yang sama adalah juga 
merupakan morfem yang sama 
 Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan bahasa 
yang lebih besar (klausa, kalimat) apabila maknanya berbeda 
secara polisemi adalah juga merupakan morfem yang sama.
Morfem Alomorf Contoh 
(pada kata) 
Ber- Ber- 
Be- 
Bel- 
Bertemu, 
berdoa 
Beternak, 
bekerja 
Belajar 
Morfem Alomorf Contoh (pada 
kata) 
Meng- Me- 
Mem- 
Men- 
Meny- 
Meng- 
Menge- 
Melihat, 
merawat 
Membaca, 
membawa 
Menduga, 
mendengar 
Menyisir, 
menyusul 
Menggali, 
mengebor 
Mengecat, 
mengetik
Berdasarkan kebebasannya dibedakan menjadi dua 
yaitu: 
 Morfem bebas adalah morfem yang tanpa 
keterkaitannya dengan morfem lain dapat 
langsung digunakan dalam pertuturan. Misalnya, 
morfem {pulang}, {merah}, dan {pergi}. 
 Morfem terikat adalah morfem yang harus terlebih 
dahulu bergabung dengan morfem lain untuk 
dapat digunakan dalam pertuturan. Semua afiks
 Bentuk dasar terikat seperti gaul, juang dan henti lazim juga disebut bentuk 
prakategorial. 
 Morfem yang muncul dalam pasangan tertentu disebut morfem unik. Misalnya 
kuyup (hanya muncul dalam kata basah kuyup). 
 Bentuk-bentuk yang disebut klitika merupakan morfem yang agak sukar 
ditentukan statusnya. Dilihat dari posisi tempatnya dibedakan menjadi dua yaitu: 
 Proklitika yaitu klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti seperti klitika 
ku- dalam bentuk kubawa dan kuambil. 
 Enklitika adalah klitika yang berposisi di belakang kata yang dilekati, seperti 
klitika mu- dan nya- pada bentuk nasibmu dan duduknya. 
 Bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi seperti dan, oleh, di, dan 
karena secara morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara sintaksis 
merupakan bentuk terikat. 
 Bentuk-bentuk yang oleh Kridalaksana (1989) disebut proleksem, seperti a (pada 
asusila), dwi (pada dwibahasa) dan ko (pada kopliot) juga termasuk morfem 
terikat.
 Morfem utuh 
 Morfem terbagi 
 Berdasarkan kemungkinan menjadi dasar dalam pembentukan kata, 
dibedakan menjadi dua yaitu: 
 Morfem dasar adalah morfem yang dapat menjadi dasar dalam suatu 
proses morfologi. Misalnya {beli}, {makan}, dan {merah}. 
 Morfem yang tidak dapat menjadi dasar, melainkan hanya sebagai 
pembentuk. Misalnya morfem{me-}, {-kan} dan {pe-an}.
 Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem 
segmental, yakni morfem yang berupa bunyi dan dapat disegmentasikan. 
Misalnya morfem {lihat}, {ter-}, {sikat},dan {lah}. 
 Morfem suprasegmental atau nonsegmental adalah morfem yang terbentuk 
dari nada, tekanan, durasi dan intonasi. Terdapat dalam bahasa Cina, Thai 
dan Burma. 
 Berdasarkan kehadirannya secara konkret dibedakan menjadi dua yaitu: 
 Morfem wujud adalah morfem yang secara nyata ada. 
 Morfem tanwujud adalah morfem yang kehadirannya tidak ada, erdapat 
dalam bahasa Inggris. 
 Berdasarkan ciri semantik dibedakan menjadi dua yaitu: 
 Morfem bermakna leksikal adalah morfem yang secara inheren memiliki 
makna. Misalnya {makan}, {pulang}, dan {pergi}. 
 Morfem tak bermakna leksikal adalah morfem yang secara inheren tidak 
memiliki makna. Misalnya morfem afiks {ber-}, {ke}, dan {ter-}.
 Morfem afiks adalah morfem yang tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata, 
tetapi hanya menjadi unsur pembentuk dalam proses afiksasi. Dalam bahasa Indonesia 
dibedakan adanya morfem afiks yang disebut: 
 Prefiks yaitu afiks yang dibubuhkan dikiri bentuk dasar, yaitu prefiks ber-, me-, per-, di-, 
ter-, se- dan ke-. 
 Infiks yaitu afiks yang dibubuhkan di tengah kata, bisanya pada suku awal kata yaitu 
infiks –el, -em, dan er-. 
 Sufiks adalah afiks yang dibubuhkan di kanan bentuk dasar, yaitu sufiks –kan, -i, -an 
dan –nya. 
 Konfiks yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri dan kanan bentuk dasar secara 
kebersamaan. Misalnya konfiks ke-an, ber-an, pe-an, per-an dan se-nya. 
 Klofiks yaitu kata yang dibubuhi afiks pada kiri dan kanannya tetapi pembubuhannya itu 
tidak sekaligus, melainkan bertahap. Kata-kata yang berklofiks dalam bahasa Indonesia 
adalah yang berbentuk me-kan, me-i, memper, memper-kan, memper-i, ber-kan, di-kan, 
di-i, diper-, diper-kan, diper-i, ter-i, ter-kan, ter-per, teper-kan, teper-i. 
 Dalam ragam nonbaku ada afiks nasal yang direalisasikan dengan nasal m-, n-, ny-, ng-dan 
nge-. Kridalaksana (1989) menyebut afiks nasal ini dengan istilah simulfiks. 
Contoh: nulis, nyisir, ngambil, dan ngecat.
PROSES MORFOLOGI TAHAP PEMBENTUKAN MORFOLOGI 
Proses morfologi melibatkan 
komponen: bentuk dasar dan 
pembentuk kata. 
Hasil proses pembentukan: bentuk 
merupakan wujud fisik dan makna 
gramatikal. 
Pembentukan setahap 
Pembentukan bertahap 
Pembentukan melalui perantara
 Morfofonemik (disebut juga morfonologi atau 
morfofonologi) adalah kajian mengenai 
terjadinya perubahan bunyi atau perubahan 
fonem sebagai akibat dari adanya proses 
morfologi, baik proses afikasi, proses 
reduplikasi, maupun komposisi. 
Jenis perubahan 
 Pemunculan fonem 
 Pelepasan fonem 
 Peluluhan fonem 
 Perubahan fonem 
 Pergeseran fonem
1. Perfikasi ber- 
2. Prefikasi me- (termasuk klofiks me-kan dan 
me-i) 
3. Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an 
4. Prefiksasi per- dan konfiksasai per-an 
5. Sufiksasi –an 
6. Prefiksasi ter-
Kelas-kelas terbuka adalah kelas yang 
keanggotaanya dapat bertambah atau 
berkurang sewaktu-waktu berkenaan dengan 
perkembangan sosisal budaya yang terjadi 
dimasyarakat penutur suatu bahasa.
Nomina 
Ciri utama nomina atau kata benda : 
 Tidak dapat didahului oleh adverbial negasi tidak. 
 Tidak dapat didahului oleh adverbial derajat agak (lebih, 
sangat, dan paling). 
 Tidak dapat didahului oleh adverbial keharusan wajib. 
 Dapat didahului oleh adverbial yang menyatakan jumlah seperti 
satu, sebuah, sebatang dsb.
Ciri utama verba atau kata kerja: 
1. Dapat diimbangi oleh adverbial negasi tidak dan tanpa. 
2. Dapat didampingi oleh semua adverbial frekuensi. 
3. Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan penggolonganya. 
4. Tidak dapat didampingi oleh semua adverbial derajat. 
5. Dapat diimbangi oleh semua adverbial kala (tenses). 
6. Dapat didampingi oleh senua adverbial keselesaian. 
7. Dapat didampingi oleh semua adverbial keharusan. 
8. Dapat didampingi oleh semua anggota adverbial kepastian.
Ciri utama ajektifa atau kata keadaan: 
1. Tidak dapat didampingi oleh adverbial frekuensi 
sering, Tidak dapat didampingi oleh adverbial 
jumlah. 
2. Dapat didampingi oleh adverbial derajat. 
3. Dapat didampingi oleh adverbial kepastian pasti, 
tentu, mungkin, dan barangkali. 
4. Tidak dapat diberi adverbial kala (tenses) hendak 
dan mau, jadi bentuk-bentuk tidak berterima.
A. Adverbia 
KLASIFIKASI KATA (KELAS TERTUTUP) 
1. Berprefiks se- seperti sejumlah, 
sebagian, seberapa dan semoga. 
2. Berprefiks se- dengan reduplikasi, 
seperti sekali-kali, semena-mena. 
3. Berkonfiks se-nya, seperti sebaliknya, 
seharusnya, sesungguhnya, dan 
sebisanya. 
4. Berkonfiks se-nya disertai 
reduplikasi seperti selambat-lambatnya, 
secepat-cepatnya 
B. Pronomina 
1. Kata ganti diri 
2. Kata ganti penunjuk 
3. Kata ganti Tanya 
C. Numeralia 
1. Kata bilangan 
2. Kata bantu bilangan 
D. Preposisi 
E. Konjungsi 
1. Konjungsi koordinatif 
2. Konjungsi subordinatif 
3. Konjungsi antar kalimat 
F. Artikulus 
G. Interjeksi 
1. kata-kata singkat seperti 
wah,cih, hai, oi, oh, nah, dan 
hah. 
2. kata-kata biasa seperti, adih, 
celaka, gila, kasihan, bangsat, 
astaga, Alhamdulillah, dan 
masya Allah. 
H. Partikel
 Afiks-afiks pembentuk verba adalah : 
 Verba Berprefiks ber- 
1. Makna gramatikal verba berprefiks ber- , antara lain : 
2. Mempunyai (dasar)/ada (dasar)nya, contohnya :Berjendela ‘ada jendela’ dan 
Bersaudara ‘mempunyai saudara’ 
3. Memakai /mengenakan, contoh :Berjilbab ‘memakai jilbab’ 
4. Mengendari,menumpang, atau naik, contoh :Bersepeda ‘mengendarai 
sepeda’, Berkuda ‘naik kuda’ 
5. Berisi atau mengandung, contoh :Beracun ‘ mengandung racun’, Berair. 
6. Mengeluarkan/ menghasilka, contoh :Berproduksi ‘mengasilkan produksi’ 
7. Mengusahakan atau mengupayakan, contoh:Bersawah ‘mengerjakan sawah’ 
8. Melakukan kegiatan, contoh :Berdebat ‘melakukan debat’, berolahraga 
9. Mengalamai/berada dalam keadaan, contoh :Bergembira ‘dalam keadaan 
gembira’, 
10. Kumpulan atau kelompok, contoh :Berdua ‘kumpulan dari dua’, bertiga 
11. Memberi, contoh :Bersedekah ‘memberi sedekah’, berceramah
Berupa konfiks artinya prefiks ber- dan sufiks –an diimbuhkan 
secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk darah. Makna 
gramatikal verba berkonfiks ber-an adalah: 
1. Banyak serta tidak teratur, contoh :Bermunculan ‘banyak yang 
muncul dan tidak teratur’, Berlarian ‘banyak yang lari dan tidak 
teratur’ 
2. Saling atau berbalas, contoh :Bermusuhan ‘ saling memusuhi’, 
besentuhan 
3. Saling berada di, contoh :Bersebalahan ‘saling berada di 
sebelah’,
Verba Berklofiks Ber-kan 
Verba berklofiks ber-kan dibentuk dengan proses, mula-mula pada bentuk 
dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks –kan. Prefiks 
ber- dan sufiks –kan mempunyai makna menggunakan/mempunyai dan 
akan. 
Contoh : 
Bersenjatakan ‘menggunakan senjata akan (clurit)’ 
Verba bersufiks –kan 
Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal : 
1. Jadikan, contoh : tenangkan ‘jadikan tenang’, 
2. Jadikan berada di, contoh : Pinggirkan ‘jadikan berada di pinggir’ 
3. Lakukan untuk orang lain. Contoh : Ambilkan ‘lakukan ambil untuk 
(orang lain)’ 
4. Lakukan akan. Contoh : Lemparkan ‘lakukan lempar akan’, hapuskan 
5. Bawa masuk ke. Contoh : Asramakan ‘bawa masuk ke asrama’
Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal : 
1. Berulang kali. Contoh: Pukuli ‘pekerjaan pukul 
dilakukan berulang kali 
2. Tempat. Contoh : Lewati ‘lakukan lewat di …’, 
3. Merasa sesuatu pada. Contoh : Hormat ‘merasa 
hormat pada …’, 
4. Memberi. Contoh: Nasihati ‘beri nasihat pada’, 
garami ‘beri garam pada’ 
5. Jadikan. Contoh : Lengkapi ‘jadikan lengkap’, 
dekati ‘jadikan dekat’ 
6. Lakukan pada. Contoh : Siasati ‘lakukan siasat 
pada’, tanggapi.
 Verba Berprefiks per- 
1. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal : 
2. Jadikan lebih. Contoh : Perlebar ‘jadikan lebih lebar’ 
3. Anggap sebagai atau jadikan. Contoh : Peristri ‘jadikan istri’ 
4. Bagi. Contoh: Perseribu ‘bagi seribu’, Perdelapan ‘bagi delapan’ 
 Verba Berkonfiks per-kan 
1. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal : 
2. Jadikan bahan. Contoh: Pertanyakan ‘ jadikan bahan pertanyaan’ 
3. Lakukan supaya. Contoh: Pertegaskan ‘lakukan supaya tegas’ 
4. Jadikan me. Contoh: Perdengarkan ‘jadikan (orang lain) mendengar’ 
5. Jadikan ber-. Contoh: Pertemukan ‘jadikan bertemu’
Verba Berkonfiks Per-i 
Verba per-i memiliki makna gramatikal : 
1. Lakukan supaya jadi. Contoh : Perbaiki ‘ 
lakukan supaya jadi baik’ 
2. Lakukan (dasar) pada objeknya. Contoh: 
Persetujui ‘ lakukan setuju pada objeknya’ 
 Verba berkonfiks ke-an, memiliki makna 
gramatikal: 
1. Terkena, menderita, mengalami (dasar), 
contoh: kebanjiran ‘terkena banjir’ 
2. Agak (dasar), contoh : kemerahan ‘agak 
merah’, kehitaman, kebiruan.
 Nomina Berprefiks ke- 
 Nomina Berkonfiks ke-an, mempunyai makna 
gramatikal : 
Ada dua macam proses pembentukan nomina 
dengan konfiks ke-an : 
1. Pertama, langsung dari bentuk dasar → 
(dasar+ke-an). Memiliki makna gramatikal 
2. ‘hal (dasar)’, contoh : kehutanan ‘hal hutan’, 
keolahragaan ‘hal olahraga’ 
3. ‘tempat/wilayah (dasar)’, contoh: kecamatan, 
kelurahan, kerajaan.
Nomina berprefiks pe- yang mengikuti 
persengauan memiliki makna gramatikal: 
1. ‘yang (dasar)’, contoh : pendatang (mereka 
datang dati luar kota), pemalas, 
2. ‘yang me- (dasar)’, contoh: penulis ‘yang 
menulis’, penonton, pelatih. 
3. ‘yang me-kan (dasar)’, contoh: penentu 
‘yang menentukan’, penerbang, 
4. Yang me-i (dasar)’, contoh: pewaris ‘yang 
mewarisi’, pengunjung,
 Nomina Berkonfiks pe-an, memiliki makna gramatikal 
: 
1. ‘hal/proses me- (dasar)’, contoh: penulisan ‘hal 
menulis’, pendengaran, pembacaan 
2. Hal/proses me-kan (dasar),contoh: pengecualian 
‘hal mengecualikan’, pembenaran 
3. ‘hal/proses me-i (dasar), contoh: pewarisan ‘hal 
mewarisi’, pengobatan, 
 Nomina Berkonfiks per-an, memiliki makna 
gramatikal: 
1. ‘hal ber- (dasar)’, contoh: penggerakan ‘hal 
bergerak’, pertemuan, perdebatan. 
2. ‘hal, tentang atau masalah (dasar)’, contoh: 
Perekonomian ‘hal ekonomi’ 
3. ‘daerah, wilayah atau tempat’,contoh: pegunungan 
;daerah gunung’, peristirahatan
 Nomina Bersufiks –an 
1. ‘tiap-tiap’, contoh: bulanan (majalah ini terbit 
bulanan) 
2. ‘banyak (dasar)’ → (+bendaan dan +kecil), 
contoh: jamuran (roti ini sudah jamuran, jangan 
kau makan) 
3. ‘bersifat (dasar)’ → (+keadaan), contoh: 
murahan (saya tidak mau membeli barang 
murahan) 
 Nomina Bersufiks –nya 
1. ‘hal’ → (+keadaan), contoh: luasnya daerah 
bencana menyulitkan petugas evakuasi. 
2. ‘penegasan → (+ bendaan/ +tindakan), contoh: 
mau makan nasinya habis
 Dasar Ajektiva Berprefiks pe- ada dua macam proses 
pembubuhan prefiks pe- pada dasar ajektiva: Secara 
langsung terjadi kalau dasar ajektiva memiliki 
komponen makna (+sifat batin). Contoh: pemalu, 
pemarah, penakut. 
 Dasar Ajektiva Berprefiks se- 
Memiliki mana gramatikal ‘sama (dasar)’. Prefiks se-berkategori 
verba. Bertugas untuk tingkat perbandingan 
sama atau sederajat. Contoh: setinggi… → sama tinggi, 
semahal… → sama mahal.
 Dasar Ajektiva Bersufiks –an 
Pemberian sufiks-an semua dasar ajektifa memberi 
makna gramatikal ‘lebih (dasar)’. Contoh: mahalan … 
→ lebih mahal, murahan… → lebih murah. 
 Dasar Ajektiva Berprefiks ter- 
Pengimbuhan prefiks ter- pada semua ajektifa memberi 
makna gramatikal ‘paling (dasar)’. Contoh: tercantik 
‘paling cantik’, tertinggi, terbesar. 
 Dasar Ajektifa Berkonfiks ke-an 
Memberikan makna gramatikal ‘agak (dasar)’ bila 
mempunyai komponen makna (+ warna), contoh: 
kemerahan ‘agak merah’
 Dasar Ajektifa Berklofiks me-kan 
Memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan 
jadi (dasar)’ bila mempunyao komponen 
makna (+sifat batin). Berkategorikan ajektifa 
karena dapat didahului oleh adverbia agak 
dan sangat. Contoh: memalukan, 
mengecewakan, menakutkan. 
 Dasar Ajektiva Berklofiks me-i 
Memiliki makna gramatikal ‘merasa (dasar)’ 
dan memiliki komponen makna (+ rasa 
batin). Contoh: mengagumi, mengasihi, 
menghormati.
 Komposisi adalah proses pengabungan dasar dengan 
dasar (biasanya berupa akar maupun bentuk 
berimbuhan) untuk mewadahi suatu ‘konsep’ yang 
belum tertampung dalam sebuah kata. 
 Misalnya, dalam kata rumah untuk mengacu pada 
konsep “bangunan tempat tinggal”, tetapi dalam 
kehidupan nyata kita ada konsep ‘bangunan tempat 
menggadaikan’, maka terbentuklah komposisi “rumah 
gadai”
1. Komposisi peristilahan 
Pengembangan komposisi 
2. Komposisi nomina 
a. komposisi nominal bermakna gamatikal 
b. komposisi nominal bermakna idiomatic 
c. komposisi nominal metaforis 
d. komposisi nominal nama dan istilah 
e. komposisi nominal dengan adverbial 
3. komposisi verbal 
a. Komposisi verbal bermakna gramatikal 
b. Komposisi verbal bermakna idiomatical 
c. Komposisi verbal dengan adverbial 
4. komposisi ajekival 
a. Komposisi ajektival bermakna Gramatikal 
b. Komposisi ajektival bermakna idiomatical 
c. Komposisi ajektival dengan adverbial
 Reduplikasi merupakan bentuk pengulangan 
suatu kebahasaan. 
 Reduplikasi morfologi dapat terjadi pada 
bentuk dasar yang berupa akar, berupa 
bentuk berafiks dan berupa bentuk 
komposisi. Prosesnya dapat berupa: 
a. Pengulangan utuh 
b. Pengulangan sebagian 
c. Pengulangan perubahan bunyi 
d. Pengulangan dengan infiks
1. Proses konversi 
Konversi lazim juga disebut derivasi zero, transmutasi atau transposisi 
adalah proses pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu 
menjadi kata berkategori lain, tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar 
itu. 
2. Akronimisasi 
Akronimisasi adalah proses pembentukan kata dengan cara menyingkat 
sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari 
sebuah kata. Proses ini menghasilakan sebuah kata yang disebut 
akronim. 
Penyerapan 
Penyerapan adalah poses pengambilan kosakata dari bahasa asing. 
Sejak terbitnya buku pedoman istilah dalam Buku Pedoman Ejaan 
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan penyerapan kata-kata asing 
harus dilakukan secara visual. Artinya, berdasarkan apa yang dilihat di 
dalam tulisan.
Inti dari pedoman pembentukan istilah itu adalah: 
1. Kata-kata yang sudah terselip dan lazim digunakan 
sebelum buku pedoman ini terbit, tidak perlu lagi diubah 
ejaannya. Misalnya kata-kata kabar, sirsak, telepon, iklan, 
perlu, bengkel, hadir, dan badan. 
2. Penyerapan dilakukan secara utuh. Misalnya kata 
standardisasi, efektivitas diserap secara utuh di samping 
kata standar, efektif. 
3. Huruf-huruf asing. pada awal kata harus disesuaikan 
sebagai berikut: 
c dimuka e, l, oe dan y menjadi s. Contoh: central menjadi 
sentral, circulation menjadi sirkulasi, ceelom menjadi 
selom, cylinder menjadi silinder
Struktur morfologi bahasa indonesia

More Related Content

PPTX
DOCX
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
PPTX
KALIMAT
DOCX
DOCX
Makalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
DOCX
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
PPT
Fonologi
PPTX
Morfologi bahasa
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
KALIMAT
Makalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
Fonologi
Morfologi bahasa

What's hot (20)

PPTX
DOCX
Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa Indonesia
PDF
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib....
PPT
Powerpoint tentang Berbicara
PPTX
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
PPTX
PPT-FONOLOGI-2020.pptx
DOCX
Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
PPT
Presentasi Aliran Linguistik Tagmemik
PPT
Mata kuliah-fonologi
PPTX
ppt Kata, Jenis Kata, dan Pembentukkan Kata
PPTX
Powerpoint ragam bahasa indonesia
DOCX
Pengertian morfem tugas
PPTX
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
PPTX
Pp konsep dasar sosiolinguistik
PPTX
afiksasi bahasa indonesia
DOC
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
DOCX
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
DOCX
Bedah Soal Kewarganegaraan
PPTX
tindak tutur
PPTX
Linguistik sistemik fungsional
Morfem dan Proses Morfemis dalam Bahasa Indonesia
Buku-Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra (Agus Sulaeman, Goziyah) (z-lib....
Powerpoint tentang Berbicara
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
PPT-FONOLOGI-2020.pptx
Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
Presentasi Aliran Linguistik Tagmemik
Mata kuliah-fonologi
ppt Kata, Jenis Kata, dan Pembentukkan Kata
Powerpoint ragam bahasa indonesia
Pengertian morfem tugas
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
Pp konsep dasar sosiolinguistik
afiksasi bahasa indonesia
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Bedah Soal Kewarganegaraan
tindak tutur
Linguistik sistemik fungsional
Ad

Similar to Struktur morfologi bahasa indonesia (20)

DOCX
Tata bahasa indonesia dasar
PPTX
Kelompok 1 Morfem.pptx
PPTX
Morfologi
DOCX
Hakikat kata rrtrtrtrtws
PPTX
PPTX
Morfologi Bahasa Inggris
PPTX
Morphological typology
PPTX
Morphological typology
PPTX
Morphological typology
PPTX
Morphological typology
PPTX
Morphological typology
PPTX
Morphological typology
PPTX
Morphological typology
PPT
SATUAN-SATUAN GRAMATIK INDONESIA TERBARU
PPTX
MORFOLOGI-bahasa-Indonesia_Morfologi.pptx
PPT
Morfologi 06-1
DOCX
BAHASA INDONESIA
DOCX
Morfofonemik
DOCX
Makalah morfologi
Tata bahasa indonesia dasar
Kelompok 1 Morfem.pptx
Morfologi
Hakikat kata rrtrtrtrtws
Morfologi Bahasa Inggris
Morphological typology
Morphological typology
Morphological typology
Morphological typology
Morphological typology
Morphological typology
Morphological typology
SATUAN-SATUAN GRAMATIK INDONESIA TERBARU
MORFOLOGI-bahasa-Indonesia_Morfologi.pptx
Morfologi 06-1
BAHASA INDONESIA
Morfofonemik
Makalah morfologi
Ad

Recently uploaded (20)

DOCX
Modul Ajar Deep Learning PAI & BP Kelas 10 SMA Terbaru 2025
PPTX
Saint Maximilian Kolbe, Polish friar, priest, missionary and martyr (indonesi...
PDF
1.Materi Kebijakan Umum Program Revit.pdf
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PJOK Kelas 12 SMA Terbaru 2025
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PAI & BP Kelas 11 SMA Terbaru 2025
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PKWU Rekayasa Kelas 12 SMA Terbaru 2025
PPTX
1. Bahan Bacaan Pola Pikir Bertumbuh.pptx
DOCX
BERLATIH MENCARI MODUL AJAR BAHASA INGGRIS
PDF
PPT Yudisium Ceremony Agusus 2025 - new. pdf
PPTX
Konsep & Strategi Penyusunan HPS _Pelatihan "Ketentuan TERBARU Pengadaan" (...
PDF
Presentasi Aplikasi Persiapan ANBK 2025.pdf
PDF
Laporan On The Job TRaining PM KS Siti Hikmah.pdf
PPSX
Teknik Trading Selang Seling Yang Dapat Digunakan Untuk Trading Manual Maupun...
PDF
Tren dan Isu Kebutuhan Soft Skill dan Hard Skill Tenaga Kesehatan di RS - dr....
PPTX
KEBIJAKAN BIAS JATENG 2025.Boyolali.pptx
PPTX
oioioooooooooooooo Penanganan P3K.pptx
PDF
LK Modul 3 - Menentukan Pengalaman Belajar Herpina Indah Permata Sari (2).pdf
PPTX
Presentasi Al-Quran Hadits Kelompok XI.1
PPTX
PROGRAM KOKURIKULER KELAS 9 TEMA 1_20250811_075823_0000.pptx
PDF
System Requirement Enterprise Resource Planning Jasa Penulisan dan Pembuatan ...
Modul Ajar Deep Learning PAI & BP Kelas 10 SMA Terbaru 2025
Saint Maximilian Kolbe, Polish friar, priest, missionary and martyr (indonesi...
1.Materi Kebijakan Umum Program Revit.pdf
Modul Ajar Deep Learning PJOK Kelas 12 SMA Terbaru 2025
Modul Ajar Deep Learning PAI & BP Kelas 11 SMA Terbaru 2025
Modul Ajar Deep Learning PKWU Rekayasa Kelas 12 SMA Terbaru 2025
1. Bahan Bacaan Pola Pikir Bertumbuh.pptx
BERLATIH MENCARI MODUL AJAR BAHASA INGGRIS
PPT Yudisium Ceremony Agusus 2025 - new. pdf
Konsep & Strategi Penyusunan HPS _Pelatihan "Ketentuan TERBARU Pengadaan" (...
Presentasi Aplikasi Persiapan ANBK 2025.pdf
Laporan On The Job TRaining PM KS Siti Hikmah.pdf
Teknik Trading Selang Seling Yang Dapat Digunakan Untuk Trading Manual Maupun...
Tren dan Isu Kebutuhan Soft Skill dan Hard Skill Tenaga Kesehatan di RS - dr....
KEBIJAKAN BIAS JATENG 2025.Boyolali.pptx
oioioooooooooooooo Penanganan P3K.pptx
LK Modul 3 - Menentukan Pengalaman Belajar Herpina Indah Permata Sari (2).pdf
Presentasi Al-Quran Hadits Kelompok XI.1
PROGRAM KOKURIKULER KELAS 9 TEMA 1_20250811_075823_0000.pptx
System Requirement Enterprise Resource Planning Jasa Penulisan dan Pembuatan ...

Struktur morfologi bahasa indonesia

  • 1. Alfiyanti Klarasati (292012187) Zenny Mela Analisa (292012205) Hamidah (292012215) Pramudita Agnityas P (292012216)
  • 2.  Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti ‘bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’.  Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk’.  Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata’
  • 3. Morfologi Dalam Linguistik Objek Kajian Morfologi Wacana Satuan morfologi adalah: Morfem (akar atau afiks) dan Sintaksis Kata. Morfologi Proses morfologi melibatkan komponen : Dasar (bentuk dasar). Alat pembentuk (afiks, duplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi). Makna gramatikal. Fonologi
  • 4.  Teknik analisis unsur bawahan langsung (Immediate Constituent Analysis).  Model paradigma (Word and Paradigma Model).  Model tata nama (Name and Arrangement Model).  Model proses (Name and Prosess Model).
  • 5.  Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna. Umpamanya bentuk membeli dapat di analisis menjadi dua bentuk terkecil yaitu {me-} dan {beli}.
  • 6.  Dua bentuk yang sama atau lebih memilik makna yang sama merupakan sebuah morfem  Dua bentuk yang sama atau lebih bila memilki makna yang berbeda merupakan dua morfem yang berbeda  Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama, merupakan dua morfem yang berbeda  Bentuk-bentuk yang mirip (berbeda sedikit) tetapi maknanya sama adalah sebuah morfem yang sama, asal perbedaan bentuk itu dapat dijelakan secara fonologis.  Bentuk yang hanya muncul dengan pasangan satu-satunya adalah juga sebuah morfem.  Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar apabila memiliki makna yang sama adalah juga merupakan morfem yang sama  Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan bahasa yang lebih besar (klausa, kalimat) apabila maknanya berbeda secara polisemi adalah juga merupakan morfem yang sama.
  • 7. Morfem Alomorf Contoh (pada kata) Ber- Ber- Be- Bel- Bertemu, berdoa Beternak, bekerja Belajar Morfem Alomorf Contoh (pada kata) Meng- Me- Mem- Men- Meny- Meng- Menge- Melihat, merawat Membaca, membawa Menduga, mendengar Menyisir, menyusul Menggali, mengebor Mengecat, mengetik
  • 8. Berdasarkan kebebasannya dibedakan menjadi dua yaitu:  Morfem bebas adalah morfem yang tanpa keterkaitannya dengan morfem lain dapat langsung digunakan dalam pertuturan. Misalnya, morfem {pulang}, {merah}, dan {pergi}.  Morfem terikat adalah morfem yang harus terlebih dahulu bergabung dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam pertuturan. Semua afiks
  • 9.  Bentuk dasar terikat seperti gaul, juang dan henti lazim juga disebut bentuk prakategorial.  Morfem yang muncul dalam pasangan tertentu disebut morfem unik. Misalnya kuyup (hanya muncul dalam kata basah kuyup).  Bentuk-bentuk yang disebut klitika merupakan morfem yang agak sukar ditentukan statusnya. Dilihat dari posisi tempatnya dibedakan menjadi dua yaitu:  Proklitika yaitu klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti seperti klitika ku- dalam bentuk kubawa dan kuambil.  Enklitika adalah klitika yang berposisi di belakang kata yang dilekati, seperti klitika mu- dan nya- pada bentuk nasibmu dan duduknya.  Bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi seperti dan, oleh, di, dan karena secara morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara sintaksis merupakan bentuk terikat.  Bentuk-bentuk yang oleh Kridalaksana (1989) disebut proleksem, seperti a (pada asusila), dwi (pada dwibahasa) dan ko (pada kopliot) juga termasuk morfem terikat.
  • 10.  Morfem utuh  Morfem terbagi  Berdasarkan kemungkinan menjadi dasar dalam pembentukan kata, dibedakan menjadi dua yaitu:  Morfem dasar adalah morfem yang dapat menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Misalnya {beli}, {makan}, dan {merah}.  Morfem yang tidak dapat menjadi dasar, melainkan hanya sebagai pembentuk. Misalnya morfem{me-}, {-kan} dan {pe-an}.
  • 11.  Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, yakni morfem yang berupa bunyi dan dapat disegmentasikan. Misalnya morfem {lihat}, {ter-}, {sikat},dan {lah}.  Morfem suprasegmental atau nonsegmental adalah morfem yang terbentuk dari nada, tekanan, durasi dan intonasi. Terdapat dalam bahasa Cina, Thai dan Burma.  Berdasarkan kehadirannya secara konkret dibedakan menjadi dua yaitu:  Morfem wujud adalah morfem yang secara nyata ada.  Morfem tanwujud adalah morfem yang kehadirannya tidak ada, erdapat dalam bahasa Inggris.  Berdasarkan ciri semantik dibedakan menjadi dua yaitu:  Morfem bermakna leksikal adalah morfem yang secara inheren memiliki makna. Misalnya {makan}, {pulang}, dan {pergi}.  Morfem tak bermakna leksikal adalah morfem yang secara inheren tidak memiliki makna. Misalnya morfem afiks {ber-}, {ke}, dan {ter-}.
  • 12.  Morfem afiks adalah morfem yang tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata, tetapi hanya menjadi unsur pembentuk dalam proses afiksasi. Dalam bahasa Indonesia dibedakan adanya morfem afiks yang disebut:  Prefiks yaitu afiks yang dibubuhkan dikiri bentuk dasar, yaitu prefiks ber-, me-, per-, di-, ter-, se- dan ke-.  Infiks yaitu afiks yang dibubuhkan di tengah kata, bisanya pada suku awal kata yaitu infiks –el, -em, dan er-.  Sufiks adalah afiks yang dibubuhkan di kanan bentuk dasar, yaitu sufiks –kan, -i, -an dan –nya.  Konfiks yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri dan kanan bentuk dasar secara kebersamaan. Misalnya konfiks ke-an, ber-an, pe-an, per-an dan se-nya.  Klofiks yaitu kata yang dibubuhi afiks pada kiri dan kanannya tetapi pembubuhannya itu tidak sekaligus, melainkan bertahap. Kata-kata yang berklofiks dalam bahasa Indonesia adalah yang berbentuk me-kan, me-i, memper, memper-kan, memper-i, ber-kan, di-kan, di-i, diper-, diper-kan, diper-i, ter-i, ter-kan, ter-per, teper-kan, teper-i.  Dalam ragam nonbaku ada afiks nasal yang direalisasikan dengan nasal m-, n-, ny-, ng-dan nge-. Kridalaksana (1989) menyebut afiks nasal ini dengan istilah simulfiks. Contoh: nulis, nyisir, ngambil, dan ngecat.
  • 13. PROSES MORFOLOGI TAHAP PEMBENTUKAN MORFOLOGI Proses morfologi melibatkan komponen: bentuk dasar dan pembentuk kata. Hasil proses pembentukan: bentuk merupakan wujud fisik dan makna gramatikal. Pembentukan setahap Pembentukan bertahap Pembentukan melalui perantara
  • 14.  Morfofonemik (disebut juga morfonologi atau morfofonologi) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afikasi, proses reduplikasi, maupun komposisi. Jenis perubahan  Pemunculan fonem  Pelepasan fonem  Peluluhan fonem  Perubahan fonem  Pergeseran fonem
  • 15. 1. Perfikasi ber- 2. Prefikasi me- (termasuk klofiks me-kan dan me-i) 3. Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an 4. Prefiksasi per- dan konfiksasai per-an 5. Sufiksasi –an 6. Prefiksasi ter-
  • 16. Kelas-kelas terbuka adalah kelas yang keanggotaanya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosisal budaya yang terjadi dimasyarakat penutur suatu bahasa.
  • 17. Nomina Ciri utama nomina atau kata benda :  Tidak dapat didahului oleh adverbial negasi tidak.  Tidak dapat didahului oleh adverbial derajat agak (lebih, sangat, dan paling).  Tidak dapat didahului oleh adverbial keharusan wajib.  Dapat didahului oleh adverbial yang menyatakan jumlah seperti satu, sebuah, sebatang dsb.
  • 18. Ciri utama verba atau kata kerja: 1. Dapat diimbangi oleh adverbial negasi tidak dan tanpa. 2. Dapat didampingi oleh semua adverbial frekuensi. 3. Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan penggolonganya. 4. Tidak dapat didampingi oleh semua adverbial derajat. 5. Dapat diimbangi oleh semua adverbial kala (tenses). 6. Dapat didampingi oleh senua adverbial keselesaian. 7. Dapat didampingi oleh semua adverbial keharusan. 8. Dapat didampingi oleh semua anggota adverbial kepastian.
  • 19. Ciri utama ajektifa atau kata keadaan: 1. Tidak dapat didampingi oleh adverbial frekuensi sering, Tidak dapat didampingi oleh adverbial jumlah. 2. Dapat didampingi oleh adverbial derajat. 3. Dapat didampingi oleh adverbial kepastian pasti, tentu, mungkin, dan barangkali. 4. Tidak dapat diberi adverbial kala (tenses) hendak dan mau, jadi bentuk-bentuk tidak berterima.
  • 20. A. Adverbia KLASIFIKASI KATA (KELAS TERTUTUP) 1. Berprefiks se- seperti sejumlah, sebagian, seberapa dan semoga. 2. Berprefiks se- dengan reduplikasi, seperti sekali-kali, semena-mena. 3. Berkonfiks se-nya, seperti sebaliknya, seharusnya, sesungguhnya, dan sebisanya. 4. Berkonfiks se-nya disertai reduplikasi seperti selambat-lambatnya, secepat-cepatnya B. Pronomina 1. Kata ganti diri 2. Kata ganti penunjuk 3. Kata ganti Tanya C. Numeralia 1. Kata bilangan 2. Kata bantu bilangan D. Preposisi E. Konjungsi 1. Konjungsi koordinatif 2. Konjungsi subordinatif 3. Konjungsi antar kalimat F. Artikulus G. Interjeksi 1. kata-kata singkat seperti wah,cih, hai, oi, oh, nah, dan hah. 2. kata-kata biasa seperti, adih, celaka, gila, kasihan, bangsat, astaga, Alhamdulillah, dan masya Allah. H. Partikel
  • 21.  Afiks-afiks pembentuk verba adalah :  Verba Berprefiks ber- 1. Makna gramatikal verba berprefiks ber- , antara lain : 2. Mempunyai (dasar)/ada (dasar)nya, contohnya :Berjendela ‘ada jendela’ dan Bersaudara ‘mempunyai saudara’ 3. Memakai /mengenakan, contoh :Berjilbab ‘memakai jilbab’ 4. Mengendari,menumpang, atau naik, contoh :Bersepeda ‘mengendarai sepeda’, Berkuda ‘naik kuda’ 5. Berisi atau mengandung, contoh :Beracun ‘ mengandung racun’, Berair. 6. Mengeluarkan/ menghasilka, contoh :Berproduksi ‘mengasilkan produksi’ 7. Mengusahakan atau mengupayakan, contoh:Bersawah ‘mengerjakan sawah’ 8. Melakukan kegiatan, contoh :Berdebat ‘melakukan debat’, berolahraga 9. Mengalamai/berada dalam keadaan, contoh :Bergembira ‘dalam keadaan gembira’, 10. Kumpulan atau kelompok, contoh :Berdua ‘kumpulan dari dua’, bertiga 11. Memberi, contoh :Bersedekah ‘memberi sedekah’, berceramah
  • 22. Berupa konfiks artinya prefiks ber- dan sufiks –an diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk darah. Makna gramatikal verba berkonfiks ber-an adalah: 1. Banyak serta tidak teratur, contoh :Bermunculan ‘banyak yang muncul dan tidak teratur’, Berlarian ‘banyak yang lari dan tidak teratur’ 2. Saling atau berbalas, contoh :Bermusuhan ‘ saling memusuhi’, besentuhan 3. Saling berada di, contoh :Bersebalahan ‘saling berada di sebelah’,
  • 23. Verba Berklofiks Ber-kan Verba berklofiks ber-kan dibentuk dengan proses, mula-mula pada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks –kan. Prefiks ber- dan sufiks –kan mempunyai makna menggunakan/mempunyai dan akan. Contoh : Bersenjatakan ‘menggunakan senjata akan (clurit)’ Verba bersufiks –kan Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal : 1. Jadikan, contoh : tenangkan ‘jadikan tenang’, 2. Jadikan berada di, contoh : Pinggirkan ‘jadikan berada di pinggir’ 3. Lakukan untuk orang lain. Contoh : Ambilkan ‘lakukan ambil untuk (orang lain)’ 4. Lakukan akan. Contoh : Lemparkan ‘lakukan lempar akan’, hapuskan 5. Bawa masuk ke. Contoh : Asramakan ‘bawa masuk ke asrama’
  • 24. Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal : 1. Berulang kali. Contoh: Pukuli ‘pekerjaan pukul dilakukan berulang kali 2. Tempat. Contoh : Lewati ‘lakukan lewat di …’, 3. Merasa sesuatu pada. Contoh : Hormat ‘merasa hormat pada …’, 4. Memberi. Contoh: Nasihati ‘beri nasihat pada’, garami ‘beri garam pada’ 5. Jadikan. Contoh : Lengkapi ‘jadikan lengkap’, dekati ‘jadikan dekat’ 6. Lakukan pada. Contoh : Siasati ‘lakukan siasat pada’, tanggapi.
  • 25.  Verba Berprefiks per- 1. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal : 2. Jadikan lebih. Contoh : Perlebar ‘jadikan lebih lebar’ 3. Anggap sebagai atau jadikan. Contoh : Peristri ‘jadikan istri’ 4. Bagi. Contoh: Perseribu ‘bagi seribu’, Perdelapan ‘bagi delapan’  Verba Berkonfiks per-kan 1. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal : 2. Jadikan bahan. Contoh: Pertanyakan ‘ jadikan bahan pertanyaan’ 3. Lakukan supaya. Contoh: Pertegaskan ‘lakukan supaya tegas’ 4. Jadikan me. Contoh: Perdengarkan ‘jadikan (orang lain) mendengar’ 5. Jadikan ber-. Contoh: Pertemukan ‘jadikan bertemu’
  • 26. Verba Berkonfiks Per-i Verba per-i memiliki makna gramatikal : 1. Lakukan supaya jadi. Contoh : Perbaiki ‘ lakukan supaya jadi baik’ 2. Lakukan (dasar) pada objeknya. Contoh: Persetujui ‘ lakukan setuju pada objeknya’  Verba berkonfiks ke-an, memiliki makna gramatikal: 1. Terkena, menderita, mengalami (dasar), contoh: kebanjiran ‘terkena banjir’ 2. Agak (dasar), contoh : kemerahan ‘agak merah’, kehitaman, kebiruan.
  • 27.  Nomina Berprefiks ke-  Nomina Berkonfiks ke-an, mempunyai makna gramatikal : Ada dua macam proses pembentukan nomina dengan konfiks ke-an : 1. Pertama, langsung dari bentuk dasar → (dasar+ke-an). Memiliki makna gramatikal 2. ‘hal (dasar)’, contoh : kehutanan ‘hal hutan’, keolahragaan ‘hal olahraga’ 3. ‘tempat/wilayah (dasar)’, contoh: kecamatan, kelurahan, kerajaan.
  • 28. Nomina berprefiks pe- yang mengikuti persengauan memiliki makna gramatikal: 1. ‘yang (dasar)’, contoh : pendatang (mereka datang dati luar kota), pemalas, 2. ‘yang me- (dasar)’, contoh: penulis ‘yang menulis’, penonton, pelatih. 3. ‘yang me-kan (dasar)’, contoh: penentu ‘yang menentukan’, penerbang, 4. Yang me-i (dasar)’, contoh: pewaris ‘yang mewarisi’, pengunjung,
  • 29.  Nomina Berkonfiks pe-an, memiliki makna gramatikal : 1. ‘hal/proses me- (dasar)’, contoh: penulisan ‘hal menulis’, pendengaran, pembacaan 2. Hal/proses me-kan (dasar),contoh: pengecualian ‘hal mengecualikan’, pembenaran 3. ‘hal/proses me-i (dasar), contoh: pewarisan ‘hal mewarisi’, pengobatan,  Nomina Berkonfiks per-an, memiliki makna gramatikal: 1. ‘hal ber- (dasar)’, contoh: penggerakan ‘hal bergerak’, pertemuan, perdebatan. 2. ‘hal, tentang atau masalah (dasar)’, contoh: Perekonomian ‘hal ekonomi’ 3. ‘daerah, wilayah atau tempat’,contoh: pegunungan ;daerah gunung’, peristirahatan
  • 30.  Nomina Bersufiks –an 1. ‘tiap-tiap’, contoh: bulanan (majalah ini terbit bulanan) 2. ‘banyak (dasar)’ → (+bendaan dan +kecil), contoh: jamuran (roti ini sudah jamuran, jangan kau makan) 3. ‘bersifat (dasar)’ → (+keadaan), contoh: murahan (saya tidak mau membeli barang murahan)  Nomina Bersufiks –nya 1. ‘hal’ → (+keadaan), contoh: luasnya daerah bencana menyulitkan petugas evakuasi. 2. ‘penegasan → (+ bendaan/ +tindakan), contoh: mau makan nasinya habis
  • 31.  Dasar Ajektiva Berprefiks pe- ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar ajektiva: Secara langsung terjadi kalau dasar ajektiva memiliki komponen makna (+sifat batin). Contoh: pemalu, pemarah, penakut.  Dasar Ajektiva Berprefiks se- Memiliki mana gramatikal ‘sama (dasar)’. Prefiks se-berkategori verba. Bertugas untuk tingkat perbandingan sama atau sederajat. Contoh: setinggi… → sama tinggi, semahal… → sama mahal.
  • 32.  Dasar Ajektiva Bersufiks –an Pemberian sufiks-an semua dasar ajektifa memberi makna gramatikal ‘lebih (dasar)’. Contoh: mahalan … → lebih mahal, murahan… → lebih murah.  Dasar Ajektiva Berprefiks ter- Pengimbuhan prefiks ter- pada semua ajektifa memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’. Contoh: tercantik ‘paling cantik’, tertinggi, terbesar.  Dasar Ajektifa Berkonfiks ke-an Memberikan makna gramatikal ‘agak (dasar)’ bila mempunyai komponen makna (+ warna), contoh: kemerahan ‘agak merah’
  • 33.  Dasar Ajektifa Berklofiks me-kan Memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan jadi (dasar)’ bila mempunyao komponen makna (+sifat batin). Berkategorikan ajektifa karena dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat. Contoh: memalukan, mengecewakan, menakutkan.  Dasar Ajektiva Berklofiks me-i Memiliki makna gramatikal ‘merasa (dasar)’ dan memiliki komponen makna (+ rasa batin). Contoh: mengagumi, mengasihi, menghormati.
  • 34.  Komposisi adalah proses pengabungan dasar dengan dasar (biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu ‘konsep’ yang belum tertampung dalam sebuah kata.  Misalnya, dalam kata rumah untuk mengacu pada konsep “bangunan tempat tinggal”, tetapi dalam kehidupan nyata kita ada konsep ‘bangunan tempat menggadaikan’, maka terbentuklah komposisi “rumah gadai”
  • 35. 1. Komposisi peristilahan Pengembangan komposisi 2. Komposisi nomina a. komposisi nominal bermakna gamatikal b. komposisi nominal bermakna idiomatic c. komposisi nominal metaforis d. komposisi nominal nama dan istilah e. komposisi nominal dengan adverbial 3. komposisi verbal a. Komposisi verbal bermakna gramatikal b. Komposisi verbal bermakna idiomatical c. Komposisi verbal dengan adverbial 4. komposisi ajekival a. Komposisi ajektival bermakna Gramatikal b. Komposisi ajektival bermakna idiomatical c. Komposisi ajektival dengan adverbial
  • 36.  Reduplikasi merupakan bentuk pengulangan suatu kebahasaan.  Reduplikasi morfologi dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa: a. Pengulangan utuh b. Pengulangan sebagian c. Pengulangan perubahan bunyi d. Pengulangan dengan infiks
  • 37. 1. Proses konversi Konversi lazim juga disebut derivasi zero, transmutasi atau transposisi adalah proses pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu menjadi kata berkategori lain, tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar itu. 2. Akronimisasi Akronimisasi adalah proses pembentukan kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilakan sebuah kata yang disebut akronim. Penyerapan Penyerapan adalah poses pengambilan kosakata dari bahasa asing. Sejak terbitnya buku pedoman istilah dalam Buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan penyerapan kata-kata asing harus dilakukan secara visual. Artinya, berdasarkan apa yang dilihat di dalam tulisan.
  • 38. Inti dari pedoman pembentukan istilah itu adalah: 1. Kata-kata yang sudah terselip dan lazim digunakan sebelum buku pedoman ini terbit, tidak perlu lagi diubah ejaannya. Misalnya kata-kata kabar, sirsak, telepon, iklan, perlu, bengkel, hadir, dan badan. 2. Penyerapan dilakukan secara utuh. Misalnya kata standardisasi, efektivitas diserap secara utuh di samping kata standar, efektif. 3. Huruf-huruf asing. pada awal kata harus disesuaikan sebagai berikut: c dimuka e, l, oe dan y menjadi s. Contoh: central menjadi sentral, circulation menjadi sirkulasi, ceelom menjadi selom, cylinder menjadi silinder