PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BAB II
TEORI PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA PASAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEMBIMBING:
Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
KELAS J – KELOMPOK 8
AMAR’ATUS LAILA
1222200173
ANGGUN PRATIWI
1222200174
MARCELL WILLARD S.
1222200175
HARGA SUATU BARANG DAN JASA
Harga merupakan faktor penting dalam perekonomian.
Barang dan jasa memiliki harga jika mempunyai nilai dan guna. Disamping
berguna dan bernilai barang tersebut juga langka, semakin berguna dan semakin langka
maka harganya akan semakin mahal. Berguna tetapi tidak langka membuat barang itu
relatif tidak mahal. Apabila jika barang itu tidak berguna dan langka, maka barang itu
tidak berharga. Terbentuknya harga dikarenakan ada 2 pihak, yaitu pihak yang memiliki
dan bersedia untuk menawarkannya serta pihak yang memerlukan dan bersedia untuk
memintanya.
HARGA
Nilai barang dan jasa yang dinyatakan dengan jumlah
uang tertentu.
FUNGSI HARGA
1. Mengadakan keseimbangan antara kebutuhan dengan alat pemuas yang diminta.
2. Dengan adanya harga maka manusia mau tidak mau akan membatasi
kebutuhannya sesuai dengan kemampuannya dalam membayar.
3. Harga juga membagi alat produksi pada berbagai kemungkinan pemakaian. Alat-alat
produksi dipakai pada sektor yang dapat menguntungkan dibandingkan dengan
pengorbanan yang diberikan untuk mendapatkan alat-alat tersebut.
4. Harga juga merupakan pembentuk pendapatan berupa upah, bunga modal, serta
pendapatan pengusaha dan pemilik sumber.
TEORI PERMINTAAN
Teori Permintaan
Permintaan akan barang dan jasa timbul dari
kebutuhan konsumen untuk menguasai barang dan
jasa tersebut
PERMINTAAN
Suatu deretan jumlah barang yang pembeli
bersedia membeli dengan tenaga beli yang
ada padanya pada tingkatan harga tertentu
Permintaan akan suatu jenis barang
Tingkatan harga satuan dari tiap-tiap jumlah
barang itu berlainan
Berlaku pada waktu tertentu
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PERMINTAAN SUATU BARANG
1. Harga barang itu sendiri
2. Kegunaan barang tersebut
3. Rasa dan keinginan konsumen
4. Banyak dan sedikitnya konsumen itu
sendiri
5. Jumlah barang dan jasa yang tersedia
6. Jumlah dan jenis barang pengganti
7. Tingkat penghasilan konsumen
8. Waktu dan tempat
 Faktor yang memengaruhi secara
umum, sebagai berikut:
1. Harga barang itu sendiri
2. Harga barang lain (Substitusi
maupun Komplementer)
3. Income
4. Selera
RUMUS FUNGSI PERMINTAAN
Dx = f (Px; Py…….. P₂ , I , S)
Dimana :
Dx = Permintaan akan barang
Px = Harga barang itu sendiri
P₂ = Harga barang yang lain
I = Pendapatan konsumen
S = Selera
HUKUM PERMINTAAN
Hukum permintaan sejalan dengan pikiran yang logis dan sederhana. Bunyi hukum
permintaan, yaitu:
“jika harga turun maka permintaan akan barang tersebut akan bertambah,
sebaliknya jika harga naik maka jumlah barang yang diminta akan berkurang.”
Kenaikan harga barang - barang karena kebijaksanaan kenaikan harga BBM di
Indonesia mengakibatkan harga susu bubuk cap bendera (Belanda) menjadi
sangat mahal. Akibatnya, hanya orang yang berpenghasilan tinggi saja yang
sanggup membelinya.
KURVA DEMAND
Kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang atau jasa yang
diminta dengan harga di mana harga sebagai variabel independen dan
jumlah barang yang diminta merupakan variabel dependen. Jumlah barang
yang biasanya diberikan notasi Q atau X digambarkan pada sumbu
horizontal atau Absis, sedangkan harga yang biasanya diberikan notasi P
digambarkan pada sumbu vertikal atau ordinat
PENGECUALIAN KURFA DEMAND
Menurut giffen, kenaikan harga roti, menyebabkan
keluarga yang sangat miskin membeli lebih banyak roti
sebab kenaikan harga roti menyebabkan mereka lebih
miskin lagi, dan jika mereka lebih miskin lagi, mereka
akan mengganti daging dan barang - barang yang lebih
mahal dengan roti untuk memenuhi kebutuhan utama
keluarganya.
Pengecualian ini berupa kasus klasik yang terkenal dengan nama
“barang giffen” atau “keanehan giffen” (giffen paradox). Sir
Robert Giffen, adalah seorang ahli ekonomi inggris pada abad ke-
19, yang menemukan pengecualian ini.
Menggambar Kurva Demand dengan Matematis
Hubungan antara harga & jumlah yang diminta dituliskan berupa fungsi sebagai berikut:
Fungsi ini bisa dituliskan dengan fungsi persamaan permintaan sebagai berikut :
Q = F(P)
Q = a-bP
dimana :
Q = jumlah barang yang diminta
P = harga
a = konstanta, jika harga barang sama
dengan nol, maka jumlah yang
diminta tertentu
CONTOH
PERGESERAN KURVA DEMAND
Perubahan permintaan dapat dibedakan menjadi :
Harga Barang Sendiri Faktor - Faktor Lain
Perubahan permintaan
sepanjang kurva permintaan
terjadi bila harga komoditi
yang diminta berubah (naik
atau turun)
Pergeseran kurva permintaan ke kanan atau
ke kiri disebabkan oleh perubahan
permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-
faktor selain harga komoditi tersebut.
Faktor yang memengaruhi: Pendapatan riil,
selera dan preferensi, harga barang lain yang
berkaitan (substitusi atau komplementer).
Permintaan Individu dan Permintaan Pasar.
 Kurva permintaan pasar diperoleh dari penjumlahan kurva permintaan berbagai
individu terhadap barang tersebut pada setiap tingkat harga. Sebagai contoh, bila
dimisalkan pasar hanya terdiri dua individu, yaitu ali dan budi dengan jumlah DVD
yang diminta pada setiap tingkat harga sebagai berikut :
Tabel Pembentukan Kurva Pasar
Harga Jumlah yang
diminta ali
Jumlah yang
diminta budi
Jumlah yang
diminta pasar
Rp. 12.000,00 10 15 25
Rp. 10.000,00 20 20 40
Rp. 8.000,00 30 25 55
TEORI PENAWARAN
Teori Penawaran
Dikarenakan adanya kebutuhan akan barang dan
jasa, maka Sebagian dari masyarakat bertindak untuk
menyediakan kebutuhan – kebutuhan tersebut.
PENAWARAN
Berbagai kuantitas barang yang akan dijual
oleh penjual di pasar dengan berbagai
kemungkinan harga, dengan asumsi
keadaan lain dianggap tetap tak berubah.
Hubungan antara harga dengan kuantitas
untuk setiap unit yang akan dijual oelh
penjual.
Mendorong penjual untuk menjual lebih
banyak.
HUKUM PENAWARAN
Bunyi hukum penawaran, yaitu:
“jika harga suatu barang/jasa naik maka jumlah barang yang ditawarkan akan
bertambah dan sebaliknya jika harga turun maka jumlah barang yang
ditawarkan akan berkurang dengan anggapan ceteris paribus .”
Hukum di atas berarti bahwa jika harga suatu barang meningkat maka jumlah
barang yang ditawarkan akan meningkat (karena produsen semakin
menguntungkan), dan sebaliknya jika harga turun, jumlah barang yang
ditawarkan juga menurun.
BENTUK KURVA PENAWARAN
Tunduk dengan Hukum Penawaran
BENTUK
GRAFIK
Memperlihatkan kuantitas maksimal dalam satu
unit waktu yang dijual oleh penjual dengan berbagai
pilihan harga di pasar.
Persamaan penawaran berslope positif. Kurva
penawaran berbentuk miring dari kiri bawah ke
kanan atas
GRAFIK
Bentuk
Matematika
Qs = F (Px)
Qs = a + bP
BENTUK KURVA PENAWARAN
Tidak Tunduk dengan Hukum Penawaran
 Kurva S3 merupakan kurva penawaran untuk jangka waktu yang sangat pendek,
di mana produsen tidak dapat menambah/tidak sempat menambah jumlah
produksinya. Sering disebut sebagai Market Short Period Supply Curve.
 Kurva S1 dan S2 dapat merupakan kurva penawaran jangka Panjang. Kurva S1
merupakan kurva jangka Panjang dengan biaya konstan (Constant Cost Long-Run
Supply Curve) , Kurva S2 disebut sebagai kurva jangka Panjang dengan biaya
menurun (Decreasing Cost Long-Run Supply Curve).
PERUBAHAN PENAWARAN
Jika terjadi perubahan, faktor yang memengaruhi jumlah barang yang ditawarkan
berakibat bertambahnya penawaran, maka kurva penawaran akan bergeser ke kanan.
Sebaliknya jika berakibat berkurangnya penawaran, maka kurva penawaran akan
bergeser ke kiri
 Perubahan harga barang yang ditawarkan
menyebabkan perubahan di sepanjang kurva itu
sendiri (Shift Along The Supply Curve). Jika yang
berubah selain barang itu sendiri, kurva suplai
bergeser ke kiri (Jika Berkurang) dan ke kanan (Jika
Bertambah). Dikatakan sebagai Shift The Supply
Curve.
 Contoh: penjualan di lelang ikan, barang antik.
FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA
PERUBAHAN PENAWARAN
1. Berubahnya Harga Input Variabel
2. Perubahan Teknologi
3. Perubahan Iklim
4. Harga Komoditas Lain
5. Biaya Untuk Memperoleh Faktor Produksi
6. Pajak dan Subsidi
7. Harapan Harga
8. Tujuan Perusahaan
PENENTUAN HARGA PASAR
 Harga pasar terjadi karena adanya interaksi permintaan dan penawaran. Pada harga
pasar konsumen bersedia membeli sesuatu barang dalam jumlah tertentu. Sedangkan
produsen bersedia melepaskan sejumlah produk yang dihasilkan pada tingkat harga
yang telah disepakati antara konsumen dan produsen.
 Jika permintaan melebihi barang yang ditawarkan akan terjadi peningkatan harga,
sebaliknya jika penawaran melebihi jumlah yang diminta harga akan menurun.
 Penentuan harga pasar bisa ditentukan dari 2 cara yaitu secara grafik dan secara
matematis.
Perubahan Permintaan dan Penawaran
Mengubah Harga dan Kuantitas Pasar
1. Harga pasar berubah jika penawaran bertambah
sedangkan permintaan tetap.
2. Harga pasar berubah jika terjadi perubahan
permintaan meningkat sedangkan penawaran tetap.
3. Perubahan keseimbangan jika terjadi perubahan
permintaan meningkat sedangkan penawaran turun.
APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR
KEBIJAKAN
CEILING PRICE
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dengan
tujuan melindungi konsumen agar mendapatkan
harga yang wajar.
Contoh: Harga eceran tertinggi untuk Gabah Kering
Giling (GKG), Harga eceran BBM
GRAFIK
APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR
KEBIJAKAN
FLOOR PRICE
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah di atas harga
pasar.
Contoh: Harga tiket pesawat dan bis.
GRAFIK
APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR
TEORI
PENYESUAIAN
HARGA
Harga dan kuantitas untuk berbagai barang berubah
secara siklis dalam jangka Panjang. Jika harga meningkat
atau menurun, jumlah yang diproduksi juga meningkat
atau menurun dalam gelombang yang berbeda.
Gerakan harga dan kuantitas ini dinamakan teori sarang
laba-laba (Cobweb Theory)
GRAFIK
APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR
SURPLUS PRODUSEN DAN KONSUMEN
Surplus Produsen adalah ukuran
keuntungan yang diperoleh produsen
karena mereka beroperasi pada suatu
pasar komoditi
Surplus Konsumen adalah
keuntungan yang diperoleh
konsumen karena mereka membeli
komoditi.
 PP1E (Surplus Konsumen)
 OP1E (Surplus Produsen)
GRAFIK
APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR
PENGALIHAN BEBAN PAJAK (Shifting Tax)
Kesimpulan
 Semakin tidak elastis kurva demand,
semakin besar proporsi beban pajak yang
di tanggung konsumen.
 Semakin tidak elastis kurva demand dan
kurva supply, Semakin besar pendapatan
pemerintah.
APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR
KASUS PENETAPAN HARGA BARANG
BEBAS DAN BARANG POTENSIAL
Barang Bebas adalah barang yang
jumlahnya melimpah sehingga tidak
mempunyai harga.
Contoh: Di beberapa tempat, air
bersih dapat diperoleh dengan gratis.
Barang Potensial adalah peralatan
makan yang terbuat dari emas.
Contoh: Piring, gelas, sendok, garpu.
GRAFIK
PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BAB III
TEORI ELASTISITAS
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEMBIMBING:
Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
KELAS J – KELOMPOK 8
AMAR’ATUS LAILA
1222200173
ANGGUN PRATIWI
1222200174
MARCELL WILLARD S.
1222200175
PENGERTIAN ELASTISITAS
Semakin elastis sifat permintaannya semakin besar, sebaliknya semakin tidak
elastis sifat permintaannya semakin kecil responnya. Tingkat elastisitas ini ialah tingkat
terpengaruhnya jumlah barang yang ditawarkan karena adanya perubahan harga.
Faktor – faktor yang mempengaruhinya:
• Harga barang itu sendiri
• Harga barang lain
• Pendapatan konsumen
ELASTISITAS
Mengukur respons atau reaksi dalam teori
ekonomi.
• Iklan
• Selera
• Penawaran
JENIS - JENIS ELASTISITAS
1. Elastisitas Harga Permintaan (price elasticity), yang berubah harga barang itu
sendiri.
2. Elastisitas Silang (cross elasticity), yang berubah harga barang lain yang mempunyai
hubungan (komplemen/substitusi).
3. Elastisitas Income (income elasticity), yang berubah pendapatan.
4. Elastisitas Iklan (advertising elasticity), yang berubah iklan dari barang itu sendiri.
ELASTISITAS PERMINTAAN (Ed ; Ep ; ɛ)
Elastisitas
Permintaan
Kepekaan jumlah suatu produk yang akan dibeli oleh
konsumen terhadap perubahan harga dengan kurva
permintaan tertentu.
SIFAT
Jika koefisien elastisitas tak terhingga (∞), disebut
perfect elastic (sangat elastis)
Jika koefisien elastisitas > 1, disebut elastis
Jika koefisien elastisitas < 1, disebut inelastis
Jika koefisien elastisitas = 1, disebut unitary elastic
Jika koefisien elastisitas = 0, disebut perfect inelastic
(inelastis sempurna)
Cara Mengukur Tingkat Elastisitas
Arc Elasticity (Elastisitas Busur)
• Mengukur respons perubahan jumlah
barang yang diminta karena adanya
perubahan harga.
Point Elasticity (Elastisitas Titik)
• Menggambarkan adanya kecilnya
perubahan harga sehingga seakan-
akan tidak terjadi perubahan
𝐸𝑑 =
(0𝑋₁ − 0𝑋₀)
0𝑋₀
∶
0𝑃₁ − 0𝑃₀
0𝑃₀
Contoh Soal Point Elasticity (Elastisitas Titik)
Semakin tinggi keberadaan titik di kurva permintaan semakin besar
koefisien elastisitasnya. Semakin rendah keberadaan titik tersebut di kurva
permintaan semakin rendah koefisien elastisitasnya. Jika titik itu tepat berada di
tengah-tengah membagi garis horizontal dan vertical maka koefisien elastisitasnya
sama dengan 1.
ED di A =
50 −20
20
=
−30
20
= - 1.5
ED di B =
50 −25
25
=
−25
25
= -1
Cara Menghitung Tingkat Elastisitas
 Dengan pendekatan Persamaan
Fungsi
 Rumus :
Contoh Soal
Misal : Q = 200 -2P ; P = Rp50
Ed =
Q = 200 – 2(50) = 100
Δ𝑄
Δ𝑃
= -2
𝐸𝑑 = −2 X
50
100
= -1
 Dengan Hubungan Elastisitas dan Total
Revenue (Total Penerimaan)
No Nilai
Elastisitas
Jika Harga
Naik
Jika Harga
Turun
1. Ed > 1 TR Turun TP Naik
2. Ed = 1 TR Tetap TR Tetap
3. Ed < 1 TR Naik TR Turun
𝑬𝒅 =
𝜟𝑸
𝜟𝑷
X
𝑷
𝑸
Jika harga dinaikkan berakibat TR-nya
Turun maka sifat elastisitas permintaannya
adalah ELASTIS.
Cara Menghitung Tingkat Elastisitas
 Mengamati Arah Perubahan Harga
dan Total Revenue
No Harga Reve-
nue
Arah
Perubahan
Elastisitas
1. Naik Naik Sama In elastis
2. Turun Naik Berlawanan Elastis
3. Naik Turun Berlawanan Elastis
4. Turun Turun Sama In Elastis
5. Naik Tetap - Unitary
6. Turun Tetap - Unitary
 Dengan Melihat Kurva Permintaan (AR)
dan MR
1. Jika MR = 0, Koefisien Elastisitas = 1,
Unitary Elastis.
2. Jika MR = Positif, Koefisien Elastisitas
> 1, Elastis.
3. Jika MR = Negatif, Koefisien Elastisitas
< 1, Inelastis.
Cara Menghitung Tingkat Elastisitas
 Melihat Kecondongan Kurva Permintaan
Jika kecondongan kurva permintaannya seperti:
D1 sifat permintaannya disebut perfect inelastis.
D2 sifat permintaannya disebut perfect elastis.
D3 sifat permintaannya disebut elastis.
D4 sifat permintaannya disebut unitary elastis.
D5 sifat permintaannya disebut inelastis.
Bentuk elastisitas yang ekstrem ada 2 yaitu elastis sempurna dan inelastis sempurna
ELASTIS SEMPURNA
Bila kurva permintaan sejajar sumbu X maka besarnya tingkat elastisitas = ω.
Keadaan ini disebut elastis sempurna yang berarti berapapun jumlah barang yang
diminta harga akan tetap.
INELASTIS SEMPURNA
Jika kurva permintaan sejajar dengan sumbu Y maka besarnya tingkat elastisitas = 0
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI ELASTISITAS
1) Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat elastisitas: Ada atau tidaknya barang
subtitusi yang kualitas relatif sama dan harganya lebih rendah. Jika ada maka
permintaan akan barang tersebut elastis.
2) Macam penggunaan: semakin bervariatif penggunaannya barang tersebut,
maka permintaan akan barang itu akan elastis. Sebaliknya jika barang tersebut
alternatif penggunaannya sangat terbatas, maka permintaan akan barang itu
akan bersifat inelastis.
3) Perbandingan harga barang-barang tersebut dengan pendapatan konsumen
Bila harga yang diminta itu relatif mengambil sebagian besar pendapatan
konsumen maka permintaan akan elastis dan sebaliknya bila permintaan
tersebut relatif mengambil sebagian kecil dari pendapatan konsumen maka
permintaan akan inelastis.
ELASTISITAS SILANG (Cross Elastisity ; η )
Elastisitas Silang
Mengukur sampai berapa jauh berbagai barang
berhubungan satu sama lain.
SIFAT
ELASTISITAS
SILANG
Identifikasi hubungan kedua barang komplementer atau
substitusi bisa juga di lihat dari besarnya koefisien
elastisitas silangnya.
Sering digunakan untuk menentukan batas batas suatu
industri, tapi penggunaannya dalam bidang ini memiliki
beberapa komplikasi
Elastisitas silang yang tinggi menunjukkan hubungan
yang erat atau barang dalam industri yang sama
elastisitas silang yang rendah menunjukkan hubungan
yang renggang atau barang dan industri yang berlainan
RUMUS ELASTISITAS SILANG
𝐸𝑥𝑦 (η) =
% Δ𝑄𝑥
%Δ𝑃𝑦
𝐸𝑥𝑦 (η) =
𝑄𝑦2 −𝑄𝑦1
𝑄𝑦1+𝑄𝑦2
∶
𝑃𝑥2 −𝑃𝑥1
𝑃𝑥1+𝑃𝑥2
𝐸𝑥𝑦 (η) =
𝑄𝑦2 −𝑄𝑦1
𝑄𝑦1+𝑄𝑦2
𝑥
𝑃𝑥1 + 𝑃𝑥2
𝑃𝑥2 − 𝑃𝑥1
HUBUNGAN SUBSTITUSI/KOMPLEMENTER
Harga X Jumlah X Harga Y Jumlah Y Barang X dan Y
Turun Naik Tetap Naik Komplementer
Turun Naik Tetap Turun Subtitusi
Naik Turun Tetap Naik Substitusi
Naik Turun Tetap Turun Komplementer
ELASTISITAS SILANG BARANG SUBSTITUSI
Karena harga teh turun , selain berakibat naiknya jumlah yang diminta juga
mengakibatkan jumlah yang diminta kopi berkurang walaupun harga kopi tidak
berubah. Kejadian ini diakibatkan karena kopi dan teh adalah barang substitusi.
ELASTISITAS SILANG BARANG KOMPLEMENTER
Kopi dan gula adalah barang komplemen. Karena harga gula turun, selain berakibat
naiknya jumlah yang diminta juga mengakibatkan jumlah yang diminta kopi
bertambah walaupun harga kopi tidak berubah. Kejadian ini diakibatkan karena kopi
dan gula adalah barang substitusi.
HUBUNGAN SUBSTITUSI, KOMPLEMEN, DAN
ELASTISITAS SILANG
No. Elastisitas Silang Sifat Hubungan Jika Py Naik Jika Py Turun
1. Jika Exy > 0 Substitutes Qx Naik Qx Turun
2. Jika Exy = 0 Tidak ada hubungan Qx Tetap Qx Tetap
3. Jika Exy < 0 Komplemen Qx Turun Qx Naik
Jika harga barang Y naik mengakibatkan naiknya jumlah barang X yang diminta.
Barang X dan Y adalah substitut. Tetapi jika jika harga barang Y naik
mengakibatkan jumlah yang diminta barang X turun maka barang X dan Y adalah
barang komplemen.
ELASTISITAS PENAWARAN
 Konsep elastisitas penawaran persis sama dengan konsep elastisitas permintaan.
𝐸𝑠 =
%Δ𝑄𝑠
%Δ𝑃𝑥
Es =
(𝑋2−𝑋1)
(𝑋1+𝑋2)
𝑋
(𝑃1+𝑋2)
(𝑃2−𝑃1)
RUMUS
MENENTUKAN SIFAT PENAWARAN
 Melihat Besar Koefisien Elastisitasnya :
Jika nilai Es tak terhingga (∞) disebut perfect elastis (sangat elastis)
Jika nilai Es > 1 disebut elastis
Jika nilai Es < 1 disebut inelastic
Jika nilai Es = 1 disebut unitary elastis
Jika nilai Es = 0 disebut perfect elastis (inelastis sempurna)
MENENTUKAN SIFAT PENAWARAN
 Melihat Kecondongan Kurva Permintaan :
S1 sifat permintaannya disebut perfect inelastis.
S2 sifat permintaannya disebut inelastis.
S3 sifat permintaannya disebut unitary elastis.
S4 sifat permintaannya disebut elastis.
S5 sifat permintaannya disebut perfect elastis.
ELASTISITAS PENDAPATAN (INCOME ELASTICITY ; Ei ; φ)
ELASTISITAS
PENDAPATAN
Elastisitas yang menunjukkan tingkat kepekaan dari
perubahan jumlah barang yang diminta dengan
perubahan pendapatan
RUMUS
a) Jika Ei > 1 ; barang yang diminta → barang superior
b) Jika 0 < Ei < 1 ; barang yang diminta → barang
kebutuhan pokok
𝐸𝑖 =
%∆𝑄𝑥
%∆𝐼
𝐸𝑖 =
𝑄2 − 𝑄1
𝑄1 + 𝑄2
∶
𝐼2 − 𝐼1
𝐼1 + 𝐼2
Perubahan Permintaan Barang Lux karena Adanya
Kenaikan Income
Barang luxury adalah barang
yang dibeli dalam jumlah lebih
banyak jika pendapatan
konsumen bertambah
Perubahan Permintaan Barang Inferior karena Adanya
Kenaikan Income
Barang inferior adalah barang
yang dibeli dalam jumlah
sedikit atau dikurangi jika
pendapatan konsumen
bertambah.
Hubungan Elastisitas Income dan Jenis Produk
No Elastisitas Income Jenis Produk
Jika Income
Naik
Jika Income
Turun
1. Ei > 1 Luxuries
Qx Naik
% Lebih Besar
Qx Turun
% Lebih besar
2. Ei > 0
Kebutuhan
pokok
Qx Naik
% Lebih Kecil
Qx Turun
% Lebih Kecil
3. Ei = Negatif Inferior Qx Turun Qx Naik
PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BAB IV
PERILAKU KONSUMEN DARI PENDEKATAN CARDINAL
DAN ORDINAL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEMBIMBING:
Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
KELAS J – KELOMPOK 8
AMAR’ATUS LAILA
1222200173
ANGGUN PRATIWI
1222200174
MARCELL WILLARD S.
1222200175
Beberapa Konsep Berkaitan Dengan Perilaku
Konsumen
Beberapa Konsep Berkaitan Dengan Perilaku
Konsumen
Permintaan timbul karena konsumen memerlukan manfaat dan barang yang
diminta. Manfaat inilah yang dikenal dengan istilah utilitas (utility). Jadi sebenarnya
permintaan suatu barang menggambarkan permintaan akan manfaat dan barang
tersebut atau dengan kata lain permintaan suatu barang merupakan derifikasi
(penurunan) dan manfaat yang diberikan oleh barang tersebut.
NILAI BARANG
1) Nilai Penggunaan Objektif atau
Nilai Guna
Kesanggupan suatu barang dan Jasa
untuk memenuhi keperluan manusia.
2) Nilai Penggunaan Subjektif
Arti yang diberikan oleh seseorang
kepada suatu barang yang tertentu
untuk memuaskan kebutuhannya.
Kebutuhan manusia pada garis besarnya dapat dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu (1) kebutuhan pokok dan (2) kebutuhan sekunder. Untuk memenuhi
bermacam-macam kebutuhan ini diperlukan barang dan jasa. Sedangkan
kemampuan barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan manusia disebut “nilai”.
Nilai Barang dibedakan menjadi 2, yaitu:
NILAI PERTUKARAN
1) Nilai Pertukaran Objektif 2) Nilai Pertukaran Subjektif
 Arti yang diberikan oleh seseorang
kepada suatu barang dan jasa,
bertalian dengan kegunaan barang
tersebut terhadap dirinya.
Pada zaman modern ini, barang dan jasa mempunyai nilai kegunaan untuk
pemenuhan kebutuhan, juga mempunyai nilai pertukaran, Nilai pertukaran ini
dapat dibagi menjadi:
 Kemampuan barang dan jasa itu
sendiri untuk Ditukarkan dengan
barang dan jasa lain.
PEMENUHAN KEPUASAN
HUKUM GOSSEN I HUKUM GOSSEN II
“Tiap-tiap manusia akan berusaha
memenuhi berbagai Kebutuhannya
supaya semua kebutuhannya tersebut
dipuaskan dengan seimbang.”
Pada hakikatnya kepuasan manusia tidaklah terbatas untuk memenuhi
semua kebutuhan manusia. Oleh karena itu, hendaknya manusia dapat berpikir
rasional dalam menentukan kebutuhan sehingga keseimbangan antara kebutuhan
dan alat pemuasnya mendekati keseimbangan.
“Jika pemuasan kebutuhan dijalankan
terus-menerus, maka Kenikmatannya
akan terus-menerus berkurang, sampai
akhirnya jenuh.”
PENDEKATAN TRADISIONAL UNTUK
MENGUNGKAPKAN PERILAKU KONSUMEN
PENDEKATAN TRADISIONAL UNTUK
MENGUNGKAPKAN PERILAKU KONSUMEN
Secara tradisional perilaku konsumen dapat dijelaskan dengan menggunakan
konsep utilitas (daya guna). Menurut pendekatan ini setiap barang
mempunyai daya guna atau utilitas karena barang tersebut pasti mempunyai
kemampuan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen yang
menggunakan barang tersebut. Jadi, apabila seseorang meminta suatu jenis
barang, pada dasarnya yang diminta adalah daya guna barang tersebut.
PENDEKATAN TRADISIONAL UNTUK MENGUNGKAPKAN
PERILAKU KONSUMEN
U = f(X1; X2;.......Xn)
Atas dasar anggapan dapat diukurnya daya guna barang, pendekatan tradisional
ini merumuskan hubungan antara jumlah daya guna dengan barang yang
dikonsumsikan dalam bentuk suatu fungsi:
KETERANGAN:
U = Banyaknya daya guna bagi seseorang konsumen
(X1; X2; X3... Xn) = Banyaknya barang tertentu yang dikonsumsikan oleh konsumen
tersebut.
Jumlah daya guna total yang diperolehnya akan naik sebagai akibat dari kegiatan
tersebut.
PENDEKATAN TRADISIONAL
1) Teori Daya Guna Kardinal
(Cardinal Utility)
2) Teori Daya Guna Ordinal
(Ordinal Utility)
 Menggunakan pendekatan
indifference curve (kurva indiferen)
 Menjelaskan pendekatan marginal
utility dan total utility
CARDINAL APPROACH
CARDINAL APPROACH
CARDINAL
APPROACH
Menurut teori ini kita tidak perlu mengetahui secara
absolut besarnya daya guna bagi seorang konsumen.
Sebenarnya sudah cukup bila kita mengetahui bahwa
konsumen yang akan kita pelajari perilakunya itu
adalah seseorang yang mampu membuat order atau
urutan-urutan kombinasi barang yang dikonsumsikan
berdasarkan besarnya daya guna yang diterimanya.
TEORI NILAI
GUNA
Nilai Guna Total (Total Utility / TU)
Nilai Guna Marginal (Marginal Utility / MU)
Konsep Guna Batas dan Guna Total (MU dan TU)
Guna Batas
(Marginal Utility)
Sumbangan kepuasan yang diberikan oleh barang terakhir
yang dimiliki oleh orang tersebut. Menurut Hukum Gossen,
maka semakin banyak jumlah barang yang sejenis yang
dipunyai oleh seseorang maka sumbangan kepuasan dari
barang yang terakhir semakin kecil. Kepuasan maksimum
yang Idiberikan oleh sejumlah barang tersebut akan menjadi
maksimum bila barang terakhir yang dimilikinya tidak
memberikan tambahan kepuasan lagi
Guna Total
(Total Utility)
Tingkat kepuasan yang diperoleh karena mengonsumen
berbagai jumlah barang. Guna total ini akan semakin besar
jika barang yang dikonsumsi semakin banyak sampai pada
tingkat tertentu di mana guna total ini akan mencapai titik
maksimum, maka kepuasan konsumen tidak akan bertambah
lagi dan total gunanya akan menurun walaupun konsumen
terus menambah barang tersebut.
CONTOH TABEL TOTAL UTILITY DAN MARGINAL UTILITY
Dari data di atas dapat digambarkan kurva TU dan MU-nya. Kurva TU bentuknya
mula-mula meningkat namun pada titik puncaknya kurva TU itu menurun. Kurva
MU bentuknya terus menurun, MU bisa bertanda negatif. MU bernilai negatif
ditandai dengan bentuk kurva MU-nya memotong sumbu horizontal bagian bawah.
Kurva TU setelah titik puncak akan cenderung menurun. Akan tetapi, bentuk kurva
TU tidak bisa memotong sumbu horizontal.
Jumlah karung (Q) Total Utility (TU) Marginal Utility (MU)
1 10 -
2 30 (10+20) 20
3 60 (30+30) 30
4 60 (60+0) 0
5 50 (60-10) -10
6 30 (50-20) -20
CONTOH KURVA TOTAL UTILITY DAN MARGINAL UTILITY
 Pada waktu konsumen mengonsumsi unit
ketiga maka pada waktu itu kepuasan telah
mencapai titik maksimum dan pada unit
ketujuh kepuasan total tidak bertambah. Jika
konsumen menambah barang-barang yang
dikonsumsinya dengan unit selanjutnya maka
total gunanya akan menurun. Kalau tambahan
ini terus-menerus dilakukan maka guna
totalnya dapat menjadi 0 bahkan bisa menjadi
negatif.
 Pada waktu TU maksimal (unit ke-3) maka
MU-nya = 0. Marginal utility terus menurun.
Hal ini disebabkan tambahan guna itu selalu
menurun dengan adanya tambahan unit
barang yang dikonsumsikan.
Asumsi (Anggapan) dalam Teori Cardinal
ASUMSI
TEORI
CARDINAL
1) Utility bisa diukur dengan Uang
2) Berlakunya Hukum Gossen, yaitu bahwa
semakin banyak suatu barang dikonsumsi,
maka tambahan kepuasan yang diperoleh
dari setiap satuan tambahan yang
dikonsumsikan akan menurun
3) Konsumen selalu berusaha mencapai
kepuasan total yang maksimal
1) Utility Seseorang Bisa Diukur dengan Uang
Asumsi dasar yang digunakan pada pendekatan ini adalah tingkat kepuasan
konsumen mengonsumsi barang/jasa dapat dihitung secara numerik.
Misalkan, total utility seseorang mengonsumsi satu buah mangga adalah
sebesar sepuluh dan jika mengonsumsi dua buah total utility-nya sebesar
delapan belas, dan seterusnya.
2) Berlakunya Hukum Gossen (Law of Diminishing
Marginal Utility)
 Berkaitan dengan fenomena ini dalam teori nilai guna dikenal hukum Diminishing of
Marginal Utility, yaitu pertambahan utilitas yang menurun karena pertambahan
satu unit barang yang dikonsumsi.
 Secara grafis, hubungan antara jumlah barang yang dikonsumsikan dengan daya
guna total dan laju pertambahan daya guna dapat ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Sumbu absis adalah kuantitas barang X. Sumbu ordinat merupakan
daya guna.
2) Berlakunya Hukum Gossen (Law of Diminishing
Marginal Utility)
 Kurva U (X) menggambarkan antara besarnya daya guna dengan banyaknya
barang yang dikonsumsi. Semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin besar
pula jumlah daya guna yang diperoleh konsumen. Hal ini dikarenakan sampai X3
lereng kurva U (X) adalah positif, berarti selalu ada pertambahan daya guna bila
konsumsi barang X bertambah.
 Tapi, bila jumlah X3 sudah dilewati dan penambah jumlah barang X diteruskan,
jumlah daya guna justru akan lebih rendah dari jumlah sebelumnya. Titik X3
mencerminkan jumlah barang X yang memberikan tingkat daya guna maksimal
atau titik kepuasan maksimal.
2) Berlakunya Hukum Gossen (Law of Diminishing
Marginal Utility)
 Jadi asumsi ini diperlukan untuk
menggambarkan perilaku konsumen
secara lebih riil. Bila tidak, daya guna
akan bertambah terus tanpa batas,
yang berarti konsumen tidak pernah
merasa puas sehingga berusaha terus
menambah tingkat konsumsinya.
3) Konsumen Bersifat Rasional
Konsumen bersifat rasional sehingga perilakunya harus dapat dipahami
menurut logika umum. Setiap konsumen dianggap mempunyai tujuan ideal,
yaitu daya guna maksimum. Perilaku konsumen dalam membelanjakan
uangnya harus dapat dimengerti apabila selalu diarahkan kepada
pencapaian daya guna maksimum.
Kritik pada Pendekatan Cardinal
KRITIK
a) Asumsi Utility Bisa Diukur adalah
Pemikiran yang Keliru
b) Marginal Utility dari Uang Tidaklah
Konstan
a) Asumsi Utility Bisa Diukur adalah Pemikiran yang
Keliru
 Aliran ini menganggap bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang tergantung dari
subjek yang memberikan penilaian. Jadi suatu barang baru mempunyai arti bagi
seseorang konsumen apabila barang tersebut mempunyai daya guna baginya.
b) Marginal Utility dari Uang Tidaklah Konstan
 Semakin banyak jumlah uang yang dimiliki, semakin memberikan kepuasan yang
lebih besar. Kriteria pokok dari suatu alat pengukur adalah bahwa alat pengukur
tersebut harus mempunyai nilai yang tetap. Dapat terjadi kemungkinan bahwa
makin kaya seseorang makin besar kesediaannya untuk memperoleh satu satuan
daya guna yang sama. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak uang yang dimilikinya
semakin rendah penilaiannya terhadap uang.
MAKSIMALISASI GUNA
Guna batas ini adalah tambahan guna pada guna total karena ada tambahan satu unit
barang lagi yang dikonsumsi. Untuk mencari marginal utility ini dipergunakan
perhitungan sebagai berikut:
TU2 (sesudah tambahan) – TU1 (sebelum ada penambahan) = MUx
(TUx+1)-(TUx) = MUx
Jika total utility mencapai titik maksimal maka MU = 0, dan selanjutnya jika total utility
menurun karena pertambahan unit barang yang dikonsumsi maka MU akan menjadi
negatif (-). Turunan pertama dari fungsi TU adalah nilai x yang bisa menghasilkan TU
maksimal atau bisa juga dikatakan nilai X dari turunan pertama dari MU sama dengan
nol maka TU-nya maksimal.
CONTOH SOAL
Seorang konsumen memerlukan dua jenis barang X dan Y, di mana harga barang X $1
per unit dan Y $1 per unit sedangkan pendapatan konsumen tersebut sebesar $ 10 dan
guna batas dari dua barang tersebut seperti dalam tabel berikut:
Barang X
Harga $1, - per unit
Barang Y
Harga $1, - per unit
Jumlah Unit MU Jumlah Unit MU
1 40 1 35
2 35 2 30
3 30 3 28
4 24 4 25
5 21 5 22
6 18 6 20
Keterangan Tabel
 Berdasarkan tabel di slide sebelumnya, maka konsumen akan membelanjakan
pendapatannya dengan komposisi sebagai berikut:
1. Dolar pertama dari pendapatannya akan dibelanjakannya barang X karena barang
X memberikan MU X > MUY.
2. Dolar kedua juga akan dibelanjakan pada barang X karena barang MU X masih
lebih besar dari MU Y
3. Pada dolar yang ketiga konsumen masih akan membelanjakan pada barang Karena
pada waktu itu MUX > MU Y, yaitu MU X sebesar 30 dan MU Y sebesar 28 jadi bagi
konsumen lebih memuaskan membeli barang X dari pada barang Y.
4. Baru pada $ yang kelima dan keenam konsumen lebih suka membelanjakan
barang Y karena MU Y masih lebih besar dari MUX.
 Bagaimana apabila konsumen menghadapi dua jenis barang yang marginal utility-
nya berbeda dan harganya pun berbeda? Misalkan konsumen memerlukan barang X
dan Y, harga barang X $ 1, per unit dan barang Y $2 per unit sedangkan guna batas
kedua barang tersebut. Seperti tabel di bawah ini:
Barang X
Harga $1 per unit
Barang Y
Harga $2 per unit
Jumlah dalam bakul MU X Jumlah dalam kg MU Y
1 40 1 68
2 38 2 60
3 36 3 54
4 34 4 48
5 32 5 40
6 30 6 30
7 24 7 24
8 20 8 18
Keterangan Tabel
 Misalkan konsumen memiliki uang sebesar $ 14. Kombinasi barang X dan Y yang mana
yang dipilih konsumen agar utility-nya maksimal. Untuk memecahkan kasus semacam
ini dapat mempergunakan formula berikut ini:
𝑴𝑼𝒙
𝑷𝒙
=
𝑴𝑼𝒚
𝑷𝒚
X . Px + Y . Py = ………. = I (Pendapatan)
 Cara Mempergunakan Persamaan Fungsi
1. Kombinasi I : 4 barang X dan 1 barang Y.
2. Kombinasi II : 6 barang X dan 2 barang Y.
3. Kombinasi III : 7 barang X dan 4 barang Y.
4. Kombinasi IV : 8 barang X dan 5 barang Y.
Lanjutan Keterangan Tabel
 Selanjutnya kita lihat dari keempat kombinasi di atas yang memenuhi
syarat kedua adalah kombinasi 7 barang X dan 3 barang Y (7 x $ 1 + 3 x $
2 = $ 13).
1) Syarat Pertama:
𝑴𝑼𝒙
𝑷𝒙
=
𝑴𝑼𝒚
𝑷𝒚
𝟐𝟔
𝟏
=
𝟒𝟎
𝟐
= 𝟐𝟎
Telah memenuhi syarat pertama
2) Syarat Kedua:
X . Px + Y . Py = I (Pendapatan)
𝟕 × $𝟏 + 𝟑 × $𝟐 = 𝟏𝟑
Telah memenuhi syarat kedua
Perubahan Kombinasi Barang yang Dibeli Konsumen
 Adanya kenaikan harga dari salah satu barang yang dibutuhkan dapat mengubah
kombinasi barang yang dibeli. Hal ini disebabkan:
1) Adanya efek substitusi, yaitu dengan naiknya harga salah satu barang tersebut
konsumen akan mengalikan barang yang dibelinya kepada barang pengganti yang
Harganya lebih murah.
2) Efek pendapatannya (income), dengan kenaikan harga bagi konsumen yang
pendapatannya tetap akan menyebabkan pendapatan rill konsumen tersebut akan
Berkurang.
Contoh Menurunkan Fungsi Permintaan Dari Tabel
Marginal Utility
Diketahui besarnya marginal utility dari barang X dan Y sebagai berikut:
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8
Mux 16 14 12 10 8 6 4 2
MUy 11 10 9 8 7 6 5 4
Misalkan harga barang X $ 2 dan harga barang Y $ 1. Sedang jumlah uang yang
siap Dibelanjakan sebesar $ 12. Kombinasi barang X dan Y mana yang dipilih?
PENYELESAIAN
1) Syarat Pertama:
Pada tabel di atas yang memenuhi syarat pertama
𝑴𝑼𝒙
𝑷𝒙
=
𝑴𝑼𝒚
𝑷𝒚
ada beberapa
kombinasi, yaitu:
1) Unit barang X dan 4 unit barang Y.
2) Unit barang X dan 5 unit barang Y.
3) Unit barang X dan 6 unit barang Y.
4) Unit barang X dan 7 unit barang Y.
5) Unit barang X dan 8 unit barang Y.
Dari kelima kombinasi di atas yang memenuhi syarat kedua adalah kombinasi 3
unit barang X dan 6 unit barang Y karena:
X . Px + Y . Py = $12
3 . $2 + 6 . $1 = $12
PENYELESAIAN
 Andaikata harga barang X turun menjadi $ 1 dan yang lainnya tetap, maka
Kombinasi yang dipilih konsumen berubah.
 Pada tabel di atas yang memenuhi syarat pertama
𝑀𝑈𝑥
𝑃𝑥
=
𝑀𝑈𝑦
𝑃𝑦
ada beberapa
kombinasi, yaitu:
1) 5 unit barang X dan 4 unit barang Y.
2) 6 unit barang X dan 6 unit barang Y.
3) 7 unit barang X dan 8 unit barang Y.
 Dari ketiga kombinasi di atas yang memenuhi syarat kedua adalah kombinasi
6 unit barang X dan 6 unit barang Y karena:
X. Px + Y. Py = $12
6.$1+6.$.1$ = $12
KURVA PENYELESAIAN
 Jika kondisi perubahan harga dan perubahan jumlah yang diminta
digambarkan secara grafik bisa sebagai berikut:
INDIFFERENCE CURVE APPROACH
Property Indifference Curve
KELEMAHAN
THE
CARDINALIS
T APPROACH
1) Pendekatan ini beranggapan bahwa kepuasan konsumen
mengonsumsi Komoditi dapat diukur secara numerik.
Sesungguhnya, ukuran utility yang Digunakan tidak bersifat
objektif, tetapi ukuran kepuasan itu bersifat subjektif.
2) Asumsi yang menggambarkan utility dari uang yang
konstan adalah tidak realistik karena jika income
seseorang meningkat maka marginal utility dari uang akan
berubah.
3) Anggapan terjadinya diminishing marginal utility hanya
bersifat psikologis saja
Atas dasar kelemahan pendekatan ini muncul pendekatan ordinal. Pendekatan ordinal ini
menyatakan bahwa utilitas seseorang tidak dapat diukur dengan numerik tetapi bisa
diungkapkan secara ordinal. Ungkapan utilitas itu bisa dalam bentuk lebih suka, lebih
baik, lebih enak, dan sebagainya.
ASUMSI DALAM PENDEKATAN INDIFFERENCE CURVE
1. Konsumen selalu bersifat rasional (rationality).
2. Nilai guna dari uang bersifat konstan (constant marginal of money).
3. Utility dinyatakan secara ordinal.
4. Berlakunya hukum tambahan yang semakin lama semakin berkurang
(diminishing marginal utility).
5. The total utility dari konsumen tergantung dari beberapa komoditi.
6. Consistency and transitity of choice.
 Secara rasional, utilitas konsumen akan meningkat jika jumlah komoditi yang
dikonsumsi meningkat. Konsumen akan bertindak secara rasional, yaitu dengan
jumlah uang yang dimiliki ingin mendapatkan utilitas yang maksimum.
 Asumsi yang tidak kalah penting adalah menganggap bahwa berlakunya constant
marginal of money, yang artinya uang sekadar sebagai alat pembayaran saja.
ASUMSI DALAM PENDEKATAN INDIFERENCE CURVE
 Kurva kepuasan sama atau indifference care (IC), yaitu kurva yang
menggambarkan tingkat utility yang sama untuk berbag kombinasi komoditas.
 Nilai guna marginal adalah pertambahan atau pengurangan kepuasan akibat dari
pertambahan atau pengurangan satu unit komoditi tertentu.
 Teori nilai guna dikenal hukum diminishing marginal utility.
 Asumsi ini diperlukan untuk menggambarkan perilaku konsumen secara lebih riil.
ASUMSI DALAM PENDEKATAN INDIFERENCE CURVE
 Semakin banyak barang X yang dikonsumsi, semakin kecil marginal utility yang
diperoleh dari barang X. Hal ini bertentangan dengan realita sehingga pendekatan
ini tidak akan mampu untuk menganalisis konsumen.
 Konsisten (prinsip transitivity), jika dikatakan kombinasi A lebih disukai dari B dan
B lebih disukai dari C maka A mestilah lebih disukai dari C. Konsisten dengan dalil
ini maka kurva indiferen tidak ada yang berpotongan.
Kurva IC Menunjukkan Berlakunya Hukum Diminishing
Marginal Rate of Substitution
KURVA
IC
Berubahnya kombinasi dari A ke B menunjukkan jika
konsumen menghendaki barang X lebih banyak maka ia harus
bersedia mengurangi barang dengan jumlah tertentu.
GRAFIK
CONTOH SOAL
Kombinasi Barang X dan Y yang memberikan
kepuasan sama
Kombinasi Jumlah Barang X Jumlah Barang Y
A 2 10
B 4 6
C 7 4
D 12 2
 Kesimpulan :
Dari gambar di atas menunjukkan konsumen mengonsumsi
kombinasi A B , C , dan D akan memberikan kepuasan ( utility ) yang sama.
Hal ini dikarenakan kombinasi tersebut terletak pada satu IC yang sama.
SIFAT – SIFAT INDIFFERENCE CURVE
INDIFFERENCE
CURVE
Berlakunya hukum diminishing rate of return, yaitu
jika kita menambah jumlah barang X, maka jumlah
barang Y yang ada akan dikurangi. Sebaliknya bila
barang Y yang ditambah maka barang X yang akan
dikurangi. Pengurangan itu semakin lama semakin
berkurang.
Dua IC tidak akan saling berpotongan.
Cembung terhadap titik 0 atau origin.
Jika Terjadi Kumpulan Kurva IC, Kurva IC Semakin Jauh
dari Titik Origin, Utilitasnya Semakin Besar
Kombinasi X dan Y pada indeference curve (IC) akan berubah dengan adanya
penambahan jumlah barang X dan Y menjadi kurva IC1 dan IC2 ini tidak akan
saling memotong karena kombinasi-kombinasi yang ada pada IC yang berbeda.
GRAFIK
Pada Dua IC Tidak Saling Berpotongan
Kombinasi di titik A memberikan utilitas sama dengan kombinasi di titik B. Hal ini
disebabkan terletak pada IC2. Kombinasi di titik A memberikan utilitas sama dengan
kombinasi di titik C. Hal ini disebabkan terletak pada IC1. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kombinasi di titik B sama dengan kombinasi yang ada di titik C.
GRAFIK
KENDALA ANGGARAN (Budget Contraint)
 Untuk mengetahui kombinasi mana yang akan memberikan kepuasan yang maksimal
kepada konsumen dan berbagai kombinasi yang ada pada curve indifference maka perlu
diketahui kombinasi-kombinasi yang mana yang dapat dicapai oleh konsumen
berdasarkan batasan penghasilannya. Garis yang menghubungkan titik kombinasi dari dua
jenis barang yang dapat dicapai oleh konsumen disebut Garis Anggaran (Budget Line).
BPx . (X) + Py. Y
Jika barang yang
dikonsumsi adalah X dan
Y, maka persamaan
budget line dapat ditulis
sebagai berikut:
KETERANGAN:
• B = Anggaran
• Px = Tingkat Harga X
• Py = Tingkat Harga Y
KENDALA ANGGARAN (Budget Contraint)
Cara membuat garis anggaran (budget line) lalah menghubungkan dua titik
kombinasi ekstrem antara barang X dan Y. Kombinasi ekstrem ialah kombinasi yang
terjadi bila pendapatan konsumen seluruhnya dibelikan dengan barang X berarti
barang Y= 0 dan bila pendapatan konsumen dibelikan seluruhnya barang Y berarti
barang X = 0.
CONTOH
GRAFIK
KESEIMBANGAN KONSUMEN
Kombinasi yang akan memberikan guna maksimal bagi konsumen atah kombinasi
yang terletak bagi konsumen antara curve indifference dengan kurva anggaran
(budget line).
Kombinasi yang memberikan guna yang maksimal bagi konsumen ialah kombinasi A
karena dengan jumlah uang yang ada konsumen mampu mendapatkan kombinasi
barang terbanyak.
KESEIMBANGAN KONSUMEN YANG OPTIMAL
Keseimbangan konsumen terjadi dengan jumlah
uang tertentu mengonsumsi kombinasi barang yang
optimal. Persamaan di atas menunjukkan tempat
keseimbangan, yakni jika rasio marginal utility
terhadap harga dan suatu barang adalah sama.
 𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑩𝑳 = 𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑰𝑪
 Slope IC = MRS =
𝑴𝑼𝒚
𝑴𝑼𝒙
 𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑩𝑳 =
𝑷𝒚
𝑷𝒙

𝑷𝒚
𝑷𝒙
=
𝑴𝑼𝒚
𝑴𝑼𝒙

𝑴𝑼𝒚
𝑷𝒚
=
𝑴𝑼𝒙
𝑷𝒙
BENTUK
PERSAMAAN
PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
1. Berubahnya Salah Satu dari Harga Barang
Jika harga barang X naik, maka garis anggaran
(budget line) dan indifference curve bergeser ke kiri.
Jika harga barang X turun maka garis anggaran
(budget line) dan indifference curve akan bergeser ke
kanan. Hal ini disebabkan jika harga naik jumlah
barang X yang dapat dibeli berkurang dan jika harga
turun jumlah barang X yang dapat dibeli bertambah.
Bila titik singgung antara garis anggaran (budget line)
dengan indifference curve yang baru dan yang lama
dihubungkan maka garis penghubung itu disebut
price cunsumtion curve (PCC).
Kurva Price Cunsumtion
Curve (PCC)
PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
2. Berubahnya Pendapatan Konsumen
Meningkatnya pendapatan konsumen
menyebabkan preference konsumen terhadap
barang X dan Y berubah, tidak lagi terletak pada
titik E1 tetapi berubah pada titik E2. Fenomena ini
digambarkan garis anggaran (budget line) dan
indifference curve akan bergeser kiri dan sejajar.
Bilamana pendapatan konsumen turun maka
kedua curva di atas akan bergeser ke kanan dan
sejajar pula. Bila titik singgung antara kurva
anggaran (budget line) dan indefference yang lama
dan yang baru dihubungkan, maka garis yang
menghubungkan kedua titik itu disebut Income
Counsumption Curve (ICC).
Kurva Income
Counsumption Curve (ICC)
PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan Inferior
 Perubahan Harga pada Barang Normal
Dampak perubahan harga ini menyebabkan kurva BL (budget line / garis
anggaran) berubah dari BL1 ke BL2. Konsumen akan membeli barang dengan
jumlah yang lebih banyak jika harga barang itu turun (lebih murah). Perubahan ini
yang disebut dengan efek substitusi (substitution effect).
Efek substitusi dari gambar di atas diperlihatkan berubahnya kombinasi
barang X dan Y yang dikonsumsi konsumen dari titik E1 ke E3 atau sebesar X1-X2.
Substitusi (substitution effect). Efek substitusi dari gambar di atas diperlihatkan
berubahnya kombinasi barang X dan Y yang dikonsumsi konsumen dari titik E1 ke
E3 atau sebesar X1-X2.
PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan
Inferior
Kondisi ini menyebabkan bergesernya BL2
ke BL3. Dengan daya beli yang meningkat akibat
turunnya harga barang X konsumen membeli
barang X dan Y dengan kombinasi E3 ke E2.
Perubahan kombinasi yang dibeli dari kombinasi E3
ke E2 ini disebut dengan income effect Income
effect dari gambar di atas sebesar X2-X3. Substitusi
efek dan income effect disebut total efek (total
effect), yaitu sebesar X1-X3. Income effect dari E3
ke E2 di atas menunjukkan barang X adalah barang
normal. Hal ini ditunjukkan dengan income effect
dari E3 ke E2.
Dampak Perubahan Harga
Barang Normal
PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan
Inferior
 Perubahan Harga pada Barang Inferior
Semakin murahnya barang X
menghasilkan efek pendapatan yang negatif, yaitu
jumlah barang X yang diminta berkurang.
Perubahan kombinasi dari E1 ke E3 adalah price
efect (efek harga) X1-X3, perubahan dari
kombinasi E3 ke E2 adalah income effect atau
sebesar E3 ke E2 sebesar X3-X2. Jadi total efeknya
adalah sebesar E1 ke EZ atau sebesar X1-X2.
Dampak Perubahan Harga
Barang Inferior
Derivasi Kurva Permintaan dari Kurva PCC
Kurva permintaan adalah keseimbangan
konsumen (keinginan optimal konsumen
untuk membeli suatu barang pada satu
kendala tertentu).
Price Consumption Curve (FCC), yaitu
garis yang menunjukkan keseimbangan
konsumen karena perubahan tingkat
harga, dengan asumsi tingkat pendapatan
tetap.
Penggambaran Kurva Engel dari Kurva ICC
Permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan (the demand curve) tergantung apakah
tingkar pendapatan naik atau turun. dapat diterangkan sebagai berikut. Naiknya tingkat
pendapatan akan menggeser BL secara paralel dari BL ke BL1 ke BL2 (perubahan tersebut
ditampilkan pada Gambar slide 59), Selanjutnya keseimbangan konsumen bergeser dan
titik D ke titik E lalu ke titik F. Bila titik-titik D, E, F dapat dihubungkan menjadi 1 garis, hasil
yang diperoleh dikenal sebagai Income Consumption Curve (ICC) yang menunjukkan
keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat pendapatan selama tingkat harga
tetap Pada gambar bagian bawah ditunjukkan bahwa titik D,E,F berlaku pada satu tingkat
harga barang X, sehingga dapat dilihat terjadinya perubahan kurva permintaan.
Penggambaran Kurva Engel dari Kurva ICC
Dari kurva ICC ini dapat dibentuk Kurva Engel yang menggambarkan hubungan antara
pendapatan dengan jumlah barang yang diminta (Ernest Engel adalah orang pertama
yang mengamati hubungan perubahan tingkat pendapatan terhadap jumlah barang yang
dikonsumsi. Dalam Kurva Engel, sebagai sumbu vertikal adalah pendapatan dari sebagai
sumbu horizontal adalah kuantitas). Jika kita mempergunakan konsep elastisitas, maka
Kurva Engel tiada lain memperhatikan permintaan terhadap pendapatan. Jadi Kurva Engel
atau elastisitas permintaan-pendapatan menunjukkan karakteristik suatu barang terhadap
perubahan pendapatan masyarakat, yang dapat diklasifikasikan sebagai barang normal,
inferior, giffen.
Derivasi Kurva Permintaan dari Kurva PCC
ICC atau Kurva Engel
menunjukkan karakteristik
suatu barang terhadap
perubahan pendapatan ICC
atau kurva Engel dapat
diklasifikasikan sebagai
barang normal, inferior, dan
giffen.
Bentuk Indifference Curve
Bentuk kurva Indiference Curve adalah nonlinier turun dari kiri atas ke kanan bawah dan
cembung terhadap titik nol. Ada beberapa bentuk curve indifference yang lain, seperti
ditunjukkan pada kurva di bawah ini:
1) Kurva indifference yang linear menunjukkan
adanya substitusi sempurna
Untuk mendapatkan barang X lebih banyak
penggantian barang Y dan X dengan jumlah yang
sama Hal ini menunjukkan barang dan Y
mempunyai substitusi yang sempurna.
Pengurangan barang Y sebesar AC sama besarnya
dengan penambahan X sebesar CB.
Bentuk Indifference Curve
2) Kurva Indifference curve yang berupa huruf L
menunjukkan Barang Komplemen
Barang Y ditambah atau dikurangi
tidak bisa digantikan dengan barang X
Kritik dan Aplikasi Pendekatan Indifference Curve
KRITIK
a) Menggambarkan bentuk kurva IC yang
konveks untuk individu tidaklah mudah.
b) Substitusi barang Y terhadap barang X yang
diakibatkan adanya kenaikan harga barang
X tidak secara otomatis terjadi karena
masih adanya faktor-faktor lain yang
membuat konsumen tetap pada barang X
atau meninggalkan barang X.
c) IC approach tidak dapat digunakan untuk
menganalisis effect advertising, post
behavior of stock.
Aplikasi Menghitung Utilitas Konsumen dengan
Fungsi
CONTOH SOAL
Diketahui suatu fungsi utility beserta nilai dari pendapatan harga. Fungsi utility = XY dan
besarnya income (i) =$1.000 Harga barang X (Px)= $10 dan Py = $20. Hitunglah kuantitas
barang X dan barang Y yang mengoptimumkan kepuasan konsumen.
JAWAB
Aplikasi Menghitung Utilitas Konsumen dengan Fungsi
JAWAB
6. Jadi barang X yang dibeli sebanyak 20 unit
dan barang Y sebanyak 40 unit.
7. Recheck, apakah ini memenuhi syarat
kedua nilai X dan Y kita masukkan persamaan
garis anggaran (1000-(10.20)-(20.40)).
PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BAB V
PERILAKU PRODUSEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEMBIMBING:
Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
KELAS J – KELOMPOK 8
AMAR’ATUS LAILA
1222200173
ANGGUN PRATIWI
1222200174
MARCELL WILLARD S.
1222200175
PENGERTIAN PERILAKU PRODUSEN
Perilaku
Produsen
1) Dalam teori ekonomi seorang produsen harus
merumuskan dua macam keputusan yang penting, yaitu
1. Berapa output yang harus diproduksi
2. Bagaimana kombinasi faktor produksi yang
hendak dipergunakan.
2) Produksi adalah transformasi atau pengubahan faktor
produksi menjadi barang produksi atau suatu proses di
mana masukan (input) diubah menjadi output.
 Faktor produksi dalam pembahasan perilaku
produsen ini adalah land, man, capital, dan skill
(bahan baku, tenaga kerja, modal, dan
keterampilan).
PENGERTIAN PERILAKU PRODUSEN
Perilaku
Produsen
3) Perilaku produsen (Producer’s Behaviour) ialah suatu
tindakan seorang produsen untuk mendapatkan
keuntungan yang semaksimum mungkin dengan
menggunakan beberapa input yang dimilikinya.
4) Perilaku produsen ialah suatu tindakan seorang
produsen untuk mendapatkan keuntungan yang
semaksimum mungkin dengan menggunakan beberapa
input yang dimilikinya.
CONTOH SOAL
 Pada saat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya inilah seorang
produsen dikatakan dalam keadaan keseimbangan atau ekuilibrium atau
“ekuilibirum produsen.” Misalkan dalam proses produksi hanya ada dua input,
yaitu labor dan capital
Input
Proses
P1
Proses
P2
Proses
P3
Labor 2 3 4
Capital 3 2 1
KONSEP JANGKA WAKTU DALAM PROSES PRODUKSI
Dalam analisis proses produksi terdapat jangka waktu yang dinamakan "jangka
pendek" dan "jangka panjang“. Ukuran jangka waktu tidak sama antara industri satu
dengan industri lainnya. Ada proses produksi yang memerlukan waktu hanya hitungan jam,
ada yang hitungan hari, tetapi ada yang hitungan bulan bahkan tahun.
 JANGKA PENDEK
Keadaan proses produksi di mana semua
faktor produksi bersifat variabel. Artinya
jumlahnya dapat diubah-ubah,
Sebesarnya keadaan produksi jangka
panjang merupakan rangkaian saja dari
keadaan produksi jangka pendek.
Jangka waktu yang sedemikian pendek
sehingga perusahaan tidak dapat
mengubah jumlah beberapa sumber
yang digunakan. Hanya satu input yang
bervariabel.
 JANGKA PANJANG
FUNGSI PRODUKSI
PENGERTIAN
Produksi adalah kegiatan mengubah input menjadi output.
Biasanya dalam ekonomi dinyatakan dalam fungsi produksi.
Fungsi produksi ialah hubungan teknis antara faktor produksi
dan barang produksi yang dihasilkan dalam proses produksi.
Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara input (bersumber
masukan) dengan output (barang-barang atau jasa dihasilkan)
tanpa memperhitungkan harga.
OUTPUT
DAN INPUT
Jumlah output yang dihasilkan suatu perusahaan tergantung
pada Jumlah input yang digunakan. Perusahaan dapat
menaikkan atau mengurangi output dengan menambah atau
mengurangi input yang digunakan, atau karena sumber - sumber
bias. Dikombinasikan dengan berbagai perbandingan untuk
menghasilkan suatu barang, output juga bisa ditingkatkan
dengan menjumlahkan salah satu sumber sedang jumlah sumber
lain yang digunakan tetap tak berubah.
FUNGSI PRODUKSI
Output yang dihasilkan oleh perusahaan tergantung pada teknik produksi yang
digunakan. Dengan jumlah input yang tetap, dengan menggunakan teknik produksi
yang lebih efisien, maka output perusahaan akan lebih besar. Semakin kurang efisien
teknik yang digunakan maka akan semakin kecil output yang dihasilkan.
Fungsi Produksi itu menunjukkan bahwa jumlah barang produksi tergantung pada
jumlah faktor produksi yang digunakan. Jadi, barang produksi merupakan variabel
tidak bebas dan faktor produksi merupakan variabel bebas. Secara matematis fungsi
produksi dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑸 = 𝑭 (𝑪, 𝑳 , 𝑩, 𝑺) DIMANA
 Q = Output
 C = Capital
 L = Labor
 B = Bahan Baku
 S = Skill
HUBUNGAN ANTARA OUTPUT DAN INPUT
Bentuk Fungsi Linear
Bentuk Fungsi
Quadratik
Bentuk Fungsi Cubic
𝑸 = 𝒂 + 𝒃𝑿 𝑸 = 𝒂 + 𝒃₁X + b₂X²
𝑄 = 𝑎 + 𝑏₁X + b₂X² +
b₃X³
Sebagai contoh, fungsi produksi tambak udang menunjukkan jumlah udang yang
dihasilkan dari luas tambak, jumlah bibit yang ditebar, banyaknya makanan dan obat-
obatan yang dipakai, dan jam kerja karyawannya. Hubungan antara output dan input
itu bisa dalam bentuk linier ataupun tidak linier.
ANALISIS PROSES PRODUKSI JANGKA PENDEK
Untuk menjelaskan analisis proses produksi jangka pendek dalam teori ekonomi
diungkapkan dengan kurva TP (Total Product), AP (Average Product), dan MP
(Marginal Product). Di mana TP adalah total produksi yang dihasilkan oleh sejumlah
tenaga kerja (labor). AP adalah rata-rata yang dihasilkan oleh seorang tenaga kerja.
MP adalah tambahan hasil produksi apabila menambah satu tenaga kerja (labor).
𝑨𝑷 =
𝑻𝑷
𝑳𝒂𝒃𝒐𝒓
MP = TP₂ - TP ₁
Jika TP berupa fungsi maka turunan pertama TP adalah MP
MP =
𝝏 𝑻𝑷
𝝏 𝑳
Hukum Tambahan Hasil yang Semakin Berkurang
(The Law of Diminishing Returns)
Dalam analisis proses produksi jangka pendek ini berlaku Hukum
Pertambahan Hasil yang Semakin Berkurang (Law of Diminishing Returns). Dalam
hubungan produksi jangka pendek, di mana satu faktor produksi bersifat variabel dan
faktor faktor produksi lainnya tetap.
Produksi total akan bertambah terus tetapi dengan tambahan yang semakin
kecil, dan setelah suatu jumlah tertentu akan mencapai maksimum dan kemudian
menurun. Hal ini terjadi karena adanya Hukum Tambahan Hasil yang Semakin
Berkurang (Law of Diminishing Returns).
Hubungan Antara Faktor Produksi Tenaga Kerja, Tanah, TP,
AP, dan MP
Tanah Labor TP AP MP
1 0 0 0 -
1 1 3 3 3
1 2 7 3.5 4
1 3 12 4 5
1 4 16 4 4
1 5 19 3.8 3
1 6 21 3.5 2
1 7 22 3.15 1
1 8 22 2.25 0
1 9 21 2.33 -1
1 10 16 1.60 -5
Dari tabel di samping, hasil
yang semakin bertambah
terjadi sampai pada
penggunaan 3 labor. Mulai
labor ke-4, Law of
Diminishing Returns mulai
bekerja Hukum ini juga
disebut dengan Law of
Diminishing Marginal
Physical Product.
Hubungan Antara Faktor Produksi Tenaga Kerja, Tanah,
TP, AP, dan MP
 Sifat dari produksi marjinal mula-mula meningkat sejalan dengan peningkatan
produksi total (TP), kemudian mencapai titik maksimal pada titik belok dari kurva
yang produksi total (TP), yaitu pada saat peningkatan produksi total menjadi mulai
semakin menurun, dan menurun terus sampai sama dengan nol pada saat produksi
total mencapai titik maksimum.
 Secara grafis produksi marjinal (MP) ini
dapat ditunjukkan oleh lereng dan kurva
produksi total (TP), yaitu ditunjukkan
oleh garis singgung pada setiap titik
pada kurva produksi total.
Hubungan Antara Faktor Produksi Tenaga Kerja, Tanah, TP,
AP, dan MP
 Dari produksi total (TP) itu kita dapat mengetahui pula besarnya produksi rata-rata
tenaga kerja. Pada umumnya tingkat produksi rata-rata ini dipakai sebagai ukuran
tingkat efisiensi penggunaan tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat produksi rata-
rata, semakin efisien pula faktor produksi tenaga kerja yang dipergunakan
Semakin banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, tambahan tenaga kerja
tersebut akan meningkatkan produksi rata-rata. Kemudian tambahan tenaga kerja
selanjutnya sampai pada jumlah tertentu akan menyebabkan produksi rata-rata
mencapai titik maksimum. Kemudian produksi rata-rata (AP) itu menurun terus
dengan tambahan jumlah tenaga kerja lebih lanjut.
 Kurva produksi rata-rata (AP) dapat diturunkan dengan cara menarik garis lurus yang
menghubungkan kurva produksi total (TP) dengan titik asal (0). Sebagai misal pada
jumlah tenaga kerja OL1 tingkat produksi total adalah AL sehingga produksi rata-rata
(AP) adalah lereng dari garis lurus OA. Pada jumlah tenaga kerja L1 berarti bahwa
produksi marjinal (MP) lebih tinggi daripada produksi rata-rata (AP).
Hubungan Antara TP, AP, dan MP
Hubungan
antara TP,
AP, dan MP
1) Dalam hubungan produksi jangka pendek, di mana
satu faktor produksi bersifat variabel dan faktor-faktor
produksi lainnya tetap, akan dijumpal suatu kenaikan
produksi total apabila kita menambah faktor produksi
variabel itu secara terus-menerus Produksi total itu
akan bertambah terus tetapi dengan tambahan yang
semakin kecil dan setelah suatu jumlah tertentu
mencapai maksimum kemudian menurun.
2) Hubungan antara AP, MP, dan TP sangat penting untuk
dipahami karena posisinya sangat menentukan kegiatan
produsen dalam melakukan kegiatan usahanya.
Hubungan Antara TP, AP, dan MP
 Pertama, hubungan antara produksi marjinal (MP) dan produksi total (TP). Pada saat
produksi total (TP) mengalami perubahan peningkatan produksi dari yang menaik
menjadi yang menurun, maka pada saat itu kurva produksi marjinal (MP) mencapai
titik maksimumnya. Kemudian pada saat kurva produksi total (TP) mencapai titik
maksimum, maka kurva MP memotong sumbu horizontal, artinya produksi marjinal
(MP) sama dengan nol.
 Kedua, hubungan antara produksi rata-rata (AP) dan produksi marjinal (MP). Pada
saat produk rata-rata (AP) meningkat, produksi marjinal (MP) lebih tinggi daripada
produk rata-rata (AP), dan pada saat produksi rata-rata (AP) menurun produksi
marjinal (MP) lebih rendah daripada produksi rata-rata (AP). Hal ini menunjukkan
bahwa pada saat produksi rata-rata (AP) mencapai titik maksimum produksi marjinal
(MP) sama dengan produksi rata-rata (AP), atau kurva produksi rata-rata (AP)
berpotongan dengan kurva produksi marjinal (MP).
Kesimpulan Hubungan Antara TP, AP, dan MP
KESIMPULAN
1) Jika AP semakin bertambah maka MP > AP
2) Jika AP maximum maka MP = AP
3) Jika AP semakin berkurang , maka MP < AP
Tahapan Dalam Proses Produksi
 Hubungan antara produksi total, produksi rata-rata, dan produksi marjinal itu sangat
berguna untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi. Fungsi produksi
itu dalam tiga tingkatan atau tahap, yaitu tahap I, tahap II, dan tahap III. Tahap I
ditandai dari produksi awal hingga AP yang maximal. Tahap II dimulai dari AP maximal
hingga MP-nya sama dengan 0 (nol). Tahap III ditandai dari TP yang mulai menurun.
 TAHAP I
Mulai dari titik asal (0) sampai titik maksimum produksi rata-rata (AP), yaitu
pada saat produksi marjinal (MP) sama dengan produksi rata-rata (AP). Jika labor
ditambah, AP bertambah. Bertambahnya AP ini menunjukkan terjadinya efisiensi
labor. Pada stage (tahap) ini TP juga bertambah.
Tahapan Dalam Proses Produksi
 TAHAP III
AP dan TP pada tahap ini semakin berkurang dan MP menjadi negatif karena
luas tanah tetap dan labor ditambah terus sehingga terjadi ketidakefisiensian tanah dan
labor. Akibatnya pada tahap ini produksi total (TP) menurun terus.
 TAHAP II
Dari titik pada saat produk rata-rata (AP) mencapai titik maksimal sampai pada
saat produksi total (TP) mencapai maksimal atau pada saat produksi marjinal (MP) sama
dengan nol, AP dan MP semakin berkurang tetapi MP masih positif. Hal ini
dikarenakan TP masih terus bertambah. Masih meningkatnya TP karena efisiensi tanah
masih terus bertambah. Dalam suatu proses produksi semakin banyak labor yang
dipakai menyebabkan tingkat efisiensi dari labor semakin berkurang.
Pada jumlah berapa produsen akan menggunakan tenaga kerja dalam kegiatan
produksinya. Tahap I dan Tahap III disebut sebagai tahap yang tidak rasional
dan Tahap II disebut sebagai tahap rasional.
PRODUKSI JANGKA PANJANG
PENGERTIAN
DAN JENIS
 Produksi Jangka Panjang adalah suatu proses produksi di mana semua faktor
produksi dapat diubah-ubah jumlahnya atau semua faktor produksi bersifat
variabel.
 Untuk menjelaskan fungsi produksi jangka panjang kita akan menggunakan apa yang
disebut dengan kurva isoquant (isoproduct atau isoquant).
ISOQUANT
PENGERTIAN
Isoproduk atau isoquant adalah “Kurva yang menunjukkan
berbagai kemungkinan kombinasi teknis antara dua input yang
bervariabel yang menghasilkan suatu tingkat output tertentu".
OUTPUT TENAGA
KERJA
MESIN
100 10 10
100 20 8
100 30 5
CONTOH KOMBINASI
KEMUNGKINAN PRODUKSI
GRAFIK ISOQUANT
SIFAT DARI KURVA ISOQUANT
SIFAT DARI
KURVA
ISOQUANT
1. Cembung ke arah titik origin
3. Kurva isoquant yang terletak di kanan atas
menunjukkan jumlah produksi yang lebih banyak atau
dengan kata lain semakin jauh kurva isoquant ini dari
titik asal menunjukkan semakin tinggi tingkat produksi
barang tersebut
2. Menurun dari kiri atas ke kanan bawah
4. Antara kurva yang satu dengan yang lain tidak dapat
saling berpotongan atau saling bersinggungan
MRTS (Marginal Rate Technical of Substitution)
PENGERTIAN
MRTS adalah sejumlah faktor X yang harus dikompensasi
oleh tambahan faktor Y sehingga tingkat output tidak
berubah. Jadi, tingkat MRTS itu adalah kemiringan
isoquant pada titik khusus.
Besarnya Slope MRTS
Jika terjadi SUBSTITUSI dari kombinasi satu ke lainnya,
menghasilkan rasio K dan L yang bersifat:
𝑴𝑹𝑻𝑺 = −
∆ 𝑲
∆ 𝑳

𝑲𝟏
𝑳𝟏
>
𝑲𝟐
𝑳𝟐
𝑃𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑪𝒂𝒑𝒊𝒕𝒂𝒍 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒇

𝑲𝟏
𝑳𝟏
<
𝑲𝟐
𝑳𝟐
𝑃𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑳𝒂𝒃𝒐𝒓 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒇
BENTUK ISOQUANT LAIN
 Bentuk Isoquant Linier  Bentuk Isoquant yang Input Output
Menunjukkan tidak adanya substitusi Input
kapital dan labor. Substitusi kapital dan labor
hanya terjadi pada kebutuhan minimum
saja. Setelah itu tidak terjadi substitusi.
Menunjukkan adanya substitusi input
kapital dan labor adalah SEMPURNA
ISO - BIAYA (Isocost)
PENGERTIAN
"Kurva yang menunjukkan kedudukan dan titik-titik
yang menunjukkan kombinasi barang-barang atau faktor
produksi yang dibeli oleh produsen dengan sejumlah
anggaran tertentu.”
"Kurva yang memperlihatkan berbagai kombinasi dari
sumber-sumber yang dapat dibeli oleh perusahan
dengan harga tertentu dari masing-masing sumber
persatuan dan pengeluaran ongkos yang tertentu
dilakukan oleh perusahaan itu."
GAMBAR KURVA ISOCOST
Melihat gambar di samping,
 Harga faktor produksi kapital = Pk
 Harga labor = Pl
 Besarnya dana yang tersedia = M
 Kalau semua dana yang ada dibelikan kapital
maka barang kapital yang akan didapat
sebanyak =
𝑴
𝑷𝒌
unit.
 Jika semua dana dibelikan labor
maka akan didapat labor sebanyak
𝑴
𝑷𝒍
unit. Jika kedua titik itu dihubungkan
maka akan mendapat sebuah garis
yang disebut dengan "garis Isocost“.
Slope Kurva Isocost
𝑴
𝑷𝒌
∶
𝑴
𝑷𝒍
=
𝑴
𝑷𝒌
×
𝑷𝒍
𝑴
=
𝑷𝒍
𝑷𝒌
Fungsi TC = 𝑷𝒍 × 𝑳 + 𝑷𝒌 × 𝑲
PERUBAHAN ISOCOST
PENYEBAB
1) Harga faktor produksi labor turun atau naik
sedangkan lainnya tetap.
2) Harga faktor produksi kapital turun atau naik
sedangkan lainnya tetap.
3) Jumlah modal (dana) berubah berkurang atau
bertambah.
PERUBAHAN ISOCOST
a) Kurva Isocost Berubah Jika Harga Faktor Produksi Labor Turun atau Naik sedangkan
Lainnya Tetap
GRAFIK
Pada Dua IC Tidak Saling Berpotongan
Kombinasi di titik A memberikan utilitas sama dengan kombinasi di titik B. Hal ini
disebabkan terletak pada IC2. Kombinasi di titik A memberikan utilitas sama dengan
kombinasi di titik C. Hal ini disebabkan terletak pada IC1. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kombinasi di titik B sama dengan kombinasi yang ada di titik C.
GRAFIK
KENDALA ANGGARAN (Budget Contraint)
 Untuk mengetahui kombinasi mana yang akan memberikan kepuasan yang maksimal
kepada konsumen dan berbagai kombinasi yang ada pada curve indifference maka perlu
diketahui kombinasi-kombinasi yang mana yang dapat dicapai oleh konsumen
berdasarkan batasan penghasilannya. Garis yang menghubungkan titik kombinasi dari dua
jenis barang yang dapat dicapai oleh konsumen disebut Garis Anggaran (Budget Line).
BPx . (X) + Py. Y
Jika barang yang
dikonsumsi adalah X dan
Y, maka persamaan
budget line dapat ditulis
sebagai berikut:
KETERANGAN:
• B = Anggaran
• Px = Tingkat Harga X
• Py = Tingkat Harga Y
KENDALA ANGGARAN (Budget Contraint)
Cara membuat garis anggaran (budget line) lalah menghubungkan dua titik
kombinasi ekstrem antara barang X dan Y. Kombinasi ekstrem ialah kombinasi yang
terjadi bila pendapatan konsumen seluruhnya dibelikan dengan barang X berarti
barang Y= 0 dan bila pendapatan konsumen dibelikan seluruhnya barang Y berarti
barang X = 0.
CONTOH
GRAFIK
KESEIMBANGAN KONSUMEN
Kombinasi yang akan memberikan guna maksimal bagi konsumen atah kombinasi
yang terletak bagi konsumen antara curve indifference dengan kurva anggaran
(budget line).
Kombinasi yang memberikan guna yang maksimal bagi konsumen ialah kombinasi A
karena dengan jumlah uang yang ada konsumen mampu mendapatkan kombinasi
barang terbanyak.
KESEIMBANGAN KONSUMEN YANG OPTIMAL
Keseimbangan konsumen terjadi dengan jumlah
uang tertentu mengonsumsi kombinasi barang yang
optimal. Persamaan di atas menunjukkan tempat
keseimbangan, yakni jika rasio marginal utility
terhadap harga dan suatu barang adalah sama.
 𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑩𝑳 = 𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑰𝑪
 Slope IC = MRS =
𝑴𝑼𝒚
𝑴𝑼𝒙
 𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑩𝑳 =
𝑷𝒚
𝑷𝒙

𝑷𝒚
𝑷𝒙
=
𝑴𝑼𝒚
𝑴𝑼𝒙

𝑴𝑼𝒚
𝑷𝒚
=
𝑴𝑼𝒙
𝑷𝒙
BENTUK
PERSAMAAN
PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
1. Berubahnya Salah Satu dari Harga Barang
Jika harga barang X naik, maka garis anggaran
(budget line) dan indifference curve bergeser ke kiri.
Jika harga barang X turun maka garis anggaran
(budget line) dan indifference curve akan bergeser ke
kanan. Hal ini disebabkan jika harga naik jumlah
barang X yang dapat dibeli berkurang dan jika harga
turun jumlah barang X yang dapat dibeli bertambah.
Bila titik singgung antara garis anggaran (budget line)
dengan indifference curve yang baru dan yang lama
dihubungkan maka garis penghubung itu disebut
price cunsumtion curve (PCC).
Kurva Price Cunsumtion
Curve (PCC)
PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
2. Berubahnya Pendapatan Konsumen
Meningkatnya pendapatan konsumen
menyebabkan preference konsumen terhadap
barang X dan Y berubah, tidak lagi terletak pada
titik E1 tetapi berubah pada titik E2. Fenomena ini
digambarkan garis anggaran (budget line) dan
indifference curve akan bergeser kiri dan sejajar.
Bilamana pendapatan konsumen turun maka
kedua curva di atas akan bergeser ke kanan dan
sejajar pula. Bila titik singgung antara kurva
anggaran (budget line) dan indefference yang lama
dan yang baru dihubungkan, maka garis yang
menghubungkan kedua titik itu disebut Income
Counsumption Curve (ICC).
Kurva Income
Counsumption Curve (ICC)
PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan Inferior
 Perubahan Harga pada Barang Normal
Dampak perubahan harga ini menyebabkan kurva BL (budget line / garis
anggaran) berubah dari BL1 ke BL2. Konsumen akan membeli barang dengan
jumlah yang lebih banyak jika harga barang itu turun (lebih murah). Perubahan ini
yang disebut dengan efek substitusi (substitution effect).
Efek substitusi dari gambar di atas diperlihatkan berubahnya kombinasi
barang X dan Y yang dikonsumsi konsumen dari titik E1 ke E3 atau sebesar X1-X2.
Substitusi (substitution effect). Efek substitusi dari gambar di atas diperlihatkan
berubahnya kombinasi barang X dan Y yang dikonsumsi konsumen dari titik E1 ke
E3 atau sebesar X1-X2.
PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan
Inferior
Kondisi ini menyebabkan bergesernya BL2
ke BL3. Dengan daya beli yang meningkat akibat
turunnya harga barang X konsumen membeli
barang X dan Y dengan kombinasi E3 ke E2.
Perubahan kombinasi yang dibeli dari kombinasi E3
ke E2 ini disebut dengan income effect Income
effect dari gambar di atas sebesar X2-X3. Substitusi
efek dan income effect disebut total efek (total
effect), yaitu sebesar X1-X3. Income effect dari E3
ke E2 di atas menunjukkan barang X adalah barang
normal. Hal ini ditunjukkan dengan income effect
dari E3 ke E2.
Dampak Perubahan Harga
Barang Normal
PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN
3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan
Inferior
 Perubahan Harga pada Barang Inferior
Semakin murahnya barang X
menghasilkan efek pendapatan yang negatif, yaitu
jumlah barang X yang diminta berkurang.
Perubahan kombinasi dari E1 ke E3 adalah price
efect (efek harga) X1-X3, perubahan dari
kombinasi E3 ke E2 adalah income effect atau
sebesar E3 ke E2 sebesar X3-X2. Jadi total efeknya
adalah sebesar E1 ke EZ atau sebesar X1-X2.
Dampak Perubahan Harga
Barang Inferior
Derivasi Kurva Permintaan dari Kurva PCC
Kurva permintaan adalah keseimbangan
konsumen (keinginan optimal konsumen
untuk membeli suatu barang pada satu
kendala tertentu).
Price Consumption Curve (FCC), yaitu
garis yang menunjukkan keseimbangan
konsumen karena perubahan tingkat
harga, dengan asumsi tingkat pendapatan
tetap.
Penggambaran Kurva Engel dari Kurva ICC
Permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan (the demand curve) tergantung apakah
tingkar pendapatan naik atau turun. dapat diterangkan sebagai berikut. Naiknya tingkat
pendapatan akan menggeser BL secara paralel dari BL ke BL1 ke BL2 (perubahan tersebut
ditampilkan pada Gambar slide 59), Selanjutnya keseimbangan konsumen bergeser dan
titik D ke titik E lalu ke titik F. Bila titik-titik D, E, F dapat dihubungkan menjadi 1 garis, hasil
yang diperoleh dikenal sebagai Income Consumption Curve (ICC) yang menunjukkan
keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat pendapatan selama tingkat harga
tetap Pada gambar bagian bawah ditunjukkan bahwa titik D,E,F berlaku pada satu tingkat
harga barang X, sehingga dapat dilihat terjadinya perubahan kurva permintaan.
Penggambaran Kurva Engel dari Kurva ICC
Dari kurva ICC ini dapat dibentuk Kurva Engel yang menggambarkan hubungan antara
pendapatan dengan jumlah barang yang diminta (Ernest Engel adalah orang pertama
yang mengamati hubungan perubahan tingkat pendapatan terhadap jumlah barang yang
dikonsumsi. Dalam Kurva Engel, sebagai sumbu vertikal adalah pendapatan dari sebagai
sumbu horizontal adalah kuantitas). Jika kita mempergunakan konsep elastisitas, maka
Kurva Engel tiada lain memperhatikan permintaan terhadap pendapatan. Jadi Kurva Engel
atau elastisitas permintaan-pendapatan menunjukkan karakteristik suatu barang terhadap
perubahan pendapatan masyarakat, yang dapat diklasifikasikan sebagai barang normal,
inferior, giffen.
Derivasi Kurva Permintaan dari Kurva PCC
ICC atau Kurva Engel
menunjukkan karakteristik
suatu barang terhadap
perubahan pendapatan ICC
atau kurva Engel dapat
diklasifikasikan sebagai
barang normal, inferior, dan
giffen.
Bentuk Indifference Curve
Bentuk kurva Indiference Curve adalah nonlinier turun dari kiri atas ke kanan bawah dan
cembung terhadap titik nol. Ada beberapa bentuk curve indifference yang lain, seperti
ditunjukkan pada kurva di bawah ini:
1) Kurva indifference yang linear menunjukkan
adanya substitusi sempurna
Untuk mendapatkan barang X lebih banyak
penggantian barang Y dan X dengan jumlah yang
sama Hal ini menunjukkan barang dan Y
mempunyai substitusi yang sempurna.
Pengurangan barang Y sebesar AC sama besarnya
dengan penambahan X sebesar CB.
Bentuk Indifference Curve
2) Kurva Indifference curve yang berupa huruf L
menunjukkan Barang Komplemen
Barang Y ditambah atau dikurangi
tidak bisa digantikan dengan barang X
Kritik dan Aplikasi Pendekatan Indifference Curve
KRITIK
a) Menggambarkan bentuk kurva IC yang
konveks untuk individu tidaklah mudah.
b) Substitusi barang Y terhadap barang X yang
diakibatkan adanya kenaikan harga barang
X tidak secara otomatis terjadi karena
masih adanya faktor-faktor lain yang
membuat konsumen tetap pada barang X
atau meninggalkan barang X.
c) IC approach tidak dapat digunakan untuk
menganalisis effect advertising, post
behavior of stock.
Aplikasi Menghitung Utilitas Konsumen dengan
Fungsi
CONTOH SOAL
Diketahui suatu fungsi utility beserta nilai dari pendapatan harga. Fungsi utility = XY dan
besarnya income (i) =$1.000 Harga barang X (Px)= $10 dan Py = $20. Hitunglah kuantitas
barang X dan barang Y yang mengoptimumkan kepuasan konsumen.
JAWAB
Aplikasi Menghitung Utilitas Konsumen dengan Fungsi
JAWAB
6. Jadi barang X yang dibeli sebanyak 20 unit
dan barang Y sebanyak 40 unit.
7. Recheck, apakah ini memenuhi syarat
kedua nilai X dan Y kita masukkan persamaan
garis anggaran (1000-(10.20)-(20.40)).
PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BAB VIII
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEMBIMBING:
Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
KELAS J – KELOMPOK 8
AMAR’ATUS LAILA
1222200173
ANGGUN PRATIWI
1222200174
MARCELL WILLARD S.
1222200175
BENTUK PASAR PERSAINGAN
Jika sesama produsen/penjual bersaing agar konsumen
membeli produknya dan sesama konsumen bersaing untuk
mendapatkan barang/jasa yang dibutuhkan.
PENGERTIAN
PASAR
 Pengertian pasar secara “FISIK” → Suatu tempat
berkumpulnya para penjual.
 Pengertian pasar dalam “Teori Ekonomi” → Tempat
bertemunya pembeli dan penjual yang bersepakat
mengenai harga dan jumlah yang diperjual-belikan,
dengan kata lain terjadinya transaksi jual beli suatu
barang.
PENGERTIAN
PERSAINGAN
PENGGOLONGAN PASAR SECARA TEORI EKONOMI MIKRO
Ada 4
Golongan
Besar
1) Pasar Persaingan Sempurna
2) Pasar Persaingan Monopolistik
3) Pasar Monopoli
4) Pasar Oligopoli
CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN
1) PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
No. Ciri – Ciri Keterangan
1. Jumlah Penjual Sangat Banyak.
2. Jumlah Pembeli Sangat Banyak.
3. Kondisi Produk yang Dijual Identik Substitusi.
4. Kekuasaan Menentukan Harga Tidak Ada.
5. Kemungkinan Keluar / Masuk Sangat Tidak Mudah, Tidak Ada Hambatan .
6. Reaksi Rival
Tidak Ada Reaksi Dari Pesaing Jika Terjadi
Perubahan Harga dan Jumlah.
7. Persaingan di Luar Harga Tidak Ada.
8. Contoh Transaksi di Sektor Hasil Pertanian
CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN
2) PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK
No. Ciri – Ciri Keterangan
1. Jumlah Penjual Banyak.
2. Jumlah Pembeli Banyak.
3. Kondisi Produk yang Dijual
Hampir sama tetapi masih bisa dibedakan/beda
corak.
4. Kekuasaan Menentukan Harga Sedikit.
5. Kemungkinan Keluar / Masuk Cukup murah.
6. Reaksi Rival
Hampir tidak ada reaksi dari pesaing jika terjadi
perubahan harga dan jumlah.
7. Persaingan di Luar Harga
Sangat besar, terutama di bidang iklan, mutu, serta
desain.
8. Contoh Perusahaan sepatu, baju, sabun.
CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN
3) PASAR MONOPOLI
No. Ciri – Ciri Keterangan
1. Jumlah Penjual Satu.
2. Jumlah Pembeli Banyak.
3. Kondisi Produk yang Dijual Tidak ada substitusi yang dekat/sempurna.
4. Kekuasaan Menentukan Harga Sangat besar.
5. Kemungkinan Keluar / Masuk Tidak mungkin.
6. Reaksi Rival
Setiap tindakan berkaitan dengan harga dan
jumlah akan mendapat reaksi dari rival.
7. Persaingan di Luar Harga Memelihara hubungan baik dengan masyarakat.
8. Contoh Kereta api, listrik.
CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN
4) PASAR OLIGOPOLI
No. Ciri – Ciri Keterangan
1. Jumlah Penjual Sedikit.
2. Jumlah Pembeli Banyak.
3. Kondisi Produk yang Dijual Barang standar/berbeda corak.
4. Kekuasaan Menentukan Harga
Jika tanpa kerja sama sedikit. Tetapi dengan kerja
sama sangat besar.
5. Kemungkinan Keluar / Masuk Hambatan cukup kuat.
6. Reaksi Rival
Karena penjual hanya satu apa yang dilakukan
produsen tidak ada reaksi.
7. Persaingan di Luar Harga
Sangat besar apabila menghasilkan barang
berbeda corak.
8. Contoh Pabrik baja, mobil, sepeda motor, handphone,
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
 Pasar Persaingan Sempurna adalah Suatu pasar yang terdapat banyak penjual dan
pembeli. Masing-masing penjual dan pembeli tidak dapat memengaruhi harga
pasar. Berapa pun jumlah barang yang diperjualbelikan di pasar, harga akan tetap.
Oleh karena itu, harga pasar digambarkan oleh garis lurus yang sejajar dengan
sumbu horizontal, yaitu sumbu jumlah barang. Dengan demikian, masing-masing
penjual di pasar adalah sebagai pengikut harga pasar atau disebut price taker.
CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN MURNI/SEMPURNA
1. Jumlah Penjual dan Pembeli Sangat Banyak.
Ciri-Ciri
2. Barang yang Diperjualbelikan Homogen/Identik.
3. Penjual Bisa Keluar Masuk di Pasar dengan
Mudah.
4. Informasi terhadap Pasar Sempurna.
CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN MURNI/SEMPURNA
1. Jumlah Penjual dan Pembeli
Sangat Banyak
Barang homogen artinya semua jenis
barang yang ditawarkan semua penjual
sama. Jadi, produksi satu penjual
merupakan substitusi yang sempuma
dengan hasil produksi penjual yang lain.
Jadi, pembeli membeli barang dari
penjual satu dengan lainnya akan
mendapatkan barang yang sama.
Masing-masing pembeli maupun
penjual tidak dapat memengaruhi
pasar.
2. Barang yang Diperjualbelikan
Homogen/Identik
CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN MURNI/SEMPURNA
3. Penjual Bisa Keluar Masuk di
Pasar dengan Mudah
Jika ada konsumen yang mengetahui
harga yang lebih murah, maka konsumen
yang lain juga segera mengetahuinya.
Demikian juga jika ada produsen/penjual
yang mengetahui ada bahan baku yang
harganya lebih murah maka
produsen/penjual yang lain juga segera
mengetahuinya.
Konsumen dengan bebas memilih
dalam pembelian barang tersebut di
pasar. Penjual mudah keluar masuk
pasar artinya baik penjual yang baru
maupun yang lama bebas untuk
masuk atau meninggalkan pasar.
4. Informasi terhadap Pasar Sempurna
CONTOH BESERTA KURVA PERMINTAAN
 Sebagai akibat dari ciri-ciri tersebut, maka kita dapat menggambarkan kurva
permintaan yang dihadapi oleh perusahaan sebagai penjual atau produsen barang.
 Kurva permintaan itu yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang
diminta dan tingkat harga tampak horizontal pada Gambar 8.1.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT HARGA, TR, AR, dan MR
 Kita perhatikan dari tabel di slide sebelumnya, perusahaan dalam persaingan
sempurna produsen tidak dapat memengaruhi harga barang per satuan, maka
kurva penerimaan total akan bersifat linier, berbentuk garis lurus, mulai dari titik
asal (0) karena harga adalah konstan maka besarnya P, AR, dan MR mempunyai
nilai yang sama sehingga kurvanya berimpit menjadi satu. Jika digambarkan ke
tiga kurva tersebut seakan-akan hanya satu kurva.
PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DAN HARGA
Agar perusahaan mendapatkan laba maksimal atau rugi minimal, harga dan
jumlah produk yang diperjualbelikan ditetapkan dengan kaidah MC = MR. Kaidah
menetapkan harga dan jumlah produk dengan MR = MC dengan syarat informasi
pasar untuk memperoleh nilai MC dan MR bersifat centainty (bisa diperhitungkan).
Sedangkan, kaidah MC = MR dikarenakan MR adalah turunan pertama dari fungsi TR
dan MC adalah turunan pertama dari fungsi TC. Secara matematis nilai turunan
pertama dari suatu fungsi akan menghasilkan nilai tertinggi.
3 Cara
Penentuan
Harga Dalam
Pasar
Persaingan
Sempurna
1) Penentuan harga dalam pasar persaingan sempurna
yang memperoleh laba.
2) Penentuan harga dalam pasar persaingan sempurna
yang memperoleh kerugian yang minimum.
3) Penentuan harga dalam pasar persaingan sempurna
yang memperoleh normal profit (break even income)
PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DAN HARGA
1) Penentuan Harga dalam Pasar Persaingan Sempurna yang Memperoleh Laba.
 Dari gambar di samping terlihat harga yang
menjamin laba maksimal adalah sebesar
OP1. Dengan harga sebesar OP1 besar TR
adalah OP1KQ1. Sedangkan besarnya TC
adalah OP2LQ1 dan total laba (TR - TC)
adalah sebesar P1P2LK. Besarnya AC
sebesar OP2 dan laba per unit P1P2.
Harga dan Jumlah yang Diproduksi yang
Menjamin Laba Maksimal P = 0P1 dan Q = 0Q1
PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DAN HARGA
2) Penentuan Harga dalam Pasar Persaingan Sempurna yang Memperoleh
Kerugian yang Minimum.
 Dari gambar di atas terlihat, harga yang
menjamin rugi minimum adalah sebesar
OP1. Dengan harga sebesar OP1 besar TC
adalah OP2KQ1. Sedangkan besarnya TR
adalah OP1LQ1. Total rugi (TR- TC) adalah
sebesar P1P2KL. Besarnya AC sebesar OP2
dan rugi per unit P1P2.
Harga dan Jumlah yang Diproduksi
yang Menjamin Rugi Minimal P = 0P2 dan Q = 0Q1
PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DAN HARGA
3) Penentuan Harga Dalam Pasar Persaingan Sempurna yang Memperoleh Normal
Profit (Break Even Income)
 Dari gambar di atas terlihat harga yang
menjamin laba normal adalah sebesar OP1.
Dengan harga sebesar OP1 besarnya TC adalah
OP1KQ1. Sedang besarnya TR adalah sama
OP1KQ1. Kita perhatikan perusahaan dalam
pasar persaingan sempurna seperti gambar di
samping, untuk mendapatkan laba normal
perusahaan harus bekerja yang paling efisien.
Terlihat besarnya AC yang paling rendah.
Harga dan Jumlah yang Diproduksi
yang Menjamin Laba Normal
P = 0P1 dan Q = 0Q1
Dengan AC yang Paling Rendah
Periode Jangka Pendek dan Jangka Panjang yang Dialami
Perusahaan dalam Persaingan Sempurna
1. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna dalam Periode
Jangka Pendek
 Maksud jangka pendek adalah jangka waktu yang demikian pendeknya
sehingga apabila terjadi kenaikan permintaan barang dan setiap produsen
tidak mampu untuk menaikkan produksinya serta tidak cukup waktu bagi
perusahaan perusahaan untuk menambah perusahaan-perusahaan yang
baru.
Dalam jangka pendek perusahaan dalam persaingan sempurna
dapat mengalami tiga hal, yaitu:
a) Mendapat laba super normal.
b) Mendapat laba normal.
c) Menderita kerugian
1. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna
dalam Periode Jangka Pendek
Dalam jangka pendek suatu perusahaaan yang mengalami kerugian masih
mungkin untuk memutuskan tetap berproduksi, meskipun menderita rugi. Akan
tetapi, posisi ekuilibrium yang dipilih yaitu pada saat rugi yang minimum, yaitu
AVC masih bisa tertutup dari hasil penerimaan penjualan, walaupun AFC tidak bisa
tertutup. Dikarenakan kerugian sebesar AFC, baik perusahaan tutup usaha maupun
melanjutkan usaha kondisinya akan sama saja Akan berbeda jika penerimaan
penjualan sudah tidak bisa menutup AFC. Pada kondisi ini perusahaan sebaiknya
tutup usaha. Jika tutup usaha perusahaan masih juga membayar AFC-nya. Jika tidak
tutup usaha perusahaan juga mengalami kerugian sebesar AFC-nya tetapi masih
mempunyai kemungkinan terjadinya perubahan demand terhadap produk yang
diperjualbelikan. Saat ini ditunjukkan oleh harga (P) di bawah SAC, dan di atas SAVC.
Berarti bahwa sebagian dan ongkos tetap (FC) masih bisa ditutup oleh kelebihan P1
atas AVC dan ongkos variabel itu sudah bisa ditutup.
1. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna
dalam Periode Jangka Pendek
 Pada harga P = AVC perusahaan tidak perlu tutup usaha karena tutup usaha
dengan melanjutkan usaha kondisi kerugiannya sama, yaitu KL. Titik ini disebut
shortdown point. Hal ini dapat dilihat dengan gambar sebagai berikut
Periode Jangka Pendek dan Jangka Panjang yang Dialami
Perusahaan dalam Persaingan Sempurna
2. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna dalam Periode
Jangka Panjang
 Maksud jangka panjang adalah jangka waktu yang cukup lama di mana produsen
masih ada kesempatan untuk memperbanyak produksinya untuk dipasarkan atau
masih dapat mendirikan perusahaan-perusahaan baru untuk menaikkan
produksinya apabila terjadi kenaikan permintaan barang.
 Jika dalam periode jangka pendek perusahaan yang berada dalam pasar
persaingan sempurna dapat mengalami tiga keadaan, yaitu laba, titik impas, dan
kerugian. Dalam jangka panjang perusahaan-perusahaan hanya mendapatkan
normal profit saja (impas/break even). Masuknya perusahaan baru akan menambah
jumlah produksi (supply meningkat) Bertambahnya jumlah produksi (supply lebih
besar dari demand) akan menyebabkan harga jual turun.
Periode Jangka Pendek dan Jangka Panjang yang Dialami
Perusahaan dalam Persaingan Sempurna
2. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna dalam Periode
Jangka Panjang
 Dalam jangka panjang mendorong perusahan-perusahaan baru masuk ke dalam
pasar dan perusahaan-perusahaan yang ada ingin menambah produksinya.
Sebaliknya, kalau dalam jangka pendek terjadi kerugian, mendorong perusahaan -
perusahaan mengurangi produksi atau mendorong keluarnya perusahaan-
perusahaan dari pasar.
 Tambahnya kapasitas produksi dan masuknya perusahaan-perusahan baru
mengakibatkan bergesernya kurva Supply ke kanan dan harga akan turun. Apabila
turunnya harga ini sudah sampai pada P = LAC maka tiap-tiap perusahaan hanya
akan menerima keuntungan normal saja. Berarti tidak ada dorongan lagi bagi
perusahaan untuk menaikkan produksinya maupun masuknya perusahaan -
perusahaan baru ke dalam industri.
2. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna dalam
Periode Jangka Panjang
 Kesimpulannya bahwa dalam jangka panjang perusahaan-perusahaan "selalu” hanya
akan memperoleh keuntungan normal saja dengan MR = MC = AC, pada saat AC
minimum. Perusahaan yang hanya menenima keuntungan normal (normal profit)
dinamakan "Marginal Firm/Marginal or Profitability”, artinya apabila harga turun
sedikit saja perusahaan akan segera keluar dari pasar.
Keburukan dan Kebaikan Perusahaan yang Berada
dalam Pasar Persaingan Sempurna
Tidak ada inovasi dan membatasi pilihan konsumen.
Produk yang diperjualbelikan identik dan perusahaan harus bekerja yang paling efisien
agar tidak mengalami kerugian sehingga produk yang diperjualbelikan tidak ada inovasi.
Antara penjual yang satu dengan yang lain produknya sama persis atau identik.
Produk yang homogen ini berakibat membatasi pilihan konsumen.
Konsumen tidak bisa memilih karena masing - masing konsumen tidak kuasa
memengaruhi pasar.
 KEBURUKAN
Keburukan dan Kebaikan Perusahaan yang Berada
dalam Pasar Persaingan Sempurna
Adanya alokasi sumber daya yang efisien dan adanya kebebasan bertindak.
Persaingan pada perusahaan yang berada dalam persaingan sempurna sangal ketat.
Oleh karena itu , agar tidak mengalami kerugian perusahaan harus bekerja seefisien
mungkin.
Mudahnya perusahaan baru memasuki pasar ini dipersyaratkan pada pasar persaingan
sempurna. Persaingan yang ketat dan mudahnya memasuki pasar berakibat alokasi
sumber daya menjadi eisen dan konsumen dapat memperoleh barang dengan harga
yang kompetitif.
 KEBAIKAN
CONTOH SOAL
PERHITUNGAN NUMERIK
Perusahaan dalam pasar persaingan sempurna dengan TC = Q² - 4Q + 40
dan P = $20. Ditanya:
a. Apakah perusahaan rugi/laba?
b. Jika harga dinaikkan menjadi $24 apakah jumlah produksi berkurang?
c. Hitung berapa labanya!
PENYELESAIAN
 TR = P x Q = 20Q
 MR = TR’ = 20
PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BAB IX
PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEMBIMBING:
Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
KELAS J – KELOMPOK 8
AMAR’ATUS LAILA
1222200173
ANGGUN PRATIWI
1222200174
MARCELL WILLARD S.
1222200175
BENTUK PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK
PENGERTIAN
 Pasar Persaingan Monopolistik → Pasar yang terdapat
banyak penjual dan masing-masing penjual dapat
memengaruhi harga dengan jalan deferensiasi produk.
Adanya ongkos tambahan seperti ongkos advertensi dan
sebagainya merupakan penyebab pasar tersebbut
menjadi berbentuk pasar persaingan monopoli.
 Dalam pasar dengan persaingan monopoli terdapat
banyak penjual untuk suatu jenis produk tertentu, dan
produk masing-masing penjual dapat dibedakan dari
produk penjual lainnya.
BENTUK PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK
DEFERENSIASI
PRODUK
 Deferensiasi Produk (product differentiation) →
Membedakan dua barang yang sebenarnya sama sehingga
menjadi berbeda.
 Caranya dengan promosi, advertensi, perbedaan warna
bungkus, merek, pelayanan yang baik, dan lain
sebagainya.
 Misalkan sabun cuci, sabun mandi, rokok kretek, dll.
2 UNSUR MODEL PASAR PERSAINGAN MONOPOLI
1. Unsur Monopoli
Karena jumlah penjual banyak
sehingga tindakan dari seorang
penjual tidak mempunyai
pengaruh yang berarti terhadap
penjual lainnya.
Karena jenis barang memang
hanya satu macam.
Kurva Permintaannya miring
dari kiri atas ke kanan bawah,
meskipun mendekati horizontal.
2. Terdapat Juga Unsur Persaingan
TEORI PERSAINGAN MONOPOLI
 Industri Monopoli Persaingan → Bila jumlah penjual cukup banyak sehingga
kegiatan masing-masing penjual tidak mempunyai pengaruh yang nyata pada
penjual yang lain dan begitu juga sebaliknya.
 Industri dengan persaingan di mana terdapat perbedaan produk pengolahan
makanan, pakaian pria, tekstil, perusahaan jasa di kota besar, dan lain-lainnya yang
mengakui adanya sedikit unsur monopoli dan perbedaan harga yang dikenakan
oleh berbagai penjual untuk suatu jenis produk tertentu.
Teori Persaingan Monopoli memberikan alat analisis yang baru. Analisis ini sangat
banyak persamaannya dengan Analisis Persaingan Murni. Analisis ini memberikan
gambaran lebih baik tentang:
PEMBEDAAN PRODUK
Kurva permintaan yang dihadapi oleh seorang penjual agak miring sedikit ke
bawah dan menyebabkan penjual sedikit banyak dapat mengendalikan harga
produknya.
Biasanya, Kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan sangat elastis dan
dalam batas harga tertentu karena berbagai barang substitusi tersedia bagi
produknya.
 Pembedaan produk menyebabkan sebagaian konsumen lebih menyukai produk
penjual tertentu dibandingkan dengan produk penjual lain. Akibatnya:
PEMBEDAAN PRODUK
Tak ada harga tunggal yang berlaku untuk produk yang dibedakan dalam seluruh
industri. Penjual yang berlainan akan menerima harga yang berlainan tergantung
pada penilaian konsumen mengenai mutu berbagai produk yang dibedakan.
Kurva yang dihadapi penjual sangat elastis sebab banyak barang substitusi lain
yang hampir sama atau perbedaannya hanya sedikit sekali dan dapat menggantikan
barang pertama tersebut.
 Pembedaan produk membuat unit produk yang dijual tidak sama dengan unit
produk penjual lain. Akibatnya:
PASAR PERSAINGAN MONOPOLI DALAM JANGKA PENDEK
1. Pada suatu saat perusahaan akan menerima keuntungan
lebih / menerima kerugian / hanya menerima keuntungan
normal saja.
Ciri-Ciri
2. Pada Pasar Persaingan Monopoli, Barang Heterogen
sehingga semua produsen juga tidak akan menetapkan
harga yang sama.
3. Pasar Persaingan Sempurna, Barang Homogen sehingga
semua produsen menetapkan harga pasar yang sama.
4. Selama tidak ada dua perusahaan yang menjual barang
yang persis sama maka harga-harga juga tidak akan sama di
dalam satu industri/pasar.
PASAR PERSAINGAN MONOPOLI DALAM JANGKA PANJANG
1. Terjadi dua kemungkinan penyesuaian jalan masuknya
perusahaan baru ke dalam industri, yaitu terbuka dan tertutup.
Ciri-Ciri
2. Apabila perusahaan – perusahaan dalam persaingan ini
mengalami keuntungan lebih, maka akan mendorong
masuknya perusahaan – perusahaan lain.
3. Untuk masuk ke dalam industri/pasar, perusahaan yang telah
ada harus menambah kapasitas produksinya.
4. Apabila semua barang merupakan barang substitusi yang baik,
maka pasar akan dibagi - bagikan diantara perusahaan yang
ada. Berarti, Kurva permintaan penjual perseorangan akan
bergeser ke kiri.
BENTUK KURVA DEMAND DAN MR DARI PERUSAHAAN
PERSAINGAN MONOPOLISTIK
 Dengan adanya produk deferensiasi yang semakin besar berarti akan menaikkan
ongkos total, berarti kurva AC dan MC akan bergeser ke atas → Increasing Cost
Industry
 Apabila ini berjalan terus menerus maka kelama-lamaan sampai seluruh
keuntungan lebih yang mula-mula dinikmati masing-masing perusahaan akan
habis.
 Bentuk kurva demand dari perusahaan monopolistik berada di antara perusahaan
monopoli dan persaingan sempurna.
 Pada Persaingan Sempurna → Bentuk kurva demand horizontal / elastis
sempurna.
 Kurva demand dari perusahaan monopolistik → elastis. Kemiringannya di antara
kedua kurva demand dari monopoli dan persaingan sempurna.
BENTUK KURVA DEMAND DAN MR DARI PERUSAHAAN
PERSAINGAN MONOPOLISTIK
TIGA KONDISI YANG BISA DIALAMI PERSAINGAN
MONOPOLISTIK
Dalam Jangka Pendek
Perusahaan Dalam Persaingan
Monopoli Dapat Mengalami 3
Hal
1.
Mendapat Laba
Supernormal
2.
Mendapat Laba
Normal
3.
Menderita
Kerugian
TIGA KONDISI YANG BISA DIALAMI PERSAINGAN
MONOPOLISTIK
1. Perusahaan Dalam Persaingan Monopolistik Yang Mendapat Laba
Supernormal
Dari gambar di samping, harga dan output
yang menjamin laba maksimal dengan
menggunakan kaidah MR = MC. Pada
kaidah MR = MC harga jual produk sebesar
OP1 dan output yang dijual sebanyak OQ1
dan besarnya laba P1P2LK.
TIGA KONDISI YANG BISA DIALAMI PERSAINGAN
MONOPOLISTIK
2. Perusahaan Dalam Persaingan Monopolistik Yang Mendapat Laba Normal
Dari gambar di samping, Kaidah MR = MC
adalah kaidah guna menetapkan harga dan
output yang menjamin laba maksimal. Pada
kaidah MR = MC harga jual produk sebesar
OP1 dan output yang dijual sebanyak OQ1
dan besarnya TC = TR, yaitu sebesar
OP1KQ1.
TIGA KONDISI YANG BISA DIALAMI PERSAINGAN
MONOPOLISTIK
3. Perusahaan Dalam Persaingan Monopolistik Yang Menderita Kerugian
Kaidah MR = MC adalah kaidah guna
menetapkan harga dan output yang menjamin
laba maksimal, laba yang maksimal tetapi kalau
rugi kerugian yang minimal. Pada kaidah MR =
MC, Harga jual produk sebesar OP2, biaya rata-
rata (AC) OP1. AC lebih besar dari penerimaan
rata-rata (AR). Kerugian yang minimal ini
output/jumlah produksi yang harus dijual
sebanyak OQ1 dan besar TC (OQ1KP1) dan TR
(OQ1LP2)
AKIBAT PERSAINGAN MONOPOLI TERHADAP OUTPUT DAN
HARGA
1) Perubahan Harga Berakibat Perubahan
Permintaan Yang Besar.
ADA 4
2) Efisiensi Masing – Masing Perusahaan.
3) Promosi Penjualan.
4) Jenis Produk Yang Tersedia.
AKIBAT PERSAINGAN MONOPOLI TERHADAP OUTPUT DAN
HARGA
Bentuk kurva demand-nya bersifat sangat elastis sehingga dengan
sedikit menaikkan harga maka output akan mengalami banyak
pengurangan. Kurva permintaan yang dihadapi oleh persaingan
monopolis sangat elastis.
1) PERUBAHAN HARGA BERAKIBAT PERUBAHAN PERMINTAAN YANG BESAR
AKIBAT PERSAINGAN MONOPOLI TERHADAP OUTPUT DAN
HARGA
Akan terdapat beberapa efisiensi masing-masing perusahaan dalam jangka panjang.
Artinya, perusahaan tidak akan dirangsang untuk membangun skala optimum
perusahaan/untuk menjalankan skala perusahaannya yang telah dibangun pada tingkat
output minimum.
Perusahaan baru akan terus masuk sehingga tidak ada lagi laba yang diperoleh.
Kerugian diderita bila kurva biaya rata-rata jangka panjang terletak di atas kurva
permintaan untuk semua output.
Keluarnya perusahaan dan industri akan terus berlangsung sehingga kurva biaya rata-
rata jangka panjang bersinggungan kembali dengan kurva permintaan yang
dihadapinya.
2) EFISIENSI MASING – MASING PERUSAHAAN
AKIBAT PERSAINGAN MONOPOLI TERHADAP OUTPUT DAN
HARGA
Beberapa pemborosan iklan dari perubahan desain dapat terjadi dalam persaingan
monopoli. Pemborosan seperti ini lebih kecil dalam persaingan monopoli dibandingkan
dengan oligopoli.
Dalam oligopoli, usaha penjual yang satu untuk memperluas pasarnya akan mendorong
pihak lain untuk melakukan usaha yang sama untuk mempertahankan bagian pasarnya.
Persaingan seperti itu tidak ada dalam persaingan monopoli.
Iklan yang dilakukan oleh salah satu penjual diimbangi oleh yang lain, maka Tindakan
balasan tersebut sebenarnya merupakan usaha yang sama untuk memperluas pasar
masing-masing. Tak ada yang bereaksi atas penggerogotan pasarnya oleh penjual lain.
3) PROMOSI PENJUALAN
AKIBAT PERSAINGAN MONOPOLI TERHADAP OUTPUT DAN
HARGA
Konsumen dapat memilih jenis, gaya, atau warna yang sangat mendekati selera dan
kemampuan. Akan tetapi, suatu peringatan perlu diberikan di sini ragam produk tertentu
demikian banyak sehingga membingungkan konsumen dan persoalan pemilihan dapat
menjadi lebih sulit.
Masa bodoh dengan perbedaan mutu yang sebenarnya karena kesediaan untuk
membayar harga yang lebih tinggi untuk merek tertentu yang dalam kenyataannya
tidak lebih baik dari merek dengan harga yang lebih rendah.
4) JENIS PRODUK YANG TERSEDIA
PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BAB X
PASAR MONOPOLI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEMBIMBING:
Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
KELAS J – KELOMPOK 8
AMAR’ATUS LAILA
1222200173
ANGGUN PRATIWI
1222200174
MARCELL WILLARD S.
1222200175
PENGERTIAN MONOPOLI
 Monopoli adalah suatu keadaan di mana di dalam pasar hanya ada satu penjual
sehingga tidak ada perusahaan pesaing. Keadaan seperti ini adalah kasus monopoli
murni atau pure monopoly. Monopoli murni dalam dunia nyata jarang ditemukan.
Perusahaan publik lokal digambarkan oleh beberapa ahli ekonomi yang mendekati
monopoli murni antara lain industri aluminium sebelum Perang Dunia II, mesin-mesin
pembuat sepatu, nikel, besi, telepon, dan beberapa lainnya.
 Macam persaingan tidak langsung lain adalah kemungkinan adanya perusahaan-
perusahaan baru yang masuk ke dalam pasar yang sering disebut dengan istilah
"persaingan potelsial". Dikarenakan adanya persaingan potensial, perilaku seorang
produsen monopoli tidak sebebas seperti apa yang digambarkan dalam kasus
monopoli murni.
PENGERTIAN MONOPOLI
 Prinsip - prinsip monopoli murni :
1. Pertama, monopoli sebagai alat analisis sangat berguna dipakai pada industri-
industri yang mendekati monopoli murni.
2. Kedua, monopoli sebagai alat analisis dan berbagai modifikasinya sangat
berguna dalam mempelajari pesaingan oligopoli dan persaingan monopoli.
 Selain itu, suatu pemahaman yang mendalam tentang hubungan-hubungan dalam
pasar monopoli memberikan landasan yang diperlukan untuk menelaah "ekonomi
pengaturan (economics of regulation), suatu topik penting bagi para manajer dunia
bisnis.
CIRI – CIRI DAN FAKTOR PENYEBAB PASAR MONOPOLI
1. Pasar Monopoli adalah Industri Satu Perusahan.
Ciri – Ciri
2. Tidak Mempunyai Barang Pengganti yang Mirip.
3. Tidak Terdapat Kemungkinan untuk Masuk dalam industri
4. Dapat Memengaruhi Penentuan Harga.
5. Promosi Iklan Kurang Diperlukan.
Faktor-Faktor yang Menimbulkan Adanya Pasar Monopoli
Terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan munculnya pasar (perusahaan) monopoli,
Ketiga faktor tersebut adalah :
Faktor
Monopoli
1. Perusahaan monopoli mempunyai suatu sumber daya
tertentu yang unik dan tidak dimiliki oleh perusahaan
lain.
2. Perusahaan monopoli pada umumnya dapat menikmati
skala ekonomi (economic of scale) hingga ke tingkat
produksi yang sangat tinggi.
3. Monopoli ada dan berkembang melalui undang-undang,
yaitu pemerintah memberi hak monopoli kepada
perusahaan.
HAMBATAN BAGI PERUSAHAAN YANG AKAN MEMASUKI
PASAR
 Bila ada perusahaan baru yang dengan mudah masuk ke dalam industri
persaingan murni maka dalam jangka panjang akan ada perusahaan-
perusahaan baru lainnya yang masuk ke dalam suatu industri.
 Bila ada laba murni untuk perusahaan-perusahaan dalam industri tertentu dan
perusahaan yang ingin masuk juga, yakin bahwa mereka juga dapat
memperoleh laba murni, maka perusahaan baru akan berusaha masuk industri
tersebut.
HAMBATAN BAGI PERUSAHAAN YANG AKAN MEMASUKI
PASAR
 Sang Monopolis dapat menghalangi masuknya perusahaan baru ke dalam
industri tersebut dengan beberapa cara. Dia dapat mengendalikan bahan baku
yang diperlukan untuk menghasilkan produknya.
 Suatu perusahaan monopoli bisa timbul karena beberapa sebab, antara lain:
1. Penguasaan Bahan Mentah
2. Hak Paten
3. Terbatasnya Pasar
4. Pemberian Hak Monopoli oleh Pemerintah
PENENTUAN BESARNYA HARGA DAN OUTPUT
Jika suatu perusahaan yang monopolistik
menyamakan MR dengan MC-nya. maka pada
saat yang sama ia menentukan pula tingkat
output dan tingkat harga pasar untuk
produknya. Keputusan ini dilukiskan dalam
gambar di bawah ini. Di situ perusahaan
tersebut menghasilkan output sebesar Q unit
pada tingkat biaya C baya per unit dan ia
menjual output-nya tersebut pada tingkat harga
P. Laba, yaitu sama dengan (P-C) kali Q,
ditunjukkan oleh bidang PP'C'C dan itu
merupakan laba maksimum.
PENENTUAN BESARNYA HARGA DAN OUTPUT
Walaupun Q merupakan tingkat output-nya
optimal jangka pendek, perusahaan tersebut
akan berproduksi hanya jika penerimaan rata-
rata (AR) atau harga (P) lebih besar daripada
AVC. Keadaan ini terjadi dalam gambar di atas,
tetapi jika P di bawah AVC, kerugian akan
diminimumkan dengan berhenti berproduksi.
PENENTUAN BESARNYA HARGA DAN OUTPUT
Jika MR MC, berarti jika produksi ditambah, kenaikan penerimaan yang diperoleh akan
lebih besar dari kenaikan biayanya. Hal ini berarti bahwa seorang manajer dapat
meningkatkan laba perusahaan dengan meningkatkan produksi jika ingin meningkatkan
laba perusahaan. Kondisi laba maksimal yaitu kondisi tingkat output optimal pada saat
MC = MR yang secara matematis kondisi laba maksimal pada perusahaan monopoli
dapat ditunjukkan sebagai berikut: 𝝅 = 𝑹 − 𝑩
PENENTUAN BESARNYA HARGA DAN OUTPUT
Gambar di samping menunjukkan bagaimana
seorang monopolis dalam menentukan
tingkat output optimal. Kurva MR memotong
kurva MC pada tingkat output Q. yang
sekaligus menunjukkan tingkat output optimal.
Harga maksimal yang masih dapat diterima
oleh konsumen untuk output Q adalah P. Jadi
kombinasi harga dan output yang
memaksimalkan laba bagi monopoli adalah Q
dan P. Besar laba yang diperoleh monopoli
ditunjukkan oleh daerah CPP'C'. Laba itu
diperoleh TR (OPC'Q) dikurangi dengan TC
(OCC'Q).
POSISI KESEIMBANGAN
 Seorang produsen monopoli adalah satu-satunya produsen dalam suatu pasar
sehingga kurva permintaan yang dihadapinya adalah kurva permintaan pasar. Kurva
permintaan pasar biasanya menurun dari kiri atas ke kanan bawah, yang berarti
bahwa produsen tersebut bisa memengaruhi harga pasar dengan jalan menjual lebih
sedikit atau lebih banyak barang produksinya.
 Perbedaan antara perusahaan dalam persaingan murni dan monopolis terlihat
dalam bidang penjualan. Penjual dalam persaingan murni dapat menjual semua
yang ingin dijualnya dengan harga pasar yang ada karena harga sama dengan biaya
marginalnya.
1. Hubungan P, TR, dan MR
2. Laba, Rugi, dan Impas bagi Monopolis
 Ada suatu salah pengertian yang umum, yaitu bahwa seorang monopolis harus
membuat untung. Sang monopolis mungkin menderita rugi dalam jangka pendek.
Monopoli bisa menderita kerugian disebabkan karena (1) biaya awal yang besar (set
up cost), dan (2) demand- nya belum berkembang karena belum dikenal.
 Monopoli tidak berarti bahwa akan selalu mendapatkan laba ekonomi. Jika
monopoli dapat memperoleh laba ekonomi dan dapat mencegah perusahaan lain
masuk ke dalam industri, maka laba ekonomi yang diperoleh dapat dipertahankan
dalam jangka panjang.
2. Laba, Rugi, dan Impas bagi Monopolis
 Dalam keadaan yang dimisalkan Sang Monopolis membangun skala perusahaan
yang lebih besar dan skala optimum perusahaan dan menjalankannya pada tingkat
output yang lebih besar dan tingkat output optimum jika dia ingin mendapat laba
yang maksimal. Skala perusahaannya demikian besar sehingga terjadi kerugian
ekonomis. Akan lebih menguntungkan kalau dia menggunakan skala pemisahaan
yang lebih kecil dan skala yang ada untuk menghasilkan tingkat output x dengan
tingkat output yang paling efisien.
2. Laba, Rugi, dan Impas bagi Monopolis
1) Monopolis yang Mendapatkan Keuntungan
Analisis perilaku perusahaan monopoli dalam mencapai posisi ekuilibrium, yaitu posisi
keuntungan maksimum akan dicapai pada saat MR = MC. Kurva D dan MR apabila
digabungkan dengan kurva ongkos, maka dapat diperoleh "ekuilibrium perusahaan'' yang
sekaligus sama dengan "equal pasar". Equal pasar yang menjamin diperolehnya
keuntungan maksimum pada saat MR = MC, yaitu pada produksi sebesar Q. Keuntungan
maksimum yang merupakan tujuan pokok dari seorang produsen dapat dilihat dan gambar
di bawah ini, laba maksimal (P1KLP2) dicapai pada saat MC = MR. Laba maksimal dicapai
bila monopolis menjual produksinya dengan tingkat harga sebesar OP1 dengan jumlah
barang yang dijual sebanyak OQ.
2. Laba, Rugi, dan Impas bagi Monopolis
1) Monopolis yang Mendapatkan Keuntungan
Jika monopolis menjual dengan jumlah
lebih banyak atau lebih sedikit laba yang
diperolehnya tidak maksimal atau belum
maksimal. Hal ini dikarenakan produk yang
dijual tidak menuruti kaidah MR = MC.
Lebih lanjut dari gambar di bawah ini,
dengan harga sebesar OP1 biaya rata.
2. Laba, Rugi, dan Impas bagi Monopolis
2) Dalam Jangka pendek Monopolis Mengalami impas
Sejalan dengan penjelasan gambar di
samping, maka besarnya harga TR = TC.
Hal ini terjadi karena adanya kenaikan
ongkos rata-rata sehingga besarnya AC
jangka pendek naik menjadi sama dengan
harga (P) sehingga TR = OPIKQ dan TC =
OQKP1.
2. Laba, Rugi, dan Impas bagi Monopolis
3) Monopolis yang Mendapatkan Kerugian
Sejalan dengan penjelasan gambar di samping, maka
besarnya TC lebih besar daripada TR. Hal ini terjadi
apabila terjadi kenaikan ongkos rata-rata yang terus-
menerus sehingga AC jangka pendek lebih besar
daripada harga per unit (P). Dengan demikian, dalam
jangka pendek dapat menimbulkan kerugian sebesar
P1P2KL karena TR = OP1LQ dan TC = OPZKQ.
CARA MEMPERTAHANKAN AGAR TETAP MONOPOLIS
 Ada beberapa salah pengertian dalam monopoli. Pertama, bahwa monopolis akan selalu
untung. Kedua, bahwa kurva permintaan monopolis selalu inelastis.
 Beberapa cara usaha monopolis untuk mempertahankan agar dia tetap sebagai
monopolis yaitu:
1. Selalu mengontrol sumber-sumber bahan mentah yang dipakainya
2. Selalu memegang hak paten atas produksinya, supaya perusahaan lain tidak bisa
meniru
3. Pasar sedemikian terbatasnya relatif dibanding dengan akala perusahaan optimum
KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI
 Dari hal-hal yang dibahas di atas kita lihat bahwa kerugian masyarakat dan adanya
monopoli bukan hanya timbul karena perusahaan monopoli bisa menikmat
keuntungan di atas keuntungan yang wajar tetapi ada bentuk-bentuk kerugian lain.
 Akan tetapi, monopoli tidak selalu lebih buruk daripada persaingan sempurna,
yaitu bila kita lihat dan segi segi lain, misalnya :
1. Output yang Lebih Kecil
2. Halangan bagi Perusahaan Lain yang Hendak Masuk Pasar
3. Efisiensi Ekonomi
4. Promosi penjualan
1. Kerugian Adanya Monopoli
KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI
 Tindakan-tindakan yang bisa dilakukan pemerintah yang bisa mengurangi
dampak negatif dari monopoli terhadap masyarakat adalah:
1. Menetapkan Undang-Undang antimonopoli.
2. Pemerintah bisa mendirikan perusahaan tandingan.
3. Pemerintah bisa mendirikan perusahaan tandingan di dalam pasar
dengan tujuan membatasi kekuasaan monopoli.
4. Mengimpor barang sejenis yang diproduksi monopolis.
1. Kerugian Adanya Monopoli
KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI
1) Pengaturan Harga
Pemerintah bisa mengawasi untuk mengatur harga yang dikenakan oleh
perusahaan monopoli negara, seperti perusahaan gas dan listrik. Persoalan
ekonomi yang dihadapi adalah penentuan harga yang akan menarik Sang
Monopolis untuk menyediakan produk sebanyak-banyaknya sesuai dengan
permintaan konsumen. Sang Monopolis memperoleh laba maksimal di mana
biaya marginal sama dengan pendapat marginal.
2. Pengaturan Monopoli oleh Pemerintah
KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI
Dalam pasar persaingan sempurna seorang pengusaha atau produsen akan
menghasilkan barang dengan berpedoman pada kesamaan antara biaya
marjinal (MC) dan penerimaan marjinal (MR) yang juga sama dengan
penerimaan rata-rata (AR) atau sama dengan tingkat harga (P), yang mana dapat
ditunjukkan pada perpotongan antara kurva biaya marjinal (MC) dan kura
penerimaan rata-rata (AR) pada titik K. Pada titik keseimbangan K itu berarti
produsen akan menghasilkan barang sebanyak OQ dengan tingkat harga barang
setinggi P ini berarti bahwa dengan adanya produsen monopolis jumlah barang
yang dihasilkan bagi masyarakat lebih sedikit, yaitu setinggi 01' dibanding
dengan apabila produsen bekerja pasar persaingan sempurna (X) dan juga harga
barang dalam pasar monopoli lebih tinggi dibanding dengan harga pada pasar
persaingan sempuma (P).
LANJUTAN (Pengaturan Harga)
KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI
Dengan demikian, dapat dikatakan pula
bahwa masyarakat mendapatkan
kerugian. (social loss) karena adanya pasar
monopoli Kerugian masyarakat itu
ditunjukkan oleh segitiga EFG, yaitu
perbedaan antara berkurangnya
penerimaan total dan berkurangnya biaya
total apabila kita mengurangi produksi
dari OQ1 menjadi QX2.
LANJUTAN (Pengaturan Harga)
KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI
2) Pengaturan Harga pada Kasus
Monopoli Murni dengan
Decrasing Cost
Disebut kasus decreasing cost karena
kita menghadapi kasus di mana luas
pasar terbatas sehingga untuk
memenuhi permintaan yang ada di
pasar, perusahaan monopoli hanya
beroperasi pada bagian kurva di mana
AC menurun (decreasing cost).
2. Pengaturan Monopoli oleh Pemerintah
KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI
 Masalahnya bagi pemerintah dalam kasus ini adalah bila mewajibkan perusahaan
tersebut untuk berproduksi pada P= MC dengan output Q3 dan harga OP3 maka ini
berarti bahwa perusahaan tersebut akan menanggung rugi RL bahwa ongkos per
unit (AC) OP2 lebih besar dan harga jual OP3. Untuk menghindari nya pemerintah
mempunyai pilihan.
a. Mewajibkan perusahaan beroperasi pada P = AC (posisi L).
b. Tetap mewajibkan perusahaan untuk beroperasi pada P = MC, tetapi dengan
jaminan bahwa pemerintah akan memberikan subsidi kepada perusahaan
tersebut sebesar RI/P2P3 (yaitu untuk menutup kerugian perusahaan).
LANJUTAN (Decrasing Cost)
LANJUTAN
 Contohnya ialah perusahaan air minum, dan karena air minum adalah untuk
kepentingan orang banyak, maka perusahaan ini seringkali dimonopoli oleh
pemerintah sendiri untuk melindungi konsumen.
CONTOH (Decrasing Cost)
Monopoli Alami
 Utilitas utama seperti gas, listrik, dan air sering dikemukakan sebagai contoh industri
dengan "kecenderungan alami" kuat menjadi monopoli alami sebagian karena biaya
tetap besar untuk membangun dan memelihara jaringan nasional kabel dan pipa.
 Bahkan kita dapat membuat perbedaan penting antara pasokan dan distribusi
layanan seperti gas dan listrik. Pasar ritel untuk pasokan gas dan listrik untuk rumah
dan bisnis juga sepenuhnya kompetitif. Namun, usaha transportasi gas dan listrik
untuk konsumen akhir lebih dekat untuk menjadi monopoli alami.
LANJUTAN (Monopoli Alami)
 Jika monopoli kehilangan pangsa
pasar (misalnya oleh otoritas
persaingan bertindak untuk
membagi sebuah monopoli yang
sudah ada) ada risiko bahwa
skala kecil pemasok akan
berproduksi pada biaya total
yang lebih tinggi rata-rata yang
akan mewakili pemborosan
sumber daya yang langka.
KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI
3) Perpajakan
Pajak yang dikenakan terhadap monopolis dapat bersifat tetap dasarnya (lumpsum)
dan dapat bersifat khusus (spesific).
2. Pengaturan Monopoli oleh Pemerintah
a. Pajak lumpsum
Pajak yang lumpsum ini tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dihasilkan
perusahaan. Oleh karena itu, pajak lumpsum ini sifatnya seperti biaya tetap sehingga
tidak akan memengaruhi besarnya biaya marjinal, tetapi hanya memengaruhi
besarnya biaya rata-rata.
LANJUTAN (Pajak Lumpsum)
Dia tak dapat menggeser pajaknya pada
konsumen dengan harga yang lebih tinggi dan
output yang lebih kecil. Usaha seperti itu akan
semakin mengurangi labanya. Jumlah pajak tak
tergantung pada output sehingga pajak tersebut
merupakan biaya terbagi Sang Monopolis. Pajak
ini akan menggeser kurva biaya rata-rata
menjadi AC tetapi tak ada pengaruhnya atas
kurva biaya marginal akibatnya harga mencapai
laba maksimal dan output-nya tetap. Adanya
pajak ini hanya menggeser kurva AC ke atas
sedang kurva MC-nya tetap.
LANJUTAN (Pajak Lumpsum)
Dia tak dapat menggesernya pada
konsumen dengan harga yang lebih tinggi dan
output yang lebih kecil. Usaha seperti itu akan
semakin mengurangi laba. Seluruh laba Sang
Monopolis dapat dihantam pajak seluruhnya
dengan cara ini tanpa ada pengaruhnya atas
harga dan output. Dengan adanya pajak
lumpsum ini, harga dan output tetap, yaitu
harga sebesar OP3 sedang output sebesar OQ.
Adanya pajak membuat laba monopolis
berkurang yang semula P1P3LN menjadi
sebesar P2P3LM.
KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI
3) Perpajakan
2. Pengaturan Monopoli oleh Pemerintah
b. Pajak Khusus
Pajak khusus ini dikenakan atas dasar jumlah barang yang dihasilkan. Dengan kata
lain, pajak khusus ini dikenakan sebagai pajak per satuan (per unit) barang yang
dihasilkan. Hal ini berarti pengenaan pajak khusus akan memengaruhi, baik biaya rata-
rata maupun biaya marjinal karena pajak tersebut sama artinya dengan menambah biaya
variabel. Dalam Gambar slide selanjutnya dilukiskan bahwa dengan dikenakannya pajak
khusus itu kurva biaya rata-rata bergeser ke atas sebesar pajak per unit, yaitu dari kurva
biaya rata-rata AC menjadi AC” dan kurva biaya marjinal bergeser dari kurva MC
menjadi kurva MC”.
LANJUTAN (Pajak Khusus)
Tampak dalam uraian di slide
sebelumnya bahwa dengan dikenakannya pajak,
khususnya pajak lumpsum, produsen monopolis
tidak akan mengurangi jumlah barang yang
dihasilkan, tetapi harus memikul beban pajak
yang dibebankan padanya. Diutamakan suatu
pajak khusus dikenakan pada Sang Monopolis
seperti terlihat dalam Gambar 10.9. Pajak
adalah semacam biaya variabel dari menggeser
biaya rata-rata dan biaya marginal ke atas
sebanyak jumlah pajak.
MONOPOLI DAN EKONOMI EFISIENSI
 Dalam catatan ini kita mengevaluasi biaya dan manfaat dari
bisnis dengan otot industri, kekuatan harga monopoli di pasar.
Kasus ekonomi dan sosial standar terhadap bisnis monopoli
tidak lagi mudah.
KASUS EKONOMI TERHADAP MONOPOLI
 Argumen buku biasa terhadap kekuatan monopoli di pasar adalah bahwa
monopolis yang ada dapat terus mendapatkan yang abnormal (supernormal)
keuntungan dengan mengorbankan efisiensi ekonomi dan kesejahteraan konsumen
dan masyarakat. Kasus standar melawan monopoli adalah bahwa harga monopoli
lebih tinggi daripada biaya marjinal dan rata-rata, baik menyebabkan hilangnya
efisiensi alokatif dan kegagalan mekanisme pasar. Perusahaan monopoli adalah
penggalian harga dari konsumen yang berada di atas biaya sumber daya yang
digunakan dalam pembuatan produk, dan kebutuhan konsumen dan keinginan
tidak terpenuhi, sebagai produk yang berada di bawah (dikonsumsi). Rata-rata
biaya produksi yang lebih tinggi jika ada inefisiensi dalam produksi juga berarti
bahwa perusahaan tidak memanfaatkan optimal dari sumber daya yang langka.
X INEFISIENSI DI BAWAH MONOPOLI
 Kurangnya kompetisi yang nyata dapat memberikan monopoli kurang insentif
untuk berinvestasi dalam ide-ide baru atau mempertimbangkan kesejahteraan
konsumen. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa bahkan jika keuntungan monopoli
dari skala ekonomi, mereka akan memiliki sedikit insentif untuk mengendalikan
biaya produksi dan inefisiensi ‘X’ akan berarti bahwa tidak akan ada penghematan
biaya yang nyata. Perbandingan antara persaingan sempurna monopoli dan sebuah
industri yang kompetitif akan menghasilkan dalam jangka panjang di mana
permintaan pasar sama dengan penawaran pasar.Pertimbangkan diagram di bawah
ini. Keseimbangan output dan harga di Q1 dan PComP pada diagram sebelah kiri
dan PComP dan Q1 pada diagram sebelah kanan. Pada titik ini, Harga = MC dan
industri memenuhi persyaratan untuk efisiensi alokatif.
X INEFISIENSI DI BAWAH MONOPOLI
X INEFISIENSI DI BAWAH MONOPOLI
 Jika industri ini diambil alih oleh monopoli titik memaksimalkan
keuntungan (MC=MR) adalah pada harga dan Q2 PMON output. Monopoli
ini mampu mengenakan harga yang lebih tinggi membatasi output total
dan dengan demikian mengurangi kesejahteraan ekonomi. Kenaikan
harga PMON mengurangi surplus konsumen. Pengurangan kesejahteraan
konsumen adalah transfer murni untuk produsen melalui keuntungan
yang lebih tinggi, tetapi beberapa kerugian yang tidak dipindahkan ke
agen-agen ekonomi lainnya. Hal ini dikenal sebagai hilangnya
kesejahteraan bobot mati dan sama dengan daerah ABC.
X INEFISIENSI DI BAWAH MONOPOLI
X INEFISIENSI DI BAWAH MONOPOLI
 Hasil serupa terlihat dalam diagram berikutnya yang membuat
asumsi kerja rata-rata jangka panjang dan biaya yang konstan marjinal
di bawah kedua persaingan dan monopoli. Hilangnya bobot mati
kesejahteraan ekonomi di bawah monopoli (yang memaksimalkan
keuntungan harga PI dan QI) ditunjukkan oleh segitiga ABC. Harga
kompetitif dan output Pc dan Qc masing-masing.
X INEFISIENSI DI BAWAH MONOPOLI
POTENSI MANFAAT DARI MONOPOLI
 Hal ini penting dalam esai dan pertanyaan data ketika Anda menganalisis pasar
tidak sempurna kompetitif di mana rasio konsentrasi tinggi menyebutkan
beberapa keuntungan potensial dari pemasok memiliki kekuatan monopoli. Salah
satu kesulitan dalam menilai konsekuensi kesejahteraan dari monopoli, duopoli,
atau oligopoli terletak dalam mendefinisikan tepat apa yang sebenarnya
merupakan pasar. Hampir setiap industri pasar tersegmentasi menjadi produk
yang berbeda, dan dampak dari globalisasi membuat sulit untuk mengukur tingkat
kekuatan monopoli sejati yang mungkin ada dalam suatu industri pada setiap saat
dalam waktu. Semakin pasar di mana monopoli tampak ada sebenarnya menjadi
perebutan karena efek kompetisi internasional yang terus berkembang.
SKALA EKONOMIS
 Seorang monopolis mungkin lebih baik diposisikan untuk mengeksploitasi
ekonomi penyewaan skala untuk keseimbangan yang memberikan output
yang lebih tinggi dan harga yang lebih rendah daripada kondisi yang
kompetitif. Hal ini diilustrasikan dalam diagram berikutnya, di mana kita
mengasumsikan bahwa monopoli mampu mendorong biaya marjinal lebih
rendah dalam jangka panjang, menemukan sebuah output ekuilibrium Q2 dan
harga di bawah harga yang kompetitif.
SKALA EKONOMIS
SKALA EKONOMIS
 Mungkin ada tingkat yang lebih cepat dari perkembangan teknologi yang akan
mengurangi biaya dan menghasilkan produk berkualitas lebih baik bagi
konsumen. Hal ini disebabkan monopoli itu akan menginvestasikan keuntungan
dalam penelitian dan pengembangan untuk mempromosikan efisiensi dinamis.
Menurut penelitian oleh Profesor Federico Etro, yang diterbitkan dalam Jurnal
Ekonomi Kekuatan edisi April 2004, monopoli bisa baik untuk inovasi. Terlepas
dari kenyataan bahwa kepemimpinan pasar perusahaan seperti Microsoft sering
dikritik, investasi mereka dalam penelitian dan pengembangan (R & D) dapat
bermanfaat bagi masyarakat karena mereka memperluas perbatasan teknologi
dan membuka cara baru untuk kemakmuran.
LANJUTAN (SKALA EKONOMIS)
 Penelitian Etro berpendapat bahwa ketersediaan pasar ditandai
dengan bebas masuk sehingga pemimpin pasar benar-benar akan
memiliki insentif yang lebih dari perusahaan lain untuk berinvestasi
dalam R & D. Baumol berpendapat bahwa struktur yang
menumbuhkan inovasi produktif yang terbaik adalah oligopoli.
Hipotesis Baumol adalah bahwa perusahaan oligopoli bersaing
dengan membuat produk mereka sedikit berbeda dari saingan
mereka.
DISKRIMINASI HARGA
1. Sifat - sifat diskriminasi harga
 Dalam uraian sebelumnya kita telah mengetahui bahwa seorang produsen monopolis
dapat menderita rugi karena terlalu sempitnya pasar. Oleh karena itu, produsen
tersebut harus berusaha memperluas pasar, misalnya dengan mengadakan promosi
dan advertensi mengenai barang-barang yang dihasilkannya. Di samping itu, perluasan
pasar dapat ditempuh juga dengan mengadakan diskriminasi harga. Diskriminasi harga
bukan menetapkan harga disebabkan biaya produksi yang berbeda, melainkan biaya
produksi sama tetapi dijual dengan harga yang berbeda pada dua pasar atau lebih.
Diskriminasi harga produsen monopolis berusaha untuk memperluas pasar dengan
berbeda berarti bahwa dua pasar itu memiliki elastisitas permintaan yang berlainan
cara menjual barang yang dihasilkannya di pasar yang berbeda.
DISKRIMINASI HARGA
2. Kondisi terjadinya diskriminasi harga
 Tiga kondisi awal dapat terjadi diskriminasi harga :
A. Pembeli-pembeli mempunyai elastisitas permintaan yang berbeda-
beda Secara tajam.
B. Para penjual mengetahui perbedaan-perbedaan ini dan dapat
menggolongkan pembeli dalam kelompok-kelompok berdasarkan
elastisitas yang berbeda-beda.
C. Para penjual dapat mencegah pembeli untuk menjual kembali
barang-barang yang dibeli.
DISKRIMINASI HARGA
3. Jenis Diskriminasi Harga
1) Diskriminasi harga derajat pertama
Diskriminasi harga derajat pertama merupakan keadaan di mana seorang
produsen monopolis berusaha sepenuhnya mengambil surplus konsumen.
2) Diskrimasi harga derajat kedua
Produsen mengenakan harga yang berbeda untuk setiap kelompok jumlah
pembelian yang berbeda.
3) Diskrimasi harga derajat ketiga
Untuk diskriminasi harga derajat ketiga ini produsen betul-betul menjual barang
di pasar yang berbeda, yaitu dengan elastisitas permintaan yang berbeda.
DISKRIMINASI HARGA
4. Pembagian Pasar penjualan yang berbeda
 Dalam beberapa hal Sang Monopolis dapat dan lebih menguntungkan untuk
memecah pasar prodoknya menjadi dua atau lebih pasar. Dalam keadaaan seperti itu
dia akan mengenakan harga yang berbeda untuk produknya dalam masing-masing
pasar.
 Dua syarat harus dipenuhi untuk dapat membuat pasar seperti itu:
1. Pertama, dia harus sanggup memisahkan pasar tersebut, kalau tidak produknya
akan dibeli dari pasar dengan harga yang lebih rendah untuk dijual kembali di
pasar dengan harga yang lebih mahal. Hal ini akan menghapuskan perbedaan
harga yang ingin dipertahankan Sang Monopolis.
2. Kedua, elastisitas permintaan pada masing-masing tingkat harga harus berbeda
di antara pasar-pasar tersebut.
DISKRIMINASI HARGA
5. Penetapan harga diskrimasi secara grafik dan numerik
1) Melihat penetapan harga diskriminasi secara grafik
Gambar slide selanjutanya menjelaskan bahwa biaya marginal ditunjukkan oleh
garis MC. Biaya marginal ini konstan dan sama untuk dua kelompok pembeli.
Dengan kata lain, produk yang dijual mempunyai biaya produksi yang sama.
Kelompok A mempunyai permintaan yang relatif inelastis, sementara
permintaan kelompok B lebih tinggi elastisitasnya. Setiap kurva permintaan
mempunyai kurva pendapatan marginal, yaitu MRa dan MRb. Perusahaan
berusaha memaksimumkan keuntungan total dengan menawarkan output kepada
setiap kelompok harga di mana MC = MR.
DISKRIMINASI HARGA
5. Penetapan harga diskrimasi secara grafik dan numerik
LANJUTAN
5. Penetapan harga diskrimasi secara grafik dan numerik
 Produsen memproduksi barang X sebanyak Q1Q2 dengan biaya produksi MC
yang konstan sebesar OL. Produsen hendak melakukan kebijakan diskriminasi
harga pada kedua pasar yang berbeda, yaitu Pasar A dan Pasar B. Pasar A
mempunyai elastisitas permintaan yang lebih elastis. Sedang Pasar B kurva
permintaan yang kurang elastis. Pada gambar di slide sebelumnya terlihat yang
lebih elastis lebih condong mendatar kurvanya. Tujuan kebijakan diskrimasi
harga ini penjual menginginkan laba maksimum untuk kedua pasar. Agar
labanya maksimum penjual harus menetapkan harga dengan MC = MR.
2) Melihat Penetapan Harga Diskriminasi Secara Numerik
PENGANTAR EKONOMI MIKRO
BAB XI
PASAR OLIGOPOLI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEMBIMBING:
Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
KELAS J – KELOMPOK 8
AMAR’ATUS LAILA
1222200173
ANGGUN PRATIWI
1222200174
MARCELL WILLARD S.
1222200175
PASAR OLIGOPOLI
PENGERTIAN
 Pasar Oligopoli → Pasar yang terdapat banyak penjual
dan masing masing penjual dapat memengaruhi harga
pasar.
 Hanya sedikit penjual sehingga tindakan seorang
produsen akan mendorong produsen lain untuk
bereaksi.
 Jika rasio konsentrasi empat perusahaan besar mampu
menguasai lebih dari 40% maka pasar tersebut termasuk
Pasar Oligopoli.
CIRI PASAR OLIGOPOLI (DIKEMUKAKAN DOUGLAS)
SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA MENURUT DUMAIRY
Berdasarkan kriteria CR4, struktur pada sektor industri di indonesia menurut
dumairy (dalam perekonomian Indonesia) pada tahun 1997 umumnya industri di
Indonesia adalah oligopoli, seperti :
1) Industri makanan, minuman, dan tembakau 67%
2) Industri kertas dan penerbitan 56%
3) Industri kimia 47%
4) Industri minyak bumi dan batu bara 55%
5) Industri logam dasar 55%
6) Industri barang jadi dari logam, mesin, dan peralatannya 60%
7) Industri pengolahan lainnya 60%
KARAKTER PASAR OLIGOPOLI
1. Perusahaan saling bersepakat yg untuk melakukan penentuan
harga dan jumlah produksi.
Ciri-Ciri
2. Pasar oligopoli merupakan pasar yang terdiri dari beberapa
produsen (dua sampai dengan lima produsen).
3. Perusahaan tidak saling melakukan kesepakatan.
4. Pasar yang terdiri dari dua perusahaan disebut duopoly.
DEMAND OLIGOPOLI
Dalam industri ini hanya ada sedikit sekali penjual yang bersaing dalam suatu
wilayah geografis yang kecil. Misalnya industri pompa besin. Oleh karena jumlah
penjual yang sedikit kecil maka saling pengaruh antara mereka bisa dimasukkan
dalam masalah penentuan harga/output dari oligopoli.
Duopoli termasuk sebuah bentuk khusus oligopoli, di mana ada dua perusahaan
yang menghasilkan suatu produk tertentu.
Untuk sederhananya, anggap bahwa produk tersebut homogen dan para pembeli memilih
produk di antara kedua perusahaan tersebut semata-mata berdasarkan harganya. Anggap
pula bahwa kedua perusahaan tersebut menetapkan harga yang sama dan masing-
masing mempunyal pangsa (share) pasar yang sama.
MODEL OLIGOPOLI
Model cournot adalah model pasar duopoli (dua penjual) yang pertama kali
diteliti oleh Agustin cournot tahun 1938. Model ini beranggapan bahwa barang yang
dihasilkan dua perusahaan adalah sama dan bersifat substitut sempurna serta
struktur ongkos produksi per unit sama. Dimisalkan ada dua sumber air mineral yang
sama dan dimiliki oleh dua perusahaan yang berbeda.
1. Model Cournot
1. Model Cournot
Anggaplah bahwa perusahaan yang pertama memproduksi A dengan harga PA agar
keuntungan yang diperolehnya maksimum (karena pada tingkat output dan harga tersebut
MC=MR 0), Besarnya elastisitas permintaan 1, dan total penerimaannya (TR) adalah
maksimum, dengan ongkos produksi O sehingga keuntungannya juga maksimum.
Perusahaan kedua kemudian masuk ke pasar dan menganggap bahwa tingkat output yang
dihasilkan perusahaan pertama tidak berubah. Perusahaan kedua menganggap bahwa
kurva permintaan yang dihadapinya adalah kurva CD', yang berarti bahwa perusahaan
kedua menghasilkan output setengah dari perusahaan pertama, yaitu sebesar AB dan
pada tingkat harga PB sehingga keuntungannya maksimum (karena MC =MR=0).
BENTUK KURVA PASAR DUOPOLI MODEL COURNOT
LANJUTAN
Dalam hal ini perusahaan kedua hanya menghasilkan setengah dari output yang
diminta pasar yang tidak dilayani oleh perusahaan pertama. Jadi output yang dihasilkan
perusahaan kedua adalah 0,25 (0,5 x 0,5) dari seluruh permintaan yang ada di pasar.
Kemudian perusahaan pertama yang menghadapi suasana ini beranggapan bahwa
perusahaan kedua akan tetap mempertahankan outputnya untuk periode berikutnya.
Perusahaan pertama menawarkan 0,5 dari seluruh permintaan yang ada di pasar pada
periode selanjutnya Selama perusahaan kedua dapat menawarkan 0,25 dari seluruh
permintaan pasar, perusahaan pertama pada waktu berikutnya akan menghasilkan 0,5(1 -
0,25) = 0,375 dan seluruh permintaan pasar.
LANJUTAN
Kemudian perusahaan kedua akan melakukan reaksi dengan menawarkan output
setengah dari jumlah output yang tidak dilayani oleh perusahaan pertama atau sebesar
0.5(1 - 0.375) = 0,3125 dan seterusnya.
Jadi : Perusahaan pertama memproduksi 1/2 - 1/8 - 1/32 - 1/128 - ... = 1/3
Perusahaan kedua memproduksi 1/4 + 1/16 + 1/64 + 1/256 - ... = 1/3
Mereka bersama-sama memproduksi 2/3 dari output yang dipersaingkan, di mana P11 =
1TC. Selanjutnya jika terdapat tiga perusahaan maka mereka akan memproduksi 3/4
panjang (1) dengan mengikuti asumsi Cournot. Jika terdapat n perusahaan, maka akan
memproduksi (n/ (n + 1) I) x OD.
1. MODEL COURNOT
 Model Cournot ditinjau dari kurva reaksi (reaction curved)
 Model Cournot ditinjau dari Kurva Reaksi
(reaction curved)
Jika salah satu perusahaan pasif dan yang lainnya bereaksi maka kurva reaksi dapat
digambar dengan mudah lika perusahaan pertama memproduksi setengah maka
perusahaan kedua akan memproduksi seperempat Jika perusahaan pertama memproduksi
1, maka perusahaan kedua akan memproduksi 0. Jika perusahaan pertama memproduksi
0 maka perusahaan kedua akan memaksimumkan laba dengan memproduksi setengah.
Hal ini akan menyebabkan perusahaan kedua bereaksi terhadap perusahaan pertama.
Begitu juga sebaliknya. Jika perusahaan kedua memproduksi 1, maka perusahaan pertama
akan memproduksi 0. Jika sekarang kita mendapatkan perusahaan pertama bereaksi
terhadap perusahaan kedua, maka akan saling berpotongan pada Cournot, di mana kita
dapatkan masing-masing akan memproduksi sepertiga Keadaan ini akan menghasilkan
equilibrium yang stabil.
KELEMAHAN MODEL COURNOT
1. Masing-masing produsen tidak memanfaatkan pengalaman-
pengalaman dalam mengantisipasi tindakan pesaing adalah
tidak realistis.
Kelemah
-an
2. Meskipun jumlah output yang dihasilkan produsen pesaing
pada masing-masing periode dianggap konstan, tetapi
jumlah output secara keseluruhan akan mendorong tingkat
harga menjadi turun dan akan mengarah mendekati
persaingan sempurna.
3. Tidak dijelaskan sampai berapa lama proses penyesuaian
untuk menuju ke posisi keseimbangan.
4. Anggapan bahwa ongkos produksi besarnya nol tidaklah
realistis.
MODEL OLIGOPOLI
Model pasar duopoli yang kedua adalah model Bertrand yang dirumuskan
pertama kali pada tahun 1883 oleh J. Bertrand yang menyatakan bahwa masing-
masing perusahaan dalam pasar duopoli memperkirakan perusahaan pesaingnya
untuk tetap mempertahankan tingkat harga jualnya apa pun yang ditentukan oleh
perusahaan. Masing-masing perusahaan dihadapkan pada kurva permintaan pasar
yang sama dan berusaha memaksimumkan keuntungannya dengan asumsi bahwa
harga yang ditetapkan oleh pesaingnya tetap.
2. Model Betrand
MODEL OLIGOPOLI
Model Chamberlin menyatakan bahwa keseimbangan stabil di pasar terjadi
apabila pasar ditetapkan satu harga. Tingkat harga ini merupakan kesepakatan
bersama dari beberapa perusahaan yang ada di pasar untuk memaksimumkan
keuntungannya. Chamberlin berpendapat bahwa apabila masing-masing perusahaan
tidak menyadari akan ketergantungan mereka, maka pasar akan mencapai
keseimbangan Cournot jika masing-masing perusahaan menganggap bahwa
pesaingnya akan mempertahankan tingkat output-nya.
3. Model Chamberlin (Model untuk Pasar Kelompok Kecil)
MODEL OLIGOPOLI
P. Sweezy mengemukakan model
ini pertama kali pada tahun 1939. Ada
tiga asumsi yang merupakan dasar bagi
penelaahan kurva permintaan yang
patah, yaitu:
a) Terdapat industri yang dewasa dan
berpengalaman dengan atau tanpa
deferensiasi produk.
b) Apabila suatu perusahaan
menurunkan harga.
c) Apabila perusahaan menaikkan
harga.
4. Model Kurva Permintaan Patah (The Kinked-Demand Model)
MODEL OLIGOPOLI
Dalam gambar sebelumnya, terlihat bahwa kurva permintaan yang dihadapi
oleh oligopolis patah. Kurva tersebut patah pada tingkat harga Pe, yang
merupakan harga ekuilibrium awal. Jika perusahaan oligopolis menurunkan
harga jualnya, maka perusahaan pesaing akan menandingi kebijakan
tersebut dengan menurunkan harga juga. Akibatnya, permintaan yang ada
di pasar naik, tetapi tidak sebanyak apabila perusahaan lain tidak
menurunkan harga. Jika perusahaan oligopolis menaikkan harga di atas Pe,
maka penjualan akan menurun lebih cepat, sebab perusahaan lain tidak
akan menaikkan harga. Akibatnya, kurva permintaan yang dihadapi oleh
oligopolis akan menjadi sangat drastis pada harga-harga di atas harga
ekuilibrium semula dan kurva permintaan akan patah pada harga
equilibrium semula.
4. Model Kurva Permintaan Patah (The Kinked-Demand Model)
MODEL OLIGOPOLI
Model ini pertama kali
diperkenalkan oleh Heinrich Von
Stackelberg tahun 1952, yang
merupakan pengembangan dari
model Cournot. Dalam model ini
dianggap bahwa salah satu
perusahaan dalam pasar oligopoli
cukup kuat menjadi leader
sehingga perusahaan pesaing
mengakuinya dapat berperilaku
seperti halnya perusahaan yang
digambarkan oleh model Cournot.
5. Model Stackelberg
MODEL OLIGOPOLI
Pada gambar di atas terlihat bentuk kurva isoprofit dan kurva reaksi yang
dimiliki oleh masing-masing duopolis. Apabila perusahaan A yang kuat menduga
bahwa perusahaan pesaingnya akan bereaksi atas dasar kurva reaksinya. Dengan
demikian, perusahaan A akan menentukan tingkat output, yaitu di titik (Qa) yang
dapat memaksimumkan keuntungannya. Sedangkan perusahaan B sebagai pengikut
menghasilkan output sebesar Qb. Akan tetapi, apabila di pasar ada dua perusahaan
yang sama kuat dan keduanya berharap menjadi pemimpin pasar, maka dalam
keadaan ini keseimbangan pasar yang bersifat stabil tidak akan tercapai.
5. Model Stackelberg
PENENTUAN HARGA DAN OUTPUT DALAM
 Fenomena pergeseran kurva kurva
permintaan ini dilukiskan dalam Gambar 11.7
Perusahaan A mula-mula menghasilkan
output sebesar Q1, unit dan menjualnya
dengan harga P1. Kurva permintaan D1 yang
berlaku di sini, dengan mengasumsikan harga-
harga yang ditetapkan oleh perusahaan-
perusahaan lain tidak berubah.
 Dengan asumsi tersebut, penurunan harga
dari P1, menjadi P1 akan meningkatkan
permintaan menjadi Q2.
PENENTUAN HARGA DAN OUTPUT DALAM
 Sekarang anggap bahwa hanya ada sejumlah
kecil perusahaan yang beroperasi di pasar
dan masing-masing mempunyai pangsa pasar
yang cukup besar terhadap penjualan total.
 Oleh karena itu, jika suatu perusahaan
menurunkan harganya dan memperoleh
kenaikan volume penjualan yang cukup tinggi,
maka perusahaan - perusahaan lainnya akan
kehilangan sebagian besar volume usaha
mereka.
LANJUTAN
 Kemudian, setelah perusahaan-perusahaan tersebut mengetahui mengapa penjualan
mereka turun, maka mereka akan bereaksi dengan menurunkan harga produk mereka
sendiri.
Tindakan ini akan menggeser perusahaan A turun ke kurva permintaan kedua D2 yang
menyebabkan penurunan permintaan perusahaan A dari Q2 menjadi Q3 pada tingkat
harga P2. Kurva yang baru sama tidak stabilnya dengan kurva mula-mula Oleh karena
itu, pengetahuan akan bentuk kurva tersebut tidak berguna bagi perusahaan A jika ia
mencoba untuk bergerak sepanjang D2, maka perusahaan perusahaan pesaing akan
bereaksi yang bisa memaksa perusahaan tersebut berpindah ke kurva lainnya.
PENENTUAN HARGA DAN OUTPUT DALAM
 Pergeseran kurva permintaan tidak akan
menimbulkan kesulitan yang berarti dalam
pembuatan keputusan tentang harga/output
jika perusahaan A mengetahui secara pasti
bagaimana reaksi perusahaan saingannya
perubahan-perubahan harga.
 Reaksi-reaksi tersebut hanya akan
memengaruhi hubungan harga/permintaan
dan sebuah kurva permintaan yang baru bisa
dibentuk untuk memasukkan interaksi-
interaksi di antara perusahaan-perusahaan.
PENENTUAN HARGA DAN OUTPUT DALAM
 Kurva D3, dalam Gambar 11.7 merupakan sebuah
kurva reaksi, yang menunjukkan bagaimana
penurunan harga akan memengaruhi kuantitas
yang diminta setelah reaksi perusahaan-
perusahaan saingan diperhitungkan.
 Namun demikian, permasalahan dalam
pendekatan ini terletak pada kenyataan bahwa ada
banyak teori yang berbeda tentang perilaku
antarperusahaan dan mesin-mesin teori yang
menghasilkan model penentuan harga yang
berbeda. sehingga akan menghasilkan aturan-
aturan pengambilan keputusan yang berbeda pula.
KURVA PERMINTAAN TERPATAH (kinked demand curve)
Kurva permintaan terpatah (kinked demand curve)
dalam oligopoli :
a. Dalam pasar oligopoli apabila perusahaan
menurunkan harga ke P1, maka permintaan akan
bertambah ke C1, harga ke P2, maka permintaan
akan bertambah ke B1.
 Pelanggan perusahaan membeli barang yang
harganya turun
 Pelanggan lain membatalkan pembeliannya
b. Sedangkan apabila perusahaan juga menurunkan
harga ke P1 dan P2 perubahan permintaan akan ke
titik B dan C.
c. Menaikkan harga ke P3 permintaan ada di titik A1
karena reaksi perusahaan mengubah harga maka
kurva permintaan menjadi D1 ED2.
CIRI – CIRI PASAR OLIGOPOLI
1. Menghasilkan atau menjual barang standar atau barang
berbeda.
CIRI -
CIRI
3. Promosi masih diperlukan.
2. Kekuatan menentukan harga kadang-kadang lemah/kuat.
MODEL PENETAPAN HARGA PASAR OLIGOPOLI
Pasar oligopoli ini mempunyai beberapa model dalam
menetapkan harga produknya, di antaranya yang paling banyak
ditemui adalah :
1. Pasar kartel.
2. Pasar dengan kepemimpinan harga (price leadership).
Pasar dengan Ketegaran Harga
(Kinked Demand Curve Model)
 Salah satu tipe keadaan yang ditimbulkannya adalah kinked demand curve
atau kurva permintaan yang patah. Seorang penjual dapat menaikkan jumlah
penjualannya dengan jalan menurunkan harganya. Hal ini mengakibatkan
larinya pembeli dan penjual yang lain dan datang berbondong-bondong untuk
membeli barang tersebut. Tindakan ini akan diikuti oleh penjual lain.
Harga ini sering dipertahankan secara kaku. Kekakuan harga ini
mengakibatkan kurva permintaannya menjadi tidak lurus, tetapi patah dan
disebut kinked demand.
LANJUTAN
Dalam kasus pasar dengan ketegaran harga akan dapat dilihat bagaimana seorang
produsen menyesuaikan diri terhadap harga barang yang ditentukan oleh pengusaha
lain, khususnya bila harga barang itu diturunkan. Dalam hal ini produsen itu memberikan
suatu reaksi atau tanggapan terhadap kebijakan harga yang dilakukan oleh produsen atau
pengusaha lain. Akan tetapi, produsen itu tidak akan memberikan reaksi apabila produsen
lain bertindak menaikkan harga barang. Sifat yang demikian itu menyebakan produsen
memiliki kurva permintaan yang patah. Sebagai akibatnya, kurva penawaran marjinal juga
akan patah dengan memiliki bagian vertikal tepat di bawah kurva permintaan yang patah
itu. Dalam kasus di mana terdapat ketegaran harga, maka produsen oligopolis akan selalu
menghasilkan jumlah produksi yang sama, walaupun terdapat perubahan dalam biaya
produksi. Selama biaya produksi naik turun di daerah kurva penerimaan marjinal yang
tegak/patah itu, maka jumlah barang yang dihasilkan perusahaan oligopoli tidak akan
berubah. Untuk lebih jelasnya perhatikan slide berikut ini.
KURVA DEMAND OLIGOPOLI (Kinked)
Model kurva permintaan kinked demand ini
dikembangkan oleh Sweezy tahun 1939. Sweezy
membuat pemisalan dalam pasar hanya ada dua
penjual. Kedua penjual tersebut mempunyai kurva
demand D1 untuk penjual satu dan D2 untuk penjual
lainnya. Harga yang membuat nyaman penjual satu
dan penjual dua adalah sebesar OP2. Pada harga
sebesar OP2 jumlah yang diminta pada penjual satu
(D1) dan penjual dua (D2) adalah sama, Akan tetapi,
jika ada produsen menurunkan harga menjadi OP1,
dengan menurunkan harga ia mengharap
permintaan bertambah menjadi OQ4.
KURVA DEMAND OLIGOPOLI (Kinked)
Namun, penurunan harga ini diikuti oleh pesaing
juga mengikuti menurunkan harganya juga.
Akibatnya permintaan yang diharapkan bertambah
menjadi sebesar OQ4 tidak tercapai karena hanya
menjadi OQ3. Meskipun demikian, kalau ada
produsen yang meningkatkan harga, produsen yang
akan mengikutinya sehingga si produsen yang
menaikkan harga akan menanggung kerugian dalam
bentuk berkurangnya jumlah barang yang diminta.
Kalau penjual satu menaikkan harga menjadi OP3,
penjual dua diam saja tidak ikut menaikkan harga.
KURVA DEMAND OLIGOPOLI (Kinked)
Dengan tindakan ini maka penjual satu (D1)
kehilangan permintaan Q1-Q2. Inilah yang dikatakan
harga untuk oligopoli adalah rigid (kaku), sulit untuk
dinaikkan dan diturunkan. Hal ini dikarenakan kurva
permintaannya kinked (patah). Bentuk kurva yang
kinked itu adalah PED2. Hal ini terjadi karena sifat
reaksi seorang produsen terhadap tindakan
produsen lain karena kurva penerimaan marjinalnya
adalah PLNMR, yaitu ada bagian yang patah (LN).
KURVA DEMAND OLIGOPOLI (Rigid)
Mula-mula kurva sebesar MC2. Pada MC2 in tingkat
harga yang menjamin laba maksimal (MC=MR)
adalah OP1. Jika biaya per unit turun, MC bergesar
menjadi MC1 Turunnya MC tidak mengubah harga
yang menjamin labanya maksimal tetap sebesar OP1
Demikian juga jika biaya per unit naik, harga yang
menjamin laba maksimum adalah sebesar OP2 Dari
kondisi tersebut dapat disimpulkan harga tidak
berubah selama MC memotong MR pada bagian
yang patah LN walaupun biaya naik atau turun Inilah
yang bisa menghantarkan mengapa harga pada
pasar oligopoli adalah rigid. Harga akan berubah jika
MC memotong bagian MR yang condong miring.
KURVA DEMAND OLIGOPOLI (Rigid)
Harga bisa berubah naik atau turun jika MC
memotong MR buka pada bagian yang patah.
Misalkan Jika biaya terus turun hingga memotong MR
yang turun miring maka harga bisa turun. Mula-mula
harga yang menjamin laba maksimal pada saat MC
berpotongan dengan MR (PLN-MR). yaitu setinggi
OP2. Turun menjadi OP1. Demikian juga jika biaya
terus naik hingga memotong MR yang bukan tegak
lurus LN harga akan meningkat. Dari gambar di baya
produksi naik terus hingga MC3 memotong MR yang
miring maka harga berubah dari OP2 menjadi OP3.
KURVA PERMINTAAN PATAH (kinked demand curve)
Kurva permintaan patah juga mencerminkan adanya ketegaran
harga pada situasi perubahan biaya dan juga merupakan
manifestasi dan ketidaktentuan di pasar oligopoli dalam hal
harapan adanya reaksi dan pihak lawan dengan adanya
penurunan harga tetapi bukan pada waktu ada kenaikan harga.
PENGARUH OLIGOPOLI TERHADAP KESEJAHTERAAN
Efek kesejahteraan dan bentuk pasar oligopoli kurang lebih sama dengan
monopoli. Di satu pihak oligopoli menimbul efek yang negatif dalam bentuk :
1. Adanya keuntungan yang terlalu besar yang dinikmati oleh para produsen oligopoli
dalam jangka panjang.
2. Adanya ketidakefisienan produksi karena setiap produsen tidak beroperasi pada AC
yang minimal.
3. Kemungkinan adanya eksploitasi terhadap konsumen maupun buruh (karena P >
MC, seperti dalam kasus monopoli).
4. Ketegaran harga sering dikatakan menunjang adanya inflasi yang dapat merugikan
masyarakat makro.
PENGARUH OLIGOPOLI TERHADAP KESEJAHTERAAN
Berikut ada beberapa kebijaksanaan umum yang mungkin bisa diambil untuk
mengurang efek-efek negatif dalam pasar oligopoli tersebut :
1. Pemerintah harus bisa menjaga agar hambatan-hambatan bagi perusahaan baru
untuk masuk ke dalam pasar oligopoli tersebut ditekan sampai sekecil-kecilnya.
2. Diadakannya Undang-Undang Persaingan (di Amerika Serikat: Antitrust Low) yang
melarang adanya kerja sama di antara para pengusaha oligopoli (baik secara diam-
diam atau terbuka).
3. Kemungkinan kebijaksanaan yang lebih drastis adalah mencoba merombak struktur
pasar yang oligopolistis tersebut.
PENGARUH OLIGOPOLI TERHADAP KESEJAHTERAAN
Struktur pasar oligopoli memungkinkan diadakannya kerja sama secara diam diam
atau secara terang-terangan. Ada tiga faktor yang memungkinkan terjadinya kerja sama,
yaitu :
1. Dapat meningkatkan keuntungan mereka jika mereka mengurangi tingkat
persaingan.
2. Dengan mengadakan kerja sama mereka dapat mengurangi ketidakpuasan yang
ada.
3. Adanya kerja sama antar mereka menutup kemungkinan masuknya produsen baru
dalam industri.

More Related Content

PPTX
PENGANTAR EKONOMI MIKRO - KELOMPOK 8 - KELAS J.pptx
PPTX
Tugas Membuat Slide Ekonomi Mikro Kelompok 8.pptx
PPTX
PPT MATERI 1-8 KELOMPOK 4.pptx
PPTX
PPT MATERI 1-8 KELOMPOK 4.pptx
PPTX
PPT MATERI 1-8 KELOMPOK 4.pptx
PPTX
Materi Pengantar Ekonomi Mikro_Kelompok 5
PPTX
TUGAS MIKRO SLIDE SHARE.pptx
PDF
TUGAS AKHIR MIKRO KELOMPOK 1.pdf
PENGANTAR EKONOMI MIKRO - KELOMPOK 8 - KELAS J.pptx
Tugas Membuat Slide Ekonomi Mikro Kelompok 8.pptx
PPT MATERI 1-8 KELOMPOK 4.pptx
PPT MATERI 1-8 KELOMPOK 4.pptx
PPT MATERI 1-8 KELOMPOK 4.pptx
Materi Pengantar Ekonomi Mikro_Kelompok 5
TUGAS MIKRO SLIDE SHARE.pptx
TUGAS AKHIR MIKRO KELOMPOK 1.pdf

Similar to TUGAS EKONOMI MIKRO KELOMPOK 08.pptx (20)

PDF
TUGAS AKHIR MIKRO KELOMPOK 1
PDF
tugasmikroslideshare-221227133307-e5e9dd81.pdf
PPTX
Tugas Akhir Mikro (Kelas V - Kelompok 5).pptx
PPTX
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 2
PPTX
KELOMPOK 6 PE MIKRO
PPTX
3.PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KESEIMBANGAN PASAR revisi.pptx
PPTX
3.PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KESEIMBANGAN PASAR revisi.pptx
PPTX
Slide share
PPTX
TUGAS PENGANTAR EKONOMI MIKRO - KELOMPOK 13
PPTX
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 2
PPTX
PERMINTAAN, PENAWARAN, FUNGSI KONSUMSI
PPTX
materi perkuliahan pengantar ilmu ekonomi.pptx
PPTX
Materi 2. Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan Pasar.pptx
PPT
4 Fungsi permintaan penawaran dan teori terbentuknya harga pasar keseimbanga...
PPTX
Tugas Akhir Ekonomi Mikro.pptx
PPTX
Kekuatan Pasar Penawaran dan Permintaan
PDF
PENGANTAR TEORI EKONOMI MIKRO (KELOMPOK 4).pdf
PPTX
Presentation1 pengantar ekonomi mikro 3.pptx
PPTX
Tugas eko12, Dellanavuri DY, Ranti Pusriana, permintaan dan penawaran, SMAN12...
PPT
PERTEMUAN KE.2.ppt
TUGAS AKHIR MIKRO KELOMPOK 1
tugasmikroslideshare-221227133307-e5e9dd81.pdf
Tugas Akhir Mikro (Kelas V - Kelompok 5).pptx
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 2
KELOMPOK 6 PE MIKRO
3.PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KESEIMBANGAN PASAR revisi.pptx
3.PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KESEIMBANGAN PASAR revisi.pptx
Slide share
TUGAS PENGANTAR EKONOMI MIKRO - KELOMPOK 13
Pengantar Ekonomi Mikro Kelompok 2
PERMINTAAN, PENAWARAN, FUNGSI KONSUMSI
materi perkuliahan pengantar ilmu ekonomi.pptx
Materi 2. Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan Pasar.pptx
4 Fungsi permintaan penawaran dan teori terbentuknya harga pasar keseimbanga...
Tugas Akhir Ekonomi Mikro.pptx
Kekuatan Pasar Penawaran dan Permintaan
PENGANTAR TEORI EKONOMI MIKRO (KELOMPOK 4).pdf
Presentation1 pengantar ekonomi mikro 3.pptx
Tugas eko12, Dellanavuri DY, Ranti Pusriana, permintaan dan penawaran, SMAN12...
PERTEMUAN KE.2.ppt
Ad

Recently uploaded (20)

PPTX
Pertemuan 2 Basis Data Agribisnis .pptx
PPTX
karakteristik daratan dan perairan ind 2.pptx
PPTX
JAWABAN PEMERIKSAAN PAJAK BAHANA 2020 .pptx
PPTX
SISTEM PRODUKSI KERAJINAN BUDAYA KELAS XI XM 2 KUMER.pptx
PDF
Permenkop No. 1 Tahun 2025 tentang Penyaluran Pinjaman atau Pembiayaan Dana B...
PPT
Pengantar Akuntansi Berbasis IFRS Financ
PPT
Chapter 7-Kecurangan, Pengendalian Internal, dan Kas (2) fix (2).ppt
DOCX
PROGRAM KERJA DAN APDB GKPS TAHUN 2021.docx
PPTX
Salindia Karya Tulis Ilmiah UMSIDAA.pptx
PPTX
Materi pelajaran Pai kelas 3 tentang shalat.pptx
PPTX
ANALISIS BIAYA Ekonomi Manajerial SMT 4
PDF
07 PengAkunMan Horngren Ed16 Ji1 Bab7.pdf
PDF
Training Pemeriksaan Pajak 15 Sept 2023 Final.pdf
PPT
Company Profile STM perkenalan untuk promosi ke dinas ataupun swasta
PPTX
Permintaan_dan_Penawaran_Ekonomi_Mikro.pptx
PPT
gambaran-umum-pp-71-2010_sap.pptxxxxxxxx
PDF
(11-Indo) ch13 Bagian 1 Liabilitas Lancar.pdf
PDF
Chapter 17-1 Indonesian Investment i.pdf
PPTX
chapter 11 multinational accounting: foreign currency
PDF
PMK 15_2025 - Alur Pemeriksaan Pajak.pdf
Pertemuan 2 Basis Data Agribisnis .pptx
karakteristik daratan dan perairan ind 2.pptx
JAWABAN PEMERIKSAAN PAJAK BAHANA 2020 .pptx
SISTEM PRODUKSI KERAJINAN BUDAYA KELAS XI XM 2 KUMER.pptx
Permenkop No. 1 Tahun 2025 tentang Penyaluran Pinjaman atau Pembiayaan Dana B...
Pengantar Akuntansi Berbasis IFRS Financ
Chapter 7-Kecurangan, Pengendalian Internal, dan Kas (2) fix (2).ppt
PROGRAM KERJA DAN APDB GKPS TAHUN 2021.docx
Salindia Karya Tulis Ilmiah UMSIDAA.pptx
Materi pelajaran Pai kelas 3 tentang shalat.pptx
ANALISIS BIAYA Ekonomi Manajerial SMT 4
07 PengAkunMan Horngren Ed16 Ji1 Bab7.pdf
Training Pemeriksaan Pajak 15 Sept 2023 Final.pdf
Company Profile STM perkenalan untuk promosi ke dinas ataupun swasta
Permintaan_dan_Penawaran_Ekonomi_Mikro.pptx
gambaran-umum-pp-71-2010_sap.pptxxxxxxxx
(11-Indo) ch13 Bagian 1 Liabilitas Lancar.pdf
Chapter 17-1 Indonesian Investment i.pdf
chapter 11 multinational accounting: foreign currency
PMK 15_2025 - Alur Pemeriksaan Pajak.pdf
Ad

TUGAS EKONOMI MIKRO KELOMPOK 08.pptx

  • 1. PENGANTAR EKONOMI MIKRO BAB II TEORI PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA PASAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI PEMBIMBING: Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
  • 2. KELAS J – KELOMPOK 8 AMAR’ATUS LAILA 1222200173 ANGGUN PRATIWI 1222200174 MARCELL WILLARD S. 1222200175
  • 3. HARGA SUATU BARANG DAN JASA Harga merupakan faktor penting dalam perekonomian. Barang dan jasa memiliki harga jika mempunyai nilai dan guna. Disamping berguna dan bernilai barang tersebut juga langka, semakin berguna dan semakin langka maka harganya akan semakin mahal. Berguna tetapi tidak langka membuat barang itu relatif tidak mahal. Apabila jika barang itu tidak berguna dan langka, maka barang itu tidak berharga. Terbentuknya harga dikarenakan ada 2 pihak, yaitu pihak yang memiliki dan bersedia untuk menawarkannya serta pihak yang memerlukan dan bersedia untuk memintanya. HARGA Nilai barang dan jasa yang dinyatakan dengan jumlah uang tertentu.
  • 4. FUNGSI HARGA 1. Mengadakan keseimbangan antara kebutuhan dengan alat pemuas yang diminta. 2. Dengan adanya harga maka manusia mau tidak mau akan membatasi kebutuhannya sesuai dengan kemampuannya dalam membayar. 3. Harga juga membagi alat produksi pada berbagai kemungkinan pemakaian. Alat-alat produksi dipakai pada sektor yang dapat menguntungkan dibandingkan dengan pengorbanan yang diberikan untuk mendapatkan alat-alat tersebut. 4. Harga juga merupakan pembentuk pendapatan berupa upah, bunga modal, serta pendapatan pengusaha dan pemilik sumber.
  • 5. TEORI PERMINTAAN Teori Permintaan Permintaan akan barang dan jasa timbul dari kebutuhan konsumen untuk menguasai barang dan jasa tersebut PERMINTAAN Suatu deretan jumlah barang yang pembeli bersedia membeli dengan tenaga beli yang ada padanya pada tingkatan harga tertentu Permintaan akan suatu jenis barang Tingkatan harga satuan dari tiap-tiap jumlah barang itu berlainan Berlaku pada waktu tertentu
  • 6. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN SUATU BARANG 1. Harga barang itu sendiri 2. Kegunaan barang tersebut 3. Rasa dan keinginan konsumen 4. Banyak dan sedikitnya konsumen itu sendiri 5. Jumlah barang dan jasa yang tersedia 6. Jumlah dan jenis barang pengganti 7. Tingkat penghasilan konsumen 8. Waktu dan tempat  Faktor yang memengaruhi secara umum, sebagai berikut: 1. Harga barang itu sendiri 2. Harga barang lain (Substitusi maupun Komplementer) 3. Income 4. Selera
  • 7. RUMUS FUNGSI PERMINTAAN Dx = f (Px; Py…….. P₂ , I , S) Dimana : Dx = Permintaan akan barang Px = Harga barang itu sendiri P₂ = Harga barang yang lain I = Pendapatan konsumen S = Selera
  • 8. HUKUM PERMINTAAN Hukum permintaan sejalan dengan pikiran yang logis dan sederhana. Bunyi hukum permintaan, yaitu: “jika harga turun maka permintaan akan barang tersebut akan bertambah, sebaliknya jika harga naik maka jumlah barang yang diminta akan berkurang.” Kenaikan harga barang - barang karena kebijaksanaan kenaikan harga BBM di Indonesia mengakibatkan harga susu bubuk cap bendera (Belanda) menjadi sangat mahal. Akibatnya, hanya orang yang berpenghasilan tinggi saja yang sanggup membelinya.
  • 9. KURVA DEMAND Kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang atau jasa yang diminta dengan harga di mana harga sebagai variabel independen dan jumlah barang yang diminta merupakan variabel dependen. Jumlah barang yang biasanya diberikan notasi Q atau X digambarkan pada sumbu horizontal atau Absis, sedangkan harga yang biasanya diberikan notasi P digambarkan pada sumbu vertikal atau ordinat
  • 10. PENGECUALIAN KURFA DEMAND Menurut giffen, kenaikan harga roti, menyebabkan keluarga yang sangat miskin membeli lebih banyak roti sebab kenaikan harga roti menyebabkan mereka lebih miskin lagi, dan jika mereka lebih miskin lagi, mereka akan mengganti daging dan barang - barang yang lebih mahal dengan roti untuk memenuhi kebutuhan utama keluarganya. Pengecualian ini berupa kasus klasik yang terkenal dengan nama “barang giffen” atau “keanehan giffen” (giffen paradox). Sir Robert Giffen, adalah seorang ahli ekonomi inggris pada abad ke- 19, yang menemukan pengecualian ini.
  • 11. Menggambar Kurva Demand dengan Matematis Hubungan antara harga & jumlah yang diminta dituliskan berupa fungsi sebagai berikut: Fungsi ini bisa dituliskan dengan fungsi persamaan permintaan sebagai berikut : Q = F(P) Q = a-bP dimana : Q = jumlah barang yang diminta P = harga a = konstanta, jika harga barang sama dengan nol, maka jumlah yang diminta tertentu CONTOH
  • 12. PERGESERAN KURVA DEMAND Perubahan permintaan dapat dibedakan menjadi : Harga Barang Sendiri Faktor - Faktor Lain Perubahan permintaan sepanjang kurva permintaan terjadi bila harga komoditi yang diminta berubah (naik atau turun) Pergeseran kurva permintaan ke kanan atau ke kiri disebabkan oleh perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor- faktor selain harga komoditi tersebut. Faktor yang memengaruhi: Pendapatan riil, selera dan preferensi, harga barang lain yang berkaitan (substitusi atau komplementer).
  • 13. Permintaan Individu dan Permintaan Pasar.  Kurva permintaan pasar diperoleh dari penjumlahan kurva permintaan berbagai individu terhadap barang tersebut pada setiap tingkat harga. Sebagai contoh, bila dimisalkan pasar hanya terdiri dua individu, yaitu ali dan budi dengan jumlah DVD yang diminta pada setiap tingkat harga sebagai berikut : Tabel Pembentukan Kurva Pasar Harga Jumlah yang diminta ali Jumlah yang diminta budi Jumlah yang diminta pasar Rp. 12.000,00 10 15 25 Rp. 10.000,00 20 20 40 Rp. 8.000,00 30 25 55
  • 14. TEORI PENAWARAN Teori Penawaran Dikarenakan adanya kebutuhan akan barang dan jasa, maka Sebagian dari masyarakat bertindak untuk menyediakan kebutuhan – kebutuhan tersebut. PENAWARAN Berbagai kuantitas barang yang akan dijual oleh penjual di pasar dengan berbagai kemungkinan harga, dengan asumsi keadaan lain dianggap tetap tak berubah. Hubungan antara harga dengan kuantitas untuk setiap unit yang akan dijual oelh penjual. Mendorong penjual untuk menjual lebih banyak.
  • 15. HUKUM PENAWARAN Bunyi hukum penawaran, yaitu: “jika harga suatu barang/jasa naik maka jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah dan sebaliknya jika harga turun maka jumlah barang yang ditawarkan akan berkurang dengan anggapan ceteris paribus .” Hukum di atas berarti bahwa jika harga suatu barang meningkat maka jumlah barang yang ditawarkan akan meningkat (karena produsen semakin menguntungkan), dan sebaliknya jika harga turun, jumlah barang yang ditawarkan juga menurun.
  • 16. BENTUK KURVA PENAWARAN Tunduk dengan Hukum Penawaran BENTUK GRAFIK Memperlihatkan kuantitas maksimal dalam satu unit waktu yang dijual oleh penjual dengan berbagai pilihan harga di pasar. Persamaan penawaran berslope positif. Kurva penawaran berbentuk miring dari kiri bawah ke kanan atas GRAFIK Bentuk Matematika Qs = F (Px) Qs = a + bP
  • 17. BENTUK KURVA PENAWARAN Tidak Tunduk dengan Hukum Penawaran  Kurva S3 merupakan kurva penawaran untuk jangka waktu yang sangat pendek, di mana produsen tidak dapat menambah/tidak sempat menambah jumlah produksinya. Sering disebut sebagai Market Short Period Supply Curve.  Kurva S1 dan S2 dapat merupakan kurva penawaran jangka Panjang. Kurva S1 merupakan kurva jangka Panjang dengan biaya konstan (Constant Cost Long-Run Supply Curve) , Kurva S2 disebut sebagai kurva jangka Panjang dengan biaya menurun (Decreasing Cost Long-Run Supply Curve).
  • 18. PERUBAHAN PENAWARAN Jika terjadi perubahan, faktor yang memengaruhi jumlah barang yang ditawarkan berakibat bertambahnya penawaran, maka kurva penawaran akan bergeser ke kanan. Sebaliknya jika berakibat berkurangnya penawaran, maka kurva penawaran akan bergeser ke kiri  Perubahan harga barang yang ditawarkan menyebabkan perubahan di sepanjang kurva itu sendiri (Shift Along The Supply Curve). Jika yang berubah selain barang itu sendiri, kurva suplai bergeser ke kiri (Jika Berkurang) dan ke kanan (Jika Bertambah). Dikatakan sebagai Shift The Supply Curve.  Contoh: penjualan di lelang ikan, barang antik.
  • 19. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERUBAHAN PENAWARAN 1. Berubahnya Harga Input Variabel 2. Perubahan Teknologi 3. Perubahan Iklim 4. Harga Komoditas Lain 5. Biaya Untuk Memperoleh Faktor Produksi 6. Pajak dan Subsidi 7. Harapan Harga 8. Tujuan Perusahaan
  • 20. PENENTUAN HARGA PASAR  Harga pasar terjadi karena adanya interaksi permintaan dan penawaran. Pada harga pasar konsumen bersedia membeli sesuatu barang dalam jumlah tertentu. Sedangkan produsen bersedia melepaskan sejumlah produk yang dihasilkan pada tingkat harga yang telah disepakati antara konsumen dan produsen.  Jika permintaan melebihi barang yang ditawarkan akan terjadi peningkatan harga, sebaliknya jika penawaran melebihi jumlah yang diminta harga akan menurun.  Penentuan harga pasar bisa ditentukan dari 2 cara yaitu secara grafik dan secara matematis.
  • 21. Perubahan Permintaan dan Penawaran Mengubah Harga dan Kuantitas Pasar 1. Harga pasar berubah jika penawaran bertambah sedangkan permintaan tetap. 2. Harga pasar berubah jika terjadi perubahan permintaan meningkat sedangkan penawaran tetap. 3. Perubahan keseimbangan jika terjadi perubahan permintaan meningkat sedangkan penawaran turun.
  • 22. APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR KEBIJAKAN CEILING PRICE Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dengan tujuan melindungi konsumen agar mendapatkan harga yang wajar. Contoh: Harga eceran tertinggi untuk Gabah Kering Giling (GKG), Harga eceran BBM GRAFIK
  • 23. APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR KEBIJAKAN FLOOR PRICE Kebijakan yang ditetapkan pemerintah di atas harga pasar. Contoh: Harga tiket pesawat dan bis. GRAFIK
  • 24. APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR TEORI PENYESUAIAN HARGA Harga dan kuantitas untuk berbagai barang berubah secara siklis dalam jangka Panjang. Jika harga meningkat atau menurun, jumlah yang diproduksi juga meningkat atau menurun dalam gelombang yang berbeda. Gerakan harga dan kuantitas ini dinamakan teori sarang laba-laba (Cobweb Theory) GRAFIK
  • 25. APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR SURPLUS PRODUSEN DAN KONSUMEN Surplus Produsen adalah ukuran keuntungan yang diperoleh produsen karena mereka beroperasi pada suatu pasar komoditi Surplus Konsumen adalah keuntungan yang diperoleh konsumen karena mereka membeli komoditi.  PP1E (Surplus Konsumen)  OP1E (Surplus Produsen) GRAFIK
  • 26. APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR PENGALIHAN BEBAN PAJAK (Shifting Tax) Kesimpulan  Semakin tidak elastis kurva demand, semakin besar proporsi beban pajak yang di tanggung konsumen.  Semakin tidak elastis kurva demand dan kurva supply, Semakin besar pendapatan pemerintah.
  • 27. APLIKASI PRAKTIS KESEIMBANGAN PASAR KASUS PENETAPAN HARGA BARANG BEBAS DAN BARANG POTENSIAL Barang Bebas adalah barang yang jumlahnya melimpah sehingga tidak mempunyai harga. Contoh: Di beberapa tempat, air bersih dapat diperoleh dengan gratis. Barang Potensial adalah peralatan makan yang terbuat dari emas. Contoh: Piring, gelas, sendok, garpu. GRAFIK
  • 28. PENGANTAR EKONOMI MIKRO BAB III TEORI ELASTISITAS FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI PEMBIMBING: Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
  • 29. KELAS J – KELOMPOK 8 AMAR’ATUS LAILA 1222200173 ANGGUN PRATIWI 1222200174 MARCELL WILLARD S. 1222200175
  • 30. PENGERTIAN ELASTISITAS Semakin elastis sifat permintaannya semakin besar, sebaliknya semakin tidak elastis sifat permintaannya semakin kecil responnya. Tingkat elastisitas ini ialah tingkat terpengaruhnya jumlah barang yang ditawarkan karena adanya perubahan harga. Faktor – faktor yang mempengaruhinya: • Harga barang itu sendiri • Harga barang lain • Pendapatan konsumen ELASTISITAS Mengukur respons atau reaksi dalam teori ekonomi. • Iklan • Selera • Penawaran
  • 31. JENIS - JENIS ELASTISITAS 1. Elastisitas Harga Permintaan (price elasticity), yang berubah harga barang itu sendiri. 2. Elastisitas Silang (cross elasticity), yang berubah harga barang lain yang mempunyai hubungan (komplemen/substitusi). 3. Elastisitas Income (income elasticity), yang berubah pendapatan. 4. Elastisitas Iklan (advertising elasticity), yang berubah iklan dari barang itu sendiri.
  • 32. ELASTISITAS PERMINTAAN (Ed ; Ep ; ɛ) Elastisitas Permintaan Kepekaan jumlah suatu produk yang akan dibeli oleh konsumen terhadap perubahan harga dengan kurva permintaan tertentu. SIFAT Jika koefisien elastisitas tak terhingga (∞), disebut perfect elastic (sangat elastis) Jika koefisien elastisitas > 1, disebut elastis Jika koefisien elastisitas < 1, disebut inelastis Jika koefisien elastisitas = 1, disebut unitary elastic Jika koefisien elastisitas = 0, disebut perfect inelastic (inelastis sempurna)
  • 33. Cara Mengukur Tingkat Elastisitas Arc Elasticity (Elastisitas Busur) • Mengukur respons perubahan jumlah barang yang diminta karena adanya perubahan harga. Point Elasticity (Elastisitas Titik) • Menggambarkan adanya kecilnya perubahan harga sehingga seakan- akan tidak terjadi perubahan 𝐸𝑑 = (0𝑋₁ − 0𝑋₀) 0𝑋₀ ∶ 0𝑃₁ − 0𝑃₀ 0𝑃₀
  • 34. Contoh Soal Point Elasticity (Elastisitas Titik) Semakin tinggi keberadaan titik di kurva permintaan semakin besar koefisien elastisitasnya. Semakin rendah keberadaan titik tersebut di kurva permintaan semakin rendah koefisien elastisitasnya. Jika titik itu tepat berada di tengah-tengah membagi garis horizontal dan vertical maka koefisien elastisitasnya sama dengan 1. ED di A = 50 −20 20 = −30 20 = - 1.5 ED di B = 50 −25 25 = −25 25 = -1
  • 35. Cara Menghitung Tingkat Elastisitas  Dengan pendekatan Persamaan Fungsi  Rumus : Contoh Soal Misal : Q = 200 -2P ; P = Rp50 Ed = Q = 200 – 2(50) = 100 Δ𝑄 Δ𝑃 = -2 𝐸𝑑 = −2 X 50 100 = -1  Dengan Hubungan Elastisitas dan Total Revenue (Total Penerimaan) No Nilai Elastisitas Jika Harga Naik Jika Harga Turun 1. Ed > 1 TR Turun TP Naik 2. Ed = 1 TR Tetap TR Tetap 3. Ed < 1 TR Naik TR Turun 𝑬𝒅 = 𝜟𝑸 𝜟𝑷 X 𝑷 𝑸 Jika harga dinaikkan berakibat TR-nya Turun maka sifat elastisitas permintaannya adalah ELASTIS.
  • 36. Cara Menghitung Tingkat Elastisitas  Mengamati Arah Perubahan Harga dan Total Revenue No Harga Reve- nue Arah Perubahan Elastisitas 1. Naik Naik Sama In elastis 2. Turun Naik Berlawanan Elastis 3. Naik Turun Berlawanan Elastis 4. Turun Turun Sama In Elastis 5. Naik Tetap - Unitary 6. Turun Tetap - Unitary  Dengan Melihat Kurva Permintaan (AR) dan MR 1. Jika MR = 0, Koefisien Elastisitas = 1, Unitary Elastis. 2. Jika MR = Positif, Koefisien Elastisitas > 1, Elastis. 3. Jika MR = Negatif, Koefisien Elastisitas < 1, Inelastis.
  • 37. Cara Menghitung Tingkat Elastisitas  Melihat Kecondongan Kurva Permintaan Jika kecondongan kurva permintaannya seperti: D1 sifat permintaannya disebut perfect inelastis. D2 sifat permintaannya disebut perfect elastis. D3 sifat permintaannya disebut elastis. D4 sifat permintaannya disebut unitary elastis. D5 sifat permintaannya disebut inelastis. Bentuk elastisitas yang ekstrem ada 2 yaitu elastis sempurna dan inelastis sempurna
  • 38. ELASTIS SEMPURNA Bila kurva permintaan sejajar sumbu X maka besarnya tingkat elastisitas = ω. Keadaan ini disebut elastis sempurna yang berarti berapapun jumlah barang yang diminta harga akan tetap.
  • 39. INELASTIS SEMPURNA Jika kurva permintaan sejajar dengan sumbu Y maka besarnya tingkat elastisitas = 0
  • 40. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI ELASTISITAS 1) Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat elastisitas: Ada atau tidaknya barang subtitusi yang kualitas relatif sama dan harganya lebih rendah. Jika ada maka permintaan akan barang tersebut elastis. 2) Macam penggunaan: semakin bervariatif penggunaannya barang tersebut, maka permintaan akan barang itu akan elastis. Sebaliknya jika barang tersebut alternatif penggunaannya sangat terbatas, maka permintaan akan barang itu akan bersifat inelastis. 3) Perbandingan harga barang-barang tersebut dengan pendapatan konsumen Bila harga yang diminta itu relatif mengambil sebagian besar pendapatan konsumen maka permintaan akan elastis dan sebaliknya bila permintaan tersebut relatif mengambil sebagian kecil dari pendapatan konsumen maka permintaan akan inelastis.
  • 41. ELASTISITAS SILANG (Cross Elastisity ; η ) Elastisitas Silang Mengukur sampai berapa jauh berbagai barang berhubungan satu sama lain. SIFAT ELASTISITAS SILANG Identifikasi hubungan kedua barang komplementer atau substitusi bisa juga di lihat dari besarnya koefisien elastisitas silangnya. Sering digunakan untuk menentukan batas batas suatu industri, tapi penggunaannya dalam bidang ini memiliki beberapa komplikasi Elastisitas silang yang tinggi menunjukkan hubungan yang erat atau barang dalam industri yang sama elastisitas silang yang rendah menunjukkan hubungan yang renggang atau barang dan industri yang berlainan
  • 42. RUMUS ELASTISITAS SILANG 𝐸𝑥𝑦 (η) = % Δ𝑄𝑥 %Δ𝑃𝑦 𝐸𝑥𝑦 (η) = 𝑄𝑦2 −𝑄𝑦1 𝑄𝑦1+𝑄𝑦2 ∶ 𝑃𝑥2 −𝑃𝑥1 𝑃𝑥1+𝑃𝑥2 𝐸𝑥𝑦 (η) = 𝑄𝑦2 −𝑄𝑦1 𝑄𝑦1+𝑄𝑦2 𝑥 𝑃𝑥1 + 𝑃𝑥2 𝑃𝑥2 − 𝑃𝑥1
  • 43. HUBUNGAN SUBSTITUSI/KOMPLEMENTER Harga X Jumlah X Harga Y Jumlah Y Barang X dan Y Turun Naik Tetap Naik Komplementer Turun Naik Tetap Turun Subtitusi Naik Turun Tetap Naik Substitusi Naik Turun Tetap Turun Komplementer
  • 44. ELASTISITAS SILANG BARANG SUBSTITUSI Karena harga teh turun , selain berakibat naiknya jumlah yang diminta juga mengakibatkan jumlah yang diminta kopi berkurang walaupun harga kopi tidak berubah. Kejadian ini diakibatkan karena kopi dan teh adalah barang substitusi.
  • 45. ELASTISITAS SILANG BARANG KOMPLEMENTER Kopi dan gula adalah barang komplemen. Karena harga gula turun, selain berakibat naiknya jumlah yang diminta juga mengakibatkan jumlah yang diminta kopi bertambah walaupun harga kopi tidak berubah. Kejadian ini diakibatkan karena kopi dan gula adalah barang substitusi.
  • 46. HUBUNGAN SUBSTITUSI, KOMPLEMEN, DAN ELASTISITAS SILANG No. Elastisitas Silang Sifat Hubungan Jika Py Naik Jika Py Turun 1. Jika Exy > 0 Substitutes Qx Naik Qx Turun 2. Jika Exy = 0 Tidak ada hubungan Qx Tetap Qx Tetap 3. Jika Exy < 0 Komplemen Qx Turun Qx Naik Jika harga barang Y naik mengakibatkan naiknya jumlah barang X yang diminta. Barang X dan Y adalah substitut. Tetapi jika jika harga barang Y naik mengakibatkan jumlah yang diminta barang X turun maka barang X dan Y adalah barang komplemen.
  • 47. ELASTISITAS PENAWARAN  Konsep elastisitas penawaran persis sama dengan konsep elastisitas permintaan. 𝐸𝑠 = %Δ𝑄𝑠 %Δ𝑃𝑥 Es = (𝑋2−𝑋1) (𝑋1+𝑋2) 𝑋 (𝑃1+𝑋2) (𝑃2−𝑃1) RUMUS
  • 48. MENENTUKAN SIFAT PENAWARAN  Melihat Besar Koefisien Elastisitasnya : Jika nilai Es tak terhingga (∞) disebut perfect elastis (sangat elastis) Jika nilai Es > 1 disebut elastis Jika nilai Es < 1 disebut inelastic Jika nilai Es = 1 disebut unitary elastis Jika nilai Es = 0 disebut perfect elastis (inelastis sempurna)
  • 49. MENENTUKAN SIFAT PENAWARAN  Melihat Kecondongan Kurva Permintaan : S1 sifat permintaannya disebut perfect inelastis. S2 sifat permintaannya disebut inelastis. S3 sifat permintaannya disebut unitary elastis. S4 sifat permintaannya disebut elastis. S5 sifat permintaannya disebut perfect elastis.
  • 50. ELASTISITAS PENDAPATAN (INCOME ELASTICITY ; Ei ; φ) ELASTISITAS PENDAPATAN Elastisitas yang menunjukkan tingkat kepekaan dari perubahan jumlah barang yang diminta dengan perubahan pendapatan RUMUS a) Jika Ei > 1 ; barang yang diminta → barang superior b) Jika 0 < Ei < 1 ; barang yang diminta → barang kebutuhan pokok 𝐸𝑖 = %∆𝑄𝑥 %∆𝐼 𝐸𝑖 = 𝑄2 − 𝑄1 𝑄1 + 𝑄2 ∶ 𝐼2 − 𝐼1 𝐼1 + 𝐼2
  • 51. Perubahan Permintaan Barang Lux karena Adanya Kenaikan Income Barang luxury adalah barang yang dibeli dalam jumlah lebih banyak jika pendapatan konsumen bertambah
  • 52. Perubahan Permintaan Barang Inferior karena Adanya Kenaikan Income Barang inferior adalah barang yang dibeli dalam jumlah sedikit atau dikurangi jika pendapatan konsumen bertambah.
  • 53. Hubungan Elastisitas Income dan Jenis Produk No Elastisitas Income Jenis Produk Jika Income Naik Jika Income Turun 1. Ei > 1 Luxuries Qx Naik % Lebih Besar Qx Turun % Lebih besar 2. Ei > 0 Kebutuhan pokok Qx Naik % Lebih Kecil Qx Turun % Lebih Kecil 3. Ei = Negatif Inferior Qx Turun Qx Naik
  • 54. PENGANTAR EKONOMI MIKRO BAB IV PERILAKU KONSUMEN DARI PENDEKATAN CARDINAL DAN ORDINAL FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI PEMBIMBING: Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
  • 55. KELAS J – KELOMPOK 8 AMAR’ATUS LAILA 1222200173 ANGGUN PRATIWI 1222200174 MARCELL WILLARD S. 1222200175
  • 56. Beberapa Konsep Berkaitan Dengan Perilaku Konsumen
  • 57. Beberapa Konsep Berkaitan Dengan Perilaku Konsumen Permintaan timbul karena konsumen memerlukan manfaat dan barang yang diminta. Manfaat inilah yang dikenal dengan istilah utilitas (utility). Jadi sebenarnya permintaan suatu barang menggambarkan permintaan akan manfaat dan barang tersebut atau dengan kata lain permintaan suatu barang merupakan derifikasi (penurunan) dan manfaat yang diberikan oleh barang tersebut.
  • 58. NILAI BARANG 1) Nilai Penggunaan Objektif atau Nilai Guna Kesanggupan suatu barang dan Jasa untuk memenuhi keperluan manusia. 2) Nilai Penggunaan Subjektif Arti yang diberikan oleh seseorang kepada suatu barang yang tertentu untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan manusia pada garis besarnya dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu (1) kebutuhan pokok dan (2) kebutuhan sekunder. Untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan ini diperlukan barang dan jasa. Sedangkan kemampuan barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan manusia disebut “nilai”. Nilai Barang dibedakan menjadi 2, yaitu:
  • 59. NILAI PERTUKARAN 1) Nilai Pertukaran Objektif 2) Nilai Pertukaran Subjektif  Arti yang diberikan oleh seseorang kepada suatu barang dan jasa, bertalian dengan kegunaan barang tersebut terhadap dirinya. Pada zaman modern ini, barang dan jasa mempunyai nilai kegunaan untuk pemenuhan kebutuhan, juga mempunyai nilai pertukaran, Nilai pertukaran ini dapat dibagi menjadi:  Kemampuan barang dan jasa itu sendiri untuk Ditukarkan dengan barang dan jasa lain.
  • 60. PEMENUHAN KEPUASAN HUKUM GOSSEN I HUKUM GOSSEN II “Tiap-tiap manusia akan berusaha memenuhi berbagai Kebutuhannya supaya semua kebutuhannya tersebut dipuaskan dengan seimbang.” Pada hakikatnya kepuasan manusia tidaklah terbatas untuk memenuhi semua kebutuhan manusia. Oleh karena itu, hendaknya manusia dapat berpikir rasional dalam menentukan kebutuhan sehingga keseimbangan antara kebutuhan dan alat pemuasnya mendekati keseimbangan. “Jika pemuasan kebutuhan dijalankan terus-menerus, maka Kenikmatannya akan terus-menerus berkurang, sampai akhirnya jenuh.”
  • 62. PENDEKATAN TRADISIONAL UNTUK MENGUNGKAPKAN PERILAKU KONSUMEN Secara tradisional perilaku konsumen dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep utilitas (daya guna). Menurut pendekatan ini setiap barang mempunyai daya guna atau utilitas karena barang tersebut pasti mempunyai kemampuan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen yang menggunakan barang tersebut. Jadi, apabila seseorang meminta suatu jenis barang, pada dasarnya yang diminta adalah daya guna barang tersebut.
  • 63. PENDEKATAN TRADISIONAL UNTUK MENGUNGKAPKAN PERILAKU KONSUMEN U = f(X1; X2;.......Xn) Atas dasar anggapan dapat diukurnya daya guna barang, pendekatan tradisional ini merumuskan hubungan antara jumlah daya guna dengan barang yang dikonsumsikan dalam bentuk suatu fungsi: KETERANGAN: U = Banyaknya daya guna bagi seseorang konsumen (X1; X2; X3... Xn) = Banyaknya barang tertentu yang dikonsumsikan oleh konsumen tersebut. Jumlah daya guna total yang diperolehnya akan naik sebagai akibat dari kegiatan tersebut.
  • 64. PENDEKATAN TRADISIONAL 1) Teori Daya Guna Kardinal (Cardinal Utility) 2) Teori Daya Guna Ordinal (Ordinal Utility)  Menggunakan pendekatan indifference curve (kurva indiferen)  Menjelaskan pendekatan marginal utility dan total utility
  • 66. CARDINAL APPROACH CARDINAL APPROACH Menurut teori ini kita tidak perlu mengetahui secara absolut besarnya daya guna bagi seorang konsumen. Sebenarnya sudah cukup bila kita mengetahui bahwa konsumen yang akan kita pelajari perilakunya itu adalah seseorang yang mampu membuat order atau urutan-urutan kombinasi barang yang dikonsumsikan berdasarkan besarnya daya guna yang diterimanya. TEORI NILAI GUNA Nilai Guna Total (Total Utility / TU) Nilai Guna Marginal (Marginal Utility / MU)
  • 67. Konsep Guna Batas dan Guna Total (MU dan TU) Guna Batas (Marginal Utility) Sumbangan kepuasan yang diberikan oleh barang terakhir yang dimiliki oleh orang tersebut. Menurut Hukum Gossen, maka semakin banyak jumlah barang yang sejenis yang dipunyai oleh seseorang maka sumbangan kepuasan dari barang yang terakhir semakin kecil. Kepuasan maksimum yang Idiberikan oleh sejumlah barang tersebut akan menjadi maksimum bila barang terakhir yang dimilikinya tidak memberikan tambahan kepuasan lagi Guna Total (Total Utility) Tingkat kepuasan yang diperoleh karena mengonsumen berbagai jumlah barang. Guna total ini akan semakin besar jika barang yang dikonsumsi semakin banyak sampai pada tingkat tertentu di mana guna total ini akan mencapai titik maksimum, maka kepuasan konsumen tidak akan bertambah lagi dan total gunanya akan menurun walaupun konsumen terus menambah barang tersebut.
  • 68. CONTOH TABEL TOTAL UTILITY DAN MARGINAL UTILITY Dari data di atas dapat digambarkan kurva TU dan MU-nya. Kurva TU bentuknya mula-mula meningkat namun pada titik puncaknya kurva TU itu menurun. Kurva MU bentuknya terus menurun, MU bisa bertanda negatif. MU bernilai negatif ditandai dengan bentuk kurva MU-nya memotong sumbu horizontal bagian bawah. Kurva TU setelah titik puncak akan cenderung menurun. Akan tetapi, bentuk kurva TU tidak bisa memotong sumbu horizontal. Jumlah karung (Q) Total Utility (TU) Marginal Utility (MU) 1 10 - 2 30 (10+20) 20 3 60 (30+30) 30 4 60 (60+0) 0 5 50 (60-10) -10 6 30 (50-20) -20
  • 69. CONTOH KURVA TOTAL UTILITY DAN MARGINAL UTILITY  Pada waktu konsumen mengonsumsi unit ketiga maka pada waktu itu kepuasan telah mencapai titik maksimum dan pada unit ketujuh kepuasan total tidak bertambah. Jika konsumen menambah barang-barang yang dikonsumsinya dengan unit selanjutnya maka total gunanya akan menurun. Kalau tambahan ini terus-menerus dilakukan maka guna totalnya dapat menjadi 0 bahkan bisa menjadi negatif.  Pada waktu TU maksimal (unit ke-3) maka MU-nya = 0. Marginal utility terus menurun. Hal ini disebabkan tambahan guna itu selalu menurun dengan adanya tambahan unit barang yang dikonsumsikan.
  • 70. Asumsi (Anggapan) dalam Teori Cardinal ASUMSI TEORI CARDINAL 1) Utility bisa diukur dengan Uang 2) Berlakunya Hukum Gossen, yaitu bahwa semakin banyak suatu barang dikonsumsi, maka tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun 3) Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimal
  • 71. 1) Utility Seseorang Bisa Diukur dengan Uang Asumsi dasar yang digunakan pada pendekatan ini adalah tingkat kepuasan konsumen mengonsumsi barang/jasa dapat dihitung secara numerik. Misalkan, total utility seseorang mengonsumsi satu buah mangga adalah sebesar sepuluh dan jika mengonsumsi dua buah total utility-nya sebesar delapan belas, dan seterusnya.
  • 72. 2) Berlakunya Hukum Gossen (Law of Diminishing Marginal Utility)  Berkaitan dengan fenomena ini dalam teori nilai guna dikenal hukum Diminishing of Marginal Utility, yaitu pertambahan utilitas yang menurun karena pertambahan satu unit barang yang dikonsumsi.  Secara grafis, hubungan antara jumlah barang yang dikonsumsikan dengan daya guna total dan laju pertambahan daya guna dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Sumbu absis adalah kuantitas barang X. Sumbu ordinat merupakan daya guna.
  • 73. 2) Berlakunya Hukum Gossen (Law of Diminishing Marginal Utility)  Kurva U (X) menggambarkan antara besarnya daya guna dengan banyaknya barang yang dikonsumsi. Semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin besar pula jumlah daya guna yang diperoleh konsumen. Hal ini dikarenakan sampai X3 lereng kurva U (X) adalah positif, berarti selalu ada pertambahan daya guna bila konsumsi barang X bertambah.  Tapi, bila jumlah X3 sudah dilewati dan penambah jumlah barang X diteruskan, jumlah daya guna justru akan lebih rendah dari jumlah sebelumnya. Titik X3 mencerminkan jumlah barang X yang memberikan tingkat daya guna maksimal atau titik kepuasan maksimal.
  • 74. 2) Berlakunya Hukum Gossen (Law of Diminishing Marginal Utility)  Jadi asumsi ini diperlukan untuk menggambarkan perilaku konsumen secara lebih riil. Bila tidak, daya guna akan bertambah terus tanpa batas, yang berarti konsumen tidak pernah merasa puas sehingga berusaha terus menambah tingkat konsumsinya.
  • 75. 3) Konsumen Bersifat Rasional Konsumen bersifat rasional sehingga perilakunya harus dapat dipahami menurut logika umum. Setiap konsumen dianggap mempunyai tujuan ideal, yaitu daya guna maksimum. Perilaku konsumen dalam membelanjakan uangnya harus dapat dimengerti apabila selalu diarahkan kepada pencapaian daya guna maksimum.
  • 76. Kritik pada Pendekatan Cardinal KRITIK a) Asumsi Utility Bisa Diukur adalah Pemikiran yang Keliru b) Marginal Utility dari Uang Tidaklah Konstan
  • 77. a) Asumsi Utility Bisa Diukur adalah Pemikiran yang Keliru  Aliran ini menganggap bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang tergantung dari subjek yang memberikan penilaian. Jadi suatu barang baru mempunyai arti bagi seseorang konsumen apabila barang tersebut mempunyai daya guna baginya.
  • 78. b) Marginal Utility dari Uang Tidaklah Konstan  Semakin banyak jumlah uang yang dimiliki, semakin memberikan kepuasan yang lebih besar. Kriteria pokok dari suatu alat pengukur adalah bahwa alat pengukur tersebut harus mempunyai nilai yang tetap. Dapat terjadi kemungkinan bahwa makin kaya seseorang makin besar kesediaannya untuk memperoleh satu satuan daya guna yang sama. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak uang yang dimilikinya semakin rendah penilaiannya terhadap uang.
  • 79. MAKSIMALISASI GUNA Guna batas ini adalah tambahan guna pada guna total karena ada tambahan satu unit barang lagi yang dikonsumsi. Untuk mencari marginal utility ini dipergunakan perhitungan sebagai berikut: TU2 (sesudah tambahan) – TU1 (sebelum ada penambahan) = MUx (TUx+1)-(TUx) = MUx Jika total utility mencapai titik maksimal maka MU = 0, dan selanjutnya jika total utility menurun karena pertambahan unit barang yang dikonsumsi maka MU akan menjadi negatif (-). Turunan pertama dari fungsi TU adalah nilai x yang bisa menghasilkan TU maksimal atau bisa juga dikatakan nilai X dari turunan pertama dari MU sama dengan nol maka TU-nya maksimal.
  • 80. CONTOH SOAL Seorang konsumen memerlukan dua jenis barang X dan Y, di mana harga barang X $1 per unit dan Y $1 per unit sedangkan pendapatan konsumen tersebut sebesar $ 10 dan guna batas dari dua barang tersebut seperti dalam tabel berikut: Barang X Harga $1, - per unit Barang Y Harga $1, - per unit Jumlah Unit MU Jumlah Unit MU 1 40 1 35 2 35 2 30 3 30 3 28 4 24 4 25 5 21 5 22 6 18 6 20
  • 81. Keterangan Tabel  Berdasarkan tabel di slide sebelumnya, maka konsumen akan membelanjakan pendapatannya dengan komposisi sebagai berikut: 1. Dolar pertama dari pendapatannya akan dibelanjakannya barang X karena barang X memberikan MU X > MUY. 2. Dolar kedua juga akan dibelanjakan pada barang X karena barang MU X masih lebih besar dari MU Y 3. Pada dolar yang ketiga konsumen masih akan membelanjakan pada barang Karena pada waktu itu MUX > MU Y, yaitu MU X sebesar 30 dan MU Y sebesar 28 jadi bagi konsumen lebih memuaskan membeli barang X dari pada barang Y. 4. Baru pada $ yang kelima dan keenam konsumen lebih suka membelanjakan barang Y karena MU Y masih lebih besar dari MUX.
  • 82.  Bagaimana apabila konsumen menghadapi dua jenis barang yang marginal utility- nya berbeda dan harganya pun berbeda? Misalkan konsumen memerlukan barang X dan Y, harga barang X $ 1, per unit dan barang Y $2 per unit sedangkan guna batas kedua barang tersebut. Seperti tabel di bawah ini: Barang X Harga $1 per unit Barang Y Harga $2 per unit Jumlah dalam bakul MU X Jumlah dalam kg MU Y 1 40 1 68 2 38 2 60 3 36 3 54 4 34 4 48 5 32 5 40 6 30 6 30 7 24 7 24 8 20 8 18
  • 83. Keterangan Tabel  Misalkan konsumen memiliki uang sebesar $ 14. Kombinasi barang X dan Y yang mana yang dipilih konsumen agar utility-nya maksimal. Untuk memecahkan kasus semacam ini dapat mempergunakan formula berikut ini: 𝑴𝑼𝒙 𝑷𝒙 = 𝑴𝑼𝒚 𝑷𝒚 X . Px + Y . Py = ………. = I (Pendapatan)  Cara Mempergunakan Persamaan Fungsi 1. Kombinasi I : 4 barang X dan 1 barang Y. 2. Kombinasi II : 6 barang X dan 2 barang Y. 3. Kombinasi III : 7 barang X dan 4 barang Y. 4. Kombinasi IV : 8 barang X dan 5 barang Y.
  • 84. Lanjutan Keterangan Tabel  Selanjutnya kita lihat dari keempat kombinasi di atas yang memenuhi syarat kedua adalah kombinasi 7 barang X dan 3 barang Y (7 x $ 1 + 3 x $ 2 = $ 13). 1) Syarat Pertama: 𝑴𝑼𝒙 𝑷𝒙 = 𝑴𝑼𝒚 𝑷𝒚 𝟐𝟔 𝟏 = 𝟒𝟎 𝟐 = 𝟐𝟎 Telah memenuhi syarat pertama 2) Syarat Kedua: X . Px + Y . Py = I (Pendapatan) 𝟕 × $𝟏 + 𝟑 × $𝟐 = 𝟏𝟑 Telah memenuhi syarat kedua
  • 85. Perubahan Kombinasi Barang yang Dibeli Konsumen  Adanya kenaikan harga dari salah satu barang yang dibutuhkan dapat mengubah kombinasi barang yang dibeli. Hal ini disebabkan: 1) Adanya efek substitusi, yaitu dengan naiknya harga salah satu barang tersebut konsumen akan mengalikan barang yang dibelinya kepada barang pengganti yang Harganya lebih murah. 2) Efek pendapatannya (income), dengan kenaikan harga bagi konsumen yang pendapatannya tetap akan menyebabkan pendapatan rill konsumen tersebut akan Berkurang.
  • 86. Contoh Menurunkan Fungsi Permintaan Dari Tabel Marginal Utility Diketahui besarnya marginal utility dari barang X dan Y sebagai berikut: Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 Mux 16 14 12 10 8 6 4 2 MUy 11 10 9 8 7 6 5 4 Misalkan harga barang X $ 2 dan harga barang Y $ 1. Sedang jumlah uang yang siap Dibelanjakan sebesar $ 12. Kombinasi barang X dan Y mana yang dipilih?
  • 87. PENYELESAIAN 1) Syarat Pertama: Pada tabel di atas yang memenuhi syarat pertama 𝑴𝑼𝒙 𝑷𝒙 = 𝑴𝑼𝒚 𝑷𝒚 ada beberapa kombinasi, yaitu: 1) Unit barang X dan 4 unit barang Y. 2) Unit barang X dan 5 unit barang Y. 3) Unit barang X dan 6 unit barang Y. 4) Unit barang X dan 7 unit barang Y. 5) Unit barang X dan 8 unit barang Y. Dari kelima kombinasi di atas yang memenuhi syarat kedua adalah kombinasi 3 unit barang X dan 6 unit barang Y karena: X . Px + Y . Py = $12 3 . $2 + 6 . $1 = $12
  • 88. PENYELESAIAN  Andaikata harga barang X turun menjadi $ 1 dan yang lainnya tetap, maka Kombinasi yang dipilih konsumen berubah.  Pada tabel di atas yang memenuhi syarat pertama 𝑀𝑈𝑥 𝑃𝑥 = 𝑀𝑈𝑦 𝑃𝑦 ada beberapa kombinasi, yaitu: 1) 5 unit barang X dan 4 unit barang Y. 2) 6 unit barang X dan 6 unit barang Y. 3) 7 unit barang X dan 8 unit barang Y.  Dari ketiga kombinasi di atas yang memenuhi syarat kedua adalah kombinasi 6 unit barang X dan 6 unit barang Y karena: X. Px + Y. Py = $12 6.$1+6.$.1$ = $12
  • 89. KURVA PENYELESAIAN  Jika kondisi perubahan harga dan perubahan jumlah yang diminta digambarkan secara grafik bisa sebagai berikut:
  • 91. Property Indifference Curve KELEMAHAN THE CARDINALIS T APPROACH 1) Pendekatan ini beranggapan bahwa kepuasan konsumen mengonsumsi Komoditi dapat diukur secara numerik. Sesungguhnya, ukuran utility yang Digunakan tidak bersifat objektif, tetapi ukuran kepuasan itu bersifat subjektif. 2) Asumsi yang menggambarkan utility dari uang yang konstan adalah tidak realistik karena jika income seseorang meningkat maka marginal utility dari uang akan berubah. 3) Anggapan terjadinya diminishing marginal utility hanya bersifat psikologis saja Atas dasar kelemahan pendekatan ini muncul pendekatan ordinal. Pendekatan ordinal ini menyatakan bahwa utilitas seseorang tidak dapat diukur dengan numerik tetapi bisa diungkapkan secara ordinal. Ungkapan utilitas itu bisa dalam bentuk lebih suka, lebih baik, lebih enak, dan sebagainya.
  • 92. ASUMSI DALAM PENDEKATAN INDIFFERENCE CURVE 1. Konsumen selalu bersifat rasional (rationality). 2. Nilai guna dari uang bersifat konstan (constant marginal of money). 3. Utility dinyatakan secara ordinal. 4. Berlakunya hukum tambahan yang semakin lama semakin berkurang (diminishing marginal utility). 5. The total utility dari konsumen tergantung dari beberapa komoditi. 6. Consistency and transitity of choice.  Secara rasional, utilitas konsumen akan meningkat jika jumlah komoditi yang dikonsumsi meningkat. Konsumen akan bertindak secara rasional, yaitu dengan jumlah uang yang dimiliki ingin mendapatkan utilitas yang maksimum.  Asumsi yang tidak kalah penting adalah menganggap bahwa berlakunya constant marginal of money, yang artinya uang sekadar sebagai alat pembayaran saja.
  • 93. ASUMSI DALAM PENDEKATAN INDIFERENCE CURVE  Kurva kepuasan sama atau indifference care (IC), yaitu kurva yang menggambarkan tingkat utility yang sama untuk berbag kombinasi komoditas.  Nilai guna marginal adalah pertambahan atau pengurangan kepuasan akibat dari pertambahan atau pengurangan satu unit komoditi tertentu.  Teori nilai guna dikenal hukum diminishing marginal utility.  Asumsi ini diperlukan untuk menggambarkan perilaku konsumen secara lebih riil.
  • 94. ASUMSI DALAM PENDEKATAN INDIFERENCE CURVE  Semakin banyak barang X yang dikonsumsi, semakin kecil marginal utility yang diperoleh dari barang X. Hal ini bertentangan dengan realita sehingga pendekatan ini tidak akan mampu untuk menganalisis konsumen.  Konsisten (prinsip transitivity), jika dikatakan kombinasi A lebih disukai dari B dan B lebih disukai dari C maka A mestilah lebih disukai dari C. Konsisten dengan dalil ini maka kurva indiferen tidak ada yang berpotongan.
  • 95. Kurva IC Menunjukkan Berlakunya Hukum Diminishing Marginal Rate of Substitution KURVA IC Berubahnya kombinasi dari A ke B menunjukkan jika konsumen menghendaki barang X lebih banyak maka ia harus bersedia mengurangi barang dengan jumlah tertentu. GRAFIK
  • 96. CONTOH SOAL Kombinasi Barang X dan Y yang memberikan kepuasan sama Kombinasi Jumlah Barang X Jumlah Barang Y A 2 10 B 4 6 C 7 4 D 12 2  Kesimpulan : Dari gambar di atas menunjukkan konsumen mengonsumsi kombinasi A B , C , dan D akan memberikan kepuasan ( utility ) yang sama. Hal ini dikarenakan kombinasi tersebut terletak pada satu IC yang sama.
  • 97. SIFAT – SIFAT INDIFFERENCE CURVE INDIFFERENCE CURVE Berlakunya hukum diminishing rate of return, yaitu jika kita menambah jumlah barang X, maka jumlah barang Y yang ada akan dikurangi. Sebaliknya bila barang Y yang ditambah maka barang X yang akan dikurangi. Pengurangan itu semakin lama semakin berkurang. Dua IC tidak akan saling berpotongan. Cembung terhadap titik 0 atau origin.
  • 98. Jika Terjadi Kumpulan Kurva IC, Kurva IC Semakin Jauh dari Titik Origin, Utilitasnya Semakin Besar Kombinasi X dan Y pada indeference curve (IC) akan berubah dengan adanya penambahan jumlah barang X dan Y menjadi kurva IC1 dan IC2 ini tidak akan saling memotong karena kombinasi-kombinasi yang ada pada IC yang berbeda. GRAFIK
  • 99. Pada Dua IC Tidak Saling Berpotongan Kombinasi di titik A memberikan utilitas sama dengan kombinasi di titik B. Hal ini disebabkan terletak pada IC2. Kombinasi di titik A memberikan utilitas sama dengan kombinasi di titik C. Hal ini disebabkan terletak pada IC1. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kombinasi di titik B sama dengan kombinasi yang ada di titik C. GRAFIK
  • 100. KENDALA ANGGARAN (Budget Contraint)  Untuk mengetahui kombinasi mana yang akan memberikan kepuasan yang maksimal kepada konsumen dan berbagai kombinasi yang ada pada curve indifference maka perlu diketahui kombinasi-kombinasi yang mana yang dapat dicapai oleh konsumen berdasarkan batasan penghasilannya. Garis yang menghubungkan titik kombinasi dari dua jenis barang yang dapat dicapai oleh konsumen disebut Garis Anggaran (Budget Line). BPx . (X) + Py. Y Jika barang yang dikonsumsi adalah X dan Y, maka persamaan budget line dapat ditulis sebagai berikut: KETERANGAN: • B = Anggaran • Px = Tingkat Harga X • Py = Tingkat Harga Y
  • 101. KENDALA ANGGARAN (Budget Contraint) Cara membuat garis anggaran (budget line) lalah menghubungkan dua titik kombinasi ekstrem antara barang X dan Y. Kombinasi ekstrem ialah kombinasi yang terjadi bila pendapatan konsumen seluruhnya dibelikan dengan barang X berarti barang Y= 0 dan bila pendapatan konsumen dibelikan seluruhnya barang Y berarti barang X = 0. CONTOH GRAFIK
  • 102. KESEIMBANGAN KONSUMEN Kombinasi yang akan memberikan guna maksimal bagi konsumen atah kombinasi yang terletak bagi konsumen antara curve indifference dengan kurva anggaran (budget line). Kombinasi yang memberikan guna yang maksimal bagi konsumen ialah kombinasi A karena dengan jumlah uang yang ada konsumen mampu mendapatkan kombinasi barang terbanyak.
  • 103. KESEIMBANGAN KONSUMEN YANG OPTIMAL Keseimbangan konsumen terjadi dengan jumlah uang tertentu mengonsumsi kombinasi barang yang optimal. Persamaan di atas menunjukkan tempat keseimbangan, yakni jika rasio marginal utility terhadap harga dan suatu barang adalah sama.  𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑩𝑳 = 𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑰𝑪  Slope IC = MRS = 𝑴𝑼𝒚 𝑴𝑼𝒙  𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑩𝑳 = 𝑷𝒚 𝑷𝒙  𝑷𝒚 𝑷𝒙 = 𝑴𝑼𝒚 𝑴𝑼𝒙  𝑴𝑼𝒚 𝑷𝒚 = 𝑴𝑼𝒙 𝑷𝒙 BENTUK PERSAMAAN
  • 104. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN 1. Berubahnya Salah Satu dari Harga Barang Jika harga barang X naik, maka garis anggaran (budget line) dan indifference curve bergeser ke kiri. Jika harga barang X turun maka garis anggaran (budget line) dan indifference curve akan bergeser ke kanan. Hal ini disebabkan jika harga naik jumlah barang X yang dapat dibeli berkurang dan jika harga turun jumlah barang X yang dapat dibeli bertambah. Bila titik singgung antara garis anggaran (budget line) dengan indifference curve yang baru dan yang lama dihubungkan maka garis penghubung itu disebut price cunsumtion curve (PCC). Kurva Price Cunsumtion Curve (PCC)
  • 105. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN 2. Berubahnya Pendapatan Konsumen Meningkatnya pendapatan konsumen menyebabkan preference konsumen terhadap barang X dan Y berubah, tidak lagi terletak pada titik E1 tetapi berubah pada titik E2. Fenomena ini digambarkan garis anggaran (budget line) dan indifference curve akan bergeser kiri dan sejajar. Bilamana pendapatan konsumen turun maka kedua curva di atas akan bergeser ke kanan dan sejajar pula. Bila titik singgung antara kurva anggaran (budget line) dan indefference yang lama dan yang baru dihubungkan, maka garis yang menghubungkan kedua titik itu disebut Income Counsumption Curve (ICC). Kurva Income Counsumption Curve (ICC)
  • 106. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN 3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan Inferior  Perubahan Harga pada Barang Normal Dampak perubahan harga ini menyebabkan kurva BL (budget line / garis anggaran) berubah dari BL1 ke BL2. Konsumen akan membeli barang dengan jumlah yang lebih banyak jika harga barang itu turun (lebih murah). Perubahan ini yang disebut dengan efek substitusi (substitution effect). Efek substitusi dari gambar di atas diperlihatkan berubahnya kombinasi barang X dan Y yang dikonsumsi konsumen dari titik E1 ke E3 atau sebesar X1-X2. Substitusi (substitution effect). Efek substitusi dari gambar di atas diperlihatkan berubahnya kombinasi barang X dan Y yang dikonsumsi konsumen dari titik E1 ke E3 atau sebesar X1-X2.
  • 107. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN 3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan Inferior Kondisi ini menyebabkan bergesernya BL2 ke BL3. Dengan daya beli yang meningkat akibat turunnya harga barang X konsumen membeli barang X dan Y dengan kombinasi E3 ke E2. Perubahan kombinasi yang dibeli dari kombinasi E3 ke E2 ini disebut dengan income effect Income effect dari gambar di atas sebesar X2-X3. Substitusi efek dan income effect disebut total efek (total effect), yaitu sebesar X1-X3. Income effect dari E3 ke E2 di atas menunjukkan barang X adalah barang normal. Hal ini ditunjukkan dengan income effect dari E3 ke E2. Dampak Perubahan Harga Barang Normal
  • 108. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN 3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan Inferior  Perubahan Harga pada Barang Inferior Semakin murahnya barang X menghasilkan efek pendapatan yang negatif, yaitu jumlah barang X yang diminta berkurang. Perubahan kombinasi dari E1 ke E3 adalah price efect (efek harga) X1-X3, perubahan dari kombinasi E3 ke E2 adalah income effect atau sebesar E3 ke E2 sebesar X3-X2. Jadi total efeknya adalah sebesar E1 ke EZ atau sebesar X1-X2. Dampak Perubahan Harga Barang Inferior
  • 109. Derivasi Kurva Permintaan dari Kurva PCC Kurva permintaan adalah keseimbangan konsumen (keinginan optimal konsumen untuk membeli suatu barang pada satu kendala tertentu). Price Consumption Curve (FCC), yaitu garis yang menunjukkan keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat harga, dengan asumsi tingkat pendapatan tetap.
  • 110. Penggambaran Kurva Engel dari Kurva ICC Permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan (the demand curve) tergantung apakah tingkar pendapatan naik atau turun. dapat diterangkan sebagai berikut. Naiknya tingkat pendapatan akan menggeser BL secara paralel dari BL ke BL1 ke BL2 (perubahan tersebut ditampilkan pada Gambar slide 59), Selanjutnya keseimbangan konsumen bergeser dan titik D ke titik E lalu ke titik F. Bila titik-titik D, E, F dapat dihubungkan menjadi 1 garis, hasil yang diperoleh dikenal sebagai Income Consumption Curve (ICC) yang menunjukkan keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat pendapatan selama tingkat harga tetap Pada gambar bagian bawah ditunjukkan bahwa titik D,E,F berlaku pada satu tingkat harga barang X, sehingga dapat dilihat terjadinya perubahan kurva permintaan.
  • 111. Penggambaran Kurva Engel dari Kurva ICC Dari kurva ICC ini dapat dibentuk Kurva Engel yang menggambarkan hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta (Ernest Engel adalah orang pertama yang mengamati hubungan perubahan tingkat pendapatan terhadap jumlah barang yang dikonsumsi. Dalam Kurva Engel, sebagai sumbu vertikal adalah pendapatan dari sebagai sumbu horizontal adalah kuantitas). Jika kita mempergunakan konsep elastisitas, maka Kurva Engel tiada lain memperhatikan permintaan terhadap pendapatan. Jadi Kurva Engel atau elastisitas permintaan-pendapatan menunjukkan karakteristik suatu barang terhadap perubahan pendapatan masyarakat, yang dapat diklasifikasikan sebagai barang normal, inferior, giffen.
  • 112. Derivasi Kurva Permintaan dari Kurva PCC ICC atau Kurva Engel menunjukkan karakteristik suatu barang terhadap perubahan pendapatan ICC atau kurva Engel dapat diklasifikasikan sebagai barang normal, inferior, dan giffen.
  • 113. Bentuk Indifference Curve Bentuk kurva Indiference Curve adalah nonlinier turun dari kiri atas ke kanan bawah dan cembung terhadap titik nol. Ada beberapa bentuk curve indifference yang lain, seperti ditunjukkan pada kurva di bawah ini: 1) Kurva indifference yang linear menunjukkan adanya substitusi sempurna Untuk mendapatkan barang X lebih banyak penggantian barang Y dan X dengan jumlah yang sama Hal ini menunjukkan barang dan Y mempunyai substitusi yang sempurna. Pengurangan barang Y sebesar AC sama besarnya dengan penambahan X sebesar CB.
  • 114. Bentuk Indifference Curve 2) Kurva Indifference curve yang berupa huruf L menunjukkan Barang Komplemen Barang Y ditambah atau dikurangi tidak bisa digantikan dengan barang X
  • 115. Kritik dan Aplikasi Pendekatan Indifference Curve KRITIK a) Menggambarkan bentuk kurva IC yang konveks untuk individu tidaklah mudah. b) Substitusi barang Y terhadap barang X yang diakibatkan adanya kenaikan harga barang X tidak secara otomatis terjadi karena masih adanya faktor-faktor lain yang membuat konsumen tetap pada barang X atau meninggalkan barang X. c) IC approach tidak dapat digunakan untuk menganalisis effect advertising, post behavior of stock.
  • 116. Aplikasi Menghitung Utilitas Konsumen dengan Fungsi CONTOH SOAL Diketahui suatu fungsi utility beserta nilai dari pendapatan harga. Fungsi utility = XY dan besarnya income (i) =$1.000 Harga barang X (Px)= $10 dan Py = $20. Hitunglah kuantitas barang X dan barang Y yang mengoptimumkan kepuasan konsumen. JAWAB
  • 117. Aplikasi Menghitung Utilitas Konsumen dengan Fungsi JAWAB 6. Jadi barang X yang dibeli sebanyak 20 unit dan barang Y sebanyak 40 unit. 7. Recheck, apakah ini memenuhi syarat kedua nilai X dan Y kita masukkan persamaan garis anggaran (1000-(10.20)-(20.40)).
  • 118. PENGANTAR EKONOMI MIKRO BAB V PERILAKU PRODUSEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI PEMBIMBING: Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
  • 119. KELAS J – KELOMPOK 8 AMAR’ATUS LAILA 1222200173 ANGGUN PRATIWI 1222200174 MARCELL WILLARD S. 1222200175
  • 120. PENGERTIAN PERILAKU PRODUSEN Perilaku Produsen 1) Dalam teori ekonomi seorang produsen harus merumuskan dua macam keputusan yang penting, yaitu 1. Berapa output yang harus diproduksi 2. Bagaimana kombinasi faktor produksi yang hendak dipergunakan. 2) Produksi adalah transformasi atau pengubahan faktor produksi menjadi barang produksi atau suatu proses di mana masukan (input) diubah menjadi output.  Faktor produksi dalam pembahasan perilaku produsen ini adalah land, man, capital, dan skill (bahan baku, tenaga kerja, modal, dan keterampilan).
  • 121. PENGERTIAN PERILAKU PRODUSEN Perilaku Produsen 3) Perilaku produsen (Producer’s Behaviour) ialah suatu tindakan seorang produsen untuk mendapatkan keuntungan yang semaksimum mungkin dengan menggunakan beberapa input yang dimilikinya. 4) Perilaku produsen ialah suatu tindakan seorang produsen untuk mendapatkan keuntungan yang semaksimum mungkin dengan menggunakan beberapa input yang dimilikinya.
  • 122. CONTOH SOAL  Pada saat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya inilah seorang produsen dikatakan dalam keadaan keseimbangan atau ekuilibrium atau “ekuilibirum produsen.” Misalkan dalam proses produksi hanya ada dua input, yaitu labor dan capital Input Proses P1 Proses P2 Proses P3 Labor 2 3 4 Capital 3 2 1
  • 123. KONSEP JANGKA WAKTU DALAM PROSES PRODUKSI Dalam analisis proses produksi terdapat jangka waktu yang dinamakan "jangka pendek" dan "jangka panjang“. Ukuran jangka waktu tidak sama antara industri satu dengan industri lainnya. Ada proses produksi yang memerlukan waktu hanya hitungan jam, ada yang hitungan hari, tetapi ada yang hitungan bulan bahkan tahun.  JANGKA PENDEK Keadaan proses produksi di mana semua faktor produksi bersifat variabel. Artinya jumlahnya dapat diubah-ubah, Sebesarnya keadaan produksi jangka panjang merupakan rangkaian saja dari keadaan produksi jangka pendek. Jangka waktu yang sedemikian pendek sehingga perusahaan tidak dapat mengubah jumlah beberapa sumber yang digunakan. Hanya satu input yang bervariabel.  JANGKA PANJANG
  • 124. FUNGSI PRODUKSI PENGERTIAN Produksi adalah kegiatan mengubah input menjadi output. Biasanya dalam ekonomi dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi ialah hubungan teknis antara faktor produksi dan barang produksi yang dihasilkan dalam proses produksi. Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara input (bersumber masukan) dengan output (barang-barang atau jasa dihasilkan) tanpa memperhitungkan harga. OUTPUT DAN INPUT Jumlah output yang dihasilkan suatu perusahaan tergantung pada Jumlah input yang digunakan. Perusahaan dapat menaikkan atau mengurangi output dengan menambah atau mengurangi input yang digunakan, atau karena sumber - sumber bias. Dikombinasikan dengan berbagai perbandingan untuk menghasilkan suatu barang, output juga bisa ditingkatkan dengan menjumlahkan salah satu sumber sedang jumlah sumber lain yang digunakan tetap tak berubah.
  • 125. FUNGSI PRODUKSI Output yang dihasilkan oleh perusahaan tergantung pada teknik produksi yang digunakan. Dengan jumlah input yang tetap, dengan menggunakan teknik produksi yang lebih efisien, maka output perusahaan akan lebih besar. Semakin kurang efisien teknik yang digunakan maka akan semakin kecil output yang dihasilkan. Fungsi Produksi itu menunjukkan bahwa jumlah barang produksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan. Jadi, barang produksi merupakan variabel tidak bebas dan faktor produksi merupakan variabel bebas. Secara matematis fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut: 𝑸 = 𝑭 (𝑪, 𝑳 , 𝑩, 𝑺) DIMANA  Q = Output  C = Capital  L = Labor  B = Bahan Baku  S = Skill
  • 126. HUBUNGAN ANTARA OUTPUT DAN INPUT Bentuk Fungsi Linear Bentuk Fungsi Quadratik Bentuk Fungsi Cubic 𝑸 = 𝒂 + 𝒃𝑿 𝑸 = 𝒂 + 𝒃₁X + b₂X² 𝑄 = 𝑎 + 𝑏₁X + b₂X² + b₃X³ Sebagai contoh, fungsi produksi tambak udang menunjukkan jumlah udang yang dihasilkan dari luas tambak, jumlah bibit yang ditebar, banyaknya makanan dan obat- obatan yang dipakai, dan jam kerja karyawannya. Hubungan antara output dan input itu bisa dalam bentuk linier ataupun tidak linier.
  • 127. ANALISIS PROSES PRODUKSI JANGKA PENDEK Untuk menjelaskan analisis proses produksi jangka pendek dalam teori ekonomi diungkapkan dengan kurva TP (Total Product), AP (Average Product), dan MP (Marginal Product). Di mana TP adalah total produksi yang dihasilkan oleh sejumlah tenaga kerja (labor). AP adalah rata-rata yang dihasilkan oleh seorang tenaga kerja. MP adalah tambahan hasil produksi apabila menambah satu tenaga kerja (labor). 𝑨𝑷 = 𝑻𝑷 𝑳𝒂𝒃𝒐𝒓 MP = TP₂ - TP ₁ Jika TP berupa fungsi maka turunan pertama TP adalah MP MP = 𝝏 𝑻𝑷 𝝏 𝑳
  • 128. Hukum Tambahan Hasil yang Semakin Berkurang (The Law of Diminishing Returns) Dalam analisis proses produksi jangka pendek ini berlaku Hukum Pertambahan Hasil yang Semakin Berkurang (Law of Diminishing Returns). Dalam hubungan produksi jangka pendek, di mana satu faktor produksi bersifat variabel dan faktor faktor produksi lainnya tetap. Produksi total akan bertambah terus tetapi dengan tambahan yang semakin kecil, dan setelah suatu jumlah tertentu akan mencapai maksimum dan kemudian menurun. Hal ini terjadi karena adanya Hukum Tambahan Hasil yang Semakin Berkurang (Law of Diminishing Returns).
  • 129. Hubungan Antara Faktor Produksi Tenaga Kerja, Tanah, TP, AP, dan MP Tanah Labor TP AP MP 1 0 0 0 - 1 1 3 3 3 1 2 7 3.5 4 1 3 12 4 5 1 4 16 4 4 1 5 19 3.8 3 1 6 21 3.5 2 1 7 22 3.15 1 1 8 22 2.25 0 1 9 21 2.33 -1 1 10 16 1.60 -5 Dari tabel di samping, hasil yang semakin bertambah terjadi sampai pada penggunaan 3 labor. Mulai labor ke-4, Law of Diminishing Returns mulai bekerja Hukum ini juga disebut dengan Law of Diminishing Marginal Physical Product.
  • 130. Hubungan Antara Faktor Produksi Tenaga Kerja, Tanah, TP, AP, dan MP  Sifat dari produksi marjinal mula-mula meningkat sejalan dengan peningkatan produksi total (TP), kemudian mencapai titik maksimal pada titik belok dari kurva yang produksi total (TP), yaitu pada saat peningkatan produksi total menjadi mulai semakin menurun, dan menurun terus sampai sama dengan nol pada saat produksi total mencapai titik maksimum.  Secara grafis produksi marjinal (MP) ini dapat ditunjukkan oleh lereng dan kurva produksi total (TP), yaitu ditunjukkan oleh garis singgung pada setiap titik pada kurva produksi total.
  • 131. Hubungan Antara Faktor Produksi Tenaga Kerja, Tanah, TP, AP, dan MP  Dari produksi total (TP) itu kita dapat mengetahui pula besarnya produksi rata-rata tenaga kerja. Pada umumnya tingkat produksi rata-rata ini dipakai sebagai ukuran tingkat efisiensi penggunaan tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat produksi rata- rata, semakin efisien pula faktor produksi tenaga kerja yang dipergunakan Semakin banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, tambahan tenaga kerja tersebut akan meningkatkan produksi rata-rata. Kemudian tambahan tenaga kerja selanjutnya sampai pada jumlah tertentu akan menyebabkan produksi rata-rata mencapai titik maksimum. Kemudian produksi rata-rata (AP) itu menurun terus dengan tambahan jumlah tenaga kerja lebih lanjut.  Kurva produksi rata-rata (AP) dapat diturunkan dengan cara menarik garis lurus yang menghubungkan kurva produksi total (TP) dengan titik asal (0). Sebagai misal pada jumlah tenaga kerja OL1 tingkat produksi total adalah AL sehingga produksi rata-rata (AP) adalah lereng dari garis lurus OA. Pada jumlah tenaga kerja L1 berarti bahwa produksi marjinal (MP) lebih tinggi daripada produksi rata-rata (AP).
  • 132. Hubungan Antara TP, AP, dan MP Hubungan antara TP, AP, dan MP 1) Dalam hubungan produksi jangka pendek, di mana satu faktor produksi bersifat variabel dan faktor-faktor produksi lainnya tetap, akan dijumpal suatu kenaikan produksi total apabila kita menambah faktor produksi variabel itu secara terus-menerus Produksi total itu akan bertambah terus tetapi dengan tambahan yang semakin kecil dan setelah suatu jumlah tertentu mencapai maksimum kemudian menurun. 2) Hubungan antara AP, MP, dan TP sangat penting untuk dipahami karena posisinya sangat menentukan kegiatan produsen dalam melakukan kegiatan usahanya.
  • 133. Hubungan Antara TP, AP, dan MP  Pertama, hubungan antara produksi marjinal (MP) dan produksi total (TP). Pada saat produksi total (TP) mengalami perubahan peningkatan produksi dari yang menaik menjadi yang menurun, maka pada saat itu kurva produksi marjinal (MP) mencapai titik maksimumnya. Kemudian pada saat kurva produksi total (TP) mencapai titik maksimum, maka kurva MP memotong sumbu horizontal, artinya produksi marjinal (MP) sama dengan nol.  Kedua, hubungan antara produksi rata-rata (AP) dan produksi marjinal (MP). Pada saat produk rata-rata (AP) meningkat, produksi marjinal (MP) lebih tinggi daripada produk rata-rata (AP), dan pada saat produksi rata-rata (AP) menurun produksi marjinal (MP) lebih rendah daripada produksi rata-rata (AP). Hal ini menunjukkan bahwa pada saat produksi rata-rata (AP) mencapai titik maksimum produksi marjinal (MP) sama dengan produksi rata-rata (AP), atau kurva produksi rata-rata (AP) berpotongan dengan kurva produksi marjinal (MP).
  • 134. Kesimpulan Hubungan Antara TP, AP, dan MP KESIMPULAN 1) Jika AP semakin bertambah maka MP > AP 2) Jika AP maximum maka MP = AP 3) Jika AP semakin berkurang , maka MP < AP
  • 135. Tahapan Dalam Proses Produksi  Hubungan antara produksi total, produksi rata-rata, dan produksi marjinal itu sangat berguna untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi. Fungsi produksi itu dalam tiga tingkatan atau tahap, yaitu tahap I, tahap II, dan tahap III. Tahap I ditandai dari produksi awal hingga AP yang maximal. Tahap II dimulai dari AP maximal hingga MP-nya sama dengan 0 (nol). Tahap III ditandai dari TP yang mulai menurun.  TAHAP I Mulai dari titik asal (0) sampai titik maksimum produksi rata-rata (AP), yaitu pada saat produksi marjinal (MP) sama dengan produksi rata-rata (AP). Jika labor ditambah, AP bertambah. Bertambahnya AP ini menunjukkan terjadinya efisiensi labor. Pada stage (tahap) ini TP juga bertambah.
  • 136. Tahapan Dalam Proses Produksi  TAHAP III AP dan TP pada tahap ini semakin berkurang dan MP menjadi negatif karena luas tanah tetap dan labor ditambah terus sehingga terjadi ketidakefisiensian tanah dan labor. Akibatnya pada tahap ini produksi total (TP) menurun terus.  TAHAP II Dari titik pada saat produk rata-rata (AP) mencapai titik maksimal sampai pada saat produksi total (TP) mencapai maksimal atau pada saat produksi marjinal (MP) sama dengan nol, AP dan MP semakin berkurang tetapi MP masih positif. Hal ini dikarenakan TP masih terus bertambah. Masih meningkatnya TP karena efisiensi tanah masih terus bertambah. Dalam suatu proses produksi semakin banyak labor yang dipakai menyebabkan tingkat efisiensi dari labor semakin berkurang. Pada jumlah berapa produsen akan menggunakan tenaga kerja dalam kegiatan produksinya. Tahap I dan Tahap III disebut sebagai tahap yang tidak rasional dan Tahap II disebut sebagai tahap rasional.
  • 137. PRODUKSI JANGKA PANJANG PENGERTIAN DAN JENIS  Produksi Jangka Panjang adalah suatu proses produksi di mana semua faktor produksi dapat diubah-ubah jumlahnya atau semua faktor produksi bersifat variabel.  Untuk menjelaskan fungsi produksi jangka panjang kita akan menggunakan apa yang disebut dengan kurva isoquant (isoproduct atau isoquant).
  • 138. ISOQUANT PENGERTIAN Isoproduk atau isoquant adalah “Kurva yang menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi teknis antara dua input yang bervariabel yang menghasilkan suatu tingkat output tertentu". OUTPUT TENAGA KERJA MESIN 100 10 10 100 20 8 100 30 5 CONTOH KOMBINASI KEMUNGKINAN PRODUKSI GRAFIK ISOQUANT
  • 139. SIFAT DARI KURVA ISOQUANT SIFAT DARI KURVA ISOQUANT 1. Cembung ke arah titik origin 3. Kurva isoquant yang terletak di kanan atas menunjukkan jumlah produksi yang lebih banyak atau dengan kata lain semakin jauh kurva isoquant ini dari titik asal menunjukkan semakin tinggi tingkat produksi barang tersebut 2. Menurun dari kiri atas ke kanan bawah 4. Antara kurva yang satu dengan yang lain tidak dapat saling berpotongan atau saling bersinggungan
  • 140. MRTS (Marginal Rate Technical of Substitution) PENGERTIAN MRTS adalah sejumlah faktor X yang harus dikompensasi oleh tambahan faktor Y sehingga tingkat output tidak berubah. Jadi, tingkat MRTS itu adalah kemiringan isoquant pada titik khusus. Besarnya Slope MRTS Jika terjadi SUBSTITUSI dari kombinasi satu ke lainnya, menghasilkan rasio K dan L yang bersifat: 𝑴𝑹𝑻𝑺 = − ∆ 𝑲 ∆ 𝑳  𝑲𝟏 𝑳𝟏 > 𝑲𝟐 𝑳𝟐 𝑃𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑪𝒂𝒑𝒊𝒕𝒂𝒍 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒇  𝑲𝟏 𝑳𝟏 < 𝑲𝟐 𝑳𝟐 𝑃𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑳𝒂𝒃𝒐𝒓 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒇
  • 141. BENTUK ISOQUANT LAIN  Bentuk Isoquant Linier  Bentuk Isoquant yang Input Output Menunjukkan tidak adanya substitusi Input kapital dan labor. Substitusi kapital dan labor hanya terjadi pada kebutuhan minimum saja. Setelah itu tidak terjadi substitusi. Menunjukkan adanya substitusi input kapital dan labor adalah SEMPURNA
  • 142. ISO - BIAYA (Isocost) PENGERTIAN "Kurva yang menunjukkan kedudukan dan titik-titik yang menunjukkan kombinasi barang-barang atau faktor produksi yang dibeli oleh produsen dengan sejumlah anggaran tertentu.” "Kurva yang memperlihatkan berbagai kombinasi dari sumber-sumber yang dapat dibeli oleh perusahan dengan harga tertentu dari masing-masing sumber persatuan dan pengeluaran ongkos yang tertentu dilakukan oleh perusahaan itu."
  • 143. GAMBAR KURVA ISOCOST Melihat gambar di samping,  Harga faktor produksi kapital = Pk  Harga labor = Pl  Besarnya dana yang tersedia = M  Kalau semua dana yang ada dibelikan kapital maka barang kapital yang akan didapat sebanyak = 𝑴 𝑷𝒌 unit.  Jika semua dana dibelikan labor maka akan didapat labor sebanyak 𝑴 𝑷𝒍 unit. Jika kedua titik itu dihubungkan maka akan mendapat sebuah garis yang disebut dengan "garis Isocost“. Slope Kurva Isocost 𝑴 𝑷𝒌 ∶ 𝑴 𝑷𝒍 = 𝑴 𝑷𝒌 × 𝑷𝒍 𝑴 = 𝑷𝒍 𝑷𝒌 Fungsi TC = 𝑷𝒍 × 𝑳 + 𝑷𝒌 × 𝑲
  • 144. PERUBAHAN ISOCOST PENYEBAB 1) Harga faktor produksi labor turun atau naik sedangkan lainnya tetap. 2) Harga faktor produksi kapital turun atau naik sedangkan lainnya tetap. 3) Jumlah modal (dana) berubah berkurang atau bertambah.
  • 145. PERUBAHAN ISOCOST a) Kurva Isocost Berubah Jika Harga Faktor Produksi Labor Turun atau Naik sedangkan Lainnya Tetap GRAFIK
  • 146. Pada Dua IC Tidak Saling Berpotongan Kombinasi di titik A memberikan utilitas sama dengan kombinasi di titik B. Hal ini disebabkan terletak pada IC2. Kombinasi di titik A memberikan utilitas sama dengan kombinasi di titik C. Hal ini disebabkan terletak pada IC1. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kombinasi di titik B sama dengan kombinasi yang ada di titik C. GRAFIK
  • 147. KENDALA ANGGARAN (Budget Contraint)  Untuk mengetahui kombinasi mana yang akan memberikan kepuasan yang maksimal kepada konsumen dan berbagai kombinasi yang ada pada curve indifference maka perlu diketahui kombinasi-kombinasi yang mana yang dapat dicapai oleh konsumen berdasarkan batasan penghasilannya. Garis yang menghubungkan titik kombinasi dari dua jenis barang yang dapat dicapai oleh konsumen disebut Garis Anggaran (Budget Line). BPx . (X) + Py. Y Jika barang yang dikonsumsi adalah X dan Y, maka persamaan budget line dapat ditulis sebagai berikut: KETERANGAN: • B = Anggaran • Px = Tingkat Harga X • Py = Tingkat Harga Y
  • 148. KENDALA ANGGARAN (Budget Contraint) Cara membuat garis anggaran (budget line) lalah menghubungkan dua titik kombinasi ekstrem antara barang X dan Y. Kombinasi ekstrem ialah kombinasi yang terjadi bila pendapatan konsumen seluruhnya dibelikan dengan barang X berarti barang Y= 0 dan bila pendapatan konsumen dibelikan seluruhnya barang Y berarti barang X = 0. CONTOH GRAFIK
  • 149. KESEIMBANGAN KONSUMEN Kombinasi yang akan memberikan guna maksimal bagi konsumen atah kombinasi yang terletak bagi konsumen antara curve indifference dengan kurva anggaran (budget line). Kombinasi yang memberikan guna yang maksimal bagi konsumen ialah kombinasi A karena dengan jumlah uang yang ada konsumen mampu mendapatkan kombinasi barang terbanyak.
  • 150. KESEIMBANGAN KONSUMEN YANG OPTIMAL Keseimbangan konsumen terjadi dengan jumlah uang tertentu mengonsumsi kombinasi barang yang optimal. Persamaan di atas menunjukkan tempat keseimbangan, yakni jika rasio marginal utility terhadap harga dan suatu barang adalah sama.  𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑩𝑳 = 𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑰𝑪  Slope IC = MRS = 𝑴𝑼𝒚 𝑴𝑼𝒙  𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 𝑩𝑳 = 𝑷𝒚 𝑷𝒙  𝑷𝒚 𝑷𝒙 = 𝑴𝑼𝒚 𝑴𝑼𝒙  𝑴𝑼𝒚 𝑷𝒚 = 𝑴𝑼𝒙 𝑷𝒙 BENTUK PERSAMAAN
  • 151. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN 1. Berubahnya Salah Satu dari Harga Barang Jika harga barang X naik, maka garis anggaran (budget line) dan indifference curve bergeser ke kiri. Jika harga barang X turun maka garis anggaran (budget line) dan indifference curve akan bergeser ke kanan. Hal ini disebabkan jika harga naik jumlah barang X yang dapat dibeli berkurang dan jika harga turun jumlah barang X yang dapat dibeli bertambah. Bila titik singgung antara garis anggaran (budget line) dengan indifference curve yang baru dan yang lama dihubungkan maka garis penghubung itu disebut price cunsumtion curve (PCC). Kurva Price Cunsumtion Curve (PCC)
  • 152. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN 2. Berubahnya Pendapatan Konsumen Meningkatnya pendapatan konsumen menyebabkan preference konsumen terhadap barang X dan Y berubah, tidak lagi terletak pada titik E1 tetapi berubah pada titik E2. Fenomena ini digambarkan garis anggaran (budget line) dan indifference curve akan bergeser kiri dan sejajar. Bilamana pendapatan konsumen turun maka kedua curva di atas akan bergeser ke kanan dan sejajar pula. Bila titik singgung antara kurva anggaran (budget line) dan indefference yang lama dan yang baru dihubungkan, maka garis yang menghubungkan kedua titik itu disebut Income Counsumption Curve (ICC). Kurva Income Counsumption Curve (ICC)
  • 153. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN 3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan Inferior  Perubahan Harga pada Barang Normal Dampak perubahan harga ini menyebabkan kurva BL (budget line / garis anggaran) berubah dari BL1 ke BL2. Konsumen akan membeli barang dengan jumlah yang lebih banyak jika harga barang itu turun (lebih murah). Perubahan ini yang disebut dengan efek substitusi (substitution effect). Efek substitusi dari gambar di atas diperlihatkan berubahnya kombinasi barang X dan Y yang dikonsumsi konsumen dari titik E1 ke E3 atau sebesar X1-X2. Substitusi (substitution effect). Efek substitusi dari gambar di atas diperlihatkan berubahnya kombinasi barang X dan Y yang dikonsumsi konsumen dari titik E1 ke E3 atau sebesar X1-X2.
  • 154. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN 3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan Inferior Kondisi ini menyebabkan bergesernya BL2 ke BL3. Dengan daya beli yang meningkat akibat turunnya harga barang X konsumen membeli barang X dan Y dengan kombinasi E3 ke E2. Perubahan kombinasi yang dibeli dari kombinasi E3 ke E2 ini disebut dengan income effect Income effect dari gambar di atas sebesar X2-X3. Substitusi efek dan income effect disebut total efek (total effect), yaitu sebesar X1-X3. Income effect dari E3 ke E2 di atas menunjukkan barang X adalah barang normal. Hal ini ditunjukkan dengan income effect dari E3 ke E2. Dampak Perubahan Harga Barang Normal
  • 155. PERUBAHAN UTILITAS KONSUMEN 3. Perubahan Harga pada Barang Normal dan Inferior  Perubahan Harga pada Barang Inferior Semakin murahnya barang X menghasilkan efek pendapatan yang negatif, yaitu jumlah barang X yang diminta berkurang. Perubahan kombinasi dari E1 ke E3 adalah price efect (efek harga) X1-X3, perubahan dari kombinasi E3 ke E2 adalah income effect atau sebesar E3 ke E2 sebesar X3-X2. Jadi total efeknya adalah sebesar E1 ke EZ atau sebesar X1-X2. Dampak Perubahan Harga Barang Inferior
  • 156. Derivasi Kurva Permintaan dari Kurva PCC Kurva permintaan adalah keseimbangan konsumen (keinginan optimal konsumen untuk membeli suatu barang pada satu kendala tertentu). Price Consumption Curve (FCC), yaitu garis yang menunjukkan keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat harga, dengan asumsi tingkat pendapatan tetap.
  • 157. Penggambaran Kurva Engel dari Kurva ICC Permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan (the demand curve) tergantung apakah tingkar pendapatan naik atau turun. dapat diterangkan sebagai berikut. Naiknya tingkat pendapatan akan menggeser BL secara paralel dari BL ke BL1 ke BL2 (perubahan tersebut ditampilkan pada Gambar slide 59), Selanjutnya keseimbangan konsumen bergeser dan titik D ke titik E lalu ke titik F. Bila titik-titik D, E, F dapat dihubungkan menjadi 1 garis, hasil yang diperoleh dikenal sebagai Income Consumption Curve (ICC) yang menunjukkan keseimbangan konsumen karena perubahan tingkat pendapatan selama tingkat harga tetap Pada gambar bagian bawah ditunjukkan bahwa titik D,E,F berlaku pada satu tingkat harga barang X, sehingga dapat dilihat terjadinya perubahan kurva permintaan.
  • 158. Penggambaran Kurva Engel dari Kurva ICC Dari kurva ICC ini dapat dibentuk Kurva Engel yang menggambarkan hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta (Ernest Engel adalah orang pertama yang mengamati hubungan perubahan tingkat pendapatan terhadap jumlah barang yang dikonsumsi. Dalam Kurva Engel, sebagai sumbu vertikal adalah pendapatan dari sebagai sumbu horizontal adalah kuantitas). Jika kita mempergunakan konsep elastisitas, maka Kurva Engel tiada lain memperhatikan permintaan terhadap pendapatan. Jadi Kurva Engel atau elastisitas permintaan-pendapatan menunjukkan karakteristik suatu barang terhadap perubahan pendapatan masyarakat, yang dapat diklasifikasikan sebagai barang normal, inferior, giffen.
  • 159. Derivasi Kurva Permintaan dari Kurva PCC ICC atau Kurva Engel menunjukkan karakteristik suatu barang terhadap perubahan pendapatan ICC atau kurva Engel dapat diklasifikasikan sebagai barang normal, inferior, dan giffen.
  • 160. Bentuk Indifference Curve Bentuk kurva Indiference Curve adalah nonlinier turun dari kiri atas ke kanan bawah dan cembung terhadap titik nol. Ada beberapa bentuk curve indifference yang lain, seperti ditunjukkan pada kurva di bawah ini: 1) Kurva indifference yang linear menunjukkan adanya substitusi sempurna Untuk mendapatkan barang X lebih banyak penggantian barang Y dan X dengan jumlah yang sama Hal ini menunjukkan barang dan Y mempunyai substitusi yang sempurna. Pengurangan barang Y sebesar AC sama besarnya dengan penambahan X sebesar CB.
  • 161. Bentuk Indifference Curve 2) Kurva Indifference curve yang berupa huruf L menunjukkan Barang Komplemen Barang Y ditambah atau dikurangi tidak bisa digantikan dengan barang X
  • 162. Kritik dan Aplikasi Pendekatan Indifference Curve KRITIK a) Menggambarkan bentuk kurva IC yang konveks untuk individu tidaklah mudah. b) Substitusi barang Y terhadap barang X yang diakibatkan adanya kenaikan harga barang X tidak secara otomatis terjadi karena masih adanya faktor-faktor lain yang membuat konsumen tetap pada barang X atau meninggalkan barang X. c) IC approach tidak dapat digunakan untuk menganalisis effect advertising, post behavior of stock.
  • 163. Aplikasi Menghitung Utilitas Konsumen dengan Fungsi CONTOH SOAL Diketahui suatu fungsi utility beserta nilai dari pendapatan harga. Fungsi utility = XY dan besarnya income (i) =$1.000 Harga barang X (Px)= $10 dan Py = $20. Hitunglah kuantitas barang X dan barang Y yang mengoptimumkan kepuasan konsumen. JAWAB
  • 164. Aplikasi Menghitung Utilitas Konsumen dengan Fungsi JAWAB 6. Jadi barang X yang dibeli sebanyak 20 unit dan barang Y sebanyak 40 unit. 7. Recheck, apakah ini memenuhi syarat kedua nilai X dan Y kita masukkan persamaan garis anggaran (1000-(10.20)-(20.40)).
  • 165. PENGANTAR EKONOMI MIKRO BAB VIII PASAR PERSAINGAN SEMPURNA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI PEMBIMBING: Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
  • 166. KELAS J – KELOMPOK 8 AMAR’ATUS LAILA 1222200173 ANGGUN PRATIWI 1222200174 MARCELL WILLARD S. 1222200175
  • 167. BENTUK PASAR PERSAINGAN Jika sesama produsen/penjual bersaing agar konsumen membeli produknya dan sesama konsumen bersaing untuk mendapatkan barang/jasa yang dibutuhkan. PENGERTIAN PASAR  Pengertian pasar secara “FISIK” → Suatu tempat berkumpulnya para penjual.  Pengertian pasar dalam “Teori Ekonomi” → Tempat bertemunya pembeli dan penjual yang bersepakat mengenai harga dan jumlah yang diperjual-belikan, dengan kata lain terjadinya transaksi jual beli suatu barang. PENGERTIAN PERSAINGAN
  • 168. PENGGOLONGAN PASAR SECARA TEORI EKONOMI MIKRO Ada 4 Golongan Besar 1) Pasar Persaingan Sempurna 2) Pasar Persaingan Monopolistik 3) Pasar Monopoli 4) Pasar Oligopoli
  • 169. CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN 1) PASAR PERSAINGAN SEMPURNA No. Ciri – Ciri Keterangan 1. Jumlah Penjual Sangat Banyak. 2. Jumlah Pembeli Sangat Banyak. 3. Kondisi Produk yang Dijual Identik Substitusi. 4. Kekuasaan Menentukan Harga Tidak Ada. 5. Kemungkinan Keluar / Masuk Sangat Tidak Mudah, Tidak Ada Hambatan . 6. Reaksi Rival Tidak Ada Reaksi Dari Pesaing Jika Terjadi Perubahan Harga dan Jumlah. 7. Persaingan di Luar Harga Tidak Ada. 8. Contoh Transaksi di Sektor Hasil Pertanian
  • 170. CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN 2) PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK No. Ciri – Ciri Keterangan 1. Jumlah Penjual Banyak. 2. Jumlah Pembeli Banyak. 3. Kondisi Produk yang Dijual Hampir sama tetapi masih bisa dibedakan/beda corak. 4. Kekuasaan Menentukan Harga Sedikit. 5. Kemungkinan Keluar / Masuk Cukup murah. 6. Reaksi Rival Hampir tidak ada reaksi dari pesaing jika terjadi perubahan harga dan jumlah. 7. Persaingan di Luar Harga Sangat besar, terutama di bidang iklan, mutu, serta desain. 8. Contoh Perusahaan sepatu, baju, sabun.
  • 171. CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN 3) PASAR MONOPOLI No. Ciri – Ciri Keterangan 1. Jumlah Penjual Satu. 2. Jumlah Pembeli Banyak. 3. Kondisi Produk yang Dijual Tidak ada substitusi yang dekat/sempurna. 4. Kekuasaan Menentukan Harga Sangat besar. 5. Kemungkinan Keluar / Masuk Tidak mungkin. 6. Reaksi Rival Setiap tindakan berkaitan dengan harga dan jumlah akan mendapat reaksi dari rival. 7. Persaingan di Luar Harga Memelihara hubungan baik dengan masyarakat. 8. Contoh Kereta api, listrik.
  • 172. CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN 4) PASAR OLIGOPOLI No. Ciri – Ciri Keterangan 1. Jumlah Penjual Sedikit. 2. Jumlah Pembeli Banyak. 3. Kondisi Produk yang Dijual Barang standar/berbeda corak. 4. Kekuasaan Menentukan Harga Jika tanpa kerja sama sedikit. Tetapi dengan kerja sama sangat besar. 5. Kemungkinan Keluar / Masuk Hambatan cukup kuat. 6. Reaksi Rival Karena penjual hanya satu apa yang dilakukan produsen tidak ada reaksi. 7. Persaingan di Luar Harga Sangat besar apabila menghasilkan barang berbeda corak. 8. Contoh Pabrik baja, mobil, sepeda motor, handphone,
  • 173. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA  Pasar Persaingan Sempurna adalah Suatu pasar yang terdapat banyak penjual dan pembeli. Masing-masing penjual dan pembeli tidak dapat memengaruhi harga pasar. Berapa pun jumlah barang yang diperjualbelikan di pasar, harga akan tetap. Oleh karena itu, harga pasar digambarkan oleh garis lurus yang sejajar dengan sumbu horizontal, yaitu sumbu jumlah barang. Dengan demikian, masing-masing penjual di pasar adalah sebagai pengikut harga pasar atau disebut price taker.
  • 174. CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN MURNI/SEMPURNA 1. Jumlah Penjual dan Pembeli Sangat Banyak. Ciri-Ciri 2. Barang yang Diperjualbelikan Homogen/Identik. 3. Penjual Bisa Keluar Masuk di Pasar dengan Mudah. 4. Informasi terhadap Pasar Sempurna.
  • 175. CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN MURNI/SEMPURNA 1. Jumlah Penjual dan Pembeli Sangat Banyak Barang homogen artinya semua jenis barang yang ditawarkan semua penjual sama. Jadi, produksi satu penjual merupakan substitusi yang sempuma dengan hasil produksi penjual yang lain. Jadi, pembeli membeli barang dari penjual satu dengan lainnya akan mendapatkan barang yang sama. Masing-masing pembeli maupun penjual tidak dapat memengaruhi pasar. 2. Barang yang Diperjualbelikan Homogen/Identik
  • 176. CIRI – CIRI PASAR PERSAINGAN MURNI/SEMPURNA 3. Penjual Bisa Keluar Masuk di Pasar dengan Mudah Jika ada konsumen yang mengetahui harga yang lebih murah, maka konsumen yang lain juga segera mengetahuinya. Demikian juga jika ada produsen/penjual yang mengetahui ada bahan baku yang harganya lebih murah maka produsen/penjual yang lain juga segera mengetahuinya. Konsumen dengan bebas memilih dalam pembelian barang tersebut di pasar. Penjual mudah keluar masuk pasar artinya baik penjual yang baru maupun yang lama bebas untuk masuk atau meninggalkan pasar. 4. Informasi terhadap Pasar Sempurna
  • 177. CONTOH BESERTA KURVA PERMINTAAN  Sebagai akibat dari ciri-ciri tersebut, maka kita dapat menggambarkan kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan sebagai penjual atau produsen barang.  Kurva permintaan itu yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta dan tingkat harga tampak horizontal pada Gambar 8.1.
  • 178. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT HARGA, TR, AR, dan MR  Kita perhatikan dari tabel di slide sebelumnya, perusahaan dalam persaingan sempurna produsen tidak dapat memengaruhi harga barang per satuan, maka kurva penerimaan total akan bersifat linier, berbentuk garis lurus, mulai dari titik asal (0) karena harga adalah konstan maka besarnya P, AR, dan MR mempunyai nilai yang sama sehingga kurvanya berimpit menjadi satu. Jika digambarkan ke tiga kurva tersebut seakan-akan hanya satu kurva.
  • 179. PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DAN HARGA Agar perusahaan mendapatkan laba maksimal atau rugi minimal, harga dan jumlah produk yang diperjualbelikan ditetapkan dengan kaidah MC = MR. Kaidah menetapkan harga dan jumlah produk dengan MR = MC dengan syarat informasi pasar untuk memperoleh nilai MC dan MR bersifat centainty (bisa diperhitungkan). Sedangkan, kaidah MC = MR dikarenakan MR adalah turunan pertama dari fungsi TR dan MC adalah turunan pertama dari fungsi TC. Secara matematis nilai turunan pertama dari suatu fungsi akan menghasilkan nilai tertinggi. 3 Cara Penentuan Harga Dalam Pasar Persaingan Sempurna 1) Penentuan harga dalam pasar persaingan sempurna yang memperoleh laba. 2) Penentuan harga dalam pasar persaingan sempurna yang memperoleh kerugian yang minimum. 3) Penentuan harga dalam pasar persaingan sempurna yang memperoleh normal profit (break even income)
  • 180. PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DAN HARGA 1) Penentuan Harga dalam Pasar Persaingan Sempurna yang Memperoleh Laba.  Dari gambar di samping terlihat harga yang menjamin laba maksimal adalah sebesar OP1. Dengan harga sebesar OP1 besar TR adalah OP1KQ1. Sedangkan besarnya TC adalah OP2LQ1 dan total laba (TR - TC) adalah sebesar P1P2LK. Besarnya AC sebesar OP2 dan laba per unit P1P2. Harga dan Jumlah yang Diproduksi yang Menjamin Laba Maksimal P = 0P1 dan Q = 0Q1
  • 181. PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DAN HARGA 2) Penentuan Harga dalam Pasar Persaingan Sempurna yang Memperoleh Kerugian yang Minimum.  Dari gambar di atas terlihat, harga yang menjamin rugi minimum adalah sebesar OP1. Dengan harga sebesar OP1 besar TC adalah OP2KQ1. Sedangkan besarnya TR adalah OP1LQ1. Total rugi (TR- TC) adalah sebesar P1P2KL. Besarnya AC sebesar OP2 dan rugi per unit P1P2. Harga dan Jumlah yang Diproduksi yang Menjamin Rugi Minimal P = 0P2 dan Q = 0Q1
  • 182. PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DAN HARGA 3) Penentuan Harga Dalam Pasar Persaingan Sempurna yang Memperoleh Normal Profit (Break Even Income)  Dari gambar di atas terlihat harga yang menjamin laba normal adalah sebesar OP1. Dengan harga sebesar OP1 besarnya TC adalah OP1KQ1. Sedang besarnya TR adalah sama OP1KQ1. Kita perhatikan perusahaan dalam pasar persaingan sempurna seperti gambar di samping, untuk mendapatkan laba normal perusahaan harus bekerja yang paling efisien. Terlihat besarnya AC yang paling rendah. Harga dan Jumlah yang Diproduksi yang Menjamin Laba Normal P = 0P1 dan Q = 0Q1 Dengan AC yang Paling Rendah
  • 183. Periode Jangka Pendek dan Jangka Panjang yang Dialami Perusahaan dalam Persaingan Sempurna 1. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna dalam Periode Jangka Pendek  Maksud jangka pendek adalah jangka waktu yang demikian pendeknya sehingga apabila terjadi kenaikan permintaan barang dan setiap produsen tidak mampu untuk menaikkan produksinya serta tidak cukup waktu bagi perusahaan perusahaan untuk menambah perusahaan-perusahaan yang baru. Dalam jangka pendek perusahaan dalam persaingan sempurna dapat mengalami tiga hal, yaitu: a) Mendapat laba super normal. b) Mendapat laba normal. c) Menderita kerugian
  • 184. 1. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna dalam Periode Jangka Pendek Dalam jangka pendek suatu perusahaaan yang mengalami kerugian masih mungkin untuk memutuskan tetap berproduksi, meskipun menderita rugi. Akan tetapi, posisi ekuilibrium yang dipilih yaitu pada saat rugi yang minimum, yaitu AVC masih bisa tertutup dari hasil penerimaan penjualan, walaupun AFC tidak bisa tertutup. Dikarenakan kerugian sebesar AFC, baik perusahaan tutup usaha maupun melanjutkan usaha kondisinya akan sama saja Akan berbeda jika penerimaan penjualan sudah tidak bisa menutup AFC. Pada kondisi ini perusahaan sebaiknya tutup usaha. Jika tutup usaha perusahaan masih juga membayar AFC-nya. Jika tidak tutup usaha perusahaan juga mengalami kerugian sebesar AFC-nya tetapi masih mempunyai kemungkinan terjadinya perubahan demand terhadap produk yang diperjualbelikan. Saat ini ditunjukkan oleh harga (P) di bawah SAC, dan di atas SAVC. Berarti bahwa sebagian dan ongkos tetap (FC) masih bisa ditutup oleh kelebihan P1 atas AVC dan ongkos variabel itu sudah bisa ditutup.
  • 185. 1. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna dalam Periode Jangka Pendek  Pada harga P = AVC perusahaan tidak perlu tutup usaha karena tutup usaha dengan melanjutkan usaha kondisi kerugiannya sama, yaitu KL. Titik ini disebut shortdown point. Hal ini dapat dilihat dengan gambar sebagai berikut
  • 186. Periode Jangka Pendek dan Jangka Panjang yang Dialami Perusahaan dalam Persaingan Sempurna 2. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna dalam Periode Jangka Panjang  Maksud jangka panjang adalah jangka waktu yang cukup lama di mana produsen masih ada kesempatan untuk memperbanyak produksinya untuk dipasarkan atau masih dapat mendirikan perusahaan-perusahaan baru untuk menaikkan produksinya apabila terjadi kenaikan permintaan barang.  Jika dalam periode jangka pendek perusahaan yang berada dalam pasar persaingan sempurna dapat mengalami tiga keadaan, yaitu laba, titik impas, dan kerugian. Dalam jangka panjang perusahaan-perusahaan hanya mendapatkan normal profit saja (impas/break even). Masuknya perusahaan baru akan menambah jumlah produksi (supply meningkat) Bertambahnya jumlah produksi (supply lebih besar dari demand) akan menyebabkan harga jual turun.
  • 187. Periode Jangka Pendek dan Jangka Panjang yang Dialami Perusahaan dalam Persaingan Sempurna 2. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna dalam Periode Jangka Panjang  Dalam jangka panjang mendorong perusahan-perusahaan baru masuk ke dalam pasar dan perusahaan-perusahaan yang ada ingin menambah produksinya. Sebaliknya, kalau dalam jangka pendek terjadi kerugian, mendorong perusahaan - perusahaan mengurangi produksi atau mendorong keluarnya perusahaan- perusahaan dari pasar.  Tambahnya kapasitas produksi dan masuknya perusahaan-perusahan baru mengakibatkan bergesernya kurva Supply ke kanan dan harga akan turun. Apabila turunnya harga ini sudah sampai pada P = LAC maka tiap-tiap perusahaan hanya akan menerima keuntungan normal saja. Berarti tidak ada dorongan lagi bagi perusahaan untuk menaikkan produksinya maupun masuknya perusahaan - perusahaan baru ke dalam industri.
  • 188. 2. Kondisi Perusahaan dalam Persaingan Sempurna dalam Periode Jangka Panjang  Kesimpulannya bahwa dalam jangka panjang perusahaan-perusahaan "selalu” hanya akan memperoleh keuntungan normal saja dengan MR = MC = AC, pada saat AC minimum. Perusahaan yang hanya menenima keuntungan normal (normal profit) dinamakan "Marginal Firm/Marginal or Profitability”, artinya apabila harga turun sedikit saja perusahaan akan segera keluar dari pasar.
  • 189. Keburukan dan Kebaikan Perusahaan yang Berada dalam Pasar Persaingan Sempurna Tidak ada inovasi dan membatasi pilihan konsumen. Produk yang diperjualbelikan identik dan perusahaan harus bekerja yang paling efisien agar tidak mengalami kerugian sehingga produk yang diperjualbelikan tidak ada inovasi. Antara penjual yang satu dengan yang lain produknya sama persis atau identik. Produk yang homogen ini berakibat membatasi pilihan konsumen. Konsumen tidak bisa memilih karena masing - masing konsumen tidak kuasa memengaruhi pasar.  KEBURUKAN
  • 190. Keburukan dan Kebaikan Perusahaan yang Berada dalam Pasar Persaingan Sempurna Adanya alokasi sumber daya yang efisien dan adanya kebebasan bertindak. Persaingan pada perusahaan yang berada dalam persaingan sempurna sangal ketat. Oleh karena itu , agar tidak mengalami kerugian perusahaan harus bekerja seefisien mungkin. Mudahnya perusahaan baru memasuki pasar ini dipersyaratkan pada pasar persaingan sempurna. Persaingan yang ketat dan mudahnya memasuki pasar berakibat alokasi sumber daya menjadi eisen dan konsumen dapat memperoleh barang dengan harga yang kompetitif.  KEBAIKAN
  • 191. CONTOH SOAL PERHITUNGAN NUMERIK Perusahaan dalam pasar persaingan sempurna dengan TC = Q² - 4Q + 40 dan P = $20. Ditanya: a. Apakah perusahaan rugi/laba? b. Jika harga dinaikkan menjadi $24 apakah jumlah produksi berkurang? c. Hitung berapa labanya!
  • 192. PENYELESAIAN  TR = P x Q = 20Q  MR = TR’ = 20
  • 193. PENGANTAR EKONOMI MIKRO BAB IX PASAR PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI PEMBIMBING: Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
  • 194. KELAS J – KELOMPOK 8 AMAR’ATUS LAILA 1222200173 ANGGUN PRATIWI 1222200174 MARCELL WILLARD S. 1222200175
  • 195. BENTUK PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK PENGERTIAN  Pasar Persaingan Monopolistik → Pasar yang terdapat banyak penjual dan masing-masing penjual dapat memengaruhi harga dengan jalan deferensiasi produk. Adanya ongkos tambahan seperti ongkos advertensi dan sebagainya merupakan penyebab pasar tersebbut menjadi berbentuk pasar persaingan monopoli.  Dalam pasar dengan persaingan monopoli terdapat banyak penjual untuk suatu jenis produk tertentu, dan produk masing-masing penjual dapat dibedakan dari produk penjual lainnya.
  • 196. BENTUK PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK DEFERENSIASI PRODUK  Deferensiasi Produk (product differentiation) → Membedakan dua barang yang sebenarnya sama sehingga menjadi berbeda.  Caranya dengan promosi, advertensi, perbedaan warna bungkus, merek, pelayanan yang baik, dan lain sebagainya.  Misalkan sabun cuci, sabun mandi, rokok kretek, dll.
  • 197. 2 UNSUR MODEL PASAR PERSAINGAN MONOPOLI 1. Unsur Monopoli Karena jumlah penjual banyak sehingga tindakan dari seorang penjual tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap penjual lainnya. Karena jenis barang memang hanya satu macam. Kurva Permintaannya miring dari kiri atas ke kanan bawah, meskipun mendekati horizontal. 2. Terdapat Juga Unsur Persaingan
  • 198. TEORI PERSAINGAN MONOPOLI  Industri Monopoli Persaingan → Bila jumlah penjual cukup banyak sehingga kegiatan masing-masing penjual tidak mempunyai pengaruh yang nyata pada penjual yang lain dan begitu juga sebaliknya.  Industri dengan persaingan di mana terdapat perbedaan produk pengolahan makanan, pakaian pria, tekstil, perusahaan jasa di kota besar, dan lain-lainnya yang mengakui adanya sedikit unsur monopoli dan perbedaan harga yang dikenakan oleh berbagai penjual untuk suatu jenis produk tertentu. Teori Persaingan Monopoli memberikan alat analisis yang baru. Analisis ini sangat banyak persamaannya dengan Analisis Persaingan Murni. Analisis ini memberikan gambaran lebih baik tentang:
  • 199. PEMBEDAAN PRODUK Kurva permintaan yang dihadapi oleh seorang penjual agak miring sedikit ke bawah dan menyebabkan penjual sedikit banyak dapat mengendalikan harga produknya. Biasanya, Kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan sangat elastis dan dalam batas harga tertentu karena berbagai barang substitusi tersedia bagi produknya.  Pembedaan produk menyebabkan sebagaian konsumen lebih menyukai produk penjual tertentu dibandingkan dengan produk penjual lain. Akibatnya:
  • 200. PEMBEDAAN PRODUK Tak ada harga tunggal yang berlaku untuk produk yang dibedakan dalam seluruh industri. Penjual yang berlainan akan menerima harga yang berlainan tergantung pada penilaian konsumen mengenai mutu berbagai produk yang dibedakan. Kurva yang dihadapi penjual sangat elastis sebab banyak barang substitusi lain yang hampir sama atau perbedaannya hanya sedikit sekali dan dapat menggantikan barang pertama tersebut.  Pembedaan produk membuat unit produk yang dijual tidak sama dengan unit produk penjual lain. Akibatnya:
  • 201. PASAR PERSAINGAN MONOPOLI DALAM JANGKA PENDEK 1. Pada suatu saat perusahaan akan menerima keuntungan lebih / menerima kerugian / hanya menerima keuntungan normal saja. Ciri-Ciri 2. Pada Pasar Persaingan Monopoli, Barang Heterogen sehingga semua produsen juga tidak akan menetapkan harga yang sama. 3. Pasar Persaingan Sempurna, Barang Homogen sehingga semua produsen menetapkan harga pasar yang sama. 4. Selama tidak ada dua perusahaan yang menjual barang yang persis sama maka harga-harga juga tidak akan sama di dalam satu industri/pasar.
  • 202. PASAR PERSAINGAN MONOPOLI DALAM JANGKA PANJANG 1. Terjadi dua kemungkinan penyesuaian jalan masuknya perusahaan baru ke dalam industri, yaitu terbuka dan tertutup. Ciri-Ciri 2. Apabila perusahaan – perusahaan dalam persaingan ini mengalami keuntungan lebih, maka akan mendorong masuknya perusahaan – perusahaan lain. 3. Untuk masuk ke dalam industri/pasar, perusahaan yang telah ada harus menambah kapasitas produksinya. 4. Apabila semua barang merupakan barang substitusi yang baik, maka pasar akan dibagi - bagikan diantara perusahaan yang ada. Berarti, Kurva permintaan penjual perseorangan akan bergeser ke kiri.
  • 203. BENTUK KURVA DEMAND DAN MR DARI PERUSAHAAN PERSAINGAN MONOPOLISTIK  Dengan adanya produk deferensiasi yang semakin besar berarti akan menaikkan ongkos total, berarti kurva AC dan MC akan bergeser ke atas → Increasing Cost Industry  Apabila ini berjalan terus menerus maka kelama-lamaan sampai seluruh keuntungan lebih yang mula-mula dinikmati masing-masing perusahaan akan habis.  Bentuk kurva demand dari perusahaan monopolistik berada di antara perusahaan monopoli dan persaingan sempurna.  Pada Persaingan Sempurna → Bentuk kurva demand horizontal / elastis sempurna.  Kurva demand dari perusahaan monopolistik → elastis. Kemiringannya di antara kedua kurva demand dari monopoli dan persaingan sempurna.
  • 204. BENTUK KURVA DEMAND DAN MR DARI PERUSAHAAN PERSAINGAN MONOPOLISTIK
  • 205. TIGA KONDISI YANG BISA DIALAMI PERSAINGAN MONOPOLISTIK Dalam Jangka Pendek Perusahaan Dalam Persaingan Monopoli Dapat Mengalami 3 Hal 1. Mendapat Laba Supernormal 2. Mendapat Laba Normal 3. Menderita Kerugian
  • 206. TIGA KONDISI YANG BISA DIALAMI PERSAINGAN MONOPOLISTIK 1. Perusahaan Dalam Persaingan Monopolistik Yang Mendapat Laba Supernormal Dari gambar di samping, harga dan output yang menjamin laba maksimal dengan menggunakan kaidah MR = MC. Pada kaidah MR = MC harga jual produk sebesar OP1 dan output yang dijual sebanyak OQ1 dan besarnya laba P1P2LK.
  • 207. TIGA KONDISI YANG BISA DIALAMI PERSAINGAN MONOPOLISTIK 2. Perusahaan Dalam Persaingan Monopolistik Yang Mendapat Laba Normal Dari gambar di samping, Kaidah MR = MC adalah kaidah guna menetapkan harga dan output yang menjamin laba maksimal. Pada kaidah MR = MC harga jual produk sebesar OP1 dan output yang dijual sebanyak OQ1 dan besarnya TC = TR, yaitu sebesar OP1KQ1.
  • 208. TIGA KONDISI YANG BISA DIALAMI PERSAINGAN MONOPOLISTIK 3. Perusahaan Dalam Persaingan Monopolistik Yang Menderita Kerugian Kaidah MR = MC adalah kaidah guna menetapkan harga dan output yang menjamin laba maksimal, laba yang maksimal tetapi kalau rugi kerugian yang minimal. Pada kaidah MR = MC, Harga jual produk sebesar OP2, biaya rata- rata (AC) OP1. AC lebih besar dari penerimaan rata-rata (AR). Kerugian yang minimal ini output/jumlah produksi yang harus dijual sebanyak OQ1 dan besar TC (OQ1KP1) dan TR (OQ1LP2)
  • 209. AKIBAT PERSAINGAN MONOPOLI TERHADAP OUTPUT DAN HARGA 1) Perubahan Harga Berakibat Perubahan Permintaan Yang Besar. ADA 4 2) Efisiensi Masing – Masing Perusahaan. 3) Promosi Penjualan. 4) Jenis Produk Yang Tersedia.
  • 210. AKIBAT PERSAINGAN MONOPOLI TERHADAP OUTPUT DAN HARGA Bentuk kurva demand-nya bersifat sangat elastis sehingga dengan sedikit menaikkan harga maka output akan mengalami banyak pengurangan. Kurva permintaan yang dihadapi oleh persaingan monopolis sangat elastis. 1) PERUBAHAN HARGA BERAKIBAT PERUBAHAN PERMINTAAN YANG BESAR
  • 211. AKIBAT PERSAINGAN MONOPOLI TERHADAP OUTPUT DAN HARGA Akan terdapat beberapa efisiensi masing-masing perusahaan dalam jangka panjang. Artinya, perusahaan tidak akan dirangsang untuk membangun skala optimum perusahaan/untuk menjalankan skala perusahaannya yang telah dibangun pada tingkat output minimum. Perusahaan baru akan terus masuk sehingga tidak ada lagi laba yang diperoleh. Kerugian diderita bila kurva biaya rata-rata jangka panjang terletak di atas kurva permintaan untuk semua output. Keluarnya perusahaan dan industri akan terus berlangsung sehingga kurva biaya rata- rata jangka panjang bersinggungan kembali dengan kurva permintaan yang dihadapinya. 2) EFISIENSI MASING – MASING PERUSAHAAN
  • 212. AKIBAT PERSAINGAN MONOPOLI TERHADAP OUTPUT DAN HARGA Beberapa pemborosan iklan dari perubahan desain dapat terjadi dalam persaingan monopoli. Pemborosan seperti ini lebih kecil dalam persaingan monopoli dibandingkan dengan oligopoli. Dalam oligopoli, usaha penjual yang satu untuk memperluas pasarnya akan mendorong pihak lain untuk melakukan usaha yang sama untuk mempertahankan bagian pasarnya. Persaingan seperti itu tidak ada dalam persaingan monopoli. Iklan yang dilakukan oleh salah satu penjual diimbangi oleh yang lain, maka Tindakan balasan tersebut sebenarnya merupakan usaha yang sama untuk memperluas pasar masing-masing. Tak ada yang bereaksi atas penggerogotan pasarnya oleh penjual lain. 3) PROMOSI PENJUALAN
  • 213. AKIBAT PERSAINGAN MONOPOLI TERHADAP OUTPUT DAN HARGA Konsumen dapat memilih jenis, gaya, atau warna yang sangat mendekati selera dan kemampuan. Akan tetapi, suatu peringatan perlu diberikan di sini ragam produk tertentu demikian banyak sehingga membingungkan konsumen dan persoalan pemilihan dapat menjadi lebih sulit. Masa bodoh dengan perbedaan mutu yang sebenarnya karena kesediaan untuk membayar harga yang lebih tinggi untuk merek tertentu yang dalam kenyataannya tidak lebih baik dari merek dengan harga yang lebih rendah. 4) JENIS PRODUK YANG TERSEDIA
  • 214. PENGANTAR EKONOMI MIKRO BAB X PASAR MONOPOLI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI PEMBIMBING: Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
  • 215. KELAS J – KELOMPOK 8 AMAR’ATUS LAILA 1222200173 ANGGUN PRATIWI 1222200174 MARCELL WILLARD S. 1222200175
  • 216. PENGERTIAN MONOPOLI  Monopoli adalah suatu keadaan di mana di dalam pasar hanya ada satu penjual sehingga tidak ada perusahaan pesaing. Keadaan seperti ini adalah kasus monopoli murni atau pure monopoly. Monopoli murni dalam dunia nyata jarang ditemukan. Perusahaan publik lokal digambarkan oleh beberapa ahli ekonomi yang mendekati monopoli murni antara lain industri aluminium sebelum Perang Dunia II, mesin-mesin pembuat sepatu, nikel, besi, telepon, dan beberapa lainnya.  Macam persaingan tidak langsung lain adalah kemungkinan adanya perusahaan- perusahaan baru yang masuk ke dalam pasar yang sering disebut dengan istilah "persaingan potelsial". Dikarenakan adanya persaingan potensial, perilaku seorang produsen monopoli tidak sebebas seperti apa yang digambarkan dalam kasus monopoli murni.
  • 217. PENGERTIAN MONOPOLI  Prinsip - prinsip monopoli murni : 1. Pertama, monopoli sebagai alat analisis sangat berguna dipakai pada industri- industri yang mendekati monopoli murni. 2. Kedua, monopoli sebagai alat analisis dan berbagai modifikasinya sangat berguna dalam mempelajari pesaingan oligopoli dan persaingan monopoli.  Selain itu, suatu pemahaman yang mendalam tentang hubungan-hubungan dalam pasar monopoli memberikan landasan yang diperlukan untuk menelaah "ekonomi pengaturan (economics of regulation), suatu topik penting bagi para manajer dunia bisnis.
  • 218. CIRI – CIRI DAN FAKTOR PENYEBAB PASAR MONOPOLI 1. Pasar Monopoli adalah Industri Satu Perusahan. Ciri – Ciri 2. Tidak Mempunyai Barang Pengganti yang Mirip. 3. Tidak Terdapat Kemungkinan untuk Masuk dalam industri 4. Dapat Memengaruhi Penentuan Harga. 5. Promosi Iklan Kurang Diperlukan.
  • 219. Faktor-Faktor yang Menimbulkan Adanya Pasar Monopoli Terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan munculnya pasar (perusahaan) monopoli, Ketiga faktor tersebut adalah : Faktor Monopoli 1. Perusahaan monopoli mempunyai suatu sumber daya tertentu yang unik dan tidak dimiliki oleh perusahaan lain. 2. Perusahaan monopoli pada umumnya dapat menikmati skala ekonomi (economic of scale) hingga ke tingkat produksi yang sangat tinggi. 3. Monopoli ada dan berkembang melalui undang-undang, yaitu pemerintah memberi hak monopoli kepada perusahaan.
  • 220. HAMBATAN BAGI PERUSAHAAN YANG AKAN MEMASUKI PASAR  Bila ada perusahaan baru yang dengan mudah masuk ke dalam industri persaingan murni maka dalam jangka panjang akan ada perusahaan- perusahaan baru lainnya yang masuk ke dalam suatu industri.  Bila ada laba murni untuk perusahaan-perusahaan dalam industri tertentu dan perusahaan yang ingin masuk juga, yakin bahwa mereka juga dapat memperoleh laba murni, maka perusahaan baru akan berusaha masuk industri tersebut.
  • 221. HAMBATAN BAGI PERUSAHAAN YANG AKAN MEMASUKI PASAR  Sang Monopolis dapat menghalangi masuknya perusahaan baru ke dalam industri tersebut dengan beberapa cara. Dia dapat mengendalikan bahan baku yang diperlukan untuk menghasilkan produknya.  Suatu perusahaan monopoli bisa timbul karena beberapa sebab, antara lain: 1. Penguasaan Bahan Mentah 2. Hak Paten 3. Terbatasnya Pasar 4. Pemberian Hak Monopoli oleh Pemerintah
  • 222. PENENTUAN BESARNYA HARGA DAN OUTPUT Jika suatu perusahaan yang monopolistik menyamakan MR dengan MC-nya. maka pada saat yang sama ia menentukan pula tingkat output dan tingkat harga pasar untuk produknya. Keputusan ini dilukiskan dalam gambar di bawah ini. Di situ perusahaan tersebut menghasilkan output sebesar Q unit pada tingkat biaya C baya per unit dan ia menjual output-nya tersebut pada tingkat harga P. Laba, yaitu sama dengan (P-C) kali Q, ditunjukkan oleh bidang PP'C'C dan itu merupakan laba maksimum.
  • 223. PENENTUAN BESARNYA HARGA DAN OUTPUT Walaupun Q merupakan tingkat output-nya optimal jangka pendek, perusahaan tersebut akan berproduksi hanya jika penerimaan rata- rata (AR) atau harga (P) lebih besar daripada AVC. Keadaan ini terjadi dalam gambar di atas, tetapi jika P di bawah AVC, kerugian akan diminimumkan dengan berhenti berproduksi.
  • 224. PENENTUAN BESARNYA HARGA DAN OUTPUT Jika MR MC, berarti jika produksi ditambah, kenaikan penerimaan yang diperoleh akan lebih besar dari kenaikan biayanya. Hal ini berarti bahwa seorang manajer dapat meningkatkan laba perusahaan dengan meningkatkan produksi jika ingin meningkatkan laba perusahaan. Kondisi laba maksimal yaitu kondisi tingkat output optimal pada saat MC = MR yang secara matematis kondisi laba maksimal pada perusahaan monopoli dapat ditunjukkan sebagai berikut: 𝝅 = 𝑹 − 𝑩
  • 225. PENENTUAN BESARNYA HARGA DAN OUTPUT Gambar di samping menunjukkan bagaimana seorang monopolis dalam menentukan tingkat output optimal. Kurva MR memotong kurva MC pada tingkat output Q. yang sekaligus menunjukkan tingkat output optimal. Harga maksimal yang masih dapat diterima oleh konsumen untuk output Q adalah P. Jadi kombinasi harga dan output yang memaksimalkan laba bagi monopoli adalah Q dan P. Besar laba yang diperoleh monopoli ditunjukkan oleh daerah CPP'C'. Laba itu diperoleh TR (OPC'Q) dikurangi dengan TC (OCC'Q).
  • 226. POSISI KESEIMBANGAN  Seorang produsen monopoli adalah satu-satunya produsen dalam suatu pasar sehingga kurva permintaan yang dihadapinya adalah kurva permintaan pasar. Kurva permintaan pasar biasanya menurun dari kiri atas ke kanan bawah, yang berarti bahwa produsen tersebut bisa memengaruhi harga pasar dengan jalan menjual lebih sedikit atau lebih banyak barang produksinya.  Perbedaan antara perusahaan dalam persaingan murni dan monopolis terlihat dalam bidang penjualan. Penjual dalam persaingan murni dapat menjual semua yang ingin dijualnya dengan harga pasar yang ada karena harga sama dengan biaya marginalnya.
  • 227. 1. Hubungan P, TR, dan MR
  • 228. 2. Laba, Rugi, dan Impas bagi Monopolis  Ada suatu salah pengertian yang umum, yaitu bahwa seorang monopolis harus membuat untung. Sang monopolis mungkin menderita rugi dalam jangka pendek. Monopoli bisa menderita kerugian disebabkan karena (1) biaya awal yang besar (set up cost), dan (2) demand- nya belum berkembang karena belum dikenal.  Monopoli tidak berarti bahwa akan selalu mendapatkan laba ekonomi. Jika monopoli dapat memperoleh laba ekonomi dan dapat mencegah perusahaan lain masuk ke dalam industri, maka laba ekonomi yang diperoleh dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
  • 229. 2. Laba, Rugi, dan Impas bagi Monopolis  Dalam keadaan yang dimisalkan Sang Monopolis membangun skala perusahaan yang lebih besar dan skala optimum perusahaan dan menjalankannya pada tingkat output yang lebih besar dan tingkat output optimum jika dia ingin mendapat laba yang maksimal. Skala perusahaannya demikian besar sehingga terjadi kerugian ekonomis. Akan lebih menguntungkan kalau dia menggunakan skala pemisahaan yang lebih kecil dan skala yang ada untuk menghasilkan tingkat output x dengan tingkat output yang paling efisien.
  • 230. 2. Laba, Rugi, dan Impas bagi Monopolis 1) Monopolis yang Mendapatkan Keuntungan Analisis perilaku perusahaan monopoli dalam mencapai posisi ekuilibrium, yaitu posisi keuntungan maksimum akan dicapai pada saat MR = MC. Kurva D dan MR apabila digabungkan dengan kurva ongkos, maka dapat diperoleh "ekuilibrium perusahaan'' yang sekaligus sama dengan "equal pasar". Equal pasar yang menjamin diperolehnya keuntungan maksimum pada saat MR = MC, yaitu pada produksi sebesar Q. Keuntungan maksimum yang merupakan tujuan pokok dari seorang produsen dapat dilihat dan gambar di bawah ini, laba maksimal (P1KLP2) dicapai pada saat MC = MR. Laba maksimal dicapai bila monopolis menjual produksinya dengan tingkat harga sebesar OP1 dengan jumlah barang yang dijual sebanyak OQ.
  • 231. 2. Laba, Rugi, dan Impas bagi Monopolis 1) Monopolis yang Mendapatkan Keuntungan Jika monopolis menjual dengan jumlah lebih banyak atau lebih sedikit laba yang diperolehnya tidak maksimal atau belum maksimal. Hal ini dikarenakan produk yang dijual tidak menuruti kaidah MR = MC. Lebih lanjut dari gambar di bawah ini, dengan harga sebesar OP1 biaya rata.
  • 232. 2. Laba, Rugi, dan Impas bagi Monopolis 2) Dalam Jangka pendek Monopolis Mengalami impas Sejalan dengan penjelasan gambar di samping, maka besarnya harga TR = TC. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan ongkos rata-rata sehingga besarnya AC jangka pendek naik menjadi sama dengan harga (P) sehingga TR = OPIKQ dan TC = OQKP1.
  • 233. 2. Laba, Rugi, dan Impas bagi Monopolis 3) Monopolis yang Mendapatkan Kerugian Sejalan dengan penjelasan gambar di samping, maka besarnya TC lebih besar daripada TR. Hal ini terjadi apabila terjadi kenaikan ongkos rata-rata yang terus- menerus sehingga AC jangka pendek lebih besar daripada harga per unit (P). Dengan demikian, dalam jangka pendek dapat menimbulkan kerugian sebesar P1P2KL karena TR = OP1LQ dan TC = OPZKQ.
  • 234. CARA MEMPERTAHANKAN AGAR TETAP MONOPOLIS  Ada beberapa salah pengertian dalam monopoli. Pertama, bahwa monopolis akan selalu untung. Kedua, bahwa kurva permintaan monopolis selalu inelastis.  Beberapa cara usaha monopolis untuk mempertahankan agar dia tetap sebagai monopolis yaitu: 1. Selalu mengontrol sumber-sumber bahan mentah yang dipakainya 2. Selalu memegang hak paten atas produksinya, supaya perusahaan lain tidak bisa meniru 3. Pasar sedemikian terbatasnya relatif dibanding dengan akala perusahaan optimum
  • 235. KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI  Dari hal-hal yang dibahas di atas kita lihat bahwa kerugian masyarakat dan adanya monopoli bukan hanya timbul karena perusahaan monopoli bisa menikmat keuntungan di atas keuntungan yang wajar tetapi ada bentuk-bentuk kerugian lain.  Akan tetapi, monopoli tidak selalu lebih buruk daripada persaingan sempurna, yaitu bila kita lihat dan segi segi lain, misalnya : 1. Output yang Lebih Kecil 2. Halangan bagi Perusahaan Lain yang Hendak Masuk Pasar 3. Efisiensi Ekonomi 4. Promosi penjualan 1. Kerugian Adanya Monopoli
  • 236. KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI  Tindakan-tindakan yang bisa dilakukan pemerintah yang bisa mengurangi dampak negatif dari monopoli terhadap masyarakat adalah: 1. Menetapkan Undang-Undang antimonopoli. 2. Pemerintah bisa mendirikan perusahaan tandingan. 3. Pemerintah bisa mendirikan perusahaan tandingan di dalam pasar dengan tujuan membatasi kekuasaan monopoli. 4. Mengimpor barang sejenis yang diproduksi monopolis. 1. Kerugian Adanya Monopoli
  • 237. KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI 1) Pengaturan Harga Pemerintah bisa mengawasi untuk mengatur harga yang dikenakan oleh perusahaan monopoli negara, seperti perusahaan gas dan listrik. Persoalan ekonomi yang dihadapi adalah penentuan harga yang akan menarik Sang Monopolis untuk menyediakan produk sebanyak-banyaknya sesuai dengan permintaan konsumen. Sang Monopolis memperoleh laba maksimal di mana biaya marginal sama dengan pendapat marginal. 2. Pengaturan Monopoli oleh Pemerintah
  • 238. KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI Dalam pasar persaingan sempurna seorang pengusaha atau produsen akan menghasilkan barang dengan berpedoman pada kesamaan antara biaya marjinal (MC) dan penerimaan marjinal (MR) yang juga sama dengan penerimaan rata-rata (AR) atau sama dengan tingkat harga (P), yang mana dapat ditunjukkan pada perpotongan antara kurva biaya marjinal (MC) dan kura penerimaan rata-rata (AR) pada titik K. Pada titik keseimbangan K itu berarti produsen akan menghasilkan barang sebanyak OQ dengan tingkat harga barang setinggi P ini berarti bahwa dengan adanya produsen monopolis jumlah barang yang dihasilkan bagi masyarakat lebih sedikit, yaitu setinggi 01' dibanding dengan apabila produsen bekerja pasar persaingan sempurna (X) dan juga harga barang dalam pasar monopoli lebih tinggi dibanding dengan harga pada pasar persaingan sempuma (P). LANJUTAN (Pengaturan Harga)
  • 239. KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI Dengan demikian, dapat dikatakan pula bahwa masyarakat mendapatkan kerugian. (social loss) karena adanya pasar monopoli Kerugian masyarakat itu ditunjukkan oleh segitiga EFG, yaitu perbedaan antara berkurangnya penerimaan total dan berkurangnya biaya total apabila kita mengurangi produksi dari OQ1 menjadi QX2. LANJUTAN (Pengaturan Harga)
  • 240. KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI 2) Pengaturan Harga pada Kasus Monopoli Murni dengan Decrasing Cost Disebut kasus decreasing cost karena kita menghadapi kasus di mana luas pasar terbatas sehingga untuk memenuhi permintaan yang ada di pasar, perusahaan monopoli hanya beroperasi pada bagian kurva di mana AC menurun (decreasing cost). 2. Pengaturan Monopoli oleh Pemerintah
  • 241. KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI  Masalahnya bagi pemerintah dalam kasus ini adalah bila mewajibkan perusahaan tersebut untuk berproduksi pada P= MC dengan output Q3 dan harga OP3 maka ini berarti bahwa perusahaan tersebut akan menanggung rugi RL bahwa ongkos per unit (AC) OP2 lebih besar dan harga jual OP3. Untuk menghindari nya pemerintah mempunyai pilihan. a. Mewajibkan perusahaan beroperasi pada P = AC (posisi L). b. Tetap mewajibkan perusahaan untuk beroperasi pada P = MC, tetapi dengan jaminan bahwa pemerintah akan memberikan subsidi kepada perusahaan tersebut sebesar RI/P2P3 (yaitu untuk menutup kerugian perusahaan). LANJUTAN (Decrasing Cost)
  • 242. LANJUTAN  Contohnya ialah perusahaan air minum, dan karena air minum adalah untuk kepentingan orang banyak, maka perusahaan ini seringkali dimonopoli oleh pemerintah sendiri untuk melindungi konsumen. CONTOH (Decrasing Cost) Monopoli Alami  Utilitas utama seperti gas, listrik, dan air sering dikemukakan sebagai contoh industri dengan "kecenderungan alami" kuat menjadi monopoli alami sebagian karena biaya tetap besar untuk membangun dan memelihara jaringan nasional kabel dan pipa.  Bahkan kita dapat membuat perbedaan penting antara pasokan dan distribusi layanan seperti gas dan listrik. Pasar ritel untuk pasokan gas dan listrik untuk rumah dan bisnis juga sepenuhnya kompetitif. Namun, usaha transportasi gas dan listrik untuk konsumen akhir lebih dekat untuk menjadi monopoli alami.
  • 243. LANJUTAN (Monopoli Alami)  Jika monopoli kehilangan pangsa pasar (misalnya oleh otoritas persaingan bertindak untuk membagi sebuah monopoli yang sudah ada) ada risiko bahwa skala kecil pemasok akan berproduksi pada biaya total yang lebih tinggi rata-rata yang akan mewakili pemborosan sumber daya yang langka.
  • 244. KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI 3) Perpajakan Pajak yang dikenakan terhadap monopolis dapat bersifat tetap dasarnya (lumpsum) dan dapat bersifat khusus (spesific). 2. Pengaturan Monopoli oleh Pemerintah a. Pajak lumpsum Pajak yang lumpsum ini tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, pajak lumpsum ini sifatnya seperti biaya tetap sehingga tidak akan memengaruhi besarnya biaya marjinal, tetapi hanya memengaruhi besarnya biaya rata-rata.
  • 245. LANJUTAN (Pajak Lumpsum) Dia tak dapat menggeser pajaknya pada konsumen dengan harga yang lebih tinggi dan output yang lebih kecil. Usaha seperti itu akan semakin mengurangi labanya. Jumlah pajak tak tergantung pada output sehingga pajak tersebut merupakan biaya terbagi Sang Monopolis. Pajak ini akan menggeser kurva biaya rata-rata menjadi AC tetapi tak ada pengaruhnya atas kurva biaya marginal akibatnya harga mencapai laba maksimal dan output-nya tetap. Adanya pajak ini hanya menggeser kurva AC ke atas sedang kurva MC-nya tetap.
  • 246. LANJUTAN (Pajak Lumpsum) Dia tak dapat menggesernya pada konsumen dengan harga yang lebih tinggi dan output yang lebih kecil. Usaha seperti itu akan semakin mengurangi laba. Seluruh laba Sang Monopolis dapat dihantam pajak seluruhnya dengan cara ini tanpa ada pengaruhnya atas harga dan output. Dengan adanya pajak lumpsum ini, harga dan output tetap, yaitu harga sebesar OP3 sedang output sebesar OQ. Adanya pajak membuat laba monopolis berkurang yang semula P1P3LN menjadi sebesar P2P3LM.
  • 247. KERUGIAN DAN PENGATURAN MONOPOLI 3) Perpajakan 2. Pengaturan Monopoli oleh Pemerintah b. Pajak Khusus Pajak khusus ini dikenakan atas dasar jumlah barang yang dihasilkan. Dengan kata lain, pajak khusus ini dikenakan sebagai pajak per satuan (per unit) barang yang dihasilkan. Hal ini berarti pengenaan pajak khusus akan memengaruhi, baik biaya rata- rata maupun biaya marjinal karena pajak tersebut sama artinya dengan menambah biaya variabel. Dalam Gambar slide selanjutnya dilukiskan bahwa dengan dikenakannya pajak khusus itu kurva biaya rata-rata bergeser ke atas sebesar pajak per unit, yaitu dari kurva biaya rata-rata AC menjadi AC” dan kurva biaya marjinal bergeser dari kurva MC menjadi kurva MC”.
  • 248. LANJUTAN (Pajak Khusus) Tampak dalam uraian di slide sebelumnya bahwa dengan dikenakannya pajak, khususnya pajak lumpsum, produsen monopolis tidak akan mengurangi jumlah barang yang dihasilkan, tetapi harus memikul beban pajak yang dibebankan padanya. Diutamakan suatu pajak khusus dikenakan pada Sang Monopolis seperti terlihat dalam Gambar 10.9. Pajak adalah semacam biaya variabel dari menggeser biaya rata-rata dan biaya marginal ke atas sebanyak jumlah pajak.
  • 249. MONOPOLI DAN EKONOMI EFISIENSI  Dalam catatan ini kita mengevaluasi biaya dan manfaat dari bisnis dengan otot industri, kekuatan harga monopoli di pasar. Kasus ekonomi dan sosial standar terhadap bisnis monopoli tidak lagi mudah.
  • 250. KASUS EKONOMI TERHADAP MONOPOLI  Argumen buku biasa terhadap kekuatan monopoli di pasar adalah bahwa monopolis yang ada dapat terus mendapatkan yang abnormal (supernormal) keuntungan dengan mengorbankan efisiensi ekonomi dan kesejahteraan konsumen dan masyarakat. Kasus standar melawan monopoli adalah bahwa harga monopoli lebih tinggi daripada biaya marjinal dan rata-rata, baik menyebabkan hilangnya efisiensi alokatif dan kegagalan mekanisme pasar. Perusahaan monopoli adalah penggalian harga dari konsumen yang berada di atas biaya sumber daya yang digunakan dalam pembuatan produk, dan kebutuhan konsumen dan keinginan tidak terpenuhi, sebagai produk yang berada di bawah (dikonsumsi). Rata-rata biaya produksi yang lebih tinggi jika ada inefisiensi dalam produksi juga berarti bahwa perusahaan tidak memanfaatkan optimal dari sumber daya yang langka.
  • 251. X INEFISIENSI DI BAWAH MONOPOLI  Kurangnya kompetisi yang nyata dapat memberikan monopoli kurang insentif untuk berinvestasi dalam ide-ide baru atau mempertimbangkan kesejahteraan konsumen. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa bahkan jika keuntungan monopoli dari skala ekonomi, mereka akan memiliki sedikit insentif untuk mengendalikan biaya produksi dan inefisiensi ‘X’ akan berarti bahwa tidak akan ada penghematan biaya yang nyata. Perbandingan antara persaingan sempurna monopoli dan sebuah industri yang kompetitif akan menghasilkan dalam jangka panjang di mana permintaan pasar sama dengan penawaran pasar.Pertimbangkan diagram di bawah ini. Keseimbangan output dan harga di Q1 dan PComP pada diagram sebelah kiri dan PComP dan Q1 pada diagram sebelah kanan. Pada titik ini, Harga = MC dan industri memenuhi persyaratan untuk efisiensi alokatif.
  • 252. X INEFISIENSI DI BAWAH MONOPOLI
  • 253. X INEFISIENSI DI BAWAH MONOPOLI  Jika industri ini diambil alih oleh monopoli titik memaksimalkan keuntungan (MC=MR) adalah pada harga dan Q2 PMON output. Monopoli ini mampu mengenakan harga yang lebih tinggi membatasi output total dan dengan demikian mengurangi kesejahteraan ekonomi. Kenaikan harga PMON mengurangi surplus konsumen. Pengurangan kesejahteraan konsumen adalah transfer murni untuk produsen melalui keuntungan yang lebih tinggi, tetapi beberapa kerugian yang tidak dipindahkan ke agen-agen ekonomi lainnya. Hal ini dikenal sebagai hilangnya kesejahteraan bobot mati dan sama dengan daerah ABC.
  • 254. X INEFISIENSI DI BAWAH MONOPOLI
  • 255. X INEFISIENSI DI BAWAH MONOPOLI  Hasil serupa terlihat dalam diagram berikutnya yang membuat asumsi kerja rata-rata jangka panjang dan biaya yang konstan marjinal di bawah kedua persaingan dan monopoli. Hilangnya bobot mati kesejahteraan ekonomi di bawah monopoli (yang memaksimalkan keuntungan harga PI dan QI) ditunjukkan oleh segitiga ABC. Harga kompetitif dan output Pc dan Qc masing-masing.
  • 256. X INEFISIENSI DI BAWAH MONOPOLI
  • 257. POTENSI MANFAAT DARI MONOPOLI  Hal ini penting dalam esai dan pertanyaan data ketika Anda menganalisis pasar tidak sempurna kompetitif di mana rasio konsentrasi tinggi menyebutkan beberapa keuntungan potensial dari pemasok memiliki kekuatan monopoli. Salah satu kesulitan dalam menilai konsekuensi kesejahteraan dari monopoli, duopoli, atau oligopoli terletak dalam mendefinisikan tepat apa yang sebenarnya merupakan pasar. Hampir setiap industri pasar tersegmentasi menjadi produk yang berbeda, dan dampak dari globalisasi membuat sulit untuk mengukur tingkat kekuatan monopoli sejati yang mungkin ada dalam suatu industri pada setiap saat dalam waktu. Semakin pasar di mana monopoli tampak ada sebenarnya menjadi perebutan karena efek kompetisi internasional yang terus berkembang.
  • 258. SKALA EKONOMIS  Seorang monopolis mungkin lebih baik diposisikan untuk mengeksploitasi ekonomi penyewaan skala untuk keseimbangan yang memberikan output yang lebih tinggi dan harga yang lebih rendah daripada kondisi yang kompetitif. Hal ini diilustrasikan dalam diagram berikutnya, di mana kita mengasumsikan bahwa monopoli mampu mendorong biaya marjinal lebih rendah dalam jangka panjang, menemukan sebuah output ekuilibrium Q2 dan harga di bawah harga yang kompetitif.
  • 260. SKALA EKONOMIS  Mungkin ada tingkat yang lebih cepat dari perkembangan teknologi yang akan mengurangi biaya dan menghasilkan produk berkualitas lebih baik bagi konsumen. Hal ini disebabkan monopoli itu akan menginvestasikan keuntungan dalam penelitian dan pengembangan untuk mempromosikan efisiensi dinamis. Menurut penelitian oleh Profesor Federico Etro, yang diterbitkan dalam Jurnal Ekonomi Kekuatan edisi April 2004, monopoli bisa baik untuk inovasi. Terlepas dari kenyataan bahwa kepemimpinan pasar perusahaan seperti Microsoft sering dikritik, investasi mereka dalam penelitian dan pengembangan (R & D) dapat bermanfaat bagi masyarakat karena mereka memperluas perbatasan teknologi dan membuka cara baru untuk kemakmuran.
  • 261. LANJUTAN (SKALA EKONOMIS)  Penelitian Etro berpendapat bahwa ketersediaan pasar ditandai dengan bebas masuk sehingga pemimpin pasar benar-benar akan memiliki insentif yang lebih dari perusahaan lain untuk berinvestasi dalam R & D. Baumol berpendapat bahwa struktur yang menumbuhkan inovasi produktif yang terbaik adalah oligopoli. Hipotesis Baumol adalah bahwa perusahaan oligopoli bersaing dengan membuat produk mereka sedikit berbeda dari saingan mereka.
  • 262. DISKRIMINASI HARGA 1. Sifat - sifat diskriminasi harga  Dalam uraian sebelumnya kita telah mengetahui bahwa seorang produsen monopolis dapat menderita rugi karena terlalu sempitnya pasar. Oleh karena itu, produsen tersebut harus berusaha memperluas pasar, misalnya dengan mengadakan promosi dan advertensi mengenai barang-barang yang dihasilkannya. Di samping itu, perluasan pasar dapat ditempuh juga dengan mengadakan diskriminasi harga. Diskriminasi harga bukan menetapkan harga disebabkan biaya produksi yang berbeda, melainkan biaya produksi sama tetapi dijual dengan harga yang berbeda pada dua pasar atau lebih. Diskriminasi harga produsen monopolis berusaha untuk memperluas pasar dengan berbeda berarti bahwa dua pasar itu memiliki elastisitas permintaan yang berlainan cara menjual barang yang dihasilkannya di pasar yang berbeda.
  • 263. DISKRIMINASI HARGA 2. Kondisi terjadinya diskriminasi harga  Tiga kondisi awal dapat terjadi diskriminasi harga : A. Pembeli-pembeli mempunyai elastisitas permintaan yang berbeda- beda Secara tajam. B. Para penjual mengetahui perbedaan-perbedaan ini dan dapat menggolongkan pembeli dalam kelompok-kelompok berdasarkan elastisitas yang berbeda-beda. C. Para penjual dapat mencegah pembeli untuk menjual kembali barang-barang yang dibeli.
  • 264. DISKRIMINASI HARGA 3. Jenis Diskriminasi Harga 1) Diskriminasi harga derajat pertama Diskriminasi harga derajat pertama merupakan keadaan di mana seorang produsen monopolis berusaha sepenuhnya mengambil surplus konsumen. 2) Diskrimasi harga derajat kedua Produsen mengenakan harga yang berbeda untuk setiap kelompok jumlah pembelian yang berbeda. 3) Diskrimasi harga derajat ketiga Untuk diskriminasi harga derajat ketiga ini produsen betul-betul menjual barang di pasar yang berbeda, yaitu dengan elastisitas permintaan yang berbeda.
  • 265. DISKRIMINASI HARGA 4. Pembagian Pasar penjualan yang berbeda  Dalam beberapa hal Sang Monopolis dapat dan lebih menguntungkan untuk memecah pasar prodoknya menjadi dua atau lebih pasar. Dalam keadaaan seperti itu dia akan mengenakan harga yang berbeda untuk produknya dalam masing-masing pasar.  Dua syarat harus dipenuhi untuk dapat membuat pasar seperti itu: 1. Pertama, dia harus sanggup memisahkan pasar tersebut, kalau tidak produknya akan dibeli dari pasar dengan harga yang lebih rendah untuk dijual kembali di pasar dengan harga yang lebih mahal. Hal ini akan menghapuskan perbedaan harga yang ingin dipertahankan Sang Monopolis. 2. Kedua, elastisitas permintaan pada masing-masing tingkat harga harus berbeda di antara pasar-pasar tersebut.
  • 266. DISKRIMINASI HARGA 5. Penetapan harga diskrimasi secara grafik dan numerik 1) Melihat penetapan harga diskriminasi secara grafik Gambar slide selanjutanya menjelaskan bahwa biaya marginal ditunjukkan oleh garis MC. Biaya marginal ini konstan dan sama untuk dua kelompok pembeli. Dengan kata lain, produk yang dijual mempunyai biaya produksi yang sama. Kelompok A mempunyai permintaan yang relatif inelastis, sementara permintaan kelompok B lebih tinggi elastisitasnya. Setiap kurva permintaan mempunyai kurva pendapatan marginal, yaitu MRa dan MRb. Perusahaan berusaha memaksimumkan keuntungan total dengan menawarkan output kepada setiap kelompok harga di mana MC = MR.
  • 267. DISKRIMINASI HARGA 5. Penetapan harga diskrimasi secara grafik dan numerik
  • 268. LANJUTAN 5. Penetapan harga diskrimasi secara grafik dan numerik  Produsen memproduksi barang X sebanyak Q1Q2 dengan biaya produksi MC yang konstan sebesar OL. Produsen hendak melakukan kebijakan diskriminasi harga pada kedua pasar yang berbeda, yaitu Pasar A dan Pasar B. Pasar A mempunyai elastisitas permintaan yang lebih elastis. Sedang Pasar B kurva permintaan yang kurang elastis. Pada gambar di slide sebelumnya terlihat yang lebih elastis lebih condong mendatar kurvanya. Tujuan kebijakan diskrimasi harga ini penjual menginginkan laba maksimum untuk kedua pasar. Agar labanya maksimum penjual harus menetapkan harga dengan MC = MR. 2) Melihat Penetapan Harga Diskriminasi Secara Numerik
  • 269. PENGANTAR EKONOMI MIKRO BAB XI PASAR OLIGOPOLI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI PEMBIMBING: Dr. Sigit Sardjono, M.EC.
  • 270. KELAS J – KELOMPOK 8 AMAR’ATUS LAILA 1222200173 ANGGUN PRATIWI 1222200174 MARCELL WILLARD S. 1222200175
  • 271. PASAR OLIGOPOLI PENGERTIAN  Pasar Oligopoli → Pasar yang terdapat banyak penjual dan masing masing penjual dapat memengaruhi harga pasar.  Hanya sedikit penjual sehingga tindakan seorang produsen akan mendorong produsen lain untuk bereaksi.  Jika rasio konsentrasi empat perusahaan besar mampu menguasai lebih dari 40% maka pasar tersebut termasuk Pasar Oligopoli.
  • 272. CIRI PASAR OLIGOPOLI (DIKEMUKAKAN DOUGLAS)
  • 273. SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA MENURUT DUMAIRY Berdasarkan kriteria CR4, struktur pada sektor industri di indonesia menurut dumairy (dalam perekonomian Indonesia) pada tahun 1997 umumnya industri di Indonesia adalah oligopoli, seperti : 1) Industri makanan, minuman, dan tembakau 67% 2) Industri kertas dan penerbitan 56% 3) Industri kimia 47% 4) Industri minyak bumi dan batu bara 55% 5) Industri logam dasar 55% 6) Industri barang jadi dari logam, mesin, dan peralatannya 60% 7) Industri pengolahan lainnya 60%
  • 274. KARAKTER PASAR OLIGOPOLI 1. Perusahaan saling bersepakat yg untuk melakukan penentuan harga dan jumlah produksi. Ciri-Ciri 2. Pasar oligopoli merupakan pasar yang terdiri dari beberapa produsen (dua sampai dengan lima produsen). 3. Perusahaan tidak saling melakukan kesepakatan. 4. Pasar yang terdiri dari dua perusahaan disebut duopoly.
  • 275. DEMAND OLIGOPOLI Dalam industri ini hanya ada sedikit sekali penjual yang bersaing dalam suatu wilayah geografis yang kecil. Misalnya industri pompa besin. Oleh karena jumlah penjual yang sedikit kecil maka saling pengaruh antara mereka bisa dimasukkan dalam masalah penentuan harga/output dari oligopoli. Duopoli termasuk sebuah bentuk khusus oligopoli, di mana ada dua perusahaan yang menghasilkan suatu produk tertentu. Untuk sederhananya, anggap bahwa produk tersebut homogen dan para pembeli memilih produk di antara kedua perusahaan tersebut semata-mata berdasarkan harganya. Anggap pula bahwa kedua perusahaan tersebut menetapkan harga yang sama dan masing- masing mempunyal pangsa (share) pasar yang sama.
  • 276. MODEL OLIGOPOLI Model cournot adalah model pasar duopoli (dua penjual) yang pertama kali diteliti oleh Agustin cournot tahun 1938. Model ini beranggapan bahwa barang yang dihasilkan dua perusahaan adalah sama dan bersifat substitut sempurna serta struktur ongkos produksi per unit sama. Dimisalkan ada dua sumber air mineral yang sama dan dimiliki oleh dua perusahaan yang berbeda. 1. Model Cournot
  • 277. 1. Model Cournot Anggaplah bahwa perusahaan yang pertama memproduksi A dengan harga PA agar keuntungan yang diperolehnya maksimum (karena pada tingkat output dan harga tersebut MC=MR 0), Besarnya elastisitas permintaan 1, dan total penerimaannya (TR) adalah maksimum, dengan ongkos produksi O sehingga keuntungannya juga maksimum. Perusahaan kedua kemudian masuk ke pasar dan menganggap bahwa tingkat output yang dihasilkan perusahaan pertama tidak berubah. Perusahaan kedua menganggap bahwa kurva permintaan yang dihadapinya adalah kurva CD', yang berarti bahwa perusahaan kedua menghasilkan output setengah dari perusahaan pertama, yaitu sebesar AB dan pada tingkat harga PB sehingga keuntungannya maksimum (karena MC =MR=0).
  • 278. BENTUK KURVA PASAR DUOPOLI MODEL COURNOT
  • 279. LANJUTAN Dalam hal ini perusahaan kedua hanya menghasilkan setengah dari output yang diminta pasar yang tidak dilayani oleh perusahaan pertama. Jadi output yang dihasilkan perusahaan kedua adalah 0,25 (0,5 x 0,5) dari seluruh permintaan yang ada di pasar. Kemudian perusahaan pertama yang menghadapi suasana ini beranggapan bahwa perusahaan kedua akan tetap mempertahankan outputnya untuk periode berikutnya. Perusahaan pertama menawarkan 0,5 dari seluruh permintaan yang ada di pasar pada periode selanjutnya Selama perusahaan kedua dapat menawarkan 0,25 dari seluruh permintaan pasar, perusahaan pertama pada waktu berikutnya akan menghasilkan 0,5(1 - 0,25) = 0,375 dan seluruh permintaan pasar.
  • 280. LANJUTAN Kemudian perusahaan kedua akan melakukan reaksi dengan menawarkan output setengah dari jumlah output yang tidak dilayani oleh perusahaan pertama atau sebesar 0.5(1 - 0.375) = 0,3125 dan seterusnya. Jadi : Perusahaan pertama memproduksi 1/2 - 1/8 - 1/32 - 1/128 - ... = 1/3 Perusahaan kedua memproduksi 1/4 + 1/16 + 1/64 + 1/256 - ... = 1/3 Mereka bersama-sama memproduksi 2/3 dari output yang dipersaingkan, di mana P11 = 1TC. Selanjutnya jika terdapat tiga perusahaan maka mereka akan memproduksi 3/4 panjang (1) dengan mengikuti asumsi Cournot. Jika terdapat n perusahaan, maka akan memproduksi (n/ (n + 1) I) x OD.
  • 281. 1. MODEL COURNOT  Model Cournot ditinjau dari kurva reaksi (reaction curved)
  • 282.  Model Cournot ditinjau dari Kurva Reaksi (reaction curved) Jika salah satu perusahaan pasif dan yang lainnya bereaksi maka kurva reaksi dapat digambar dengan mudah lika perusahaan pertama memproduksi setengah maka perusahaan kedua akan memproduksi seperempat Jika perusahaan pertama memproduksi 1, maka perusahaan kedua akan memproduksi 0. Jika perusahaan pertama memproduksi 0 maka perusahaan kedua akan memaksimumkan laba dengan memproduksi setengah. Hal ini akan menyebabkan perusahaan kedua bereaksi terhadap perusahaan pertama. Begitu juga sebaliknya. Jika perusahaan kedua memproduksi 1, maka perusahaan pertama akan memproduksi 0. Jika sekarang kita mendapatkan perusahaan pertama bereaksi terhadap perusahaan kedua, maka akan saling berpotongan pada Cournot, di mana kita dapatkan masing-masing akan memproduksi sepertiga Keadaan ini akan menghasilkan equilibrium yang stabil.
  • 283. KELEMAHAN MODEL COURNOT 1. Masing-masing produsen tidak memanfaatkan pengalaman- pengalaman dalam mengantisipasi tindakan pesaing adalah tidak realistis. Kelemah -an 2. Meskipun jumlah output yang dihasilkan produsen pesaing pada masing-masing periode dianggap konstan, tetapi jumlah output secara keseluruhan akan mendorong tingkat harga menjadi turun dan akan mengarah mendekati persaingan sempurna. 3. Tidak dijelaskan sampai berapa lama proses penyesuaian untuk menuju ke posisi keseimbangan. 4. Anggapan bahwa ongkos produksi besarnya nol tidaklah realistis.
  • 284. MODEL OLIGOPOLI Model pasar duopoli yang kedua adalah model Bertrand yang dirumuskan pertama kali pada tahun 1883 oleh J. Bertrand yang menyatakan bahwa masing- masing perusahaan dalam pasar duopoli memperkirakan perusahaan pesaingnya untuk tetap mempertahankan tingkat harga jualnya apa pun yang ditentukan oleh perusahaan. Masing-masing perusahaan dihadapkan pada kurva permintaan pasar yang sama dan berusaha memaksimumkan keuntungannya dengan asumsi bahwa harga yang ditetapkan oleh pesaingnya tetap. 2. Model Betrand
  • 285. MODEL OLIGOPOLI Model Chamberlin menyatakan bahwa keseimbangan stabil di pasar terjadi apabila pasar ditetapkan satu harga. Tingkat harga ini merupakan kesepakatan bersama dari beberapa perusahaan yang ada di pasar untuk memaksimumkan keuntungannya. Chamberlin berpendapat bahwa apabila masing-masing perusahaan tidak menyadari akan ketergantungan mereka, maka pasar akan mencapai keseimbangan Cournot jika masing-masing perusahaan menganggap bahwa pesaingnya akan mempertahankan tingkat output-nya. 3. Model Chamberlin (Model untuk Pasar Kelompok Kecil)
  • 286. MODEL OLIGOPOLI P. Sweezy mengemukakan model ini pertama kali pada tahun 1939. Ada tiga asumsi yang merupakan dasar bagi penelaahan kurva permintaan yang patah, yaitu: a) Terdapat industri yang dewasa dan berpengalaman dengan atau tanpa deferensiasi produk. b) Apabila suatu perusahaan menurunkan harga. c) Apabila perusahaan menaikkan harga. 4. Model Kurva Permintaan Patah (The Kinked-Demand Model)
  • 287. MODEL OLIGOPOLI Dalam gambar sebelumnya, terlihat bahwa kurva permintaan yang dihadapi oleh oligopolis patah. Kurva tersebut patah pada tingkat harga Pe, yang merupakan harga ekuilibrium awal. Jika perusahaan oligopolis menurunkan harga jualnya, maka perusahaan pesaing akan menandingi kebijakan tersebut dengan menurunkan harga juga. Akibatnya, permintaan yang ada di pasar naik, tetapi tidak sebanyak apabila perusahaan lain tidak menurunkan harga. Jika perusahaan oligopolis menaikkan harga di atas Pe, maka penjualan akan menurun lebih cepat, sebab perusahaan lain tidak akan menaikkan harga. Akibatnya, kurva permintaan yang dihadapi oleh oligopolis akan menjadi sangat drastis pada harga-harga di atas harga ekuilibrium semula dan kurva permintaan akan patah pada harga equilibrium semula. 4. Model Kurva Permintaan Patah (The Kinked-Demand Model)
  • 288. MODEL OLIGOPOLI Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Heinrich Von Stackelberg tahun 1952, yang merupakan pengembangan dari model Cournot. Dalam model ini dianggap bahwa salah satu perusahaan dalam pasar oligopoli cukup kuat menjadi leader sehingga perusahaan pesaing mengakuinya dapat berperilaku seperti halnya perusahaan yang digambarkan oleh model Cournot. 5. Model Stackelberg
  • 289. MODEL OLIGOPOLI Pada gambar di atas terlihat bentuk kurva isoprofit dan kurva reaksi yang dimiliki oleh masing-masing duopolis. Apabila perusahaan A yang kuat menduga bahwa perusahaan pesaingnya akan bereaksi atas dasar kurva reaksinya. Dengan demikian, perusahaan A akan menentukan tingkat output, yaitu di titik (Qa) yang dapat memaksimumkan keuntungannya. Sedangkan perusahaan B sebagai pengikut menghasilkan output sebesar Qb. Akan tetapi, apabila di pasar ada dua perusahaan yang sama kuat dan keduanya berharap menjadi pemimpin pasar, maka dalam keadaan ini keseimbangan pasar yang bersifat stabil tidak akan tercapai. 5. Model Stackelberg
  • 290. PENENTUAN HARGA DAN OUTPUT DALAM  Fenomena pergeseran kurva kurva permintaan ini dilukiskan dalam Gambar 11.7 Perusahaan A mula-mula menghasilkan output sebesar Q1, unit dan menjualnya dengan harga P1. Kurva permintaan D1 yang berlaku di sini, dengan mengasumsikan harga- harga yang ditetapkan oleh perusahaan- perusahaan lain tidak berubah.  Dengan asumsi tersebut, penurunan harga dari P1, menjadi P1 akan meningkatkan permintaan menjadi Q2.
  • 291. PENENTUAN HARGA DAN OUTPUT DALAM  Sekarang anggap bahwa hanya ada sejumlah kecil perusahaan yang beroperasi di pasar dan masing-masing mempunyai pangsa pasar yang cukup besar terhadap penjualan total.  Oleh karena itu, jika suatu perusahaan menurunkan harganya dan memperoleh kenaikan volume penjualan yang cukup tinggi, maka perusahaan - perusahaan lainnya akan kehilangan sebagian besar volume usaha mereka.
  • 292. LANJUTAN  Kemudian, setelah perusahaan-perusahaan tersebut mengetahui mengapa penjualan mereka turun, maka mereka akan bereaksi dengan menurunkan harga produk mereka sendiri. Tindakan ini akan menggeser perusahaan A turun ke kurva permintaan kedua D2 yang menyebabkan penurunan permintaan perusahaan A dari Q2 menjadi Q3 pada tingkat harga P2. Kurva yang baru sama tidak stabilnya dengan kurva mula-mula Oleh karena itu, pengetahuan akan bentuk kurva tersebut tidak berguna bagi perusahaan A jika ia mencoba untuk bergerak sepanjang D2, maka perusahaan perusahaan pesaing akan bereaksi yang bisa memaksa perusahaan tersebut berpindah ke kurva lainnya.
  • 293. PENENTUAN HARGA DAN OUTPUT DALAM  Pergeseran kurva permintaan tidak akan menimbulkan kesulitan yang berarti dalam pembuatan keputusan tentang harga/output jika perusahaan A mengetahui secara pasti bagaimana reaksi perusahaan saingannya perubahan-perubahan harga.  Reaksi-reaksi tersebut hanya akan memengaruhi hubungan harga/permintaan dan sebuah kurva permintaan yang baru bisa dibentuk untuk memasukkan interaksi- interaksi di antara perusahaan-perusahaan.
  • 294. PENENTUAN HARGA DAN OUTPUT DALAM  Kurva D3, dalam Gambar 11.7 merupakan sebuah kurva reaksi, yang menunjukkan bagaimana penurunan harga akan memengaruhi kuantitas yang diminta setelah reaksi perusahaan- perusahaan saingan diperhitungkan.  Namun demikian, permasalahan dalam pendekatan ini terletak pada kenyataan bahwa ada banyak teori yang berbeda tentang perilaku antarperusahaan dan mesin-mesin teori yang menghasilkan model penentuan harga yang berbeda. sehingga akan menghasilkan aturan- aturan pengambilan keputusan yang berbeda pula.
  • 295. KURVA PERMINTAAN TERPATAH (kinked demand curve) Kurva permintaan terpatah (kinked demand curve) dalam oligopoli : a. Dalam pasar oligopoli apabila perusahaan menurunkan harga ke P1, maka permintaan akan bertambah ke C1, harga ke P2, maka permintaan akan bertambah ke B1.  Pelanggan perusahaan membeli barang yang harganya turun  Pelanggan lain membatalkan pembeliannya b. Sedangkan apabila perusahaan juga menurunkan harga ke P1 dan P2 perubahan permintaan akan ke titik B dan C. c. Menaikkan harga ke P3 permintaan ada di titik A1 karena reaksi perusahaan mengubah harga maka kurva permintaan menjadi D1 ED2.
  • 296. CIRI – CIRI PASAR OLIGOPOLI 1. Menghasilkan atau menjual barang standar atau barang berbeda. CIRI - CIRI 3. Promosi masih diperlukan. 2. Kekuatan menentukan harga kadang-kadang lemah/kuat.
  • 297. MODEL PENETAPAN HARGA PASAR OLIGOPOLI Pasar oligopoli ini mempunyai beberapa model dalam menetapkan harga produknya, di antaranya yang paling banyak ditemui adalah : 1. Pasar kartel. 2. Pasar dengan kepemimpinan harga (price leadership).
  • 298. Pasar dengan Ketegaran Harga (Kinked Demand Curve Model)  Salah satu tipe keadaan yang ditimbulkannya adalah kinked demand curve atau kurva permintaan yang patah. Seorang penjual dapat menaikkan jumlah penjualannya dengan jalan menurunkan harganya. Hal ini mengakibatkan larinya pembeli dan penjual yang lain dan datang berbondong-bondong untuk membeli barang tersebut. Tindakan ini akan diikuti oleh penjual lain. Harga ini sering dipertahankan secara kaku. Kekakuan harga ini mengakibatkan kurva permintaannya menjadi tidak lurus, tetapi patah dan disebut kinked demand.
  • 299. LANJUTAN Dalam kasus pasar dengan ketegaran harga akan dapat dilihat bagaimana seorang produsen menyesuaikan diri terhadap harga barang yang ditentukan oleh pengusaha lain, khususnya bila harga barang itu diturunkan. Dalam hal ini produsen itu memberikan suatu reaksi atau tanggapan terhadap kebijakan harga yang dilakukan oleh produsen atau pengusaha lain. Akan tetapi, produsen itu tidak akan memberikan reaksi apabila produsen lain bertindak menaikkan harga barang. Sifat yang demikian itu menyebakan produsen memiliki kurva permintaan yang patah. Sebagai akibatnya, kurva penawaran marjinal juga akan patah dengan memiliki bagian vertikal tepat di bawah kurva permintaan yang patah itu. Dalam kasus di mana terdapat ketegaran harga, maka produsen oligopolis akan selalu menghasilkan jumlah produksi yang sama, walaupun terdapat perubahan dalam biaya produksi. Selama biaya produksi naik turun di daerah kurva penerimaan marjinal yang tegak/patah itu, maka jumlah barang yang dihasilkan perusahaan oligopoli tidak akan berubah. Untuk lebih jelasnya perhatikan slide berikut ini.
  • 300. KURVA DEMAND OLIGOPOLI (Kinked) Model kurva permintaan kinked demand ini dikembangkan oleh Sweezy tahun 1939. Sweezy membuat pemisalan dalam pasar hanya ada dua penjual. Kedua penjual tersebut mempunyai kurva demand D1 untuk penjual satu dan D2 untuk penjual lainnya. Harga yang membuat nyaman penjual satu dan penjual dua adalah sebesar OP2. Pada harga sebesar OP2 jumlah yang diminta pada penjual satu (D1) dan penjual dua (D2) adalah sama, Akan tetapi, jika ada produsen menurunkan harga menjadi OP1, dengan menurunkan harga ia mengharap permintaan bertambah menjadi OQ4.
  • 301. KURVA DEMAND OLIGOPOLI (Kinked) Namun, penurunan harga ini diikuti oleh pesaing juga mengikuti menurunkan harganya juga. Akibatnya permintaan yang diharapkan bertambah menjadi sebesar OQ4 tidak tercapai karena hanya menjadi OQ3. Meskipun demikian, kalau ada produsen yang meningkatkan harga, produsen yang akan mengikutinya sehingga si produsen yang menaikkan harga akan menanggung kerugian dalam bentuk berkurangnya jumlah barang yang diminta. Kalau penjual satu menaikkan harga menjadi OP3, penjual dua diam saja tidak ikut menaikkan harga.
  • 302. KURVA DEMAND OLIGOPOLI (Kinked) Dengan tindakan ini maka penjual satu (D1) kehilangan permintaan Q1-Q2. Inilah yang dikatakan harga untuk oligopoli adalah rigid (kaku), sulit untuk dinaikkan dan diturunkan. Hal ini dikarenakan kurva permintaannya kinked (patah). Bentuk kurva yang kinked itu adalah PED2. Hal ini terjadi karena sifat reaksi seorang produsen terhadap tindakan produsen lain karena kurva penerimaan marjinalnya adalah PLNMR, yaitu ada bagian yang patah (LN).
  • 303. KURVA DEMAND OLIGOPOLI (Rigid) Mula-mula kurva sebesar MC2. Pada MC2 in tingkat harga yang menjamin laba maksimal (MC=MR) adalah OP1. Jika biaya per unit turun, MC bergesar menjadi MC1 Turunnya MC tidak mengubah harga yang menjamin labanya maksimal tetap sebesar OP1 Demikian juga jika biaya per unit naik, harga yang menjamin laba maksimum adalah sebesar OP2 Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan harga tidak berubah selama MC memotong MR pada bagian yang patah LN walaupun biaya naik atau turun Inilah yang bisa menghantarkan mengapa harga pada pasar oligopoli adalah rigid. Harga akan berubah jika MC memotong bagian MR yang condong miring.
  • 304. KURVA DEMAND OLIGOPOLI (Rigid) Harga bisa berubah naik atau turun jika MC memotong MR buka pada bagian yang patah. Misalkan Jika biaya terus turun hingga memotong MR yang turun miring maka harga bisa turun. Mula-mula harga yang menjamin laba maksimal pada saat MC berpotongan dengan MR (PLN-MR). yaitu setinggi OP2. Turun menjadi OP1. Demikian juga jika biaya terus naik hingga memotong MR yang bukan tegak lurus LN harga akan meningkat. Dari gambar di baya produksi naik terus hingga MC3 memotong MR yang miring maka harga berubah dari OP2 menjadi OP3.
  • 305. KURVA PERMINTAAN PATAH (kinked demand curve) Kurva permintaan patah juga mencerminkan adanya ketegaran harga pada situasi perubahan biaya dan juga merupakan manifestasi dan ketidaktentuan di pasar oligopoli dalam hal harapan adanya reaksi dan pihak lawan dengan adanya penurunan harga tetapi bukan pada waktu ada kenaikan harga.
  • 306. PENGARUH OLIGOPOLI TERHADAP KESEJAHTERAAN Efek kesejahteraan dan bentuk pasar oligopoli kurang lebih sama dengan monopoli. Di satu pihak oligopoli menimbul efek yang negatif dalam bentuk : 1. Adanya keuntungan yang terlalu besar yang dinikmati oleh para produsen oligopoli dalam jangka panjang. 2. Adanya ketidakefisienan produksi karena setiap produsen tidak beroperasi pada AC yang minimal. 3. Kemungkinan adanya eksploitasi terhadap konsumen maupun buruh (karena P > MC, seperti dalam kasus monopoli). 4. Ketegaran harga sering dikatakan menunjang adanya inflasi yang dapat merugikan masyarakat makro.
  • 307. PENGARUH OLIGOPOLI TERHADAP KESEJAHTERAAN Berikut ada beberapa kebijaksanaan umum yang mungkin bisa diambil untuk mengurang efek-efek negatif dalam pasar oligopoli tersebut : 1. Pemerintah harus bisa menjaga agar hambatan-hambatan bagi perusahaan baru untuk masuk ke dalam pasar oligopoli tersebut ditekan sampai sekecil-kecilnya. 2. Diadakannya Undang-Undang Persaingan (di Amerika Serikat: Antitrust Low) yang melarang adanya kerja sama di antara para pengusaha oligopoli (baik secara diam- diam atau terbuka). 3. Kemungkinan kebijaksanaan yang lebih drastis adalah mencoba merombak struktur pasar yang oligopolistis tersebut.
  • 308. PENGARUH OLIGOPOLI TERHADAP KESEJAHTERAAN Struktur pasar oligopoli memungkinkan diadakannya kerja sama secara diam diam atau secara terang-terangan. Ada tiga faktor yang memungkinkan terjadinya kerja sama, yaitu : 1. Dapat meningkatkan keuntungan mereka jika mereka mengurangi tingkat persaingan. 2. Dengan mengadakan kerja sama mereka dapat mengurangi ketidakpuasan yang ada. 3. Adanya kerja sama antar mereka menutup kemungkinan masuknya produsen baru dalam industri.